penentuan berat molekul 112

34
PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL A. Tujuan Percobaan Dapat menentukan berat molekul zat cair yang mudah menguap melalui penerapan hukum gas ideal. B. Perincian Kerja 1. Penentuan volume labu 2. Penentuan berat molekul 1,1,1 Tri Chloro Etana. C. Alat dan Bahan : 1. Alat yang digunakan Gelas kimia 1000 ml 1 buah Gelas kimia 600 ml 1 buah Buret 50 ml 1 buah Labu alas bulat leher 500 ml 1 buah Neraca analitik 1 buah Pipie ukur 5 ml 1 buah Klem dan Statif 1 buah Termometer Asah 1 buah Termometer 1 buah Penagas listrik bentuk spiral 1 buah Penagas air 1 buah Selang karet 1 buah 1

Upload: rezky-azurah

Post on 28-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

PERCOBAAN I

PENENTUAN BERAT MOLEKUL

A. Tujuan Percobaan

Dapat menentukan berat molekul zat cair yang mudah menguap melalui

penerapan hukum gas ideal.

B. Perincian Kerja

1. Penentuan volume labu

2. Penentuan berat molekul 1,1,1 Tri Chloro Etana.

C. Alat dan Bahan :

1. Alat yang digunakan

Gelas kimia 1000 ml 1 buah

Gelas kimia 600 ml 1 buah

Buret 50 ml 1 buah

Labu alas bulat leher 500 ml 1 buah

Neraca analitik 1 buah

Pipie ukur 5 ml 1 buah

Klem dan Statif 1 buah

Termometer Asah 1 buah

Termometer 1 buah

Penagas listrik bentuk spiral 1 buah

Penagas air 1 buah

Selang karet 1 buah

2. Bahan yang digunakan

1,1,1 Tri Chloro Etana

Air

1

Alumunium Foil.

D. Dasar Teori

Salah satu penerapan hukum gas ideal didalam percobaan adalah menentukan

berat molekul gas dan uap. Untuk menentukan berat molekul untuk gas atau uap,

perlu diketahui. Berat gas tersebut pada suhu dan tekanan yang diketahui. Bila gas

tersebut memenuhi persamaan gas ideal, maka berlaku

P·V = n·R·T .................................. (1)

P adalah tekanan atmosfer,

V adalah volume dalam liter,

T adalah suhu dalam Kelvin,

n adalah jumlah mol gas,

R adalah tetapan ( 0,0821 L·Atm/Mol·K )

Jumlah mol n sama dengan berat (g) dibagi dengan berat molekul (BM)

Dengan mensubtitusikan ke dalam persamaan (1), maka diperoleh :

.....................................(2)

Percobaan yang dilakukan disini mencakup juga penentuan berat molekul

zat cair yang mudah menguap. Sejumlah zatcair dimasukkan ke dalam labu.

Kemudian labu dimasukkan ke dalam air yang mendidih, sehingga zat cair akan

menguap sempurna, mencorong udara yang berada dalam labu, sehingga seluruh

isi labu terisis uap pada tekanan barometer dan suhu pada titik air. Bila labu

didinginkan dan uap mengembun, maka dapat ditentukan berat dari uap, sehingga

BM dapat dihitung.

2

E. Prosedur Percobaan

a. Menentukan volume labu

1. Dimasukkan air ke dalam labu dengan menggunakan buret 50 ml sampai

batas leher labu,

2. Dicatat banyaknya volume air yang keluar dari buret,

3. Volume Air = Volume Labu.

4. Labu dikeringkan untuk digunakan pada percobaan menentukan berat

molekul 1,1,1 Tri Chloro Etana.

b. Penentuan Berat Molekul 1,1,1 Tri Chloro Etana volume labu

1. Ditimbang labu kosong (labu harus benar-benar kering),

2. Diisi labu dengan 5 ml 1,1,1 Tri Chloro Etana,

3. Dipasang peralatan seperti gambar berikut :

4. Dipanaskan air dengan pemanas air sampai mendidih, (diatur suhu

pemanasan dengan menggunakan termostat),

5. Pada bagian mulut labu alas bulat ditutup dengan kertas Alumunium Foil

dan dilubagi tengahnya dengan menggunakan peniti,

6. Dimasukkan labu alas bulat yang telah dilengkapi dengan termostat

sampai ujung leher labu tercelup di air,

7. Diuapkan zat cair sampai seluruhnya habis dan tidak ada lagi uap yang

keluar,

8. Diteruskan pendidihan air selama 5 sampai 8 menit,

9. Diukur suhu air yang mendidih dan tekan atmosfer pada saat itu,

10. Labu alas bulat dimasukkan ke dalam gelas kimia 1000 ml yang telah diisi

air, ditunggu sampai dingin, lalu ditimbang.

3

F. Data Pengamatan

Hasil Percobaan I

Berat labu setelah dipanaskan &

didinginkan

190,53 gram

Berat labu + Kondensat 191,32 gram

Suhu didih air 85°C

Tekanan barometer 740 mm Hg

Volume labu 621,5 ml

Suhu uap 85°C

Tekanan uap 0,9736 atm

Volume uap (L) 0,6215L

Suhu uap (K) 358°K

Berat uap 0,79 gram

Berat molekul 38,37 gr/mol

G. Perhitungan

1. Tekanan uap

1 atm = 760 mmHg

Atm = 740 mmHg

760 mmHg

= 0,9736 atm

2. Volume uap dalam Liter

1 L = 1.000 ml

L = 621,5 × 1 L

1000 ml

= 0,6215 L4

3. Suhu uap dalam Kelvin

273°K = 1°C

°K = 273 + 85°C

= 358 °K

4. Berat Uap

Berat labu + Kondensat Berat labu = 191,32 gr 190,53 gr

= 0,79 gram

5. Berat Molekul

BM = 0,79 × 0,0821 ×358

0,9736 × 0,6215

BM = 38,37 gr/mol

5

H. Pembahasan

Dalam praktikum yang dilakukan dengan menggunakan larutan yang mudah

menguap (Trikloroetana) sebanyak 5 ml,tetapi setelah dipanaskan larutan

trikloroetana tersebut tidak sepenuhnya kembali cair seperti semula hingga massa

nya hanya tinggal 4,26 ml.

I. Kesimpulan

Dari data pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa berat molekul

untuk 1,1,1 Tri Chloro Etana adalah 38,37 gr/mol.

J. Pertanyaan

1. Seorang siswa menimbang labu dan memperoleh beratnya 55,441 gr, ia

memasukkan kedalam labu sebanyak 5 ml suatu zat cair yang tidak diketahui, lalu

memanaskan labu dalam penangas air pada suhu 100°C. Setelah zat cair menguap,

labu dikeluarkan dari penangas dan ditutup. Labu kemudian didinginkan sampai uap

zat cair mengembun. Tutup dibuka, kemudian labu ditimbang dan diperoleh berat

56,039 gram. Volume labu = 215,8 ml. Tekanan barometer = 752 mmHg.

a. Berapakah tekanan dari uap didalam labu dalam satuan atm ?

Jawaban : 1 Atm = 760 mmHg , jadi

b. Berapakah suhu uap dalam Kelvin ?

Jawaban : 273°K = 1°C

c. Berapakah volume labu dalam Liter ?

Jawaban : 1L = 1.000 ml

d. Berapakah berat uap yang ada dalam labu ?

Jawaban : Berat uap dalam labu= ( Berat Labu + Sampel ) ( Berat Labu )

= 56,039 gr 55,441 gr

= 0,598 gram

e. Berapakah berat 1 mol uap ?

Jawaban : Berat 1 mol = 0,598 gram/mol

f. Berapakah berat molekul zat cair yang tidak diketahui ?

Jawaban :

BM = 85,76 gr/mol

2. Bagaimanakah pengaruh kesalahan-kesalahan berikut terhadap hasil percobaan ?

diberikan alasan !

a. Tidak semua zat cair menguap ketika labu dikeluarkan dari penangas air. Maka

akan terjadi kesalahan pada berat zat yang menguap, dimana akan berpengaruh

pada penghitungan berat molekul.

b. Labu tidak benar-benar dikeringkan ketika anda akan menimbang kondensat di

dalam labu tersebut. Maka akan terjadi pertambahan bobot pada labu sehingga

akan mempengaruhi hasil perhitungan beratnya.

c. Labu dibiarkan terbuka ketika sedang didinginkan. Akan terjadi pengurangan

berat disebabkan adanya uap yang keluar dari dalam labu sehingga mengurangi

bobot labu tersebut.

d. Labu dikeluarkan dari penangas air sebelum mencapai suhu didih air. Maka

akan terjadi penambahan berat disebabkan karena seluruh air belum berubah

menjadi uap sehingga akan menambah beratnya.

PERCOBAAN II

GAS DAN TITIK NOL ABSOLUT

A. Tujuan :

1. Setelah melakukan percobaan, dapat menerangkan kelakuan gas pada volume

konstan dengan kondisi tekanan dan temperatur yang berbeda.

2. Dapat mengerti prinsip kerja Hg-U manometer dan termometer gas.

3. Dapat membedakan antara skala Celcius dan skala Kelvin, dan memperkirakan

temperatur nol absolut.

B. Perincian kerja :

1. Menyelidiki kelakuan gas pada berbagai kondisi tekanan, temperatur (Hukum gas).

2. Menggunakan Hg – U manometer.

3. Menentukan koefisisen ekspansi untuk udara.

4. Menentukan/memperkirakan temperatur titik nol absolut.

5. Menggunakan termometer digital dan termokopel.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan:

Gelas kimia 5.000 ml 1 Buah

Labu leher bulat 1.000 ml 1 Buah

Termometer 3 Buah

Manometer Hg – U 1 Buah

Pipa kaca dan pengaduk 1+1 Buah

Sumbat labu leher bulat 1 Buah

Klem + Selang 2+3 Buah

Heater Spiral 1 Buah

2. Bahan yang digunakan:

Air demineral

Es

D. Dasar teori :

1. Hukum-hukum gas :

Hukum Boyle

Penemuan bahwa tekanan udara dapat diukur dalam bentuk tinggi kolom

cairan, segera mendorong pengkajian yang cermat mengenai perubahan volume

contoh-contoh gas dengan berubahnya tekanan. Perilaku yang dibuktikan oleh

eksperimen yang serupa bersifat khas dari semua gas. Pada temperatur konstan

apa saja, makin besar tekanan suatu contoh gas, makin kecil volumenya. Karena

semua gas bertindak seperti ini disebut suatu hukum alam. Pertama kali

diperagakan kira-kira dalam tahun 1660 oleh Robert Boyle, hukum ini dikenal

dengan hukum Boyle. Jika temperatur tetap konstan, volume suatu massa

tertentu berbanding terbalik dengan tekanan. Secara matematis dapat ditulis :

Dengan menggunakan data dari contoh khusus nampak bahwa perkalian

tekanan dan volume adalah konstan:

1.480 mm x 50 ml = 74.000 mm.ml

740 mm x 100 ml = 74.000 mm.ml

Artinya : v = Konstan jika dinyatakan secara matematis dengan cara lain.

…………… (1)

Lambang V1 dan P1 merujuk ke volume dan tekanan awal, V2 dan P2 merujuk ke

volume dan tekanan pada kondisi baru atau yang telah diubah.

Memecahkan masalah-masalah Hukum Gas

Banyak diantara masalah yang berkaitan dengan hukum gas yang dapat

dipecahkan dengan cara sistematis yang sama. Pertama, harus dipahami bahwa

untuk memeriksa dengan lengkap suatu contoh gas, empat besaran harus

diketahui : Banyaknya materi yang ada (Dinyatakan dalam massa atau

banyaknya mol), Volume, Tekanan dan Temperatur. Kedua, seringkali ternyata

menolong untuk mendaftar satu perangkat kondisi yang memberikan gas itu

dalam keadaan aslinya dan seperangkat lain yang memerikan gas itu dalam

keadaan yang telah berubah. Biasanya problem itu dapat dirumuskan sebagai

problem dimana suatu besaran anu dalam keadaan berubah harus dicari.

Katakan terdapat gas dengan massa tertentu m , menghuni volume asli V 1,

pada tekanan tertentu P1, dan gas itu diubah ke tekanan P2. problemnya ialah

menghitung volume V2 dalam keadaan terubahkan. Informasi tambahan ialah

bahwa temperatur awal dan akhir sama, sebesar T. Tentu saja diandaikan

(Biasanya tidak disebut) bahwa tak ada kebocoran dalam alat, sehingga massa

gas juga konstan. Dapatlah informasi ini ditata dalam tabel berikut:

M V P T

Asli K V1 (diketahui) P1 (diketahui) k

Diubah K V2 (?) P2 (diketahui) k

Untuk menyatakan bahwa suatu variabel tidak berubah, ditulis lambang k,

yang menunjukkan suatu tetapan (konstanta). Mentabelkan informasi itu akan

memperjelas bahwa hanya tekanan dan volume berubah, dan karena itu hukum

Boyle dapat diterapkan.

Pengaruh Temperatur

Jika kuantitas tertentu gas dikurung pada tekanan konstan dalam sebuah

bejana, volume gas akan berubah dengan temperatur. Gas terkurung diatas

cairan dalam suatu silinder berskala yang diselubungi suatu selubung lewat

mana dapat dialirkan suatu cairan pada temperatur tertentu. bila temperatur

dinaikkan, volume gas bertambah, bila diturunkan volume berkurang. Dengan

menaik turunkan labu pengatur permukaan cairan, permukaan dalam labu ;

dengan cara ini tekanan gas yang terkurung dapat dijaga agar konstan dan sama

dengan tekanan udara luar (tekanan gas dapat juga dibuat konstan dibawah atau

diatas tekanan udara luar, dengan meletakkan labu itu pada posisi yang benar).

Katakan suatu silinder mengandung 100 ml udara kering pada 0 C. Tabel 4-

1 mencantumkan volume udara itu pada pelbagai temperatur lain. Untuk

mengurung udara dibawah –38,87 C, haruslah digunakan cairan lain pengganti

merkurium, karena merkurium membeku pada dan dibawah temperatur itu ;

juga diatas 100 C penguapan merkurium mulai menambah volume gas yang

terkurung.

Tabel 4.1 Perubahan volume udara dengan berubahnya temperatur,

pada tekanan konstan.

Temperatur, C Volume, ml

273

200

150

200

173

155

100

50

0

- 50

- 100

- 150

137

128

100

82

63

45

Data dari tabel dialurkan pada grafik pada gambar 4.3. Dalam jangka

temperatur yang luas, terdapat hubungan garis lurus antara perubahan

temperatur dan perubahan volume. Pada temperatur yang sangat rendah, udara

akan mencair. Volume mengecil secara mendadak bila terbentuk cairan.

Hubungan garis lurus antara temperatur dan volume menunjukkan bahwa

perubahan dalam volume gas berbanding lurus dengan perubahan temperatur,

artinya :

ΔV α ΔT

Kesebandingan ini pertama-tama dijumpai oleh ilmuan Perancis, Jacque

Charles kira-kira dalam tahun 1787 dan dinyatakan dalam rumus umum oleh

J.L. Gay-Lussac dalam tahun 1802.

Skala Mutlak Temperatur

Ekstrapolasi garis lurus dalam Gambar 4.3 mendorong ke gagasan bahwa

seandainya temperatur cukup direndahkan volume yang dihuni oleh udara itu

akan menjadi nol. Meskipun sukar dibayangkan bahwa materi dapat bervolume

nol, temperatur yang berkaitan dengan “volume nol” pada grafik itu sangat

penting artinya. Temperatur ini, yang menurut perhitungan adalah 273,15

dibawah 0Celcius, disebut nol mutlak. Meskipun ekstrapolasi sederhana seperti

yang ditunjukkan dalam gambar 4.3 menyatakan bahwa temperatur nol mutlak

itu ada, baru dalam tahun 1848 Lord Kelvin secara meyakinkan memperagakan

berlakunya skala temperatur mutlak.

Pada skala Kelvin itu, nol mutlak diberi harga 0K. suatu perubahan 1K

sama besarnya dengan perubahan 1C, sehingga titik beku air, yang 273,15

derajat diatas nol mutlak, mempunyai harga sebesar 273,15K pada skala

Kelvin. Mengubah 0C ke K, 273 (lebih tepat 273,15) harus ditambahkan ke

temperatur Celcius.

Tak terdapat temperatur tertinggi yang dapat dihitung karena tak dikenal

data atas teoritis untuk temperatur. Temperatur didalam matahari diperkirakan

setinggi 30.000.000 K ; temperatur yang dicapai dalam ledakan bom hidrogen

diperkirakan 100.000.000 K.

Hukum Charles

Dalam gambar 4.3 grafik garis lurus temperatur suatu gas versus volumenya

menunjukkan bahwa perubahan dalam besaran – besaran ini berbanding lurus

satu sama lain. Namun, angka banding langsung antara volume dan temperatur

tak diperoleh jika temperatur yang digunakan diambil dari skala Celsius atau

Fahrenheit. Bilangan dalam skala-skala ini hanyalah harga relatif. Baik 0C

maupun 0F tidak menyatakan ketiadaan temperatur, karena pada masing-

masing skala ini masih dapat dibaca temperatur “dibawah nol”.

Karena hanya dalam skala mutlak nol berarti tak ada temperatur, rujukan apa

saja ke angka banding langsung antara volume dan temperatur haruslah

menyebut bahwa digunakan harga-harga mutlak. Pernyataan hubungan ini

dikenal sebagai hukum Charles. Jika tekanan tak berubah, volume gas dengan

massa tertentu, berbanding lurus dengan temperatur mutlak. Secara matematis,

V α T

Dengan menggunakan data dari tabel dan mengubah ke temperatur mutlak,

nampak bahwa koefisien volume dibagi oleh temperatur mutlak suatu

konstanta :

Artinya, V/T = suatu konstanta, atau :

……………. (2)

Hubungan antara Tekanan dan Temperatur

Terutama dinegeri subtropis, setelah diukur pada pagi hari yang dingin,

tekanan udara dalam ban ditengah hari dimusim panas dapat naik secara

menyolok setelah mobil dikendarai beberapa jam. Sementara itu volume ban

praktis tidak bertambah. Hubungan antara tekanan dan temperatur pada volume

konstan tidak lazim dirujuk ke nama penemunya, agaknya karena hubungan ini

dikenal secara bertahap oleh beberapa penyelidik. Kadang-kadang diberi nama

menurut nama Joseph Gay-Lussac dan kadang-kadang menurut nama

Guillaume Amontons, yang menghubungkan tekanan gas ke temperaturnya dan

membuat suatu termometer gas atas dasar ini dalam tahun 1703. sumbangan

kedua ilmuan ini akan kita hargai dengan menyebut hubungan itu hukum Gay

Lussac dan Amontons. Tekanan gas dengan massa tertentu berbanding lurus

dengan temperatur mutlak, bila volume tidak berubah. Dinyatakan secara

matematis:

P α T

Atau P/T = suatu konstanta. Pernyataan yang setara adalah

……………. (3)

Aplikasi hukum-hukum gas pada percobaan

Percobaan kali ini akan diselidiki hubungan antara tekanan dan temperatur

gas pada volume konstan. Selanjutnya akan digunakan hubungan antara tekanan

dan temperatur untuk membuat kurva antara tekanan vs temperatur. Dari hukum

Charles dapat diketahui bahwa jika sejumlah volume gas dijaga agar tekanannya

konstan, maka volume gas akan berbanding lurus dengan temperatur absolut.

Dapat dilihat pula bahwa dari ekstrapolasi terhadap garis lurus akan

diperoleh harga volume nol, pada temperatur –273C atau 0K. Tetapi karena

volume pada tekanan konstan dan tekanan pada volume konstan adalah

berbanding lurus terhadap temperatur (hukum Gay Lussac) volume pada grafik

4.3 (sumbuY) dapat diganti dengan tekanan, sehingga diperoleh grafik yang

sejenis (tekanan vs temperatur) jika kita lakukan ekstrapolasi terhadap garis

lurus maka akan diperoleh harga tekanan nol, pada temperatur –273C atau 0K.

Untuk membuat grafik tekanan vs temperatur paling sedikit dibutuhkan 3

titik yang diukur pada volume konstan.

Isi labu gelas dengan udara dan dihubungkan dengan pipa karet vakum

(vacum rubber hose). Setelah labu gelas didinginkan hingga 0C, tekanan udara

dalam labu akan turun. Hal ini dapat diukur dengan Hg – U manometer p antara

nol mmHg dan kenaikan tinggi kolom pada sisi kiri sesuai dengan penurunan

tekanan. Dengan demikian diperoleh :

P0 = Patm – ΔP

T0 = 0C atau 273K

P0 adalah tekanan pada 0C atau 273K, ini adalah titik pertama pada grafik

antara tekanan vs temperatur. Jika temperatur dalam labu yang berisi udara

dinaikkan 1C atau 1K tekanan akan bertambah sebanding dengan kenaikan

temperatur (pers 3 Hukum Gay Lussac).

P0 = P1 P1 = Tekanan pada T1

T0 T1 T1 = 1C atau 274K

Dengan demikian dapat kita tulis :

=

Atau dalam bentuk yang lebih umum

Pt = Po ( 1 + Δt)………..(4)

Perbedaan temperatur dalam C atau K

Pt = Tekanan pada temperatur t

Δt = Temperatur dalam C

= 1/273 K-1 (koefisien ekspansi untuk gas ideal)

Persamaan (4) adalah bentuk persamaan dari grafik, tekanan vs temperatur yang

ada, yang percobaan ini divariasikan untuk temperatur 0 – 100C. Jika P0

(tekanan pada 0C) diketahui, tekanan Pt pada temperatur (C) yang lain dapat

dihitung.

Jika garis lurus pada grafik tekanan vs temperatur diekstrapolasi hingga Pt = C,

maka dari persamaan (4) dapat dilihat temperatur yang sesuai adalah sekitar –

273C, atau 0K.

Koefisien ekspansi ……………… (4)

Hanya berlaku untuk gas ideal.

Tapi pada kenyataannya tidak terdapat gas ideal. Semua gas akan mencair pada

kondisi temperatur dan tekanan tertentu. dengan demikian grafik vs tekanan

untuk gas nyata hanya beralaku untuk range tertentu, tetapi dalam range ini

untuk kebanyakan gas nyata hampir sama, seperti dapat dilihat pada table.

Koefisien ekspansi γ- untuk beberapa gas :

Udara 0,003674 K-1

H2 0,003663 K-1

He 0,003660 K-1

CO2 0,003726 K-1

Untuk tujuan-tujuan praktis dapat kita asumksikan bahwa pada temperatur dan

tekanan lingkungan, H2, helium dan udara berkelakuan mendekat gas ideal

sebab jauh dari titik cairnya (embunnya). Pada percobaan ini udara ditentukan

dengan persamaan (4) :

Pt1 = Po (1 + γ Δt1) atau Po = Pt / (1 + γ Δ t1)

Pt2 = Po (1+ γ Δt2) atau Po = Pt / (1 + γ Δ t2)

Dari dua persamaan diatas diperoleh :

Prinsip Termometer gas

Pada termometer gas penentuan temperatur didasarkan pada prinsip alat ukur

tekanan dengan hukum Gay – Lussac.Dengan dapat digerakkannya tabung sebelah

kanan, maka permukaan Hg pada kaki sebelah kiri dapat diatur pada ketinggian hL

dengan menyentuh jarum), oleh sebab itu volume gas dalam labu dapat dibuat

konstan untuk setiap pengukuran temperatur. Perbedaan tekanan yang diakibatkan

kenaikan temperatur sebanding dengan perbedaan tinggi permukaan h = hr – hL

(mmHg).

Adanya perbedaan temperatur t1 dan t2 akan mengakibatkan perbedaan tinggi

permukaan Hg, h1 dan h2. dari hubungan tekanan h1 dan h2 serta dari tekanan

barometer b kita peroleh tekanan dalam labu A.

P1 = b + h1 P2 = b + h2

Sesuai dengan persamaan (4) maka :

P2 = P1 (1 + γ Δ t) jika P1 = Tekanan pada 0C (camp. Air – es)

E. Prosedur Pengerjaan

1. Ditempatkan labu gelas pada sandaran dan dihubungkan dengan Hg – U

manometer,

2. Dicatat temperatur dan tekanan ruang serta diatur agar Hg – U manometer pada

posisi 0 mmHg,

3. Dimasukkan labu gelas secara keseluruhan kedalam air es, di tunggu agar

permukaan Hg menjadi konstan,

4. Dikeluarkan dari air es dan dibiarkan labu menjadi panas sesuai dengan temperatur

ruangan,

5. Diambil waterbath dan dimasukkan labu secara lengkap didalamnya, dipanaskan

sekitar 30C, dicatat temperatur sesungguhnya jika temperatur sudah konstan,

6. Air dipanaskan hingga mencapai suhu 40C dicatat temperatur sesungguhnya jika

temperatur sudah konstan (diulangi untuk suhu 50C dan 60C),

7. Dihitung tekanan P didalam labu dari perbedaan tekanan dan tekanan barometer b

untuk tiap temperatur yang sesuai

8. Dibuat grafik tekanan P dan temperatur dan ekstrapolasi garis yang terbentuk

sampai P = 0 mmHg, untuk temperatur digunakan skala C atau K

9. Ditentukan udara dari pengukuran P pada 0C dan titik didih t b dengan

menggunakan persamaan 5 dan dibuat hubungan antara tekanan dan temperatur.

F. Data Pengamatan:

Posisi seimbang pada manometer (kiri:kanan)= 31:69

Temperatur (C) Kiri Kanan

70 29,5 67,4

65 31,9 69,6

60 32,7 70,4

55 33,4 71

50 33,8 71,8

Pengukuran manometer dengan pompa vakum

Kiri Kanan

34,5 72,6

36 74,1

40,4 78,3

45,4 83,5

48,2 87,4

Volume labu : 1219,705 cm3

Diameter selang : 8 mm = 0,8 cm

G. Perhitungan :

1. T = 70C

V = Vlabu – π / 4 . d2 . t

= 1219,705 cm3 – 3,14 / 4 x 0,82 x ½ 8 cm

= 1219,705 cm3 – 0,785 x 0,64 x 4 cm

= 1219,705 cm3 – 2,0096 cm

=1217,6954 cm3 =1217,6954 ml

2. Untuk T = 70C

Dik:

To = 70C +273=343K

P1 = Pruang = 746 mmHg

T1 = Truang = 31 + 273K = 304K

V1 = 1219,705 cm3

Dit:

P0C = ….?

Penyelesaian:

3. Untuk T = 65C

V = Vlabu – π / 4 . d2 . t

= 1219,705 cm3 – 3,14 / 4 x 0,82 x ½ 0 cm

= 1219,705 cm3 – 0,785 x 0,64 x 0 cm

= 1219,705cm3 – 0 cm

= 1219,705 cm3 = 1219,705 ml

4. Untuk T = 60C

V = Vlabu – π / 4 . d2 . t

= 1219,705 cm3 – 3,14 / 4 x 0,82 x ½ 6 cm

= 1219,705 cm3 – 0,785 x 0,64 x 3 cm

= 1219,705 cm3 – 1,5072 cm

= 1218,1978 cm3 = 1218,1978 ml

5. Untuk T = 55C

V = Vlabu – π / 4 . d2 . t

= 1219,705 cm3 – 3,14 / 4 x 0,82 x ½ 12,4 cm

= 1219,705 cm3 – 0,785 x 0,64 x 6,2 cm

= 1219,705 cm3 – 3,1149 cm

= 1216,5901 cm3 = 1216,5901 ml

6. Untuk T = 50C

V = Vlabu – π / 4 . d2 . t

= 1219,705 cm3 – 3,14 / 4 x 0,82 x ½ 19,4 cm

= 1219,705cm3 – 0,785 x 0,64 x 9,7 cm

= 1219,705 cm3 – 4,8733 cm

= 1214,8317 cm3 = 1214,8317 ml

7. Untuk harga koefisien ekspansi

Dimana :

P2 = T

P1 = R

Δt2 = 343K – 304K = 39K

Δt1 = 273K – 304K = 31K

H. Pembahasan hasil percobaan :

Percobaan ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara tekanan dan temperatur

gas pada volume konstan. Hubungan ini dapat dilihat dari gambar grafik. Dilihat dari

grafik tampak jelas masih terdapat kesalahan dalam percobaan.

Koefisien ekspansi untuk gas ideal yaitu 0,00366 K-1, namun dalam kenyataannya

dalam percobaan kami memperoleh beda yang sangat jauh. Ini mungkin diakibatkan

karena semua gas akan mencair pada tekanan dan temperatur tertentu.

Sesuai dengan hukum gay lussac dan Amontons tentang hubungan tekanan dan

temperatur diperoleh bahwa tekanan udara di dalam labu bulat berbanding lurus dengan

temperatur mutlak bila volumenya tidak berubah. Artinya semakin besar tekanan di

dalam labu maka temperatur di dalam labu pun akan meningkat jika volumenya tetap.

Pada temperatur di bawah suhu ruang dalam artian 0oC diperoleh Hg-U manometer

bergerak ke arah labu sehingga volume udara di dalam labu mengecil dan sebaliknya

pada temperatur di atas suhu ruang dalam artian setelah air dipanaskan dari 50C

sampai 70C volume udara dalam labu bertambah sehingga cairan Hg-U manometer

bergerak ke arah berlawanan

Grafik hubungan antara Tekanan dengan Temperatur

I. Kesimpulan :

Tekanan pada suhu 50C adalah

Tekanan pada suhu 55C adalah

Tekanan pada suhu 60C adalah

Tekanan pada suhu 65C adalah

Tekanan pada suhu 70°C adalah 834,09303716 mmHg

Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa Koefisien ekspansi dari udara dalam

ruangan pada saat praktikum adalah

J. Jawaban Pertanyaan :

1. Pada thermometer gas, pada kaki sebelah kiri Hg dapat digerak-gerakkan untuk

menjaga agar permukaan Hg pada kaki kiri konstan (volume yang tetap dalam labu

A mengikuti hukum Gay Lussac). Pada percobaan ini tabung Hg – U manometer

adalah tetap. Apa akibatnya. Berikan pernyataan dan buat perkiraan untuk

menunjukan kemungkinan perbedaan besarnya tekanan di dalam labu.

Akan berakibat volume gas didalam labu akan dapat kita buat konstan untuk

setiap pengukuran temperatur.

Kita dapat memperkirakan besarnya beda tekanan yang terjadi didalam labu

karena tekan gas dengan cara memperhatikannya pada tabung Hg – U

manometer besarnya skala yang ditunjukan oleh kedua sisi Hg, dengan jalan

mengukur jauhnya setiap sisi dan hal ini dijadikan besarnya beda tekanan yang

terjadi didalam labu.

2. Yang mana dari 2 temperatur tetap (fix points) dalam skala Celcius dan bagaimana

cara mengukurnya ?

Yaitu 0C, diukur dengan menggunakan thermometer raksa, dengan melihat

skalanya pada thermometer yang terdapat didalam labu bulat dan ditunggu

selama 2 menit hingga suhu konstan.

3. Bagaimana hubungan antara skala Celcius dan Kelvin !

Skala celcius jika dihubungkan dengan skala Kelvin maka harga temperatur 0C

akan setara dengan 273K (tetapi sebenarnya yang tepat adalah 273,15K), dan

jika celcius ingin dikompersikan kedalam Kelvin maka cukup tinggal

menambahkan besarnya xC dengan 273K

4. Apa defenisi titik nol absolut !

Titik nol absolut adalah temperature yang berkaitan dengan volume nol yang

menurut perhitungan adalah 273,17 derajat dibawah 0C

5. Bagaimana caranya mengkalibrasi (secara kasar) thermometer gas, jika tidak

terdapat thermometer yang tepat ; sedang yang ada hanya barometer.

Untuk pertanyaan ini tidak terjawab, karena berhubung tidak dipraktekkan.