bab ii tinjauan pustaka 1. - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42706/3/bab ii.pdftanpa adanya...

19
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Pada bagian atau bab ini mengkaji teori-teori yang relevan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I. teori dapat bersumber dari text-Book, jurnal penelitian, maupun media elektronik. 1. Persediaan Perusahaan manufaktur tentu memiliki barang cadangan atau persediaan. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. a) Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) pada umumnya merupakan barang dagangan yang utama dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur, persediaan sangat penting dan termasuk bagian aktiva lancar yang aktif. Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual (Kieso, 2008).

Upload: nguyenngoc

Post on 10-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Pada bagian atau bab ini mengkaji teori-teori yang relevan untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I. teori dapat

bersumber dari text-Book, jurnal penelitian, maupun media elektronik.

1. Persediaan

Perusahaan manufaktur tentu memiliki barang cadangan atau

persediaan. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan

menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi

keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat

buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi

kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya

didapatkan.

a) Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) pada umumnya merupakan barang dagangan

yang utama dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang maupun

perusahaan manufaktur, persediaan sangat penting dan termasuk bagian

aktiva lancar yang aktif. Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau

barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang

akan dijual (Kieso, 2008).

10

Menurut Ristono (2009) Persediaan adalah barang-barang yang

disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang.

Sedangkan, Menurut Alexandri (2009) Persediaan adalah suatu aktiva

yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang

yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan

bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses

produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi.

Dari penjabaran teori tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

dijual pada masa atau periode yang akan datang. Dengan demikian

perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki

persediaan. Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang

menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu

perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufakture), apalagi

perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana

perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-

bahan bangunan.

b) Fungsi persediaan

Seringkali perusahaan dihadapkan terhadap berbagai macam

masalah yang dapat mengancam proses operasional. Persediaan sangat

berperan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang

11

memiliki persediaan akan terhindar dari berbagai masalah internal maupun

eksternal. Seperti, jika terjadi keterlambatan pengiriman barang oleh

pemasok atau terjadi lonjakan permintaan secara tiba-tiba maka

perusahaan yang memiliki persediaan akan dapat mengatasi hal tersebut.

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi

kebutuhan, Menurut Eddy Herjanto (2007) fungsi persediaan adalah

sebagai berikut:

a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau

barang yang dibutuhkan perusahaan. Jika sampai terjadi keterlambatan

penggiriman bahan baku oleh pemasok, perusahaan akan tetap dapat

memenuhi kebutuhan produksinya karena memiliki persediaan.

b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga

harus dikembalikan. Resiko ketidaksesuaian pemesanan bahan baku

bisa saja terjadi. Jika hal tersebut terjadi dan perusahaan tidak memiliki

persediaan, maka perusahaan akan terganggu produksinya.

c. Menaikan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. Jika

persediaan sedikit dan permintaan banyak, maka barang akan memiliki

peluang kenaikan harga.

d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman

sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tidak

tersedia di pasaran. Beberapa bahan baku tidak bisa didapatkan setiap

waktu, maka dari itu fungsi persediaan untuk menyimpan bahan baku

12

yang bersifat musiman sehingga tidak mengganggu jalannya produksi

jika bahan baku tersebut tidak tersedia.

e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.

f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang

yang diperlukan. Permintaan terkadang bersifat flukuatif, lonjakan

permintaan bisa terjadi sewaktu-waktu. Maka dari itu perusahaan yang

memiliki persediaan yang cukup tidak akan kesulitan jika tiba-tiba

terjadi lonjakan permintaan.

Maka dari fungsi persediaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

fungsi persediaan untuk menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku,

resiko kenaikan harga bahan baku dan untuk menyimpan bahan baku yang

sewaktu-waktu dibutuhkan oleh perusahaan untuk proses produksi.

Dengan pentingnya fungsi persediaan tersebut, maka perusahaan yang

memiliki persediaan cukup maka dapat memperlancar keberlangsungan

perusahaannya.

c) Jenis-Jenis Persediaan

Penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis

usaha perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan dagang, persediaan

terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli

akan diperjual belikan kembali oleh perusahaan. Oleh sebab itu, dalam

perusahaan dagang umumnya hanya dikenal satu jenis persediaan, yaitu

persediaan barang dagang yang merupakan produk selesai.

13

Perusahaan manufaktur juga memiliki persediaan, akan tetapi

berbeda dengan perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak

semua persediaan siap untuk dijual. Oleh sebab itu persediaan pada

perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari 3 jenis yaitu persediaan

bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Pada dasarnya ada beberapa jenis persediaan yang dimiliki oleh

suatu perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No. 14 tahun 2012 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), jenis

persediaan adalah persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan

untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk

dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual

kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi,

atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan

termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses

produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa.

Menurut Hanafi (2010) Persediaan biasanya mencakup beberapa

jenis persediaan seperti persediaan bahan mentah, persediaan bahan

setengah jadi, dan persediaan barang jadi (barang dagangan). Bahan

mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang

dagangan. barang setengah jadi adalah barang yang belum selesai

sepenuhnya menjadi barang dagangan. Barang jadi adalah barang yang

sudah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual.

14

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan

mempunyai banyak jenis tergantung jenis perusahaan serta fungsi dari

persediaan itu sendiri. Persediaan mun memakan banyak biaya dalam

perolehannya seperti Ongkos angkut, Diskon Pembelian (Diskon Tunai

atas Pembelian Kredit). Perusahaan manufaktur mempunyai jenis

persediaan lebih banyak dibandingkan perusahaan dagang yang hanya

mempunyai dua jenis persediaan.

d) Biaya-Biaya Dalam Persediaan

Biaya-biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang

langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan pembelian,

persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Menurut Stice

(2009:662), berikut biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan:

a. Biaya produk (produk costs) adalah biaya yang berhubungan langsung

dengan transfer barang ke lokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang

tersebut ke kondisi yang siap untuk dijual. Beban seperti itu mencakup

ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung

lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan

dalam memproses barang ketika dijual.

b. Biaya Periode (periode costs) adalah biaya yang tidak dianggap

berhubungan langsung dengan akuisisi atau produksi barang dan

karenanya tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Contoh biaya

periode adalah beban penjualan (selling expenses) dan dalam kondisi

15

yang biasa, dan beban umum serta administrasi (general and

administrative expenses).

c. Biaya Manufaktur. Sebuah bisinis yang membuat barang menggunakan

tiga akun persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang

jadi. Barang dalam proses dan barang jadi meliputi bahan, tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur

meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan pos-

pos seperti penyusutan, pajak, asuransi, pemanas, dan listrik yang

dibutuhkan dalam proses manufaktur.

d. Diskon sebagai pengurang biaya. Diskon yang berhubungan dengan

pembelian diperlakukan sebagai pengutang biaya persediaan. Diskon

dagang (trade discount) adalah perbedaan antara harga catalog dengan

harga yang dikenakan kepada pembeli. Biaya didefinisikan sebagai

harga dalam daftar dikurangi diskon dagang. Tidak ada pencatatan yang

dibuat untuk diskon dagang dan pembelian harus dicatat pada harga

bersih. Diskon tunai (cash discount) adalah diskon yang diberikan

untuk pembayaran faktur dalam periode waktu yang terbatas. Diskon

tunai biasanya dinyatakan sebagai persentase tertentu yang akan

diberikan jika faktur dibayar dalam rentang hari tertentu, dan

pembayaran dengan jumlah penuh jika melewati waktu yang

ditentukan.

e. Retur dan Potongan Pembelian. Penyesuaian terhadap biaya faktur juga

dibuat ketika barang dagangan rusak atau memiliki kualitas yang lebih

16

rendah daripada yang dipesan. Kadang-kadang barang dagangan secara

fisik dikembalikan kepada pemasok.

2. Perencanaan persediaan

a) Material Requirement Planning (MRP)

Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu teknik atau set

prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam

proses pengendalian bahan terhadap komponen-komponen permintaan

yang saling bergantung (Dependent Demand Item). MRP adalah lebih dari

sekedar metode proyeksi kebutuhan-kebutuhan akan komponen individual

dari suatu produk. Sistem MRP mempunyai tiga fungsi utama yaitu kontrol

tingkat persediaan, penugasan komponen berdasar prioritas, dan

penentuan kebutuhan kapasitas (capacity requirement) pada tingkat yang

lebih detail daripada proses perencanaan.

MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material untuk

komponen yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain

(dependent demand). MRP memberikan peningkatan efisiensi karena

jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat

direncanakan dengan lebih baik, karena ada keterpaduan dalam kegiatan

yang didasarkan pada jadwal induk. Moto dari MRP adalah memperoleh

material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat,

dan pada waktu yang tepat.

Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material

(material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan

17

untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders. MRP

adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan

bahan, status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal

produksi induk, yang dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang

akan digunakan (Heizer dan Render, 2015)

b) Manfaat Material Requirement Planning (MRP)

Untuk menjamin kelancaran produksi, ketepatan waktu penerimaan

bahan baku dan bahan pendukung lainnya oleh pihak produksi merupakan

faktor yang sangat penting. Tanpa perencanaan yang matang serta

pengendalian yang ketat, resiko ketepatan waktu dalam pemasokan dan

penerimaan material (bahan baku dan bahan pendukungnya) akan menjadi

semakin tinggi yang mengakibatkan produksi tidak mampu untuk

menghasilkan jumlah unit produk yang dibutuhkan oleh

Pelanggan/konsumen. Oleh karena itu, sistem MRP memiliki beberapa

manfaat. Menurut Heizer dan Render, (2015). MRP dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

a. Mendapatkan respon yang lebih baik bagi pesanan pelanggan sebagai

hasil dari jadwal yang terus-menerus diperbaiki. Penerapan MRP

membutuhkan jadwal induk produksi, fasilitas produksi, pelaksanaan

jadwal, dan pengiriman barang yang tepat waktu, akurat dan disiplin.

Perusahaan yang mampu menerapkannya akan memiliki keunggulan

bersaing dan mampu menguasai pasar.

18

b. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar. Perubahan pasar

yang cepat dan dinamis turut mempengaruhi permintaan dan selera

pelanggan, karena itu perusahaan sangat dituntut untuk mampu

memenuhi dan menjawab perubahan tersebut.

c. Mampu memanfaatkan fasilitas dan tenaga kerja secara lebih optimal.

Jadwal pengadaan bahan baku yang teratur dengan berpedoman pada

jadwal induk akan mampu memberdayakan mesin dan tenaga kerja

sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak menimbulkan pemborosan.

Melalui penerapan pengendalian persediaan, perusahaan memang

mendapatkan banyak manfaat. Namun manfaat yang paling bisa

dirasakan langsung bagi perusahaan adalah berkurangnya tingkat

persediaan, oleh karena itu berdampak pada berkurangnya biaya

persediaan yang harus dikeluarkan.

d. Mendapatkan respon yang lebih baik terhadap pesanan pelanggan dan

pasar, sehingga mampu memenangkan pesanan dan pangsa pasar.

Pemanfaatan fasilitas dan pekerja yang lebih baik akan menghasilkan

produktivitas dan pengembalian investasi yang lebih tinggi. Sedangkan

persediaan yang lebih sedikit dapat membebaskan modal dan ruang

untuk digunakan pada kepentingan yang lain. Manfaat ini merupakan

hasil dari sebuah keputusan strategis untuk menggunakan sistem

penjadwalan persediaan yang terikat.

19

c) Teknik Lotsize

Penentuan ukuran lot merupakan hal yang penting. Lotsize atau

ukuran lot diartikan sebagai kuantitas yang dinyatakan dalam penerimaan

pesanan dan penyerahan pesanan. Lotsize secara umum dapat dikatakan

merupakan pemenuhan kebutuhan komponen untuk satu atau lebih

periode.

Teknik penentuan lotsize sendiri ada beberapa metode yang dapat

digunakan. Metode- metode tersebut dikelompokkan berdasarkan

karakteristik sifat lotsizing yang diinginkan statis atau dinamis. Keputusan

tentang ukuran lot saat produksi sangat penting karena menyangkut

penggunaan tenaga kerja dan peralatan yang ekonomis. Teknik lotsize

merupakan ukuran lot (kuantitas pesanan) untuk memenuhi kebutuhan

bersih satu atau beberapa periode sekaligus (Heizer & Render 2015).

Pemilihan teknik lotsizing yang digunakan merupakan faktor yang

penting, karena akan mempengaruhi keefektifan sistem secara

keseluruhan. Dalam pemilihan teknnik lotsizing hal yang dipertimbangkan

adalah biaya-biaya yang terjadi akibat adanya persediaan (biaya

persediaan). yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya

penyimpanan (holding cost). terdapat 10 teknik lotsizing yang

mengunakan pendekatan level by level yaitu:

a. Jumlah pesanan tetap atau Fixed Order Quantity (FOQ)

b. Jumlah pesanan ekonomi atau Economic Order Quantity (EOQ)

c. Lot untuk lot atau Lot ForLot (LFL)

20

d. Kebutuhan periode tetap atau Fixed Period Requirement (FPR)

e. Jumlah pesanan priode atau Period Order Quantity (POQ)

f. Ongkos unit terkecil atau Least Unit Cost (LUC)

g. Ongkos total terkecil atau Least Total Cost (LTC)

h. Keseimbangan suatu periode atau Part Period Balancing (PBB)

i. Metode Silver Meal (SM)

j. Algoritma Wagner Within (AWW)

3. Distribusi

a) Program dinamis (dynamic programing)

Menurut Dimyati & Kamarul Imam (2013), program dinamis

merupakan suatu manajemen sain teknik matematis yang biasannya

diaplikasikan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian

keputusan berurutan yang saling berkaitan. Tujuan utama model ini

adalah untuk mempermudah penyelesaian persoalan optimasi yang

mempunyai karakteristik tertentu.

Sedangkan menurut Zulian Yamit dalam bukunya “Manajemen

Kuantitatif Untuk Bisnis” Edisi 1 mengungkapkan program dinamis

adalah suatu teknik untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan

sekumpulan keputusan yang saling berhubungan dalam tujuan agar

secara keseluruhan mencapai keefektifannya. Metode ini digunakan

untuk mengubah masalah yang cukup besar ke dalam submasalah yang

lebih kecil. Sehingga dari rangkaian penyelesaian masalah yang lebih

kecil akan ditemukan penyelesaian masalah aslinya dan cara

21

penyelesaian submasalah digunakan berbagai macam tahapan, oleh

karena itu submasalah diselesaikan berdasarkan penyelesaian

submasalah sebelumnya.

Sedangkan Siagian (2004) mengungkapkan, program dinamis

adalah satu teknik matematis yang digunakan untuk mengoptimalkan

proses pengambilan keputusan secara bertahap-ganda. Dalam teknik

ini, keputusan yang menyangkut suatu persoalan dioptimalkan secara

bertahap dan bukan secara sekaligus. Inti teknik ini adalah membagi

satu persoalan atas beberapa bagian persoalan yang dalam program

dinamis disebut tahap, kemudian memecahkan tiap tahap dengan

mengoptimalkan keputusan atas tiap tahap sampai seluruh persoalan

telah terpecahkan.

Pendekatan program dinamik meliputi optimisasi proses

keputusan multi tahap, yaitu membagi suatu persoalan ke dalam tahap-

tahap atau sub problem dan kemudian menyelesaikan sub problem itu

secara berurutan sampai persoalan awal akhirnya dapat diselesaikan.

Jantung pendekatan program dinamik adalah asas optimalitas Bellman

yang mengatakan bahwa suatu kebijaksanaan optimal mempunyai sifat

bahwa apapun keadaan awal atau keputusan awal, keputusan tersisa

harus merupakan kebijaksanaan optimal terhadap keadaan yang

dihasilkan keputusan pertama.

b) Karakteristik Persoalan Program Dinamis

22

a. Persoalan dapat dipisahkan menjadi beberapa tahap (stage), dimana

setiap tahap membutuhkan keputusan kebijakan yang standar &

saling berhubungan kemudian pada setiap tahap hanya diambil satu

keputusan.

b. Masing-masing tahap terdiri dari sejumlah status (state) yang

berhubungan dengan tahap tersebut. Secara umum, sekumpulan

status itu merupakan bermacam kemungkinan atau masukan yang

timbul dari sistem persoalannya. Status itu memberikan informasi

yang dibutuhkan setiap keputusan dan dampaknya pada tahap

berikutnya. Jumlah status pada setiap tahap bisa definit atau infinit.

c. Hasil dari keputusan yang diambil pada setiap tahap

ditransformasikan dari status yang bersangkutan ke status berikutnya

pada tahap berikutnya. Ongkos (cost) pada suatu tahap meningkat

secara teratur (steadily) dengan bertambahnya jumlah tahapan.

Ongkos pada suatu tahap bergantung pada ongkos tahap-tahap yang

sudah berjalan dan ongkos pada tahap tersebut.

d. Keputusan pada tahap berikutnya bersifat independen pada

keputusan sebelumnya. Untuk menyelesaikan persoalan program

dinamis, dimulai dari solusi awal pada suatu tahap, dan secara

berurutan menuju tahap berikutnya dengan proses yang terbalik

(backward induction process).

e. Solusi optimal yang dihasilkan pada setiap tahap berprinsip kepada

hubungan dalam bentuk fungsi rekursif. Adanya hubungan rekursif

23

yang mengidentifikasikan keputusan terbaik untuk setiap status pada

tahap k memberikan keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap

k + 1. Prinsip optimalitas berlaku pada persoalan tersebut

c) Rute Terpendek

Rute terpendek merupakan suatu pencarian nilai variable yang

dianggap dapat menghasilkan nilai yang maksimal. Jalur terpendek

merupakan output dari perhitungan program dinamis yang memiliki

peranan penting dalam penyusunan sistem. Dengan jalur terpendek

dapat diperoleh hal-hal yang memiliki nilai profit tinggi serta

meminimalkan jarak. Banyak masalah yang berhubungan dengan

pencarian jalur. Umumnya untuk pencarian jalur yang

mengoptimumkan kinerja manajemen taksi. Manajemen taksi ini

berhubungan dengan jalur terpendek yang dibutuhkan untuk menuju

jalur-jalur yang dituju.

Jalur terpendek ini termasuk bagian dari pada graph. Menentukan

rute terpendek merupakan pencarian dari beberapa simpul yang

berhubungan. Simpul tersebut sering direpresentasikan dalam bentuk

graf berbobot. Graf yang digunakan untuk mencari lintasan tersebut

diberikan bobot atau nilai. Bobot disini berfungsi untuk menyatakan

jarak. Berbagai pendekatan algoritma yang ditawarkan untuk

mendapatkan solusi untuk pencarian jalur terpendek ini, salah satunya

yaitu Algoritma Floyd.

24

B. Penelitian Terdahulu

Tujuan dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui

struktur keilmuan yang sudah diletakkan oleh orang lain, sehingga penelitian

yang akan dilakukan benar-benar baru dan belum diteliti oleh orang lain.

Dengan kata lain, penelitian terdahulu dapat meberikan gambaran-gambaran

yang relevan dan menjadi landasan atas diadakannya penelitian ini. Penelitian

terdahulu yang dikaji menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini

yaitu Distribution Requirement Planning (DRP) dan Program dinamis

(Dynamic Programing).

Penelitian yang diteliti oleh Anna Anggraini (2007) dengan variabel

Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, biaya penyimpanan,

biaya pemesanan, biaya transportasi. Memiliki permasalahan membuat

perencanaan distribusi produk agar permintaan semua distributor dapat

terpenuhi dengan biaya seminimal mungkin. Setelah dilakukan analisis

menggunakan metode DRP, dengan langkah-langkah pemecahan masalah

maka diperoleh hasil bahwa didapatkan perencanaan dan penjadwalan aktivitas

distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar Rp. 111.494.115,01.

sedangkan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 80.055.755,52. terjadi

penurunan sebesar 28,20%.

Sedangkan untuk penelitian yang ditulis oleh Adib Fahrozi Abdillah

(2009) dengan permasalahan pada kurangnya persediaan saat ada pesanan dan

sistem distribusinya seperti waktu pengiriman, jumlah dan jenis barang yang

dikirimkan pada masing-masing perusahaan tujuan serta biaya distribusi

25

barang. Sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan

persediaan pada perusahaan yang dimaksud. Kemudian diselesaikan dengan

metode Distribution Requirement Planning (DRP) dengan menggunakan

teknik penentuan lotsize dan Safety stock yang kemudian hasilnya dianalisis

dan diperoleh kesimpulan bahwa Distribusi produk dengan DRP untuk

permintaan yang akan datang akan lebih efisien karena terkoordinasi dengan

baik yaitu setiap dua bulan sekali untuk tiap-tiap tujuan dan lebih efektif karena

pengiriman produk yang optimal dalam memenuhi permintaan masing-masing

warehouse sesuai kapasitas kontainer yang digunakan.

Dari penulisan hasil penelitian diatas diperoleh hasil bahwa setiap

perusahaan yang menerapkan metode Distribution Requirement Planning

(DRP) memiliki saluran distribusi yang lebih terkoordinir, tepat waktu, dan

tepat jumlah sehingga dapat menekan biaya distribusi seminimum mungkin.

Sedangkan untuk penelitian tentang program dinamis rute terpendek

ini pernah dilakukan oleh Hernian Yunus, dkk (2011) mengungkapkan bahwa

dalam penyelesaian travelling salesman problem metode program dinamis

sangat cocok untuk di aplikasikan untuk pencarian rute terpendek sehingga

dapat meminimalisir jarak tempuh dan biaya, dengan cara setiap kota yang

akan di tuju hanya boleh dilewati sekali saja. Dari hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan dengan penerapan metode program dinamis dalam

penentuan rute terpendek, dapat memangkas waktu tempuh perjalanan

sebesar 20%, dari yang biasanya menghabiskan waktu perjalanan 49 jam bisa

menjadi 39 jam.

26

Begitupun demikian yang diungkapkan oleh Jumadi (2011) dalam

penelitiannya yang berjudul “Penentuan rute terpendek menuju kampus

menggunakan Algoritma Dynamic Programing” bahwa dengan menerapkan

metode Algoritma program dinamis dapat menentukan rute terpendek yang

akan di tempuh menuju kampus UIN Bandung sehingga dapat terhindar dari

kemacetan dan tentunya dapat meningkatkan efisiensi biaya dan waktu. Dari

penelitian diatas dapat disimpulkan dengan penerapan metode program

dinamis dapat mengurangi waktu tempuh dalam sebuah perjalanan sehingga

dapat memangkas biaya dan keterlambatan apabila diterapkan dlam hal

distribusi.

C. Kerangka pikir

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan

diatas. Kerangka pikir yang diangkat dari permasalahan, berupa perencanaan

persediaan dan alur distribusi bahan baku yang dimulai dari langkah

peramalan guna mengetahui perkiraan kebutuhan akan bahan baku pada

periode tertentu, lalu menentukan lotsize untuk mengetahui jumlah kebutuhan

kotor dan bersih bahan baku, lalu yang terakhir penentuan alur distribusi

bahan baku pada masig-masing outlet guna mendapatkan tujuan dan

menyelesaikan masalah dalam proposal. Seperti pada gambar dibawah ini,

kerangka pikir yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan hasil jumlah

bahan baku yang akan didistribusikan serta alur pendistribusian yang tepat.

27

Maka kerangka pikir yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Zulian Yamit (2002); Putu Andayani (2011); diolah

Permasalahan pada perusahaan Ayam Goreng Nelongso adalah aktivitas distribusi

bahan baku ayam yang kurang terkoordinir menyebabkan terjadinya pemesanan

bahan baku ayam yang berulang-ulang dalam sehari sehingga menyebabkan

pembengkakan biaya pemesanan serta resiko penumpukan atau kekurangan

persediaan produk yang dapat berakibat penambahan biaya.

Alur distribusi bahan baku

- Stages

- States- Jarak

Peramalan Permintaan

- Tren Penjualan

- Periode penjualan- Perkembangan tren

- Periode peramalan

Ukuran lot

- Net requirements- Gross requirements

- Safety stock

- Scheduled receipt- Projected on hand

- Period planned order receipt

- Lead time

- Planned order releases