bab ii pengawasan pemerintah terhadap …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/chapter...

42
BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP PERUSAHAAN PELAKSANA PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA DI LUAR NEGERI A. Fungsi Pengawasan Pemerintah Secara Umum Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri beserta peraturan pelaksananya maupun ratifikasi sejumlah konvensi PBB. Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya, baik yang bekerja di dalam maupun di luar negeri. Semua berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, serta kesetaraan dan keadilan gender. 42 Mengacu kepada pasal di atas, maka Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 seharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, khususnya untuk memperoleh kemudahan pelayanan penempatan yang akurat dan tetap mengutamakan keselamatan TKI dari semua aspek. 43 Sebagai bagian dari sistem pemerintahan yang lebih besar, pemerintahan daerah menjadi ujung tombak pelaksanaan kewajiban tersebut terhadap masyarakat 42 Muhaimin, “Perlindungan Buruh Migran harus Dijamin, http://bataviase .co.id/content/perlindungan-buruh-migran-harus-dijamin. diakses tanggal 30 Maret 2010. 43 Ibid Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

BAB II

PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP PERUSAHAAN PELAKSANA

PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA SWASTA DI LUAR

NEGERI

A. Fungsi Pengawasan Pemerintah Secara Umum

Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri beserta peraturan pelaksananya

maupun ratifikasi sejumlah konvensi PBB. Sudah menjadi kewajiban pemerintah

untuk menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya, baik yang bekerja di

dalam maupun di luar negeri. Semua berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi,

keadilan sosial, serta kesetaraan dan keadilan gender.42

Mengacu kepada pasal di atas, maka Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004

seharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara

Indonesia yang bekerja di luar negeri, khususnya untuk memperoleh kemudahan

pelayanan penempatan yang akurat dan tetap mengutamakan keselamatan TKI dari

semua aspek.43

Sebagai bagian dari sistem pemerintahan yang lebih besar, pemerintahan

daerah menjadi ujung tombak pelaksanaan kewajiban tersebut terhadap masyarakat

42

Muhaimin, “Perlindungan Buruh Migran harus Dijamin, ” http://bataviase

.co.id/content/perlindungan-buruh-migran-harus-dijamin. diakses tanggal 30 Maret 2010. 43

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

lokal di daerahnya.44

Pergaulan antara manusia sebagai anggota masyarakat saling

mempunyai kepentingan ada yang sama dan ada yang bertentangan antara satu sama

lain.

Dalam konteks pertentangan kepentingan masyarakat ini akan menimbulkan

persoalan wajar dan tidak wajar, patut dan tidak patut, yang pada akhirnya

pertentangan kepentingan ini dapat melanggar hak anggota masyarakat. Hal ini dapat

terjadi dalam kegiatan sosial dan kegiatan-kegiatan ekonomi perusahaan karena itu

perangkat hukum diperlukan untuk menciptakan dan melindungi hak anggota

masyarakat.45

Holland yang dikutip oleh Wise, Percy M. Winfield dan Bias, bahwa tujuan

hukum adalah menciptakan dan melindungi hak-hak (legal rights). Jadi perusahaan

harus memperhatikan kepentingan hak orang lain dalam pergaulan hidup masyarakat,

terutama kaum buruh, sebab perkembangan perangkat hukum untuk menciptakan dan

melindungi hak manusia sebagai anggota masyarakat terus mengalami perkembangan

dalam kegiatan ekonomi perusahaan sejalan dengan perkembangan masyarakat yang

berperan menampung kebutuhan masyarakat yang berkepentingan (stakeholder) dari

perusahaan.46

44

Perwira, I. Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan Berdasarkan

Undang-Undang Dasar 1945. Bandung: Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran, 2009,

hal. 89. 45

Bismar Nasution, Hukum Perusahaan, Program Magister Ilmu Hukum, Program Pasca

Sarjana, (Medan: USU Press), 2003, hal. 1. 46

Ibid, hal. 2.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Menurut Manullang, 47

pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan

pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu

dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana

semula. Pendapat ahli lain, pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk

menetapkan standar pelaksanaan kerja dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang

telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-

penyimpangan serta mengambil tindakan.48

koreksi yang diperlukan untuk menjamin

bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan

efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan

Pengawasan dapat dilakukan dengan cara pengawasan preventif (preventive

controlling) dan pengawasan korektif (corrective controlling). Pengawasan preventif

adalah pengawasan yang mengantisipasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan,

sedangkan pengawasan korektif dapat dijalankan apabila hasil yang dinginkan

terdapat banyak variasi. Pengawasan itu dapat dilakukan pada bidang-bidang

produksi, waktu, kegiatan manusia, maupun keuangan.

Pengawasan di bidang ketenagakerjaan sangat penting sebagai salah satu

instrumen untuk mewujudkan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam

pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945. Adapun fungsi pengawasan oleh

pemerintah akan semakin penting pada masyarakat industri modern, sebagai mana

47

Sedjun Manullang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta: Rhineka

Cipta, 1995), hal. 34 48

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1993), hal. 291.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

diungkapkan oleh Rudolf Maerker dan Christian Uhlig karena persoalan-persoalan

ketenagakerjaan akan mengarah kepada persetujuan-persetujuan yang ditetapkan

antara lain pekerja dan pengusaha.49

Menurut Ranupandojo tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar

pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil

yang dikehendaki.50

Soekarno dalam Gouzali Saydam mengemukakan tujuan pengawasan antara

lain adalah:

1. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana.

2. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi.

3. Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien.

4. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam

kegiatan.

5. Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah

perbaikan. 51

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang

direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama

tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan

49

Agusmidah, ”Fungsi Pengawasan Pemerintah terhadap Perlindungan Penempatanpada

Perusahaan Industri di Kabupaten Deli Serdang,” (Tesis , Medan: Universitas Sumatera Utara) hal.

78. 50

Ranupandojo, Heidjrachman. Tanya Jawab Manajemen. (Yogyakarta: AMP YKPN, 1990),

hal. 109 51

Gouzali Saydam, Soal Jawab Manajemen dan Kepemimpinan. (Jakarta: Djambatan, 1993),

hal.197

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

ssesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk

memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.52

Bentuk-bentuk atau tipe pengawasan menurut Hamdan Mansoer sebagai

berikut:

1. Pengawasan Pra Kerja

Bentuk pengawasan pra kerja ini sifatnya mempersiapkan antisipasi permasalahan

yang akan datang. Sifatnya mengarahkan keadaan yang akan terjadi di masa

datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar. Pengawasan bentuk ini

memberikan patokan kerja dan tidak memandori kerja.

2. Pengawasan Semasa Kerja

Pengawasan yang dilakukan pada saat tugas diselenggarakan, memungkinkan

manajer melakukan perbaikan di tempat pada waktu penyimpangan diketahui.

Perbaikan secara langsung sebelum penyimpangan terlalu jauh terjadi, yang

mungkin akan sangat sukar meluruskannya, lebih menguntungkan pengawasan ini

ialah supervisi. Supervisi langsung memungkinkan manajer melakukan tindakan

koreksi langsung pula.

52

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2004), hal. 173

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

3. Pengawasan Pasca Kerja

Pengawasan dilakukan sesudah kegiatan atau pekerjaan berlangsung dan sudah

berselang waktu yang lama. Kelemahannya ialah penyimpangan baru diketahui

setelah pekerjaan seluruhnya selesai, sehingga tidak mungkin diperbaiki lagi. 53

Secara teoritis, ada tiga cara pokok untuk menciptakan kesempatan kerja atau

berusaha dalam jangka panjang. Cara pertama adalah dengan memperlambat laju

pertumbuhan penduduk yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi

penawaran tenaga kerja. Tetapi seperti dikemukakan di atas, cara ini tidak memadai

bagi Indonesia karena angka kelahiran memang tidak relatif rendah dan dampaknya

terhadap pertumbuhan tenaga kerja kurang signifikan dalam jangka pendek. Cara

kedua adalah dengan meningkatkan intensitas pekerja dalam menghasilkan output

(labour intensity of output).54

Tetapi dalam jangka panjang, cara ini tidak selalu

berhasil karena tidak selalu kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan.

Cara ketiga adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Cara ini bukan tanpa

kualifikasi karena secara empiris terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi dan

kesempatan kerja tidak terdapat hubungan otomatis atau niscaya, tetapi justru

tantangannya menjadi riil, karena hubungan yang tidak otomatis itu, maka peranan

pemerintah menjadi strategis dan krusial untuk merancang strategi pertumbuhan

53

Hamdan Mansoer, Pengantar Manajemen. (Jakarta: Depdikbud, 1989). hal. 115 54

Rencana Tenaga Kerja Nasional 2004-2009, http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/

2004/06/13/nrs,20040613-01,id.html, Minggu, 13 Juni 2004 00:18 WIB

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

ekonomi yang tinggi, tetapi juga "ramah" terhadap ketenagakerjaan (employment -

friendly - growth).55

Undang-Undang Dasar 1945 telah menggariskan bahwa negara

bertanggungjawab untuk menjaga kehormatan dan harta benda warga negaranya yang

berada di luar wilayah Republik Indonesia. Amanah Undang-Undang Dasar ini sangat

relevan untuk direnungkan oleh setiap orang yang menjadi penyelenggara negara,

terutama dalam konteks globalisasi ekonomi, dimana banyak Warga Negara

Indonesia bekerja atau mencari kehidupan di luar negeri.56

Dalam melaksanakan perlindungan Warga Negara Indonesia di luar negeri

khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), negara membuka hubungan konsuler

(consular relation) dengan banyak negara lain. Namun dalam pelaksanaannya,

hubungan konsuler lebih dititik beratkan pada upaya memajukan hubungan dagang

Indonesia dengan negara lain. Sedangkan perlindungan TKI masih terkebelakang,

walaupun TKI merupakan salah satu sumber devisa negara. Perlindungan TKI hanya

bersifat responsif ketimbang struktural dan sistematis. Pada umumnya, perlindungan

TKI hanya dilakukan apabila masalah-masalah yang dialami TKI telah menjadi berita

di media masa.

Dengan terungkapnya beberapa kasus besar TKI di negara tetangga Malaysia

dan Singapura serta di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi,

seluruh komponen bangsa tersentak. Banyak orang berpendapat bahwa persoalan itu

55

Ibid, 56

Sjah Djohan Darwis, “Peluang Tenaga Kerja di Luar Negeri (Kabupaten Tulung Agung,

Provinsi Jawa Timur)”, Buletin Puslitbang TK No. 2/XVII/2004.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan para TKI. Ada lagi yang mengatakan

bahwa persoalan ini terjadi karena pengusaha perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia

(PJTKI, sekarang disebut PPTKIS) tidak berwawasan nasional dan hanya mengejar

keuntungan (profit-oriented). Ada juga yang berpendapat bahwa kasus-kasus TKI

terjadi karena tidak berjalannya fungsi regulatif dan punitif Pemerintah RI.

Kejadian-kejadian yang mengenaskan terhadap TKI membuat Pemerintah

bekerja keras untuk mencari solusi atas permasalahan TKI di luar negeri. Salah satu

dari solusi yang telah diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah dengan

diundangkannya Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Undang-Undang meluruskan

perilaku menyimpang dari Perusahaan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

Indonesia Swasta (PPTKIS) dan memberikan fungsi kontrol kepada Pemerintah

untuk mengatur dengan baik penempatan TKI di luar negeri.

B. Peran Pemerintah dalam Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar

Negeri

Perlindungan TKI diluar negeri tak lepas dan masa persiapan, penempatan,

hingga purna kerja seorang TKI. Pengaturan atas perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri dapat dilihat dalam Undang-Undang No.39 Tahun 2004

tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Undang-undang ini mengatur mekanisme penempatan TKI di luar negeri hingga

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

pemulangan dan penanggulangan berbagai permasalahan yang selama ini dihadapi

oleh TKI.

Peran pemerintah dalam hal melakukan fungsi pengawasan terhadap

penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri terdiri dari:

1. Sebelum penempatan

Bentuk pengawasan terhadap tenaga kerja dimulai sejak sebelum penempatan

tenaga kerja Indonesia. Hal yang perlu diawasi sebelum penempatan tenaga kerja

adalah pembuatan perjanjian kerja mulai dari perekrutan, pendidikan dan pelatihan

dan lain-lain.

Perbedaan penafsiran terhadap implementasi Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar

negeri antara 2 (dua) lembaga negara yaitu Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Depnakertrans) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), secara spesifik persoalannya adalah apakah

BNP2TKI hanya melakukan penempatan dan perlindungan TKI yang dilaksanakan

pemerintah. Sejak 2007, BNP2TKI telah melakukan pelayanan penempatan TKI yang

dilaksanakan pemerintah, Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

(PPTKIS), TKI mandiri dan penempatan perusahaan sendiri.

Perjalanan sejarah penempatan TKI menjadi alasan pembenar bahkan apa

yang biasanya dilakukan di masa lalu, itulah yang paling benar. Penempatan dan

perlindungan TKI paling tidak harus berpedoman kepada 2 (dua) undang-undang

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 beserta peraturan pelaksanaannya.

Apabila kedua undang-undang dan peraturan pelaksanaannya dipahami

dengan benar, niscaya, siapapun atau lembaga manapun tidak akan terjebak ke

masalah kewenangan. Karena, siapapun sebagai pemangku kewenangan, bukanlah

menjadi ukuran utama, namun siapa yang mengambil peran yang paling besar dalam

menjamin hak-hak TKI. Penanganan kewenangan pelayanan penempatan dan

perlindungan TKI harus berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

artinya pemerintah berfungsi merumuskan standar, pedoman, norma, dan kriteria

yang diwujudkan dalam berbentuk Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan

pembahasannya dengan Menteri Dalam Negeri dan pemangku kepentingan lainnya

termasuk BNP2TKI.

Pasal 38 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2004 tentang PPTKILN mengharuskan

kepada Pelaksana Penempatan TKI swasta untuk membuat dan mendatangani

perjanjian penempatan dengan pencari kerja yang telah dinyatakan memenuhi

persyaratan administrasi dalam proses perekrutan. Dalam hal ini peran Pemerintah

daerah Kabupaten/Kota, melalui instansi yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan, adalah untuk:

a) Mengetahui perjanjian penempatan kerja itu (Pasal 38 (ayat (2));

b) Menerima laporan perjanjian penempatan dari pelaksana penempatan TKI swasta

(Pasal 54 ayat (1));

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

c) Menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja (Pasal 55 (3)).

Ketentuan yang menyangkut tentang perjanjian kerja ini sangat perlu jika

konsekuen dalam pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan suatu fenomena bahwa para

calon TKI banyak yang belum memiliki perjanjian kerja yang harus mereka pelajari

terlebih dahulu sejak pra penempatan. Bahkan menurut Aritonang, di antara mereka

baru memperoleh naskah perjanjian kerja ketika akan berangkat. Tidak sedikit pula

yang tidak betul-betul memahami perjanjian tersebut.

2. Semasa penempatan

Dalam rangka pemberian perlindungan selama masa penempatan TKI di luar

negeri, Perwakilan Republik Indonesia melakukan pembinaan dan pengawasan

terhadap perwakilan Pelaksana Penempatan TKI swasta dan TKI yang ditempatkan di

luar negeri.

Pasal 85 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 mengatur, “Dalam

hal penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka salah satu atau kedua belah

pihak dapat meminta bantuan instansi yang bertanggungjawab di bidang

ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota, Provinsi atau Pemerintah”. Ketentuan ini

menempatkan pemerintah daerah sebagai institusi yang turut terkena akibat atas suatu

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

permasalahan terhadap pekerja migran. Jika ada masalah, pemerintah daerah harus

ikut bertanggungjawab, sementara remitan masuk kepada institusi pemerintah pusat.57

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, Pasal 95 ayat (1), secara tegas

menyebutkan bahwa BNP2TKI mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan

terintegrasi, lebih lanjut Pasal 95 ayat (2) BNP2TKI bertugas:

a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah

dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di

negara tujuan penempatan sebagaimana Pasal 11 ayat (1),

b. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan

mengenai:

1) Dokumen;

2) Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP);

3) Penyelesaian masalah;

4) Sumber sumber pembiayaan;

5) Pemberangkatan sampai pemulangan;

6) Peningkatan kualitas calon TKI;

7) Informasi;

8) Kualitas pelaksanaan penempatan TKI; dan

9) Meningkatan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

57

Lestari, ”Statemen ATKI tentang Revisi UU No. 39 2004,” publikasi Front Perjuangan

Rakyat, 2008.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Fungsi BNP2TKI dapat dikatakan sebagai lembaga penempatan pemerintah

semata, jika memperhatikan konstruksi Pasal 95 yang terdiri dari 2 (dua) ayat dan

penulisan dalam satu pasal, hal ini karena ada kesamaan materi antara ayat (1) dan

ayat (2) dan rangkaian materi yang tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2004 tentang Peraturan Pemerintah, penjelasan dalam angka 50 dan 59).

Perlindungan hukum selama masa penempatan di luar negeri, diwujudkan

antara lain dalam bentuk:

a. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan intemasional.

b. Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan atau

penawaran perundang-undangan di negara TKI ditempatkan.

Setiap calon TKI yang bekerja ke luar negeri, baik secara perseorangan

maupun yang ditempatkan oleh Pelaksana Penempatan TKI swasta, wajib mengikuti

progam pembinaan dan perlindungan TKI. Ketentuan mengenai pemberian

perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dan kewajiban untuk

mengikuti program pembina dan perlindungan sebagaimana tersebut di atas, akan

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3. Sesudah penempatan

Setelah TKI bekerja di tempat yang dituju, bukan berarti perlindungan dari

Pemerintah berhenti. Setelah penempatan hingga masa pemulangan TKI kembali ke

negara asalnya. Bentuk perlindungan TKI yang dapat diberikan Pemerintah adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

berupa penyelesaian masalah, pembelaan terhadap dipenuhinya hak-hak TKI dan

pemulihan harkat (fisik dan spikis) TKI serta pengurusan kepulangan TKI

Pemerintah memberikan perlindungan dengan memberlakukan open

management dalam hal perlindungan dan penanganan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

sejak Juni 2010. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

membebaskan para buruh migran yang pulang dari negara penempatan untuk memilih

terminal kedatangan. Langkah itu ditempuh untuk menekan angka pungutan liar

(pungli) dan ancaman penipuan pada TKI yang baru pulang dari luar negeri.

Hal yang dialami TKI selama ini, pada saat pemulangan kembali ke

Indonesia, banyak dikenai pungli. BNP2TKI telah mengambil tindakan tegas dengan

menskors 104 armada angkutan pemulangan TKI. Karena diduga terlibat pungli TKI.

Pada tahun 2009, 35 unit angkutan yang diskors selama enam bulan tidak boleh

melakukan operasi. Kemudian, pada Tahun 2010 ada 69 unit angkutan yang

diskors.58

C. Eksistensi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Karakteristik calon TKI/TKI yang sebagian besar terbatas aksesnya untuk

mendapatkan informasi disebabkan kualitas calon TKI/TKI memiliki pendidikan dan

keterampilan yang rendah, biasanya disebut sebagai tenaga kerja informal, sehingga

perlu mendapat perlindungan ekstra dari pemerintah. Fakta, tanggung jawab PPTKIS

58

Jawa Pos Nasional Network, ”TKI Boleh Pilih Bandara Kedatangan,” http://www.jpnn.com

/index.php?mib=berita.detail&id=63527, diakses tanggal 26 Agustus 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

lebih besar dari pemerintah, lihatlah penjelasan Undang Undang Nomor 39 Tahun

2004 menyebutkan bahwa calon TKI/TKI yang belum dapat menikmati akses

informasi menjadi tanggung jawab pemerintah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004, peran PPTKIS atau

yang biasa disebut perusahaan jasa TKI sangat menentukan kesuksesan program

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Untuk itu, perlu kerja sama yang

baik antara PPTKIS dan pemerintah, dalam hal ini Depnakertrans serta Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). PPTKIS harus melakukan

penempatan dan perlindungan TKI sesuai aturan serta mekanisme dan prosedur yang

ada. Dalam aturan jelas bahwa hanya TKI yang berkualitas dan memenuhi syarat

yang akan ditempatkan ke luar negeri. Jika terdapat masalah yang menimpa TKI,

tentunya PPTKIS bersama pemerintah harus bekoordinasi untuk menyelesaikannya.

Pemerintah juga harus siap turun tangan untuk membantu jika ada hambatan-

hambatan dalam proses penempatan.

BNP2TKI membawahi 19 (sembilan belas ) organisasi Unit Pelaksana Teknis

(UPT) atau Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BP3TKI) serta 13 (tiga belas) Pos Pelayanan di embarkasi atau debarkasi yang tugas

pokoknya memberikan kemudahan pemrosesan dokumen dan penyelesaian

permasalahan TKI. Pelayanan langsung melalui pelayanan terpadu satu pintu. Dalam

pelayanan satu pintu, kedudukan Dinas ketenagakerjaan merupakan instansi yang

sangat berperan dalam pelayanan tersebut. Selain itu, keberadaan BP3TKI

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

sebelumnya BP2TKI, sejak diberlakukannya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

yang sekarang menjadi undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, UPT tersebut tidak

diserahkan ke pemerintahan daerah. Alasannya karena bersifat lintas negara dan lintas

provinsi.

PPTKIS juga memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah adanya

TKI-TKI ilegal serta tindak-tindak pelecehan terhadap calon TKI yang biasa terjadi di

tempat penampungan. Banyaknya kasus pelacuran yang terjadi pada calon TKI

adalah karena mereka tidak disalurkan sebagaimana mestinya oleh PPTKIS liar. Oleh

karena itu, PPTKIS harus benar-benar melakukan prosedur resmi pemberangkatan

TKI, meliputi:

1. Melaksanakan proses pra pemberangkatan dan penempatan TKI sesuai

prosedur dan mekanisme yang telah digariskan oleh Undang-Undang

Ketenagakerjaan, yaitu antara lain:

a. Pengurusan surat ijin pengerahan

b. Perekrutan dan seleksi

c. Pendidikan dan pelatihan kerja

d. Pemeriksaan kesehatan dan psikologi

e. Pengurusan dokumen

f. Uji Kompetensi

g. Pembekalan akhir pemberangkatan

h. Pemberangkatan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

2. Melakukan kerjasama dengan NGO dalam memberikan penyuluhan,

sosialisasi dan perlindungan terhadap TKI.

Kerjasama NGO dan PPTKIS dapat dilakukan dengan cara-cara:

a. Bantuan Sosial Ketenagakerjaan

Bantuan sosial ketenagakerjaan diarahkan untuk membantu tenaga kerja agar

dapat masuk ke pasar kerja memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang layak.

Bantuan tersebut dilakukan baik pada tahap pre employment, employment maupun

post employment. Bantuan pada tahap pre employment diberikan antara lain dalam

bentuk bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan yang diperlukan oleh pasar kerja. Bantuan pada tahap employment antara

lain diberikan dalam bentuk informasi pasar kerja, perlindungan yang berkaitan

dengan kondisi dan kesejahteraan pekerja, tunjangan pengangguran dan sebagainya.

Sedang bantuan sosial pada tahap post employment antara lain diberikan dalam

bentuk promosi ketenagakerjaan bagi lansia produktif untuk berkarya sesuai dengan

kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya.

Bantuan sosial ketenagakerjaan dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi sebagai leading sektor dengan berkoordinasi dengan sektor-sektor

terkait lainnya.

b. Bantuan Sosial Lainnya

Selain bantuan sosial yang dilakukan oleh sektor-sektor sebagaimana

disebutkan di atas juga ada upaya bantuan sosial yang dilakukan oleh berbagai

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

sektor lain seperti sektor Kependudukan dan KB (oleh Departemen Dalam Negeri

dan BKKBN), sektor agama (oleh Departemen Agama) dan sebagainya.

Berbagai bentuk bantuan sosial tersebut perlu dikoordinasikan satu sama lain

baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya. Koordinasi tersebut

sangat diperlukan sehingga tidak terjadi duplikasi baik duplikasi dalam kegiatan

maupun duplikasi dalam sasaran. Dengan demikian dana yang terbatas yang

disediakan untuk berbagai upaya bantuan sosial tersebut dapat benar-benar tepat

sasaran penggunaannya.

3). Pengembangan kearifan lokal

Upaya ini diarahkan untuk menggali, mempertahankan, dan mengembangkan

kearifan-kearifan sosial yang telah tumbuh di berbagai komunitas lokal. Secara

informal berbagai komunitas di berbagai daerah sebenarnya telah

mengembangkan berbagai skema sosial guna menanggulangi berbagai persoalan

sosial yang dihadapi anggotanya. Hanya selama ini berbagai skema sosial yang

telah berkembang secara informal tersebut tidak berada dalam jangkauan

kebijakan publik. Padahal peran berbagai skema informal tersebut sangat penting,

karena di samping tumbuh atas inisiatif masyarakat juga karena sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi sosial setempat.

Kedepan perlu dikembangkan berbagai upaya baik yang bersifat langsung

maupun tidak langsung untuk dapat menggali dan mengembangkan berbagai

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

skema informal tersebut dalam sistem perlindungan sosial yang akan

dikembangkan.

4). Kegiatan berkaitan dengan upaya memperkuat dukungan keluarga dan

partisipasi masyarakat

Penguatan dukungan keluarga dan masyarakat antara lain bertujuan untuk:

a. meningkatkan dan membina peran keluarga dalam membantu anggota

keluarga dan anggota masyarakat lain yang memerlukan bantuan sosial baik

dalam bentuk material maupun non material

b. meningkatkan dan membina peran serta masyarakat, organisasi sosial,

lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta dalam membantu mengatasi

berbagai masalah sosial yang dihadapi

Seperti halnya perlindungan sosial, terdapat pula berbagai macam interpretasi

jaminan sosial (social security). ILO (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial

merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk

masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan

yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia,

ataupun kematian. Lebih jauh dijelaskan bahwa jaminan sosial terdiri dari asuransi

sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds, dan skema yang

diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter

lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Pada mulanya, masalah perlindungan tanaga kerja di luar negeri pada mulanya

ditempatkan dibawah Departemen Tenaga Kerja RI dan pembinaanya diserahkan

pada Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia. Secara sadar pula Pemerintah

Indonesia menyadari bahwa TKI yang dikirimkan ke luar negeri adalah tenaga kerja

tidak trampil dan berupaya untuk peningkatan mutu TKI ke luar negeri dan

memfokuskan pengiriman TKI yang memiliki ketrampilan semi skilled dan full

skilled. Untuk itu, sejak Tahun 2006, dibentuklah suatu lembaga khusus yang

melayani perlindungan TKI di Luar Negeri. Lembaga ini diberi narna Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

yaitu sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

keluarganya, sebagai sarana untuk mengaktualisasi dirinya. Dengan demikian, hak

atas pekerjaan merupakan hak asasi yang melekat pada diri seseorang, yang wajib

dijunjung tinggi dan dihormati. Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 27 ayat (2)

menyatakan bahwa setiap warganegara Indonesia berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak urtuk memperoleh perlindungan sejak

saat pra penempatan, selama masa penempatan dan puma penempatan, seuai dengan

peraturan perundang-undangan serta hukum dan kebiasaan internasional yang dalam

hal ini dilaksanakan oleh Pejabat Atase Ketenagakerjaan pada Perwakilan Repubhk

Indonesia di negara tujuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Perlindungan hukum selama masa penempatan di luar negeri diwujudkan

antara lain dalam bentuk:

a. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di negara tujuan serta hukum dan kebiasaan intmasional

b. Pembelaan atas pemenuhan hak hak sesuai dengan perjanjian kerja dan atau

perundang-undangan dii negara TKI ditempatkan.

c. Perlu kiranya ditegaskan bahwa setiap calon TKI/TKI yang bekerja ke luar

negeri, baik secara perseorangan maupun yang ditempatkan oleh Pelaksana

Penempatan TKI swasta, wajib mengikuti program pembinaan dan perlindungan

TKI. Ketentuan mengenai pemberian perlindungan selama masa penempatan

TKI di luar negeri dan kewajiban untuk mengikuti program pembina dan

perlindungan sebagaimana tersebut di atas, akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah.

Perlindungan TKI, yang meliputi

1. Bimbingan dan advokasi bagi TKI sejak pra penempatan, masa penempatan dan

purna penempatan

2. Menyusun dan mengumumkan daftar Mitra Usaha dan Perusahaan bermasalah

secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004, Pasal 95 ayat (1), secara tegas

menyebutkan bahwa BNP2TKI mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinasi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

terintegrasi, lebih lanjut ayat (2) BNP2TKI bertugas: a. melakukan penempatan atas

dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah negara

pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan

sebagaimana Pasal 11 ayat (1), b. memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan

melakukan pengawasan mengenai: 1) dokumen; 2) Pembekalan Akhir

Pemberangkatan (PAP); 3) penyelesaian masalah; 4) sumber sumber pembiayaan; 5)

pemberangkatan sampai pemulangan; 6) peningkatan kualitas calon TKI; 7)

informasi; 8) kualitas pelaksanaan penempatan TKI; dan 9) peningkatan

kesejahteraan TKI dan keluarganya. Sah-sah saja meletakkan fungsi BNP2TKI

sebagai lembaga penempatan pemerintah semata, jika memperhatikan konstruksi

Pasal 95 yang terdiri dari 2 (dua) ayat dan penulisan dalam satu pasal, hal ini karena

ada kesamaan materi antara ayat (1) dan ayat (2) dan rangkaian materi yang tidak

dapat dipisahkan (Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004, penjelasan dalam angka

50 dan 59).

D. Bentuk-bentuk Pengawasan Pemerintah terhadap Perusahaan Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta Di Luar Negeri

Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di

luar negeri dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan pada Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Hal ini ditegaskan pada Pasal 92 Undang-Undang No. 39 Tahun

2004. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan ini, Instansi yang melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

pengawasan tersebut wajib melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan terhadap

pelaksanaan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang ada di daerahnya

sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya kepada Menteri (Pasal 93 ayat (1)).

Dalam ketentuan tersebut tidak ditegaskan apakah penyelenggaraan penempatan yang

dimaksud diartikan mulai dari pra penempatan, penempatan, dan purna penempatan,

atau diartikan secara khusus pada penempatan dalam arti ketika TKI sudah berada di

negara tujuan pengiriman.

Berdasarkan ketentuan di atas, pemberian ruang bagi pemerintahan daerah

dalam Undang-Undang ini sangat bergantung kepada kehendak politik pemerintah

pusat. Kontradiksi antara kewajiban pemerintahan daerah sebagai sub sistem

penyelenggara Negara dengan ketentuan-ketentuan tersebut memunculkan suatu

ambiguitas mengenai peran pemerintahan daerah terhadap urusan TKI merupakan

kewajiban atau pilihan. Di satu sisi pemerintahan daerah memiliki peran yang cukup

penting sebagai pelayan publik yang terdekat dengan masyarakat. Di lain pihak,

pemerintahan daerah menghadapi batas-batas kewenangan.

Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untuk

mencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan

mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang

melaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara, Saat ini Pemerintah tengah melakukan

revitalisasi pengawasan ketenagakerjaan. Upaya-upaya yang sedang dilakukan

diantaranya menitikberatkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pengawas,

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

penegakan hukum di bidang ketenagakerjaan, serta merumuskan dan melaksanakan

kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan

ketenagakerjaan.59

Wacana mengenai perubahan UU No. 39 Tahun 2004 Tentang PTKILN

dipahami oleh sebagian kalangan sebagai isu pergerakan untuk meratifikasi Konvensi

Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota

Keluarganya. Hal ini tampak kontradiktif dengan persepsi Pemerintah mengenai

pertimbangan isu perubahan Undang-Undang PPTKILN, yaitu: (1) untuk melayani

kepentingan PPTKIS guna mempermudah perijinan supaya dapat menunjang

program pencapaian target pengiriman buruh migran Indonesia sebesar satu juta BMI

per tahun; (2) mengalihkan perhatian buruh migran Indonesia dari tuntutan atas

Ratifikasi Konvensi PBB Tahun 1990 tentang Perlindungan Hak Buruh Migran dan

Keluarganya yang selama ini didesakkan oleh buruh migran Indonesia .60

Tampaknya

Pemerintah Indonesia betul-betul khawatir untuk meratifikasi Konvensi tersebut

sehubungan dengan konsekuensinya. Jika permasalahan pekerja migran tergolong

sebagai fenomena perbudakan, hal tersebut menjadi salah satu yang mewajibkan

negara untuk mempertanggungjawabkan atas kelalaian atau pelanggaran dari

kewajiban hukum internasional.61

59

Hasil wawancara dengan Bapak Leppy Hutagaul, Tata Usaha Dinas Tenaga Kerja Kota

Medan Penempatan TKI Luar Negeri, tanggal 2 Juni 2010, di Kota Medan. 60

Ibid 61

C. d. Rover,. To Serve and To Protect, Acuan Universal Penegakan HAM, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2000), hal. 43.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Hal tersebut didukung salah satunya oleh pengamatan Donny Pradana.

Menurutnya target pemerintah pada masa SBY-JK dalam hal penempatan tenaga

kerja dalah sebesar satu juta per tahun.62

Bahkan ditambahkan dalam penjelasan Sri

Palupi, pemerintah berniat untuk memberantas percaloan melalui kegiatan

pencegahan dan penindakan. Yang terjadi adalah pemerintah hanya menindak para

calo yang beroperasi di lapangan, tetapi tidak membangun sistem perekrutan yang

mampu menghilangkan peran calo. Padahal peran calo tidak akan pernah hilang

selama mayoritas PPTKIS masih berdomisili di Jakarta dan pelayanan pemerintah di

bidang ketenagakerjaan belum menjangkau sampai ke tingkat desa.

Tampak beberapa disharmoni dengan UU No. 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri. Pemerintah daerah hanya disebut sebagai bagian dari

kategori hubungan luar negeri yang bersifat regional dan internasional (Pasal 1 angka

1 UU No. 37 Tahun 1999). Jika pertanggungjawaban dalam rangka melaksanakan

pengawasan cukup kepada instansi yang bertanggungjawab di bidang

ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, adalah masih signifikan. Pertimbangannya

adalah bahwa urusan TKI ketika sudah pada masa penempatan di Negara tujuan

adalah urusan “G to G” (government to government). 63

62

Donny Pradana wr, B. S. (n.d.). http://zonamigran.com/kso.php?id=62&kode=2. Retrieved

05 31 11:14:47, 2009, from http://zonamigran.com: http://zonamigran.com/kso.php?id=62&kode=2,

diakses tanggal 10 Juli 2010. 63

Syafrudin, A. (Performer), Pola Hubungan Pusat dan Daerah. (Bandung: Focused Group

Discussion, 2009), hal. . 20.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Hal ini berdasarkan ketentuan bahwa kewenangan penyelenggaraan

Hubungan Luar Negeri dan pelaksanaan Politik Luar Negeri Pemerintah Republik

Indonesia berada di tangan Presiden (Pasal 6 ayat (1)). Walaupun dapat saja Presiden

menunjuk pejabat selain Menteri Luar Negeri untuk melaksanakan tugas, tetap harus

melalui konsultasi dan koordinasi Menteri Luar Negeri (Pasal 7 ayat (1) dan (2)).

Seharusnya yang paling bertanggungjawab dalam hal pengawasan pada masa

penempatan adalah kantor perwakilan Indonesia di Negara tujuan, (Pasal 24 ayat (1)).

Selain mengatur mengenai kelembagaan dan kewenangan, UU Hubungan Luar

Negeri tersebut menegaskan kewajiban perwakilan RI (Pasal 19).

Salah satunya adalah untuk memberikan pengayoman, perlindungan, dan

bantuan hukum bagi warga negara dan badan hukum Indonesia di luar negeri, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan kebiasaan

internasional. Jika terjadi sengketa antara sesama warga negara atau badan hukum

Indonesia di luar negeri, maka Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban

membantu menyelesaikannya berdasarkan asas musyawarah atau sesuai dengan

hukum yang berlaku (Pasal 20). Lebih tegasnya, dalam hal warga negara Indonesia

terancam bahaya nyata, Perwakilan Republik Indonesia berkewajiban memberikan

perlindungan, membantu, dan menghimpun mereka di wilayah yang aman, serta

mengusahakan untuk memulangkan mereka ke Indonesia atas biaya negara (Pasal

21).64

64

Ibid, hal. 29.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Bentuk pengawasan lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan

memberlakukan sanksi bagi penyalur tenaga kerja Indonesia yang melanggar

peraturan. Salah satu bentuk sanksi adalah sanksi skors atau penghentian sementara

penyalur tenaga kerja Indonesia dengan jalan skor. Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi (Kemen-nakertrans) menskors tujuh perusahaan pelaksana penempatan

tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS] atau biasa disebut pelaksana penempatan

TKI swasta (PPTKIS). Ketujuh PPTKIS ini terbukti melakukan berbagai pelanggaran

dalam proses penempatan TKI. 65

Sanksi yang dikenakan berupa penghentian sementara izin operasional, baik

hanya sebagian atau untuk seluruh kegiatan penempatan TKI ke luar negeri.

Sebanyak tujuh PPTKIS yang dijatuhi sanksi ini meliputi PT Amanitama Berkah

Sejati, PT Aqbal Duta Mandiri, PT Tritama Megah Abadi, PT Karya Pesona Sumber

Rejeki, PT Duta Ampel Mulia. PT Abdi Bela Persada, dan PT Dasa Graha Utama.66

Kedua lembaga masih bersikukuh dengan pendiriannya masing-masing untuk

menangani TKI. BNP2TKI berdasar UU Nomor Nomor 39 Tahun 2004 mempunyai

kewenangan menangani penempatan dan perlindungan TKI dari proses

keberangkatan sampai hingga purna kerja. Dengan berdasar Permen 22 Tahun 2008

65

Langgar Aturan, Tujuh PPTKIS Diskors, http://bataviase.co.id/node/156026, diakses

tanggal 20 Juli 2010.

66

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

lebih menguatkan peran Depnakertran untuk menangani proses penempatan TKI.

Meskipun Permen tersebut sudah dicabut oleh Mahkamah Agung Tahun 2009.67

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya

kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien.

Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan

penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan.

Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan

sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan

yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan

dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau

pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin

oleh inspektorat jenderal pada setiap departemen dan inspektorat wilayah untuk setiap

daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan

Departemen Dalam Negeri.

Sejak 1988-1998, pengawasan intern dikoordinasikan oleh Menteri

Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) dan Pengawasan

Pembangunan (Menko Ekuin dan Wasbang). Selain itu juga terdapat Badan

67

“Tanggung jawab Siapa Penempatan dan Perlindungan TKI,” http://us.suarapembaca.

Detik.com/read/2010/03/25/180700/1325562/471/tanggung-jawab-siapa-penempatan-dan-

perlindungan - tki, diakses tanggal 20 Juni 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan pelaksana teknis

operasional pengawasan, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 31 Tahun

1983.

E. pengawasan preventif dan represif;

F. pengawasan aktif dan pasif;

G. pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan

kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Selain itu ada pengawasan ekstern. Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan

yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang

diawasi. Sebelum perekonomian mencapai tingkat dimana semua pelaku pasar

terlibat dalam kelembagaan perekonomian modern, maka lapangan usaha informal

sama sekali tidak dapat diabaikan dalam menyerap tenaga kerja. Kekuatan lapangan

usaha informal adalah kemudahan untuk memasukinya dan barangkali yang lebih

penting di dalam era globalisasi, tidak terkait secara langsung oleh dampak negatif

globalisasi.

Khusus untuk pengawasan tenaga kerja Indonesia di Malaysia, Setelah

pencabutan moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Malaysia, April 2010,

perlu dibentuk lembaga pengawas gabungan antara Pemerintah RI dan Malaysia.

Tugasnya adalah mengawasi pelaksanaan kesepakatan persoalan ketenagakerjaan di

antara kedua negara. Peran lembaga tersebut sangat penting untuk menjalankan

fungsi kontrol dan sanksi hukum bagi pihak-pihak yang menyalahi perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Ditinjau dari waktu di mana pengawasan dilaksanakan dapat dibedakan atas

dua bagian:

i. Pengawasan preventif

Adalah pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewenangan-

penyelewenang, kesalahan-kesalahan atau sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan

dengan memberikan pedoman-pedoman pelaksaanaan berupa ketentuan atau

peraturan-peraturan yang harus dipenuhi. Pengawasan ditujukan agar pelaksanaan

suatu pekerjaan memenuhi ketentuan yang berlaku.

ii. Pengawasan refresif

Adalah pengawasan yang dilakukan sesudah rencana dilaksanakan, atau

dengan kata lain hasil-hasil yang telah dicapai, dinilai/diukur dengan alat pengukur

standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Jadi pengawasan ini dilakukan setelah

kesalahan atau penyimpangan terjadi.

Lembaga itu nantinya akan mewadahi setiap pengaduan, baik dari majikan di

Malaysia maupun TKI. Selama ini, mekanisme aturan perlindungan tenaga kerja di

Malaysia sebenarnya sudah ada, tetapi penegakan hukumnya belum optimal. Ada

beberapa kasus pengiriman TKI ilegal selama moratorium berlangsung. Kebanyakan

modus pengiriman TKI ilegal dengan penyalahgunaan dokumen imigrasi. Misalnya,

masuk Malaysia dengan paspor pelancong, tetapi ternyata justru bekerja. Sejauh ini

hal-hal prinsip dalam kesepakatan baru perjanjian pengiriman TKI ke Malaysia telah

disepakati kedua belah pihak. Kesepakatan itu di antaranya paspor dipegang TKI,

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

waktu libur bagi tenaga kerja satu hari seminggu, perhitungan gaji awal, dan

perlindungan hukum.68

Dengan melihat begitu kompleks permasalahan yang dihadapi oleh para

tenaga kerja Indonesia ini, pemerintah harus mampu menjalankan kewajibannya

terhadap rakyat khusunya buruh migran yang sudah banyak membantu negara dengan

sumbangan devisanya.

Pertama, pemerintah memperketat pengawasan terhadap perusahaan

pelaksana penempatan tenaga kerja agar penyelewengan dapat dikurangi seminimal

mungkin. Pemerintah dapat membuat undang-undang yang benar-benar melindungi

hak-hak buruh serta mensosialisasikannya terhadap masyarakat luas khusunya para

calon tenaga kerja dan para agen penyalur. Jika ada pihak yang tidak mentaatinya

maka pemeritah harus menindak tegas para pelaku agar pelanggaran-pelanggaran

semacam itu tidak meluas dan berlanjut.

Kedua, pembekalan berupa training-training dan semacamnya terhadap calon

tenaga kerja tetap intens dilakukan bekerja sama dengan perusahaan penyalur. Ketiga,

pengawasan terhadap tenaga kerja harus tetap berjalan dari semenjak mereka

diberangkatkan sampai mereka kembali lagi ke tanah air. Dalam hal ini kedutaan-

68

RI-Malaysia Perlu Bentuk Lembaga Pengawas, http://digilib.umm. ac.id/gdl

.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-2005-nailiariya-4680&PHPSESSID= 42d6ee65b

827a38f44956092d28ba985, diakses tanggal 20 Juni 2010. Satu-satunya hal yang belum disepakati

terkait nilai penebusan (cost structure) TKI di antara asosiasi perusahaan jasa tenaga kerja dari dua

negara. Da’i Bachtiar meminta supaya pengusaha penyalur TKI tidak mengambil untung terlalu besar

dari penebusan TKI. Menurut dia, agen TKI dari Indonesia menuntut 7.000 ringgit untuk biaya

penebusan. Namun, agen tenaga kerja di Malaysia hanya menyanggupi sekitar 5.000 ringgit

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

kedutaan di negara tujuan harus proaktif memberikan akomodasi terhadap tenaga

kerja Indonesia bekerja sama dengan Deplu dan Depnaketrans. Keempat, pemerintah

harus bekerja sama dengan pemerintah negara tujuan para buruh migran.

Kesepakatan-kesepakat yang bersifat mengikat harus ditegakkan dengan

pemerintah negara tujuan melalui kerjasama bilateral. Kesepakatan-kesepakatan ini

harus mampu menyentuh hak-hak dasar para tenaga kerja sebagai manusia, bukan

sebagai budak yang bebas diperdagangkan dan tenaganya dimanfaatkan sesuka hati.

Peranan pemerintah dalam menangani tekanan upah buruh sangat krusial, di

satu sisi pemerintah berkewajiban menyediakan sistem pengaman atau jaring sosial

yang efektif untuk menjamin tidak ada buruh yang "terjatuh" dan diabaikan hak-hak

hidup layaknya, disisi lain pemerintah harus realistis bahwa akibat krisis dan sebab

yang lain yang lebih bersifat struktural dan kultural, bagi sebagian pengusaha situasi

yang dihadapi masih belum kondusif untuk memberikan balas jasa pekerjaan yang

layak.

Hal yang dapat dilakukan pemerintah adalah terus mendorong dialog yang

cerdas antara pihak buruh dan pengusaha untuk mencapai konsensus dalam penetapan

upah buruh. Pemerintah juga "memiliki kewajiban moral" untuk menyediakan acuan

normatif dalam penetapan upah layak yang berbasis empiris serta memperoleh

pengakuan sepenuhnya dari pihak buruh dan pengusaha.

Selain itu pemberian bantuan hukum bagi golongan masyarakat kurang

mampu yang berperkara di pengadilan terus dilanjutkan. Kegiatan tersebut dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

dengan menyediakan pelayanan bantuan hukum melalui pemanfaatan dana APBN

yang disalurkan melalui pengadilan negeri setempat. Saat ini juga terus

diselenggarakan pemberian bantuan konseling dan pendampingan bagi perempuan

korban kekerasan.

E. Pihak-pihak yang dikatagorikan sebagai Pemerintah Yang

Bertanggungjawab dalam Pengawasan

1. Pemerintah Pusat

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menyebutkan bahwa pemerintah

pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari

presiden beserta para menteri, namun dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah serta PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian

urusan pemerintahan antara pemerintah,pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota.

secara tegas disebutkan bahwa pemerintah pusat selanjutnya disebut

pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Istilah pemerintah harus dipahami sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 dan PP Nomor 38 Tahun 2007 bukan atas dasar Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2004. Karena Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 harus menyesuaikan

dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan perintah Pasal 18

ayat (7) Undang-Undang Dasar RI 1945. Dengan demikian, haruslah menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

pertimbangan, bahwa BNP2TKI merupakan pemerintah pusat yang berbentuk

lembaga pemerintah non-kementerian.

Mencari upaya hukum yang tepat melalui pertimbangan das sollen dan das

sein. Tindakan serta merta melalui peraturan menteri tidaklah mendasar sama sekali

serta dipaksakan. Buktinya, seharusnya terlebih dahulu membuat PP tentang

penempatan pemerintah sebagai perintah Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004. Selain itu, perlu dipahami bahwa secara hirarkhi, peraturan menteri

tidak tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, alasannya untuk lebih mengedepankan peraturan

daerah, sehingga hierarkhi Permen lemah dan apalagi tanpa memperhatikan prosedur

penetapannya.

Pengawasan pemerintah dalam hal penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar

negeri dilakukan oleh Badan Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen di Indonesia yang

mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri secara terkoordinasi dan terintegrasi. Lembaga

ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

2. Pemerintah daerah

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Kondisi yang dialami oleh TKI menyebabkan perlunya disikapi oleh

pemerintah daerah dengan menyusun sebuah kebijakan yang berbentuk Perda.

Sehubungan dengan pembentukan perda dimaksud, dibutuhkan suatu pemetaan

kewenangan, prosedur dan substansi perda yang akan disusun. Keberadaan Perda

dimaksud mengatur tentang perlindungan dan pelayanan. Orientasi perlindungan

mengarah pada upaya untuk meniadakan pelanggaran dan memberikan jaminan

kepastian atas perolehan hak-hak buruh migran. Sedangkan orientasi pelayanan

mengarah pada penyederhanaan dan sebagai landasan legitimasi pelayanan yang

menjadi kewenangan otonom pemerintah daerah

Selain itu juga, diharapkan agar perda mampu menjadi instrumen untuk

mengubah perilaku birokrasi dan masyarakat yang tidak ramah kepada buruh migran.

Setidaknya ada dua hal yang bisa diraih pemerintah dengan adanya Perda

perlindungan ini. Pertama, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dibuat

secara rasional. Kedua, pelayanan dan perlindungan terhadap kepentingan buruh

migran terkait birokratisasi, mahalnya biaya pengurusan, calo, perdagangan orang

(trafficking) dan lain-lain

Adanya Perda berperspektif perlindungan, sangat strategis dalam

meningkatkan perlindungan TKI, mengingat 80 persen akar permasalahan TKI yang

mengemuka selama ini ada di dalam negeri dan berawal dari proses perekrutan di

desa. Dengan mewujudkan Perda tersebut, kita menggeser perspektif perlindungan,

dari perlindungan yang berorientasi pada penanganan kasus TKI di luar negeri ke

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

perlindungan yang lebih berorientasi pada pencegahan/ pengurangan terjadinya kasus.

Ada tujuh persoalan yang dihadapi buruh migrant dan diantisipasi dalam Draft Perda

tersebut, yaitu:

1. Persoalan perekrutan tak sah,

2. Pendidikan dan pelatihan,

3. Pembiayaan,

4. Penanganan dan layanan bantuan hukum,

5. Reintegrasi,

6. Data base, dan

7. Pengurusan dokumen dengan mudah dan aman.

Dari tujuh itu, lima di antaranya adalah preventif, karena berada di dalam

negeri. Pasal 92 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) mengatur bahwa:

1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan

perlindungan TKI di luar negeri dilaksanakan oleh

instansi yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakerjaan Pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota.

2. Pengawasan terhadap penyelenggaraan penempatan dan

perlindungan TKI di luar negeri dilaksanakan oleh

Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

3. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan

penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Jika Pemerintah daerah diikutsertakan melalui instansi terkaitnya untuk turut

dalam pengawasan di Negara tujuan, maka sedikitnya akan terdapat dua . Pertama,

terjadi penghamburan anggaran Negara/Daerah untuk memberangkatkan aparat

pemerintah daerah untuk berkeliling ke luar negeri dengan mata anggaran

pengawasan pelaksanaan penempatan TKI. Pengawasan terhadap penempatan TKI

akan terkait dengan hubungan diplomatik antar Negara. Tentunya, aparat pemerintah

daerah yang berangkat tidak akan dapat berkapasitas sebagai penentu hubungan

diplomatik. Kedua, pencantuman satuan pemerintahan daerah dalam pelaksanaan

pengawasan penempatan yang demikian itu akan menjadikan ketentuan ini sebagai

hukum yang tidak hidup. Artinya, bahwa ketentuan ini tidak memenuhi asas dapat

dilaksanakan.

3. Perwakilan RI

Penempatan TKI ke luar negeri masih didominasi TKI pada jabatan non

formal yang jumlahnya mencapai 75,3% dari keseluruhan penempatan selama Tahun

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

2005. Ke depan komposisi penempatan TKI ke luar negeri harus digeser pada

jabatan-jabatan formal.69

Ke depan perwakilan RI didorong untuk :

1. Aktif memberikan informasi mengenai lowongan kerja yang tersedia di luar

negeri dan promosi mengenai potensi TKI. Diversifikasi penempatan TKI

perlu dilakukan untuk memperkecil permasalahan TKI selama bekerja di luar

negeri.

2. Mengkoordinir dan memfasilitasi segala kewajiban PPTKIS dalam

perlindungan TKI. Hal-hal lain yang cukup strategis dalam perlindungan bagi

TKI yang dapat dilakukan perwakilan RI antara lain adalah melakukan

penelitian dan pendaftaran Mitra Kerja PPTKIS di luar negeri, melegalisir

perjanjian kerjasama penempatan PPTKIS dengan mitranya serta meneliti dan

mengesahkan setiap setiap permintaan TKI yang ditujukan baik melalui agen

PPTKIS maupun secara langsung kepada calon TKI.

Sejalan dengan semakin besarnya permintaan jasa Tenaga Kerja Indonesia

dari berbagai negara, dirasakan ada kemajuan kerjasama sektor ketenagakerjaan

dengan perwakilan RI. Ke depan koordinasi dan kerjasama perlu ditingkatkan agar

upaya perluasan kesempatan kerja di luar dapat diwujudkan. Setiap calon TKI

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sejak saat pra penempatan, selama

masa penempatan dan purna penempatan, sesuai dengan peraturan perundang-

69

I. Gusti Made Arka, “Peran dan Tanggungjawab Departemen Tenaga Kerja dalam Proses

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri,” makalah Seminar tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, diselenggarakan oleh BPHN dan Kantor

Wilayah Separtemen Hukum dan HAM Provinsi Jawa Timur, Surabaya, 2005, hal. 15

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

undangan serta hukum dan kebiasaan internasional yang dalam hal ini dilaksanakan

oleh Pejabat Atase Ketenagakerjaan pada Perwakilan Repubhk Indonesia di negara

tujuan.

Pengiriman TKI dan penempatannya di negara pengguna jasa TKI, tidak lepas

dari peranan dan tanggung jawab pelaksana dan Penempatan TKI Diluar Negeri,

sebagai mitra kerja Departemen Tenaga Kerja yang harus dilakukan secara terpadu

dan lintas sektoral antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah serta

partisipasi masyarakat dalam suatu sistem hukum yang mampu melindungi tenaga

kerja. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan pengawasan

perusahaan penyedia tenaga kerja Indonesia:

1. Meningkatan kerjasama luar negeri dengan negara-negara tujuan

penempatan, diarahkan untuk mempromosikan potensi tenaga kerja

profesional kerjasama antara Depnakertrans dengan Deplu dan BNP2TKI

untuk merealisasikan perundingan dan penandatanganan MOU dengan

negara Kuwait, Uni Emirat Arab, Syria dan Yordania dan mendorong

pembentukan citizen services di negara yang belum mempunyai atase

ketenakerjaan serta mengoptimalkan peran atase ketenagakerjaan di

perwakilan RI di luar negeri sebagai Market Inteligent.

2. Penggunaan Kartu Tenaga Kerja luar negeri (KTKLN), Implementasi

KTKLN sudah dimulai sejak tanggal 20 November 2007 yang tersebar di

20 (dua puluh) Lokasi pelayanan KTKLN Pelaksanaan pembuatan

KTKLN dilakukan pada hari yang sama dengan pelaksanaan Pembekalan

Akhir Pemberangkatan (PAP). KTKLN akan berlaku sebagai pengganti

BFLN dan identitas penting/dokumen yang wajib dimiliki oleh setiap

TKI sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2004. Dengan penggunaan KTKLN akan secara mudah dilakukan

pengecekan identitas dan merecord keberangkatan TKI di embarkasi.

3. Pelayanan bursa kerja luar negeri dalam pelayanan Informasi dan

fasilitasi kesempatan kerja ke luar negeri di wilayah

Kabupaten/Kota/Kecamatan. Pelayanan bursa kerja luar negeri yang

digagas oleh BNP2TKI dengan didukung oleh oleh Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri R.I Nomor: 560/345/SJ, tanggal 12 Pebruari 2008, perihal:

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

Bursa Kerja Luar Negeri. Pada Bursa Kerja Luar Negeri upaya

menghentikan praktek percaloan dalam perekrutan CTKI dengan modus-

modus yang digunakan mirip dengan perdagangan manusia. Pelaksanaan

pendataan di Kecamatan yang melibatkan aparat Kecamatan dan

Lurah/Kepala Desa di maksudkan untuk menghindari pemalsuan

dokumen Kependudukan (KTP dll). Untuk lebih memperluas cakupan

layanan Bursa Kerja luar negeri, Sistem ini akan diintegrasikan dengan

sistem Bursa Kerja On-Line dan sistem informasi yang dimiliki oleh

Dinas Tenaga Kerja di daerah rekrut dan Dinas Kependudukan. 70

Saat ini Kemenakertrans memiliki 10 atase ketenagakerjaa di sembilan negara

yaitu Malaysia, Hongkong, Saudi Arabia (Riyadh dan Jeddah), Persatuan Emirat

Arab, Brunei Darussalam, Kuwait, Korea Selatan, Singapura dan Qatar.71

Sementara

peranan atase ketenagakerjaan itu sangat penting karena mereka bertugas untuk

membantu menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang dihadapi TKI seperti

gaji tidak dibayar, kecelakaan kerja, kontrak kerja tidak sesuai, pemulangan TKI,

penganiayaan dan banyak hal lainnya.

Selain itu, atase mempunyai tugas pelayanan tenaga kerja yang meliputi

pendataan tenaga kerja asing (TKA) yang masuk Ke Indonesia dan data TKI di

negara penempatan, pemantauan keberadaan TKI, melakukan penilaian terhadap

mitra usaha atau agen dalam pengurusan dokumen TKI, upaya advokasi TKI serta

legalisasi perjanjian atau kontrak kerja. Berbagai tugas pelayanan dan perlindungan

TKI tersebut, memang diperlukan adanya penguatan organisasi perwakilan RI

70

Hasil wawancara dengan Bapak Leppy Hutagaul, Tata Usaha Dinas Tenaga Kerja Kota

Medan Penempatan TKI Luar Negeri, tanggal 2 Juni 2010, di Kota Medan. 71

Menkentrans, “Indonesia Tambah Atase Ketenagakerjaan di Empat Negara,”

http://www.antaranews.com/berita/1278590458/indonesia-tambah-atase-ketenagakerjaan-di-empat-

negara, diakses tanggal 10 Agustus 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

dibidang ketenagakerjaan yang dapat dilakukan dengan pengembangan penempatan

dan peningkatan peranan atase.

4. Perwakilan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta di Luar

Negeri

PPTTKIS merupakan badan yang telah memperoleh izin tertulis dari

Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri. TKI

yang akan bekerja, biasanya memerlukan informasi. Informasi tersebut dapat

diperoleh melalui Depnakertrans setempat atau melalui Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang ada.

Pelaksana penempatan TKI di luar negeri terdiri dari:

a. Pemerintah;

b. Pelaksana penempatan TKI swasta PPTKIS.

Tanggungjawab PPTKIS yang berkaitan dengan perlindungan TKI :

1. Bertanggung jawab kepada TKI yang ditempatkan sejak dari daerah asal

sampai kembali ke daerah asal.

2. Untuk melakukan rekrut calon TKI, harus mempunyai surat permintaan

tenaga kerja dari pengguna di luar negeri (job order).

3. Calon TKI yang direkrut oleh PPTKIS harus mempunyai :

a. Perjanjian Penempatan; perjanjian penempatan antara TKI dan

PPTKIS untuk menjamin kepastian keberangkatan calon TKI serta

hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27572/3/Chapter II.pdfseharusnya harus mampu memberikan perlindungan hukum bagi warga negara Indonesia

b. Perjanjian Kerja; perjanjian antara TKI dan pengguna untuk

menetapkan hak dan kewajiban TKI dan pengguna di luar negeri.

c. PPTKIS wajib memberangkatkan calon TKI selambat-lambatnya 3

(tiga) bulan sejak diterbitkannya Kartu Identitas Tenaga Kerja

Indonesia (KI TKI)

d. Sebagai upaya pembinaan PPTKIS dan perlindungan calon TKI

serta TKI. Dirjen atas nama Menteri Tenaga Kerja dapat

menjatuhkan sanksi :

a. Teguran tertulis.

b. Penghentian kegiatan sementara (skorsing).

c. Pencabutan SIUP-PPTKIS.

Dalam hal PPTKIS dicabut SIUP-PPTKISnya maka PPTKIS wajib

melakukan hal-hal :

a. Mengembalikan seluruh biaya yang telah diterima berangkatkan calon TKI yang

telah memiliki dokumen pemberangkatan

b. Menyelesaikan permasalahan yang dialami TKI

c. Deposito jaminan dapat dicairkan setelah 2 tahun TKI diberangkatkan terakhir

Universitas Sumatera Utara