bab ii skripsi_shirli_2012_hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran...

52
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ‘Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teori dalam menyusun hipotesis penelitian’ (UPI, 2011:21). Landasan teori yang dimaksud adalah teori dasar yang menjelaskan secara rinci setiap variabel penelitian. Adapun landasan teori dari penelitian ini yaitu berkaitan tentang korelasi antara apersepsi pembelajaran dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. 1. Apersepsi Pembelajaran Keberhasilan pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif 12

Upload: shirli-gumilang

Post on 29-Jul-2015

766 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

‘Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teori dalam menyusun hipotesis

penelitian’ (UPI, 2011:21). Landasan teori yang dimaksud adalah teori dasar yang

menjelaskan secara rinci setiap variabel penelitian. Adapun landasan teori dari

penelitian ini yaitu berkaitan tentang korelasi antara apersepsi pembelajaran

dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS.

1. Apersepsi Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran yang

telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran yang

dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran adalah untuk

menciptakan awal pembelajaran yang efektif sehingga siswa siap secara penuh

untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.

Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selain itu kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari. (Sujadi, 2011)

Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan

dibahas adalah dengan membuat kaitan atau apersepsi pembelajaran. Siswa akan

tertarik dengan materi yang akan dipelajari apabila mereka melihat kaitan atau

hubungan dengan pengalaman mereka atau sesuai minat dan kebutuhan mereka.

12

Page 2: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

13

Teori Apersepsi atau Teori Herbartisme pertama kali di perkenalkan oleh

seorang psikolog berkebangsaan Jerman yaitu Jhon Friedrich Herbart (1776-

1841). Pengaruh Herbart dalam abad dua puluh sangat besar. Buah pikirannya

mendominasi pendidikan guru dan pendidikan umumnya di Amerika Serikat.

Apersepsi ialah proses asosiasi antara ide yang baru dengan yang lama yang

tersimpan dalam bawah sadar individu. Setiap ada masuk persepsi baru maka ia

disambut oleh yang lama. Ide yang lama berlomba kekuatan untuk memasuki

alam sadar untuk menyambut ide baru. Persepsi atau pengamatan diperoleh dari

lingkungan melalui alat indera. Melalui asosiasi diperoleh ide yang sederhana,

yang menjadi lebih kompleks melalui asosiasi selanjutnya.

Sebelumnya, John Locke (1632-1704) telah mengemukakan teori tabularasa

yang mengatakan bahwa otak atau pikiran manusia pada waktu lahir masih

kosong seperti papan tulis bersih. Akan tetapi rangsangan, pengalaman dari luar,

mengisi pemikiran itu. Apa saja yang diketahui manusia datangnya dari luar diri

orang itu. Dalam otak itu terjadi hubungan atau asosiasi antara ide-ide.

Menurut Locke ide-ide itu pasif. Herbart sebaliknya, berpendapat bahwa ide-

ide itu aktif, dinamis, mempunyai kekuatan untuk bergabung, jadi berlomba untuk

bergabung dengan ide baru yang masuk. Akan tetapi manusia itu sendiri pasif, dan

hanya merupakan wadah tempat asosiasi itu berlangsung.

Semua persepsi pada hakikatnya apersepsi, setiap persepsi cenderung akan

bergabung dengan bahan yang telah ada. Tanpa pengalaman yang ada, suatu

pengamatan atau ide tak ada artinya dan tak akan diperdulikan. Sebaliknya ide

yang telah tersimpan, akan tetapi tak mempunyai kesempatan berasosiasi maka

Page 3: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

14

cepat atau lambat akan menghilang dengan sendirinya. Herbart percaya, bahwa

ide yang baik akan menghasilkan kemauan yang baik dan perbuatan yang baik.

Jadi kemauan bergantung pada pikiran. Tugas guru ialah memberikan buah

pikiran yang baik agar siswa berbuat yang baik. Tujuan pendidikan, menurut

Herbart ialah mendidik anak menjadi manusia yang bermoral baik. Seni mengajar

ialah menyajikan buah pikiran yang dapat digunakan siswa sepanjang hidupnya.

Guru dapat dipandang sebagai arsitek dan pembangunan pemikiran dan demikian

pula karakter siswa. Pelajaran harus dibuat menarik dan ini akan tercapai dengan

metode mengajar yang baik, didukung oleh bahan apersepsi yang baik pula.

Landasan filosofis apersepsi yang dikemukakan oleh Herbart terbagi menjadi

tiga tahap pembelajaran, yaitu:

1. Penerimaan rangsangan, yang lebih menitikberatkan pada kualitas informasi dan stimulus khusus yang harus ada pada pembelajaran.

2. Ingatan, yang menghasilkan kembali apa yang diketahui sebagai bahan pembentuk konsep-konsep pembelajaran.

3. Pemahaman, yaitu hasil pemikiran konsep dan generalisasi dari informasi yang sudah diterima otak. (Chatib, 2011:86).

a. Pengertian Apersepsi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa ‘apersepsi adalah pengamatan

secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri

yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru.’

Menurut Kartono (1981:34) bahwa ‘apperception (apersepsi); 1. Persepsi

(penglihatan, penghayatan, tanggapan, daya memahami atau menangkap) yang

jelas disertai pengenalan. 2. Pengenalan relasi-relasi antara objek yang disajikan

dengan massa aperseftif atau benda pengenalan yang ada.’

Page 4: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

15

Menurut Chatib (2011:87) bahwa “kerangka pengajaran Quantum Teaching

untuk tiga bagian awal (Tumbuhkan, Alami, dan Namai) adalah bagian dari

apersepsi.” Kerangka rancangan pengajaran Quantum Teaching yang dimaksud

adalah lebih dikenal dengan nama TANDUR, yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Tiga bagian awal yang dimaksud memiliki

pengertian sebagai berikut.

a. Tumbuhkan adalah aktivitas yang melibatkan siswa. Guru ikut serta dalam jalinan proses belajar untuk saling memahami dan memuaskan siswa.

b. Alami adalah aktivitas memberikan pengalaman kepada siswa dengan memanfaatkan hasil alami otak untuk menjelajah. Saat mempelajari sesuatu dalam kehidupan nyata, kita sudah punya pengalaman awal, yang berhubungan dengan suatu konsep. Dengan adanya pengalaman, informasi yang abstrak akan menjadi konkret.

c. Namai adalah aktivitas penanaman yang memuaskan hasrat alamiah otak memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. (Chatib, 2011:87)

Apersepsi berasal dari kata apperception berarti menyatupadukan dan

mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki.

Atau kesadaran seseorang untuk berasosiasi dengan kesan-kesan lama yang sudah

dimiliki dibarengi dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas. Menurut

Nurhasnawati (Zahra, 2011) bahwa:

Apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, maka terlebih dahulu perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman dalam menerima bahan pelajaran yang baru.

Apersepsi merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru kepada

siswa untuk menghubungan materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya

dengan materi pelajaran pelajaran baru, sebagai batu loncatan siswa mengusai

materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. Salah satu muatan yang

Page 5: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

16

disampaikan dalam apersepsi adalah mengingatkan kembali siswa terhadap materi

ajar yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini penting dilakukan karena ada

keterkaitan antara materi ajar sebelumnya dengan yang akan dipelajari sehingga

akan terjadi keruntutan materi ajar dalam diri siswa. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sajidin (2007) bahwa:

Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.

Sedangkan menurut William James sebagai seorang psikolog, beliau pernah

membahas mengenai apersepsi dalam tulisannya. Berikut ini adalah kutipan dari

tulisannya tersebut.

Many teachers are inquiring, “what is the meaning of apperception in educational psychology?” That most important idea in educational psychology is apperception. The idea of apperception is making a revolotion in educational methods in Germany. Now apperception is axtremely useful word in pedagogics, and offers of convenient name for a process to which every teacher must frequently refer. But verily maens nothing more than the act of taking a thing into the mind. It corresponds to nothing peculiar or elementary in psichology, being only one of the innumerable result of the psichological process of association of ideas; and psichology itself can easly dispanse with the word, useful as it may be in pedagogics. (Chatib, 2011:80)

Secara garis besar william james menyatakan bahwa pemahaman apersepsi

masih sangat kurang dikuasai oleh guru. Banyak guru juga beranggapan bahwa

penguasaan apersepsi hanya kecil pengaruhnya terhadap kebarhasilan

pembelajaran. Apersepsi sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran dan

kemampuan pedagogis seorang guru.

Page 6: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

17

1). Sifat Dasar Manusia

Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa

yang terjadi sangat dinamis dan kompleks sehingga sulit dijelaskan secara

sederhana. Hal ini yang menjadi salah satu faktor dalam kegiatan pembelajaran

yang bermuara pada kegagalan belajar siswa. Filosofi mendasar pandangan

herbart mengatakan bahwa manusia adalah makhluk pembelajar.

Menurut Chatib (2011:81) bahwa ‘sifat dasar manusia adalah manusia adalah

makhluk pembelajar; manusia untuk memerintah dirinya sendiri; dan Manusia

bereaksi terhadap instruksi lingkungannya, jika ia dibekali oleh stimulus khusus.’

a) Manusia Adalah Makhluk Pembelajar

Setiap manusia adalah makhluk pembelajar dalam setiap konteks

perkembangan budaya tertentu. Apabila semua guru memahami konsep pertama

ini akan muncul sebuah paradigma yang menyatakan bahwa para siswa di dalam

kelas adalah para makhluk yang sebenarnya siap untuk belajar. Selanjutnya

menurut Bobbi DePoter dalam bukunya Quantum Teaching mengatakan bahwa

“pada saat mulai masuk kelas dan mengajar, mereka harus menganggap semua

siswanya serdas dan punya kemampuan tinggi.” (Chatib, 2011:83)

b) Manusia Adalah untuk Memerintah Dirinya Sendiri

Secara alamiah, manusia punya kemampuan untuk memerintah kepada dirinya

sendiri untuk melakukan sesuatu, yang berasal dari rangsangan dan kualitas

informasi yang masuk ke dalam otaknya. Hal tersebut merupakan konsekuensi

fungsi mendasar organ manusia itu sendiri, yang dinamakan otak. Selanjutnya

Page 7: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

18

Taufiq Pasiak dalam bukunya berjudul Revolusi IQ/EQ/SQ menjelaskan bahwa

“kulit otak manusia–terdiri atas paling banyak enam lapisan, yang menyelubungi

otak besar–mempunyai tiga fungsi. 1. Fungsi Sensorik (masukan informasi); 2.

Fungsi Motorik (gerak tubuh); 3. Fungsi Asosiasi.” (Chatib, 2011:84)

Dalam melakukan reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus, otak

manusia dapat merespon dan mengasosiasi masukan informasi dan kemudian otak

melakukan instruksi. Ketiga fungsi otak tersebut satu dengan yang lainnya

memiliki keterkaitan dalam melakukan tugas, setiap informasi yang baru di terima

otak (fungsi sensorik) kemudian di asosiasikan dengan informasi yang sudah ada

di dalam ingatan (fungsi asosiasi), dan tahap selanjutnya adalah otak memberikan

instruksi kepada organ lain untuk merespon informasi yang baru (fungsi motorik)

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Chatib (2011:84) bahwa.

Ketiga fungsi tersebut saling terkait. Misalnya ketika telinga menerima rangsangan berupa suara, suara tersebut akan dibawa oleh syaraf pendengaran ke pusatnya, di daerah Wernicke yang terletak di bagian samping kepala. Kemudian masukan informasi yang belum dipahami dikirim ke daerah asosiasi untuk dicocokan makna katanya, lalu dikirim ke daerah Borca di bagian depan kepala. Melalui daerah Borca inilah otak memerintahkan lidah atau tangan untuk bertindak sebagai reaksinya. Proses inilah yang membentuk kegiatan bahasa manusia, dapat terjadi karena kata yang masuk itu sudah tersimpan dalam gudang ingatan di kepala. Demikian pula, perintah gerak bagi lidah dan tangan.

Artinya, rangkaian kerja otak dari menerima informasi sampai munculnya

reaksi sangat terkait erat satu dengan yang lain. Oleh karena itu, wajarlah jika

seorang siswa menentukan dirinya sendiri untuk mau atau tidak mengikuti

pembelajaran yang sedang berlangsung.

Sayangnya, guru memiliki pandangan yang lain terhadap hal ini. Siswa yang

tidak mau mennuruti instruksi guru dianggap nakal atau punya hambatan belajar.

Page 8: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

Kualitas Informasi

Proses

Reaksi

Melakukan Tidak Melakukan

19

Padahal, kualitas informasi itulah yang menjadikan siswa mau atau tidak

melakukan instruksi sebagai reaksinya. Berikut ini adalah bagan alur yang

menunjukan proses dari masuknya informasi atau kualitas informasi sampai reaksi

untuk melakukan atau tidak melakukan reaksi dari informasi tersebut.

Gambar 2.1. Proses masuknya informasi sampai reaksi

Bagan tersebut menunjukan bahwa sifat dasar manusia adalah memerintah

dirinya sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan. Guru yang tidak

melakukan apersepsi akan menemui siswa yang menolak instruksi darinya, dan

sebaliknya siswa akan mengikuti instruksi guru yang melakukan apersepsi.

Sebenarnya, siswa melakukan apa yang guru instruksikan adalah karena

‘menganggap bahwa instruksi itu berasal dari rasa ingin tahu yang ada di dalam

dirinya sendiri.’ (Chatib, 2011:85)

c) Manusia Bereaksi, jika Ada Stimulus Khusus

Manusia akan melakukan reaksi jika diberikan stimulus khusus. Tanpa adanya

stimulus khusus manusia kecenderungan tidak akan melakukan reaksi terhadap

informasi atau instruksi yang masuk ke dalam otaknya.

Page 9: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

20

Guru yang langsung memberikan informasi atau instruksi dalam pembelajaran

di kelas akan mengalami kondisi kelas yang tidak kondusif. Sebaliknya guru yang

memberikan stimulus khusus dalam pembelajaran di kelas akan mengalami kelas

yang aktif, kreatif dan kondusif untuk belajar. Sebagai contoh, ada dua guru yang

melakukan pembelajaran di kelas yang sama dengan materi yang sama dan

menggunakan strategi belajar yang sama. Tetapi, keduanya mendapatkan hasil

mengajar yang berbeda. Guru pertama mendapat antusiasme yang tinggi dari

siswa sedangkan guru kedua hanya mendapatkan sikap acuh tak acuh para

siswanya, yang malas melakukan instruksi pembelajaran. Hal ini terjadi karena

stimulus khusus yang dilakukan oleh guru pertama yaitu dengan memberikan

reward atau pun penghargaan kepada siswa, sedangkan guru kedua tidak

memberikan stimulus khusus kepada siswa.

b. Tujuan Apersepsi Pembelajaran

Secara khusus apersepsi yang dibangun oleh guru dalam tahap awal

pembelajaran memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:

a. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai sejauh mana materi yang sudah dipelajari sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum materi pelajaran terdahulu.

b. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang akan dikuasai.

c. Guru menjelaskan konsep atau pengertian dari materi yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan karena materi yang akan dipelajari sama sekali materi baru. (Sujadi, 2011)

Artinya, guru harus membangun terlebih dahulu pengetahuan awal yang

dimiliki siswa sebelum memberikan pelajaran atau materi inti. Apersepsi begitu

Page 10: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

21

penting dalam pembelajaran karena materi yang akan diajarkan merupakan materi

baru bagi siswa. Apersepsi yang dilakukan guru akan mempermudah siswa dalam

memahami pelajaran yang baru bagi siswa.

Secara umum apersepsi yang dilakukan guru adalah untuk menciptakan

kondisi belajar yang kondusif. Adapun tujuan dari apersepsi pembelajaran secara

luas menurut pendapat Sujadi (2011) adalah sebagai berikut:

a. Mencoba menarik siswa ke dunia yang guru ciptakan, perlu dipahami bahwa tidak semua siswa mengerti terhadap apa yang akan kita ajarkan. Tidak semua juga yang menyadari bahwa pemahaman akan pelajaran lama bisa kembali bermanfaat di pelajaran yang akan dipelajari. Pembelajaran terkadang merupakan suatu kesatuan yang terangkai antara satu materi dengan materi lainnya dan dengan melakukan apersepsi maka akan menyadarkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki relevansi dengan materi yang telah dipelajari.

b. Mencoba menyatukan dua dunia, walaupun dapat dikatakan materi satu dengan yang lainnya memiiki perbedaan, namun ada materi-materi tertentu yang memiliki relevansi dengan materi sebelumnya. Sehingga kiranya sangat perlu bagi guru untuk menyatukan dan menghubungkan antara kedua materi tersebut.

c. Menciptakan atmosfir, suasana harus tetap selalu dijaga dan dibentuk sedemikian rupa agar tetap terus terpelihara suasana yang kondusif bagi bagi siswa untuk belajar. Selain itu apersepsi bukan hanya membentuk armosfir fisik yang baik, namun juga dapat membentuk suasana psikologis yang baik sehingga menimbulkan perasaan mampu untuk mempelajari materi baru.

c. Sumber-sumber Apersepsi Pembelajaran

Menurut Chatib (2011:87) ‘saya membagi pembelajaran dalam dua tahap

besar, yaitu apersepsi dan strategi.’ Apersepsi yang dimaksud dalam pembahasan

kali ini sangat kompleks. Apersepsi bukan haya sebatas guru memberikan

pertanyaan tentang materi pelajaran yang sudah pernah dipelajarai. Hal tersebut

merupakan bagian kecil dari apersepsi. Menurut Teori Herbart terdapat empat

sumber apersepsi atau empat pilar pembentuk apersepsi.

Page 11: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

22

1). Zona Alfa

Zona alfa (Alpha Zone) adalah salah satu gelombang otak. Selama ini

neurologi baru mampu mendefinisikan empat gelombang otak yang merekam

aktivitas manusia sepanjang hari. Richard Caton seorang dokter berkebangsaan

Inggris, menyatakan adanya muatan listrik dalam kulit otak. Pada tahun 1924

seorang ahli saraf dari Jerman, Hans Berger berhasil mencetak gelombang otak di

atas selembar kertas. Dia menggunakan perlengkapan radio untuk memperkuat

impuls (rangsangan) listrik otak lebih dari sejuta kali. Alat inilah merupakan cikal

bakal dibuatnya alat Electro Encephalo Graph (EEG). Penemuan gelombang otak

ini terus berkembang dan manfaatnya mulai digunakan untuk mendiagnosis

gangguan otak, seperti deteksi perdarahan otak, infeksi otak, gangguan jiwa, dan

penyakit ayan, sampai pada manfaat menerima informasi dalam proses belajar.

Gelombang otak terdiri dari empat tingkatan, setiap gelombang memiliki ciri-ciri.

Gelombang delta (0,5 – 3,5 Hz) adalah gelombang otak ketika manusia dalam

keadaan tertidur tanpa mimpi. Dalam kondisi delta, otak manusia bukan total

beristirahat, melainkan masih bekerja. Bahkan, kondisi ini dikatakan sebagai

kondisi yang prima untuk penyembuhan penyakit. Namun, kondisi ini paling tidak

tepat untuk proses belajar sebab tidak mungkin guru memberikan materi kepada

siswa yang sedang nyaman tidur.

Gambar 2.2. Gelombang delta ketika manusia tidur tanpa mimpi.

Page 12: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

23

Gelombang teta (3,5 – 7 Hz) adalah gelombang otak ketika manusia dalam

keadaan tidur dan bermimpi. Menurut Taufiq Paisak bahwa “mimpi itu adalah

pintu, jalan, atau sarana bagi otak seseorang untuk mewartakan diri, apabila dia

kesulitan melakukannya di alam sadar.” (Chatib, 2011:89). Dalam kondisi ini,

otak bekerja dengan baik, jernih, dan bening untuk proses merekam kenangan-

kenangan yang punya unsur keselamatan hidup (survive), punya makna emosional

(emotional), punya hubungan dengan kehidupan sehari-hari (relevance), dan

informasi yang selalu diulang-ulang (rehearseal) ke dalam memori jangka

panjang (long-term memories).

Gambar 2.3. Gelombang teta ketika manusia tidur dan bermimpi.

Efektivitas dongeng sebelum tidur adalah efek dari gelombang teta ini. Betapa

banyak manfaat dongeng sebelum tidur yang membuat anak kita mampu merekam

dongeng tersebut sampai mereka tua, bahkan kemudian diturunkan kepada anak

cucunya. Dongeng sebelum tidur yang menarik adalah kenangan pertama yang

mendapat kesempatan diunduh oleh anak kita sewaktu tidur.

Meditasi adalah cara agar kita masuk ke kondisi zona teta. Di zona teta,

seseorang dapat mengeluarkan ide-ide kreatif atau mendapatkan jawaban dari

sesuatu yang sulit diperoleh sebelumnya. Dalam dunia kedokteran, konon, kondisi

teta ini iuga dapat menyembuhkan penyakit.

Page 13: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

24

Namun, kondisi teta dianggap sebagai kondisi yang kurang baik dalam

pembelajaran. Dalam kondisi teta, seseorang cenderung mengeluarkan sesuatu,

sedangkan belaiar adalah kondisi saat seseorang memasukkan informasi dan

mengeluarkan informasi. Dengan demikian, sekarang kita mengetahui bahwa jika

kita mengajar, belum tentu siswa kita belajar. Terkadang, mereka tengah masuk

dalam kondisi teta, yaitu melamun, membayangkan film yang semalam dia

tonton, mengantuh dan akhirnya tertidur di pojok bangkunya.

Gelombang alfa (7 – 13 Hz) Kondisi alfa adalah tahap paling iluminasi

(cemerlang) proses kreatif otak seseorang. Kondisi ini dikatakan sebagai kondisi

paling baik untuk belajar sebab neuron (sel saraf) sedang berada dalam suatu

harmoni (keseimbangan); yaitu ketika sel-sel saraf seseorang melakukan

tembakan impuls listrik secara bersamaan dan juga beristirahat secara bersamaan

sehingga timbul keseimbangan yang mengakibatkan kondisi relaksasi seseorang.

Pada saat ini, seseorang disebut juga berada dalam kondisi peralihan antara sadar

dan tidak. Hal ini menimbulkan adanya efisiensi pada jalur saraf sehingga kondisi

tersebut sangat tepat untuk melakukan sugesti, di antaranya pembelajaran.

Gambar 2.4. Gelombang alfa ketika manusia dapat berpikir kreatif.

Seseorang yang sedang masuk dalam kondisi alfa akan mengalami kondisi

yang relaks tapi waspada; seperti sedang melamun, tetapi sebenarnya sedang

berpikir. Intinya, otak bekerja dengan relaks. Contohnya, ketika kita

Page 14: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

25

mendengarkan pembelajaran dari guru, membaca, menulis, melihat, atau

memikirkan jalan keluar dari suatu masalah. Kondisi alfa merupakan kondisi yang

tepat untuk belaiar. Para guru semestinya mengetahui dengan baik zona kondisi

alfa ini karena terkait dengan masuknya arus informasi ke dalam otak siswa.

Betapapun bagusnya strategi yang disusun oleh guru, jika siswa keluar dari zona

alfa, maka percayalah, informasi itu tidak akan pernah masuk ke dalam memori

siswa.

Gelombang beta (13 -25 Hz) adalah gelombang otak ketika manusia dalam

kondisi marah, stres, bingung, dan pusing. Di kelas, kondisi beta ditandai oleh

para siswa yang asyik mengobrol sendiri, tidak memberikan perhatian kepada

guru; siswa yang sedang berkelahi atau menunjukkan mimik sedang marah, tidak

enak hati sebab baru dimarahi oleh seseorang. Jika di kelas siswa dalam kondisi

memasuki gelombang beta, maka optimis pembelajaran yang guru berikan tidak

akan diterima oleh siswa.

Gambar 2.5. Gelombang beta ketika manusia dalam kondisi marah, stres,

bingung, dan pusing.

(a) Cara Masuk ke Dalam Zona Alfa

Dari penjelasan tentang gelombang otak, zona alfa adalah kondisi terbaik

untuk belajar siswa. Jika guru sedang mengajar, kemudian menjumpai siswa

sedang marah, stres, mengobrol, atau sedang fokus mengerjakan sesuatu yang

Page 15: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

26

lain, sebaiknya guru jangan meneruskan proses mengajar. Percuma saja sebab

mereka masih berada dalam kondisi beta. Jika siswa melamun, lalu mengantuk,

apalagi tertidur, hentikan proses mengajar sebab percuma juga karena siswa

sedang dalam kondisi teta atau bahkan delta. Guru harus sekuat tenaga

mengembalikan mereka ke zona alfa dengan cara memberikan stimulus khusus.

Stimulus khusus pada awal belaiar yang bertujuan meraih perhatian dari para

siswa adalah apersepsi. Artinya, zona alfa merupakan kondisi sangat ampuh untuk

melakukan apersepsi dalam pembelajaran. Kondisi alfa adalah kondisi yang relaks

dan menyenangkan. Jadi, tanda-tanda siswa sudah masuk ke zona alfa adalah jika

hati mereka senang, yang ditandai dengan rona wajah yang ceria, tersenyum,

bahkan tertawa. Zona alfa tidak saja berlaku pada awal pembelajaran, juga berlaku

pada saat sebuah proses belaiar berlangsung hingga guru melihat banyak siswanya

sudah keluar dari zona alfa tersebut. Guru harus dapat menggunakan aktivitas-

aktivitas zona alfa untuk meraih perhatian siswa kembali. Menurut Chatib

(2011:92) ‘ada empat cara yang dapat membawa siswa kita kondisi zona

gelombang alfa, yaitu ice breaking, fun story, musik dan brain gym.’

Ice breaking atau pemecah kebekuan agar suasana menjadi cair “dapat berupa

cerita konyol, teka-teki, berbicara yang diplesetkan, intonasi suara dan mimik

muka yang lucu, suara yang mengagetkan” Ashari (2007:38). Guru harus berhati-

hati dalam melakukan ice breaking, artinya bahwa tidak hilang kewibawaan guru

ketika melakukan ice breaking. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Asmani

(2011:208) bahwa “dalam melakukan ice breaking harus memperhatikan

tujuannya dan waktu yang tepat.”

Page 16: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

27

Syarat-syarat ice breaking di dalam kelas yang berfungsi mengembalikan

siswa kembali ke zona alfa adalah.

a) Ice breaking dilakukan dalam waktu singkat.b) Ice breaking diikuti oleh seluruh siswa.c) Guru menjelaskan maksud dari ice breaking.d) Segera kembali ke materi pelajaran. (Chatib, 2011:100)

fun story atau kisah menarik menurut Chatib (2011:93) ‘dapat berupa cerita

lucu, gambar lucu, atau teka-teki.’ Hal tersebut dapat diperoleh dari pengalaman

pribadi, cerita dari pengalaman orang lain, buku-buku humor, internet dan lain-

lain. Dalam melakukan fun story diusahakan berkaitan dengan materi yang akan

di pelajari siswa dalam pembelajaran.

brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Brain

gym dapat merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), merelaksasi

bagian belakang dan bagian depan otak (dimensi kerja untuk fokus perhatian),

serta merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional yakni otak

tengah (limbis) serta otak besar (dimensi pemusatan).

Cara memasuki zona alfa yang selanjutnya adalah mengan melalui musik.

Musik dapat diyakini dapat mengembalikan gelombang otak kembali ke zona alfa.

Sudah banyak penelitian yang mengungkapkan pengaruh musik terhadap

kekuatan otak. Menurut Manfred Clynes, Ph.D., dalam bukunya yang berjudul

Music, Mind, and Brain menyatakan bahwa “irama musik punya pengaruh

meningkatkan produksi serotonin dalam otak –membantu memunculkan perasaan

gembira.” (Chatib, 2011:101). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siegel

menjelaskan bahwa “musik dapat mengaktifkan holistic-brain atau kombinasi

antara otak bagian kanan dan otak bagian kiri.” (Chatib, 2011:101). Selain itu

Page 17: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

28

musik juga dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan kognitif dan

kecerdasan emosi anak. (Luthfi, 2008)

2). Warmer

Sumber atau pilar pembentukan apersepsi yang kedua adalah warmer. Warmer

atau pemanasan adalah mengulang materi yang sebelumnya diajarkan oleh guru.

Warmer biasanyabaik dilakukan pada pertemuan keduasebuah materi. Selain

warmer, juga sering digunakan istilah review, feedback, atau tinjau ulang. Intinya,

hal tersebut adalah apabila pada awal pembelajaran guru mencoba melakukan

tinjau ulang terlebih dahulu terhadap materi yang lalu, sebelum materi yang akan

diajarkan merupakan hal yang penting. Pengulangan atau rehearseal adalah

aktivitas yang membuat informasi masuk dalam memori jangka panjang.

Dalam melakukan warmer, guru yang memiliki keterampilan dasar bertanya

baik akan dengan mudah melakukannya. ‘Warmer pada apersepsi dapat berupa

games pertanyaan dan penilaian diri–Games pertanyaan dapat berupa pertanyaan

berantai, mencocokan pertanyaan dan jawaban dan berbaur.’ (Chatib, 2011:109).

Games pertanyaan adalah pengulangan kembali materi yang lalu dengan cara

pemberikan pertanyaan kepada siswa melalui permainan yang menyenangkan.

Tujuannya adalah agar siswa mengingat kembali memori-memori pembelajaran

sebelumnya. Memori pembelajaran yang sudah terbentuk ini sangat penting

sebagai pengalaman belajar yang membekali siswa untuk siap menerima materi

selanjutnya. Pengalaman belajar tersebut sangat membantu siswa untuk kembali

ke dalam zona alfa. Sedangkan penilaian diri adalah penilaian yang dilakukan

oleh siswa terkait pemahaman siswa pada materi sebelumnya, apa yang belum

Page 18: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

29

dipahami, dan cara apa yang harus dilakukan agar siswa tersebut paham. Dalam

penilaian diri, siswa diminta mengisi sebuah form yang sudah disediakan.

3). Pre-Teach

Sumber atau pilar pembentukan apersepsi yang ketiga adalah pre-teach.

Biasanya pre-teach ini sering dilupakan oleh guru. Tidak heran jika dalam kelas

kondisinya kusut, ramai dan siswa tak terkondisi. Pre-teach ini memberi

informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan. Pre-teach adalah

aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran.

Berikut ini adalah contoh pre-teach, yaitu; penjelasan awal tentang tata cara menggunakan peralatan di labolatorium sains, penjelasan awal tentang alur diskusi, memilih moderator, notulen, jumlah kelompok, dan lama waktu diskusi. Dan penjelasan tentang prosedur yang harus dilakukan siswa ketika berkunjung ke sebuah tempat atau environment learning. (Chatib, 2011:115)

4). Scene Setting

Sumber atau pilar pembentukan apersepsi yang ketiga adalah “scene setting,

kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula disebut sebagai hook

atau pengait menuju mata pelajaran inti” (Astuti, 2011). Model scene setting,

seperti yang dipaparkan oleh Bobbi DePorter dalam bukunya Quantum Teaching,

adalah AMBAK atau Apa Manfaatnya Bagiku. Scene setting adalah aktivitas yang

dilakukan guru untuk membangun konsep awal pembelajaran.

Adapun fungsi Scene setting yang dijelaskan Chatib (2011:116-117) di dalam

bukunya–gurunya manusia– adalah sebagai berikut:

Pertama, Membangun konsep pembelajaran yang akan diberikan artinya membangun kembali bekal pengetahuan awal dalam sebuah pengalaman belajar menuju materi inti pembelajaran. Kedua, Pemberian pengalaman belajar sebelum masuk materi inti, artinya memberikan makna belajar yang mendalam ketika siswa memasuki materi inti. Ketiga, Sebagai pereduksi instruksi guru artinya

Page 19: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

30

instruksi dari guru dikerjakan oleh siswa dengan rela dan berasal dari keinginan siswa itu sendiri secara internal. Keempat, Sebagai pembangkit minat dan penasaran siswa, artinya menumbuhkan rasa penasaran siswa untuk mengikuti materi yang akan diberikan oleh guru.

2. Hasil Belajar

Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu diadakan penilaian

untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai sehingga dapat

diketahui apakah tujuan kegiatan tersebut telah tercapai atau belum.

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil dapat diartikan sebagai sasuatu yang telah didapatkan dalam suatu karya

atau usaha yang telah dilakukan. Hasil belajar juga merupakan penguasaan

pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang

lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan olehguru.

Menurut Hamalik (2002:155) ‘hasil belajar tampak sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur

perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.’ Perubahan diartikan terjadinya

peningkatan dan pengembangan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan. 

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:4-5) menjelaskan bahwa ‘dampak

pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka

dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.’ Hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam pembelajaran. 

Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk

bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dikuasai oleh siswa, misalnya

Page 20: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

31

ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama

pelajaran berlangsung, dan tes akhir semester. Hasil belajar merupakan

pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar.

Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartrikan dengan

penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor)

oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan indikatornya

ditunjukkan dengan perolehan nilai tes yang diberikan oleh guru. Nilai tes ini

diperoleh siswa setelah mereka melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Perubahan dari hasil belajar dalam Taksonomi Bloom dikelompokkan ke

dalam tiga ranah (domain), yakni; (1) domain kognitif atau kemampuan berpikir,

(2) domain afektif atau sikap, dan (3) domain psikomotor atau keterampilan

(Wahidmurni, 2010:18).

Tabel 2.1.Tingkatan Ranah atau Domain Hasil Belajar Menurut Taxonomi Bloom

Tingkatan

Cognitif Domain Affective Domain Psychomotor Domain

1 Knowledge (C1) Receiving (A1) Perception (P1)

2Comprehension (C2)

Responding (A2) Set (P2)

3 Application (C3) Valuing (A3) Guided response (P3)

4 Analysis (C4) Organization (A4) Mechanism (P4)

5 Syntesis (C5)Characterization (A5)

Complex overt response (P5)

6 Evaluation (C6) Adaption (P6)

7 Origination (P7)

Sumber; Wahidmurni, 2010:19

Page 21: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

32

Masing-masing tingkatan dalam setiap ranah atau domain menuntut

kemampuan atau kecakapan yang berbeda-beda dari setiap siswa untuk

memberikan respon terhadapnya. Semakin tinggi tingkatan yang dituntut semakin

tinggi pula tingkat kekomplekan jawaban atau respon yang dikehendaki.

Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu pembelajaran pada akhirnya akan

menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka

dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah

ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, tanpa adanya

aktivitas siswa maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya

hasil belajar yang dikuasai siswa rendah.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menurut

Purwanto (2007:107) mengemukakan bahwa “faktor yang mempengaruhi proses

dan hasil belajar terdiri dari faktor dari dalam dan faktor dari luar.”

1). Faktor dari Dalam (Faktor Intern)

Faktor intern yang mempengaruhi proses dan hasil belajar terdiri dari dua

macam, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.

(a) Faktor fisiologis disebut juga faktor fisik. Pada proses dan hasil belajar,

yang termasuk faktor fisiologis adalah keadaan fisik dan keadaan panca

indera. Hal tersebut besar pengaruhnya, karena keadaan fisik dan keadaan

Page 22: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

33

panca indera seseorang merupakan media atau alat yang digunakan dalam

melaksanakan proses belajar untuk memperoleh hasil belajar yang

diharapkan.

(b) Faktor psikologis atau sering disebut faktor tentang tingkah laku manusia.

Pada proses dan hasil belajar ini, faktor psikologi terdiri dari; bakat, minat,

kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.

(1).Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Nugraha, 2011:21) adalah “the

capacity to learn.” Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan

itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar.

(2).Minat menurut Hilgard (Nugraha, 2011:21) bahwa “minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan.”

(3).Kecerdasan menurut Ridwan (Nugraha, 2011:21) bahwa “Kecerdasan

adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri

dengan keadaan yang dihadapinya.” Kecerdasan merupakan salah satu

aspek yang penting dan sangat menentukan keberhasilan belajar.

(4).Motivasi menurut Sardiman (Nugraha, 2011:22) adalah sebagai

“keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar.” Dalam kegiatan pembelajaran seorang siswa akan

berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang ada

dalam diri siswa, maupun motivasi yang muncul karena faktor dari luar.

Dengan adanya motivasi, siswa akan memiliki semangat belajar,

sehingga senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil maksimal.

Page 23: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

34

(5).Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam

menerima pengetahuan. Kemampuan kognitif sangat penting dalam

mencapai hasil belajar yang diharapkan.

2). Faktor dari Luar (Faktor Ekstern)

Menurut pendapat Nugraha (2011:22) menjelaskan bahwa “faktor ekstern

terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.”

(a) Faktor Lingkungan. Lingkungan siswa yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan

tersebut merupakan tempat berinteraksi siswa untuk memperoleh dan

mengembangkan pengetahuannya dalam proses belajar guna mencapai hasil

belajar yang memuaskan.

(b) Faktor Instrumental. Faktor Instrumental pada faktor-faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar terdiri dari kurikulum; guru atau

tenaga pendidik; sarana dan fasilitas; administrasi atau manajemen.

(1).Kurikulum. Menurut Sobry Sutikno bahwa “Kurikulum adalah

sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa

untuk memperoleh sejumlah pengetahuan” (Nugraha, 2011:23).

Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang isinya tidak terlalu padat

dan sesuai dengan kebutuhan.

(2).Guru atau tenaga pendidik. “Pendidik adalah orang dewasa yang

bertanggungjawab membimbing anak untuk mencapai tujuan, yaitu

kedewasaan” (Sadulloh, dkk, 2007:87). Guru harus mempunyai

hubungan baik dengan siswanya, sehingga siswa berkeinginan belajar.

Page 24: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

35

(3).Sarana dan fasilitas ini berupa keadaan gedung dan alat pelajaran.

Gedung dapat dicontohkan seperti; kelas, perpustakaan, dan

laboratorium, sedangkan dan alat-alat pelajaran, contohnya papan tulis,

buku sebagai sumber belajar, alat-alat percobaan, dan peralatan lain

yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Sarana dan fasilitas

yang memadai akan memudahkan siswa menerima pelajaran.

(4).Administrasi atau manajemen sekolah yang baik akan menunjang bagi

kelancaran pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan

akan mudah dikuasai .

Keempat faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Apabila pada

pembelajaran didukung oleh pelaksanaan kurikulum yang efektif, guru yang

profesional, fasilitas belajar yang memadai, dan administrasi yang baik, maka

siswa dapat belajar dengan baik sehingga dapat memperoleh hasil yang baik.

3. Hakikat Pembelajaran IPS

Dalam Kurikulum SD Tahun 2006 dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu

mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran

IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata

pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

IPS ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara.” Nasution (Isjoni, 2007:21).

Page 25: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

36

Bahan ajar yang digunakan untuk sekolah dasar ada dua macam yaitu

pengetahuan sosial dan sejarah. Hal tersebut sesuai dengan GBPP Tahun 1999,

menjelaskan bahwa IPS yang diajarkan di sekolah dasar terdiri dari dua bahan

kajian pokok, yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan

sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan

kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia.

Sedangkan menurut Hasan (Isjoni, 2007:22) bahwa ‘pendidikan IPS dapat

diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi; teori, cara

berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.’ Pendidikan IPS

merupakan perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial,

pendidikan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti

sosiologi, ekonomi, sejarah, dan sebagainya yang disajikan secara psikologis. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Wisley (Isjoni, 2007:23) bahwa Pendidikan IPS

merupakan, “those portion or aspects of the social sciences that have been

selected awludopte use in the school or other instructional situations.”

Berdasarkan Kurikulum SD Tahun 2004 menjelaskan bahwa “pengetahuan

sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.”

IPS bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan kajian dari beberapa

konsep ilmu sosial itu diharapkan siswa dapat mengetahui masalah yang dialami

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja masalah kenakalan remaja dapat dikaji

dari berbagai ilmu sosial yaitu ekonomi, sosiologi, psikologi sosial dan lain-lain.

Page 26: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

37

a. Karakteristik Pembelajaran IPS

Kakteristik IPS yang membedakan dengan pembelajaran ilmu-ilmu sosial

lainnya (geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan lain-lain ) adalah sebagai berikut.

1). IPS berusaha mempertautkan teori ilmu denagn fakta atau sebaliknya

menelaah fakta dari segi ilmu. Pembahasan tentang IPS tidak hanya dari

satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komperehensif (meluas

dari berbagai ilmu sosial dan lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu

secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah suatu masalah.

2). Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses inkuiri agar siswa mampu

mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analis. Program pembelajaran

disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan berbagai disiplin ilmu

sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,

permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan

dimasa depan baik dari lingkungan sekitarmaupun lingkungan global.

3). IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil

(mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya

proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa

memilki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan

kehidupan nyata pada masyarakatnya.

4). IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia

dan bersifat manusiawi. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan

pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. Berusaha untuk

memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun

Page 27: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

38

pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-

masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya.

5). Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan

prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan ciri

IPS itu sendiri. Jadi menurut pakar tersebut IPS merupakan gabungan dari

beberapa unsur dan berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta,

sehingga terjadi adanya singkronisasi pengetahuan yang dimiliki siswa

dengan fakta-fakta di dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut penjelasan dari Kurikulum SD Tahun 2004 bahwa IPS di Sekolah

Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan

keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Pengetahuan yang dimaksud adalah siswa diharapkan dapat mengembangkan

sejumlah informasi, fakta maupun data. Nilai yang dimaksud adalah siswa dapat

mengembangkan sejumlah nilai atau norma yang berlaku ditengah masyarakat.

Mengembangkan sikap yang dimaksud adalah siswa dapat memilki sikap-sikap

positif terhadap informasi, peristiwa dan fakta. Adapun fungsi pembelajaran IPS

menurut Kurikulum SD Tahun 2004 sebagai berikut :

1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi,, sejarah, dan kewarganegaraan melalui penekatan pedagogis dan psikologis.

2) Mengembangkan kemampuan berpikir teoritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial.

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Menciptakan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk baik secara nasional maupun global.

Page 28: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

39

Tujuan umum pembelajaran IPS di sekolah dasar adalah agar siswa mampu

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya

dalam kehidupan sehari-hari.

kesimpulannya siswa mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, yang berkembang

dimasyarakat sehingga ia mampu beradaptasi dan berbaur dengan lingkungannya.

c. Peranan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Peran pembelajaran IPS sangat penting bagi siswa dalam mengembangkan

berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Siswa dapat menjadi warga negara di

massa akan datang yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental yang positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan

terampil mengatasi segala masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran dimana siswa

diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan

warga dunia yang efektif. Sedangkan menurut Isjoni (2007:47) bahwa

pembelajaran IPS memiliki peranan sebagai berikut.

1) Sosialisasi, membantu siswa menjadi warga masyarakat yang berguna.2) Pengambilan keputusan, membantu siswa dalam mengembangkan

keterampilan berfikir secara rasional dan intelektualitas yang tinggi serta berwawasan yang luas dalam keterampilan akademis.

3) Sikap dan nilai, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan menilai diri sendiri dalam berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

4) Kewarganegaraan, membantu siswa menjadi warga negara yang baik (good citizenship) yang mengetahui hak dan kewajiban.

5) Pengetahuan, tanggap, dan peka terhadap perkembangan pengetahuan dan teknologi dan dapat memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat.

Page 29: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

40

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

mengajarkan pada siswa SD/MI agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan

fenomena sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai pada lingkungan yang

lebih jauh (dunia). Negara Indonesia diperoleh dan dibangun dengan pengorbanan

dan perjuangan yang luar biasa dari para pahlawannya sehingga menjadi negara

kesatuan seperti sekarang ini, indonesia memilki populasi yang sangat besar

dengan berbagai perbedaan strata sosial, ras, suku, agama dan kebudayaan. Semua

itu perlu dipelajari, dipahami dan disadari melalui pembelajaran sehingga timbul

rasa persatuan, patriotisme, nasionalisme dan etos kerja negara Indonesia sejajar

dengan negara dan bangsa lain.

B. Kerangka Pemikiran

Uma Sekaran (Sugiyono, 2010: 91) mengemukakan bahwa “kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi.” Dalam penelitian ini, kerangka

berpikirnya diuraikan dalam beberapa kalimat berikut ini. Hasil belajar adalah

kemampuan, kecakapan yang diperoleh siswa setelah melakukan serangkaian

pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai kepada kegiatan akhir yang

berupa evaluasi pembelajaran. Pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan

kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Artinya

bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil

belajar siswa. Aktivitas siswa mempunyai peranan penting dalam pembelajaran,

tanpa adanya aktivitas siswa maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik,

akibatnya hasil belajar yang dikuasai siswa rendah.

Page 30: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

Keterangan: = Garis hubungan

XApersepsi

XHasil Belajar

41

Apersepsi merupakan bagian dari pembelajaran yang mempengaruhi hasil

belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu tes yang diberikan oleh guru kepada

siswa setelah melakukan serangkaian pembelajaran. Tes untuk mendapatkan nilai

hasil belajar bisa dengan tes tulis, tanya jawab langsung, maupun saat

pembelajaran berlangsung.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu apersepsi sebagai variabel

bebas (Independent Variable) yang dilambangkan dengan X dan hasil belajar

siswa sebagai variabel terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan dengan Y.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar

C. Hipotesis Penelitian

Tahap awal pembelajaran adalah waktu yang paling penting, karena sangat

menentukan keseluruhan pembelajaran. Peranan guru pada awal pembalajaran

adalah untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan kondusif. Untuk

menciptakan kondisi tersebut guru dapat melakukannya dengan cara membangun

apersepsi. Artinya, guru mencoba mengaitkan apa yang telah diketahui atau di

alami dengan apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran.

Page 31: BAB II SKRIPSI_Shirli_2012_Hubungan Antara Apersepsi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas V

42

Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya

dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan

fakta dilapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa

dihadapkan pada permasalahan inti dalam kegiatan pembelajaran. Ketidakbisaan

siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses menemukan konsep

ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu apersepsi, yang

akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai.

Riduwan (2010:37) menyatakan bahwa ‘hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh

peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori yang masih harus

diuji kebenarannya’. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan

antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD

Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.