bab ii tinjauan pustaka 2.1 2.1.1.repository.untag-sby.ac.id/419/3/bab 2.pdf · 2018. 5. 25. ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi
para pemakainya dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi. Namun dalam
penyajiannya ditemukan bahwa masih banyak laporan keuangan yang memiliki
keterbatasan informasi di dalamnya. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis untuk
mengatahui informasi-informasi yang ada dalam laporan keuangan. Dengan
melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan melalui proses
perbandingan, evaluasi dan analisis tren akan diperoleh prediksi tentang apa yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah salah satu tujuan penting dari
analisis laporan keuangan.
a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Dalam rangka mendapatkan definisi yang lebih jelas mengenai analisis
laporan keuangan, berikut beberapa definisi mengenai analisis laporan keuangan,
yakni :
1) Harahap (2008 : 190) mendefinisikan analisis laporan keuangan adalah :
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai
makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun
data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
2) Pangaribuan dan Yahya (2009) menyatakan bahwa, “Analisis laporan keuangan
merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan analisis atas
prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan
bisnis. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan melakukan
evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja
keuangannya.”
3) Menurut Halsey, dkk (2005) dalam Hamonangan dan Siregar (2009), analisis
laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan
keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan
estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.
Berdasarkan definisi yang telah diurakan di atas maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk membedah
8
dan memilah laporan keuangan ke dalam komponen laporan keuangan untuk
mencari suatu hubungan antara komponen-komponen dalam laporan keuangan
dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang ada agar dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil operasional perusahaan
sehingga diperoleh suatu informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan bisnis di masa yang akan datang.
b. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan.
Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif
investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja
keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah
manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap
manajemen. (Prastowo dan Juliaty, 2008 : 57).
Selain itu, tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Harahap (2008 :195)
adalah:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari
suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya
dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan
keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar
perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel
dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan
(rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan
merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang
sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
9
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa
yang akan datang.
Dari semua tujuan tersebut, menurut Hamonangan dan Siregar (2009), tujuan
yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi
ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi,
serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian pada setiap proses
pengambilan keputusan.
c. Prosedur Analisis Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam melakukan suatu analisis terhadap
laporan keuangan. Adapun langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan
Juliati (2008 : 58) adalah sebagai berikut :
1. Memahami latar belakang data keuangan perusahan. Pemahaman latar belakang
data keuangan perusahaan mencakup pemahaman tentang bidang usaha
perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh
perusahaan.
2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan. Kondisi-
kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend
(kecenderungan) industri di mana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi;
perubahan selera konsumen; perubahan faktor-faktor ekonomi seperti
perubahan pendapatan per kapita; tingkat bunga; tingkat inflasi dan pajak; dan
perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan
manajemen kunci.
3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan. Tujuan langkah ini adalah untuk
memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data
keuangan yang relevan dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku.
4. Menganalisis laporan keuangan. Setelah memahami profil perusahaan dan
mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metoda dan
teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan
menginterpretasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai rekomendasi).
d. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam rangka memperoleh informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan, maka dalam suatu analisis laporan
keuangan harus menggunakan suatu metode dan teknik tertentu. Secara umum,
menurut Prastowo dan Juliati (2008 : 59), metode analisis dalam laporan keuangan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni :
10
1. Metode analisis horizontal (dinamis), adalah metode analisis yang dilakukan
dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Disebut metode analisis horizontal karena karena analisis ini membandingkan
pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis yang
dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknikteknik
analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknis analisis
perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana,
analisis perubahan laba kotor.
2. Metode analisis vertikal (statis), adalah metode analisis yang dilakukan dengan
cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan
membandingkan antara pos yang satu dan pos lainnya pada laporan keuangan
yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan
antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama,
maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama.
Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain
teknik analisis persentase per komponen, (common-size), analisis ratio, dan
analisis impas.”
Teknik analisa terhadap laporan keuangan yang biasa digunakan dalam analisa
laporan keuangan menurut Munawir (2010 : 36) adalah sebagai berikut :
1. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisa
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau
lebih. Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui
perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan
penelitian lebih lanjut.
2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan
dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik
analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah
menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah
suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada
masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur
permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan
jumlah penjualannya.
4. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau sebab-sebab
berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
11
5. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas (cash flow statement analysis), adalah
suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu.
6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisa Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa
untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari
periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan
laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan
yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak
menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa
break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian
untuk berbagai tingkat penjualan.
Dengan mengetahui metode dan teknik dalam menganalisis laporan keuangan,
maka pemakai laporan keuangan dapat lebih memahami informasi yang terkandung
di dalamnya. Informasi yang diperoleh dari analisis terhadap laporan keuangan akan
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan sehingga dapat
diambil suatu keputusan ekonomi yang yang tepat berdasarkan hal tersebut.
2.1.2. Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas
Menurut Kamaludin (2012:41) Likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan
relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau
tanpa penurunan nilai; serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang diperoleh.
Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. (Mamduh
dan Halim, 2016,75). Sutrisno (2009:215) mendefinisikan likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera
harus dipenuhi. Kewajiban yang segera harus dipenuhi adalah hutang jangka
pendek. Sedangkan menurut Utari (2014:60) Likuiditas ialah kemampuan
perusahaan memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk melunasi semua kewajibannya atau semua hutangnya
yang telah jatuh tempo.
12
Tingginya rasio likuiditas suatu perusahaan menandakan tingginya aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan. Besarnya sejumlah laba yang dimiliki perusahaan
dapat dimanfaatkan untuk mendanai investment decision perusahaan. Selain itu
tingginya likuiditas suatu perusahaan akan mempengaruhi kepercayaan para investor
untuk mengalirkan dananya ke perusahaan tersebut. Perusahaan yang likuid dinilai
memiliki masa depan bisnis yang lebih menjanjukan sehingga menarik minat para
investor untuk berinvestasi.. Selain para investor, para kreditur juga tertarik pada
perusahaan yang liquid karena kemungkinan risiko perusahaan tidak dapat
mengembalikan hutangnya akan kecil. Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan
kepercayaan dari pihak luar, terutama para kreditur dan pemasok, untuk
memperbaiki likuiditas dapat dapat dilakukan dengan cara: (1) pemilik menambah
modal, (2) menjual sebagian harta tetap, (3) hutang jangka pendek dijadikan hutang
jangka panjang, dan (4) hutang jangka pendek dijadikan modal sendiri (Utari,
2014:60).
Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat likuiditas yang baik apabila
perusahaan tersebut memiliki tingkat likuiditas yang wajar. Tingkat likuiditas yang
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki banyak jumlah dana yang
tersimpan dan apabila terlalu rendah maka keselamatan perusahaan akan terancam.
b. Pengukuran Likuiditas
Likuiditas dapat diukur dengan berbagai rasio sebagai berikut :
1) Current Ratio (Rasio Lancar)
Mamduh dan Halim (2016:75) menyatakan bahwa current ratio mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan mengggunakan
aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun
atau satu siklus bisnis). Current ratio untuk perusahaan normal berkisar pada angka
2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang
seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang
akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
Current ratio dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim,
2016:75):
2) Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rivai, Veithzal et al (2013,523) menyatakan bahwa quick ratio adalah sebuah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
13
menggunakan aset lancar untuk menutupi utang lancarnya. Yang termasuk dalam
rasio lancara dalah aset lancar yang dapat dengan cepat diubah dalam bentuk kas,
termasuk di dalamnya akun kas, surat-surat berharga, piutang dagang, beban dibayar
di muka, dan pendapatan yang masih harus diterima. Rasio ini mengindikasikan
kapasitas sebuah perusahaan untuk tetap beroperasi dan bertahan dalam kondisi
keuangan yang baik. Persediaan biasanya dianggapmerupakan aset yang paling tidak
likuid, oleh karena itu persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan
quick ratio (Mamduh dan Halim, 2016:75). Kondisi keuangan perusahaan dikatakan
ideal jika quick ratio berada pada angka 1:1 atau minimal 0,8:1, jika kurang dari itu
maka perusahaan dianggap memiliki masalah keuangan. Quick ratio dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim, 2016:75):
3) Cash Ratio (Rasio Kas)
Menurut Rivai, Veithzal et al (2013:523) bahwa cash ratio adalah jumlah kas
dan setara kas yang perusahaan miliki dibandingkan dengan kewajiban lancar. Cash
rastio merupakan cara yang efektif dan cepat untuk menentukan apakah sebuah
perusahaan berpotensi memiliki masalah likuiditas jangka pendek. Jika cash ratio
dibawah 1, berarti bahwa perusahaan tidak akan memiliki cukup uang tunai ditangan
untuk melunasi kewajiban lancar. Cash ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Rivai, Veithzal et al, 2013:523):
2.1.3. Perumbuhan Penjualan
a. Pengertian Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun
atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan merupakan besar pendapatan per
saham perusahaan yang diperbesar oleh leverage (Weston and Coopeland, 2008:35).
Pertumbuhan penjualan merupakan gambaran bagaimana perkembangan penjualan
yang dilakukan periode sekarang dibandingkan dengan penjualan periode
sebelumnya. Semakin meningkat penjualan suatu perusahaan, maka laba yang
diperoleh juga meningkat. Perusahaan akan memiliki aliran arus kas yang relatif
stabil karena memiliki tingkat penjualan yang stabil.
14
Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan dengan membandingkan
jumlah penjualan tahun selanjutnya setelah dikurangi penjualan tahun sebelumnya
terhadap penjualan pada tahun sebelum nya. Jika terjadi kenaikan penjualan dari
tahun sebelumnya, maka menunjukkan hasil yang positif, begitu pula sebaliknya jika
terjadi penurunan penjualan dari tahun sebelumnya maka menunjukkan hasil yang
negatif. Suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan
tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan/laba. Pertumbuhan penjualan yang positif dapat memberikan sinyal
yang baik dari para kreditur untuk memberikan pinjaman kredit kepada perusahaan.
b. Pengukuran Pertumbuhan Penjualan
Tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
SG : Sales Growth (tingkat pertumbuhan penjualan)
S1 : Total penjualan selama periode berjalan
S0 : Total penjualan periode sebelumnya
2.1.4. Profitabilitas
a. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas ialah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba (Utari,
2014:63). Rasio profitabilitas menunjukkan gambaran tentang tingkat efektivitas
pengelolaan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kamaludin, 2012:45). Rasio ini
sebagai ukuran apakah pemilik atau pemegang saham dapat memperoleh tingkat
pengembalian yang pantas atas investasinya. Sedangkan menurut Mamduh dan
Halim (2016:81) rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan tingkat
modal saham yang tertentu.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Profitabilitas mengukur fokus pada laba perusahaan (Brealey dkk., 2007:80).
Perolehan laba yang dicapai perusahaan dalam periode tertentu merupakan salah
satu faktor utama yang menentukan kesehatan suatu perusahaan. Profitabilitas
merupakan keuntungan bersih yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
15
Beberapa peneliti memiliki memiliki pandangan yang beragam mengenai hubungan
profitabilitas dengan leverage. Dalam pecking order theory menjelaskan bahwa
pendanaan yang dihasilkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan lebih baik dari
pada pendanaan melalui hutang, sedangkan dalam trade-off theory menyatakan
bahwa sejauh pengggunaan hutang masih menguntungkan maka penamahan hutang
adalah hal yang diperbolehkan karena harus ada keseimangan dalam struktur modal.
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan selama
periode tertentu. Profitabilitas dapat dinilai dengan melihat laporan keuangan yang
terdiri dari laporan neraca dan laporan laba-rugi perusahaan. Profitabilitas dapat
mempengaruhi keputusan mengenai kebijakan para investor atas investasi yang akan
dilakukan ke dalam suatu perusahaan.
Perusahaan yang mampu untuk menghasilkan laba yang baik dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya dalam rangka memperluas usahanya,
begitu pula sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan
menyebabkan para investor menarik modalnya dari perusahaan tersebut. Sedangkan
bagi manajemen perusahaan profitabilitas dapat digunakan sebagai penilaian atas
efektivitas pengelolaan kegiatan operasional perusahaan.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang karena profitabilitas
menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik dimasa
depan. Dengan demikian setiap perusahaan akan berlomba untuk meningkatkan
profitabilitasnya, karena sesmakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan
maka kelangsungan hidup di masa depan perusahaan tersebut akan lebih terjamin.
b. Tujuan Penggunaan Profitabilitas
Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam jangka
waktu tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun berjalan.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan, baik
modal sendiri maupun modal pinjaman.
5. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan.
c. Pengukuran Profitabilitas
Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai rasio sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin
16
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Gross profit margin merupakan
persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar gross profit
margin maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan
bahwa harga pokok penjualan relative lebih rendah dibandingkan dengan penjualan,
demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik
operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61). Rasio gross profit margin dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
2. Net Profit Margin
Menurut Mamduh dan Halim (2016:81) net profit margin menghitung sejauh
mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Rasio net profit margin bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode
tertentu. Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Net profit margin
yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu,
atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi
dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan
ketidakefisienan manajemen. Rasio net profit margin dapat diukur sebagai berikut
(Mamduh dan Halim, 2016:81):
3. Return On Assets (ROA)
Return on Assets merupakan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan
total aktiva. Menurut Kasmir (2014:201) return on assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin
besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena
tingkat pengembalian investasi semakin besar, begitu pula sebaliknya semakin
rendah nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang jelek, karena tingkat
pengembalian investasi akan semakin kecil. Nilai ini mencerminkan pengembalian
17
perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan oleh perusahaan
(Wild dan Hasley, 2005:65).
Menurut Abdul Halim dan Supomo (2001:151) keunggulan Return On
Assets yaitu : (1) perhatian manajemen dititik beratkan pada maksimalisasi laba atas
modal yang diinvestasikan, (2) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya, dan (3) analisa ROA dapat
juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produksi yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Kelemahan Return On Asset menurut Munawir (2001:94) yaitu : (1) Return
On Asset sebagi pengukur divisi sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi aktiva
tetap, (2) Return On Asset mengandung distorsi yang cukup besar terutama dalam
kondisi inflasi. Return On Asset akan cenderung tinggi akibat dan penyesuaian
(kenaikan) harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan
harga distorsi.
ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mamduh dan Halim,
2016:81):
4. Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak
dengan total ekuitas. Menurut Mamduh dan Halim (2016:81) menyatakan bahwa
return on equity merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu. Return on equity
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para
pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Harahap,
2008:305). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut
rentabilitas usaha. Return on equity dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2.1.5. Kepemilikan Institusional
a. Pengertian Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak institusi
lain, institusi tersebut dapat berupa institusi pemeritah institusi swasta, domestik
18
maupun asing. Menurut Tarjo (2008) kepemilikan institusional adalah kepemilikan
saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,
bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Menurut Jensen
(1986), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk mengurangi agency conflict. Sedangkan kepemilikan institusional menurut
Sujoko dan Ugy (2007) merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi. Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemilikan institusional
merupakan kondisi dimana institusi atau lemabaga lembaga eksternal yang ikut serta
memiliki saham di dalam suatu perusahaan.
Kepemilikan institusional dapat mengurangi pengaruh dari kepentingan lain di
dalam perusahaan, misalnya kepemilikan saham lainnya dan manajer. Kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik
antara manajer dan pemegang saham atau biasa disebut konflik keagenan (agency
conflict). Kepemilikan institusional diharapkan mampu memonitoring terhadap
keputusan-keputusan yang diambil oleh manajer. Kepemilikan institusional
mempunyai pengawasan yang lebih kuat, yang akan mengakibatkan manajer
berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama dalam keputusan pendanaan.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan
yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapa menghalangi
perilaku opportunistic manajer (Haruman,2008).
Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain :
1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji
keandalan informasi.
2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas
aktivitas yang terjadi didalam perusahaan.
Kepemilikan institusional dapat dibagi menjadi kepemilikan institusional
eksternal dan kepemilikan institusional internal. Kepemilikan institusional eksternal
yaitu oleh lembaga investasi seperti dana pension, asuransi, reksadana, dan
perusahaan investasi lainnya dan menjadi bagian dari kepemilikan saham oleh
publik. Kepemilikan institusional internal yaitu kepemilikan saham oleh institusi
bisnis seperti perseroan terbatas (PT) yang kepemilikannya terpisah dengan
kepemilikan publik.
b. Pengukuran Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dapat mendorong meningkatnya pengawasan yang
lebih masksimal sehingga keberadaannya mempunyai arti penting dalam mengawasi
kinerja manajemen. Dalam hubungannya fungsi pengawasan, investor institusional
diyakini memiliki kemampuan untuk mengawasi tindakan manjemen yang lebih
19
baik diandingkan dengan investor individual. Proporsi kepemilikan institusional
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
2.1.6. Leverage
a. Pengertian Leverage
Leverage ialah penggunaan utang untuk meningkatkan total harta, atau
leverage ialah penggunaan biaya tetap atas asset atau beban tetap atas dana untuk
meningkatkan hasil (return) pemilik perusahaan (Utari, 2014:199). Menurut
Mamduh dan Halim (2016:79) leverage adalah kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Menurut Riyanto (2008) pengertian
leverage adalah penggunaan dana atau aset di mana perusahaan harus menutup biaya
tetap atau membayar beban tetap untuk penggunaan dana atau aset tersebut. Istilah
leverage mengacu pada pendanaan perusahaan yang menggunakan hutang dalam
rangka pembiayaan operasional perusahaan. Leverage timbul karena perusahaan
dalam operasinya menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan beban
tetap, yaitu aktiva tetap yang menimbulkan biaya penyusutan dan utang yang
menimbulkan biaya bunga (Sudana, 2011:165).
Tujuan penggunaan leverage yaitu untuk memaksimalkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan dan pemegang saham. Pemegang saham dapat mengawasi
kegiatan operasional perusahaan secara penuh meskipun jumlah investasi yang
ditanamkan tidak terlalu besar. Pengggunaan hutang dalam investasi sebagai sumber
pendanaan aktiva perusahaan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang
meningkat dibandingkan hanya menggunakan modal sendiri yang jumlahnya
terbatas. Dengan demikian penggunaan leverage akan meningkatkan nilai
perusahaan dan meningkatkan keuntungan para pemegang saham. Penggunaan
financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas modal Saham
(Return on Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan
menurun, Rentabilitas Modal Saham (ROE) akan menurun cepat pula (Mamduh dan
Halim, 2016:79).
Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang rendah akan mempunyai
risiko kerugian yang lebih kecil dalam keadaan ekonomi melemah dan kesempatan
memperoleh keuntungan yang kecil saat keadaan ekonomi meningkat, begitu pula
sebaliknya. Leverage juga dapat meningkatkan risiko, karena jika biaya tetap yang
dihasilkan lebih tinggi dari keuntungan yang didapat maka pengggunaan leverage
akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Dalam trade-off theory telah
20
dijelaskan bahwa akibat dari penggunaan leverage dapat mempengaruhi peningkatan
keuntungan dan peningkatan risiko. Untuk itu jika menginginkan tingkat leverage
yg optimal perlu adanya keseimbangan antara kedua hal tersebut.
b. Pengukuran Leverage
Menurut Kasmir (2014:151) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
besarnya jumlah utang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya
jika diandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Jenis-jenis rasio leverage
yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan diantaranya yaitu:
1) Debt to Assets Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Asset)
DAR yaitu rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar hutang membiayai
asset perusahaan atau seberapa besar hutang perusahaan berpegaruh terhadap
pengelolaan asset. Debt to Assets Ratio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan
pendanaan dengan utang yang relatif banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan
untuk memperoleh tambahan pinjaman karena adanya kekhawatiran dari kreditur
perusahaan tidak mampu untuk melunasi hutang-hutangnya dengan asset yang
dimilikinya. Demikian pula apabila Debt to Assets Ratio yang rendah, perusahaan
menggunakan pendanaan dengan utang yang relatif sedikit. Maka perusahaan akan
semakin mudah untuk mendapatkan tambahan pinjaman karena adanya kepercayaan
dari kreditur perusahaan dapat melunasi hutang-hutangnya sesuai dengan jatuh
tempo. Debt to Assets Ratio dapat diukur menggunakan rumus sebagai berikut:
2) Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Ekuitas)
DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan
pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
modal yang dijadikan jaminan untuk melunasi hutang. Bagi kreditur, semakin besar
Debt to Equity Ratio akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar
resiko gagal bayar yang akan ditanggung, namun bagi perusahaan justru semakin
besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya Debt to Equity Ratio yang rendah,
semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas
pengamanan bagi kreditur akan kemungkinan resiko gagal bayar oleh perusahaan
21
jika terjadi kerugian atau penyusutan nilai aktiva. Debt to Equity Ratio dapat
dihitung menggunakan rumus :
3) Times Interest Earned (Rasio Berapa kali Bunga yang Dihasilkan)
Merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun
tanpa membuat perusahaan merasa takut karena tidak mampu membayar bunga
tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar
kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi
ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman dari kreditur. Begitu pula sebaliknya,
jika rasio ini rendah, maka semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga dan biaya lainnya. Times Interest Earned dapat dihitung
menggunakan rumus :
4) Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap)
Merupakan rasio yang hampir sama dengan Times Interest Earned. Hanya
saja perbedaannya yaitu rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh hutang
jangka panjang atau menyewa asset berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap
merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.
Fixed Charge Coverage dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
2.1.7. Pengaruh Likuiditas terhadap Leverage
Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan di dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancarnya. Rasio likuiditas menunjukkan jumlah modal yang tersedia dalam
perusahaan yang digunakan atau diinvestasikan untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan. Likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek
dengan sumber daya jangka pendek. Semakin likuid suatu perusahaan, maka akan
semakin mudah dalam memperoleh pendanaan hutangnya. Hal tersebut dikarenakan
kepercayaan dari para kreditur terhadap perusahaan cukup tinggi, sehingga
22
memudahkan kreditur dalam mengalirkan dananya untuk perusahaan tersebut.
Namun menurut pecking order teory, perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas
yang tinggi maka cenderung tidak akan menggunakan sumber pendanaan melalui
hutang karena perusahaan akan menggunakan sumber pesndanaan internal terleih
dahulu untuk membiayai investasinya. Sedangkan dalam trade-off theory
perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menyatakan bahwa sejauh
penggunaan hutang masih menguntungkan maka penamahan hutang adalah hal yang
diperbolehkan karena perusahaan dianggap mempunyai kemampuan yang baik
dalam memenuhi kewajibannya sesuai jatuh tempo.
2.1.8. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Leverage
Sebagai perusahaan yang tumbuh, kebutuhan keuangan perusahaan cenderung
meningkat. Kapasitas untuk membiayai peningkatan permintaan tergantung pada
pembiayaan internal. Jika suatu perusahaan sepenuhnya bergantung pada dana
internal, maka pertumbuhan dapat dibatasi. Perusahaan yang tumbuh pesat
cenderung lenih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya
daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Perusahaan dengan tingkat
penjualan yang semakin emningkat cenderung lebih banyak mengandalkan sumber
pendanaan dari luar perusahaan. Semakin tinggi penjualan suatu perusahaan, maka
perusahaan juga semakin membutuhkan dana besar untuk pembiayaan operasional.
Dengan demikian diharapkan adanya hubungan positif antara pertumbuhan
penjualan dengan leverage.
2.1.9. Pengaruh Profitabilitas terhadap Leverage
Secara teori profitabilitas dapat mempengaruhi leverage dan pengaruhnya
bersifat negatif atau positif, teori ini disimpulkan dari dasar pemikiran bahwa jika
keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan besar maka hutang akan kecil dan
sebaliknya. Karena proporsi penggunaan hutang yang terlalu tinggi membawa
dampak pada risiko kebangkrutan, sehingga jika profitabilitas perusahaan meningkat
perusahaan memiliki dana yang banyak untuk melunasi hutang-hutangnya, sehingga
dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan menyebabkan hutang yang dimiliki
perusahaan pun akan berkurang.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan
tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat keutungan yang tinggi
memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian pendanaan dari laba ditahan.
Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat
23
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang
mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah dan
sebaliknya.
2.1.10. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Leverage
Kepemilikan Institusional merupakan peresentase kepemilikan saham oleh
pihak-pihak instansi seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun
berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perusahaan lain. Kepemilikan
institusional yang tinggi mengakibatkan penggunaan hutang yang relatif lebih
rendah karena investor takut akan risiko kegagalan perusahaan dalam melunasi
seluruh hutang-hutangnya dan risiko kebangkrutan. Maka dari itu diharapkan
semakin tinggi kepemilikan institusional semakin kuat pula kontrol eksternal
terhadap perusahaan. Demikian juga sebaliknya semakin rendah kepemilikan
institusional suatu perusahaan maka penggunaan hutang juga relatif lebih tinggi
karena minimnya kontrol eksternal dalam mengawasi pendanaan yang diambil oleh
perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Rahmadian Widyarini (2014) “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Leverage pada Perusahaan Tambang yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode tahun 2009-2012”
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama masa studi tahun 2009
sampai 2012 semua variabel secara simultan mempengaruhi variabel dependen.
Likuiditas, agunan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
leverage perusahaan, peluang pertumbuhan dan pembayaran dividen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap leverage perusahaan sedangkan ukuran
perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap leverage
perusahaan.
2. Ira Prawita Sari (2011) dalam judul “Pengaruh Growth Opportunity terhadap
Leverage dengan Debt Covenant sebagai Variabel Moderating”
Penelitian menyimpulkan bahwa hasil pengujian pertama growth
opportunity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage. Hal ini berarti
besar kecilnya leverage dipengaruhi oleh nilai growth opportunity. Semakin
tinggi nilai growth opportunity yang dimiliki oleh perusahaan semakin rendah
leverage yang dimiliki perusahaan. Sedangkan hasil pengujian kedua
menyimpulkan bahwa variabel moderating berpengaruh signifikan terhadap
24
leverage. Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya pengaruh growth
opportunity terhadap leverage dipengaruhi oleh debt convenant.
3. Tita Deitiana dan Evanti Anggraeni (Manajemen- STIE TRISAKTI) 2014 dalam
judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Leverage pada PT ASTRA
INTERNATIONAL, Tbk dan Anak Perusahaannya”
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan
likuiditas berpengaruh terhadap leverage. Sedangkan pertumbuhan, non-utang
tax shield, profitabilitas, asset tetap dan risiko bisnis tidak mempengaruhi
leverage. Secara keseluruhan, ada pengaruh semua variabel independen secara
bersamaan untuk leverage.
4. Devin Yovin dan Ni Putu Suryantini (Universitas Udayana, Bali) 2012 dalam
judul “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Struktur Modal pada
Perusahaan Foods And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur modal perusahaan foods and beverages di Bursa
Efek Indonesia. Pengaruh positif dari struktur aktiva terhadap struktur modal
memiliki arti bahwa semakin besar proporsi aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan maka semakin besar struktur modalnya karena bertambahnya
penggunaan hutang sebagai akibat kemudahaan memperoleh hutang.
Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal
perusahaan foods and beverages di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh negatif dari
profitabilitas terhadap struktur modal memiliki arti bahwa semakin tinggi
profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka struktur modal perusahaan akan
semakin rendah, karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan
mampu menyediakan dana internal dalam jumlah besar. Sedangkan ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal
perusahaan foods and beverages di Bursa Efek Indonesia.
5. Ferdian Pardosi (2013) dalam judul “Pengaruh Faktor Pajak dan Faktor-
Faktor lain terhadap Leverage pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Corporate Tax Rate tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Hasil ini menunjukkan bahwa
wajib pajak memberikan penilaian dengan adanya perubahan perhitungan tarif
pajak serta penurunan nilai tarif pajak akan memperkecil pajak yang akan
dibayarkan sehingga tidak perlu melakukan kebijakan leverage. Non-Debt Tax
Shield tidak berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Hal ini berarti
bahwa wajib pajak memberikan penilaian bahwa keuntungan yang diperoleh dari
keuntungan pajak dari pembiayaan utang atas aktiva tetap digantikan oleh
25
keuntungan laba yang diperoleh dari pembiayaan atas operasional perusahaan.
Investment Opportunity Set berpengaruh secara signifikan positif terhadap
leverage. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kesempatan
investasi yang tinggi, akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan
berpengaruh terhadap kepercayaan pihak luar (investor) dalam hal pendanaan.
Profitabiliti berpengaruh secara signifikan negatif terhadap leverage. Hal ini
menunjukkan bahwa memaksimalkan dana internal memungkinkan perusahaan
tidak perlu “membuka diri lagi” dari sorotan pemodal luar. Semaksimal mungkin
sumber dana yang digunakan diperoleh tanpa “sorotan” dan publisitas publik
sebagai akibat penerbitan saham baru. Past Debt berpengaruh secara signifikan
positif terhadap leverage. Hal ini berarti bahwa pengalaman penggunaan utang
masa lalu dan ditambah dengan kinerja perusahaan yang tinggi dapat
meningkatkan nilai perusahaan di mata para kreditur.
6. Nadia Puspawardhani (2014) dalam judul “Pengaruh Pertumbuhan Penjualan,
Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur
Modal pada Perusahaan Pariwisata dan Perhotelan di BEI”
Nilai koefisien regresi pertumbuhan penjualan sebesar -0,622, dengan taraf
nyata 0,191 > α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh
negatif terhadap struktur modal.
Nilai koefisien regresi profitabilitas sebesar 0,023, dengan taraf nyata
0,031 < α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap struktur
modal.
Nilai koefisien regresi struktur aktiva sebesar 0,886, dengan taraf nyata
0,073 > α tabel 0,05. Hasil uji tidak sesuai dengan dugaan bahwa struktur aktiva
mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Hasil penelitian
mendapatkan hasil bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Hasil penelitian ini menyatakan struktur aktiva berpengaruh
positif terhadap struktur modal. Sedangkan Nilai koefisien regresi ukuran
perusahaan sebesar 0,318 dengan taraf nyata 0,000 < α tabel 0,05. Hasil uji telah
membuktikan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
struktur modal
7. Nudzunul Fiara Thausyah (2015) dalam judul “Pengaruh Pertumbuhan
Penjualan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal”
26
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel pertumbuhan penjualan
terhadap struktur yang di proksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) didapatkan
hasil bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh tidak signifikan terhadap
struktur modal. Hasil pengujian pengaruh variabel struktur aktiva terhadap
struktur yang di proksi dengan Debt to Equity Ratio (DER) didapatkan hasil
bahwa struktur aktiva berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.
Sedangkan hasil pengujian pengaruh variabel profitabilitas yang diproksi dengan
Return On Equity (ROE) terhadap struktur yang di proksi dengan Debt to Equity
Ratio (DER) didapatkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur
modal.
8. Ni Made Novione Purnama Dewi S. dan Made Rusmala D. (2016) dalam judul
“Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Struktur Aktiva, dan Pertumuhan
Aktiva terhadap Struktur Modal”
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (DER), Pertumbuhan
penjualan akan mempengaruhi perubahan struktur modal. Nilai keofisien regresi
bernilai positif ini menunjukkan bahwa meningkatnya pertumbuhan penjualan
akan diikuti dengan meningkatnya struktur modal dan sebaliknya. Pertumbuhan
penjualan yang tinggi akan menjadi salah satu pertimbangan bagi perusahaan
dalam menentukan besarnya jumlah hutang yang akan digunakan. Struktur aktiva
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (DER), Hal ini berarti
dengan semakin tingginya nilai struktur aktiva (aktiva tetap), perusahaan dapat
menggunakan terlebih dahulu sumber dana eksternal, yaitu hutang jangka
panjang sebagai alternatif pertama dalam membiayai aktivitas operasional dan
investasinya dibandingkan modal sendiri. Tetapi terlalu sering menggunakan
hutang juga akan menimbulkan beban dan resiko yang tinggi. Pengaruh yang
signifikan menunjukan bahwa perusahaan banyak memanfaatkan aktiva tetapnya
sebagai jaminan dalam memperoleh hutang. Dengan demikian maka perusahaan
dengan aktiva tetap yang tinggi memiliki kesempatan besar dalam mendapatkan
hutang jangka panjang. Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap struktur modal (DER), Hal ini disebabkan karena tingkat
pertumbuhanperusahaan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan dana
internal dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang tingkat
pertumbuhan perusahaannya rendah. Semakin besar asset, diharapkan semakin
besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan.
9. Pungkas Prayogo (2016) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
27
Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahwa Struktur Aktiva tidak
berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung -
1,286 dan signifikansi sebesar 0,205. Profitabilitas tidak berpengaruh
berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung
1,372 dan signifikansi sebesar 0,177. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap struktur modal hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung -0,834 dan
signifikansi sebesar 0,408. Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan, hal ini
dibuktikan dengan nilai t hitung -5,578 dan signifikansi sebesar 0,000. Growth
tidak berpengaruh berpengaruh terhadap struktur modal hal ini dibuktikan
dengan nilai t hitung 1,038 dan signifikansi sebesar 0,305. Struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan growth berpengaruh terhadap
struktur modal, hal ini dibuktikan dengan F hitung sebesar 10,185 dengan
signifikansi 0,000. Nilai adjusted R 2 diperoleh nilai sebesar 0,479. Hal ini
menunjukan bahwa Struktur aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Likuiditas, dan growth mempengaruhi Struktur Modal sebesar 47,9 %, dan
sisanya sebesar 52,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
10. Yanuar Christie (2014) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Struktur Modal, dengan Ukuran Perusahaan sebagai
Variabel Moderating”
Hasil penelitian ininmenunjukkan bahwa Profitabilitas, Tangibility, Cost
of Financial Distress, dan Non Debt Tax Shield berpengaruh terhadap Struktur
Modal. Sedangkan Growth Opportunity tidak berpengaruh terhadap penggunaan
hutang.
11. Tiara Jati Utami (2014) dalam judul “Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Leverage pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2019-2012”
Hasil pengujian ini menemukan bahwa secara parsial profitability, growth
opportunities, liquidity, firm size dan number of subsidiaries berpengaruh
signifikan terhadap leverage sedangkan fixed tangiable assets dan institutional
ownership tidak berpengaruh secara signifikan terhadap leverage. Adjusted R
square yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 0,512. Hal ini
menunjukkan bahwa 51,2 persen variabel dependen yaitu leverage dapat
dijelaskan oleh enam variabel independen yaitu profitability, fixed tangible
assets, growth opportunities, institutional ownership, liquidity, frim size dan satu
variabel kontrol yaitu number of subsidiaries, sedangkan sisanya sebesar 48,8
persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.
28
Tabel 2.1 : Matriks Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Hipotesis Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan
Rahmadian
Widyarini
(2014)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Leverage pada
Perusahaan
Tambang yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia pada
periode tahun
2009-2012
Variabel
Dependen :
Leverage (DER)
Variabel
Independen :
Likuiditas (CR),
Peluang
Perumbuhan
(MTB), Agunan
(CLTRL),
Pembayaran
Dividen (DVD),
Profitabilitas
(ROA), Ukuran
Perusahaan
(SIZE)
1. Likuiditas memiliki
pengaruh negatif
terhadap leverage
2. Peluang
pertumbuhan
memiliki pengaruh
negatif terhadap
leverage
3. Agunan memiliki
pengaruh positif
terhadap leverage
4. Pembayaran
dividen memiliki
pengaruh positif
terhadap leverage
5. Profitabilitas
memiliki pengaruh
negatif terhadap
leverage
6. Ukuran perusahaan
memiliki pengaruh
negatif terhadap
leverage
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa :
1. Likuiditas (LIQCR)
berpengaruh negatif
terhadap leverage (DER)
2. Peluang pertumbuhan
(MTB) berpengaruh
postitif terhadap leverage
3. Agunan memiliki
pengaruh negatif
terhadap leverage
4. Pembayaran dividen
memiliki pengaruh positif
signifikan kuat terhadap
leverage
5. Profitabilitas memiliki
pengaruh signifikan kuat
dengan arah negatif
terhadap leverage
6. Ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
leverage
Persamaan : Leverage
sebagai variabel dependen,
Likuiditas dan profitabilitas
sebagai variabel
independen. Penentuan
sambel menggunakan
metode purposive sampling,
Analisis data menggunakan
metode regeresi linear
berganda dan uji asumsi
klasik.
Perbedaan : Kepemilikan
Institusional dan
Pertumbuhan penjualan
sebagai variabel
independen, periode
penelitian 2009-2012
dengan objek penelitian
perusahaan tambang
sedangkan penelitian ini
dilakukan periode 2012-
2016 dengan objek
perusahaan sektor industri
dasar dan kimia.
29
Ira Prawita
Sari (2011)
Pengaruh
Growth
Opportunity
terhadap
Leverage
dengan Debt
Covenant
sebagai Variabel
Moderating
Variabel
Dependen :
Leverage
Variabel
Independen :
Growth
Opportunity
Variabel
Moderating :
Debt Covenant
1. Growth
opportunity
berpengaruh
negatif terhadap
leverage
2. Debt covenant
memperlemah
pengaruh negatif
growth opportunity
terhadap leverage
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa :
1. Growth opportunity
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
leverage
2. Debt Convenant
berpengaruh signifikan
terhadap leverage
Persamaan : Leverage
sebagai variabel terikat,
purposive sampling sebagai
metode pemilihan sampel.
Perbedaan : Growth
Opportunity sebagai
variabel bebas, Debt
Covenant sebagai variabel
moderating, periode dan
objek yang diteliti.
Tita
Deitiana dan
Evanti
Anggraeni
(2014)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Leverage pada
PT ASTRA
INTERNATION
AL, Tbk dan
Anak
Perusahaannya
Variabel
Dependen :
Leverage
Variabel
Dependen : Firm
Size, Growth,
non-debt tax
shield,
profitability, fixed
asset,bussines
risk,liquidity
1. Terdapat pengaruh
firm size terhadap
leverage
2. Terdapat pengaruh
growth terhadap
leverage
3. Terdapat pengaruh
non-debt tax shield
terhadap leverage
4. Terdapat pengaruh
profitability
terhadap leverage
5. Terdapat pengaruh
fixed asset terhadap
leverage
6. Terdapat pengaruh
business risk
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan likuiditas
berpengaruh terhadap
leverage. Sedangkan
pertumbuhan, non-debt tax
shield, profitabilitas, asset
tetap dan risiko bisnis tidak
mempengaruhi leverage.
Secara keseluruhan, ada
pengaruh semua variabel
independen secara
bersamaan untuk leverage
Persamaan : Leverage
sebagai variabel terikat,
profitabilitas dan likuiditas
sebagai variabel bebas,
metode analisis data regresi
linear berganda dan uji
asumsi klasik.
Perbedaan : Variabel bebas
yang digunakan Firm Size ,
Growth, non-debt tax
shield, fixed asset dan
bussines risk, objek yang
diteliti yaitu PT. Astra
International, Tbk dan anak
perusahaannya sedangkan
dalam penelitian ini
perusahaan sektor industri
30
terhadap leverage
7. Terdapat pengaruh
liquidity terhadap
leverage
dasar dan kimia.
Devin Yovin
dan Ni Putu
Suryantini
(2012)
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh
terhadap
Struktur Modal
pada Perusahaan
Foods And
Beverages yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Struktur Aktiva,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan
1. Struktur aktiva
berpengaruh
terhadap struktur
modal perusahaan
foods and
beverages di Bursa
Efek Indonesia
2. Profitabilitas
berpengaruh
terhadap struktur
modal perusahaan
foods and
beverages di Bursa
Efek Indonesia
3. Ukuran perusahaan
berpengaruh
terhadap struktur
modal perusahaan
foods and
beverages di Bursa
Efek Indonesia
Hasil pengujian secara
bersama-sama menunjukkan
bahwa struktur aktiva,
profitabilitas, dan ukuran
perusahaan di Indonesia
mempengaruhi signifikan
struktur modal pada periode
dengan koefisien
determinasi 0,47. Secara
parsial hasil pengujian
menunjukkan bahwa :
1. Struktur aktiva
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
2. Ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
3. Profitabilitas memiliki
pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap
struktur modal
Persamaan : Debt to Equity
sebagai variabel dependen,
profitabilitas sebagai
variabel dependen, Metode
pemilihan sampel
purposive sampling, metode
analisis data yang
digunakan regresi linear
berganda dan uji asumsi
klasik.
Perbedaan : Struktur aktiva
dan Ukuran perusahaan
sebagai variabel
independen, periode
penelitian 2007-2011
dengan perusahaan Foods
and Beverages sebagai
objek yang digunakan
sedangkan dalam penelitian
ini dilakukan periode 2012-
2016 dengan objek
perusahaan sektor industri
dasar dan kimia.
Ferdian Pengaruh Faktor Variabel 1. Corporate Tax Hasil penelitian Persamaan : Leverage
31
Pardosi
(2013)
Pajak dan
Faktor-Faktor
lain terhadap
Leverage pada
Perusahaan-
Perusahaan
Manufaktur
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Dependen :
Leverage
Variabel
Dependen :
Corporate Tax
Rate, Non-debt
tax, Investment
Opportunity Set,
Profitability, Past
Debt
Rate berpengaruh
signifikan positif
terhadap leverage
2. Non-debt tax shield
berpengaruh
signifikan positif
terhadap leverage
3. Investment
Opportunity Set
berpengaruh
signifikan positif
terhadap leverage
4. Profitability
berpengaruh
signifikan positif
terhadap leverage
5. Past Debt
berpengaruh
signifikan positif
terhadap leverage
menunjukkan bahwa:
1. Corporate Tax Rate
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Leverage
2. Non-Debt Tax Shield
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Leverage
3. Investment Opportunity
Set berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Leverage
4. Profitability
berpengaruh secara
signifikan negatif
terhadap Leverage
5. Past Debt berpengaruh
secara signifikan positif
terhadap Leverage
seagai variabel terikat,
profitability sebagai
variabel bebas, metode
penentuan sampel
menggunakan purposive
sampling, data yang
digunakan selama 5 tahun.
Perbedaan : Tidak
menggunakan Likuiditas,
Pertumbuhan penjualan dan
kepemilikan institusional
sebagai variabel bebas,
periode penelitian yang
digunakan 2006-2010
dengan objek seluruh
industri manufaktur
sedangkan dalam penelitian
ini objek yang digunakan
hanya sektor industri dasar
dan kimia dengan periode
2012-2016.
Nadia
Puspawardh
ani (2014)
Pengaruh
Pertumbuhan
Penjualan,
Profitabilitas,
Struktur Aktiva
dan Ukuran
Perusahaan
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Pertumbuhan
Penjualan,
1. Pertumbuhan
Penjualan,
Profitabilitas,
Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan
secara simultan
berpengaruh
Hasil penelitian ini
menunjukkan:
1. Pertumbuhan penjualan,
profitabilitas, struktur
aktiva dan ukuran
perusahaan secara
simultan berpengaruh
Persamaan : Debt to Equity
Ratio sebagai variabel
dependen, perumbuhan
penjualan dan profitabilitas
sebagai variabel
independen.
Perbedaan : Variabel
32
terhadap
Struktur Modal
pada Perusahaan
Pariwisata dan
Perhotelan di
BEI
Profitabilitas,
Struktur Aktiva,
Ukuran
Perusahaan
signifikan terhadap
Struktur Modal
2. Pertumbuhan
Penjualan
berpengaruh positif
terhadap struktur
modal
3. Profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap
struktur modal
4. Struktur Aktiva
berpengaruh positif
terhadap struktur
modal
5. Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap struktur
modal
signifikan terhadap
struktur modal
2. Pertumbuhan Penjualan
memiliki pengaruh
negative namun tidak
signifikan terhadap
struktur modal
3. Profitabilitas memiliki
pengaruh positif
signifikan terhadap
struktur modal
4. Struktur aktiva
berpengaruh positif
namun tidak signifikan
terhadap struktur modal
5. Ukuran Perusahaan
memiliki pengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal
independen tidak
menggunakan kepemilikan
institusional dan Likuiditas,
metode penelitian yang
digunakan asosiatif, periode
penelitian 2017-2011
dengan objek sektor
pariwisata dan perhotelan
sedangkan dalam penelitian
ini dilakukan pada periode
2012-2016 dengan objek
sektor industri dasar dan
kimia.
Nudzunul
Fiara
Thausyah
(2015)
Pengaruh
Pertumbuhan
Penjualan,
Struktur Aktiva,
dan
Profitabilitas
terhadap
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Pertumbuhan
Penjualan,
Struktur Aktiva,
Profitabilitas
1. Pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
terhadap struktur
modal pada
perusahaan
property and real
estate
2. Struktur aktiva
Berdasarkan hasil analisis
regresi linier didapatkan
bahwa:
1. Pertumbuhan penjualan
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
struktur modal
2. Struktur aktiva
berpengaruh tidak
Persamaan : Debt to Equity
Ratio sebagai variabel
terikat, pertumbuhan
penjualan dan profitabilitas
sebagai variabel bebas,
periode penelitian selama 5
tahun, teknik pengambilan
sampel dengan purposive
sampling.
33
berpengaruh
terhadap struktur
modal pada
perusahaanproperty
and real estate
3. Profitabilitas
berpengaruh
terhadap struktur
modal pada
perusahaan
property and real
estate
signifikan terhadap
struktur modal
3. Profitabilitas
berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal
Perbedaan : Struktur aktiva
sebagai variabel bebas,
jenis penelitian yang
digunakan kausal
komparatif, periode
penelitian 2009-2013
dengan objek perusahaan
property and real estate.
Ni Made
Novione
Purnama
Dewi S. dan
Made
Rusmala D.
(2016)
Pengaruh
Pertumbuhan
Penjualan,
Struktur Aktiva,
dan
Pertumbuhan
Aktiva terhadap
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Pertumbuhan
Penjualan,
Struktur Aktiva,
Pertumbuhan
Aktiva
1. Pertumbuhan
Penjualan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Struktur
Modal
2. Struktur Aktiva
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Struktur
Modal
3. Pertumbuhan
Aktiva
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Struktur
Hasil analisis penelitan ini
menunjukkan bahwa:
1. Pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
2. Struktur aktiva
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal
3. Pertumbuhan aktiva
berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap
struktur modal
Persamaan : Debt to Equity
Ratio sebagai variabel
dependen, pertumbuhan
penjualan sebagai variabel
independen, metode analisis
data menggunakan regresi
linier berganda.
Perbedaan : Struktur aktiva
dan Perumbuhan aktiva
sebagai variabel
independen, periode
penelitian 2011-2014
dengan objek pada Restoran
Pawitra Sari di Uud Bali.
34
Modal
Pungkas
Prayogo
(2016)
Analisis Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Struktur Modal
pada Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Struktur Aktiva,
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan,
Likuiditas,
Growth
1. Struktur aktiva
berpengaruh positif
terhadap struktur
modal pada
perusahaan
manufaktur
2. Profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap
struktur modal
pada perusahaan
manufaktur
3. Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap struktur
modal pada
perusahaan
manufaktur
4. Likuiditas
berpengaruh
negatif terhadap
struktur modal
pada perusahaan
manufaktur
5. Growth
berpengaruh positif
terhadap struktur
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa :
1. Struktur aktiva tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal pada
perusahaan manufaktur
2. Profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal pada
perusahaan manufaktur
3. Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal pada
perusahaan manufaktur
4. Likuiditas yang
diproksikan dengan
current ratio (CR)
berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
5. Growth tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal pada
perusahaan manufaktur
Persamaan : Debt to Equity
Ratio sebagai variabel
dependen, profitabilitas
sebagai variabel
independen, metode analisis
data menggunakan regresi
linier berganda,
pengambilan sampel
menggunakan purposive
sampling.
Perbedaan : Jenis penelitian
asosiatif, periode penelitian
2012-2014 dengan objek
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
sedangkan dalam penelitian
ini menggunakan objek
perusahaan sektor industry
dasar dan kimia dengan
periode penelitian 2012-
2016.
35
modal perusahaan
manufaktur
Yanuar
Christie
(2014)
Analisis Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Struktur Modal,
dengan Ukuran
Perusahaan
sebagai Variabel
Moderating
(Studi Empiris
pada Perusahaan
Property and
Real Estate yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia untuk
Tahun 2010-
2013)
Variabel
Dependen :
Struktur Modal
Variabel
Dependen :
Profitabilitas,
Growth
Opportunity,
Tangibility, Cost
of Financial
Distress, Non
Debt Tax Shield
1. Profitabilitas
berpengaruh
negatif terhadap
Struktur Modal
2. Growth
Opportunity
berpengaruh positif
terhadap Struktur
Moda
3. Tangibility
berpengaruh positif
terhadap Struktur
Modal
4. Cost of Financial
Distress
berpengaruh
negatif terhadap
Struktur Modal
5. Non Debt Tax
Shield berpengaruh
negatif terhadap
Struktur Modal
Hasil penelitian
membuktikan bahwa
Profitabilitas, Tangibility,
Cost of Financial Distress,
dan Non Debt Tax Shield
berpengaruh terhadap
Struktur Modal. Sedangkan
Growth Opportunity tidak
berpengaruh terhadap
Struktur Modal
Persamaan : Debt to Equity
Ratio sebagai variabel
dependen, profitabilitas
sebagai variabel
independen, metode analisis
data menggunakan regresi
linier berganda dan uji
asumsi klasik, pengambilan
sampel menggunakan
purposive sampling.
Perbedaan : Ukuran
Perusahaan sebagai variabel
moderating, periode
penelitian 2010-2013
dengan objek perusahaan
Properti and Real Estate.
Tiara Jati
Utami
(2014)
Analisis Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Leverage pada
Variabel
Dependen :
Leverage
Variabel
1. Profitability
berpengaruh positif
terhadap leverage
2. Fixed Tangiable
Hasil pengujian ini
menemukan bahwa secara
parsial profitability, growth
opportunities, liquidity, firm
Persamaaan : Leverage
sebagai variabel terikat,
profitability dan
institutional ownership
36
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
periode 2019-
2012
Dependen :
Profitability,
Fixed Tangiable
Assets, Growth
Opportunities,
Institutional
Ownership,
Liquidity, Firm
Size, Number of
Subsidiaries
Assets berpengaruh
positif terhadap
leverage
3. Growth
Opportunities
berpengaruh
negatif terhadap
leverage
4. Institutional
Ownership
berpengaruh
negatif terhadap
leverage
5. Liquidity
berpengaruh
negatif terhadap
leverage
6. Firm Size
berpengaruh positif
terhadap leverage
7. Number of
Subsidiaries
berpengaruh
negatif terhadap
leverage
size dan number of
subsidiaries berpengaruh
signifikan terhadap leverage
sedangkan fixed tangiable
assets dan institutional
ownership tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
leverage. Adjusted R square
yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebesar
0,512. Hal ini menunjukkan
bahwa 51,2 persen variabel
dependen yaitu leverage
dapat dijelaskan oleh enam
variabel independen yaitu
profitability, fixed tangiable
assets, growth
opportunities, institutional
ownership, liquidity, firm
size dan satu variabel
kontrol yaitu number of
subsidiaries, sedangkan
sisanya sebesar 48,8 persen
dijelaskan oleh variabel lain
diluar model penelitian.
sebagai variabel bebas,
metode analisis data
menggunakan regresi linier
berganda dan uji asumsi
klasik
Perbedaan : Fixed
Tangiable Assets, Growth
Opportunities, Firm Size,
Number of Subsidiaries
sebagai variabel bebas,
periode penelitian 2009-
2012 dengan objek seluruh
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI
sedangkan dalam penelitian
ini objek yang digunakan
hanya sebatas sektor
industri dasar dan kimia
dengan periode penelitian
2012-2016.
37
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijelaskan diatas, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Diduga likuiditas berpengaruh signifikan terhadap leverage
perusahaan sektor industri dasar dan kimia.
H2: Diduga perumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap
leverage perusahaan industri dasar dan kimia.
H3: Diduga profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap leverage
perusahaan industri dasar dan kimia.
H4: Diduga kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
leverage perusahaan industri dasar dan kimia.
H5: Diduga likuiditas, pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan
kepemilikan institusional secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap leverage perusahaan industri dasar dan kimia.
Likuiditas
Pertumbuhan
Penjualan
Profitabilitas
Kepemilikan
Institusional
Leverage
H5
H1
H4
H3
H2