materi ips sd kelas v

139
Materi IPS SD kelas V “Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia” Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu - Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India , Tiongkok , dan wilayah Timur Tengah . Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit . Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14 , kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670 . Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja . Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur , Majapahit . Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364 , Gajah Mada , berhasil memperoleh kekuasaan atas

Upload: susi-nur-khamidah

Post on 22-Jan-2016

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Materi IPS SD Kelas V

Materi IPS SD kelas V “Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia”

Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat

hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti

India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia

diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara

lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau

Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,

yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai

abad ke-16.

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit.

Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang

pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya

Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai

daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi

bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit

antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas

wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh

Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum

dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita

Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan

bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan

Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan

mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era

ini.

101 - Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit

Pallava membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu. [1]

Page 2: Materi IPS SD Kelas V

300 - Kerajaan-kerajaan di asia tenggara telah melakukan hubungan

dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2

M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional

misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan.

Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus,

cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam

masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan

Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.

300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi

Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa

Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan,

barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil

kerajinan.

400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah

kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain

prasasti, candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan

kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.

603 - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini

merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari

pedalaman Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan

Sriwijaya. {referensi?}

671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat

dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa

Sansekerta, kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru

melanjutkan perjalanannya ke India.

685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun

untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam

bahasa Tionghoa.

692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan

berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang

Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur

Page 3: Materi IPS SD Kelas V

barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya

meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya

juga menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut

China Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas

perdagangan antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan kekayaan

bagi kerajaan.

922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok

telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah

menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar

Tiongkok.

932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui

Prasasti Kebon Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [2]

1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera

dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco

Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.

1292 - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik

menjadi permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon

Maja yang berbuah pahit di tempat ini.[3]

1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan

Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik

takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.[3]

1293 - 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang

pengaruhnya membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan

Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang

kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab

Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan

cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.[3]

1345 -1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam

perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra

merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang

Page 4: Materi IPS SD Kelas V

dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra

adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.

1350 -1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam

Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan

di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa"

yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.

1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur

ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.[3]

1570 - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa

dihancurkan oleh Kesultanan Banten.

[sunting] Kerajaan Hindu/Buddha

[sunting] Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan

Kerajaan Kutai

Kerajaan Negara Daha

Kerajaan Negara Dipa

Kerajaan Kuripan

[sunting] Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa

Kerajaan Salakanagara (150-362)

Kerajaan Tarumanegara (358-669)

Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Mataram Hindu

Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)

Kerajaan Singasari (1222-1292)

Kerajaan Majapahit (1292-1527)

[sunting] Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra

Kerajaan Malayu Dharmasraya 1183–1347

Kerajaan Sriwijaya 600–1300

[sunting] Referensi

1. ̂ Tamadun 1900 tahun di Merbuk, Oleh OPAT RATTANACHOT,

Utusan Malaysia 9 April 2010.

Page 5: Materi IPS SD Kelas V

2. ̂ Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From

Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor,

Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007

3. ^ a b c d "Kronologi Kota Majapahit", Kompas, 5 Januari 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-

Buddha

Materi IPS SD kelas V “Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan

Islam di Indonesia”

Dipublikasi pada November 25, 2010 oleh sukarno

Peninggalan Sejarah dari Masa

Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia

Nenek moyang kita memiliki kebudayaan yang tinggi. Pada zaman

kerajaankerajaan

di Indonesia, telah dibuat berbagai bentuk bangunan. Pada masa Hindu–

Buddha dibangun candi-candi, sedangkan pada masa Islam banyak dibangun

masjid.

Bangunan-bangunan tersebut dinamakan peninggalan sejarah.

A. Peninggalan Hindu di Indonesia

1. Kedatangan Agama Hindu

Bukti tertulis atau prasasti tentang kedatangan agama Hindu di Indonesia

ditemukan di Kalimantan Timur (Kerajaan Kutai) dan di Bogor (Kerajaan

Tarumanegara). Prasasti itu dibuat pada batu dan ditulis dengan huruf Pallawa

dengan bahasa Sanskerta.

Agama Hindu masuk ke Indonesia pada tahun 78 Masehi. Sebelum

kedatangan agama Hindu, nenek moyang kita telah menganut kepercayaan

animisme dan dinamisme. Animisme adalah pemujaan terhadap roh nenek

moyang yang telah meninggal. Sedangkan, dinamisme adalah pemujaan terhadap

benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Dalam masyarakat Hindu kita mengenal adanya empat tingkatan masyarakat

Page 6: Materi IPS SD Kelas V

menurut kasta, yaitu sebagai berikut.

1. Kasta Brahmana : Para pendeta dan pemimpin upacara.

2. Kasta Ksatria : Para raja dan bangsawan.

3. Kasta Weisya : Para pedagang dan pekerja menengah.

4. Kasta Sudra : Para petani, buruh kecil, dan budak.

Ada anggapan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui

perdagangan dengan bangsa India. Para pedagang India menjual barang-barang

yang bernilai tinggi, seperti logam mulia, perhiasan, kain, wangi-wangian, dan

obat-obatan. Sedangkan, pedagang Indonesia menjual berbagai jenis kayu dan

rempah-rempah. Pembeli barang-barang yang diperdagangkan itu adalah kaum

bangsawan. Anggapan masuknya agama Hindu melalui pedagang India didukung

dengan adanya perkampungan kaum saudagar India yang dinamakan ”Kampung

Keling”. Salah satu ”Kampung Keling” yang tersisa ada di kota Medan.

Di dalam Agama Hindu dikenal dewa-dewa yang memiliki kekuatan luar

biasa, antara lain Dewa Agni (api), Dewa Bayu (angin), Dewa Candra (bulan),

Dewa Indera (perang), Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), dan

Dewa Siwa (perusak). Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa adalah Dewa tertinggi

yang disebut ”Tri Murti”.

Raja dianggap sebagai titisan dewa, maka raja juga sering dibuat patungnya.

Bangunan batu tempat menyimpan patung dan dijadikan tempat pemujaan

disebut candi. Fungsi candi juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang

milik raja.

Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda merupakan kitab yang berisi

filsafat dan ajaran agama. Keseluruhan alam pikiran dalam kitab Weda disebut

”Vedisme”. Semua isi kitab Weda bersangkutan dengan upacara agama, terutama

kurban. Kitab Weda terdiri dari empat bagian yang disebut ”Catur Weda”, yaitu

Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda.

Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu√Budha dan Islam di Indonesia 3

Selain memiliki candi dan pura, masyarakat Bali yang beragama Hindu

mengenal ritual tertentu, misalnya upacara ngaben (pembakaran jenazah)

dilakukan dengan tujuan agar roh dan jasad orang yang meninggal dapat kembali

Page 7: Materi IPS SD Kelas V

ke asalnya (Maha Atman).

Galungan dan Kuningan adalah hari raya umat Hindu Bali yang dirayakan

dua kali setahun. Hari raya Nyepi dirayakan setahun sekali, dengan melakukan

kegiatan diam dan mematikan semua penerangan di dalam rumah.

2. Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia

No. Kerajaan Berdiri Tempat Raja Terkenal

1. Kutai 400 M Kalimantan Timur Mulawarman

2. Tarumanegara 400 M Jawa Barat Purnawarman

3. Mataram Kuno 732 M Jawa Tengah Sanjaya, Balitung

4. Kediri 1100 M Jawa Timur Jayabaya

5. Singasari 1222 M Jawa Tengah Ken Arok, Kertanegara

6. Majapahit 1292 M Jawa Timur Hayam Wuruk

3. Candi-candi Peninggalan Hindu

Agama Hindu banyak meninggalkan candi-candi, di antaranya adalah sebagai

berikut.

No. Nama Lokasi/Tempat

1. Candi Gunung Wukir Daerah Magelang, Jawa Tengah

2. Candi Dieng Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah

3. Candi Gedongsongo Ungaran, Jawa Tengah

4. Candi Penataran Jawa Timur

5. Candi Muara Takus Jambi

Candi-candi Hindu biasanya berfungsi sebagai tempat untuk pemujaan

terhadap Dewa Tri Murti. Dalam candi ada arca dan ruang khusus untuk

pemujaan.

Kecuali bentuk candi, ada pula

peninggalan Hindu yang berbentuk upacara

tradisional yang dilakukan pada waktuwaktu

tertentu.

Di Gunung Bromo, suku Tengger biasa

melaksanakan upacara Kasadha yang

dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini

Page 8: Materi IPS SD Kelas V

merupakan budaya peninggalan Hindu

Syiwa yang masih dilestarikan masyarakat

suku Tengger sampai sekarang.

Pernahkah daerahmu mengadakan

upacara adat atau tradisional? Coba

sebutkan apa saja yang kamu ketahui

tentang upacara itu!

B. Peninggalan Buddha di Indonesia

1. Ajaran Buddha

Inti ajaran Buddha adalah Dharma, yaitu sejumlah aturan atau kewajiban

yang harus dilakukan oleh pengikutnya sebagai bagian dari alam semesta.

Aturan itu bertujuan agar manusia melepaskan diri dari kekangan karma

agar mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Nirwana. Proses kehidupan manusia

saat ini merupakan kelanjutan kehidupan sebelumnya. Ini disebut penitisan

(reinkarnasi). Kehidupan dan proses penitisan itu pada dasarnya adalah

penderitaan, hukuman, dan karma. Agar manusia lepas dari penderitaan,

hukuman, dan karma, manusia harus berlaku benar, berniat benar, berbicara

benar, berusaha benar, dan berkehidupan benar.

Kitab suci agama Buddha adalah ”Tripitaka”. Menurut kepercayaan agama

Buddha, alam semesta dibagi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Kamadhatu : Tingkat paling rendah, di mana manusia masih

dipengaruhi oleh nafsu yang tidak baik. Pada tahap

ini, manusia tidak ada bedanya dengan binatang buas.

2. Rupadhatu : Tingkat kedua di mana manusia berusaha memerangi

hawa nafsu yang tidak baik. Pada tahap

ini, manusia berjuang mengatasi godaan-godaan untuk

melepaskan hawa nafsu yang tidak baik tersebut.

3. Arupadhatu : Tahap di mana manusia mencapai kesempurnaan dan

terlepas dari urusan duniawi.

Tokoh ajaran Buddha adalah Sidharta

Gautama atau Sang Buddha Gautama.

Page 9: Materi IPS SD Kelas V

Kesederhanaan Sang Buddha merupakan ciri

utama yang diikuti oleh para biksu (laki-laki) dan

biksuni (perempuan) di Wihara.

Perlengkapan hidup yang boleh dimiliki oleh

seorang biksu atau biksuni hanya tiga macam,

yaitu sebuah mangkuk untuk makan, jarum untuk

menjahit baju, dan pisau untuk mencukur rambut.

Simbol kekayaan yang dimiliki oleh penganut Buddha digambarkan dalam bentuk

”stupa” yang merupakan gambaran tumpukan baju, mangkuk yang

ditelungkupkan, dan tongkat atau jarum di atasnya.

2. Peninggalan Buddha

Candi-candi dengan stupa di atasnya merupakan simbol tempat peribadatan

agama Buddha.

Pernahkah kamu mengunjungi Candi

Borobudur? Perhatikan gambar di samping!

Candi Borobudur terletak di Magelang,

Jawa Tengah. Candi ini terdiri dari tiga

tingkatan yang menggambarkan Kamadhatu,

Rupadhatu, dan Arupadhatu.

a. Kamadhatu adalah dasar candi dengan

kaki candi tertutup 13.000 m3 batu serta

160 relief tersembunyi.

b. Rupadhatu, terdiri dari empat lorong

dengan 1.300 gambar relief. Jika

diukur, panjang seluruhnya mencapai 2,5

km dengan 1.212 panel berukir.

c. Arupadhatu, dengan bentuk lingkaran-lingkaran yang memuat 72 patung

Buddha di dalam stupa terawang dan satu stupa induk besar. Lebar tiap sisi

candi 123 m. Seluruh bahan termasuk dasar candi, terdiri dari 55.000 m3

batu andesit. Jumlah patung 504 patung Buddha, 72 terletak pada stupa

terawang, sedangkan 432 dalam relung terbuka.

Page 10: Materi IPS SD Kelas V

Ayo, perhatikan gambar berikut!

Candi-candi Buddha lainnya, antara lain Candi Kalasan, Candi Sari,

Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Plaosan, dan Candi Sewu.

Untuk mengenang kebesaran Sang Buddha Gautama banyak candi

diberi hiasan patung Siddharta Gautama.

Upacara tradisi agama Buddha dilaksanakan setiap tahun. Tujuannya

adalah untuk mengenang kelahiran, kematian, dan moksa-nya sang Buddha.

Upacara itu disebut ”Tri Suci Waisak” yang dilaksanakan di kawasan Candi

Borobudur. Peringatan Tri Suci Waisak memiliki daya tarik wisata baik

domestik maupun mancanegara.

Kamu telah mendapatkan beberapa contoh peninggalan Buddha di

Indonesia termasuk tradisi yang dilakukan. Coba amati dan catat dalam bukumu

beberapa peninggalan Buddha yang mungkin ada di sekitar tempat tinggalmu!

C. Peninggalan Islam di Indonesia

1. Masuknya Agama Islam

Agama Islam lahir di Tanah Arab oleh Nabi Muhammad saw. yang dilahirkan

pada tanggal 12 Rabiulawal 571 M (20 April 571 M). Beliau adalah putra dari

Abdullah bin Abdul Mutholib dengan Aminah binti Wahab, dari suku bangsa

Qura’isy.

Pada tanggal 17 Ramadhan 610 M (6 Agustus 610 M) ketika Muhammad

sedang menyendiri dalam Gua Hira, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan

wahyu yang pertama. Peristiwa itu dikenal sebagai Nuzulul Qur’an (turunnya

wahyu Qur’an pertama) yang menjadi kitab suci agama Islam.

Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang

Gujarat, Arab, dan Persia. Sambil berdagang, mereka membawa pengaruh dan

menyebarkan ajaran Islam.

Gambar 1.9 Peringatan Tri Suci

Waisak di Candi Borobudur

Sumber: Ensiklopedi Umum

untuk Pelajar, Penerbit

PT Ichtiar Baru van Hoeve

Page 11: Materi IPS SD Kelas V

Tahun 2005

Gambar 1.8 Patung

sang Buddha Gautama

Sumber: http://

buddhism.2be.net

8 Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI Kelas V

Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira pada abad ke-7. Dalam

perkembangannya, pada abad ke-13 terbentuk masyarakat muslim di Indonesia.

Pada saat itu, kerajaan pertama yang bercorak Islam adalah Kerajaan

Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di Aceh bagian utara (sekarang Kabupaten

Lhokseumawe), dengan rajanya bernama Malikus Shaleh. Raja yang terkenal

membawa kemajuan pesat adalah Sultan Iskandar Muda.

Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur. Di antaranya,

jalur perdagangan, perkawinan, jalur pendidikan, serta jalur seni dan budaya.

a. Jalur Perdagangan

Perdagangan dan pelayaran berfungsi sebagai sarana dalam menyiarkan

agama Islam. Kota dagang yang mula-mula menjadi Islam adalah Samudera

Pasai. Pada abad ke-14, Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat

Gambar 1.10 Peta persebaran agama Islam

Sumber: Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, Penerbit PT Ichtiar Baru van Hoeve

Tahun 2005

Gambar 1.11 Suasana perdagangan di Banten pada abad ke-14 M

Sumber: ahmadsamantho.files.wordpress.com

Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu√Budha dan Islam di Indonesia 9

pengembangan Islam. Di Pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota

pelabuhan Banten, Cirebon, Demak, Tuban, dan Gresik.

b. Perkawinan

Para pedagang dari luar Nusantara banyak yang menikah dengan

penduduk asli sehingga lambat laun mereka juga menganut agama Islam.

c. Jalur Pendidikan

Munculnya pesantren-pesantren yang mendapat perlindungan dari

Page 12: Materi IPS SD Kelas V

penguasa, mempercepat perkembangan Islam di Nusantara. Sekarang kita

mengenal pondok pesantren, pesantren modern, dan pesantren kilat.

d. Jalur Seni dan Budaya

Seni juga dapat menjadi sarana berkembangnya agama Islam di

Nusantara. Contohnya adalah seni bangunan, seni ukir, seni tari, seni suara,

adat istiadat, dan seni sastra.

2. Beberapa Peninggalan Islam

Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia, antara lain Samudera Pasai

(abad ke-13), Kerajaan Aceh (1514), Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, Kerajaan

Ternate, Kerajaan Tidore, dan Kerajaan Gowa–Tallo.

Berikut peninggalan-peninggalan dari masa kejayaan kerajaan Islam.

a. Bangunan : Masjid, gerbang/gapura masjid.

Misalnya: Masjid Agung Demak.

b. Seni ukir : Ukiran kayu/batu yang bercorak Islami dan

berkembang menjadi kaligrafi, misalnya di Jepara.

c. Seni wayang : Wayang kulit pada masa Sunan Kalijaga.

d. Seni sastra : Syair Melayu ajaran Hamzah Fansuri, Hikayat Banjar.

e. Kitab/primbon : Kitab bercorak kegaiban, berisi ramalan dan

penetapan hari baik yang ditulis oleh Sunan Bonang.

f. Adat istiadat : 1. Makuta Alam, merupakan percampuran adat

Aceh dan Islam.

2. Grebeg Maulud di Keraton Cirebon dan Yogyakarta.

Tulisan ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

http://blog.unnes.ac.id/proklamatorsukarno/2010/11/25/materi-ips-sd-kelas-v-

%E2%80%9Cpeninggalan-sejarah-dari-masa-hindu-buddha-dan-islam-di-

indonesia%E2%80%9D/

Page 13: Materi IPS SD Kelas V

Kamis, 27 Januari 2011

PELAJARAN IPS KELAS V SD

PELAJARAN IPS KELAS V SD

PENINGGALAN SEJARAH DARI MASA HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI

INDONESIA

Nenek moyang kita memiliki kebudayaan yang tinggi. Pada zaman kerajaan-

kerajaan di Indonesia telah dibuat berbagai bentuk bangunan. Pada masa Hindu-

Budha dibangun candi-candi, sedangkan pada masa Islam dibangun masjid.

Bangunan-bangunan tersebut dinak\makan peninggalan sejarah.

A. Peninggalan Hindu di Indonesia

1. Kedatangan Agama Hindu

Bukti tertulis/ prasasti tentang kedatangan agama Hindu di Indonesia ditemukan

di Kalimantan Timur (Kerajaan Kutai) dan di Bogor (Kerajaan Tarumanegara).

Prasasti itu dibuat pada batu dan ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa

Sansekerta. Agama Hindu masuk ki Indonesia pada tahun 78 M. Sebelum

kedatangan agama Hindu, nenek moyang kita telah menganut kepercayaan

Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah pemujaan terhadap roh nenek

moyang yang telah meninggal. Sedangkan Dinamisme adalah pemujaan terhadap

benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Dalam masyarakat Hindu kita mengenal adanya empat tingkatan masyarakat

menurut kasta, yaitu:

1. kasta Brahmana

Para pendeta dan pemimpin upacara.

2. kasta Ksatria

Para raja dan bangsawan.

3. kasta Waisya

Para pedagang dan pekerja menengah.

4. kasta Sudra

Para petani dan budak.

Agama Hindu masuk ke Indonesia melalui perdagangan dengan bangsa India.

Para pedagang India menjual barang-barang yang bernilai tinggi, seperti logam

Page 14: Materi IPS SD Kelas V

mulia, perhiasan, kain, wangi-wangian dan obat-obatan. Sedangkan Indonesia

menjual berbagai jenis kayu dan rempah-rempah. Pembeli barang-barang yang

diperdagangkan itu adalah kaum bangsawan.

Didalam Agama Hindu dikenal dewa-dewa yang memiliki kekuatan luarbiasa,

antara lain: Dewa Agni (Api), Dewa Bayu ( Angin), Dewa Candra ( Bulan), Dewa

Indera (Perang), Dewa Brahma (Pencipta), Dewa Wisnu (Pemelihara) dan Dewa

Siwa (Perusak). Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa adalah Dewa tertinggi yang

disebut “Tri Murti”.

Raja dianggap sebagai titisan dewa, maka raja juga sering dibuat patungnya.

Bangunan batu tempat menyimpan patung dan dijadikan tempat pemujaan disebut

candi. Fungsi candi juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang milik raja

Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda merupakan kitab yang berisi filsafat

dan ajaran agama. Keseluruhan alam pikiran dalam kitab Weda disebut

“Vedisme”. Semua isi kitab Weda bersangkutan dengan upacara agama, terutama

kurban. Kitab Wedaterdiri dari empat bagian yang disebut “Catur Weda”, yaitu

Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda dan Atharwa Weda.

Selain memiliki candi dan pura, masyarakat Bali yang beragama Hindu mengenal

ritual tertenti, misalnya upacara Ngaben (Pembakaran Jenazah) dilakukan dengan

tujuan agar roh dan jasad orang yang meninggal kembali ke asalnya (Maha

Atman). Galungan dan Kuningan adalah hari raya umat Hindu Bali yang

dirayakan dua kali setahun. Hariraya Nyepi dirayakan setahun sekali, dengan

melakukan kegiatan diam dan mematikan semua penerangan di dalam rumah.

2. Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia

1. Kutai 400 M di Kalimantan Timur dengan Raja yang terkenal Raja

Mulawarman

2. Tarumanegara 400 M di Jawa Barat dengan raja yang terkenal Raja

Purnawarman

3. Matram Kuno 732 M di Jawa Tengah dengan raja yang terkenal Raja Sanjaya,

Balitung

4. Kediri 1100 M di Jawa Timur dengan raja yang terkenal Raja Jaya Baya

5. Singasari 1222 Mdi Jawa Tengah dengan raja yang terkenal Raja Ken Arok,

Page 15: Materi IPS SD Kelas V

Kertanegara

6. Majapahit 1292 M di Jawa Timur dengan raja yang terkenal Raja Hayam

Wuruk.

3. Candi-candi Peninggalan Hindu

1. Candi Gunung Wukir Daerah Magelang, Jawa Tengah

2. Candi Dieng Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah

3. Candi Gedongsongo Ungaran, Jawa Tengah

4. Candi Muara Takus Jambi

B. Peninggalan Budha di Indonesia

1. Ajaran Budha

Inti ajaran Budha adalah Dharma, yaitu sejumlah aturan atau kewajiban yang

harus dilakukan oleh pengikutnya sebagai bagian dari alam semesta. Aturan itu

bertujuan agar manusia melepaskan diri dari kekangan karma agar mencapai

kesempurnaan hidup. Yaitu Nirwana. Proses kehidupan manusia saat ini

merupakan kelanjutan kehidupan sebelumnya yang disebut dengan penitisan

(reinkarnasi). Kehidupan dan proses penitisan itu pada dasarnya adalah

penderitaan, hukuman dan karama. Agar manusia lepas dari penderitaan,

hukuman dan karma, manusia harus berlaku benar, berniat benar, berbicara benar,

berusaha benar dan berkehidupan benar.

Kitab suci agama Budha adalah “Tripitaka”. Menurut kepercayaan agama Budha,

alam semesta dibagi tiga yaitu:

1. Kamadhatu

Tingkat paling rendah, dimana manusia masih dipengaruhi oleh nafsu yang tidak

baik. Pada tahap ini manusia tidak ada bedanya dengan binatang buas.

2. Rupadhatu

Tingkat kedua diman manusia berusaha memerangi hawa nafsu yang tidak baik.

Pada tahap ini manusia berjuang mengatasi godaan-godaan untuk mel;epaskan

hawa nafsu yang tidak baik tersebut.

3. Arupadhatu

Page 16: Materi IPS SD Kelas V

Tahap dimana manusia mencapai kesempurnaan dan terlepas dari urusan duniawi.

Tokoh agama Budha adalah Sidharta Gautama atau Sang Budha Gautama.

Kesederhanaan sang Budha merupakan ciri utama yang diikuti oleh para biksu

(laki-laki) dan biksuni (perempuan) di Wihara. Perlengkapan hidup yang boleh

dimiliki oleh seorang biksu atau biksuni hanya 3 macam yaitu sebuah mangkuk

untuk makan, jarum untuk menjahit baju dan pisau untuk memcukur rambut.

Symbol kekayaan yang dimiliki oleh penganut Budha digambarkan dalam bentuk

“Stupa” yang merupakan gambaran tumpukan baju, mangkuk yang

ditelungkupkan dan tongkat atau jarum diatasnya.

2. Peninggalan Budha

Candi-candi dengan stupa diatasnya merupakan symbol tempat peribadatan agama

Budha. Seperti Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi

ini terdiri dari 3 tingkatan yang menggambarakan Kamadhatu, Rupadhatu dan

Arupadhatu.

Candi-candi Budha lainnya antara lain: Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut,

Candi Pawon, Candi Plaosan dan Candi Sewu.

C. Peninggalan Islam di Indonesia

1. Masuknya Agama Islam

Agama dan peradaban Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang

Gujarat, Arab dan Persia. Sambil berdagang mereka membawa pengaruh dan

menyebarkan ajaran Islam. Para pedagang muslim masuk ke Indonesia kira-kira

pada abad ke 7. dalam perkembangannya, pada abad ke 13 terbentuk masyarakat

muslim di Indonesia

Kerajaan pertama yang bercorak Islam adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan

ini terletak di Aceh bagiam utara (sekarang kabupaten Lhoksumawe) dengan

rajanya Malikus Shaleh. Raja yang terkenal membawa kemajuan pesat adalah

Sultan Iskandar Muda.

Penyebaran agama Islam di Indonesia melalui beberapa jalur, diantaranya:

a. Jalur Perdagangan

Perdagangan dan pelayaran berfungsi sebagai sarana dalam menyiarkan agama

Page 17: Materi IPS SD Kelas V

Islam. Pada abad ke 14 Malaka menjadi pusat perdagangan dan pusat

pengembangan Islam. Di pulau Jawa, Islam berkembang dari kota-kota pelabuhan

Banten, Cirebon, Demak, Tuban dan Gresik.

b. Perkawinan

Para pedagang dari luar Nusantara banyak yang menikah dengan penduduk asli

sehingga lambat laun mereka juga menganut Islam

c. Jalur Pendidikan

Munculnya pesantren-pesantren yang mendapat perlindungan dari penguasa,

mempercepat perkembangan Islam di Nusantara.

d. Jalur Seni dan Budaya

Seni juga dapat menjadi sarana berkembangnya agama Islam di Nusantara.

Contohnya adalah seni ukir, seni tari, seni suara, adapt istiadat dan seni sastra.

2. Beberapa Peninggalan Islam

a. Bangunan: Masjid, gerbang/ gapura masjid

Misalnya: Masjid Agung Demak

b. Seni Ukir: ukiran kayu/ batu yang bercorak Islami dan berkembang menjadi

kaligrafi, misalnya di jepara

c. Seni Wayang: wayang kulit pada masa Sunan Kalijaga

d. Seni sastra: Syair Melayu ajaran Hamzah Fansuri, Hikayat Banjar

e. Kitab/ Primbon: kitab bercorak kegaiban, berisi ramalan dan penetapan hari

baik yang ditulis oleh Sunan Bonang

f. Adat Istiadat

Makuta Alam, merupakan percampuran adapt Aceh dan Islam.

Diposkan oleh atiek andella di 03:01

http://atiekandella.blogspot.com/2011/01/pelajaran-ips-kelas-v-sd.html

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akurasi Terperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini bagian dari seri

Page 18: Materi IPS SD Kelas V

Sejarah Indonesia

Sejarah Nusantara

Pra-Kolonial (sebelum 1509)

Pra-sejarah

Kerajaan Hindu-Buddha

Kerajaan Islam

Zaman kolonial (1509-1945)

Era Portugis (1509-1602)

Era VOC (1602-1800)

Era Belanda (1800-1942)

Era Jepang (1942-1945)

Sejarah Republik Indonesia

Proklamasi (17 Agustus 1945)

Masa Transisi (1945-1949)

Era Orde Lama (1950-1959)

Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Operasi Trikora (1960-1962)

Konfrontasi Indo-Malaya (1962-1965)

Gerakan 30 September 1965

Era Orde Baru (1966-1998)

Gerakan Mahasiswa 1998

Era Reformasi (1998-sekarang)

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat

hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti

India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia

diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara

Page 19: Materi IPS SD Kelas V

lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau

Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha,

yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai

abad ke-16.

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit.

Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang

pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya

Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai

daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi

bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit

antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas

wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh

Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum

dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita

Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan

bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan

Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan

mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era

ini.

Daftar isi

1 Kronologi

2 Kerajaan Hindu/Buddha

o 2.1 Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan

o 2.2 Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa

o 2.3 Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra

3 Referensi

Kronologi

Gaya penulisan artikel atau bagian ini tidak atau kurang cocok untuk

Wikipedia.

Page 20: Materi IPS SD Kelas V

Silakan lihat halaman pembicaraan. Lihat juga panduan menulis artikel yang lebih

baik.

101 - Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit

Pallava membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu. [1]

300 - Kerajaan-kerajaan di asia tenggara telah melakukan hubungan

dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2

M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional

misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan.

Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus,

cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam

masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan

Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.

300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi

Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa

Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan,

barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil

kerajinan.

400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah

kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain

prasasti, candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan

kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.

603 - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini

merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari

pedalaman Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan

Sriwijaya. {referensi?}

671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat

dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tatabahasa

Sansekerta, kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru

melanjutkan perjalanannya ke India.

Page 21: Materi IPS SD Kelas V

685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun

untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam

bahasa Tionghoa.

692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan

berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang

Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur

barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya

meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya

juga menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut

China Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas

perdagangan antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan kekayaan

bagi kerajaan.

922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok

telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah

menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar

Tiongkok.

932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui

Prasasti Kebon Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. [2]

1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera

dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco

Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.

1292 - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik

menjadi permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon

Maja yang berbuah pahit di tempat ini.[3]

1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan

Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik

takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.[3]

1293 - 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang

pengaruhnya membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan

Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang

kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab

Page 22: Materi IPS SD Kelas V

Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan

cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.[3]

1345 -1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam

perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra

merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang

dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra

adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.

1350 -1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam

Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan

di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa"

yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.

1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur

ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.[3]

1570 - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa

dihancurkan oleh Kesultanan Banten.

Kerajaan Hindu/Buddha

Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan

Kerajaan Kutai

Kerajaan Negara Daha

Kerajaan Negara Dipa

Kerajaan Kuripan

Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa

Kerajaan Salakanagara (150-362)

Kerajaan Tarumanegara (358-669)

Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Mataram Hindu

Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)

Kerajaan Singasari (1222-1292)

Kerajaan Majapahit (1292-1527)

Page 23: Materi IPS SD Kelas V

Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra

Kerajaan Malayu Dharmasraya 1183–1347

Kerajaan Sriwijaya 600–1300

Referensi

1. ̂ Tamadun 1900 tahun di Merbuk, Oleh OPAT RATTANACHOT,

Utusan Malaysia 9 April 2010.

2. ̂ Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From

Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor,

Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007

3. ^ a b c d "Kronologi Kota Majapahit", Kompas, 5 Januari 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-

Buddha

Kerajaan Kutai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Salah satu yupa dengan inskripsi, kini di Museum Nasional Republik Indonesia,

Jakarta

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki

bukti sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,

tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli

mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi

Page 24: Materi IPS SD Kelas V

kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama

kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

Sejarah

Yupa

Prasasti Kerajaan Kutai

Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan

yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama

bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu

yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu

adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya

menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama

Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta

bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan

Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum

menganut agama Budha.

Aswawarman

Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu.

Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar

Page 25: Materi IPS SD Kelas V

Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang

putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa

pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah

kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai

hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya

komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia

tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran

Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda

dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai

Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan

dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi

kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

Page 26: Materi IPS SD Kelas V

Peta Kecamatan Muara Kaman

1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman

2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)

3. Maharaja Mulawarman

4. Maharaja Marawijaya Warman

5. Maharaja Gajayana Warman

6. Maharaja Tungga Warman

7. Maharaja Jayanaga Warman

8. Maharaja Nalasinga Warman

9. Maharaja Nala Parana Tungga

10. Maharaja Gadingga Warman Dewa

11. Maharaja Indra Warman Dewa

12. Maharaja Sangga Warman Dewa

13. Maharaja Candrawarman

14. Maharaja Sri Langka Dewa

15. Maharaja Guna Parana Dewa

16. Maharaja Wijaya Warman

17. Maharaja Sri Aji Dewa

18. Maharaja Mulia Putera

19. Maharaja Nala Pandita

20. Maharaja Indra Paruta Dewa

21. Maharaja Dharma Setia

Lain-lain

Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli

orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Sementara

putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.Hal

ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari bahasa

Sangsekerta.Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama masyarakat

atau penduduk India bagian Selatan.

Pranala luar

Sumber juga dapat dilihat di situs web Royal Ark:

Page 27: Materi IPS SD Kelas V

(Inggris)http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/kutai2.htm

(Indonesia) Labok keturunan Kutai Martapura

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai

Majapahit

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Kerajaan Majapahit)

Langsung ke: navigasi, cari

Untuk kegunaan lain dari Majapahit, lihat Majapahit (disambiguasi).

Majapahit

← 1293–1527 →

Surya Majapahit*

Peta wilayah kekuasaan Majapahit

berdasarkan Nagarakertagama; keakuratan

wilayah kekuasaan Majapahit menurut

penggambaran orang Jawa masih

diperdebatkan.[1]

Ibu kota

Majapahit,

Wilwatikta

(Trowulan)

Page 28: Materi IPS SD Kelas V

BahasaJawa Kuno,

Sansekerta

Agama Hindu, Buddha

Pemerintahan Monarki

Raja

 - 1295-1309Kertarajasa

Jayawardhana

 - 1478-1498 Girindrawardhana

Sejarah

 - Penobatan Raden

Wijaya10 November 1293

 - Invasi Demak 1527

Mata uang

Koin emas dan perak,

kepeng (koin

perunggu yang

diimpor dari

Tiongkok)

*Surya Majapahit adalah lambang yang

umumnya dapat ditemui di reruntuhan

Majapahit, sehingga Surya Majapahit

mungkin merupakan simbol kerajaan

Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar

tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan

mejadi Kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas pada masa

kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai

Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah

Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya,

Page 29: Materi IPS SD Kelas V

Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih

diperdebatkan.[3]

[sunting] Historiografi

Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit,[4] dan sejarahnya tidak jelas.[5] Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab

Raja-raja') dalam bahasa Kawi dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno.[6]

Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun

juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit.

Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada

masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa

itu, hal yang terjadi tidaklah jelas.[7] Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam

bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.[7]

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut dipertentangkan. Tidak dapat

disangkal bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos.

Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan

catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui

masa depan.[8] Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa

garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan

sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang

tampak cukup pasti.[5]

Page 30: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Sejarah

[sunting] Berdirinya Majapahit

Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran

Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi

Museum Nasional Republik Indonesia.

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di

Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di

Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi[9] ke Singhasari yang

menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak

untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak

wajahnya dan memotong telinganya.[9][10] Kublai Khan marah dan lalu

memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran

Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,

menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian

diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu

dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari

Page 31: Materi IPS SD Kelas V

buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan

Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik

menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang

kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing.[11]

[12] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin

muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi

di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit

adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika

tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia

dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini

menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa, termasuk

Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun

pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa

mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua

orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan.

Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan

dipenjara, dan lalu dihukum mati.[12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang

berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan

Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton

Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca.

Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi

Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni

menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu

Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai

Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa

yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan

membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan

Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara.

Page 32: Materi IPS SD Kelas V

Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia

diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

[sunting] Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, ukiran emas apsara (bidadari surgawi) gaya

khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit

sebagai "zaman keemasan" di kepulauan nusantara.

Page 33: Materi IPS SD Kelas V

Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350

hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan

bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364),

Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan

Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi,

kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina [13] .

Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan

Majapahit.

Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah

kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat

Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin

berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa,

Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-

dutanya ke Tiongkok.[14][2]

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh

jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan

politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri

Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya.[15] Pihak Sunda menganggap lamaran ini

sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta

keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk

Page 34: Materi IPS SD Kelas V

dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini

sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit.

Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan

Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan,

keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh

rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.[16] Tradisi

menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam

melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya.[17]

Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang

disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton

tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya

keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra

yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga

menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari

Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di

berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan

Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya

mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam

pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan

Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi

ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.[18]

Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit

melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.[2]

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau

dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit

nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan

di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama

Islam mulai memasuki kawasan ini.

Page 35: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Jatuhnya Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-

angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit

memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam

Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri,

pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari

selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta.[5] Perang saudara

yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara

Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi

Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.

Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah

taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti

Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China,

tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun

1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan

Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak,

Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya,

Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri

kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi.

Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik

laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre

Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di

Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja

akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta

pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh

Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak

terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja

Majapahit.[7].

Page 36: Materi IPS SD Kelas V

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah

mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15,

pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan,

sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan

Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara[19]. Di bagian barat kemaharajaan

yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan

Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat

Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa

jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per

satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala

Lumpur, Malaysia.

Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke

pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah disana

hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478

Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit

menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga

1519 dengan gelar Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit

telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-

kerajaan Islam di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun

1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim

pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan[20]) hingga tahun 1527.

Page 37: Materi IPS SD Kelas V

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi

sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya

Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478

Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun

demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah

gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana [21] .

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah

mengalahkan Kertabhumi [21] dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri).

Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena

penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak

pada tahun 1527.[22] Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota

keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar

untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama ini

mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan

kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan

Majapahit[23]. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan)

Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah

Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja

Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta)

mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari

tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan

Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M[21].

Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan

Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit,

sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan

Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di

bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya

masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat

Page 38: Materi IPS SD Kelas V

Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan

Bromo dan Semeru

Kebudayaan

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu

kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna

indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap

serat aren, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga

gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis

yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".

— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun,

dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang

rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan

Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit

datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara

sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan

sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung

dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah

taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas.[24]

Page 39: Materi IPS SD Kelas V

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan

perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha,

Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja

dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama

sekali tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat

beberapa pegawai atau abdi istana muslim saat itu.[2]

Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek

Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya[25]. Candi-candi Majapahit

berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan

merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit

yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu

di Trowulan, Mojokerto.

".... Raja [Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya

berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja

pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar,

tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya

pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang

melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil

mengalahkannya."

— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).[26]

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit

didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan

dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi

beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan.

Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia

berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus

hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar

hingga mencapai Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali

ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra

menuju Eropa pada 1330.

Page 40: Materi IPS SD Kelas V

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci

nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja

bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala,

dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat

mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan

raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan

berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan disini tak lain adalah

Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa

pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Celengan zaman Majapahit, abad 14-15 Masehi Trowulan, Jawa Timur. (Koleksi

Museum Gajah, Jakarta)

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan [14] . Pajak

dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal

mata uang sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medang yang menggunakan

butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa

pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi:

keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang

tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin

China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang

penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa

Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit.[27] Alasan

Page 41: Materi IPS SD Kelas V

penggunaan uang logam atau koin asing ini tidak disebutkan dalam catatan

sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli menduga bahwa dengan semakin

kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang pecahan kecil atau uang receh

dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat digunakan dalam aktivitas ekonomi

sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh

uang emas dan perak yang mahal.[24]

Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu

dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka

tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu

penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa).[24] Prasasti dari masa Majapahit

menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari

pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging.

Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman

sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata

pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.

Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa

pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas

impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari

besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan

tembaga [28] . Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma

dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana

raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. [29]

Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama; lembah sungai

Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok

untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai

infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua;

pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan

penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-

rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang

melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.[24]

Page 42: Materi IPS SD Kelas V

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah

menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam,

dan China. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap

semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan

internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari

India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat

lain di wilayah Majapahit di Jawa[30].

Struktur pemerintahan

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu

Majapahit ibunda Hayam Wuruk.

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur

pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan birokrasi

tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya [31]. Raja

dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik

tertinggi.

Page 43: Materi IPS SD Kelas V

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan,

dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja

biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:

Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja

Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang

melaksanakan pemerintahan

Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan

Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting

yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan

sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan

kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan

pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut

Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari [12] ,

terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa.

Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar

Bhre. Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini

hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan

mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola

pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di

Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian

wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:

1. Bhumi : kerajaan, diperintah oleh Raja

2. Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau

bhre (pangeran atau bangsawan)

3. Watek: dikelola oleh wiyasa,

4. Kuwu: dikelola oleh lurah,

Page 44: Materi IPS SD Kelas V

5. Wanua: dikelola oleh thani,

6. Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

No Provinsi Gelar Penguasa

Hubunga

n dengan

Raja

1

Kahuripan

(atau

Janggala,

sekarang

Surabaya)

Bhre

Kahuripan

Tribhuwanatunggadew

iibu suri

2

Daha (bekas

ibukota dari

Kediri)

Bhre Daha Rajadewi Maharajasa

bibi

sekaligus

ibu mertua

3

Tumapel

(bekas

ibukota dari

Singhasari)

Bhre

TumapelKertawardhana ayah

4

Wengker

(sekarang

Ponorogo)

Bhre

WengkerWijayarajasa

paman

sekaligus

ayah

mertua

5

Matahun

(sekarang

Bojonegoro)

Bhre

MatahunRajasawardhana

suami dari

Putri

Lasem,

sepupu

raja

6

Wirabhumi

(

Blambangan)

Bhre

Wirabhum

i

Bhre Wirabhumi1 anak

7 Paguhan Bhre Singhawardhana saudara

Page 45: Materi IPS SD Kelas V

Paguhanlaki-laki

ipar

8 KabalanBhre

KabalanKusumawardhani2

anak

perempuan

9 PawanuanBhre

PawanuanSurawardhani

keponakan

perempuan

10

Lasem (kota

pesisir di

Jawa Tengah)

Bhre

LasemRajasaduhita Indudewi sepupu

11

Pajang

(sekarang

Surakarta)

Bhre

PajangRajasaduhita Iswari

saudara

perempuan

12

Mataram

(sekarang

Yogyakarta)

Bhre

MataramWikramawardhana2

keponakan

laku-laki

Catatan:1 Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi

(blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut

sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan

Nagawardhani, keponakan perempuan raja.2 Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan

Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu

menjadi pewaris tahta.

Sedangkan dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan

Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang

bergelar Bhre.[32] Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:

Daha

Jagara

ga

Kabala

Kahuripan

Keling

Kelinggap

ura

Kemba

ng

Jenar

Matahu

Singhapu

ra

Tanjungp

ura

Wengke

r

Wirabu

mi

Page 46: Materi IPS SD Kelas V

n n

Pajang

Tumapel

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan

Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran

pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun

terbentuk:

Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit

atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki

era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibukota kerajaan dan

wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan

pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan

semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang

merupakan kerabat dekat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara

langsung dipengaruhi oleh budaya Jawa, dan wajib membayar upeti

tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau

raja pribumi, yang kemungkinan membentuk aliansi atau menikah dengan

keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat

dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan

luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati

otonomi internal yang cukup penting. Termasuk didalamnya daerah Pulau

Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung,

Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, adalah area yang tidak merefleksikan kebudayaan Jawa, tetapi

termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan.

Mereka menikmati otonomi yang cukup dan kebebasan internal, dan

Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau

tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat

mengancam Majapahit akan menghasilkan reaksi keras. Termasuk dalam

area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa

Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Page 47: Materi IPS SD Kelas V

Ketiga kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan

tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai

hubungan diplomatik luar negeri:

Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan

(aturan) yang sama". Hal itu menunjukkan negara independen luar negeri

yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam

kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa asing

adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya dari Thailand), Dharmmanagari

(Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari

(kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan

Yawana (Annam).[33] Mitreka Satata dapat dianggap sebagai aliansi

Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China dan India

tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan

hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Raja-raja Majapahit

Page 48: Materi IPS SD Kelas V

Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit. Penguasa

ditandai dalam gambar ini.[34]

Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang

dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada akhir abad ke-13.

Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode

kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan

Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan

keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok[7].

Nama Raja Gelar Tahun

Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309

Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328

Sri Gitarja Tribhuwana

Wijayatunggadewi

1328 - 1350

Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389

Wikramawardhana 1389 - 1429

Suhita 1429 - 1447

Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451

Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453

Purwawisesa atau

Girishawardhana

Brawijaya III 1456 - 1466

Bhre Pandansalas, atau

Suraprabhawa

Brawijaya IV 1466 - 1468

Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478

Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498

Hudhara Brawijaya VII 1498-

1518 [35]

Page 49: Materi IPS SD Kelas V

Warisan sejarah

Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für Indische

Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa

Nusantara pada abad-abad berikutnya.

Legitimasi politik

Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang, dan Mataram berusaha

mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit.

Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui Kertabhumi; pendirinya,

Raden Patah, menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak

Kertabhumi dan seorang Putri Cina, yang dikirim ke luar istana sebelum ia

melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin

langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan

lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan

silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga

kerajaan Majapahit — sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa

merupakan bukti penting — dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan

tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan

masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.[25]

Page 50: Materi IPS SD Kelas V

Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat

Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20, telah merujuk pada

Majapahit, disamping Sriwijaya, sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia.

Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat

ini.[14] Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, Partai Komunis

Indonesia menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai

penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.[36]Sukarno juga

mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan Orde

Baru menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan

negara.[37] Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah

yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen

Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia "Sang Merah Putih" atau kadang

disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit.

Demikian pula bendera armada kapal perang TNI Angkatan Laut berupa garis-

garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional

Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika", dikutip dari "Kakawin Sutasoma" yang ditulis

oleh Mpu Tantular, seorang pujangga Majapahit.

Arsitektur

Sepasang patung penjaga gerbang abad ke-14 dari kuil Majapahit di Jawa Timur

(Museum of Asian Art, San Francisco)

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang

arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai

bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi

Page 51: Materi IPS SD Kelas V

inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan

kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini.

Persenjataan

Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik

pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris

mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-

Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris

yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris

sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan

meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.

Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Kesenian modern

Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu

menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya

untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar

beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.

Puisi lama

Serat Darmagandhul, sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena

menggunakan nama pena Ki Kalamwadi, namun diperkirakan dari masa

Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan

dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis "Buda"

ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.

Komik dan strip komik

Serial "Mahesa Rani" karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai,

mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-

awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka, seorang

rekan Mahesa Rani.

Komik /Cerita bergambar Imperium Majapahit, karya Jan Mintaraga.

Komik Majapahit karya R.A. Kosasih

Page 52: Materi IPS SD Kelas V

Strip komik "Panji Koming" karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat

kabar "Kompas" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang

warga Majapahit bernama Panji Koming.

Roman/novel sejarah

Sandyakalaning Majapahit (1933), roman sejarah dengan setting masa

keruntuhan Majapahit, karya Sanusi Pane.

Kemelut Di Majapahit, roman sejarah dengan setting masa kejayaan

Majapahit, karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.

Zaman Gemilang (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan

akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar

terbunuhnya Jayanegara, karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.

Senopati Pamungkas (1986/2003), cerita silat dengan setting runtuhnya

Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan

Jayanagara, karya Arswendo Atmowiloto.

Dyah Pitaloka - Senja di Langit Majapahit (2005), roman karya

Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi, putri dari Kerajaan

Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.

Gajah Mada (2005), sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan

kehidupan Gajah Mada dengan ambisinya menguasai Nusantara, karya

Langit Kresna Hariadi.

Film/Sinetron

Tutur Tinular , suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara

radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan

Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.

Saur Sepuh , suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara

radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus

pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.

Walisongo , sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di

masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.

Puteri Gunung Ledang , sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat

cerita berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film

Page 53: Materi IPS SD Kelas V

ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang

putri Majapahit, dengan Hang Tuah, seorang perwira Kesultanan Malaka.

Referensi

1. ̂ D.G.E. Hall (1956). "Problems of Indonesian Historiography". Pacific

Affairs 38 (3/4): 353—359.

2. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 19

3. ̂ Prapantja, Rakawi, trans. by Theodore Gauthier Pigeaud, Java in the

14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by

Pakawi Parakanca of Majapahit, 1365 AD (The Hague, Martinus Nijhoff,

1962), vol. 4, p. 29. 34; G.J. Resink, Indonesia’s History Between the

Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (The Hague: W.

van Hoeve, 1968), hal. 21.

4. ̂ Taylor, Jean Gelman (20 Maret 2011). Indonesia: Peoples and

Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. pp.29.

ISBN 0-300-10518-5.

5. ^ a b c Ricklefs (1991), page 18

6. ̂ Johns, A.H. (1964). "The Role of Structural Organisation and Myth in

Javanese Historiography". The Journal of Asian Studies 24 (1): 91–99.

http://links.jstor.org/sici?sici=0021-

9118%28196411%2924%3A1%3C91%3ATROSOA%3E2.0.CO%3B2-Z.

7. ^ a b c d M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Edisi ke-3.

Diterjemahkan oleh S. Wahono dkk. Jakarta: Serambi, 2005, hal. 55.

8. ̂ C. C. Berg. Het rijk van de vijfvoudige Buddha (Verhandelingen der

Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd.

Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche

Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, A History of

Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University

Press, 1993, pages 18 and 311

9. ^ a b Setiono, Benny. "Kehancuran dan Kebangkitan Martabat/ Jati Diri

Etnis Tionghoa Di Indonesia (bagian 1)".

Page 54: Materi IPS SD Kelas V

http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-

martabattionghoa2.htm. Diakses pada 16 Juni 2011.

10. ̂ David Bor - Khubilai khan and Beautiful princesses of Tumapel 2006

11. ̂ Groeneveldt, W.P. Historical Notes on Indonesia and Malaya:

Compiled from Chinese Sources. Djakarta: Bhratara, 1960.

12. ^ a b c Slamet Muljana. Menuju Puncak Kemegahan (LKIS, 2005)

13. ̂ Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional

Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.

14. ^ a b c d Ricklefs (1991), halaman 56

15. ̂ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian

Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet.

hlm. 279. ISBN 9814155675.

16. ̂ Drs. R. Soekmono, (1973, 5th reprint edition in 1988). Pengantar

Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 2nd ed.. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

hlm. 72.

17. ̂ Y. Achadiati S, Soeroso M.P., (1988). Sejarah Peradaban Manusia:

Zaman Majapahit.. Jakarta: PT Gita Karya. hlm. 13.

18. ̂ Millet, Didier (1 Agustus 2003). John Miksic. ed. Indonesian Heritage

Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press. hlm. 106.

ISBN 981-3018-26-7.

19. ̂ Ricklefs (2005), hal. 57.

20. ̂ Ricklefs, 37 and 100

21. ^ a b c Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.

22. ̂ Ricklefs, 36-37

23. ̂ Robert W. Hefner (1983). "Ritual and Cultural Reproduction in Non-

Islamic Java". American Ethnologist 10 (1983): 665--683.

doi:10.1525/ae.1983.10.4.02a00030. http://www.jstor.org/stable/644055.

Diakses pada 23 Oktober 2008.

24. ^ a b c d Millet, Didier (1 Agustus 2003). John Miksic. ed. Indonesian

Heritage Series: Ancient History. Singapore 169641: Archipelago Press.

hlm. 107. ISBN 981-3018-26-7.

Page 55: Materi IPS SD Kelas V

25. ^ a b Schoppert, P., Damais, S. (20 Maret 1997). Di dalam Didier Millet

(editor):. ed. Java Style. Paris: Periplus Editions. hlm. 33–34. ISBN 962-

593-232-1.

26. ̂ "Ritual Networks and Royal Power in Majapahit Java, page:100".

Persee. 20 Maret 1996.

http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-

8613_1996_num_52_1_3357. Diakses pada 14 Juli 2010.

27. ̂ "Uang Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit". 1 November

2008.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/17571290/uang.kuno.temua

n.rohimin.peninggalan.majapahit..

28. ̂ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.

29. ̂ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.

30. ̂ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.

31. ̂ Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 451-456.

32. ̂ Nastiti, Titi Surti. Prasasti Majapahit, dalam situs www.Majapahit-

Kingdom.com dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22

Juni 2007.

33. ̂ MAJAPAHIT   : KERAJAAN AGRARIS - MARITIM DI

NUSANTARA page 8

34. ̂ Bullough, Nigel (20 Maret 1995). Historic East Java: Remains in Stone.

Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117.

35. ̂ Februana, Ngarto (2007). "Sepak Terjang Para Pendekar". Tempo.

http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?

doky=MjAwNw==&dokm=MTE=&dokd=Mjc=&dig=YXJjaGl2ZXM=&

on=Q1JT&uniq=NTg5. Diakses pada 16 Juni 2011.

36. ̂ Ricklefs, hal. 363

37. ̂ Friend, Theodore. Indonesian Destinies. Cambridge, Massachusetts and

London: Belknap Press, Harvard University Press. hlm. p.19. ISBN 0-674-

01137-6.

Page 56: Materi IPS SD Kelas V

Lihat pula

Kakawin Nagarakretagama

Pararaton

Kidung Sunda

Kerajaan Singhasari

Sejarah Nusantara

Gajah Mada

Pranala luar

(Inggris) Memories of Majapahit - memuat sejarah dan keterangan situs-

situs peninggalan Majapahit.

(Indonesia) Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit

(Indonesia) Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu

Prapanca - Dari blog The History Note

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit

Kerajaan Medang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini sudah memiliki daftar catatan kaki, bacaan terkait atau pranala

luar, tapi sumbernya masih belum jelas karena tak memiliki kutipan

pada kalimat. Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan

rujukan yang lebih mendetil bila perlu.

Artikel ini membahas tentang kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu.

Untuk kerajaan Islam, lihat Kesultanan Mataram.

Mdaη

 

752–1045 →

Page 57: Materi IPS SD Kelas V

Kerajaan Medang pada Periode Jawa Tengah

dan Jawa Timur

Ibu kota

Jawa Tengah: Mdaη

i Bumi Mataram

(lokasi tepat tidak

diketahui,

diperkirakan di

sekitar Yogyakarta

dan Prambanan),

kemudian pindah ke

Poh Pitu dan Mamrati

Jawa Timur: Mdaη i

Tamwlang dan Mdaη

i Watugaluh (dekat

Jombang), kemudian

pindah ke Mdaη i

Wwatan (dekat

Madiun)

Bahasa Jawa Kuna, Sanskerta

AgamaKejawen, Hindu,

Buddha, Animisme

Pemerintahan Monarki

Raja

Page 58: Materi IPS SD Kelas V

 - 732—760 Sri Sanjaya

 - 985—1006Dharmawangsa

Teguh

Sejarah

 - Sri Sanjaya

mendirikan Wangsa

Sanjaya (Prasasti

Canggal)

752

 - Kekalahan

Dharmawangsa dari

Wurawari dan

Sriwijaya

1045

Mata uangMasa dan Tahil (koin

emas dan perak lokal)

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau

Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa

Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10.

Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti

yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi

baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh

pada awal abad ke-11.

Page 59: Materi IPS SD Kelas V

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Nama

2 Pusat Kerajaan Medang

3 Awal berdirinya kerajaan

4 Dinasti yang berkuasa

5 Daftar raja-raja Medang

6 Struktur pemerintahan

7 Keadaan penduduk

8 Konflik takhta periode Jawa Tengah

9 Teori van Bammelen

10 Permusuhan dengan Sriwijaya

11 Peristiwa Mahapralaya

12 Peninggalan sejarah

13 Kepustakaan

14 Lihat pula

[sunting] Nama

Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut

periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah

ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode

Jawa Tengah.

Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang

periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah

daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan

Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa

Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau

Kerajaan Mataram Hindu.

Page 60: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Pusat Kerajaan Medang

Letak Mataram Kuno periode Jawa Tengah.

Pusat Kerajaan Medang periode Jawa Timur.

Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah

inilah untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang diperkirakan berdiri (Rajya

Medang i Bhumi Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa prasasti,

misalnya prasasti Minto dan prasasti Anjuk ladang. Istilah Mataram kemudian

lazim dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara keseluruhan, meskipun tidak

selamanya kerajaan ini berpusat di sana.

Sesungguhnya, pusat Kerajaan Medang pernah mengalami beberapa kali

perpindahan, bahkan sampai ke daerah Jawa Timur sekarang. Beberapa daerah

yang pernah menjadi lokasi istana Medang berdasarkan prasasti-prasasti yang

sudah ditemukan antara lain,

Medang i Bhumi Mataram (zaman Sanjaya)

Medang i Mamrati (zaman Rakai Pikatan)

Medang i Poh Pitu (zaman Dyah Balitung)

Medang i Bhumi Mataram (zaman Dyah Wawa)

Medang i Tamwlang (zaman Mpu Sindok)

Medang i Watugaluh (zaman Mpu Sindok)

Medang i Wwatan (zaman Dharmawangsa Teguh)

Page 61: Materi IPS SD Kelas V

Menurut perkiraan, Mataram terletak di daerah Yogyakarta sekarang. Mamrati

dan Poh Pitu diperkirakan terletak di daerah Kedu. Sementara itu, Tamwlang

sekarang disebut dengan nama Tembelang, sedangkan Watugaluh sekarang

disebut Megaluh. Keduanya terletak di daerah Jombang. Istana terakhir, yaitu

Wwatan, sekarang disebut dengan nama Wotan, yang terletak di daerah Madiun.

[sunting] Awal berdirinya kerajaan

Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas

bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh

Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut

dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang

memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna,

negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan

ibunya, yaitu Sannaha saudara perempuan Sanna.

Sanna juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa, yang merupakan raja

Kerajaan Galuh yang ketiga (709 - 716 M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena

digulingkan dari tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun

716 M.Sena akhirnya melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja

Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah

tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat

baik sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil

Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna,

berniat menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta

bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan sahabat sanna). Hasratnya

dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama isterinya.

Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan

Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya

mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan

kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya,

Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan

Page 62: Materi IPS SD Kelas V

Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi

Guru Demunawan, putera bungsu Sempakwaja.

Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan

yang baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.

[sunting] Dinasti yang berkuasa

Bukti terawal sistem mata uang di Jawa. Emas atau keping tahil Jawa, sekitar

abad ke-9.

Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di

Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode

Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya.

Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada

masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),

kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha

Mahayana.

Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula

menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun

840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi

Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa

menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut

dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

Menurut teori Bosch, nama raja-raja Medang dalam Prasasti Mantyasih dianggap

sebagai anggota Wangsa Sanjaya secara keseluruhan. Sementara itu Slamet

Page 63: Materi IPS SD Kelas V

Muljana berpendapat bahwa daftar tersebut adalah daftar raja-raja yang pernah

berkuasa di Medang, dan bukan daftar silsilah keturunan Sanjaya.

Contoh yang diajukan Slamet Muljana adalah Rakai Panangkaran yang

diyakininya bukan putra Sanjaya. Alasannya ialah, prasasti Kalasan tahun 778

memuji Rakai Panangkaran sebagai “permata wangsa Sailendra”

(Sailendrawangsatilaka). Dengan demikian pendapat ini menolak teori van

Naerssen tentang kekalahan Rakai Panangkaran oleh seorang raja Sailendra.

Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai

dari Rakai Panangkaran sampai dengan Rakai Garung adalah anggota Wangsa

Sailendra. Sedangkan kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai

Pikatan naik takhta menggantikan Rakai Garung.

Istilah Rakai pada zaman Medang identik dengan Bhre pada zaman Majapahit,

yang bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya

dengan “Penguasa di Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti

Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.

Slamet Muljana kemudian mengidentifikasi Rakai Panunggalan sampai Rakai

Garung dengan nama-nama raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya

Dharanindra ataupun Samaratungga. yang selama ini cenderung dianggap bukan

bagian dari daftar para raja versi Prasasti Mantyasih.

Sementara itu, dinasti ketiga yang berkuasa di Medang adalah Wangsa Isana yang

baru muncul pada ‘’periode Jawa Timur’’. Dinasti ini didirikan oleh Mpu Sindok

yang membangun istana baru di Tamwlang sekitar tahun 929. Dalam prasasti-

prasastinya, Mpu Sindok menyebut dengan tegas bahwa kerajaannya adalah

kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

[sunting] Daftar raja-raja Medang

Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih

berpusat di Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara

lengkap sebagai berikut:

Page 64: Materi IPS SD Kelas V

Candi Prambanan dari abad ke-9, terletak di Prambanan, Yogyakarta, dibangun

antara masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Dyah Balitung.

1. Sanjaya , pendiri Kerajaan Medang

2. Rakai Panangkaran , awal berkuasanya Wangsa Syailendra

3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra

4. Rakai Warak alias Samaragrawira

5. Rakai Garung alias Samaratungga

6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa

Sanjaya

7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala

8. Rakai Watuhumalang

9. Rakai Watukura Dyah Balitung

10. Mpu Daksa

11. Rakai Layang Dyah Tulodong

12. Rakai Sumba Dyah Wawa

13. Mpu Sindok , awal periode Jawa Timur

14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya

15. Makuthawangsawardhana

16. Dharmawangsa Teguh , Kerajaan Medang berakhir

Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-

raja sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.

Page 65: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Struktur pemerintahan

Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja

pertama memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan

kaum perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin".

Keduanya merupakan gelar asli Indonesia.

Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu

dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada

Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan

setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai

Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam

daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang

bergelar Sang Ratu.

Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang

ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja

yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok

merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.

Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih

pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri

namun tidak berhak untuk naik takhta.

Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i

Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih

ada namun hanya sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana

berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri

Bawang.

Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai

pelaksana perintah raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang

atau setara dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan

Kanuruhan pada zaman Majapahit memang masih ada, namun kiranya setara

dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.

Page 66: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Keadaan penduduk

Temuan Wonoboyo berupa artifak emas menunjukkan kekayaan dan kehalusan

seni budaya kerajaan Medang.

Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada

umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai

negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan

negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu

aliran Siwa. Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti

menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari

Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup berdampingan

dengan penuh toleransi.

[sunting] Konflik takhta periode Jawa Tengah

Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 –

880–an), ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja

Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini

menunjukkan kalau pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-satunya

maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti Mantyasih, raja sesudah

Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.

Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil

mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Mungkin

karena kepahlawanannya itu, ia dapat mewarisi takhta mertuanya.

Page 67: Materi IPS SD Kelas V

Pemerintahan Balitung diperkirakan berakhir karena terjadinya kudeta oleh Mpu

Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli Sanjaya. Ia sendiri kemudian

digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui dengan

pasti apakah proses suksesi ini berjalan damai ataukah melalui kudeta pula.

Tulodhong akhirnya tersingkir oleh pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya

menjabat sebagai pegawai pengadilan.

[sunting] Teori van Bammelen

Menurut teori van Bammelen, perpindahan istana Medang dari Jawa Tengah

menuju Jawa Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat.

Konon sebagian puncak Merapi hancur. Kemudian lapisan tanah begeser ke arah

barat daya sehingga terjadi lipatan, yang antara lain, membentuk Gunung Gendol

dan lempengan Pegunungan Menoreh. Letusan tersebut disertai gempa bumi dan

hujan material vulkanik berupa abu dan batu.

Istana Medang yang diperkirakan kembali berada di Bhumi Mataram hancur.

Tidak diketahui dengan pasti apakah Dyah Wawa tewas dalam bencana alam

tersebut ataukah sudah meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja

selanjutnya yang bertakhta di Jawa Timur bernama Mpu Sindok.

Mpu Sindok yang menjabat sebagai Rakryan Mapatih Hino mendirikan istana

baru di daerah Tamwlang. Prasasti tertuanya berangka tahun 929. Dinasti yang

berkuasa di Medang periode Jawa Timur bukan lagi Sanjayawangsa, melainkan

sebuah keluarga baru bernama Isanawangsa, yang merujuk pada gelar abhiseka

Mpu Sindok yaitu Sri Isana Wikramadharmottungga.

[sunting] Permusuhan dengan Sriwijaya

Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai Kerajaan Sriwijaya

di pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775

yang menyebut nama Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa

Sriwijaya.

Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi permusuhan ketika

Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah Medang. Menurut teori de

Casparis, sekitar tahun 850–an, Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan seorang

anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa putra Samaragrawira.

Page 68: Materi IPS SD Kelas V

Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap menyimpan

dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang

menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang

dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia

Tenggara.

Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika

Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur,

pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah

Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu

Sindok.

[sunting] Peristiwa Mahapralaya

Mahapralaya adalah peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur

berdasarkan berita dalam prasasti Pucangan. Tahun terjadinya peristiwa tersebut

tidak dapat dibaca dengan jelas sehingga muncul dua versi pendapat. Sebagian

sejarawan menyebut Kerajaan Medang runtuh pada tahun 1006, sedangkan yang

lainnya menyebut tahun 1016.

Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit Mpu Sindok. Kronik

Cina dari Dinasti Song mencatat telah beberapa kali Dharmawangsa mengirim

pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik takhta tahun 991.

Permusuhan antara Jawa dan Sumatra semakin memanas saat itu.

Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta

perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari

Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa

tersebut, Dharmawangsa tewas.

Tiga tahun kemudian, seorang pangeran berdarah campuran Jawa–Bali yang lolos

dari Mahapralaya tampil membangun kerajaan baru sebagai kelanjutan Kerajaan

Medang. Pangeran itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah

keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan

nama Kerajaan Kahuripan.

Page 69: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Peninggalan sejarah

(Kiri) Avalokitesvara lengan-dua. Jawa Tengah, abad ke-9/ke-10, tembaga, 12,0 x

7,5 cm. (Tengah: Chundā lengan-empat, Jawa Tengah, Wonosobo, Dataran Tinggi

Dieng, abad ke-9/10, perunggu, 11 x 8 cm. (Kanan) Dewi Tantra lengan-empat

(Chundā?), Jawa Tengah, Prambanan, abad ke 10, perunggu, 15 x 7,5 cm.

Terletak di Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem.

Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa

Tengah dan Jawa Timur, Kerajaan Medang juga membangun banyak candi, baik

itu yang bercorak Hindu maupun Buddha. Temuan Wonoboyo berupa artifak

emas yang ditemukan tahun 1990 di Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah;

menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.

Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi

Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, dan tentu

saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur. Candi megah yang dibangun

oleh Sailendrawangsa ini telah ditetapkan UNESCO (PBB) sebagai salah satu

warisan budaya dunia.

[sunting] Kepustakaan

Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional

Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka

Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu

Slamet Muljana . 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965).

Yogyakarta: LKIS

Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta:

Bhratara

Page 70: Materi IPS SD Kelas V

Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang

Sriwijaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Kerajaan Sriwijaya)

Akurasi Terperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Untuk kegunaan lain dari Sriwijaya, lihat Sriwijaya (disambiguasi).

Sriwijaya

 

600-an–1100-an →

Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya

sekitar abad ke-8 Masehi.

Ibu kota

Sriwijaya, Jawa,

Kadaram,

Dharmasraya

Bahasa Melayu Kuna,

Page 71: Materi IPS SD Kelas V

Sansekerta

Agama Buddha, Hindu

Pemerintahan Monarki

Maharaja

 - 683 Sri Jayanasa

 - 702 Sri Indrawarman

 - 775 Dharanindra

 - 792 Samaratungga

 - 835 Balaputradewa

 - 988Sri Cudamani

Warmadewa

 - 1008Sri Mara-

Vijayottunggawarman

 - 1025Sangrama-

Vijayottunggawarman

Sejarah

 - Didirikan 600-an

 - Invasi

Dharmasraya1100-an

Mata uang Koin emas dan perak

Artikel ini bagian dari seri

Sejarah Indonesia

Lihat pula:

Garis waktu sejarah Indonesia

Sejarah Nusantara

Prasejarah

Page 72: Materi IPS SD Kelas V

Kerajaan Hindu-Buddha

Tarumanagara (358–669)

Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11)

Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)

Kerajaan Sunda (669–1579)

Kerajaan Medang (752–1045)

Kediri (1045–1221)

Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)

Singhasari (1222–1292)

Majapahit (1293–1500)

Kerajaan Islam

Kesultanan Ternate (1257–sekarang)

Kesultanan Malaka (1400–1511)

Kesultanan Demak (1475–1548)

Kesultanan Aceh (1496–1903)

Kesultanan Banten (1526–1813)

Kesultanan Mataram (1500-an—1700-an)

Kolonialisme bangsa Eropa

Portugis (1512–1850)

VOC (1602-1800)

Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia

Kebangkitan Nasional (1899-1942)

Pendudukan Jepang (1942–1945)

Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka

Orde Lama (1950–1959)

Demokrasi Terpimpin (1959–1965)

Orde Baru (1966–1998)

Era Reformasi (1998–sekarang)

l • b • s

Page 73: Materi IPS SD Kelas V

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรี�วิ�ชั�ย atau "Ṣ̄�rī wichạy") adalah

salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak

memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari

Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan

Sulawesi.[1][2] Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti

"kemenangan".[2] Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad

ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi

Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang

paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan

Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap

daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2]

diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan

tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183

kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6]

Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru

diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari

École française d'Extrême-Orient.[7]

Page 74: Materi IPS SD Kelas V

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Historiografi

2 Pembentukan dan pertumbuhan

3 Agama dan Budaya

4 Perdagangan

5 Relasi dengan kekuatan regional

6 Masa keemasan

7 Penurunan

8 Struktur pemerintahan

9 Hubungan dengan dinasti Sailendra

10 Raja yang memerintah

11 Warisan sejarah

12 Rujukan

13 Pranala luar

[sunting] Historiografi

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia;

masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada

orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-

an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam

koran berbahasa Belanda dan Indonesia.[8] Coedès menyatakan bahwa referensi

Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa

prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.[9]

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara

selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut

menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia

merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.[8]

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya

Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali,

kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya

Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain

Page 75: Materi IPS SD Kelas V

mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan.[2] Sementara dari peta Ptolemaeus

ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan

berkaitan dengan Sriwijaya.[6]

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat

bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan

Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang).[2] Namun

sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan

sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi

Jambi sekarang),[6] dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu

pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens,[10] yang sebelumnya

juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada

kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk

arah perjalanan dalam catatan I Tsing,[11] serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan

berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li

chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada

kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu

bagian dari candi yang terletak di Muara Takus).[12] Namun yang pasti pada masa

penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah

beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).[6]

[sunting] Pembentukan dan pertumbuhan

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan.[8] Kerajaan

ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan

ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara,

dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil

di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat

pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan

pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah

secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh

datu setempat.

Page 76: Materi IPS SD Kelas V

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang

ditaklukkan Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya,

Thailand Selatan.

Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga

Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari

prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah

kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa

terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan

Sriwijaya.[2] Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686

ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan

Page 77: Materi IPS SD Kelas V

Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga

menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk

menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini

bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga)

di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya

tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka,

Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya

mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan

observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.

Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan

banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja

Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina.

Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali

Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer

Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan

Sriwijaya di abad yang sama.[2] Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa,

antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya.

Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah

dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu

menjadi bagian kerajaan.[2] Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang

terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada

periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis,

Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk

memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia

membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.[2]

Page 78: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Agama dan Budaya

Candi Muara Takus, salah satu kawasan yang dianggap sebagai ibukota Sriwijaya.

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah

dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing,

yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas

Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya

menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama

Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas

telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha

Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang

akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan

dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya

Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani

Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.[13]

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu

kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai

kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7

hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa

Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

".... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan

percaya dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di

dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar

dengan tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cina

ingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama

satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".

— Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.[4]

Page 79: Materi IPS SD Kelas V

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat

perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama

muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan

bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan

Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.

Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang

banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri

Indrawarman masuk Islam pada tahun 718.[14] Sehingga sangat dimungkinkan

kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat

masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya

berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu naskah surat yang

ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) berisi permintaan agar

khalifah sudi mengirimkan da'i ke istana Sriwijaya.[15]

[sunting] Perdagangan

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara

India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda.

Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur

barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang

membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.[11] Kekayaan yang melimpah ini

telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di

seluruh Asia Tenggara.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga

menjalin perdagangan dengan tanah Arab, kemungkinan utusan Maharaja Sri

Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz

dari Bani Umayyah tahun 718 kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah

Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok

disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman)

pada tahun 724 mengirimkan hadiah buat kaisar Cina, berupa ts'engchi

(bermaksud sama dengan Zanji dalam bahasa Arab).[16]

Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya

dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian,

Page 80: Materi IPS SD Kelas V

kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak

diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.

[sunting] Relasi dengan kekuatan regional

Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand.

Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan pada kawasan di Asia Tenggara,

Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara

teratur mengantarkan utusan beserta upeti.[17]

Pada masa awal kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak

sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan,

sebagai ibu kota kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan

pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya

terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan

Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada

prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa

mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan dinasti

Chola di selatan India juga cukup baik, dari prasasti Leiden disebutkan raja

Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah

vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk

Page 81: Materi IPS SD Kelas V

setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke-11.

Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di

mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta

dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara

Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap

telah menjadi bahagian dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan

bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i membantu

perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079, pada masa dinasti Song candi ini

disebut dengan nama Tien Ching Kuan dan pada masa dinasti Yuan disebut

dengan nama Yuan Miau Kwan.[6]

[sunting] Masa keemasan

Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di

Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi, Indonesia.

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni

pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur

Page 82: Materi IPS SD Kelas V

perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai

pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang,

memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.[18]

Model kapal tahun 800-an Masehi yang terdapat pada candi Borobudur.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah

melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara

lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam,[2] dan

Filipina.[19] Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya

sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang

mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi

kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar

Tiongkok, dan India.

Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa,

dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu

peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari

Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006

atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir

Dharmawangsa Teguh.[6]

[sunting] Penurunan

Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel,

India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya, berdasarkan

prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah

koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu

itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya seluruh

imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun

Page 83: Materi IPS SD Kelas V

demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang

ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya.[20] Hal ini

dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i ke Cina tahun 1028.[21]

Kawasan Sriwijaya dalam prasasti Tanjore

Nama kawasan Keterangan

Pannai Pannai

Malaiyur Malayu

Mayirudingam

Ilangasogam Langkasuka

Mappappalam

Mevilimbangam

Valaippanduru

Takkolam

Madamalingam Tambralingga

Ilamuri-Desam Lamuri

Nakkavaram Nikobar

Kadaram Kedah

Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari

dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079

Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja

San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan candi

dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao

disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan utusan

pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut

menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat

dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227

tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimkan

utusan berikutnya di tahun 1088.[2] Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap

hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah, beberapa daerah

taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru

Page 84: Materi IPS SD Kelas V

yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan

Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi[22] yang ditulis pada tahun

1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat

dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di

Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu,

sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan

yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan

Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia

(Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong

(Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-

lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe,

pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur

Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang),

Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).[6][10]

Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik

dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15

negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan

Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai

kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam

Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari

mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian

menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja

Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti

Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat

pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan

tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama

Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.

Page 85: Materi IPS SD Kelas V

[sunting] Struktur pemerintahan

Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik

Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi

penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.[23]

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji,

tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga.

Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota

dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi

masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi

Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang

berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-

patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala

merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh

kekuasaan kadātuan Sriwijaya.

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam

lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja

(putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya).[24] Prasasti Telaga

Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan

pada masa Sriwijaya.

[sunting] Hubungan dengan dinasti Sailendra

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Wangsa Sailendra

Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena

adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti diantaranya pada prasasti

Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di

India. Sementara pada prasasti Sojomerto dijumpai nama Dapunta Selendra.

Walau asal-usul dinasti ini masih diperdebatkan sampai sekarang.[11]

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa)

dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India.[25] Kemudian

Moens menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan

salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa.[26] Sementara Poerbatjaraka

berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita

Page 86: Materi IPS SD Kelas V

Parahiyangan [27] kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang

berbahasa Melayu Kuna diantaranya prasasti Sojomerto.[28]

[sunting] Raja yang memerintah

Para Maharaja Sriwijaya[2][6]

TahunNama Raja Ibukota

Prasasti, catatan

pengiriman utusan

ke Tiongkok serta

peristiwa

671Dapunta Hyang atau

Sri Jayanasa

Srivijaya

Shih-li-fo-shih

Catatan perjalanan I

Tsing di tahun 671-

685, Penaklukan

Malayu, penaklukan

Jawa

Prasasti Kedukan

Bukit (683), Talang

Tuo (684), Kota

Kapur (686), Karang

Brahi dan Palas

Pasemah

702Sri Indrawarman

Shih-li-t-'o-pa-mo

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok

702-716, 724

Utusan ke Khalifah

Muawiyah I dan

Khalifah Umar bin

Abdul Aziz

728Rudra Vikraman

Lieou-t'eng-wei-kong

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih

Utusan ke Tiongkok

728-742

743-

774

Belum ada berita pada

periode ini

775 Sri Maharaja Sriwijaya Prasasti Ligor B tahun

Page 87: Materi IPS SD Kelas V

775 di Nakhon Si

Thammarat, selatan

Thailand dan

menaklukkan

Kamboja

Pindah ke Jawa

(Jawa Tengah

atau Yogyakarta)

Wangsa Sailendra

mengantikan Wangsa

Sanjaya

778Dharanindra atau

Rakai PanangkaranJawa

Prasasti Kelurak 782

di sebelah utara

kompleks Candi

Prambanan

Prasasti Kalasan

tahun 778 di Candi

Kalasan

782Samaragrawira atau

Rakai WarakJawa

Prasasti Nalanda dan

prasasti Mantyasih

tahun 907

792Samaratungga atau

Rakai GarungJawa

Prasasti Karang

Tengah tahun 824,

825 menyelesaikan

pembangunan candi

Borobudur

840

Kebangkitan Wangsa

Sanjaya, Rakai

Pikatan

856 Balaputradewa Suwarnadwipa Kehilangan kekuasaan

di Jawa, dan kembali

ke Suwarnadwipa

Prasasti Nalanda

Page 88: Materi IPS SD Kelas V

tahun 860, India

861-

959

Belum ada berita pada

periode ini

960

Sri Udayaditya

Warmadewa

Se-li-hou-ta-hia-li-tan

Sriwijaya

San-fo-ts'i

Utusan ke Tiongkok

960, & 962

980

Utusan ke Tiongkok

980 & 983: dengan

raja, Hie-tche (Haji)

988

Sri Cudamani

Warmadewa

Se-li-chu-la-wu-ni-fu-

ma-tian-hwa

Sriwijaya

Malayagiri

(Suwarnadwipa)

San-fo-ts'i

990 Jawa menyerang

Sriwijaya, Catatan

Atiśa,

Utusan ke Tiongkok

988-992-1003,

pembangunan candi

untuk kaisar Cina

yang diberi nama

cheng tien wan shou

1008

Sri Mara-

Vijayottunggawarman

Se-li-ma-la-pi

San-fo-ts'i

Kataha

Prasasti Leiden &

utusan ke Tiongkok

1008

1017

Utusan San-fo-ts'i ke

Tiongkok 1017:

dengan raja, Ha-ch'i-

su-wa-ch'a-p'u

(Haji Sumatrabhumi

(?)); gelar haji

biasanya untuk raja

bawahan

1025 Sangrama- Sriwijaya Diserang oleh

Page 89: Materi IPS SD Kelas V

VijayottunggawarmanKadaram

Rajendra Chola I dan

menjadi tawanan

Prasasti Tanjore

bertarikh 1030 pada

candi Rajaraja,

Tanjore, India

1030

Dibawah Dinasti

Chola dari

Koromandel

1079

Utusan San-fo-ts'i

dengan raja

Kulothunga Chola I

(Ti-hua-ka-lo) ke

Tiongkok 1079

membantu

memperbaiki candi

Tien Ching di Kuang

Cho (dekat Kanton)

1082

Utusan San-fo-ts'i dari

Kien-pi (Jambi) ke

Tiongkok 1082 dan

1088

1089-

1177Belum ada berita

1178

Laporan Chou-Ju-Kua

dalam buku Chu-fan-

chi berisi daftar

koloni San-fo-ts'i

1183 Srimat Trailokyaraja

Maulibhusana

Dharmasraya Dibawah Dinasti

Mauli, Kerajaan

Page 90: Materi IPS SD Kelas V

Warmadewa

Melayu, Prasasti

Grahi tahun 1183 di

selatan Thailand

[sunting] Warisan sejarah

Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan

terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali

kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan

kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang

terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan

berjaya di masa lalu.

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya

sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.[29]

Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas

daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan,

keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian

tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat

selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan

pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan

di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan oleh Universitas Sriwijaya yang

didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit

komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan),

Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air

(maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club

(Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati,

memuliakan, dan merayakan kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang.

[sunting] Rujukan

1. ̂ Cœdès, George (1930). "Les inscriptions malaises de Çrivijaya".

Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO) 30: 29-80.

Page 91: Materi IPS SD Kelas V

2. ^ a b c d e f g h i j k l Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the

Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions

Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5.

3. ̂ Gabriel Ferrand, (1922), L’Empire Sumatranais de Crivijaya,

Imprimerie Nationale, Paris, “Textes Chinois”

4. ^ a b Junjiro Takakusu, (1896), A record of the Buddhist Religion as

Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing,

Oxford, London.

5. ̂ Casparis, J.G. (1975). Indonesian palaeography: a history of writing in

Indonesia from the beginnings to C. A, Part 1500. E. J. Brill. ISBN 90-04-

04172-9.

6. ^ a b c d e f g h Muljana, Slamet (2006). F.W. Stapel. ed. Sriwijaya. PT. LKiS

Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.

7. ̂ Cœdès, George (1918). "Le Royaume de Çriwijaya". Bulletin de l'Ecole

français d'Extrême-Orient 18 (6): 1-36.

8. ^ a b c Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New

Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.

9. ̂ Krom, N.J. (1938). "Het Hindoe-tijdperk". di dalam F.W. Stapel.

Geschiedenis van Nederlandsch Indië. Amsterdam: N.V. U.M. Joost van

den Vondel. hlm. vol. I p. 149.

10. ^ a b Soekmono, R. (2002). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2.

Kanisius. ISBN 979-413-290-X.

11. ^ a b c Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, (1992),

Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuna, PT Balai Pustaka, ISBN 979-

407-408-X

12. ̂ Forgotten Kingdoms in Sumatra, Brill Archive

13. ̂ Cœdès, George (1996). The Indianized States of Southeast Asia.

University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-0368-X.

14. ̂ Ahmad, H. Zainal Abidin (1979). Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam

dan Umatnya sampai sekarang. Bulan Bintang.

Page 92: Materi IPS SD Kelas V

15. ̂ Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., (1994). Jaringan Ulama Timur Tengah

dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Mizan.

16. ̂ Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian world: an account of

institutional formation. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-430-8.

17. ̂ Oliver W. Wolters, (1967), Early Indonesian Commerce: a study of the

origins of Śrīvijaya, Cornell University Press, Ithaca.

18. ̂ Pramono, Djoko (2005). Budaya bahari. Gramedia Pustaka Utama.

ISBN 979-22-1351-1.

19. ̂ Rasul, Jainal D. (2003). Agonies and Dreams: The Filipino Muslims and

Other Minorities". Quezon City: CARE Minorities. hlm. pages 77.

20. ̂ Sastri K. A. N., (1935). The Cholas. University of Madras.

21. ̂ Kulke, H. (2009). Nagapattinam to Suvarnadwipa: reflections on Chola

naval expeditions to Southeast Asia. Institute of Southeast Asian. ISBN

981-230-936-5.

22. ̂ Hirth, F. (1911). Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade

in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi. St Petersburg..

23. ̂ Kulke, H. (1993). "Kadātuan Śrīvijaya’—Empire or Kraton of Śrīvijaya?

A Reassessment of the Epigraphic Data". Bulletin de l’École Française

d’Extreme Orient 80 (1): 159-180.

24. ̂ Casparis, J.C., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from

the 7th to the 9th century A.D., Vol. II. Bandung: Masa Baru.

25. ̂ Majumdar, R.C., (1933). "Le rois Çriwijaya de Suvarnadvipa". Bulletin

de l'Ecole français d'Extrême-Orient XXXIII: 121-144.

26. ̂ Moensr, J.L., (1937). "Çriwijaya, Yāva en Katāha". TBG LXXVII: 317-

487.

27. ̂ Poerbatjaraka, R.N., (1956). "Çriwijaya, de Çailendra-en de

Sanjāyavança". BKI 114: 254-264.

28. ̂ Boechari (1966). "Preliminary report on the discovery of an Old malay

inscription at Sojomerto". MISI III: 241-251.

29. ̂ Smith, A.L. (2000). Centrality: Indonesia's changing role in ASEAN

Strategic Centrality: Indonesia's changing role in ASEAN. Singapore: