bab ii tinjauan dan landasan teori ii.1 tinjauan …thesis.binus.ac.id/asli/bab2/2009-2-00474-ar bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1 TINJAUAN UMUM
II.1.1. Definisi Mal, Apartemen dan Mixed Use Building
Definisi Mal Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota (central city business area) yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki; berbentuk pedestri an dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional.
(Rubenstein, 1978)
Shopping mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebagai daya t arik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mal atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang. (Maitland, 1987) Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko. (Urban Land Institute, 1977) Mal adalah area pergerakan linier yang lebih diorientasikan bagi
pejalan kaki berbentuk pedestrian dengan lokasi strategis dan terdiri dari
pertokoan mulai dari skala kecil sampai dengan skala besar seperti
department store yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti
bioskop, playground, dll dan merupakan kombinasi plaza dan ruang-ruang
interaksional.
Definisi Apartemen
Apartemen adalah satu ruangan atau lebih, biasanya merupakan bagian dari sebuah struktur hunian yang di rancang untuk ditempati oleh lebih dari satu keluarga. Normalnya, berfungsi sebagai perumahan sewa dan tidak pernah dimiliki oleh penghuninya yang dikelola oleh pemilik atau pengelola properti.
10
(Dictionary of Real Estate, Wiley, 1996) Apartemen adalah bangunan yang memuat beberapa grup hunian, yang berupa rumah flat at au rumah petak bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga yang terjangkau di perkotaan.
(Endy Marlina, 2008) Apartemen adal ah tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar
mandi, dapur, dsb) yang berada pada suatu l antai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi dengan berbagai fasilitas (kolam renang, pusat kebugaran, toko, dsb).
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, 2001) Apartemen adalah hunian vertikal yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan hunian terutama di kawasan perkotaan karena
permasalahan lahan yang terbatas dan mahal dan dilengkapi dengan fasilitas
olah raga, minimarket, tempat penitipan anak, dll untuk meningkatkan
kenyamanan penghuninya.
Definisi Mixed Use Building Mixed use building adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi suatu struktur yang kompleks di mana semua kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat.
(Endy Marlina, 2008)
Mixed-use development is the practice of allowing more than one type of use in a building or set of buildings. In planning zone terms, this can mean some combination of residential, commercial, industrial, office, institutional, or other land uses. (www.wikipedia.com) Terjemahan Bangunan multi fungsi adal ah suatu perancangan bangunan dengan lebih dari satu macam kegunaan. Dalam perencanaan zoning bangunan, terdapat kombinasi antara pemukiman, perdagangan, industri, perkantoran, institusional dan fungsi-fungsi lainnya. (www.wikipedia.com)
Mixed-Use Building adalah perancangan bangunan dengan
penggabungan beragam fungsi dan kegiatan seperti pemukiman,
11
perkantoran, rekreasi, perdagangan, dll sehingga tercipta suatu kawasan
yang integral, menghemat penggunaan lahan serta efektif dan efisien dalam
melaksanakan aktivitas penghuni.
II.1.2. Sejarah dan Teori Mengenai Bangunan Mal
Pusat perdagangan di dunia pertama kali adalah Ishafan’s Grand
Bazaar di Istanbul yaitu sekitar tahun 10 M. Pada tahun 15 M dibangun
Grand Bazaar di Istanbul , terdiri dari 58 jalan, lebih dari 1.200 toko dan
dikunjungi oleh 250.000-400.000 orang setiap harinya. Di Indonesia, pusat
perbelanjaan pertama hadir pada tahun 1970-an di Jakarta yaitu Aldiron
Plaza yang merupakan pusat pertokoan Senen dan pasar-pasar yang dikelola
PD Pasar Jaya.
Menurut Rubenstein (1978), mal merupakan penggambaran dari kota
yang terbentuk oleh elemen-elemen anchor (magnet), secondary anchor
(magnet sekunder), street mall dan landscaping (pertamanan).Unsur-unsur
yang menunjang keberhasilan suatu mal adalah sebagai berikut.
1. Bentuk mal
Menurut Maihland (1987), terdapat 3 bentuk umum mal.
- Open mall, adalah mal tanpa pelingkup.
- Enclosed mall, adalah mal dengan pelingkup.
12
- Integrated mall, adalah penggabungan mal terbuka dan
tertutup.
2. Pola mal
Pada dasarnya mal berprinsip linier. Tatanan mal yang
banyak dijumpai adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar 8-16
m.
3. Dimensi mal
Berdasarkan penelitian di Amerika panjang minimal mal
adalah 180 m dan panjang maksimalnya 240 m. Yang perlu
diperhatikan adalah mal jangan terlalu panjang karena akan
melelahkan pengunjung.
4. Penataan letak retail di sepanjang mal
Dengan penataan sirkulasi mal yang hanya memiliki satu
koridor diharapkan semua retail dapat dilewati pengunjung
sehingga semua retail memiliki nilai komersial yang sama.
5. Pencahayaan
Untuk menunjang konsep mal yang menerus, bagian atap mal
biasanya diselesaikan dengan skylight.
6. Elemen-elemen arsitektural pada mal (bangku, arena bermain, kios,
kotak telepon, penunjuk arah, dll)
13
II.1.3. Sejarah dan Teori Mengenai Bangunan Apartemen
Bangunan hunian bertingkat pertama di dunia berasal dari Romawi.
Pada abad ke-15 kota Yaman telah memiliki kota pencakar langit tertua di
dunia. Hunian vertikal pertama di Indonesia berawal pada 3 dasawarsa lalu.
Sekitar tahun 1974 berdiri Apartemen Ratu Plaza di Jalan Jendral
Sudirman, Jakarta Barat.
Kebutuhan tiap penghuni apartemen bervariasi, hal ini melahirkan
berbagai tipe unit apartemen sebagai berikut.
1. Tipe Efisien
Ukuran : 18 – 45 m2
Susunan ruang : R.Makan dan R.Tidur (disatukan), R.Tidur,
Dapur, KM
Target penghuni : 1 orang, pasangan baru menikah tanpa anak
2. Tipe One Bedroom (satu kamar tidur)
Ukuran : 36-54 m2
Susunan ruang : R.Keluarga dan R.Makan (disatukan), Dapur,
1 R.Tidur, KM, Teras
Target Penghuni : 2-3 orang, pasangan baru menikah dengan
atau tanpa anak
3. Tipe Two Bedrooms (dua kamar tidur)
Ukuran : 45-90 m2
Susunan ruang : R.Keluarga, R.Makan, Dapur, 2 R.Tidur,
KM, Teras
14
Target Penghuni : 3-4 orang, keluarga dengan 1 atau 2 anak
4. Tipe Three Bedrooms (tiga kamar tidur)
Ukuran : 54-108 m2
Susunan ruang : R.Keluarga, R.Makan, Dapur, 3 R.Tidur, 1-2
KM, Teras
Target Penghuni : 4-5 orang, keluarga besar dengan 3 anak atau
lebih
5. Tipe Four Bedrooms (empat kamar tidur)
Ukuran : 100-135 m2
Susunan ruang : R.Keluarga, R.Makan, Dapur, 4 R.Tidur, 2
KM, 2 Teras, Gudang besar
Target Penghuni : 5-8 orang, keluarga dengan 3-6 anak
II.1.4. Sejarah dan Teori Mengenai Mixed Use Building
Greek Agora dan Roman Baths dikenal sebagai contoh-contoh
bangunan multi fungsi pertama di dunia. Bangunan multi fungsi pertama di
Indonesia adalah Sarinah Department Store yang dibangun pada tanggal 23
April 1963. Gedung Sarinah dimaksudkan oleh Sukarno menjadi sebuah
pusat perbelanjaan modern yang bisa memenuhi keinginan rakyat
mendapatkan barang-barang murah tapi dengan mutu yang bagus.
Gagasannya berasal dari Sukarno, menyusul lawatannya ke sejumlah negara
yang sudah lebih dulu memiliki pusat belanja modern.
15
Pada tahun 1974 berdiri bangunan mixed-use di Jakarta Selatan yaitu
Ratu Plaza yang merupakan penggabungan fungsi dari perkantoran,
apartemen dan pusat perbelanjaan.
II.1.5. Peraturan Bangunan
Peraturan dan tata bangunan yang lebih rinci mengenai
pembangunan mal diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan pembangunan apartemen diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
II.2 TINJAUAN KHUSUS
II.2.1. Tinjauan Tapak
Tapak terletak di kawasan Jakarta Barat. Jakarta Barat dikenal
sebagai kawasan kota tua dan kawasan kota metropolitan serba megah.
Luas lahan wilayah kotamadya Jakarta Barat sekitar 12.819 ha, dengan
peruntukan sebagai berikut:
- Kawasan perumahan 6.479,72 ha
- Industri 188,51 ha
- Pertokoan/perkantoran 1.248 ha
- Taman 192,38 ha
- Pertanian 1.065,99 ha
16
- Lahan tidur 1.921,86 ha
- Lainnya 1.722,54 ha
Kawasan Jakarta Barat memiliki iklim yang relatif panas. Curah
hujan selama tahun 2006 berkapasitas 813,9 mm. Jumlah hari hujan pada
tahun yang sama adalah 61 hari, sehingga rata-rata curah hujan harian 2,2
mm/hari. Curah hujan harian paling tinggi terjadi pada bulan Februari dan
Maret (5,9 mm/hari).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dalam Kecamatan
Palmerah Dalam Angka 2008, data kelurahan Slipi adalah sebagai berikut:
- Luas Wilayah : 97,42 ha
- RT : 77
- RW : 7
- KK : 5.363
- Pendudukan : 15.817
- Kepadatan penduduk/ha : 187
Gambar 2.1 Tapak Slipi
Gambar 2.2 Slipi Jaya dilihat dari peta keleuruhan Jakarta Barat
17
Lokasi : Slipi, Palmerah, Jakarta Barat
Luas Tapak : ± 6.500 m2
KDB : 60 %
KLB : 4
GSB : 15 m dan 8 m
Ketinggian Max : 24 lantai
Tapak Slipi Jaya terletak di Jalan Let.Jend. S. Parman, kelurahan
Slipi, kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Sebelah utara dan barat tapak
berbatasan dengan perumahan. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Let.
Jend. S. Parman dan sebelah selatan berbatasan dengan Jalan fly over
Brigjen Katamso Dharmokusumo .
Slipi Jaya memiliki lokasi yang strategis karena lokasinya yang
dekat dengan pintu tol Bandara Soekarno-Hatta. Gedung Slipi Jaya juga
dikelilingi gedung-gedung perkantoran, antara lain Wisma Asia (0,2 km),
Wisma Koperasi (0,2 km), Jiwa Sraya (0,2 km), Wisma 77 (0,2 km), dll.
Sedangkan gedung hotel dan apartemen di sekitar gedung Slipi Jaya antara
lain adalah Hotel Menara Peninsula (0,2 km), Hotel Orchid (1,1 km),
Taman Anggrek Apartemen (1,3 km), Mediterania Garden (1,9 km), Hotel
Pertamburan (1,3 km).
18
II.2.2. Karakter Masyarakat dan Rumah Tradisional Indonesia
Karakter Masyarakat Indonesia "Indonesian philosophy lies in their daily-life behavior and factual result of their
activities. Philosophy of Indonesian people lies within their pepatah-petitih, adat houses,
adat ceremonies and rites, old myths, in their dress ornaments, their dances, the music they
play, in their weapons, their social system, and so on"
(Sumardjo, 2003:113)
Terjemahan
Filosofi Indonesia terwujud dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan hasil yang
faktual dari kegiat an-kegiatan masyarakatnya. Filosofi dari orang Indonesia terwujud
melalui pepatah-pepitih, adat, rumah-rumah, musik yang mereka mainkan, senjata-senjata,
sistem sosial, dll.
(Sumardjo, 2003:113)
Menurut M.Nasroen dalam bukunya Indonesian Philopsohy (1967),
filosofi-filosofi yang dianut oleh masyarakat Indonesia antara lain adalah
mufakat, pantun-pantun, Pancasila, hukum adat, gotong royong, dan
kekeluargaan. Masyarakat pedesaan di Indonesia menjadikan solidaritas dan
‘gotong royong’ dalam hubungan antar warganya sebagai perwujudan
kesadaran kolektif dan sikap saling membantu dalam semua bidang
kehidupan, misalnya dalam aktivitas persawahan, pembangunan rumah atau
perbaikan infrastruktur.
Masyarakat Indonesia juga memiliki hubungan yang erat dengan
alam. Manusia tradisional Nusantara Indonesia yang hidup dalam alam
tropika lembab yang lebih menyukai hidup di alam luar dan menjadikan
arsitektur ruang luar memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan
mereka. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk-bentuk rumah tradisional di
19
Indonesia di mana ruang dalam maupun ruang luarnya tidak memiliki batas
yang kaku atau tegar.
Rumah Tradisional Indonesia
Dalam teori arsitektur, ada yang mengelompokkan bidang
perumahan sebagai bidang tersendiri. Sejak dahulu kala, rumah sudah
memiliki arti yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kita di Indonesia
memiliki keistimewaan karena bentuk dan gaya-gaya rumah dari berbagai
suku bangsa di tanah air kita telah menjadi ciri dari kebudayaan suku
bangsa tersebut.
Bentuk asal dari rumah bangsa Indonesia pada zaman dahulu kiranya
masih dapat diraba dengan melihat di kawasan pedalaman negara kita.
Bentuk asal rumah Indonesia adalah bangunan sederhana dari pepohonan.
Pada zaman purba, begitu manusia menemukan api, begitu juga ia
menemukan dapur. Arti dapur di sini adalah suatu tempat berkumpul
seluruh keluarga untuk makan bersama, menghangatkan tubuh saat udara
dingin, dll. Kekuatan api yang dapat memberi cahaya, panas, serta
amukannya yang dashyat dan dapat membawa malapetaka telah disadari
oleh manusia zaman dulu sebagai satu kekuatan alam yang dipuja. Oleh
karena itu, api (=tungku = dapur) ada yang diletakkan sebagai pusat
kediaman.
20
Ruang inti seperti itu dapat merupakan seluruh rumah ataupun hanya
sebagai ruangan utama. Seperti yang dapat dilihat pada contoh denah-denah
rumah dapat merupakan sebuah lingkaran, persegi empat ataupun persegi
panjang dengan berbagai variasinya.
Tergantung dari pola kemasyarakatan suku-suku di Indonesia, dari
sudut pembahasan denah rumah terdapat penggolongan dari segi susunan
rumah tangganya yaitu bentuk rumah untuk rumah tangga jamak dan
bentuk rumah untuk rumah tangga tunggal. Rumah-rumah seperti ini dapat
dilihat pada Rumah Panjang di Kalimantan. Roxana Waterson, dalam buku
The Living House, An Anthropology of Architecture in South-East Asia (
Thames & Hudson, 1997) mengatakan bahwa rumah panjang di Kalimantan
adalah sebuah contoh awal akan sebuah komunitas yang membentuk
pemukiman bersama dalam satu atap. Kita kenal pemukiman seperti itu
sekarang dengan sebutan rumah susun, apartemen atau kondominium.
Gambar 2.3 Tipe denah bentuk asal di berbagai daerah Indonesia
21
Lambang Budaya yang Mencerminkan Indonesia
Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam budaya.
Beberapa di antaranya memiliki kekhasan yang dapat diadaptasi pada
perancangan bangunan seperti di bawah ini.
Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang
berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik
pembuatan corak - menggunakan canting atau cap - dan pencelupan kain
dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Tradisi
membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga
kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai
saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh
keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang
sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada
dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada
Konferensi PBB.
22
Batik juga memiliki banyak makna dalam setiap motifnya. Sebagai
contoh Batik Grompol, kain Batik Grompol, grompol atau grombol, dalam
Bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Kain batik dengan motif ini
biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan oleh orang tua mempelai,
baik calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Motif ini
melambangkan harapan pemakai bahwa akan berkumpul semua sanak
saudara dan tamu-tamu sehingga pesta pernikahan dapat berjalan meriah.
Juga berkumpulnya semua hal yang baik yaitu rejeki, kebahagiaan,
kerukunan hidup, ketenteraman untuk kedua keluarga tersebut. Namun juga
dengan harapan bahwa pasangan keluarga baru itu nanti sejauh kemanapun
perginya, tetap akan dapat mengumpul atau mengingat kepada induknya
atau keluarga besarnya.
Candi Bentar
Candi Bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk dua
bangunan serupa tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri
Gambar 2.4 Motif Batik Grompol
23
dan kanan pintu masuk. Candi Bentar tidak memiliki penghubung di bagian
atas, sehingga kedua sisi terpisah. Bangunan gapura tipe ini terutama
banyak dijumpai di Pulau Lombok, Bali, dan Jawa.
Adapun fungsi dan makna yang tersirat dari struktur Candi Bentar
yang saling berhadap-hadapan ini adalah melambangkan simbol dari “Bad
Spirit” dan “Good Spirit” yang berarti siapapun yang ingin memasuki Pura
ini harus menanggalkan / mengesampingkan sifat-sifat yang tidak baik dan
hanya boleh membawa serta sifat-sifat yang baik dalam pikirannya.
Anggrek Ungu
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan
bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak
terbatas. Anggrek biasa dijual sebagai tanaman pot maupun sebagai bunga
potong. Indonesia memiliki kekayaan jenis anggrek yang sangat tinggi,
terutama anggrek epifit
yang hidup di pohon-pohon hutan, dari Sumatera hingga Papua.
Gambar 2.5 Candi Bentar
24
II.2.3 Arsitektur Tropis The basic act of architecture is therefore to understand the ’vocation’ of the place. In this way we protect the earth and become ourselves part of a comprehensive totality. What is advocated here is not some kind of environmental determinism. We only recognize that man is an integral part of the envi ronment, and that it can only lead to human alienation and environment, disruption if he forgets that. To belong to a place means to have an existential foothold, in a concrete everyday sense. (Chris Abel, ARCHITECTURE & IDENTITY, 2000) Terjemahan Dasar dari tindakan dalam arsitektur adalah memahami ‘kerja’ dari suatu tempat. Dengan cara ini kita melindungi bumi dan menjadikan diri kita bagian dari keseluruhan yang komprehensi f. Yang dianjurkan di sini tidak berupa semacam penguasaan lingkungan. Kita hanya memahami manusia sebagai sebuah bagian integral dari lingkungan dan hal ini hanya akan menuju pada pengasingan manusia dan lingkungan, sebuah gangguan bila ia melupakan hal tersebut. Untuk menjadi milik suatu tempat berarti untuk memiliki suatu dukungan nyata, dalam perilaku konkrit sehari-hari. (Chris Abel, ARCHITECTURE & IDENTITY, 2000)
Sebelum berbicara mengenai Arsitektur Indonesia, hendaknya kita
memahami terlebih dahulu mengenai Arsitektur Tropis karena negara
Indonesia memiliki iklim tropis dan sudah tentu menerapkan prinsip-prinsip
Arsitektur Tropis dalam perancangan bangunannya.
Tropis didefinisikan sebagai daerah yang terletak di antara garis
isotherm 200 di sebelah bumi utara dan selatan. Daerah tropis dibagi dalam
dua kelompok ikilm utama, yaitu iklim tropika basah dan iklim tropika
Gambar 2.6 Anggrek ungu yang banyak tumbuh di negara tropis
25
kering. Pengelompokan ini berdasarkan letak daerah tersebut, di mana
daerah tropika basah terletak di antara garis lintang utara 150 dan garis
lintang selatan 150. Daerah tropika kering di antara garis lintang utara 150
dan 300 serta di antara garis lintang selatan 150 dan 300.
Indonesia sendiri termasuk ke dalam daerah iklim tropika basah.
Ciri-ciri daerah iklim tropika basah antara lain memiliki kelembapan udara
yang relatif tinggi (sering di atas 90%), curah hujan tinggi (rata-rata 500-
1250 mm per tahun), serta temperatur rata-rata tahunan di atas 180C
(biasanya sekitar 230C), yang dapat meningkat menjadi 380C pada musim
panas. Perbedaan antar musim hampir tidak ada, kecuali periode sedikit
hujan dan banyak hujan yang disertai angin keras. Fluktuasi tempertatur
harian dan tahunan lebih kecil dibandingkan dengan daerah tropika kering.
Untuk menghadapi iklim tropis dan ciri-ciri alamnya, terdapat
banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan, antara lain:
1. Radiasi matahari
Radiasi matahari adalah penyebab semua ciri umum iklim
dan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Radiasi matahari mempengaruhi orientasi bangunan dan perlindungan
terhadap cahaya matahari. Beberapa antisipasi radiasi matahari di
daerah tropika basah antara lain adalah pembukaan fasad ke selatan atau
utara agar meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari rendah
dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan pertambahan panas. Di
daerah tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang
26
bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila
perlu untuk seluruh bidang bangunan.
2. Pantulan dan penyerapan
Intensitas cahaya matahari dan pantulan cahaya matahari
yang kuat merupakan gejala dari iklim tropis. Cahaya yang terlalu kuat,
juga kontras yang terlalu besar dalam nilai keterangan (brightness) pada
umumnya dirasakan tidak menyenangkan. Di daerah tropika basah,
sebagian radiasi panas matahari diserap oleh awan, tetapi cahaya
menjadi lebih kuat dengan adanya pembiasan pada butir-butir air. Pintu
dan jendela untuk sirkulasi ruangan harus dibuat sebesar mungkin tetapi
harus terlindung dari cahaya-cahaya yang menyilaukan.
3. Kelembapan udara
Kadar kelembapan udara, berbeda dengan unsur-unsur yang
lain, dapat mengalami fluktuasi yang tinggi dan tergantung pada
perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi
pula kemampuan udara menyerap air.
4. Temperatur
Daerah paling panas adalah daerah yang paling banyak
menerima radiasi matahari, yaitu daerah khatulistiwa. Panas tertinggi
dicapai kira-kira dua jam setelah tengah hari, karena pada saat itu
radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang
sudah tinggi. Pertambahan panas terbesar terdapat pada fasad barat daya
atau barat laut (tergantung pada musim dan garis lintang) dan fasad
27
barat. Di daerah tropis, fasad timur dan barat paling banyak terkena
radiasi matahari.
5. Angin
Gerakan udara terjadi karena pemanasan-pemanasan lapisan
–lapisan udara yang berbeda-beda. Penelitian di kota-kota besar
menunjukkan bahwa kecepatan angin di permukaan jalan rata-rata
hanya sepertiga dari kecepatan pada lansekap terbuka. Bangunan tinggi
memiliki pengedaran yang lebih baik pada bagian sebelah atas, karena
di sini intensitas gerakan udara lebih besar daripada di lantai.
Gerakan udara merupakan faktor perencanaan yang penting
karena sangat mempengaruhi kondisi iklim, baik untuk setiap rumah
maupun seluruh kota. Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas
dari permukaan kulit oleh penguapan. Semakin besar kecepatan udara,
semakin besar panas yang hilang. Tetapi ini hanya terjadi selama
temperatur udara lebih rendah daripada temperatur kulit. Di daerah
lembap, diperlukan sirkulasi udara terus-menerus, karena itu di daerah
tropika basah, dinding-dinding luar sebuah bangunan terbuka untuk
sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk
pencahayaan.
6. Perusak biologis
Perusak biologis antara lain adalah serangga (rayap, nyamuk,
lalat, dll), binatang (tikus, kelelawar, burung, dll) dan jamur.
28
Keberadaan perusak biologis dapat merusak bangunan sehingga
diperlukan pencegahan untuk mengantisipasinya.
7. Presipitasi
Presipitasi terbentuk oleh kondensasi atau sublimasi uap air.
Di khatulistiwa, presipitasi terjadi dua kali dalam setahun. Hujan tropis
dapat tiba-tiba turun dengan intensitas yang sangat tinggi dan biasanya
jumlah air yang datang tiba-tiba itu selalu menimbulkan bahaya banjir.
8. Pasir dan debu
Akibat pencemaran udara oleh industri atau oleh bau yang
mengganggu dan tindakan-tindakan pencegahannya pada umumnya
sama di seluruh dunia. Vegetasi yang cukup dapat menghindarkan
sebagian besar gangguan pasir dan debu.
Tujuan setiap perencanaan adalah untuk menciptakan kenyamanan
maksimum bagi manusia. Hasil dari serangkaian penelitian menunjukkan
bahwa kenyamanan di daerah khatulistiwa berkisar antara temperatur 22,50
sampai 29,50C dengan kelembapan udara relatif sebesar 20-50%.
(Georg.Lippsmeier, Bangunan Tropis, 1997)
II.2.4 Arsitektur Nusantara (Indonesia) Nusantara adal ah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno nusa (pulau) dan antara (lain).Istilah ini pertama kali tertulis pada beberapa pustaka dari literatur berbahasa Jawa Pertengahan (dari periode Jawa Timur, i.e. Kediri sampai Majapahit). Selanjutnya muncul konsep yang diperbaharui, yang dikemukakan oleh Ernest Douwes Dekker di awal abad ke-20 dan masih dipakai hingga sekarang untuk menyatakan kesatuan geografi -antropologi kepulauan yang terl etak di antara benua Asia dan Australia.
(www.wikipedia.com)
29
Nusantara berarti sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, 2001)
Berbicara tentang arsitektur Indonesia, hendaknya kita melihat dulu
definisi dari identitas bangsa Indonesia karena arsitektur Indonesia pasti
mencerminkan identitas bangsa Indonesia. Identitas adalah target yang
selalu berubah sejalan dengan perubahan waktu dan masyarakatnya, sebagai
suatu proses kultural yang tidak bisa difabrikasikan, apalagi secara massal.
Ungkapan identitas arsitektur lebih terwujud sebagai cerminan kreatif
arsitek dalam mewujudkan tuntutan, dambaan dan perilaku budaya
masyarakat, jadi bukan sekedar menyuguhkan produk atau artefak budaya
yang identik seragam untuk sepanjang waktu. Identitas arsitektur Indonesia,
pada hakikatnya tercermin dalam pluralitas atau keserbaragaman kultur dan
subkulturnya. Kompleksitas budaya Jawa, Bali, Toraja, dll dimanifestasikan
dalam bentuk arsitektur yang berbeda-beda.
Architecture is ‘built” meaning. It fatefully expresses who we are. (Charles Jencks) Terjemahan Arsitektur adalah “ membangun” makna. Ia mengekspresikan siapa kita.
Perkembangan karya-karya arsitektur Indonesia dikategorikan oleh
Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. sebagai berikut.
1. Karya-karya arsitektur yang terlalu terpaku pada bentuk arsitektur
tradisional dengan meminjam komponen atau artefak lokal yang mudah
30
dikenal seperti atap joglo, tanpa upaya untuk mengembangkannya lebih
lanjut. Kesan akrab memang terasa, namun di lain pihak dapat pula
menimbulkan kesan monoton yang membosankan.
2. Karya-karya arsitektur yang lebih berkiblat ke Barat dengan kaidah-
kaidah perancangan yang berdasarkan nalar, fungsi, teknologi dan
ekonomi. Bentuk yang tercipta biasanya merupakan bentuk yang lazim
disebut arsitektur kotak (box architecture), lepas dari bentuk tradisional
dan sering kali tidak kontekstual.
3. Karya-karya arsitektur yang merupakan gabungan antara bentuk
tradisional dengan bentuk modern, yang dijajarkan, didampingkan atau
ditumpuk begitu saja, tanpa diluluhkan menjadi satu kesatuan utuh.
Contoh yang mudah dilihat misalnya pendopo joglo yang dipajang di
bangunan bertingkat yang berciri modern atau gedung pencakar langit
yang puncaknya dipasangkan atap joglo.
4. Karya-karya arsitektur yang mencoba mengadaptasi keunikan lokal
tradisional untuk kemudian ditampilkan kembali dengan idiom baru.
Jadi ada perkembangan bentuk baru yang kreatif sebagai kelanjutan
bentuk tradisional yang berevolusi secara runtut.
5. Karya-karya arsitektur yang menangkap bukan bentuk fisik arsitektur
tradisionalnya, melainkan nafas atau jiwa lokal tradisional yang tidak
teraga, untuk kemudian disenyawakan dengan teknologi dan bahan serta
perlengkapan baru yang serba canggih. Esensi dan makna yang
trasedental menjadi landasan penciptaan karya arsitektur baru.
31
Ahmad Tardiyana (2002) mengatakan pada era sekarang identitas
Indonesia adalah sebuah upaya dialek tanpa akhir dalam hubungannya
dengan dinamika kebudayaan di mana terjadi persilangan antara budaya
dunia dengan potensi lokal atau dengan kata lain antara global influences
dengan local potentials. Identitas Indonesia akan selalu dipahami sebagai
perjuangan spesifik dari tiap generasi arsitek untuk menghadapi berbagai
kondisi sosial yang merupakan pertemuan dari kekuatan lokal dan global.
Dalam era ini, diharapkan perancangan karya-karya arsitektur lebih
diarahkan pada poin-poin empat dan lima, di mana terjadi peleburan antara
arsitektur tradisional dengan modern, antara budaya dan teknologi secara
integral. Kesadaran ini juga menjadi salah satu agenda Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) pada tahun 2002, yaitu pengembangan eksperimen,
khususnya penggunaan material dan program pengembangan yang
menginterpretasikan kembali arsitektur vernakular sehingga menjadi lebih
relevan dengan konteks globalisasi.
Prof. Ir. Eko Budihardjo, M. Sc. juga menggambarkan arsitektur
Indonesia dalam bentuk seperti sebuah pohon. Semakin banyak
penyelidikan dan penelitian pada akar tradisi kedaerahan maka akan
menggemburkan tanah di bawah pohon tersebut sehingga makin kuat
tumbuhnya dahan, tangkai, dan daun, yang melambangkan arsitektur
Indonesia yang autoktonos untuk masa depan.
32
Dewasa ini memang telah semakin terlihat muncul kesadaran baru di
kalangan arsitek bahwa proses perancangan selayaknya diadaptasikan
terhadap budaya, pola kehidupan dan struktur sosial, iklim dan topografi
dengan mempertimbangan aspek ekologis dan lingkungan secara integratif.
Arsitektur Indonesia didefinisikan sebagai arsitektur yang mampu
menanggapi iklim tropis setempat, karakter masyarakat Indonesia dan
mengangkat kembali lokalitas dan budaya bangsa Indonesia sekaligus juga
mampu menanggapi derasnya pengaruh globalisasi.
Pada proyek Mal dan Apartemen di Jakarta Barat dengan pendekatan
Arsitektur Nusantara konsep yang akan diterapkan adalah:
- Bentuk-bentuk khas pada rumah tradisional Indonesia yang telah diadaptasi
seperti bentuk rumah panggung, serambi, teras-teras, dll.
- Konsep atrium dengan void-void pada bangunan mal sehingga
memungkinkan adanya interaksi antar lantai bangunan.
- Penggunaan material bambu, kayu dan material alam lainnya yang
merupakan material yang umum digunakan pada rumah tradisional di
Gambar 2.7 Pohon yang melambangkan arsitektur autoktonos pada masa depan
33
Indonesia. Material modern juga akan digunakan dalam sistem struktur
sebagai jawaban akan tantangan globalisasi.
- Konsep perancangan arsitektur tropis karena Indonesia merupakan negara
tropis yang harus merespons iklim tropis. Contoh penerapannya adalah
penggunaan tritisan lebar sebagai peneduh dari sinar matahari terik di
negara topis.
- Penerapan beberapa unsur kekhasan yang melambangkan Indonesia.
II.3 Studi Kasus dan Studi Banding
Poins Square Mall dan Apartemen
Lokasi : Jl. RA. Kartini No.1, Lebak Bulus Jakarta Selatan
Luas lahan : 22.000 m2
Fasilitas : Fully furnish room, swimming pool, fitness center, laundry,
sauna, children playground, gazebo, landscape garden,
TOWER A LANTAI 7-22
Gambar 2.8 Fasad dari Poins Square
Gambar 2.9 Denah Apartemen Poins Square
1 lantai-12-14 unit kamar Kelas Menengah
Lebar koridor : 2 m dengan panjang : ± 35 m dan ± 20 m, sehingga
pencahayaan di koridor bergantung pada pencahayaan buatan
34
jogging track
Kapasitas parkir : Parkir luar sebanyak 150 mobil, parkir B1 dan B2 untuk
bangunan mal dan parkir B3 untuk apartemen dengan
kapasitas 275 mobil. Parkir B1, selain untuk parkir mobil
juga berfungsi sebagai tempat loading-unloading barang
untuk supermarket Giant. Tinggi maksimal parkir basement
adalah 2,6 m.
Jumlah unit : 3 bedrooms (120,5 m2), 195 unit - 62%
2 bedrooms (76,2 m2), 96 unit – 30,6%
1 bedroom (53,3 m2),23 unit– 7,3%
Okupansi : ±80%
Kemanggisan Residence
Lokasi : Jl. Kemanggisan No. 17, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Luas lahan : 8.000 m2
Fasilitas : Foodcourt, fitness center, kolam renang, ruang serbaguna,
Gambar 2.10 Denah unit apartemen Poins Square
PRIVAT
SEMI PUBLIK PRIVAT
SERVICE SERVICE
PRIVAT
SEMI PUBLIK
35
ATM bersama, pertokoan, mesjid
Kapasitas parkir : Parkir basement 2 lantai dengan 1000 lot parkir untuk parkir
mobil dan parkir motor
Jumlah unit : Tipe 25 (1 Bedroom) 700 unit – 53,8 %
Tipe 50 (3 Bedrooms) 600 unit – 46,2 %
Jaringan air bersih : PDAM
Gambar 2.11 Fasad Kemanggisan Residence
Gambar 2.12 Siteplan Kemanggisan Residence
54 unit per lantai
58 unit per lantai
KELAS MENENGAH KE
BAWAH
Gambar 2.13 Denah unit Kemanggisan Residence
Pola sirkulasi dalam ruang yang efektif
36
Green Parkview
Lokasi : Jl. Daan Mogot Km 14, Jakarta Barat
Luas lahan : 4,7 ha
Fasilitas : Minimarket, fitness center, kolam renang, jogging track,
parkir, lapangan tenis, keamanan, 4 lift di tiap tower, mini
golf, rumah makan, tempat ibadah, keamanan dan bus antar
jemput
Jumlah unit : 1 kamar (1BA), luas 20,35 m2
1 kamar (1BB), luas 23,75 m2
1 kamar (1BAU), luas 21,5 m2
1 kamar (1BBU), luas 24,75 m2
2 kamar (2BA), luas 33,75 m2
2 kamar (2BC), luas 35 m2
Jaringan air bersih : PDAM dan water treatment system
Gambar 2.14 Fasad Green Parkview Gambar 2.15 Site plan Green Parkview
KELAS MENENGAH
52 unit per lantai
37
Brawijaya Apartemen
Lokasi : Brawijaya XII No.1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Luas lahan : 7.950 m2
KDB : 32%
KLB : 3
Developer : PT Laksayudha Abadi
Jumlah unit : 154 unit
Fasilitas : Fitness center, swimming pool, parabola, alarm system,
playground, minimarket, lapangan tenis, mushola
Gambar 2.17 Fasad Brawijaya Apartemen
Gambar 2.16 Denah unit Green Parkview
Pola sirkulasi efektif dan efisien
38
Kapasitas parkir : 160 mobil
Jumlah unit : 1 bedroom, 30 unit – 19%
2 bedrooms, 64 unit – 41%
3 bedrooms, 46 unit – 29%
4 bedrooms, 10 unit – 7%
Penthouse, 4 unit – 4%
Okupansi : ±80%
Simprug Indah Apartemen
Lokasi : Arteri Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Luas lahan : 5.200 m2
KDB : 25,2%
KLB : 4,5
Developer : PT Intimegah Santoso
Jumlah unit : 221 unit
Gambar 2.18 Fasad Simprug Indah Apartemen
39
Fasilitas : Fitness center, swimming pool, playground, cafe, mini
market, lapangan tenis, squash, mushola
Kapasitas parkir : 244 mobil
Jumlah unit : 1 bedroom (59 m2), 54 unit – 24%
2 bedrooms (118 m2), 108 unit – 49%
3 bedrooms (155m2), 54 unit – 24%
Penthouse, 4 unit – 3%
Okupansi : ±60%
Mal Ciputra Jakarta
Lokasi : Jl. S. Parman, Jakarta Barat
Luas lahan : Mal dengan luas ±80.000 m2 yang terdiri dari 6 lantai dan
hotel bintang 4 dengan luas ±30.000 m2 yang terdiri dari 9
lantai
Konsep bangunan : Festive, bersifat cerah dan ramai.
Fasilitas
- Fasilitas pusat pertokoan
Berupa retail tenant yang berjumlah 360 unit.
- Fasilitas khusus
Berupa area pameran di atrium centercourt, area bermain anak, ruang ibu
dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup, ruang serbaguna Amadeus,
taman bacaan anak dan berbagai kelas kursus seperti kelas musik dan kelas
komputer.
40
- Fasilitas hiburan
Berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), Stringer & Fun City.
- Fasilitas sosial
Berupa kantin murah untuk karyawan.
- Fasilitas pelengkap
Berupa ATM Center, toilet pengunjung di setiap lantai, pusat informasi,
kursi roda, mushola, dan telepon umum.
- Fasilitas parkir
Dibagi menjadi 2 yaitu parkir terbuka di sekeliling area bangunan dan parkir
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan sistem split level. Kapasitas
keduanya dapat menampung ±1.500 buah mobil dan ±700 buah sepeda motor
serta dapat memenuhi daya tampung jumlah pengunjung baik pada hari-hari
biasa maupun pada akhir pekan dan libur.
- 10 buah elevator dan 29 eskalator, serta berbagai signage directory sebagai
penunjuk arah.
Gambar 2.19 Fasad Mal Ciputra, Jakarta
41
Gambar 2.20 Denah Mal Ciputra, Jakarta
Denah Lt.4 Denah Lt.5 Denah Lt. 6
Denah Lt.1 Denah Lt.2 Denah Lt.3
Denah LG Denah UG
Pola sirkulasi linier yang dibagi oleh void
di tengah mal
Parkir dalam gedung
Anchor tenant
42
Dari studi banding yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
Mal memakai konsep atrium di mana terdapat void yang menghubungkan antar
lantai. Void ini menciptakan interaksi antar lantai mal. Mal juga menempatkan
anchor tenant pada ujung-ujung massa sebagai magnet pengunjung. Di dalam
anchor tenant terdapat eskalator sendiri. Penempatan supermarket di lantai dasar
karena mobilisasi barang yang tinggi.
Untuk bangunan apartemen, ruang-ruang yang ada terbagi dalam tiga zona
yaitu semipublik (R.Keluarga, R.Makan), privat (ruang tidur), dan servis (kamar
mandi, kamar pembantu, dapur, WC). Ruang tidur mendapat pencahayaan alami.
Dari apartemen yang dijadikan studi banding, jumlah unit per lantai bervariasi.
Pada apartemen kelas menengah seperti Poins Square jumlah unit per lantai sekitar
12-15 unit sedangkan pada Kemanggisan Residence dan Grand Park View sekitar
50 unit per lantai karena kelasnya menengah ke bawah. Luasan unit terbesar
terdapat di Apartemen Simprug Indah yaitu antara 59-155 m2 dan unit terkecil pada
Grand Park View yaitu 20.35 – 35 m2.
Pada proyek Mal dan Apartemen di Jakarta Barat dengan pendekatan
Arsitektur Nusantara konsep yang akan diterapkan adalah:
- Konsep filosofis denah pada rumah tradisional Indonesia yaitu adanya
ruang-ruang serambi, kamar, gang, dan serambi belakang pada apartemen.
Filosofi serambi ini juga akan diterapkan pada bangunan mal, serambi di
sini dimaksudkan sebagai ruang perantara yang menghubungkan lingkungan
luar dengan bangunan sekaligus sebagai ruang komunal.
43
- Konsep filosofis kekhasan budaya Indonesia pada eksterior dan interior
bangunan.
- Konsep atrium dengan void-void pada bangunan mal sehingga
memungkinkan adanya interaksi antar lantai bangunan.
- Penggunaan material bambu, kayu dan material alam lainnya yang
merupakan material yang umum digunakan pada rumah tradisional di
Indonesia. Material modern juga akan digunakan dalam sistem struktur
sebagai jawaban akan tantangan globalisasi.
- Konsep perancangan arsitektur tropis karena Indonesia merupakan negara
tropis yang harus merespons iklim tropis. Contoh penerapannya adalah pada
bentuk atap yang miring dengan tritisan lebar.