bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/bab 2.pdf · 2018. 5. 25. ·...

31
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para pemakainya dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi. Namun dalam penyajiannya ditemukan bahwa masih banyak laporan keuangan yang memiliki keterbatasan informasi di dalamnya. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengatahui informasi-informasi yang ada dalam laporan keuangan. Dengan melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah salah satu tujuan penting dari analisis laporan keuangan. a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Dalam rangka mendapatkan definisi yang lebih jelas mengenai analisis laporan keuangan, berikut beberapa definisi mengenai analisis laporan keuangan, yakni : 1) Harahap (2008 : 190) mendefinisikan analisis laporan keuangan adalah : “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. 2) Pangaribuan dan Yahya (2009) menyatakan bahwa, “Analisis laporan keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan analisis atas prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan melakukan evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja keuangannya.” 3) Menurut Halsey, dkk (2005) dalam Hamonangan dan Siregar (2009), analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Berdasarkan definisi yang telah diurakan di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi

para pemakainya dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi. Namun dalam

penyajiannya ditemukan bahwa masih banyak laporan keuangan yang memiliki

keterbatasan informasi di dalamnya. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis untuk

mengatahui informasi-informasi yang ada dalam laporan keuangan. Dengan

melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan melalui proses

perbandingan, evaluasi dan analisis tren akan diperoleh prediksi tentang apa yang

mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah salah satu tujuan penting dari

analisis laporan keuangan.

a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Dalam rangka mendapatkan definisi yang lebih jelas mengenai analisis

laporan keuangan, berikut beberapa definisi mengenai analisis laporan keuangan,

yakni :

1) Harahap (2008 : 190) mendefinisikan analisis laporan keuangan adalah :

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih

kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai

makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun

data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih

dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

2) Pangaribuan dan Yahya (2009) menyatakan bahwa, “Analisis laporan keuangan

merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan analisis atas

prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan

bisnis. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan melakukan

evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja

keuangannya.”

3) Menurut Halsey, dkk (2005) dalam Hamonangan dan Siregar (2009), analisis

laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan

keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan

estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.

Berdasarkan definisi yang telah diurakan di atas maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

8

dan memilah laporan keuangan ke dalam komponen laporan keuangan untuk

mencari suatu hubungan antara komponen-komponen dalam laporan keuangan

dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang ada agar dapat diperoleh gambaran

yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil operasional perusahaan

sehingga diperoleh suatu informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan bisnis di masa yang akan datang.

b. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan.

Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif

investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja

keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah

manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap

manajemen. (Prastowo dan Juliaty, 2008 : 57).

Selain itu, tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Harahap (2008 :195)

adalah:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang

terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari

suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan

keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar

perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel

dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan

(rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan

merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang

sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan

periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik

posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

9

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa

yang akan datang.

Dari semua tujuan tersebut, menurut Hamonangan dan Siregar (2009), tujuan

yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi

ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi,

serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian pada setiap proses

pengambilan keputusan.

c. Prosedur Analisis Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam melakukan suatu analisis terhadap

laporan keuangan. Adapun langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan

Juliati (2008 : 58) adalah sebagai berikut :

1. Memahami latar belakang data keuangan perusahan. Pemahaman latar belakang

data keuangan perusahaan mencakup pemahaman tentang bidang usaha

perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh

perusahaan.

2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Kondisi-

kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend

(kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi;

perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti

perubahan pendapatan per kapita; tingkat bunga; tingkat inflasi dan pajak; dan

perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan

manajemen kunci.

3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan. Tujuan langkah ini adalah untuk

memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data

keuangan yang relevan dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku.

4. Menganalisis laporan keuangan. Setelah memahami profil perusahaan dan

mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metoda dan

teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan

menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai rekomendasi).

d. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam rangka memperoleh informasi

yang terkandung dalam laporan keuangan, maka dalam suatu analisis laporan

keuangan harus menggunakan suatu metode dan teknik tertentu. Secara umum,

menurut Prastowo dan Juliati (2008 : 59), metode analisis dalam laporan keuangan

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

10

1. Metode analisis horizontal (dinamis), adalah metode analisis yang dilakukan

dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun

(periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.

Disebut metode analisis horizontal karena karena analisis ini membandingkan

pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis yang

dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknikteknik

analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknis analisis

perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana,

analisis perubahan laba kotor.

2. Metode analisis vertikal (statis), adalah metode analisis yang dilakukan dengan

cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan

membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan

yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan

antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama,

maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya

membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.

Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain

teknik analisis persentase per komponen, (common-size), analisis ratio, dan

analisis impas.”

Teknik analisa terhadap laporan keuangan yang biasa digunakan dalam analisa

laporan keuangan menurut Munawir (2010 : 36) adalah sebagai berikut :

1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa

dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau

lebih. Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui

perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan

penelitian lebih lanjut.

2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan

dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik

analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah

menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah

suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada

masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur

permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan

jumlah penjualannya.

4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk

mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau sebab-sebab

berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

11

5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah

suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau

untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode

tertentu.

6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari

pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa

untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari

periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan

laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan

yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak

menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa

break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian

untuk berbagai tingkat penjualan.

Dengan mengetahui metode dan teknik dalam menganalisis laporan keuangan,

maka pemakai laporan keuangan dapat lebih memahami informasi yang terkandung

di dalamnya. Informasi yang diperoleh dari analisis terhadap laporan keuangan akan

menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan sehingga dapat

diambil suatu keputusan ekonomi yang yang tepat berdasarkan hal tersebut.

2.1.2. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Menurut Kamaludin (2012:41) Likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan

relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau

tanpa penurunan nilai; serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang diperoleh.

Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan likuiditas jangka pendek perusahaan

dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. (Mamduh

dan Halim, 2016,75). Sutrisno (2009:215) mendefinisikan likuiditas adalah

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera

harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka

pendek. Sedangkan menurut Utari (2014:60) Likuiditas ialah kemampuan

perusahaan memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah

kemampuan perusahaan untuk melunasi semua kewajibannya atau semua hutangnya

yang telah jatuh tempo.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

12

Tingginya rasio likuiditas suatu perusahaan menandakan tingginya aktiva

lancar yang dimiliki perusahaan. Besarnya sejumlah laba yang dimiliki perusahaan

dapat dimanfaatkan untuk mendanai investment decision perusahaan. Selain itu

tingginya likuiditas suatu perusahaan akan mempengaruhi kepercayaan para investor

untuk mengalirkan dananya ke perusahaan tersebut. Perusahaan yang likuid dinilai

memiliki masa depan bisnis yang lebih menjanjukan sehingga menarik minat para

investor untuk berinvestasi.. Selain para investor, para kreditur juga tertarik pada

perusahaan yang liquid karena kemungkinan risiko perusahaan tidak dapat

mengembalikan hutangnya akan kecil. Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan

kepercayaan dari pihak luar, terutama para kreditur dan pemasok, untuk

memperbaiki likuiditas dapat dapat dilakukan dengan cara: (1) pemilik menambah

modal, (2) menjual sebagian harta tetap, (3) hutang jangka pendek dijadikan hutang

jangka panjang, dan (4) hutang jangka pendek dijadikan modal sendiri (Utari,

2014:60).

Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila

perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang wajar. Tingkat likuiditas yang

tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki banyak jumlah dana yang

tersimpan dan apabila terlalu rendah maka keselamatan perusahaan akan terancam.

b. Pengukuran Likuiditas

Likuiditas dapat diukur dengan berbagai rasio sebagai berikut :

1) Current Ratio (Rasio Lancar)

Mamduh dan Halim (2016:75) menyatakan bahwa current ratio mengukur

kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan mengggunakan

aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun

atau satu siklus bisnis). Current ratio untuk perusahaan normal berkisar pada angka

2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang

seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang

akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.

Current ratio dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim,

2016:75):

2) Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rivai, Veithzal et al (2013,523) menyatakan bahwa quick ratio adalah sebuah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

13

menggunakan aset lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk dalam

rasio lancara dalah aset lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas,

termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar

di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima. Rasio ini mengindikasikan

kapasitas sebuah perusahaan untuk tetap beroperasi dan bertahan dalam kondisi

keuangan yang baik. Persediaan biasanya dianggapmerupakan aset yang paling tidak

likuid, oleh karena itu persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan

quick ratio (Mamduh dan Halim, 2016:75). Kondisi keuangan perusahaan dikatakan

ideal jika quick ratio berada pada angka 1:1 atau minimal 0,8:1, jika kurang dari itu

maka perusahaan dianggap memiliki masalah keuangan. Quick ratio dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim, 2016:75):

3) Cash Ratio (Rasio Kas)

Menurut Rivai, Veithzal et al (2013:523) bahwa cash ratio adalah jumlah kas

dan setara kas yang perusahaan miliki dibandingkan dengan kewajiban lancar. Cash

rastio merupakan cara yang efektif dan cepat untuk menentukan apakah sebuah

perusahaan berpotensi memiliki masalah likuiditas jangka pendek. Jika cash ratio

dibawah 1, berarti bahwa perusahaan tidak akan memiliki cukup uang tunai ditangan

untuk melunasi kewajiban lancar. Cash ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Rivai, Veithzal et al, 2013:523):

2.1.3. Perumbuhan Penjualan

a. Pengertian Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun

atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan merupakan besar pendapatan per

saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston and Coopeland, 2008:35).

Pertumbuhan penjualan merupakan gambaran bagaimana perkembangan penjualan

yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan penjualan periode

sebelumnya. Semakin meningkat penjualan suatu perusahaan, maka laba yang

diperoleh juga meningkat. Perusahaan akan memiliki aliran arus kas yang relatif

stabil karena memiliki tingkat penjualan yang stabil.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

14

Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan dengan membandingkan

jumlah penjualan tahun selanjutnya setelah dikurangi penjualan tahun sebelumnya

terhadap penjualan pada tahun sebelum nya. Jika terjadi kenaikan penjualan dari

tahun sebelumnya, maka menunjukkan hasil yang positif, begitu pula sebaliknya jika

terjadi penurunan penjualan dari tahun sebelumnya maka menunjukkan hasil yang

negatif. Suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan

tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan/laba. Pertumbuhan penjualan yang positif dapat memberikan sinyal

yang baik dari para kreditur untuk memberikan pinjaman kredit kepada perusahaan.

b. Pengukuran Pertumbuhan Penjualan

Tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Keterangan :

SG : Sales Growth (tingkat pertumbuhan penjualan)

S1 : Total penjualan selama periode berjalan

S0 : Total penjualan periode sebelumnya

2.1.4. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba (Utari,

2014:63). Rasio profitabilitas menunjukkan gambaran tentang tingkat efektivitas

pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kamaludin, 2012:45). Rasio ini

sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat

pengembalian yang pantas atas investasinya. Sedangkan menurut Mamduh dan

Halim (2016:81) rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan tingkat

modal saham yang tertentu.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.

Profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan (Brealey dkk., 2007:80).

Perolehan laba yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu merupakan salah

satu faktor utama yang menentukan kesehatan suatu perusahaan. Profitabilitas

merupakan keuntungan bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

15

Beberapa peneliti memiliki memiliki pandangan yang beragam mengenai hubungan

profitabilitas dengan leverage. Dalam pecking order theory menjelaskan bahwa

pendanaan yang dihasilkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan lebih baik dari

pada pendanaan melalui hutang, sedangkan dalam trade-off theory menyatakan

bahwa sejauh pengggunaan hutang masih menguntungkan maka penamahan hutang

adalah hal yang diperbolehkan karena harus ada keseimangan dalam struktur modal.

Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan selama

periode tertentu. Profitabilitas dapat dinilai dengan melihat laporan keuangan yang

terdiri dari laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Profitabilitas dapat

mempengaruhi keputusan mengenai kebijakan para investor atas investasi yang akan

dilakukan ke dalam suatu perusahaan.

Perusahaan yang mampu untuk menghasilkan laba yang baik dapat menarik

minat investor untuk menanamkan modalnya dalam rangka memperluas usahanya,

begitu pula sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan

menyebabkan para investor menarik modalnya dari perusahaan tersebut. Sedangkan

bagi manajemen perusahaan profitabilitas dapat digunakan sebagai penilaian atas

efektivitas pengelolaan kegiatan operasional perusahaan.

Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang karena profitabilitas

menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa

depan. Dengan demikian setiap perusahaan akan berlomba untuk meningkatkan

profitabilitasnya, karena sesmakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan

maka kelangsungan hidup di masa depan perusahaan tersebut akan lebih terjamin.

b. Tujuan Penggunaan Profitabilitas

Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar

perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam jangka

waktu tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun berjalan.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan, baik

modal sendiri maupun modal pinjaman.

5. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan.

c. Pengukuran Profitabilitas

Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai rasio sebagai berikut:

1. Gross Profit Margin

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

16

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian

harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan

untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Gross profit margin merupakan

persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit

margin maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan

bahwa harga pokok penjualan relative lebih rendah dibandingkan dengan penjualan,

demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik

operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Rasio gross profit margin dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

2. Net Profit Margin

Menurut Mamduh dan Halim (2016:81) net profit margin menghitung sejauh

mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. Rasio net profit margin bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan

perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode

tertentu. Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin

yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu,

atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi

dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan

ketidakefisienan manajemen. Rasio net profit margin dapat diukur sebagai berikut

(Mamduh dan Halim, 2016:81):

3. Return On Assets (ROA)

Return on Assets merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan

total aktiva. Menurut Kasmir (2014:201) return on assets merupakan rasio yang

menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin

besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena

tingkat pengembalian investasi semakin besar, begitu pula sebaliknya semakin

rendah nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang jelek, karena tingkat

pengembalian investasi akan semakin kecil. Nilai ini mencerminkan pengembalian

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

17

perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan oleh perusahaan

(Wild dan Hasley, 2005:65).

Menurut Abdul Halim dan Supomo (2001:151) keunggulan Return On

Assets yaitu : (1) perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas

modal yang diinvestasikan, (2) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya, dan (3) analisa ROA dapat

juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang

dihasilkan oleh perusahaan.

Kelemahan Return On Asset menurut Munawir (2001:94) yaitu : (1) Return

On Asset sebagi pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva

tetap, (2) Return On Asset mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam

kondisi inflasi. Return On Asset akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian

(kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan

harga distorsi.

ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim,

2016:81):

4. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak

dengan total ekuitas. Menurut Mamduh dan Halim (2016:81) menyatakan bahwa

return on equity merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu. Return on equity

merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para

pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham

preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Harahap,

2008:305). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut

rentabilitas usaha. Return on equity dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

2.1.5. Kepemilikan Institusional

a. Pengertian Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi

lain, institusi tersebut dapat berupa institusi pemeritah institusi swasta, domestik

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

18

maupun asing. Menurut Tarjo (2008) kepemilikan institusional adalah kepemilikan

saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Menurut Jensen

(1986), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan

untuk mengurangi agency conflict. Sedangkan kepemilikan institusional menurut

Sujoko dan Ugy (2007) merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi. Dari

pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemilikan institusional

merupakan kondisi dimana institusi atau lemabaga lembaga eksternal yang ikut serta

memiliki saham di dalam suatu perusahaan.

Kepemilikan institusional dapat mengurangi pengaruh dari kepentingan lain di

dalam perusahaan, misalnya kepemilikan saham lainnya dan manajer. Kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik

antara manajer dan pemegang saham atau biasa disebut konflik keagenan (agency

conflict). Kepemilikan institusional diharapkan mampu memonitoring terhadap

keputusan-keputusan yang diambil oleh manajer. Kepemilikan institusional

mempunyai pengawasan yang lebih kuat, yang akan mengakibatkan manajer

berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama dalam keputusan pendanaan.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan

yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapa menghalangi

perilaku opportunistic manajer (Haruman,2008).

Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji

keandalan informasi.

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas

aktivitas yang terjadi didalam perusahaan.

Kepemilikan institusional dapat dibagi menjadi kepemilikan institusional

eksternal dan kepemilikan institusional internal. Kepemilikan institusional eksternal

yaitu oleh lembaga investasi seperti dana pension, asuransi, reksadana, dan

perusahaan investasi lainnya dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh

publik. Kepemilikan institusional internal yaitu kepemilikan saham oleh institusi

bisnis seperti perseroan terbatas (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan

kepemilikan publik.

b. Pengukuran Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dapat mendorong meningkatnya pengawasan yang

lebih masksimal sehingga keberadaannya mempunyai arti penting dalam mengawasi

kinerja manajemen. Dalam hubungannya fungsi pengawasan, investor institusional

diyakini memiliki kemampuan untuk mengawasi tindakan manjemen yang lebih

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

19

baik diandingkan dengan investor individual. Proporsi kepemilikan institusional

dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

2.1.6. Leverage

a. Pengertian Leverage

Leverage ialah penggunaan utang untuk meningkatkan total harta, atau

leverage ialah penggunaan biaya tetap atas asset atau beban tetap atas dana untuk

meningkatkan hasil (return) pemilik perusahaan (Utari, 2014:199). Menurut

Mamduh dan Halim (2016:79) leverage adalah kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Menurut Riyanto (2008) pengertian

leverage adalah penggunaan dana atau aset di mana perusahaan harus menutup biaya

tetap atau membayar beban tetap untuk penggunaan dana atau aset tersebut. Istilah

leverage mengacu pada pendanaan perusahaan yang menggunakan hutang dalam

rangka pembiayaan operasional perusahaan. Leverage timbul karena perusahaan

dalam operasinya menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan beban

tetap, yaitu aktiva tetap yang menimbulkan biaya penyusutan dan utang yang

menimbulkan biaya bunga (Sudana, 2011:165).

Tujuan penggunaan leverage yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang

diperoleh perusahaan dan pemegang saham. Pemegang saham dapat mengawasi

kegiatan operasional perusahaan secara penuh meskipun jumlah investasi yang

ditanamkan tidak terlalu besar. Pengggunaan hutang dalam investasi sebagai sumber

pendanaan aktiva perusahaan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang

meningkat dibandingkan hanya menggunakan modal sendiri yang jumlahnya

terbatas. Dengan demikian penggunaan leverage akan meningkatkan nilai

perusahaan dan meningkatkan keuntungan para pemegang saham. Penggunaan

financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas modal Saham

(Return on Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan

menurun, Rentabilitas Modal Saham (ROE) akan menurun cepat pula (Mamduh dan

Halim, 2016:79).

Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang rendah akan mempunyai

risiko kerugian yang lebih kecil dalam keadaan ekonomi melemah dan kesempatan

memperoleh keuntungan yang kecil saat keadaan ekonomi meningkat, begitu pula

sebaliknya. Leverage juga dapat meningkatkan risiko, karena jika biaya tetap yang

dihasilkan lebih tinggi dari keuntungan yang didapat maka pengggunaan leverage

akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Dalam trade-off theory telah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

20

dijelaskan bahwa akibat dari penggunaan leverage dapat mempengaruhi peningkatan

keuntungan dan peningkatan risiko. Untuk itu jika menginginkan tingkat leverage

yg optimal perlu adanya keseimbangan antara kedua hal tersebut.

b. Pengukuran Leverage

Menurut Kasmir (2014:151) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya

besarnya jumlah utang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya

jika diandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Jenis-jenis rasio leverage

yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan diantaranya yaitu:

1) Debt to Assets Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Asset)

DAR yaitu rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara

total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar hutang membiayai

asset perusahaan atau seberapa besar hutang perusahaan berpegaruh terhadap

pengelolaan asset. Debt to Assets Ratio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan

pendanaan dengan utang yang relatif banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan

untuk memperoleh tambahan pinjaman karena adanya kekhawatiran dari kreditur

perusahaan tidak mampu untuk melunasi hutang-hutangnya dengan asset yang

dimilikinya. Demikian pula apabila Debt to Assets Ratio yang rendah, perusahaan

menggunakan pendanaan dengan utang yang relatif sedikit. Maka perusahaan akan

semakin mudah untuk mendapatkan tambahan pinjaman karena adanya kepercayaan

dari kreditur perusahaan dapat melunasi hutang-hutangnya sesuai dengan jatuh

tempo. Debt to Assets Ratio dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut:

2) Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Ekuitas)

DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan

pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap

modal yang dijadikan jaminan untuk melunasi hutang. Bagi kreditur, semakin besar

Debt to Equity Ratio akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar

resiko gagal bayar yang akan ditanggung, namun bagi perusahaan justru semakin

besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya Debt to Equity Ratio yang rendah,

semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas

pengamanan bagi kreditur akan kemungkinan resiko gagal bayar oleh perusahaan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

21

jika terjadi kerugian atau penyusutan nilai aktiva. Debt to Equity Ratio dapat

dihitung menggunakan rumus :

3) Times Interest Earned (Rasio Berapa kali Bunga yang Dihasilkan)

Merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun

tanpa membuat perusahaan merasa takut karena tidak mampu membayar bunga

tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar

kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi

ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditur. Begitu pula sebaliknya,

jika rasio ini rendah, maka semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk

membayar bunga dan biaya lainnya. Times Interest Earned dapat dihitung

menggunakan rumus :

4) Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap)

Merupakan rasio yang hampir sama dengan Times Interest Earned. Hanya

saja perbedaannya yaitu rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh hutang

jangka panjang atau menyewa asset berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap

merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.

Fixed Charge Coverage dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

2.1.7. Pengaruh Likuiditas terhadap Leverage

Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan di dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan

aktiva lancarnya. Rasio likuiditas menunjukkan jumlah modal yang tersedia dalam

perusahaan yang digunakan atau diinvestasikan untuk membiayai kegiatan

operasional perusahaan. Likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek

dengan sumber daya jangka pendek. Semakin likuid suatu perusahaan, maka akan

semakin mudah dalam memperoleh pendanaan hutangnya. Hal tersebut dikarenakan

kepercayaan dari para kreditur terhadap perusahaan cukup tinggi, sehingga

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

22

memudahkan kreditur dalam mengalirkan dananya untuk perusahaan tersebut.

Namun menurut pecking order teory, perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas

yang tinggi maka cenderung tidak akan menggunakan sumber pendanaan melalui

hutang karena perusahaan akan menggunakan sumber pesndanaan internal terleih

dahulu untuk membiayai investasinya. Sedangkan dalam trade-off theory

perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menyatakan bahwa sejauh

penggunaan hutang masih menguntungkan maka penamahan hutang adalah hal yang

diperbolehkan karena perusahaan dianggap mempunyai kemampuan yang baik

dalam memenuhi kewajibannya sesuai jatuh tempo.

2.1.8. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Leverage

Sebagai perusahaan yang tumbuh, kebutuhan keuangan perusahaan cenderung

meningkat. Kapasitas untuk membiayai peningkatan permintaan tergantung pada

pembiayaan internal. Jika suatu perusahaan sepenuhnya bergantung pada dana

internal, maka pertumbuhan dapat dibatasi. Perusahaan yang tumbuh pesat

cenderung lenih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya

daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Perusahaan dengan tingkat

penjualan yang semakin emningkat cenderung lebih banyak mengandalkan sumber

pendanaan dari luar perusahaan. Semakin tinggi penjualan suatu perusahaan, maka

perusahaan juga semakin membutuhkan dana besar untuk pembiayaan operasional.

Dengan demikian diharapkan adanya hubungan positif antara pertumbuhan

penjualan dengan leverage.

2.1.9. Pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage

Secara teori profitabilitas dapat mempengaruhi leverage dan pengaruhnya

bersifat negatif atau positif, teori ini disimpulkan dari dasar pemikiran bahwa jika

keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan besar maka hutang akan kecil dan

sebaliknya. Karena proporsi penggunaan hutang yang terlalu tinggi membawa

dampak pada risiko kebangkrutan, sehingga jika profitabilitas perusahaan meningkat

perusahaan memiliki dana yang banyak untuk melunasi hutang-hutangnya, sehingga

dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan menyebabkan hutang yang dimiliki

perusahaan pun akan berkurang.

Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan

tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat keutungan yang tinggi

memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian pendanaan dari laba ditahan.

Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai

sebagian besar kebutuhan pendanaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian

yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

23

pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar

kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang

mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah dan

sebaliknya.

2.1.10. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Leverage

Kepemilikan Institusional merupakan peresentase kepemilikan saham oleh

pihak-pihak instansi seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun

berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perusahaan lain. Kepemilikan

institusional yang tinggi mengakibatkan penggunaan hutang yang relatif lebih

rendah karena investor takut akan risiko kegagalan perusahaan dalam melunasi

seluruh hutang-hutangnya dan risiko kebangkrutan. Maka dari itu diharapkan

semakin tinggi kepemilikan institusional semakin kuat pula kontrol eksternal

terhadap perusahaan. Demikian juga sebaliknya semakin rendah kepemilikan

institusional suatu perusahaan maka penggunaan hutang juga relatif lebih tinggi

karena minimnya kontrol eksternal dalam mengawasi pendanaan yang diambil oleh

perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Rahmadian Widyarini (2014) “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Leverage pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode tahun 2009-2012”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama masa studi tahun 2009

sampai 2012 semua variabel secara simultan mempengaruhi variabel dependen.

Likuiditas, agunan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

leverage perusahaan, peluang pertumbuhan dan pembayaran dividen berpengaruh

positif dan signifikan terhadap leverage perusahaan sedangkan ukuran

perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap leverage

perusahaan.

2. Ira Prawita Sari (2011) dalam judul “Pengaruh Growth Opportunity terhadap

Leverage dengan Debt Covenant sebagai Variabel Moderating”

Penelitian menyimpulkan bahwa hasil pengujian pertama growth

opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Hal ini berarti

besar kecilnya leverage dipengaruhi oleh nilai growth opportunity. Semakin

tinggi nilai growth opportunity yang dimiliki oleh perusahaan semakin rendah

leverage yang dimiliki perusahaan. Sedangkan hasil pengujian kedua

menyimpulkan bahwa variabel moderating berpengaruh signifikan terhadap

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

24

leverage. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya pengaruh growth

opportunity terhadap leverage dipengaruhi oleh debt convenant.

3. Tita Deitiana dan Evanti Anggraeni (Manajemen- STIE TRISAKTI) 2014 dalam

judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Leverage pada PT ASTRA

INTERNATIONAL, Tbk dan Anak Perusahaannya”

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan

likuiditas berpengaruh terhadap leverage. Sedangkan pertumbuhan, non-utang

tax shield, profitabilitas, asset tetap dan risiko bisnis tidak mempengaruhi

leverage. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua variabel independen secara

bersamaan untuk leverage.

4. Devin Yovin dan Ni Putu Suryantini (Universitas Udayana, Bali) 2012 dalam

judul “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Struktur Modal pada

Perusahaan Foods And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan

signifikan terhadap struktur modal perusahaan foods and beverages di Bursa

Efek Indonesia. Pengaruh positif dari struktur aktiva terhadap struktur modal

memiliki arti bahwa semakin besar proporsi aktiva tetap yang dimiliki

perusahaan maka semakin besar struktur modalnya karena bertambahnya

penggunaan hutang sebagai akibat kemudahaan memperoleh hutang.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal

perusahaan foods and beverages di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh negatif dari

profitabilitas terhadap struktur modal memiliki arti bahwa semakin tinggi

profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka struktur modal perusahaan akan

semakin rendah, karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan

mampu menyediakan dana internal dalam jumlah besar. Sedangkan ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal

perusahaan foods and beverages di Bursa Efek Indonesia.

5. Ferdian Pardosi (2013) dalam judul “Pengaruh Faktor Pajak dan Faktor-

Faktor lain terhadap Leverage pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Corporate Tax Rate tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Hasil ini menunjukkan bahwa

wajib pajak memberikan penilaian dengan adanya perubahan perhitungan tarif

pajak serta penurunan nilai tarif pajak akan memperkecil pajak yang akan

dibayarkan sehingga tidak perlu melakukan kebijakan leverage. Non-Debt Tax

Shield tidak berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Hal ini berarti

bahwa wajib pajak memberikan penilaian bahwa keuntungan yang diperoleh dari

keuntungan pajak dari pembiayaan utang atas aktiva tetap digantikan oleh

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

25

keuntungan laba yang diperoleh dari pembiayaan atas operasional perusahaan.

Investment Opportunity Set berpengaruh secara signifikan positif terhadap

leverage. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan

investasi yang tinggi, akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan

berpengaruh terhadap kepercayaan pihak luar (investor) dalam hal pendanaan.

Profitabiliti berpengaruh secara signifikan negatif terhadap leverage. Hal ini

menunjukkan bahwa memaksimalkan dana internal memungkinkan perusahaan

tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Semaksimal mungkin

sumber dana yang digunakan diperoleh tanpa “sorotan” dan publisitas publik

sebagai akibat penerbitan saham baru. Past Debt berpengaruh secara signifikan

positif terhadap leverage. Hal ini berarti bahwa pengalaman penggunaan utang

masa lalu dan ditambah dengan kinerja perusahaan yang tinggi dapat

meningkatkan nilai perusahaan di mata para kreditur.

6. Nadia Puspawardhani (2014) dalam judul “Pengaruh Pertumbuhan Penjualan,

Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur

Modal pada Perusahaan Pariwisata dan Perhotelan di BEI”

Nilai koefisien regresi pertumbuhan penjualan sebesar -0,622, dengan taraf

nyata 0,191 > α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa

pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh

negatif terhadap struktur modal.

Nilai koefisien regresi profitabilitas sebesar 0,023, dengan taraf nyata

0,031 < α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa profitabilitas

mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap struktur

modal.

Nilai koefisien regresi struktur aktiva sebesar 0,886, dengan taraf nyata

0,073 > α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa struktur aktiva

mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil penelitian

mendapatkan hasil bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh positif terhadap

struktur modal. Hasil penelitian ini menyatakan struktur aktiva berpengaruh

positif terhadap struktur modal. Sedangkan Nilai koefisien regresi ukuran

perusahaan sebesar 0,318 dengan taraf nyata 0,000 < α tabel 0,05. Hasil uji telah

membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap

struktur modal

7. Nudzunul Fiara Thausyah (2015) dalam judul “Pengaruh Pertumbuhan

Penjualan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal”

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

26

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel pertumbuhan penjualan

terhadap struktur yang di proksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) didapatkan

hasil bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap

struktur modal. Hasil pengujian pengaruh variabel struktur aktiva terhadap

struktur yang di proksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) didapatkan hasil

bahwa struktur aktiva berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Sedangkan hasil pengujian pengaruh variabel profitabilitas yang diproksi dengan

Return On Equity (ROE) terhadap struktur yang di proksi dengan Debt to Equity

Ratio (DER) didapatkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur

modal.

8. Ni Made Novione Purnama Dewi S. dan Made Rusmala D. (2016) dalam judul

“Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumuhan

Aktiva terhadap Struktur Modal”

Hasil penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan penjualan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (DER), Pertumbuhan

penjualan akan mempengaruhi perubahan struktur modal. Nilai keofisien regresi

bernilai positif ini menunjukkan bahwa meningkatnya pertumbuhan penjualan

akan diikuti dengan meningkatnya struktur modal dan sebaliknya. Pertumbuhan

penjualan yang tinggi akan menjadi salah satu pertimbangan bagi perusahaan

dalam menentukan besarnya jumlah hutang yang akan digunakan. Struktur aktiva

berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (DER), Hal ini berarti

dengan semakin tingginya nilai struktur aktiva (aktiva tetap), perusahaan dapat

menggunakan terlebih dahulu sumber dana eksternal, yaitu hutang jangka

panjang sebagai alternatif pertama dalam membiayai aktivitas operasional dan

investasinya dibandingkan modal sendiri. Tetapi terlalu sering menggunakan

hutang juga akan menimbulkan beban dan resiko yang tinggi. Pengaruh yang

signifikan menunjukan bahwa perusahaan banyak memanfaatkan aktiva tetapnya

sebagai jaminan dalam memperoleh hutang. Dengan demikian maka perusahaan

dengan aktiva tetap yang tinggi memiliki kesempatan besar dalam mendapatkan

hutang jangka panjang. Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap struktur modal (DER), Hal ini disebabkan karena tingkat

pertumbuhanperusahaan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan dana

internal dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang tingkat

pertumbuhan perusahaannya rendah. Semakin besar asset, diharapkan semakin

besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan.

9. Pungkas Prayogo (2016) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

27

Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa Struktur Aktiva tidak

berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung -

1,286 dan signifikansi sebesar 0,205. Profitabilitas tidak berpengaruh

berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung

1,372 dan signifikansi sebesar 0,177. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung -0,834 dan

signifikansi sebesar 0,408. Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini

dibuktikan dengan nilai t hitung -5,578 dan signifikansi sebesar 0,000. Growth

tidak berpengaruh berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan

dengan nilai t hitung 1,038 dan signifikansi sebesar 0,305. Struktur aktiva,

profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan growth berpengaruh terhadap

struktur modal, hal ini dibuktikan dengan F hitung sebesar 10,185 dengan

signifikansi 0,000. Nilai adjusted R 2 diperoleh nilai sebesar 0,479. Hal ini

menunjukan bahwa Struktur aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,

Likuiditas, dan growth mempengaruhi Struktur Modal sebesar 47,9 %, dan

sisanya sebesar 52,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian

ini.

10. Yanuar Christie (2014) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Struktur Modal, dengan Ukuran Perusahaan sebagai

Variabel Moderating”

Hasil penelitian ininmenunjukkan bahwa Profitabilitas, Tangibility, Cost

of Financial Distress, dan Non Debt Tax Shield berpengaruh terhadap Struktur

Modal. Sedangkan Growth Opportunity tidak berpengaruh terhadap penggunaan

hutang.

11. Tiara Jati Utami (2014) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Leverage pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2019-2012”

Hasil pengujian ini menemukan bahwa secara parsial profitability, growth

opportunities, liquidity, firm size dan number of subsidiaries berpengaruh

signifikan terhadap leverage sedangkan fixed tangiable assets dan institutional

ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Adjusted R

square yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 0,512. Hal ini

menunjukkan bahwa 51,2 persen variabel dependen yaitu leverage dapat

dijelaskan oleh enam variabel independen yaitu profitability, fixed tangible

assets, growth opportunities, institutional ownership, liquidity, frim size dan satu

variabel kontrol yaitu number of subsidiaries, sedangkan sisanya sebesar 48,8

persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

28

Tabel 2.1 : Matriks Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hipotesis Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan

Rahmadian

Widyarini

(2014)

Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Leverage pada

Perusahaan

Tambang yang

terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia pada

periode tahun

2009-2012

Variabel

Dependen :

Leverage (DER)

Variabel

Independen :

Likuiditas (CR),

Peluang

Perumbuhan

(MTB), Agunan

(CLTRL),

Pembayaran

Dividen (DVD),

Profitabilitas

(ROA), Ukuran

Perusahaan

(SIZE)

1. Likuiditas memiliki

pengaruh negatif

terhadap leverage

2. Peluang

pertumbuhan

memiliki pengaruh

negatif terhadap

leverage

3. Agunan memiliki

pengaruh positif

terhadap leverage

4. Pembayaran

dividen memiliki

pengaruh positif

terhadap leverage

5. Profitabilitas

memiliki pengaruh

negatif terhadap

leverage

6. Ukuran perusahaan

memiliki pengaruh

negatif terhadap

leverage

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa :

1. Likuiditas (LIQCR)

berpengaruh negatif

terhadap leverage (DER)

2. Peluang pertumbuhan

(MTB) berpengaruh

postitif terhadap leverage

3. Agunan memiliki

pengaruh negatif

terhadap leverage

4. Pembayaran dividen

memiliki pengaruh positif

signifikan kuat terhadap

leverage

5. Profitabilitas memiliki

pengaruh signifikan kuat

dengan arah negatif

terhadap leverage

6. Ukuran perusahaan tidak

memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap

leverage

Persamaan : Leverage

sebagai variabel dependen,

Likuiditas dan profitabilitas

sebagai variabel

independen. Penentuan

sambel menggunakan

metode purposive sampling,

Analisis data menggunakan

metode regeresi linear

berganda dan uji asumsi

klasik.

Perbedaan : Kepemilikan

Institusional dan

Pertumbuhan penjualan

sebagai variabel

independen, periode

penelitian 2009-2012

dengan objek penelitian

perusahaan tambang

sedangkan penelitian ini

dilakukan periode 2012-

2016 dengan objek

perusahaan sektor industri

dasar dan kimia.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

29

Ira Prawita

Sari (2011)

Pengaruh

Growth

Opportunity

terhadap

Leverage

dengan Debt

Covenant

sebagai Variabel

Moderating

Variabel

Dependen :

Leverage

Variabel

Independen :

Growth

Opportunity

Variabel

Moderating :

Debt Covenant

1. Growth

opportunity

berpengaruh

negatif terhadap

leverage

2. Debt covenant

memperlemah

pengaruh negatif

growth opportunity

terhadap leverage

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa :

1. Growth opportunity

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap

leverage

2. Debt Convenant

berpengaruh signifikan

terhadap leverage

Persamaan : Leverage

sebagai variabel terikat,

purposive sampling sebagai

metode pemilihan sampel.

Perbedaan : Growth

Opportunity sebagai

variabel bebas, Debt

Covenant sebagai variabel

moderating, periode dan

objek yang diteliti.

Tita

Deitiana dan

Evanti

Anggraeni

(2014)

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Leverage pada

PT ASTRA

INTERNATION

AL, Tbk dan

Anak

Perusahaannya

Variabel

Dependen :

Leverage

Variabel

Dependen : Firm

Size, Growth,

non-debt tax

shield,

profitability, fixed

asset,bussines

risk,liquidity

1. Terdapat pengaruh

firm size terhadap

leverage

2. Terdapat pengaruh

growth terhadap

leverage

3. Terdapat pengaruh

non-debt tax shield

terhadap leverage

4. Terdapat pengaruh

profitability

terhadap leverage

5. Terdapat pengaruh

fixed asset terhadap

leverage

6. Terdapat pengaruh

business risk

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan dan likuiditas

berpengaruh terhadap

leverage. Sedangkan

pertumbuhan, non-debt tax

shield, profitabilitas, asset

tetap dan risiko bisnis tidak

mempengaruhi leverage.

Secara keseluruhan, ada

pengaruh semua variabel

independen secara

bersamaan untuk leverage

Persamaan : Leverage

sebagai variabel terikat,

profitabilitas dan likuiditas

sebagai variabel bebas,

metode analisis data regresi

linear berganda dan uji

asumsi klasik.

Perbedaan : Variabel bebas

yang digunakan Firm Size ,

Growth, non-debt tax

shield, fixed asset dan

bussines risk, objek yang

diteliti yaitu PT. Astra

International, Tbk dan anak

perusahaannya sedangkan

dalam penelitian ini

perusahaan sektor industri

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

30

terhadap leverage

7. Terdapat pengaruh

liquidity terhadap

leverage

dasar dan kimia.

Devin Yovin

dan Ni Putu

Suryantini

(2012)

Faktor-Faktor

yang

Berpengaruh

terhadap

Struktur Modal

pada Perusahaan

Foods And

Beverages yang

terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Struktur Aktiva,

Profitabilitas,

Ukuran

Perusahaan

1. Struktur aktiva

berpengaruh

terhadap struktur

modal perusahaan

foods and

beverages di Bursa

Efek Indonesia

2. Profitabilitas

berpengaruh

terhadap struktur

modal perusahaan

foods and

beverages di Bursa

Efek Indonesia

3. Ukuran perusahaan

berpengaruh

terhadap struktur

modal perusahaan

foods and

beverages di Bursa

Efek Indonesia

Hasil pengujian secara

bersama-sama menunjukkan

bahwa struktur aktiva,

profitabilitas, dan ukuran

perusahaan di Indonesia

mempengaruhi signifikan

struktur modal pada periode

dengan koefisien

determinasi 0,47. Secara

parsial hasil pengujian

menunjukkan bahwa :

1. Struktur aktiva

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

struktur modal

2. Ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

struktur modal

3. Profitabilitas memiliki

pengaruh yang negatif

dan signifikan terhadap

struktur modal

Persamaan : Debt to Equity

sebagai variabel dependen,

profitabilitas sebagai

variabel dependen, Metode

pemilihan sampel

purposive sampling, metode

analisis data yang

digunakan regresi linear

berganda dan uji asumsi

klasik.

Perbedaan : Struktur aktiva

dan Ukuran perusahaan

sebagai variabel

independen, periode

penelitian 2007-2011

dengan perusahaan Foods

and Beverages sebagai

objek yang digunakan

sedangkan dalam penelitian

ini dilakukan periode 2012-

2016 dengan objek

perusahaan sektor industri

dasar dan kimia.

Ferdian Pengaruh Faktor Variabel 1. Corporate Tax Hasil penelitian Persamaan : Leverage

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

31

Pardosi

(2013)

Pajak dan

Faktor-Faktor

lain terhadap

Leverage pada

Perusahaan-

Perusahaan

Manufaktur

yang terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia

Dependen :

Leverage

Variabel

Dependen :

Corporate Tax

Rate, Non-debt

tax, Investment

Opportunity Set,

Profitability, Past

Debt

Rate berpengaruh

signifikan positif

terhadap leverage

2. Non-debt tax shield

berpengaruh

signifikan positif

terhadap leverage

3. Investment

Opportunity Set

berpengaruh

signifikan positif

terhadap leverage

4. Profitability

berpengaruh

signifikan positif

terhadap leverage

5. Past Debt

berpengaruh

signifikan positif

terhadap leverage

menunjukkan bahwa:

1. Corporate Tax Rate

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

Leverage

2. Non-Debt Tax Shield

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

Leverage

3. Investment Opportunity

Set berpengaruh positif

dan signifikan terhadap

Leverage

4. Profitability

berpengaruh secara

signifikan negatif

terhadap Leverage

5. Past Debt berpengaruh

secara signifikan positif

terhadap Leverage

seagai variabel terikat,

profitability sebagai

variabel bebas, metode

penentuan sampel

menggunakan purposive

sampling, data yang

digunakan selama 5 tahun.

Perbedaan : Tidak

menggunakan Likuiditas,

Pertumbuhan penjualan dan

kepemilikan institusional

sebagai variabel bebas,

periode penelitian yang

digunakan 2006-2010

dengan objek seluruh

industri manufaktur

sedangkan dalam penelitian

ini objek yang digunakan

hanya sektor industri dasar

dan kimia dengan periode

2012-2016.

Nadia

Puspawardh

ani (2014)

Pengaruh

Pertumbuhan

Penjualan,

Profitabilitas,

Struktur Aktiva

dan Ukuran

Perusahaan

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Pertumbuhan

Penjualan,

1. Pertumbuhan

Penjualan,

Profitabilitas,

Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan

secara simultan

berpengaruh

Hasil penelitian ini

menunjukkan:

1. Pertumbuhan penjualan,

profitabilitas, struktur

aktiva dan ukuran

perusahaan secara

simultan berpengaruh

Persamaan : Debt to Equity

Ratio sebagai variabel

dependen, perumbuhan

penjualan dan profitabilitas

sebagai variabel

independen.

Perbedaan : Variabel

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

32

terhadap

Struktur Modal

pada Perusahaan

Pariwisata dan

Perhotelan di

BEI

Profitabilitas,

Struktur Aktiva,

Ukuran

Perusahaan

signifikan terhadap

Struktur Modal

2. Pertumbuhan

Penjualan

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal

3. Profitabilitas

berpengaruh

negatif terhadap

struktur modal

4. Struktur Aktiva

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal

5. Ukuran Perusahaan

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal

signifikan terhadap

struktur modal

2. Pertumbuhan Penjualan

memiliki pengaruh

negative namun tidak

signifikan terhadap

struktur modal

3. Profitabilitas memiliki

pengaruh positif

signifikan terhadap

struktur modal

4. Struktur aktiva

berpengaruh positif

namun tidak signifikan

terhadap struktur modal

5. Ukuran Perusahaan

memiliki pengaruh

positif signifikan

terhadap struktur modal

independen tidak

menggunakan kepemilikan

institusional dan Likuiditas,

metode penelitian yang

digunakan asosiatif, periode

penelitian 2017-2011

dengan objek sektor

pariwisata dan perhotelan

sedangkan dalam penelitian

ini dilakukan pada periode

2012-2016 dengan objek

sektor industri dasar dan

kimia.

Nudzunul

Fiara

Thausyah

(2015)

Pengaruh

Pertumbuhan

Penjualan,

Struktur Aktiva,

dan

Profitabilitas

terhadap

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Pertumbuhan

Penjualan,

Struktur Aktiva,

Profitabilitas

1. Pertumbuhan

penjualan

berpengaruh

terhadap struktur

modal pada

perusahaan

property and real

estate

2. Struktur aktiva

Berdasarkan hasil analisis

regresi linier didapatkan

bahwa:

1. Pertumbuhan penjualan

berpengaruh tidak

signifikan terhadap

struktur modal

2. Struktur aktiva

berpengaruh tidak

Persamaan : Debt to Equity

Ratio sebagai variabel

terikat, pertumbuhan

penjualan dan profitabilitas

sebagai variabel bebas,

periode penelitian selama 5

tahun, teknik pengambilan

sampel dengan purposive

sampling.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

33

berpengaruh

terhadap struktur

modal pada

perusahaanproperty

and real estate

3. Profitabilitas

berpengaruh

terhadap struktur

modal pada

perusahaan

property and real

estate

signifikan terhadap

struktur modal

3. Profitabilitas

berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal

Perbedaan : Struktur aktiva

sebagai variabel bebas,

jenis penelitian yang

digunakan kausal

komparatif, periode

penelitian 2009-2013

dengan objek perusahaan

property and real estate.

Ni Made

Novione

Purnama

Dewi S. dan

Made

Rusmala D.

(2016)

Pengaruh

Pertumbuhan

Penjualan,

Struktur Aktiva,

dan

Pertumbuhan

Aktiva terhadap

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Pertumbuhan

Penjualan,

Struktur Aktiva,

Pertumbuhan

Aktiva

1. Pertumbuhan

Penjualan

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap Struktur

Modal

2. Struktur Aktiva

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap Struktur

Modal

3. Pertumbuhan

Aktiva

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap Struktur

Hasil analisis penelitan ini

menunjukkan bahwa:

1. Pertumbuhan penjualan

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

struktur modal

2. Struktur aktiva

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

struktur modal

3. Pertumbuhan aktiva

berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap

struktur modal

Persamaan : Debt to Equity

Ratio sebagai variabel

dependen, pertumbuhan

penjualan sebagai variabel

independen, metode analisis

data menggunakan regresi

linier berganda.

Perbedaan : Struktur aktiva

dan Perumbuhan aktiva

sebagai variabel

independen, periode

penelitian 2011-2014

dengan objek pada Restoran

Pawitra Sari di Uud Bali.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

34

Modal

Pungkas

Prayogo

(2016)

Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

Struktur Modal

pada Perusahaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Struktur Aktiva,

Profitabilitas,

Ukuran

Perusahaan,

Likuiditas,

Growth

1. Struktur aktiva

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal pada

perusahaan

manufaktur

2. Profitabilitas

berpengaruh

negatif terhadap

struktur modal

pada perusahaan

manufaktur

3. Ukuran perusahaan

berpengaruh positif

terhadap struktur

modal pada

perusahaan

manufaktur

4. Likuiditas

berpengaruh

negatif terhadap

struktur modal

pada perusahaan

manufaktur

5. Growth

berpengaruh positif

terhadap struktur

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa :

1. Struktur aktiva tidak

berpengaruh terhadap

struktur modal pada

perusahaan manufaktur

2. Profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap

struktur modal pada

perusahaan manufaktur

3. Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap

struktur modal pada

perusahaan manufaktur

4. Likuiditas yang

diproksikan dengan

current ratio (CR)

berpengaruh negatif

terhadap struktur modal

5. Growth tidak

berpengaruh terhadap

struktur modal pada

perusahaan manufaktur

Persamaan : Debt to Equity

Ratio sebagai variabel

dependen, profitabilitas

sebagai variabel

independen, metode analisis

data menggunakan regresi

linier berganda,

pengambilan sampel

menggunakan purposive

sampling.

Perbedaan : Jenis penelitian

asosiatif, periode penelitian

2012-2014 dengan objek

perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI

sedangkan dalam penelitian

ini menggunakan objek

perusahaan sektor industry

dasar dan kimia dengan

periode penelitian 2012-

2016.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

35

modal perusahaan

manufaktur

Yanuar

Christie

(2014)

Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

Struktur Modal,

dengan Ukuran

Perusahaan

sebagai Variabel

Moderating

(Studi Empiris

pada Perusahaan

Property and

Real Estate yang

Terdaftar di

Bursa Efek

Indonesia untuk

Tahun 2010-

2013)

Variabel

Dependen :

Struktur Modal

Variabel

Dependen :

Profitabilitas,

Growth

Opportunity,

Tangibility, Cost

of Financial

Distress, Non

Debt Tax Shield

1. Profitabilitas

berpengaruh

negatif terhadap

Struktur Modal

2. Growth

Opportunity

berpengaruh positif

terhadap Struktur

Moda

3. Tangibility

berpengaruh positif

terhadap Struktur

Modal

4. Cost of Financial

Distress

berpengaruh

negatif terhadap

Struktur Modal

5. Non Debt Tax

Shield berpengaruh

negatif terhadap

Struktur Modal

Hasil penelitian

membuktikan bahwa

Profitabilitas, Tangibility,

Cost of Financial Distress,

dan Non Debt Tax Shield

berpengaruh terhadap

Struktur Modal. Sedangkan

Growth Opportunity tidak

berpengaruh terhadap

Struktur Modal

Persamaan : Debt to Equity

Ratio sebagai variabel

dependen, profitabilitas

sebagai variabel

independen, metode analisis

data menggunakan regresi

linier berganda dan uji

asumsi klasik, pengambilan

sampel menggunakan

purposive sampling.

Perbedaan : Ukuran

Perusahaan sebagai variabel

moderating, periode

penelitian 2010-2013

dengan objek perusahaan

Properti and Real Estate.

Tiara Jati

Utami

(2014)

Analisis Faktor-

Faktor yang

mempengaruhi

Leverage pada

Variabel

Dependen :

Leverage

Variabel

1. Profitability

berpengaruh positif

terhadap leverage

2. Fixed Tangiable

Hasil pengujian ini

menemukan bahwa secara

parsial profitability, growth

opportunities, liquidity, firm

Persamaaan : Leverage

sebagai variabel terikat,

profitability dan

institutional ownership

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

36

Perusahaan

Manufaktur

yang Terdaftar

di Bursa Efek

Indonesia

periode 2019-

2012

Dependen :

Profitability,

Fixed Tangiable

Assets, Growth

Opportunities,

Institutional

Ownership,

Liquidity, Firm

Size, Number of

Subsidiaries

Assets berpengaruh

positif terhadap

leverage

3. Growth

Opportunities

berpengaruh

negatif terhadap

leverage

4. Institutional

Ownership

berpengaruh

negatif terhadap

leverage

5. Liquidity

berpengaruh

negatif terhadap

leverage

6. Firm Size

berpengaruh positif

terhadap leverage

7. Number of

Subsidiaries

berpengaruh

negatif terhadap

leverage

size dan number of

subsidiaries berpengaruh

signifikan terhadap leverage

sedangkan fixed tangiable

assets dan institutional

ownership tidak

berpengaruh secara

signifikan terhadap

leverage. Adjusted R square

yang diperoleh dari

penelitian ini adalah sebesar

0,512. Hal ini menunjukkan

bahwa 51,2 persen variabel

dependen yaitu leverage

dapat dijelaskan oleh enam

variabel independen yaitu

profitability, fixed tangiable

assets, growth

opportunities, institutional

ownership, liquidity, firm

size dan satu variabel

kontrol yaitu number of

subsidiaries, sedangkan

sisanya sebesar 48,8 persen

dijelaskan oleh variabel lain

diluar model penelitian.

sebagai variabel bebas,

metode analisis data

menggunakan regresi linier

berganda dan uji asumsi

klasik

Perbedaan : Fixed

Tangiable Assets, Growth

Opportunities, Firm Size,

Number of Subsidiaries

sebagai variabel bebas,

periode penelitian 2009-

2012 dengan objek seluruh

perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI

sedangkan dalam penelitian

ini objek yang digunakan

hanya sebatas sektor

industri dasar dan kimia

dengan periode penelitian

2012-2016.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/BAB 2.pdf · 2018. 5. 25. · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan

37

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan diatas, hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Diduga likuiditas berpengaruh signifikan terhadap leverage

perusahaan sektor industri dasar dan kimia.

H2: Diduga perumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap

leverage perusahaan industri dasar dan kimia.

H3: Diduga profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap leverage

perusahaan industri dasar dan kimia.

H4: Diduga kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

leverage perusahaan industri dasar dan kimia.

H5: Diduga likuiditas, pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan

kepemilikan institusional secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap leverage perusahaan industri dasar dan kimia.

Likuiditas

Pertumbuhan

Penjualan

Profitabilitas

Kepemilikan

Institusional

Leverage

H5

H1

H4

H3

H2