bab ii skor poedji rochjati
DESCRIPTION
skor poedji rochjatiTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ada Gawat Obstetri (AGO)
1. Hamil kembar
a. Definisi
Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli (2
janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintiplet (5 janin) dan
seterusnya.2
b. Klasifikasi
1) Kembar Monozigot2
Kembar monozigot atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang
dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-
masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang
terpisah.
Hasil akhir proses pembentukan kembar monozigot bergantung pada kapan
pemisahan terjadi, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini;
Jika terjadi dalam 72 jam pertama setelah pembuahan, akan berkembang
dua mudigah, dua amnion dan dua korion dan kehamilan akan bersifat
diamnion dan dikorion. Mungkin terdapat dua plasenta yang terpisah atau
satu plasenta.
3
Jika pemisahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan, akan
berkembang dua mudigah, masing–masing di kantong amnion yang
berbeda, dan satu korion sehingga terbentuk kehamilan kembar diamnion
monokorion.
Jika amnion telah terbentuk, yang terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan,
pemisahan akan menghasilkan dua mudigah dalam satu kantong amnion
atau kehamilan kembar monoamnion monokorion.
Jika pemisahan terjadi lebih belakangan lagi, yaitu setelah terbentuk
diskus embrio, pemisahan berlangsung tidak sempurna dan terbentuk
kembar siam.
Gambar 1. Segmentasi pada Monozigotik
4
Gambar 2. Plasenta dan selaput janin kembar monozigot
2) Kembar Dizigot3
Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang
terpisah.
Gambar 3. Tipe multijanin berdasarkan sel ovum.
5
c. Diagnosis
Diagnosis kehamilan kembar 75% didapatkan dari penemuan fisik, selain itu juga
bisa menggunakan USG. Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan
kembar adalah:2
Uterus lebih besar (>4 cm) dibandingkan usia kehamilannya.
Penambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh
edema atau obesitas.
Polihidramnion
Ballotement lebih dari satu fetus
Banyak bagian kecil yang teraba
Uterus terdiri dari tiga bagian besar janin.
d. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas perinatal pada kehamilan
dengan penyulit kembar, penting diperhatikan poin berikut:2
Pencegahan Persalinan Kurang Bulan
Tirah baring
Kortikosteroid untuk pematangan paru
Terapi Tokolitik
Terapi progesteron
Letak dan Presentasi Janin
6
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak
daripada biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi posisi dan janin.
Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak
serta presentasi dapat terjadi. Paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam
letak memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi
kepala dan bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu,
presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu.2,4
Gambar 4. macam-macam letak dan presentasi janin gemeli
Proses Persalinan2
7
Kala I diperlakukan seperti biasa bila bayi I letaknya memanjang. Karena
sebagian besar persalinan kembar bersalin prematur, maka pemakaian sedativa
perlu dibatasi. Episiotomi mediolateral dikerjakan untuk memperpendek kala II
dan megurangi tekanan pada kepala bayi.2
Setelah bayi I lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal untuk
mengetahui letak dan keadaan janin II. Bila janin dalam letak memanjang,
selaput ketuban dipecahkan dan air ketuban dialirkan perlahan-lahan untuk
menghindarkan prolaps funikuli. Ibu dianjurkan meneran atau dilakukan tekanan
terkendali pada fundus uteri, agar bagian bawah janin masuk dalam panggul.
Janin II turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena
jalan lahir telah dilalui bayi I.2
Bila janin II dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi
prolaps funikuli, solusio plasenta, atau persalinan spontan tidak terjadi dalam 15
menit, maka janin perlu dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena risiko akan
meningkat dengan meningkatnya waktu. Dalam hal letak lintang dicoba untuk
mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil, maka segera dilakukan versi-
ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam letak memanjang dapat dilakukan
ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang. Seksio
sesaria pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin I dalam letak
lintang, prolaps funikuli, dan plasenta previa.2
Masuknya dua bagian besar II janin dalam panggul sangat luas. Kesulitan ini
dapat diatasi dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar
8
dalam rongga panggul ke atas untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih
dulu.2
Kesulitan lain yang mungkin terjadi ialah interlocking, dalam hal ini janin I
dalam letak sungsang dan janin II dalam presentasi kepala. Setelah bokong lahir,
dagu janin I tersangkut pada leher dan dagu janin II. Bila keadaan ini tidak dapat
dilepaskan, dilakukanlah dekapitasi atau seksio sesaria menurut keadaan janin.2
Segera setelah bayi II lahir, ibu disuntik oksitosin 10 IU, dan tinggi fundus
uteri diawasi. Bila tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka plasenta dilahirkan
dan diberi 0,2 mg methergin i.v. Kala IV diawasi secara cermat dan cukup lama,
agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan penanggulangannya
dilakukan segera.2
Tenggang waktu antara lahirnya bayi I dan bayi II antara 5 sampai 15 menit,
dengan waktu rata-rata 11 menit. Kelahiran bayi II kurang dari 5 menit setelah
bayi I lahir, dengan tindakan yang cepat ini dapat menimbulkan trauma
persalinan pada bayi. Kelahiran bayi II lebih dari 30 menit dapat menimbulkan
insufisiensi uteroplasental, karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat
terjadi solusio plasenta sebelum bayi II dilahirkan.2
e. Komplikasi3
Pengaruh terhadap ibu:
9
Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya.
Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
Frekuensi preeklampsi dan eklampsi lebih sering
Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta
terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva
Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta
sesudah anak pertama lahir.
Pengaruh terhadap Janin:
Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada
kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada
quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi
kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian
bayi kedua tinggi.
Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka
kematian janin.
2. Hidramnion
a. Definisi
10
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak
dari normal, biasanya lebih dari 2 liter.6
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000
ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu.4
b. Manifestasi klinik7
1) Pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi fundus jauh di bawah usia
kehamilan yang seharusnya.
2) Tekanan dinding uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin untuk:
Auskultasi denyut jantung janin.
Palpasi gambaran dan bagian-bagian janin.
Saat auskultasi terdengar getaran cairan uterus
3) Bila berat, terdapat , masalah mekanik seperti:
Dispnea berat
Edema ekstremitas bawah dan vulva
Nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan/atau paha.
Mual dan muntah
c. Diagnosis
1) Anamnesis
Pasien merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
Pasien merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
Pasien merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
11
Pada proses akut pasien merasa, sesak.6
2) Inspeksi
Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar.
Jika akut, pasien akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya.6
Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut,
vulva dan tungkai
Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
Bagian janin sukar dikenali
Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka balotement jelas
sekali
Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin.6,8
3) Auskultasi
DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali.6
4) Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his.6
5) USG
d. Penatalaksanaan
Terapi hidramnion dibagi menjadi 3 fase:
12
1) Pada masa kehamilan
Pada hidramnion tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan
beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi
sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah spontan. Prinsip
dilakukan amniosintesis adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain
itu, cairan amnion juga bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru
janin.9
2) Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu. Jika
pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan jari tangan
ke dalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar
pelan-pelan. Mencegah supaya tidak terjadi solusio plasenta, syok karena tiba-
tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.10
3) Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartum10
3. Bayi mati dalam kandungan
a. Definisi
13
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) atau kematian janin dalam kandungan adalah
terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram
dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.11
Ada juga pendapat lain yang mengatakan kematian janin dalam kehamilan adalah
kematian janin dalam kehamilan sebelum proses persalinan berlangsung pada usia
kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram ke atas.5
b. Faktor Risiko2,3,5
Status sosial ekonomi rendah
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
Partias pertama dan partias kelima atau lebih
Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetrik
c. Klasifikasi2,3,5
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas
14
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut :
Rigor mostis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
Stadium maserasi I: timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan
jernih tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah
mati.
Stadium maserasi II: Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.
Stadium maserasi III : Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat
oedem dibawah kulit.
d. Manifestasi Klinik2,3,5,11
DJJ tidak terdengar
Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
Palpasi anak menjadi tidak jelas
Reaksi biologis menjadi negatif setelah anak mati kurang lebih 10 hari
Pada rontgen dapat dilihat adanya:
- Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi (tanda Spalding)
- Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda Naujokes)
- Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)
15
- Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
e. Penatalaksanaan2,3,5,11
Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu:
- Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
- Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi
karena berisiko infeksi
- Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
- Tempatkan mesoprostol 25 mcg forniks posterior, dapat diulang sesudah 6
jam
16
- Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50 mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali
dan jangan melebihi 4 dosis.
Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
4. Kehamilan lebih bulan
a. Definisi
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu (lebih dari 294 hari).1
b. Komplikasi2,5,12,14
Oligohydramnion dengan kompresi tali pusat akut
Makrosomia (berat lahir > 4500 gr)
Aspirasi mekonium
Insufisiensi plasenta
Janin dalam rahim dapat mati mendadak
Berikut ini adalah tanda – tanda bayi postmatur : 2,5,12,14
Biasanya lebih berat dari bayi matur
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di badan kurang
Kuku – kuku panjang
17
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
Kulit keriput
Wajahnya tampak lebih tua dan terlihat sakit
c. Penatalaksanaan
Karena insidensi komplikasi kehamilan post matur lebih dari 42 minggu
meningkat secara signifikan, maka setiap kehamilan sebaiknya telah diidentifikasi
pada minggu ke 41, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat sejak awal
minggu ke 42. 15
Umumnya intervensi antepartum diindikasikan sebagai penatalaksanaan
kehamilan post matur. Jenis-jenis intervensi dan kapan dilakukan, juga masih
kontroversial. Di satu sisi, ada yang berpendapat untuk mengintervensi kehamilan
pada minggu 41 atau 42, sementara di pihak lain mempertanyakan apakah induksi
persalinan lebih terjamin daripada menunggu persalinan sambil mengawasi janin
dengan pemantauan-pemantuan antepartum.2
Sering induksi persalinan dilakukan tanpa melakukan pemeriksaan skor Bishop,
sehingga justru angka persalinan operatif (Sectio Cesarean) meningkat. Skor Bishop
merupakan klasifikasi objektif untuk memilih penderita-penderita yang kemungkinan
besar berhasil bila dilakukan induksi persalinan. Hal-hal yang dinilai adalah
pembukaan cervix (cm), pendataran cervix (%), kedudukan kepala terendah (station),
konsistensi cervix, dan arah cervix. Sebenarnya, baik penatalaksanaan dengan
menginduksi persalinan ataupun dengan hanya menunggu kelahiran, pada keduanya
18
sebaiknya dilakukan pemeriksaan skor Bishop unutk melihat kematangan cervix dan
segmen bawah rahim. Angka keberhasilan persalinan menjadi tinggi bila skor Bishop
di atas 6, dan keberhasilan rendah bila skor kurang dari 6.2,16
Tabel 1. Skor Bishop2
Skor Dilatasi Pendataran Station Konsistensi Posisi (cm) cervix (%) cervix cervix0 tertutup 0-30 -3 kaku posterior1 1-2 40-50 -2 medium midposisi2 3-4 60-70 -1 lunak anterior3 ≥5 ≥80 0 - -
(Sumber : Cunningham, F.G., et al. 2001 : 730)
Supaya terjadi induksi persalinan yang berhasil, jelas sekali kalau keadaan
cervix harus menguntungkan. Karena itu, pasien harus dilakukan pemeriksaan vaginal
secara mingguan untuk menilai dilatasi dan pendataran cervix. Jika vertex telah
berada di station 0, induksi persalinan dapat dimulai dengan amniotomi. Ada
beberapa cara dan obat yang dapat digunakan untuk membantu pematangan cervix
(skor Bishop < 4), yaitu:
a. Hygroscopic osmotic cervical dilators dan Foley kateter yang dimasukan ke
canalis cervicalis.
Keefektifan cara ini sebanding dengan penggunaan gel prostaglandin E2
intracervical. Salah satu metode yang sering digunakan adalah dilatasi cervical
19
dengan balon kateter 30ml yang ditempatkan transcervical,baik tanpa ataupun dengan
infus ekstraamnion dengan garam fisiologis sebanyak 1000ml.2
b. Menggunakan preparat prostaglandin.
Misoprostol (Cytotec), merupakan sintetis analog prostaglandin E1 yang
dipasarkan di Amerika Serikat, untuk melindungi mukosa gaster pada pasien yang
menggunakan anti inflamasi nonsteroid. Obat ini telah dipromosikan untuk
pematangan cervix dan menginduksi persalinan.13
Dosis yang dianjurkan bila digunakan secara intravaginal adalah 25-50µg,
dimana menurut beberapa penelitian, penggunaan dosis 25µg setiap 3 jam telah
cukup efektif dan efek samping yang timbul lebih sedikit dibanding penggunaan dosis
50µg.13
Karena insidensi poli sistol yang tinggi, maka Misoprostol harus diberikan
dengan hati-hati. Dosis optimal antara 25-50 μg tiap 3 jam per vaginam. Kemudian
sediaan lainnya tablet 100 μg yang dapat digunakan secara per oral langsung dengan
keefektivitasannya sama dengan penggunaan dosis 25 µg intraveginal. Sedian 100 µg
ini juga dapat dibagi menjadi 2 atau 4 bagian untuk dosis 50 atau 25 μg. Potongan
tablet tersebut harus di tempatkan di fornix posterior vagina dengan jari tangan.2,13
Kontraindikasi pematangan cervix dan induksi persalinan adalah:17
1) Kontraindikasi absolut:
Plasenta previa komplit
Pernah dilakukan bedah uterus transfundal
Janin letak lintang
20
Prolaps tali pusat
Vasa previa
2) Yang membutuhkan perhatian ketat adalah:
Denyut jantung janin abnormal, tetapi tidak termasuk kelahiran yang
emegensi
Letak bokong
Penyakit jantung maternal ataupun hipertensi berat
Kehamilan ganda
Polihidramnion
Letak terendah janin masih tinggi
Riwayat SC sebelumnya
21
B. Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO)
Perdarahan antepartum
Tiap perdarahan keluar dari vagina pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut
perdarahan antepartum.1
1. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Pada keadaan normal plasenta
terletak diatas uterus.1
b. Klasifikasi1,2,3,4
Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
Plasenta previa parsialis bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah
uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir. Pinggir
plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.
22
Gambar 5. Jenis-jenis plasenta previa2
c. Diagnosis1,2,3,4,5
1) Anamnesis
Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu, tanpa rasa nyeri,
tanpa alasan, berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya,
terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
2) Pemeriksaan luar
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit,
dan darah beku
Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis.
Palpasi
23
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul,
apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas
panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas
panggul.
Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak
sungsang.
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.
Tidak terdapat nyeri tekan uterus, uterus tidak tegang, dan tidak
iritabel
Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya normal
3) Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasall dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus
dicurigai.
4) USG
d. Penatalaksanaan1,3,5,6,7
1) Terapi Ekspektatif
Syarat terapi ekspektatif :
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti
24
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dan tanda-tanda vital
dalam batas normal)
Janin masih hidup
- Rawat inap, tirah baring, observasi tanda vital, dan berikan antibiotik
profilaksis.
- Apabila berhubungan dengan trauma, monitoring sekurang-kurangnya 12-24
jam untuk menyingkirkan kemungkinan solutio plasenta.
- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,letak,
dan presentasi janin.
- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral
60 mg selama 1 bulan.
- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi
- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan
waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke
rumah sakit jika terjadi perdarahan.
- Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
25
2) Terapi Aktif (tindakan segera)
- Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan
plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung,
sehingga perdarahan berhenti. Indikasi persalinan pervaginam, yaitu:
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah, bila telah ada
pembukaan
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan
pembukaan 4 cm atau lebih
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang telah meninggal.
- Seksio sesaria
Semua plasenta previa totalis, janin hidup atau meninggal; semua plasenta
previa partialis, plasenta previa marginalis posterior, karena perdarahan
yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.
Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan-tindakan yang ada
Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
e. Komplikasi1,4
1) Pada Ibu
Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
Anemia karena perdarahan
Plesentitis
Endometritis pasca persalinan
26
Robekan-robekan jalan lahir akibat tindakan
Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan.
2) Pada Janin
Persalinan prematur atau lahir mati
Prolaps tali pusat
Asfiksia berat
2. Solusio Plasenta
a. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang
normal pada uterus sebelum janin dilahirkan.3
b. Klasifikasi2,3,4
1) Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100-200 cc.
2) Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam > 200 cc, hipersensitifitas uterus atau peningkatan
tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
3) Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas > 500 cc, uterus tetanik, syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.
c. Diagnosis2,3,4,5,6
27
1) Anamnesis
Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa
melokalisir tempat mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong
(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
(anak tidak bergerak lagi).
Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang,
ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2) Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
Pucat, sianosis, keringat dingin.
Kelihatan darah keluar pervaginam.
3) Palpasi
TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan.
28
Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois
(wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his.
Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4) Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya
diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta
yang terlepas lebih dari sepertiga.
5) Pemeriksaan dalam
Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun diluar his.
Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
6) Pemeriksaan Ultrasonography (USG).
d. Penatalaksanaan2,3,4,5
1) Solutio Plasenta Ringan
Ekspektatif (Konservatif)
29
Dilakukan apabila kehamilan kurang dari 36 minggu, dan keadaan
hemodinamik yang stabil yakni perdarahan berhenti spontan, kontraksi
uterus tidak ada, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup.
Pasien dirawat dengan tirah baring, atasi anemia, USG, dan CTG
serial, berikan tokolisis dengan syarat keadaan janin baik, lalu tunggu
persalinan spontan.
Aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar
anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti. Bila janin hidup,
dilakukan seksio caesaria. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan
(amniotomi) disusul pemberian infus oksitosin untuk mempercepat
persalinan pervaginam (dalam 6 jam). Bila kemajuan partus tidak
memuaskan atau pembukaan serviks kurang dari 5, lakukan seksio
caesaria.
2) Solutio Plasenta Sedang dan Berat
Apabila diagnosis solutio plasenta ditegakkan, berarti perdarahan telah
terjadi minimal 1000 Cc. Dengan demikian, transfusi darah harus segera
dilakukan. Untuk memperbaiki hemodinamik pasien berikan lakukan juga
resusitasi cairan dengan saline atau ringer laktat dalam 2 jalur dengan jarum
besar (16G, 18G). Observasi terus keadaan janin, dan berikan O2 murni untuk
pasien dengan hipotensi.
30
Ketuban segera dipecahkan, tidak peduli keadaan umum pasien dan tidak
peduli apakah persalinan akan dilakukan pervaginam atau per abdominam.
Apabila persalinan tidak selesai atau diperkirakan tidak akan selasai dalam 6
jam setelah terjadinya solutio plasenta, walaupun amniotomi dan pemberian
infus oksitosin telah dilakukan, satu-satunya cara untuk segera mengosongkan
uterus ialah dengan seksio caesaria.
Seksio Caesaria tidak perlu menunggu sampai darah tersedia secukupnya,
atau syok teratasi, karena tindakan terbaik dalam mengatasi perdarahan adalah
dengan segera menghentikan sumbernya.
Apabila perdarahan tidak dapat diatasi dengan seksio caesaria, uterus
Couvelaire dengan kontraksi tidak baik, terjadi afibrinogenemia atau
hipofibrinogenemia, persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak
cukup; maka histerektomi perlu dipertimbangkan. Dapat juga dilakukan ligasi
arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi
masih ingin dipertahankan.
e. Komplikasi2
1) Perdarahanan, syok hemodinamik
2) Kelainan pembekuan darah
3) Oligouria dan gagal ginjal
4) Gawat janin
31
C. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Keterangan :1
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh
tenaga kesehatan.
32
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG
33