bab ii teorema phytagoras

Upload: teddy-alfra-siagian

Post on 10-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    1/28

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kerangka Teoritis2.1.1. Pengertian Belajar

    Secara sederhana Robbins (dalam Trianto, 2011:15) mendefinisikan

    belajar adalah sebagai suatu proses menciptakan hubungan sesuatu (pengetahuan)

    yang sudah dipahami dengan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini

    dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2)

    sesuatu hal (pengetahuan) yang baru.

    Pandangan Anthony Robins senada dengan apa yang dikemukakan oleh

    Brunner (dalam Trianto, 2011:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana

    siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada

    pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan

    konstruktivisme Belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang

    ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan

    menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah

    dimilikinya dalam format yang baru.

    Slameto (2010:2) mengatakan bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha

    yang dilakukan sekarang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

    baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

    lingkungannya.

    Selanjutnya Harold Spears (dalam Suprijono, 2010:2) menyatakan

    Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen,

    to follow direction yaitu bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

    mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arah tertentu.

    Definisi secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (dalam Trianto,

    2011:16), yang mendefinisikan belajar sebagai berikut:

    Learning is usually defined as a change in an individual caused by

    experiance. Changes caused by development (such as growing taller) are

    not instances of learning.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    2/28

    9

    Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang

    terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan

    tubuhnya.

    Dari definisi yang diungkapkan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dari yang tidak

    mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya akibat usaha yang

    dilakukan orang tersebut melalui kegiatan seperti membaca, mengamati, meniru,

    mendengarkan, dan sebagainya serta bermanfaat bagi lingkungan maupun

    individu itu sendiri.

    2.1.2. Pembelajaran MatematikaIsjoni (2009:14) menyatakan bahwa: Pembelajaran adalah sesuatu yang

    dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

    merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan

    belajar. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi

    dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi

    komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada sebuah target yang

    telah ditetapkan sebelumnya.

    Anchoto (2009) menyatakan bahwa :

    Tujuan Pembelajaran Matematika :

    1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnyamelalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

    kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

    2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, danpenemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

    tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.3. Mengembangkan kemampuan pemcahan masalah.4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

    mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,

    peta, diagram, dalam mmenjelaskan gagasan.

    Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dicapai melalui suatu

    proses pembelajaran matematika yang dilakukan. Akan tetapi belum tentu setiap

    proses pembelajaran efektif, mengingat setiap siswa memiliki kemampuan yang

    berbeda-beda. Maka dengan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    3/28

    10

    diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

    menguasai materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

    2.1.3. Pengertian KomunikasiKomunikasi secara umum dapat diartikan sebagai cara untuk

    menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk

    memberitahu, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Menurut Artmanda W. (dalam Zainab, 2011), dalam kamus lengkap

    Bahasa Indonesia dan Kamus bahasa Indonesia online secara terminology,

    komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan atau berita antara dua orang atau

    lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak.

    Komunikasi adalah cara untuk berbagi (sharing) ide, gagasan dan mengklarifikasi

    pemahaman kepada sesama. Dalam ilmu komunikasi dikenal tiga bentuk

    komunikasi yaitu komunikasi linier yang sering disebut juga sebagai komunikasi

    satu arah (one-way communication), komunikasi relation dan interaktif yang

    disebut dengan Model Cybernetics, dan komunikasi konvergen yang bercirikan

    multi arah.

    Terdapat perbedaan konsep antara ketiga bentuk komunikasi tersebut.

    Komunikasi linier mengandung arti bahwa hubungan yang terjadi hanya satu arah,

    karena penerima pesan hanya mendengar pesan dari pemberi pesan. Sementara itu

    pada komunikasi relational terjadi interaksi antara pemberi dan penerima pesan,

    namun sangat bergantung pada pengalaman. Pengalaman akan menentukan,

    apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh penerima sesuai dengan apa yang

    dimaksud oleh pemberi pesan. Apabila pengalaman/pemahaman penerima pesan

    tidak mampu menjangkau isi pesan, maka akan mempengaruhi hasil pesan yang

    diinginkan. Komunikasi konvergen adalah komunikasi yang berlangsung secara

    multi arah, diantara penerima menuju suatu fokus atau minat yang dipahami

    bersama yang berlangsung secara dinamis dan berkembang kearah pemahaman

    kolektif dan berkesinambungan.

    Komunikasi konvergen dalam pembelajaran ditujukan untuk

    meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran. Perbedaannya dengan bentuk

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    4/28

    11

    komunikasi sebelumnya adalah pada komunikasi relasional, apabila siswa

    mendapat kesulitan belajar, maka itu dikembalikan kepada guru. Tetapi pada

    pembelajaran yang memanfaatkan konvergen, jika ada kesulitan atau masalah

    maka permasalahan dipecahkan secara bersama-sama dilingkungan peserta

    belajar, sehingga melahirkan saling pengertian diantara mereka dan permasalahan

    diharapkan dapat terselesaikan.

    Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunikasi adalah proses

    penyampaian suatu informasi dari satu orang ke orang lain sehingga mereka

    mempunyai makna yang sama terhadap informasi tersebut. Melalui komunikasi

    ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.

    2.1.4. Komunikasi Matematika2.1.4.1.Pengertian Komunikasi Matematika

    Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan seorang guru

    kepada siswa maupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat

    itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada

    komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi

    komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan

    respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat

    dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.

    Karena itu kemampuan komunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.

    Komunikasi dalam matematika juga berkaitan dengan kemampuan dan

    keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

    Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada

    pembelajaran matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat

    dari : (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,

    dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2)

    Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

    matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3)

    Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    5/28

    12

    struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan

    dan model-model situasi.

    Komunikasi matematika menurut NCTM (dalam Zainab, 2011) adalah

    kemampuan siswa dalam menjelaskan tentang algoritma dan cara unik untuk

    memecahkan masalah, kemampuan siswa mengkonstruk dan menjelaskan suatu

    fenomena dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian

    secara fisik atau kemampuan siswa memberikan dugaan tentang gambar-gambar

    geometri. Selanjutnya Greenes dan Schulman (dalam Anshari, 2009:10)

    mengatakan bahwa :

    Kemampuan komunikasi matematika dapat terjadi ketika siswa (1)

    menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan

    melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, (2) memahami,

    menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau

    dalam bentuk visual, (3) mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan

    bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.

    Oleh karenanya komunikasi matematika termasuk komunikasi yang bersifat

    konvergen karena mengandung unsur kooperatif (cooperative learning).

    2.1.4.2.Aspek-Aspek Komunikasi Matematika

    Menurut Baroody (dalam Ansari, 2009:11) terdapat lima aspek

    komunikasi, yaitu representasi (representing), mendengar (listening), membaca

    (reading), diskusi (discussing), dan menulis (writing).

    1. Representasi (Representing)Representasi adalah : (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu

    masalah atau ide. (2) Translasi suatu diagram atau model fisik kedalamsimbol atau kata - kata. Representasi dapat membantu anak

    menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan anak mendapat strategi

    pemecahan.

    2. Mendengar (Listening)Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Siswa tidak

    mampu berkomentar dengan baik apabila tidak mampu mengambil

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    6/28

    13

    intisari dari suatu topik diskusi. Pentingnya mendengar secara kritis

    juga dapat mendorong siswa berpikir tentang jawaban pertanyaan.

    3. Membaca (Reading)Reading adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk mencari

    jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Membaca

    aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf

    yang diperkirakan mengandung jawaban relevan dengan pertanyaan.

    4. Diskusi (Discussing)Diskusi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan

    pikiran siswa. Untuk itu diskusi perlu dilatihkan kepada siswa. Siswa

    mampu dalam suatu diskusi apabila mempunyai kemampuan

    membaca, mendengar, dan keberanian memadai. Diskusi juga dapat

    menguntungkan pendengar karena memberikan wawasan baru

    baginya.

    5. Menulis (Writing)Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk

    mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menulis adalah alat yang

    bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir, siswa memperoleh

    pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif.

    Ada beberapa kegunaan dan keuntungan dari menulis : (1) Summaries,

    yaitu siswa disuruh merangkum pelajaran dalam bahasa mereka sendiri

    yang dapat membantu siswa memfokuskan pada konsep-konsep kunci

    dalam suatu pelajaran. (2) Questions, yaitu siswa disuruh membuat

    pertanyaan sendiri dalam tulisan. Kegiatan ini berguna untuk

    membantu siswa merefleksikan pada fokus yang tidak mereka pahami.

    (3) Explanation, yaitu siswa disuruh menjelaskan prosedur

    penyelesaian dan bagaimana menghindari suatu kesalahan. Kegiatan

    ini berguna untuk mempercepat refleksi, pemahaman, dan penggunaan

    kata-kata yang tepat. (4) Definition, yaitu siswa disuruh menjelaskan

    istilah-istilah yang muncul dalam bahasa sendiri. (5) Reports, yaitu

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    7/28

    14

    siswa disuruh secara individu maupun kelompok untuk menulis

    laporan.

    Komunikasi matematik terdiri atas komunikasi lisan (talking) dan

    komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu

    peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas atau

    kelompok kecil, dan terjadi pengalihan pesan berisi tentang materi matematik

    yang sedang dipelajari baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa itu

    sendiri. Komunikasi lisan, seperti membaca (reading), mendengar (listening),

    diskusi (discussing), menjelaskan (explaining), dan sharing. Sedangkan

    komunikasi tulisan adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam

    menggunakan kosa katanya, notasi dan struktur matematika baik dalam bentuk

    penalaran, koneksi maupun dalam problem solving, seperti mengungkapkan ide

    matematika dalam fenomena dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan

    aljabar, ataupun dengan bahasa sehari-hari (written words).

    Menurut Sumarno (dalam Zainab, 2011), komunikasi matematis

    merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai

    kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk :

    a. Merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan diagram ke dalamide matematika

    b. Membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan,tertulis, grafik, dan aljabar

    c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbolmatematika

    d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematikae. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulisf. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,

    dan generalisasi

    g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yangtelah dipelajari.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    8/28

    15

    2.1.4.3.Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematika

    Ansari (2009:22) menyebutkan ada beberapa faktor yang berkaitan dengan

    kemampuan komunikasi matematika antara lain :

    1. Pengetahuan PrasyaratPengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

    sebagai akibat proses belajar sebelumnya. Jenis kemampuan siswa tersebut sangan

    menentukan hasil pembelajaran selanjutnya.

    2. Kemampuan Membaca, Diskusi, dan MenulisMembaca merupakan aspek penting dalam pencapaian kemampuan

    komunikasi siswa. Membaca memiliki peran sentral dalam pembelajaran

    matematika karena kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakna secara

    aktif. Apabila siswa diberi tugas membaca, mereka akan melakukan elaborasi

    (pengembangan) apa yang telah dibaca. Ini berarti mereka memikirkan gagasan,

    contoh-contoh, gambaran, dan konsep-konnsep lain yang berhubungan.

    Diskusi berperan dalam melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan

    komunikasi lisan. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan, dapat

    dilakukan latihan teratur seperti presentasi di kelas oleh siswa, berdiskusi dalam

    kelompok, dan menggunakan permainan matematika.

    Menulis adalah proses bermakna karena siswa secara aktif membangun

    hubungan antara yang dipelajari dengan apa yang sudah diketahui. Menulis

    membantu siswa menyampaikan ide-ide dalam pikirannya ke dalam bentuk

    tulisan.

    Diskusi dan menulis adalah dua aspek penting dari komunikasi untuk

    semua level.

    Pemahaman Matematik (Mathematical Knowledge)

    Pemahaman matematik ialah tingkat atau level pengetahuan siswa tentang

    konsep, prinsip, algoritma, dan kemahiran siswa menggunakan strategi

    penyelesaian terhadap soal atau masalah yang disajikan.

    Dalam penelitian ini yang dimaksud komunikasi matematika adalah

    kemampuan menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan,

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    9/28

    16

    tertulis, tabel atau grafik bahkan membahasakan ke dalam kehidupan sehari-hari.

    Aspek komunikasi matematika yang ingin diukur adalah aspek menulis (writing).

    Tabel 2.1

    Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematika

    Aspek Komunikasi Indikator Skor

    Penjelasan Matematika

    Tidak ada jawaban 0

    Dapat menjelaskan suatu masalah dengan

    memberikan argumentasi terhadap

    permasalahan matematika tetapi tidak lengkap

    dan tidak benar

    1

    Dapat menjelaskan suatu masalah dengan

    memberikan argumentasi terhadap

    permasalahan matematika dengan lengkap

    tetapi tidak benar

    2

    Dapat menjelaskan suatu masalah dengan

    memberikan argumentasi terhadap

    permasalahan matematika dengan benar tetapi

    tidak lengkap

    3

    Dapat menjelaskan suatu masalah dengan

    memberikan argumentasi terhadap

    permasalahan matematika dengan lengkap dan

    benar

    4

    Menggambar

    matematika

    Membuat

    gambar,

    grafik,

    dan tabel

    Tidak ada jawaban 0

    Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,

    dan tabel tetapi tidak lengkap dan tidak benar

    1

    Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,

    dan tabel dengan lengkap tetapi tidak benar

    2

    Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,

    dan tabel dengan benar tetapi tidak lengkap

    3

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    10/28

    17

    Dapat melukiskan gambar, diagram, grafik,

    dan tabel dengan lengkap dan benar

    4

    Membaca

    gambar,

    grafik,

    dan tabel

    Tidak ada jawaban 0

    Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan

    tabel tetapi tidak lengkap dan tidak benar

    1

    Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan

    tabel dengan lengkap tetapi tidak benar

    2

    Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan

    tabel dengan benar tetapi tidak lengkap

    3

    Dapat membaca gambar, diagram, grafik, dan

    tabel dengan lengkap dan benar

    4

    Ekspresi Matematika

    Tidak ada jawaban 0

    Dapat menyatakan ide matematika

    menggunakan simbol-simbol atau bahasa

    matematika secara tertulis sebagai representasi

    dari suatu ide atau gagasan tetapi tidak lengkap

    dan tidak benar

    1

    Dapat menyatakan ide matematika

    menggunakan simbol-simbol atau bahasa

    matematika secara tertulis sebagai representasi

    dari suatu ide atau gagasan dengan lengkap

    tetapi tidak benar

    2

    Dapat menyatakan ide matematika

    menggunakan simbol-simbol atau bahasa

    matematika secara tertulis sebagai representasi

    dari suatu ide atau gagasan dengan benar

    tetapi tidak lengkap

    3

    Dapat menyatakan ide matematika

    menggunakan simbol-simbol atau bahasa

    matematika secara tertulis sebagai representasi

    4

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    11/28

    18

    dari suatu ide atau gagasan dengan lengkap

    dan benar

    2.1.5. Model PembelajaranSecara harfiah model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang

    digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Sebagaimana dikatakan oleh

    Meyer, W.J (dalam Trianto, 2011:21) bahwa model merupakan sesuatu yang

    nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.

    Joyce (dalam Trianto,2011:22) berpendapat bahwa :

    Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

    digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

    atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-

    perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,

    kurikulum, dan lain-lain.

    Selanjutnya Joyce juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran

    mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didk

    sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

    Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

    strategi, metode atau prosedur. Menurut Kardi dan Nur (dalam Triato, 2011:23),

    model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, antara lain :

    (1)Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta ataupengembangnya;

    (2)Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuanpembelajaran akan dicapai);

    (3)Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapatdilaksanakan dengan berhasil; dan

    (4)Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapattercapai.

    Dari uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    12/28

    19

    2.1.6. Model Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang

    memungkinkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dapat

    digunakan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran

    kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan dan mendorong

    kerja sama antar siswa dalam mempelajari sesuatu. Artz dan Newman (dalam

    Huda, 2011:32) mendefinisikan bahwa : Belajar kooperatif adalah suatu

    pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai

    suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

    menyelesaikan suatu tujuan bersama. Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2009:21)

    menyebutkan, Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar

    secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-

    rekan dalam kelompok kecil. Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2009:27)

    juga menjelaskan bahwa :

    Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara

    kelompok- kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai

    kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu

    maupun pengalaman kelompok.

    Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa

    pembelajaran kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa sistem bekerja sama

    dalam kelompok belajar dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab atas

    aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya sehingga seluruh anggota

    kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Hasil-hasil penelitian

    mengenai efek pembelajaran kooperatif umumnya menunjukkan temuan yangpositif. Review yang dilakukan Slavin tahun 1983 terhadap 68 penelitian

    mengenai pembelajaran kooperatif menunjukkan 72% siswa memiliki hasil

    belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam penelitian

    tersebut. Menurutnya, tingginya hasil tersebut dimungkinkan karena adanya iklim

    yang mendorong untuk sukses dalam kelompok. Dengan bekerja sama secara

    berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, siswa dapat mengembangkan

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    13/28

    20

    keterampilan berhubungan dengan sesamanya yang sangat bermanfaat bagi

    kehidupan di luar sekolah.

    Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2010:31-35): Tidak semua kerja

    kelompok bisa dikatakan pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus

    ditetapkan, yaitu :

    1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok sangat tergantungpada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang

    efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap

    anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain

    bisa mencapai tujuan mereka. Dengan cara ini setiap anggota juga dituntut

    menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

    2. Tanggung jawab perseorangan. Unsur ini merupakan akibat langsung dariunsur pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur

    model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung

    jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja

    kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

    3. Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemumuka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para

    pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

    anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil

    pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh

    lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.

    Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

    kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota

    kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial-

    ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan

    menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota

    kelompok.

    4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini juga menghendaki agar parapembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.

    Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    14/28

    21

    cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian

    mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga

    bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan

    dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

    5. Evaluasi proses kelompok. Pengajar perlu menjadwalkan waktu khususbagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja

    sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Waktu

    evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa

    diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat

    dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

    Killen (dalam Trianto, 2011:58) memaparkan perbedaan antara kelompok

    belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional seperti tertera dalam

    tabel 2.2 berikut.

    Tabel 2.2

    Perbedaan Kelompok Belajar Koopertif dengan Kelompok Belajar

    Konvensional

    Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

    Adanya saling ketergantungan positif,

    saling membantu, dan saling

    memberikan motivasi sehingga ada

    interaksi promotif.

    Guru sering membiarkan adanya siswa

    yang mendominasi kelompok atau

    menggantungkan diri kepada kelompok.

    Adanya akuntabilitas individual yang

    mengukur penguasaan materi pelajaran

    tiap anggota kelompok, dan kelompok

    diberi umpan balik tentang hasil belajar

    para anggotanya sehingga dapat saling

    mengetahui siapa yang memerlukan

    bantuan dan siapa yang dapat

    memberikan bantuan.

    Akuntabilitas individual sering

    diabaikan sehingga tugas-tugas sering

    diborong oleh seorang anggota

    kelompok sedangkan anggota kelompok

    lainnya hanya mendompleng

    keberhasilan pemborong.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    15/28

    22

    Kelompok kerja heterogen, baik dalam

    kemampuan akademik, jenis kelamin,

    ras, etnik, dan sebagainya sehingga

    dapat saling mengetahui siapa yang

    memerlukan bantuan dan siapa yang

    memberikan bantuan.

    Kelompok belajar biasanya homogen.

    Pimpinan kelompok dipilih secara

    demokratis atau bergilir untuk

    memberikan pengalaman memimpin

    bagi para anggota kelompok.

    Pemimpin kelompok sering ditentukan

    oleh guru atau kelompok dibiarkan

    untuk memilih pemimpinnya dengan

    cara masing-masing.

    Keterampilan sosial yang diperlukan

    dalam kerja gotong royong seperti

    kepemimpinan, kemampuan

    berkomunikasi, mempercayai orang

    lain, dan mengelola konflik secara

    langsung diajarkan.

    Keterampilan sosial sering tidak secara

    langsung diajarkan.

    Pada saat belajar kooperatif sedang

    berlangsung guru terus melakukan

    pemantauan melalui observasi dan

    melakukan intervensi jika terjadi

    masalah dalam kerja sama antar-

    anggota kelompok.

    Pemantauan melalui observasi dan

    intervensi sering tidak dilakukan oleh

    guru pada saat belajar kelompok sedang

    berlangsung.

    Guru memerhatikan proses kelompok

    yang terjadi dalam kelompok-

    kelompok belajar.

    Guru sering tidak memerhatikan proses

    kelompok yang terjadi dalam

    kelompok-kelompok belajar.

    Penekanan tidak hanya pada

    penyelesaian tugas tetapi juga

    hubungan interpersonal (hubungan

    antar pribadi yang saling menghargai).

    Penekanan sering hanya pada

    penyelesaian tugas.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    16/28

    23

    Ada enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran kooperatif.

    Langkah-langkah itu ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut.

    Tabel 2.3

    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

    Fase Tingkah Laku Guru

    Fase-1

    Menyampaikan tujuan dan

    memotivasi siswa

    Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

    yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

    memotivasi siswa belajar.

    Fase-2

    Menyampaikan informasi

    Guru menyajikan informasi kepada siswa

    dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

    bacaan.

    Fase-3

    Mengorganisasikan siswa ke

    dalam kelompok kooperatif

    Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

    caranya membentuk kelompok belajar dan

    membantu setiap kelompok agar melakukan

    transisi secara efisien.

    Fase-4

    Membimbing kelompok bekerja

    dan belajar

    Guru membimbing kelompok-kelompok

    belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

    Fase-5

    Evaluasi

    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    yang telah dipelajari atau masing-masing

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

    Fase-6

    Memberikan penghargaan

    Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

    upaya maupun hasil belajar individu dan

    kelompok.

    Selanjutnya Jarolimek & Parker (dalam Isjoni, 2009:36) mengatakan

    kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

    1) Saling ketergantungan yang positif; 2) Adanya pengakuan dalam merespon

    perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan

    kelas; 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; 5) Terjalinnya hubungan

    yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru; 6) Memiliki banyak

    kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    17/28

    24

    Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : 1)

    Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping memerlukan

    lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu; 2) Agar proses pembelajaran berjalan

    dengan baik maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup

    memadai; 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan

    topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

    sesuai dengan waktu yang ditentukan; 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi

    seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

    kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan

    siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.

    2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing2.1.7.1.Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

    Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing, diberi nama

    Bamboo Dancingkarena posisi siswa sejajar dan saling berhadapan dengan model

    yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam tarian bambu

    Fhilipina yang juga dipopulerkan di Indonesia. Seperti yang tampak pada gambar

    di bawah ini :

    Gambar 2.1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing.

    A B C D E

    JIHGF

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    18/28

    25

    Di dalam model ini siswa dibagi menjadi empat kelompok besar. Jika di

    dalam kelas terdapat 40 siswa, maka tiap kelompok besar terdiri dari 10 orang.

    Kemudian diatur sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu lima orang

    berdiri berjajar dan lima orang lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang

    pertama. Dengan demikian di dalam kelas tiap-tiap kelompok besar, mereka

    saling berpasang-pasangan ini disebut pasangan awal. Kemudian mereka diberi

    tugas perpasangan untuk dibahas. Lalu mereka berputar mengikuti gerak arah

    jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap siswa akan mendapatkan pasangan baru dan

    berbagai informasi. Pergeseran arah jarum jam berhenti ketika tiap-tiap siswa

    kembali ke pasangan awal.

    2.1.7.2.Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

    Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing berbeda dengan

    model pembelajaran yang lain. Perbedaannya dapat dilihat dari proses

    pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dengan sesama

    siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

    mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Inilah yang

    menjadi ciri khas dari model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancing.

    Model pembelajaran tipe Bamboo Dancing merupakan bagian dari

    pembelajaran kooperatif. Oleh sebab itu, karakteristikBamboo Dancing sama

    seperti model pembelajaran kooperatif. Menurut Wina Sanjaya (2010: 244-246)

    karakteristiknya antara lain sebagai berikut :

    a. Pembelajaran secara timPembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan

    tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu

    membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu

    untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan

    pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

    b. Berdasarkan pada manajemen kooperatifManajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, antara lain fungsi

    perencanaan menunjukkan bahwa kooperatif memerlukan perencanaan

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    19/28

    26

    yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi

    pelaksanaan menunjukkan bahwa pelaksanaan harus dilakukan sesuai

    dengan perencanaan. Fungsi ini juga menunjukkan pembelajaran

    kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh

    sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

    Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu

    ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

    c. Kemauan untuk bekerja samaPrinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran

    kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan

    tanggung jawab masing-masing, akan tetaapi juga ditanamkan perlunya

    saling membantu.

    d. Keterampilan bekerja samaKemauan untuk bekerja sama kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan

    kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Siswa

    perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi

    dengan anggota lain.

    2.1.7.3.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo

    Dancing

    Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing adalah

    sebagai berikut :

    1. Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok besar. Misalkan jika dalam kelasterdapat 40 anak , maka tiap kelompok besar terdiri 10 orang.

    2. Pada kelompok besar 10 orang diatur sehingga 5 orang berhadap-hadapandengan 5 orang yang lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut

    dengan pasangan awal.

    3. Pembelajaran dilakukan dengan pengenalan subtopik oleh guru. Pada tahapini guru dapat menuliskan subtopik atau melakukan tanya jawab kepada siswa

    berkaitan dengan pengetahuan peserta didik tentang subtopik yang diberikan.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    20/28

    27

    Langkah ini perlu dilakukan agar siswa lebih siap menghadapi materi yang

    baru.

    4. Kemudian guru membagikan tugas yang berbeda-beda kepada masing-masingpasangan untuk didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu yang

    cukup agar materi yang didiskusikan benar-benar dipahami siswa.

    5. Usai berdiskusi, 10 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang yang berdiriberjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam . Dengan

    cara ini tiap-tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling berbagi

    informasi yang berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum jam

    baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya. Gerakan saling

    bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai gerakan pohon bamboo

    yang menari-nari.

    6. Guru memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan kepada kelompokyang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

    7. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepadaseluruh kelas.

    8. Guru memanggil salah satu siswa dari kelompok besar yang lainnya untukmemberikan pendapat dan memfasilitasi terjadinya intersubyektif, dialog

    interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan

    agar pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat

    diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

    9. Bersama dengan siswa menyimpulkan jawaban-jawaban dari masalah yangdiajukan.

    2.1.7.4.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Bamboo Dancing

    Setiap model pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan,

    begitu juga dengan model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancingini.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    21/28

    28

    Keunggulan model pembalajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini

    menurut Suwarno (2010) yaitu :

    1. Model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancingsangat bermanfaatguna membangun kebersamaan antar siswa.

    2. Dalam tipe ini tidak terjadi persaingan, siswa saling berbagi informasi,pikiran, dan berbagi pengalaman.

    3. Diskusi antar siswa terjadi pada saat berpasangan dan saat presentasisubtopik pelajaran.

    Kelemahan model pembalajaran kooperatif tipeBamboo Dancingyaitu :

    1. Membutuhkan lebih banyak waktu karena adanya perpindahan tempat.2. Situasi kelas menjadi ribut karena tiap-tiap kelompok kecil melakukan

    diskusi.

    3. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok. Namundemikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

    diharapkan adalah prestasi individu.

    2.1.8. Model Pembelajaran EkspositoriPembelajaran Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada

    proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

    siswa dengan maksud agar siswa tersebut dapat menguasai materi pelajaran secara

    optimal. Pembelajaran Ekspositori sama dengan metode ceramah dalam

    terpusatnya kegiatan interaksi kepada guru sebagai pemberi informasi.

    Pembelajaran Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas

    penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru.

    Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menangkap dan

    mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta mengungkapkan kembali

    yang dimiliki siswa melalui respon yang diberikan siswa pada saat diberikan

    pertanyaan oleh guru. Pembelajaran Ekspositori digunakan guru untuk

    menyajikan bahan pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis

    dengan pencapaian secara verbal. Pembelajaran Ekspositori menempatkan guru

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    22/28

    29

    sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif memberikan informasi,

    menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh

    pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, dan memberikan

    kesempatan bagi siswa untuk bertanya.

    Langkah-langkah (Sintaks) pembelajaran Ekspositori adalah :

    a. Persiapan (Preparation). Langkah ini berkaitan denganmempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Hal yang harus

    dilakukan adalah memberi sugesti yang positif, mulai dengan

    mengemukakan tujuan yang harus dicapai, kemudian membuka file

    dalam otak mereka.

    b. Penyajian (Presentation). Langkah ini adalah langkah penyampaianmateri pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang

    harus dipikirkan adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan

    mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus

    diperhatikan adalah penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga

    kontak mata dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang

    menyegarkan.

    c. Korelasi (Correlation). Adalah langkah menghubungkan materipelajaran dengan pengalaman siswa atau hal-hal lain yang

    memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur

    pengetahuan yang telah dimilikinya.

    d. Menyimpulkan (Generalitation). Adalah langkah untuk memahami intidari materi pelajaran yang telah disajikan.

    e. Mengaplikasikan (Aplication). Adalah langkah untuk mengembangkankemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Teknik

    yang biasa dilakukan adalah membuat tugas yang relevan dengan

    materi yang disajikan dan memberikan tes yang sesuai dengan materi

    yang disajikan.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    23/28

    30

    Keunggulan dari pembelajaran Ekspositori adalah :

    1. Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yangsama untuk mendengar.

    2. Bahan pelajaran dapat diberikan secara sistematis.3. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting.4. Kekurangan buku pelajaran atau alat bantu pelajaran tidak menghambat

    pelaksanaan pembelajaran.

    Kelemahan dari pembelajaran Ekspositori adalah :

    1. Pengetahuan yang diperoleh cepat dilupakan.2. Pembelajaran berjalan membosankan karena siswa lebih pasif.3. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-

    konsep pelajaran.

    4. Lebih dominan mengerahkan siswa ke sistem belajar menghapal.

    2.1.9. Materi PembelajaranTeorema Pythagoras

    Pengetahuan teorema Pythagoras berkaitan erat dengan luas persegi dan luas

    segitiga. Dengan pemikiran untuk mempelajari teorema Pythagoras, harus

    ditunjang oleh materi luas persegi maupun luas segitiga.

    1. Luas PersegiA B

    D C

    Gambar 2.2. Persegi ABCD

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    24/28

    31

    Gambar di atas menunjukkan persegi ABCD

    Luas persegi ABCD = AB x BC

    = AB x AB (sebab BC = AB)

    = AB 2

    2. Luas segitiga sikusikuPada setiap siku-siku, sisi sisinya terdiri atas sisi siku-siku dan sisi miring

    (hipotenusa). Gambar dibawah adalah segitiga ABC yang siku-siku di A. Sisi

    yang membentuk sudut siku- siku, yaitu AB dan AC disebut sisi siku-siku.

    Sisi dihadapan sudut siku-siku disebut sisi miring atau hipotenusa, yaitu BC.

    C

    Hipotenusa

    Sisi Siku-siku

    A B

    Gambar 2.3. Segitiga Siku-Siku

    Teori diatas disebut teorema Pythagoras, karena teori ini pertama kali

    ditemukan oleh Pythagoras, yaitu seorang ahli matematika bangsa Yunani yang

    hidup pada abad ke 6 M dan berkesempatan memperdalam ilmunya di Mesir

    kuno.

    Teorema Pythagoras yang pembuktiannya telah digunakan untuk menghitung

    panjang suatu sisi segitiga siku-siku. Berdasarkan Teorema Pythagoras tersebut

    dapat diturunkan rumus-rumus berikut ini :

    Luas persegi = panjang sisi x panjang sisi

    Untuk setiap segitiga siku-siku selalu berlaku :

    Luas persegi pada hipotenusa sama dengan jumlah luas persegi pada

    sisi yang lain.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    25/28

    32

    Jika ABC siku-siku dititik A, maka berlaku

    atau C

    atau

    atau a

    b

    A c B

    Gambar 2.4. Segitiga Siku-

    Siku di TitikA

    Perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya 300, 450 dan

    600.

    Dalam setiap segitiga siku-siku yang salah sudutnya 300, maka panjang sisi

    dihadapan sudut 300 adalah

    hipotenusa (sisi miring).

    Gambar dibawah menunjukkan ABC siku-siku dengan besarACB = 300, dan

    ABC = 600. Jika panjang BC = 2 satuan, maka :

    C

    Jadi, panjang AB = 1 satuan. 2

    600

    A B

    Gambar 2.5. Segitiga Siku-Siku

    dengan sudut 300

    dan 600

    BC2 = AB2 + AC2

    22 = 12 + AC2

    AC2

    = 41

    300

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    26/28

    33

    C Perbandingan antara panjang sisi

    dihadapan 300, sisi miring dan sisi

    dihadapan 600 adalah 1 : 2 : . Atau

    1 2 AC : BC : AB : = 1 : 2 :

    =1,73 (dibulatkan sampai 2 desimal)

    A B

    AC2 = 3

    AC =

    Jadi, panjang AC = satuan.

    Dari hasil di atas dapat dibuat perbandingan sebagai berikut :

    300

    600

    Gambar 2.6. Perbandingan Panjang

    Sisi Pada Segitiga

    2.2. Kerangka KonseptualPembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing atau tarian bambu

    merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Tipe Bamboo Dancing di

    rancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

    meningkatkan penguasaan akademik. Tipe Bamboo Dancing merupakan

    modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle) yang

    dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe ini melibatkan siswa untuk saling

    berbagi informasi pada saat yang bersamaan sehingga dapat meraih keberhasilan

    dalam belajar dan melatih siswa untuk memiliki keterampilan. Keterampilan

    siswa dalam pembelajaran ini adalah keterampilan untuk mengemukakanpendapat, menyampaikan ide atau memberi penjelasan dari masalah yang ada,

    menerima masukan dan saran dari orang lain, bekerja sama, dan rasa setia kawan.

    Ciri khas dari tipe ini adalah siswa duduk berjajar dan saling berhadapan

    kemudian diberikan waktu yang cukup untuk berdiskusi. Setelah waktu diskusi

    yang ditentukan telah habis, maka siswa akan berpindah duduk ke jajaran yang

    lain sehingga siswa mendapatkan pasangan baru untuk saling berbagi informasi.

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    27/28

    34

    Pada pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing ini, siswa

    diorganisasikan dalam empat kelompok besar yang kemudian tiap-tiap kelompok

    besar dibagi menjadi dua orang dalam satu kelompok. Dua orang dalam satu

    kelompok ini kemudian berbagi informasi mengenai tugas yang diberikan oleh

    guru. Siswa dituntut untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan

    bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Pada proses diskusi inilah siswa

    dapat bertukar pikiran, mengungkapkan ide yang muncul saat berdiskusi,

    menjelaskan masalah yang ada, dan membuat langkah-langkah penyelesaian

    masalah dalam struktur matematis. Masalah yang berhubungan dengan kehidupan

    sehari-hari dapat direfleksikan ke dalam bentuk penyelesaian matematis dengan

    kemampuan komunikasi matematika. Untuk itu, dalam pembelajaran kooperatif

    tipeBamboo Dancingdiperlukan kemampuan komunikasi matematika.

    Pembelajaran Ekspositori merupakan pembelajaran yang menekankan

    kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada

    sekelompok siswa agar siswa tersebut dapat menguasai materi pelajaran secara

    optimal. Pembelajaran Ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku

    kelas dan penyebaran pengetahuan ditentukan oleh guru. Dalam pembelajaran ini

    siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan

    guru, serta dapat mengungkapkan kembali melalui respon yang diberikan siswa

    pada saat guru memberikan pertanyaan.

    Pembelajaran Ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran,

    karena guru lebih aktif memberikan informasi, menjelaskan suatu masalah,

    memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, dan memberikan kesempatan siswa

    untuk bertanya. Sementara itu siswa menjadi pasif selama pembelajaran. Siswa

    tidak mempunyai kesempatan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika dan

    cenderung mengarah pada sistem belajar menghapal sehingga kemampuan

    komunikasi matematis siswa tidak berkembang dengan baik. Siswa hanya

    menyelesaikan masalah sesuai dengan contoh yang diberikan guru. Apabila siswa

    mengalami kesulitan, siswa tidak dapat mencari alternatif penyelesaian yang lain

    sehingga kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide matematika

    sangat kurang. Maka dalam pembelajaran Ekspositori kemampuan komunikasi

  • 7/22/2019 Bab II Teorema Phytagoras

    28/28

    35

    matematika siswa masih rendah. Dari penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan model

    pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada

    menggunakan model Pembelajaran Ekspositori pada pokok bahasan Teorema

    Pythagoras.

    2.3. Hipotesis PenelitianBerdasarkan kerangka teoritis di atas, maka yang menjadi hipotesis

    penelitian adalah : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik

    daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan

    menggunakan model pembelajaran Ekspositori.