bab ii tinjauan pustaka€¦ · · 2017-04-01maka outcome yang diharapkan belum terlihat...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Evaluasi
1.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan , monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi dinyatakan oleh Tyler dalam
Badrudin (2014) sebagai proses menentukan sejauh mana tujuan organisasi dapat
dicapai. Notoadmojo (2011) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses
membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menilai tingkat kinerja
suatu kebijakan, dapat dilakukan jika suatu kebijakan berjalan dalam waktu yang
cukup. Evaluasi umumnya dilaksanakan untuk menilai outcome dari suatu
kebijakan yang telah dilaksanakan, apabila evaluasi terlalu dini dilaksanakan
maka outcome yang diharapkan belum terlihat (Subarsono, 2005).
Stufflebeam dalam Lababa (2008) mengemukakan bahwa evaluasi adalah
merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi
yang berguna untuk merumuskan alternative keputusan. Evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam
pengambilan keputusan (Arikunto, 2009).
Evaluasi dapat dikatakan sebagai proses yang harus ditempuh oleh seseorang
untuk mendapatkan informasi yang berguna sehingga dapat digunakan untuk
menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternative yang
diinginkan karena pengambilan keputusan tidak diambil secara acak maka
alternative itu harus diberi nilai relative (Badrudin, 2014).
Dari beberapa pengertian evaluasi tersebut dapat dikatakan bahwa evaluasi
dikatakan sebagai proses pengumpulan data atau informasi yang bersifat ilmiah
dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan serta dalam memberikan
penilaian terhadap pencapaian program dengan target yang telah ditetapkan.
1.1.2 Fungsi Evaluasi
Fungsi utama evaluasi adalah agar hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
umpan balik untuk perencanaan selanjutnya (Muninjaya, 2011). Arikunto dalam
Badrudin (2014) mengatakan bahwa terdapat dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum yang diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Dalam menentukan
evaluasi itu sesuai atau tidak dengan target diperlukan adanya kriteria evaluasi.
Adapun kriteria evaluasi (William, 2000) sebagai berikut :
1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan sudah tercapai.
2. Efisiensi , berhubungan dengan seberapa banyak usaha yang telah diperlukan
untuk mencapai hasil yang sudah tercapai.
3. Kecukupan, berhubungan dengan seberapa jauh hasil pencapaian program
mampu menyelesaikan masalah yang ada.
4. Perataan, apakah biaya dan manfaat didistribusikan secara merata kepada
kelompok-kelompok berbeda.
5. Rensponsivitas, apakah hasil penelitian memuaskan kebutuhan, preferensi
atau nilai kelompok-kelompok yang berbeda.
6. Ketepatan, hasil atau tujuan yang dicapai benar-benar berguna atau bernilai.
Crawford dalam Badrudin (2014) mengatakan bahwa evaluasi memiliki
beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai
dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
1.1.3 Metode Evaluasi
Muninjaya (2011) mengemukakan bahwa jenis evaluasi dapat dibedakan
menjadi 3 adalah :
1. Evaluasi Input yang dilaksanakan sebelum pelaksaan program dimulai untuk
mengetahui ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar prosedur
pelaksanaan disesuaikan dengan sumber daya yang dimanfaatkan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan program. Evaluasi ini bersifat pencegahan
(preventive evaluation) karena kegiatan evaluasi bersifat mengkaji persiapan
sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan sedini mungkin.
2. Evaluasi Proses (formative evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan
dilaksanakan yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
kegiatan program atau metode yang digunakan, meningkatkan motivasi staf
dan memperbaiki komunikasi diantara staf.
3. Evaluasi Output (impact / summative evaluation) dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai untuk mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Hasil yang dicapai dibandingkan dengan target, effect, atau outcome untuk
mengetahui pengaruh kegiatan program terhadap sikap dan perilaku
masyarakat atau dampak program pada penurunan kejadian sakit atau
kematian. Evaluasi juga ditunjukkan untuk mengetahui mutu pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pada
saat penyusunan perencanaan.
Menurut (Azwar, 2010) dan (Soekidjo, 2011) evaluasi dapat dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu adalah :
1. Evaluasi terhadap Input yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber
daya baik sumber dana , tenaga ataupun sumber sarana.
2. Evaluasi terhadap proses yang lebih dititik beratkan pada pelaksanaan
program apakah sesuai atau tidak dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Evaluasi terhadap output yaitu evaluasi yang dilakukan pada hasil yang telah
dicapai dari pelaksanaan program. Bertujuan untuk mengetahui apakah hasil
yang telah dicapai telah sesuai dengan target program yang telah ditentukan.
4. Evaluasi terhadap dampak adalah evaluasi yang digunakan pada pengaruh
yang ditimbulkan dari pelaksanaan program terhadap kesehatan masyarakat.
1.2 Pendampingan Sosial
Masyarakat miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik
karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari
lingkungannya. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang
turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka.
Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok
miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam
tantangan seperti merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi,
memobilisasi sumber daya setempat, memecahkan masalah sosial, menciptakan
atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan dan menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat
(Suharto, 2004).
Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program
penanggulangan kemiskinan. Peran pendamping umumnya mencakup empat
peran utama yaitu (Suharto, 2004):
1. Fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi,
kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan
dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan
negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta
melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber.
2. Pendidik yang berarti pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi
masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat
yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat,
menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan
pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan
peran pendidik.
3. Perwakilan masyarakat dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara
pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi
kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas
mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media,
meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.
4. Peran-peran teknis mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis.
Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang
mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-
tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan
analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber
dana.
Peran yang dimiliki oleh pendamping sosial harus dilaksanakan dengan baik
sehingga mampu memberikan hasil baik pada kinerja pendamping. Kinerja
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia (2001)
mengemukakan bahwa pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau
prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus
diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari
suatu kebijakan operasional.
Menurut Darma (2005) dalam Ahmad (2013) faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kinerja staf meliputi mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan,
efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang
mempengaruhi kinerja meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja,
penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi,
penghargaan dan imbalan).
1.3 Program Keluarga Harapan (PKH)
1.3.1 Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) atau yang sering dikenal dengan sebutan
Conditional Cash Transfer (CCT) dengan istilah lain yaitu bantuan tunai
langsung bersyarat merupakan salah satu program nasional yang dikeluarkan
oleh Kementerian Sosial yang berupaya dalam percepatan pengentasan
penanggulangan kemiskinan di tingkat kelompok masyarakat yang tergolong
dalam kelas Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) atau Keluarga Sangat
Miskin (KSM). Program ini berupaya untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat untuk menjadi lebih layak dan mampu berdiri sendiri dalam
membangun kecerdasan anak dan kesehatan keluarga demi keberlangsungan
hidup sehingga menjadi lebih produktif dan mandiri (Sosial, 2013a). Dasar
hukum terbentuknya Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
3. Undang-undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
4. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
6. Inpres No. 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi tahun 2013 poin lampiran ke 46 tentang Program Keluarga Harapan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
8. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang
“Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008 Tanggal 8
Januari 2008”
9. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 149 Tahun 2013
tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
10. Surat Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat No.IR.02.03/B/III/2977/2010
Tanggal 5 Agustus 2010 perihal Dukungan Sektor Kesehatan terhadap PKH
Dasar terbentuknya program ini adalah tingkat kemiskinan suatu rumah
tangga dikaitkan dengan tingkat kesehatan dan pendidikannya. Rendahnya
penghasilan keluarga menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan
dalam bidang kesehatan maupun pendidikan. Dilihat dari segi kesehatan
pemeliharaan kesehatan pada kandungan sangat dipengaruhi oleh keadaan
perekonomian keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat perekonomian rendah
sering tidak mampu mendapatkan pelayanan kehamilan yang memadai sehingga
berdampak pada kehamilan yang tidak sehat dan berujung pada tingginya angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian Ibu (AKI).
(SDKI, 2007) menyatakan bahwa AKB pada kelompok penduduk
berpendapatan rendah terjadi sebanyak 56 per 1000 kelahiran hidup sedangkan
penduduk dengan pendapatan tinggi dimana angka AKB mencapai 26 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan tingkat AKI mengacu pada 228 wanita per 100.000
walaupun tidak terpaut jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah
berkomitmen untuk menekan tingkat AKI hingga 102 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2015.
Hal ini disebabkan karena faktor ketidakmampuan penduduk dengan
penghasilan rendah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau dalam
pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi. Rendahnya kondisi kesehatan
RTSM / KSM juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang
anak, terutama usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003 Angka Kematian Balita pada
kelompok penduduk berpenghasilan rendah mencapai 77% per 1000 kelahiran
hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tinggi mencapai 22%
per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003).
Kasus gizi kurang pada tahun 2000 mencapai 24,5% kemudian meningkat
menjadi 29% pada tahun 2005. Sementara tahun 2007 mengalami penurunan
menjadi 18,4% (Riskesdas, 2007). Gizi kurang berdampak buruk pada
produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga menyebabkan kelompok
ini terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk.
Program Keluarga Harapan (PKH) juga bertujuan mencapai Millenium
Development Goals (MDGs). Terdapat 5 komponen MDGs yang secara tidak
langsung terbantu oleh Program Keluarga Harapan (PKH) ini yaitu adalah :
1. Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan
2. Pendidikan dasar
3. Kesetaraan gender
4. Pengurangan angka kematian bayi dan balita
5. Pengurangan kematian ibu melahirkan
PKH akan memberikan manfaat jangka panjang dan jangka pendek. Untuk
jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada RTSM/KSM
melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Untuk jangka panjang
program ini diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi
melalui peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan dan kapasitas pendapatan
anak di masa depan (price effect) serta memberikan kepastian kepada si anak
akan masa depannya (insurance effect )(Sosial, 2013a).
PKH merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang
anggarannya bersumber dari APBN dan melibatkan berbagai sektor yang
didalamnya memerlukan kontribusi dan komitmen Kementerian / Lembaga
meliputi Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Keuangan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, TNP2K, BPS, Pemerintah Daerah serta Lembaga
Keuangan /perbankan dalam penyaluran bantuan bagi peserta PKH.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKH
Sumber : Panduan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan 2013
1.3.2 Mekanisme Program Keluarga Harapan (PKH)
Kriteria peserta penerima bantuan PKH adalah masyarakat dengan tingkat
penghasilan 10% terendah yang tergolong dalam kluster 1 yaitu Rumah
Tangga/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM). Data yang digunakan dalam
penentuan peserta PKH adalah data miskin yang ada di Badan Pusat Statistik
(BPS) yang tentu harus memenuhi kriteria sebagai peserta PKH. Minimal salah
satu atau beberapa kriteria terdapat dalam RTSM/KSM yang termasuk dalam
data kluster 1, adapun kriteria miskin yaitu adalah (Widodo, 2010) :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
Kementrian Sosial
Dinas Sosial
Provinsi
UPPKH Kecamatan
Dinas Sosial
Kabupaten
UPPKH
Kabupaten
UPPKH Provinsi
UPPKH Pusat
Fasilitas
Pendidikan
RTSM/KSM
Fasilitas Kesehatan
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa di plester
4. Tidak memiliki fasilitas MCK/ bersama-sama dengan rumah tangga lain
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam seminggu sekali
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas
12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat
SD/tamat SD
13. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan
500m2, buruh tani , nelayan, buruh bangunan, buruh kebun atau lainnya
dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal harga
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, hewan ternak,
kapal motor atau barang modal lainnya.
Kriteria warga miskin bisa menjadi peserta PKH berdasarkan persyaratan
peserta PKH dalam Panduan Program Keluarga Harapan (2013) adalah sebagai
berikut :
1. Ibu Hamil / Ibu Nifas / Anak Balita
2. Anak Usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (Anak Prasekolah)
3. Anak Usia 7-12 tahun yang masuk Sekolah Dasar
4. Anak Usia 12-15 tahun yang masuk Sekolah Menengah Lanjutan Pertama
5. Anak Usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar
RTSM/KSM yang terpilih sebagai peserta PKH memiliki hak / kewajiban
diantaranya yaitu :
Tabel 2.1 Hak dan Kewajiban Peserta PKH
HAK KEWAJIBAN
Mendapatkan bantuan uang tunai
sesuai persyaratan
Anak usia 0-6 tahun dan Ibu hamil / nifas
wajib mengikuti persyaratan seluruh
protokol pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan
Mendapatkan pelayanan kesehatan di
Pusat Pelayanan Kesehatan (PPK)
baik itu Puskesmas,
Posyandu,Polindes)
Anak usia 6-15 tahun wajib didaftarkan dan
disekolahkan ke SD/MI atau SLTP/MTS
dan hadir minimal 85% per bulan di kelas.
Mendapatkan pelayanan pendidikan
bagi anak usia wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun baik formal /
informal maupun non formal.
Anak usia 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar
didaftarkan ke sekolah terdekat atau
mengambil sekolah kesetaraan.
Sumber : Direktorat Jaminan Sosial Tahun 2013
Hak peserta PKH adalah mendapatkan bantuan uang tunai yang berbeda-beda
disesuaikan dengan kriteria yang terdapat di dalam keluarga tersebut. Bantuan tersebut
akan dibayarkan 4 kali dalam satu tahun melalui Kantor Pos terdekat dengan
membawa Kartu Peserta PKH. Adapun besaran bantuan yang diperoleh berdasarkan
skenario bantuan PKH adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Besaran Dana Bantuan PKH
Skenario Bantuan Bantuan per RTSM/ Tahun
Bantuan Tetap Rp. 500.000,-
Bantuan bagi RTSM yang memiliki :
a. Anak usia dibawah 6 tahun
b. Ibu Hamil / Menyusui
Rp. 1.000.000,-
Bantuan bagi RTSM yang memiliki :
a. Anak peserta pendidikan setara SD/MI
b. Anak peserta pendidikan setara
SMP/MTs
c. Anak peserta pendidikan setara SMU
Rp. 450.000,-
Rp. 750.000,-
Rp. 1.000.000,-
Bantua minimum per RTSM Rp. 950.000,-
Bantuan maksimum per RTSM Rp. 3.700.000,-
Sumber : Sumber : Direktorat Jaminan Sosial Tahun 2015
Apabila peserta tidak memenuhi komitmen terhadap kewajibannya, maka
berlaku ketetentuan sebagai berikut :
1. Pengurangan bantuan adalah 10% setiap bulannya sebelum pembayaran
periode berikutnya.
2. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota tidak memenuhi
kewajiban selama 3 bulan berturut-turut.
2.3.3 Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan
Secara garis besar kegiatan PKH bidang kesehatan adalah memantau peserta
PKH agar mampu mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah serta rajin
untuk memeriksakan kondisi kesehatannya ke PPK terdekat yang ada. Landasan
hukum pedoman operasional bagi PPK dalam program PKH adalah sebagai
berikut :
1. Undang-undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin
2. Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
3. Inpres No. 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
poin Lampiran ke 46 tentang PKH
4. Peraturan Presiden N0. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Jamkesmas
6. Surat Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes Republik
Indonesia No. IR.02-02/BIV/2977/2010 tanggal 5 Agustus 2010 tentang “
Sosialisasi PKH kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas dan
jajarannya termasuk bantuan verifikasi pendataan layanan kesehatan yang
diterima peserta PKH “
Secara umum kegiatan yang dilaksanakan PKH bidang kesehatan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Menghadiri pertemuan awal dan dilaksanakan pendataan ulang (validasi)
terhadap RTSM/KSM yang memenuhi kriteria sebagai peserta Program
Keluarga Harapan (PKH)
2. Menandatangani form persetujuan sebagai peserta Program Keluarga
Harapan (PKH)
3. Mendatangi Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) terdekat dan melakukan
pengecekan kesehatan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan
4. Menanyakan jadwal untuk bulan berikutnya dan mematuhi setiap jadwal dan
pelayanan yang harus diperoleh
5. Pendamping akan melaksanakan verifikasi terhadap komitmen peserta PKH
setiap bulan sesuai dengan kewajibannya
6. Apabila peserta tidak memenuhi kewajiban maka akan mendapatkan sanksi
berupa pemotongan bantuan sebesar 10% pada bulan yang bersangkutan dan
apabila pemenuhan komitmen tidak dilakukan berturut-turut selama 3 bulan
maka bantuan PKH akan diberhentikan
7. Pembayaran bantuan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang besaran
bantuan akan disesuaikan dengan kriteria dan pemenuhan komitmen dari
masing-masing kriteria .
Tabel 2.3 Protokol Kesehatan yang Diperoleh oleh Peserta PKH
No Komponen Kesehatan Kewajiban Pelayanan yang Diperoleh
1 Bayi Usia 0-11 Bulan Timbang Berat Badan
Imunisasi Dasar Lengkap
Vitamin A 100.000 IU
MTBS
2 Balita ( 1-5 Tahun ) Timbang Berat Badan
Monitor Tumbuh Kembang
Vitamin A 200.000 IU
MTBS
3 Anak Prasekolah (5-6
Tahun )
Timbang Berat Badan
Monitor Tumbuh Kembang
Pelayanan Kesehatan
4 Ibu Hamil Periksa Kehamilan minimal 4 Kali selama
Kehamilan
Tablet Fe
Imunisasi TT
Pelayanan Kesehatan
5 Ibu Melahirkan Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan
terlatih
6 Ibu Nifas Pemeriksaan dilaksanakan 3 kali pada minggu
pertama , minggu ke 2 dan minggu ke 3
7 Bayi Baru Lahir /
Neonatus (0-28 Hari )
Diperiksa 3 kali sebelum usia 28 hari
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Tahun 2013
Verifikasi dilaksanakan oleh pendamping setiap bulan dengan
mempertimbangkan protokol kesehatan yang diberikan oleh pusat dan
disesuaikan dengan keadaan di masing-masing PPK yang tersedia. Verifikasi ini
dilakukan dengan merekap kehadiran Ibu Hamil/ Nifas , Bayi/ Balita , Anak
Prasekolah untuk secara rutin melakukan pemeriksaan sesuai dengan jadwal
yang diberikan oleh PPK yang melayani dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan
acuan dalam pencairan bantuan PKH.
Gambar 2.2 Prosedur Verifikasi PKH Bidang Kesehatan
Sumber : Pedoman Operasional Program Keluarga Harapan Bagi Pemberi
Pelayan Kesehatan Tahun 2013
Kegiatan PKH bidang kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari program Jamkesmas sehingga kegiatan PKH sepenuhnya dibiayai oleh
program Jamkesmas di PPK mereka melakukan pemeriksaan kesehatan.
Sehingga sebagai PPK tetap akan menerima hak nya atas pelayanan yang telah
diberikan sesuai dengan apa yang diatur dalam pedoman pelaksanaan
Jamkesmas.
2.4 Pendampingan PKH
Dalam melaksanakan program PKH ini diperlukan pendamping yang
bertugas dalam melaksanakan setiap kegiatan program. Pendamping PKH adalah
Puskesmas
Posyandu Polindes Pustu
Petugas Mengisi Form Verifikasi dan
diambil oleh Puskesmas
Pendamping PKH
mengambil form
setiap 3 bulan
sumber daya manusia yang direkrut dan ditetapkan oleh Kementerian Sosial
sebagai pelaksana pendampingan di tingkat Kecamatan. Pendamping bertugas
melakukan pendataan dari awal dan berkelanjutan terhadap data kepesertaan
PKH serta proses verifikasi yang dilaksanakan terhadap komitmen peserta PKH
terhadap kewajiban mereka di PKH sesuai dengan komponen yang dimiliki
(Dinas Sosial Provinsi, 2011).
Adapun siklus mekanisme PKH dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar 2.3 Siklus Mekanisme Kegiatan PKH
Sumber : Buku Kerja Pendamping Tahun 2011
Pendamping PKH merupakan bagian unit pelaksana PKH tingkat
Kecamatan. Jumlah pendamping disetiap Kecamatan disesuaikan dengan jumlah
peserta PKH yang terdaftar disetiap Kecamatan. Sebagai acuan setiap orang
pendamping akan mendampingi 150/375 RTSM sesuai dengan kondisi geografis
di setiap daerah. Sebagai pendamping PKH memiliki beberapa tugas pokok
diantaranya yaitu :
Verifikasi dan
pemutakhiran data
Pembayaran
Pertemuan awal
& validasi
Monitoring &
evaluasi
Rekruitment
SDM
Penetapan
daerah &
Peserta PKH
Koordinasi
1. Tugas Persiapan Program
Adalah tugas yang harus dilakukan oleh pendamping dalam mempersiapkan
pelaksanaan program. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum melakukan
pembayaran pertama bantuan PKH terhadap peserta PKH di Kecamatan tersebut.
Adapun kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pendamping sebelum program
dilaksanakan yaitu adalah :
a. Sosialisasi Program Keluarga Harapan di Tingkat Kecamatan
Pendamping bertugas untuk berkoordinasi dan memberikan sosialisasi
tentang Program Keluarga Harapan kepada pihak Kecamatan, Desa
/Kelurahan , Banjar Dinas, Tokoh Masyarakat, UPTD Kesehatan dan
Pendidikan serta Masyarakat umum dengan membuat selebaran atau
menggunakan media lain.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan program kepada
masyarakat sebelum pendamping melaksanakan tugas pendampingannya di
Kelurahan tersebut sehingga tercipta koordinasi yang baik.
b. Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH
Pendamping berkoordinasi dengan aparat setempat untuk menetapkan
waktu dan tempat melaksanakan pertemuan serta sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam pelaksanaan pertemuan awal. Menghadirkan seluruh calon
peserta PKH , Petugas Kesehatan yang bertugas di Kelurahan tersebut, Guru
/ Petugas dari Fasilitas Pendidikan yang ada di wilayah kelurahan tersebut
serta petugas di kelurahan.
Bertujuan untuk melakukan validasi data calon peserta PKH sesuai
dengan ketetapan program serta melakukan indentifikasi peserta berdasarkan
bidang kesehatan dan pendidikan.
c. Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok peserta PKH
Pendamping menjelaskan peran ketua kelompok secara jelas selanjutnya
melakukan pemilihan ketua kelompok yang dipercaya oleh peserta yang lain
(diutamakan yang memiliki kemampuan membaca dan menulis ).
2. Tugas Rutin
Merupakan tugas keseharian yang harus dilaksanakan secara insentif. Tugas
rutin ini dialokasikan dalam waktu empat hari kerja. Bentuk tugas rutin tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Pemutakhiran data
Dilaksanakan apabila terjadi perubahan struktur penerima bantuan baik
dari segi penambahan atau pengurangan tanggungan maupun perubahan
status (perpindahan sekolah, perpindahan alamat, kesalahan identitas).
Dilaksanakan dengan mengisi form yang telah disediakan dengan
menyertakan bukti yang terkait dengan perubahan serta pendamping
melaporkan ke UPPKH Kabupaten untuk segera dilakukan entry
pemutakhiran data kepesertaan PKH.
b. Memfasilitasi proses pengaduan
Dalam hal ini pengaduan dapat berasal dari peserta PKH ataupun pihak
luar seperti masyarakat umum dan LSM. Pendamping sebagai petugas
terdepan memiliki tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang diadukan
namun apabila permasalah tersebut memerlukan penanganan oleh pihak yang
lebih tinggi maka pendamping berkewajiban untuk memfasilitasi dengan
mengadukan permasalahan menggunakan form pengaduan ( formulir C-2 )
yang selanjutnya akan ditangani oleh UPPKH Pusat.
c. Melakukan pertemuan bulanan dengan masyarakat penerima bantuan PKH
Kegiatan ini memiliki fungsi untuk mendeteksi permasalahan yang ada
di lapangan sehingga bisa diselesaikan, sebagai tempat bagi ketua kelompok
untuk menyampaikan pemikiran /pendapat tentang perjalan program. Dalam
kegiatan ini pendamping berkewajiban menyampaikan informasi
perkembangan atau pencapaian program , melakukan pemutakhiran data ,
menerima keluhan dan menggali masalah yang dihadapi oleh peserta PKH,
memberikan motivasi bagi peserta yang belum memenuhi komitmen.
d. Berkunjung ke rumah penerima bantuan
Apabila pada saat melaksanakan pertemuan bulanan ada peserta PKH
yang tidak bisa menghadiri pertemuan karena alasan tertentu maka
pendamping perlu melakukan kunjungan ke rumah peserta.
e. Melakukan koordinasi
Koordinasi dilaksanakan dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan
kesehatan / pendidikan apabila pendamping akan melaksanakan kegiatan
seperti pencairan bantuan PKH, pemberhentian RTSM dari keanggotaan
PKH termasuk juga dilaksanakan ketika pendamping melaksanakan kegiatan
verifikasi di fasilitas kesehatan dan pendidikan.
f. Pelaksanaan verifikasi Faskes dan Fasdik
Pendamping melakukan pengecekan pelaksanaan kewajiban RTSM
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan / pendidikan dengan
menyampaikan dan mengambil kembali form verifikasi sebagai bukti
komitmen peserta PKH.
g. Melakukan kunjungan bulanan dengan pelayanan kesehatan dan pendidikan
Kegiatan ini dilaksanakan di unit pelayanan (sekolah / puskesmas) secara
rotasi / berdasarkan kemudahan akses oleh pendamping dan penyedia
pelayanan terkait (kesehatan/pendidikan) di wilayah kecamatan masing-
masing. Bertujuan untuk menggali permasalahan yang ditemukan selama
pelaksanaan program, kegiatan administrasi verifikasi sesuai dengan harapan
atau belum serta sebagai penyegaran untuk memperbaharui informasi yang
terjadi pada selama berjalannya program.
h. Pencatatan dan pelaporan
Setiap aspek kegiatan dalam PKH perlu dicatat, dilaporkan dan
ditindaklanjuti agar proses pengembangan , pengendalian , keberlangsungan
program dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Bentuk
pencatatan dan pelaporan menggunakan formulir dan format yang seragam
seluruh daerah untuk masing-masing fungsi kegiatan.
3. Tugas Pendampingan Pembayaran
Pada proses pembayaran pendamping melakukan koordinasi dan persiapan
pembayaran. Koordinasi dilakukan kepada pihak PT.POS sebagai penyalur
bantuan serta ketua kelompok untuk memberitahukan jadwal pencairan bantuan
PKH. Saat pembayaran pendamping bertugas untuk mencocokan indentitas
pengambil bantuan dengan form kontrol pendamping , menyaksikan peserta
PKH memperoleh bantuan sesuai dengan komponen dan komitmennya, mengisi
daftar kontrol yang ditandatangani oleh peserta PKH dan sobekan agar ditempel
secara rapi di buku besar.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian dan Nama
Peneliti
Tujuan Penelitian Variabel Metode Hasil
Implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) bidang kesehatan
di Desa Pulo Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang
Tahun 2011
(Eka Prastia Pradikta, Indah
Prabawati)
Untuk mendeskripsikan
Implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) Bidang Kesehatan
di Desa Pulo Kecamatan Jombang
Kabupaten Jombang.
Fokus dari penelitian ini adalah
mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi
kebijakan yaitu struktur birokrasi,
sumberdaya, disposisi, dan
komunikasi
- Pendamping
PKH Desa Pulo
- Bidan Desa Pulo
- Masyarakat
penerima PKH
di Desa Pulo
Wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi
Hasil penelitian ini mendeskripsikan implementasi
Program Keluarga Harapan (PKH) bidang kesehatan di
Desa Pulo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
dapat dilihat dari :
- Indikator komunikasi yang dilakukan oleh pelaksana
PKH di Desa Pulo sudah dilaksanakan dengan baik.
Namun, perlu ada peningkatan pada indikator
transmisinya.
- Variabel disposisi, sudah bisa dikatakan baik pada
pelaksanaannya, diantaranya mengenai insentif
pendamping dan komitmen pelaksana.
- Sumber daya pelaksanaan PKH bidang kesehatan di
Desa Pulo sudah baik. Namun, perlu ada perbaikan
mengenai jumlah staf pelaksana yang masih dirasakan
kurang.
- Struktur organisasi pada program ini sudah bisa
dikatakan baik karena para pelaksana sudah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur dan
dalam penjabaran tupoksi dalam struktur organisasi
sudah jelas.
Implementasi kebijakan Program
Keluarga Harapan (PKH) dalam
memutus rantai kemiskinan
(kajian di Kecamatan Mojosari
Kabupaten Mojokerto)
Untuk mengetahui implementasi
kebijakan PKH di Kecamatan
Mojosari
- Pendamping
PKH
- Dinas Sosial
- Dinas Kesehatan
- PT POS
Wawancara,
dokumentasi
dan
observasi
Secara umum pelaksanaan PKH di Kecamatan Mojosari
ini sudah berjalan dengan cukup baik. Ini dapat dilihat
dari setiap tahapan proses pelaksanaannya yang berjalan
lancar. Apabila diihat dari keadaan penerima bantuan
PKH tersebut mereka menggunakannya untuk membantu
Slamet Agus Purwanto,
Sumartono Sumartono,
Muhammad Makmur
Tahun 2013
- RTSM kondisi sosial dan pendidikan anak-anak RTSM,
membantu biaya kesehatan & gizi ibu hamil, ibu nifas,
dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM, serta
menyadarkan peserta PKH akan pentingnya layanan
pendidikan dan kesehatan
Analisis Peran Pendamping
Dalam Program Keluarga
Harapan (PKH) Pada Suku Dinas
Sosial Jakarta Utara Tahun 2010
( Ahmad Rokhoul Alamin)
Untuk mengetahui peranan
pendamping dalam program
pengentasan kemiskinan melalui
PKH
- Koordinator
Pendamping
PKH
- Pendamping
PKH Jakarta
Utara
- Masyarakat
penerima PKH
Wawancara
dan
observasi
Peran pendamping dalam PKH adalah sebagai mediator,
fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat yang
mampu mengupayakan masyarakat secara mandiri
sehingga mampu meningkatkan taraf hidup mereka dan
keluar dari garis kemiskinan.
Implementasi Program Keluarga
Harapan di Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Ridwan Tri Kurniawan, Indah
Sri Pinasti dan Nur Hidayah )
Untuk mengetahui pelaksaaan
atau implementasi dari PKH di
Kecamatan Gamping Kabupaten
Sleman
- Pendamping
PKH Kecamatan
Gamping
- Peserta PKH
Kecamatan
Gamping
Observasi ,
Wawancara
dan
Dokumentasi
Secara umum implementasi PKH di Kecamatan
Gamping sudah sesuai dengan prosedur yang ada.
Implementasi PKH di Kecamatan Gamping dapat dilihat
dari beberapa variabel implementasi diantaranya yaitu
ketentuan bantuan, mekanisme dan prosedur, komunikasi
dan hubungan antar organisasi, karakteristik agen
pelaksana dan kondisi sosial. Ada beberapa faktor
pendukung implementasi PKH di Kecamatan Gamping
adalah Komunikasi antara pendamping, penerima PKH,
dan fasilitas pendidikan maupun Kesehatan. Motivasi
peserta PKH untuk melaksanakan kewajibannya dan
kinerja pendamping PKH dalam melaksanakan
pekerjaanya. PKH memberikan dampak positif terhadap
penerima / warga namun belum dapat meningkatkan
kondisi sosial RTSM.
Evaluasi Proses Pendampingan
Program Keluarga Harapan
(PKH) Bidang Kesehatan di
Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan Tahun 2015
(Luh Gede Rini Puspita)
Untuk mengetahui pelaksanaan
proses pendampingan PKH
bidang kesehatan meliputi
validasi, pemutakhiran data,
verifikasi, pendampingan
pembayaran bantuan PKH, serta
hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan proses pendampingan
PKH bidang kesehatan
- Kepala Bidang
Jaminan Sosial
- Kepala
Puskesmas
- Pendamping
PKH
- Bidan Desa
Wawancara,
dan
observasi
-