bab ii tinjauan pustaka 1. - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/42706/3/bab ii.pdftanpa adanya...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Pada bagian atau bab ini mengkaji teori-teori yang relevan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I. teori dapat
bersumber dari text-Book, jurnal penelitian, maupun media elektronik.
1. Persediaan
Perusahaan manufaktur tentu memiliki barang cadangan atau
persediaan. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan
menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat
buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya
didapatkan.
a) Pengertian Persediaan
Persediaan (inventory) pada umumnya merupakan barang dagangan
yang utama dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang maupun
perusahaan manufaktur, persediaan sangat penting dan termasuk bagian
aktiva lancar yang aktif. Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau
barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang
akan dijual (Kieso, 2008).
10
Menurut Ristono (2009) Persediaan adalah barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang.
Sedangkan, Menurut Alexandri (2009) Persediaan adalah suatu aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang
yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam pengerjaan atau proses
produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
Dari penjabaran teori tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada masa atau periode yang akan datang. Dengan demikian
perusahaan yang melakukan kegiatan usaha pada umumnya memiliki
persediaan. Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufakture), apalagi
perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana
perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-
bahan bangunan.
b) Fungsi persediaan
Seringkali perusahaan dihadapkan terhadap berbagai macam
masalah yang dapat mengancam proses operasional. Persediaan sangat
berperan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang
11
memiliki persediaan akan terhindar dari berbagai masalah internal maupun
eksternal. Seperti, jika terjadi keterlambatan pengiriman barang oleh
pemasok atau terjadi lonjakan permintaan secara tiba-tiba maka
perusahaan yang memiliki persediaan akan dapat mengatasi hal tersebut.
Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi
kebutuhan, Menurut Eddy Herjanto (2007) fungsi persediaan adalah
sebagai berikut:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang dibutuhkan perusahaan. Jika sampai terjadi keterlambatan
penggiriman bahan baku oleh pemasok, perusahaan akan tetap dapat
memenuhi kebutuhan produksinya karena memiliki persediaan.
b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan. Resiko ketidaksesuaian pemesanan bahan baku
bisa saja terjadi. Jika hal tersebut terjadi dan perusahaan tidak memiliki
persediaan, maka perusahaan akan terganggu produksinya.
c. Menaikan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. Jika
persediaan sedikit dan permintaan banyak, maka barang akan memiliki
peluang kenaikan harga.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tidak
tersedia di pasaran. Beberapa bahan baku tidak bisa didapatkan setiap
waktu, maka dari itu fungsi persediaan untuk menyimpan bahan baku
12
yang bersifat musiman sehingga tidak mengganggu jalannya produksi
jika bahan baku tersebut tidak tersedia.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas.
f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang
yang diperlukan. Permintaan terkadang bersifat flukuatif, lonjakan
permintaan bisa terjadi sewaktu-waktu. Maka dari itu perusahaan yang
memiliki persediaan yang cukup tidak akan kesulitan jika tiba-tiba
terjadi lonjakan permintaan.
Maka dari fungsi persediaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
fungsi persediaan untuk menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku,
resiko kenaikan harga bahan baku dan untuk menyimpan bahan baku yang
sewaktu-waktu dibutuhkan oleh perusahaan untuk proses produksi.
Dengan pentingnya fungsi persediaan tersebut, maka perusahaan yang
memiliki persediaan cukup maka dapat memperlancar keberlangsungan
perusahaannya.
c) Jenis-Jenis Persediaan
Penggolongan persediaan sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis
usaha perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan dagang, persediaan
terdiri dari berbagai macam dan jenis, dimana barang-barang yang dibeli
akan diperjual belikan kembali oleh perusahaan. Oleh sebab itu, dalam
perusahaan dagang umumnya hanya dikenal satu jenis persediaan, yaitu
persediaan barang dagang yang merupakan produk selesai.
13
Perusahaan manufaktur juga memiliki persediaan, akan tetapi
berbeda dengan perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak
semua persediaan siap untuk dijual. Oleh sebab itu persediaan pada
perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari 3 jenis yaitu persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Pada dasarnya ada beberapa jenis persediaan yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 14 tahun 2012 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), jenis
persediaan adalah persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan
untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh pengecer untuk
dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual
kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi,
atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan
termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses
produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa.
Menurut Hanafi (2010) Persediaan biasanya mencakup beberapa
jenis persediaan seperti persediaan bahan mentah, persediaan bahan
setengah jadi, dan persediaan barang jadi (barang dagangan). Bahan
mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang
dagangan. barang setengah jadi adalah barang yang belum selesai
sepenuhnya menjadi barang dagangan. Barang jadi adalah barang yang
sudah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual.
14
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan
mempunyai banyak jenis tergantung jenis perusahaan serta fungsi dari
persediaan itu sendiri. Persediaan mun memakan banyak biaya dalam
perolehannya seperti Ongkos angkut, Diskon Pembelian (Diskon Tunai
atas Pembelian Kredit). Perusahaan manufaktur mempunyai jenis
persediaan lebih banyak dibandingkan perusahaan dagang yang hanya
mempunyai dua jenis persediaan.
d) Biaya-Biaya Dalam Persediaan
Biaya-biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang
langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan pembelian,
persiapan, dan penempatan persediaan untuk dijual. Menurut Stice
(2009:662), berikut biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan:
a. Biaya produk (produk costs) adalah biaya yang berhubungan langsung
dengan transfer barang ke lokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang
tersebut ke kondisi yang siap untuk dijual. Beban seperti itu mencakup
ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung
lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan
dalam memproses barang ketika dijual.
b. Biaya Periode (periode costs) adalah biaya yang tidak dianggap
berhubungan langsung dengan akuisisi atau produksi barang dan
karenanya tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Contoh biaya
periode adalah beban penjualan (selling expenses) dan dalam kondisi
15
yang biasa, dan beban umum serta administrasi (general and
administrative expenses).
c. Biaya Manufaktur. Sebuah bisinis yang membuat barang menggunakan
tiga akun persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang
jadi. Barang dalam proses dan barang jadi meliputi bahan, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur
meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan pos-
pos seperti penyusutan, pajak, asuransi, pemanas, dan listrik yang
dibutuhkan dalam proses manufaktur.
d. Diskon sebagai pengurang biaya. Diskon yang berhubungan dengan
pembelian diperlakukan sebagai pengutang biaya persediaan. Diskon
dagang (trade discount) adalah perbedaan antara harga catalog dengan
harga yang dikenakan kepada pembeli. Biaya didefinisikan sebagai
harga dalam daftar dikurangi diskon dagang. Tidak ada pencatatan yang
dibuat untuk diskon dagang dan pembelian harus dicatat pada harga
bersih. Diskon tunai (cash discount) adalah diskon yang diberikan
untuk pembayaran faktur dalam periode waktu yang terbatas. Diskon
tunai biasanya dinyatakan sebagai persentase tertentu yang akan
diberikan jika faktur dibayar dalam rentang hari tertentu, dan
pembayaran dengan jumlah penuh jika melewati waktu yang
ditentukan.
e. Retur dan Potongan Pembelian. Penyesuaian terhadap biaya faktur juga
dibuat ketika barang dagangan rusak atau memiliki kualitas yang lebih
16
rendah daripada yang dipesan. Kadang-kadang barang dagangan secara
fisik dikembalikan kepada pemasok.
2. Perencanaan persediaan
a) Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam
proses pengendalian bahan terhadap komponen-komponen permintaan
yang saling bergantung (Dependent Demand Item). MRP adalah lebih dari
sekedar metode proyeksi kebutuhan-kebutuhan akan komponen individual
dari suatu produk. Sistem MRP mempunyai tiga fungsi utama yaitu kontrol
tingkat persediaan, penugasan komponen berdasar prioritas, dan
penentuan kebutuhan kapasitas (capacity requirement) pada tingkat yang
lebih detail daripada proses perencanaan.
MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material untuk
komponen yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain
(dependent demand). MRP memberikan peningkatan efisiensi karena
jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat
direncanakan dengan lebih baik, karena ada keterpaduan dalam kegiatan
yang didasarkan pada jadwal induk. Moto dari MRP adalah memperoleh
material yang tepat, dari sumber yang tepat, untuk penempatan yang tepat,
dan pada waktu yang tepat.
Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material
(material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan
17
untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders. MRP
adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan
bahan, status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal
produksi induk, yang dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang
akan digunakan (Heizer dan Render, 2015)
b) Manfaat Material Requirement Planning (MRP)
Untuk menjamin kelancaran produksi, ketepatan waktu penerimaan
bahan baku dan bahan pendukung lainnya oleh pihak produksi merupakan
faktor yang sangat penting. Tanpa perencanaan yang matang serta
pengendalian yang ketat, resiko ketepatan waktu dalam pemasokan dan
penerimaan material (bahan baku dan bahan pendukungnya) akan menjadi
semakin tinggi yang mengakibatkan produksi tidak mampu untuk
menghasilkan jumlah unit produk yang dibutuhkan oleh
Pelanggan/konsumen. Oleh karena itu, sistem MRP memiliki beberapa
manfaat. Menurut Heizer dan Render, (2015). MRP dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
a. Mendapatkan respon yang lebih baik bagi pesanan pelanggan sebagai
hasil dari jadwal yang terus-menerus diperbaiki. Penerapan MRP
membutuhkan jadwal induk produksi, fasilitas produksi, pelaksanaan
jadwal, dan pengiriman barang yang tepat waktu, akurat dan disiplin.
Perusahaan yang mampu menerapkannya akan memiliki keunggulan
bersaing dan mampu menguasai pasar.
18
b. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar. Perubahan pasar
yang cepat dan dinamis turut mempengaruhi permintaan dan selera
pelanggan, karena itu perusahaan sangat dituntut untuk mampu
memenuhi dan menjawab perubahan tersebut.
c. Mampu memanfaatkan fasilitas dan tenaga kerja secara lebih optimal.
Jadwal pengadaan bahan baku yang teratur dengan berpedoman pada
jadwal induk akan mampu memberdayakan mesin dan tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak menimbulkan pemborosan.
Melalui penerapan pengendalian persediaan, perusahaan memang
mendapatkan banyak manfaat. Namun manfaat yang paling bisa
dirasakan langsung bagi perusahaan adalah berkurangnya tingkat
persediaan, oleh karena itu berdampak pada berkurangnya biaya
persediaan yang harus dikeluarkan.
d. Mendapatkan respon yang lebih baik terhadap pesanan pelanggan dan
pasar, sehingga mampu memenangkan pesanan dan pangsa pasar.
Pemanfaatan fasilitas dan pekerja yang lebih baik akan menghasilkan
produktivitas dan pengembalian investasi yang lebih tinggi. Sedangkan
persediaan yang lebih sedikit dapat membebaskan modal dan ruang
untuk digunakan pada kepentingan yang lain. Manfaat ini merupakan
hasil dari sebuah keputusan strategis untuk menggunakan sistem
penjadwalan persediaan yang terikat.
19
c) Teknik Lotsize
Penentuan ukuran lot merupakan hal yang penting. Lotsize atau
ukuran lot diartikan sebagai kuantitas yang dinyatakan dalam penerimaan
pesanan dan penyerahan pesanan. Lotsize secara umum dapat dikatakan
merupakan pemenuhan kebutuhan komponen untuk satu atau lebih
periode.
Teknik penentuan lotsize sendiri ada beberapa metode yang dapat
digunakan. Metode- metode tersebut dikelompokkan berdasarkan
karakteristik sifat lotsizing yang diinginkan statis atau dinamis. Keputusan
tentang ukuran lot saat produksi sangat penting karena menyangkut
penggunaan tenaga kerja dan peralatan yang ekonomis. Teknik lotsize
merupakan ukuran lot (kuantitas pesanan) untuk memenuhi kebutuhan
bersih satu atau beberapa periode sekaligus (Heizer & Render 2015).
Pemilihan teknik lotsizing yang digunakan merupakan faktor yang
penting, karena akan mempengaruhi keefektifan sistem secara
keseluruhan. Dalam pemilihan teknnik lotsizing hal yang dipertimbangkan
adalah biaya-biaya yang terjadi akibat adanya persediaan (biaya
persediaan). yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya
penyimpanan (holding cost). terdapat 10 teknik lotsizing yang
mengunakan pendekatan level by level yaitu:
a. Jumlah pesanan tetap atau Fixed Order Quantity (FOQ)
b. Jumlah pesanan ekonomi atau Economic Order Quantity (EOQ)
c. Lot untuk lot atau Lot ForLot (LFL)
20
d. Kebutuhan periode tetap atau Fixed Period Requirement (FPR)
e. Jumlah pesanan priode atau Period Order Quantity (POQ)
f. Ongkos unit terkecil atau Least Unit Cost (LUC)
g. Ongkos total terkecil atau Least Total Cost (LTC)
h. Keseimbangan suatu periode atau Part Period Balancing (PBB)
i. Metode Silver Meal (SM)
j. Algoritma Wagner Within (AWW)
3. Distribusi
a) Program dinamis (dynamic programing)
Menurut Dimyati & Kamarul Imam (2013), program dinamis
merupakan suatu manajemen sain teknik matematis yang biasannya
diaplikasikan untuk membuat suatu keputusan dari serangkaian
keputusan berurutan yang saling berkaitan. Tujuan utama model ini
adalah untuk mempermudah penyelesaian persoalan optimasi yang
mempunyai karakteristik tertentu.
Sedangkan menurut Zulian Yamit dalam bukunya “Manajemen
Kuantitatif Untuk Bisnis” Edisi 1 mengungkapkan program dinamis
adalah suatu teknik untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan
sekumpulan keputusan yang saling berhubungan dalam tujuan agar
secara keseluruhan mencapai keefektifannya. Metode ini digunakan
untuk mengubah masalah yang cukup besar ke dalam submasalah yang
lebih kecil. Sehingga dari rangkaian penyelesaian masalah yang lebih
kecil akan ditemukan penyelesaian masalah aslinya dan cara
21
penyelesaian submasalah digunakan berbagai macam tahapan, oleh
karena itu submasalah diselesaikan berdasarkan penyelesaian
submasalah sebelumnya.
Sedangkan Siagian (2004) mengungkapkan, program dinamis
adalah satu teknik matematis yang digunakan untuk mengoptimalkan
proses pengambilan keputusan secara bertahap-ganda. Dalam teknik
ini, keputusan yang menyangkut suatu persoalan dioptimalkan secara
bertahap dan bukan secara sekaligus. Inti teknik ini adalah membagi
satu persoalan atas beberapa bagian persoalan yang dalam program
dinamis disebut tahap, kemudian memecahkan tiap tahap dengan
mengoptimalkan keputusan atas tiap tahap sampai seluruh persoalan
telah terpecahkan.
Pendekatan program dinamik meliputi optimisasi proses
keputusan multi tahap, yaitu membagi suatu persoalan ke dalam tahap-
tahap atau sub problem dan kemudian menyelesaikan sub problem itu
secara berurutan sampai persoalan awal akhirnya dapat diselesaikan.
Jantung pendekatan program dinamik adalah asas optimalitas Bellman
yang mengatakan bahwa suatu kebijaksanaan optimal mempunyai sifat
bahwa apapun keadaan awal atau keputusan awal, keputusan tersisa
harus merupakan kebijaksanaan optimal terhadap keadaan yang
dihasilkan keputusan pertama.
b) Karakteristik Persoalan Program Dinamis
22
a. Persoalan dapat dipisahkan menjadi beberapa tahap (stage), dimana
setiap tahap membutuhkan keputusan kebijakan yang standar &
saling berhubungan kemudian pada setiap tahap hanya diambil satu
keputusan.
b. Masing-masing tahap terdiri dari sejumlah status (state) yang
berhubungan dengan tahap tersebut. Secara umum, sekumpulan
status itu merupakan bermacam kemungkinan atau masukan yang
timbul dari sistem persoalannya. Status itu memberikan informasi
yang dibutuhkan setiap keputusan dan dampaknya pada tahap
berikutnya. Jumlah status pada setiap tahap bisa definit atau infinit.
c. Hasil dari keputusan yang diambil pada setiap tahap
ditransformasikan dari status yang bersangkutan ke status berikutnya
pada tahap berikutnya. Ongkos (cost) pada suatu tahap meningkat
secara teratur (steadily) dengan bertambahnya jumlah tahapan.
Ongkos pada suatu tahap bergantung pada ongkos tahap-tahap yang
sudah berjalan dan ongkos pada tahap tersebut.
d. Keputusan pada tahap berikutnya bersifat independen pada
keputusan sebelumnya. Untuk menyelesaikan persoalan program
dinamis, dimulai dari solusi awal pada suatu tahap, dan secara
berurutan menuju tahap berikutnya dengan proses yang terbalik
(backward induction process).
e. Solusi optimal yang dihasilkan pada setiap tahap berprinsip kepada
hubungan dalam bentuk fungsi rekursif. Adanya hubungan rekursif
23
yang mengidentifikasikan keputusan terbaik untuk setiap status pada
tahap k memberikan keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap
k + 1. Prinsip optimalitas berlaku pada persoalan tersebut
c) Rute Terpendek
Rute terpendek merupakan suatu pencarian nilai variable yang
dianggap dapat menghasilkan nilai yang maksimal. Jalur terpendek
merupakan output dari perhitungan program dinamis yang memiliki
peranan penting dalam penyusunan sistem. Dengan jalur terpendek
dapat diperoleh hal-hal yang memiliki nilai profit tinggi serta
meminimalkan jarak. Banyak masalah yang berhubungan dengan
pencarian jalur. Umumnya untuk pencarian jalur yang
mengoptimumkan kinerja manajemen taksi. Manajemen taksi ini
berhubungan dengan jalur terpendek yang dibutuhkan untuk menuju
jalur-jalur yang dituju.
Jalur terpendek ini termasuk bagian dari pada graph. Menentukan
rute terpendek merupakan pencarian dari beberapa simpul yang
berhubungan. Simpul tersebut sering direpresentasikan dalam bentuk
graf berbobot. Graf yang digunakan untuk mencari lintasan tersebut
diberikan bobot atau nilai. Bobot disini berfungsi untuk menyatakan
jarak. Berbagai pendekatan algoritma yang ditawarkan untuk
mendapatkan solusi untuk pencarian jalur terpendek ini, salah satunya
yaitu Algoritma Floyd.
24
B. Penelitian Terdahulu
Tujuan dicantumkannya penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui
struktur keilmuan yang sudah diletakkan oleh orang lain, sehingga penelitian
yang akan dilakukan benar-benar baru dan belum diteliti oleh orang lain.
Dengan kata lain, penelitian terdahulu dapat meberikan gambaran-gambaran
yang relevan dan menjadi landasan atas diadakannya penelitian ini. Penelitian
terdahulu yang dikaji menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini
yaitu Distribution Requirement Planning (DRP) dan Program dinamis
(Dynamic Programing).
Penelitian yang diteliti oleh Anna Anggraini (2007) dengan variabel
Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, biaya penyimpanan,
biaya pemesanan, biaya transportasi. Memiliki permasalahan membuat
perencanaan distribusi produk agar permintaan semua distributor dapat
terpenuhi dengan biaya seminimal mungkin. Setelah dilakukan analisis
menggunakan metode DRP, dengan langkah-langkah pemecahan masalah
maka diperoleh hasil bahwa didapatkan perencanaan dan penjadwalan aktivitas
distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar Rp. 111.494.115,01.
sedangkan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 80.055.755,52. terjadi
penurunan sebesar 28,20%.
Sedangkan untuk penelitian yang ditulis oleh Adib Fahrozi Abdillah
(2009) dengan permasalahan pada kurangnya persediaan saat ada pesanan dan
sistem distribusinya seperti waktu pengiriman, jumlah dan jenis barang yang
dikirimkan pada masing-masing perusahaan tujuan serta biaya distribusi
25
barang. Sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan
persediaan pada perusahaan yang dimaksud. Kemudian diselesaikan dengan
metode Distribution Requirement Planning (DRP) dengan menggunakan
teknik penentuan lotsize dan Safety stock yang kemudian hasilnya dianalisis
dan diperoleh kesimpulan bahwa Distribusi produk dengan DRP untuk
permintaan yang akan datang akan lebih efisien karena terkoordinasi dengan
baik yaitu setiap dua bulan sekali untuk tiap-tiap tujuan dan lebih efektif karena
pengiriman produk yang optimal dalam memenuhi permintaan masing-masing
warehouse sesuai kapasitas kontainer yang digunakan.
Dari penulisan hasil penelitian diatas diperoleh hasil bahwa setiap
perusahaan yang menerapkan metode Distribution Requirement Planning
(DRP) memiliki saluran distribusi yang lebih terkoordinir, tepat waktu, dan
tepat jumlah sehingga dapat menekan biaya distribusi seminimum mungkin.
Sedangkan untuk penelitian tentang program dinamis rute terpendek
ini pernah dilakukan oleh Hernian Yunus, dkk (2011) mengungkapkan bahwa
dalam penyelesaian travelling salesman problem metode program dinamis
sangat cocok untuk di aplikasikan untuk pencarian rute terpendek sehingga
dapat meminimalisir jarak tempuh dan biaya, dengan cara setiap kota yang
akan di tuju hanya boleh dilewati sekali saja. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan dengan penerapan metode program dinamis dalam
penentuan rute terpendek, dapat memangkas waktu tempuh perjalanan
sebesar 20%, dari yang biasanya menghabiskan waktu perjalanan 49 jam bisa
menjadi 39 jam.
26
Begitupun demikian yang diungkapkan oleh Jumadi (2011) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penentuan rute terpendek menuju kampus
menggunakan Algoritma Dynamic Programing” bahwa dengan menerapkan
metode Algoritma program dinamis dapat menentukan rute terpendek yang
akan di tempuh menuju kampus UIN Bandung sehingga dapat terhindar dari
kemacetan dan tentunya dapat meningkatkan efisiensi biaya dan waktu. Dari
penelitian diatas dapat disimpulkan dengan penerapan metode program
dinamis dapat mengurangi waktu tempuh dalam sebuah perjalanan sehingga
dapat memangkas biaya dan keterlambatan apabila diterapkan dlam hal
distribusi.
C. Kerangka pikir
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan
diatas. Kerangka pikir yang diangkat dari permasalahan, berupa perencanaan
persediaan dan alur distribusi bahan baku yang dimulai dari langkah
peramalan guna mengetahui perkiraan kebutuhan akan bahan baku pada
periode tertentu, lalu menentukan lotsize untuk mengetahui jumlah kebutuhan
kotor dan bersih bahan baku, lalu yang terakhir penentuan alur distribusi
bahan baku pada masig-masing outlet guna mendapatkan tujuan dan
menyelesaikan masalah dalam proposal. Seperti pada gambar dibawah ini,
kerangka pikir yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan hasil jumlah
bahan baku yang akan didistribusikan serta alur pendistribusian yang tepat.
27
Maka kerangka pikir yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Sumber: Zulian Yamit (2002); Putu Andayani (2011); diolah
Permasalahan pada perusahaan Ayam Goreng Nelongso adalah aktivitas distribusi
bahan baku ayam yang kurang terkoordinir menyebabkan terjadinya pemesanan
bahan baku ayam yang berulang-ulang dalam sehari sehingga menyebabkan
pembengkakan biaya pemesanan serta resiko penumpukan atau kekurangan
persediaan produk yang dapat berakibat penambahan biaya.
Alur distribusi bahan baku
- Stages
- States- Jarak
Peramalan Permintaan
- Tren Penjualan
- Periode penjualan- Perkembangan tren
- Periode peramalan
Ukuran lot
- Net requirements- Gross requirements
- Safety stock
- Scheduled receipt- Projected on hand
- Period planned order receipt
- Lead time
- Planned order releases