bab ii original
TRANSCRIPT
14
2. LANDASAN TEORI
2.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sebagai alat kelengkapan dalam
pembelajaran yang digunakan dalam hal kegiatan pembelajaran yang efektif agar
tercapai tujuan pembelajarannya. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran diantaranya Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ,Lembar Kerja Siswa , Buku Siswa, Tes Hasil Belajar. Depdiknas
( 2008 : 10 ) mendefinisikan perangkat pembelajaran sebagai suatu informasi, alat
dan teks yang diperlukan pengajar untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran yang baik dan
terukur maka kegiatan pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan , siswa
akan terbantu lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.
Haryanto ( 1997 : 228 ) mengatakan bahwa sebelum digunakan dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya perangkat pembelajaran telah mempunyai
status valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus valid yaitu melalui proses
validasi oleh validator. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ,Lembar Kerja
Siswa , Buku Siswa, Tes Hasil Belajar. Perangkat pembelajaran dengan
kebutuhan pembelajaran yang tepat dan terukur untuk siswa perlu adanya
pengembangan perangkat yang valid.
2.1. Silabus
Depdiknas ( 2006 : 8 ) Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang
disusun berdasarkan standar isi, yang didalamnya berisikan identitas mata
15
pelajaran, standar kompetensi ( SK ), Kompetensi dasar ( KD ), materi
pembelajaran , kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian , alokasi waktu dan
sumber belajar. Pengembangan silabus dapat dilaksanakan oleh masing – masing
guru, secara bersama – sama oleh guru mata pelajaran yang sama dalam satu
sekolah ( MGMP sekolah ) , oleh semua guru mata pelajaran yang sama pada
tingkat kabupaten/kota ( MGMP Kab/kota ) atau oleh Dinas Pendikan. Menurut
Trianto ( 2009 : 201 ) Silabus adalah rancangan pembelajaran pada suatu dan/ atau
kelompok mata pelajarantertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran , indikator pencapaian
kompetensi, penilaian , alokasi waktu dan sumber belajar.
2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut permendiknas tahun 2007, RPP dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar dan
disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Dengan membuat RPP maka seorang guru dalam
pembelajarannya akan lebih terarah dan terencana sehingga hasil belajar siswa
akan lebih terukur.
RPP merupakan penjabaran yang rinci dari silabus, komponen dalam RPP
diantaranya : nama mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, SK, KD.
Implementasi dari RPP adalah pada saat pelaksanaan pembelajaran yaitu ada
kegiatan apersepsi, Kegiatan inti , evaluasi/penilaian dan penutup. Pada
komponen kegiatan inti yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
Kompetensi dasar ( KD ) melalui proses Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
( EEK). Pada akhir kegiatan yaitu kegiatan penutup guru bersama – sama dengan
16
siswa membuat rangkuman / kesimpulan, mebuat refleksi terhadap pembelajaran
memberikan umpan balik terhadap siswa dan mengumumkan rencana materi
pembelajaran berikutnya .
2.1.3 Buku Siswa
Buku siswa adalah buku pegangan /pedoman untuk siswa yang
didalamnya memuat uraian materi pembelajaran,ada contoh – contoh soal , ada
tujuan / indikator – indikator pencapaian yang harus dicapai, ada soal evaluasi tiap
materi pokok dan ada gambar – gambar atau grafik yang mendukung dari materi
tersebut. Menurut Trianto ( 2009 : 227 ) Buku siswa merupakan buku panduan
bagi siswa baik dalam proses kegiatan pembelajaran dikelas maupun belajar
mandiri yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan
konsep, informasi dan contoh – contoh penerapan dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Depdiknas ( 2008 : 15 ) prinsip – prinsip pengembangan bahan ajar
tersebut meliputi :
( 1 ). Memulai daari materi yang mudah untuk memahami materi yang lebih suli
( 2 ). Mengulangi materi yang terkait
( 3 ) Adanya evaluasi untuk setiap kompetensi
( 4 ) Memotivasi peserta didik dengan memberi ruang yang seluas-luasnya kepada
mereka dan mencari sumber lain dari informasi sumber lain yang relevan
( 5 ). Mempunayai target kompetensi yang harus dicapai siswa
( 6 ) Transparan mengenai hasil,yang sudah dicapai siswa, sehingga mendorong
siswa untu mencapai tujuan.
17
2.1.4 Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa adalah lembaran – lembaran yang berupa cetakan
komputer yang dibuat oleh guru sebagai pedoman untuk siswa yang berisi soal –
soal latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Ini sesuai dengan Dediknas ( 2004 :
12 ) lembar kerja adalah lembaran – lembaran yang digunakan sebagai pedoman
didalam pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dalam
kajian tertentu. Se uai juga dengan pendapat Trianto ( 2009 : 222 ) lembar
kegiatan siswa adalah panduan untuk siswa yang digunakan dalam melakukan
kegiatan penyeledikan atau pemecahan masalah.
Lembar Kerja Siswa berisi soal – soal yang sudah dirancang disesuaikan
dengan SK maupun KD sehingga siswa akan lebih terarah dan mudah dalam
mengerjakannya. Lembar Kerja Siswa juga berisi tugas – tugas yang saat
pembelajaran itu juga harus dikerjakan dalam kelas dan dikumpulkan untuk
dijadikan koreksi atau sebagai refleksi guru dalam pembelajarannya. Lembar
Kerja Siswa biasanya di akhir pembelajaran selama satu semester dikumpulkan
menjadi satu bendel kemudian dijilid menjadi seperti buku yang berisi kumpulan
soal – soal.
2.1.5 Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar adalah tes yang digunakan untuk menguji dan sekaligus
untuk mengukur kemampuan siswa dalam kemampuan kognitif yang disesuaikan
dengan jenjang kemampuan. Tes Hasil Belajar dibuat mengacu dengan
Kompetensi Dasar yang dijabarkan dalam indikator – indikator yang dicapai
siswa dan dibuat sesuai dengan kisi – kisi penulisan butir soal dan kunci jawaban
soal. Ini sesuai dengan pendapat Trianto ( 2009 : 235 ), Tes Hasil Belajar merupan
18
butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
kegiatan belajar – mengajar.
Dalam penskoran Tes Hasil Belajar menggunakan acuan penskoran yang
terdapat pada panduan evaluasi penskoran yang memuat kunci jawaban. Tes Hasil
Belajar dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif yang
meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Ini sesuai dengan
pendapat Dwijanto ( 2007 : 217 ) kemampuan berpikir kreatif ini dapat
dikembangkan melalui aktifitas kreatif dalam pembelajaran matematika.
Komponen dari berpikir kreatif adalah kelancaran ( fluency ), keluwesan (
fleksibility ), keaslian ( originality ) dan elaborasi ( elaboraty ).
Dalam penelitian ini semua perangkat pembelajaran adalah perangkat
pembelajaran berbasis Smart dengan model pembelajaran CIRC dan pendekatan
Open Ended sehingga dalam menyajikannya disamping menggunakan ketentuan
umum juga menggunakan ketentuan yang spesifik yaitu ketentuan yang berifat
khusus dengan berbasis Smart model CIRC dengan pendekatan Open Ended.
Pendekatan Open Ended menekankan pad a pembelajaran dengan berpikir kreatif
siswa sehingga siswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajarannya.
Penerapannya dalam model pembelajaran CIRC dengan pengembangan perangkat
pembelajaran adalah pemahaman bacaan yang harus dipelajari oleh siswa yang
dirancang untuk pemahaman proses bukan hafalan.
2.2 Pembelajaran CIRC
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC merupakan singkatan dari
Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model
pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran
19
kooperatif terpadu membaca dan menulis , yaitu sebuah program komprehensif
atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas
tinggi sekolah dasar ( Suyatno 2009 : 68 ). Namun, CIRC telah berkembang
bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti
pelajaran matematika. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden,
Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat
diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan
suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi
bagian-bagian yang penting .Menurut Palinscar dan Brown ( 1984 ) Pembelajaran
CIRC siswa membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana masalah
– masalah akan diatasi dan merangkum unsur – unsur utama kepada satu sama
lain yang keduanya dapat meningkatkan pemahaman . Sintaksnya adalah:
1. Membentuk kelompok heterogen 4 orang
2. Guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar
3. Siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan
tanggapan) terhadap wacana.
4. Menuliskan hasil kolaboratifnya
5. Presentasi hasil kelompok
6. Refleksi.
Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4)
memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:
1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5
siswa.
2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian
20
sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan
kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan
menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya.
4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang
membutuhkannya.
5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil
secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam
menyelesaikan tugas.
6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian tugas kelompok.
7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan
masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:
a) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.
b) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah.
c) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah.
d) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan
21
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4)
Sedangkan Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan peringkat siswa
Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes
sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun
peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.
b. Menentukan jumlah kelompok
Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap
kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.
c. Penyusunan anggota kelompok
Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat.
Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai
kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.
Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :
a. Fase pertama, yaitu orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang
materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran
yang akan dilakukan kepada siswa.
b. Fase kedua, yaitu organisasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan
keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan
dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan
tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep
22
Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru,
buku paket, film,kliping, poster atau media lainnya.
d. Fase keempat, yaitu fase publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan,
memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di
depan kelas.
e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang
dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam
kehidupan sehari - hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk
merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.
Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model
pembelajaran CIRC sebagai berikut:
1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
Menyelesaikan soal pemecahan masalah
2).Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang
3).Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok
4). Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
5).Membantu siswa yang lemah
6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah
23
2.3 Pendekatan Open Ended
Menurut Becker dan Shigeru (Inprashita, 2008), pendekatan open-ended
pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an. Antara tahun 1971 dan
1976, peneliti-peneliti Jepang melakukan proyek penelitian pengembangan metode
evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika
dengan menggunakan soal atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema.
Meskipun pada mulanya pengembangan soal terbuka dimaksudkan untuk
mengevaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi, tetapi selanjutnya disadari
bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan soal terbuka mempunyai
potensi yang kaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Menurut Takahashi (2006), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal
yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Sedangkan
dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada
prinsipnya pembelajaran dengan memanfaatkan soal terbuka dapat dipandang
sebagai pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Shimada (1997) bahwa pembelajaran open-ended adalah
pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau
penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pembelajaran open-ended dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beragam teknik.
Aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
tipe, yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam
cara penyelesaian, (2) terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak
24
jawab yang benar, dan (3) terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika
siswa telah menyelesaikan suatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal
baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.
Berikut diberikan ilustrasi dua soal untuk membedakan antara soal tertutup
dan soal terbuka.
(1) Hitunglah Sin 30o, Cos 45o , Tan 60o
(2) Buktikan bahwa ( Sec A + Tan A )2=
1+SinA1−SinA
Soal (1) merupakan soal rutin dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang
digunakan untuk menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya
menjumlahkan ketiga bilangan yang terdapat pada soal. Soal ini juga hanya
memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan soal (2) merupakan soal terbuka
(open-ended problem). Soal ini juga dikategorikan sebagai soal non-rutin.
Keterbukaan soal ini meliputi keterbukaan proses, keterbukaan hasil
akhir, dan keterbukaan pengembangan lanjutan. Soal ini dikategorikan sebagai
soal non-rutin karena tidak memiliki prosedur tertentu untuk menjawabnya.
Dengan menggunakan soal terbuka, pembelajaran matematika dapat dirancang
sedemikian sehingga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kompetensi mereka dalam menggunakan ekspresi matematik
(Takahashi, 2006). Dalam upaya menemukan berbagai alternatif strategi atau
solusi suatu masalah, siswa akan menggunakan segenap kemampuannya dalam
menggali berbagai informasi atau konsep-konsep yang relevan. Hal demikian akan
mendorong siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami ide-ide matematika.
Hal demikian tidak akan terjadi dalam pembelajaran yang menggunakan soal
tertutup yang hanya merujuk pada satu jawaban atau strategi penyelesaian.
25
Penggunaan soal tertutup kurang mendorong siswa untuk mengeksplorasi
berbagai ide-ide matematikanya, sehingga kurang memungkinkannya untuk
secara efektif digunakan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi
matematika sekaligus membangun pemahaman matematik siswa.
Penggunaan soal terbuka juga dapat memicu tumbuhnya kemampuan berpikir
kreatif. Menurut menurut Becker dan Shimada (Livne dkk, 2008), penggunaan
soal terbuka dapat menstimulasi kreativitas, kemampuan berpikir original, dan
inovasi dalam matematika.
B. Tujuan Pendekatan Open Ended
Tujuan dari Pendekatan Open Ended dalam pembelajaran matematika
adalah :
a. Untuk mendorong aktivitas kreatif siswa dalam memecahkan masalah. (Nohda
2008)
b. Bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban.
c. Untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika
siswa melalui problem posing secara simultan. (Suherman, dkk, 2003;124)
C. Manfaat Pendekatan Open Ended
Menurut Takahashi (2006), terdapat beberapa manfaat dari penggunaan soal
terbuka dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut.
1. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka.
2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif menggunakan
pengetahuan dan keterampilan mereka.
3. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan
26
menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka.
Berbagai manfaat penggunaan soal terbuka juga dikemukakan oleh Sawada
(Heinemann, 2008). Menurutnya, terdapat beberapa manfaat penggunan soal
terbuka, yaitu sebagai berikut.
1. Siswa berpartisipasi secara lebih aktif dalam pembelajaran dan
mengekspresikan ide-ide mereka secara lebih intensif. Pemecahan masalah
terbuka memberikan kebebasan dan lingkungan belajar yang mendukung sebab
terdapat banyak solusi yang benar, sehingga setiap siswa mempunyai
kesempatan untuk menghasilkan satu atau lebih jawaban yang unik.
Aktivitas demikian akan mendorong terjadinya interaksi dan percakapan
yang menarik antarsiswa di kelas.
2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilannya secara komprehensif. Karena terdapat banyak jawaban
berbeda, maka siswa dapat memilih cara favoit mereka untuk memperoleh
jawaban unik mereka.
3. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk mengembangkan penalarannya.
Dengan membandingkan dan mendiskusikan strategi dan solusi siswa di
kelas, siswa akan termotivasi untuk memberikan rasional atau penjelasan
kepada siswa lain terhadap strategi atau solusi yang mereka hasilkan. Hal
demikian akan menumbuhkan daya nalar siswa.
4. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya untuk menikmati proses penemuan dan
menerima persetujuan dari siswa lainnya terhadap strategi atau solusi yang
mereka dihasilkan. Karena setiap siswa mempunyai solusi berdasarkan pada
pemikiran mereka yang unik, maka setiap siswa akan tertarik atau berminat
27
terhadap solusi siswa lainnya. Hal ini akan lebih menambah pengetahuan dan
sekaligus dapat memperkaya strategi yang dimilikinya.
2.4 Pelaksanaan Pembelajaran CIRC dalam matematika
Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama
kali dikembangkan oleh (Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru memberikan penguatan
6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
7. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
1. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang
suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau
media lainnya.
2. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa
untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru,
dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru
minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan
28
berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa
ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa
belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam
situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif
untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk
diujikannya.
3. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil
temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.
Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian
terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman
sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
Contoh pembelajaran matematika dengan model CIRCuntuk pembelajaran
materi trigonometri adalah sebagai berikut :
Fase Pertama, Pengenalan konsep
1. Guru mengingatkan kembali sistem koordinat Cartesius
2. Guru menggamabar lingkaran dengan pusat di O , dalam lingkaran tersebut
digambar segitiga siku – siku dengan salah satu sudut lancipnya di titik
O, dengan memisalkan sudut lancip di O adalah α .
3. Guru mengingatkan depan α disebut sisi depan, samping α namanya sisi
samping dan yang menghub ungkan ujung – ujung sisi siku adalah sisi
29
miring.Guru mengingatkan kembali tentang teorema phytagoras.
4. Guru bertanya terhadap siswa tentang definisi sinus, cosinus dan tangen serta
kebalikannya.
Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi
1. Siswa menggali sendiri tentang definisi tentang sinus, cosinus dan tangen serta
kebalikannya kosekan, sekan dan kotangen hubungannya dengan fungsi
trigonometri.
2. Siswa bisa menggali dengan menemukan hubungannya tentang rumus – rumus
yang berkaitan dengan trigonometri dengan menghubungkan konsep – konsep
yang sudah dimiliki
3. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan caranya sendiri berkaitan rumus
rumus fungsi trigonometri untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsep awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang kongkrit.
Fase Ketiga, Publikasi
1. Setelah siswa menemukan caranya sendiri , siswa melakukan tinjauan ulang
kembali apakah cara – cara yang sudah ditemukan berkaitan dengan konsep –
konsep yang lalu
2. Siswa menyimpulkan dari hasil temuan bersama – samadengan guru.
2.5 Model pembelajaran CIRC berbasis SMART
Model pembelajaran CIRC yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan pendekatan Open Ended berbasis SMART. Pendekatan
Open Ended digunakan untuk cara mengerjakan soal dengan berbagai cara
30
dengan bervariasi penyelesaian tetapi jawaban benar. Arti SMART yaitu
Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Bound. Tujuan SMART
adalah untuk memudahkan mengenali dengan tepat apa tujuannya, bermaksud
untuk mencapai dan kepada siapa itu ditujukan; dengan demikian akan lebih
mudah untuk melacak sejauh mana tujuan tercapai (Iverson, 2003:17). Boise State
University (2007) dan Swinton (2006) menyatakan SMART dikembangkan
berkenaan dengan tujuan penting sedemikian hingga dapat sangat membantu
dalam menulis tujuan yang dapat dijadikan modal dalam mengevaluasi kualitas
program-program yang diajukan dan dilaksanakan. SMART sebagai tujuan
program yang berarti specific (spesifik), measurable (dapat diukur), achievable
(dapat dipenuhi), realistic (realistik), time-bound (batasan waktu).
a. Spesific; Pemilihan indikator materi sesuai dengan kurikulum dan tingkat
kemampuan peserta didik
b. Measurable; Indikator yang dipilih harus terukur sesuai materi yang dipilih
c. Achievable; Ketercapaian atau prestasi dapat ditunjukkan ketuntasannya
d. Realistic; Langkah program kerja dari awal hingga akhir (rencana pelaksanaan
pembelajaran ) yang jelas dan dapat dilaksanakan secara konkret
e. Time Bound; Ketersediaan waktu dari penugasan, proses pembelajaran tatap
muka dan evaluasi harus jelas waktu yang tersedia.
2.6 Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental
yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan
yang “baru” (Ruggiero, 1998; Evans, 1991). Tulisan ini akan
menyebutkan secara saling tukar antara kreativitas dan berpikir
kreatif dengan menekankan bahwa kreativitas adalah produk
dari
31
kemampuan berpikir kreatif atau berpikir kreatif menghasilkan
suatu kreativitas. Untuk mengetahui ciri kreativitas seseorang
banyak ahli yang memberikan
kriteria tergantung pada pengertian kreativitas atau berpikir
kreatif yang dianut. Munandar (1999) menunjukkan indikasi
berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas (berpikir
kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keberagaman jawaban”.
Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak
kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Semua jawaban itu
harus sesuai dengan masalah dan tepat. Selain itu jawaban
harus bervariasi.
Indikator kreativitas yang lebih umum ditunjukkan dari ciri-
ciri individu, seperti disebutkan Evans (1991), yaitu kesadaran
dan sensitivitas terhadap masalah, memori/ingatan, fasih
(fluency), fleksibel, orisinal, disiplin dan tekun (persistence),
mampu beradaptasi/terbuka, keingintahuan, humoris, tidak
kompromi, toleransi pada ambiguitas, percaya diri, skeptis, dan
mempunyai
intelegensi yang cukup. Olson (1996) menjelaskan bahwa untuk
tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai
32
produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur,
yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan
ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar
gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat.
Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan
gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk
memecahkan suatu masalah. Indikasi kemampuan berpikir
kreatif ini sama dengan Munandar (1999) tidak menunjukan
secara tegas kriteria “baru” sebagai sesuatu yang tidak ada
sebelumnya. “Baru” lebih ditunjukkan dari keberagaman (variasi)
atau perbedaan gagasan yang dihasilkan.
Silver (1997) menjelaskan bahwa untuk menilai
kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering
digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga
komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan
TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan
(novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang
dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak
pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespons
perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam
merespons perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila
respons perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna
dengan perintah yang diinginkan, maka indikator kelayakan,
kegunaan atau bernilai dalam berpikir kreatif sudah dipenuhi.
33
Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari
kebaruan. Jadi indikator atau komponen berpikir itu dapat
meliputi
kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.
Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir pada matematika yang meliputi 4 kemampuan yaitu :
1. Kelancaran ( fluency ), yaitu kemampuan menjawab matematika secara
tepat
2. Keluwesan ( fleksibility ), yaitu kemampuan menjawab matematika
secara berbeda – beda / beragam
3. Keaslian ( originality ) yaitu kemampuan menjawab matematika secara
menggunakan bahasanya sendiri atau idenya sendiri.
4. elaborasi ( elaboraty ), yaitu kemampuan memperluas jawaban masalah
matematika secara menggunakan bahasa/idenya diri – sendiri
5. Elaborasi ( elaboraty ), yaitu kemampuan menjawab matematika secara
menggunakan bahasanya sendiri atau idenya sendiri.
2.7 Keaktifan dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Sunaryo (2003:27) keaktifan adalah suatu respon yang diberikan
oleh seorang akibat adanya suatu aksi.Sedangkan menurutSudjana(1999 )keaktifan
dapat diartikan kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai hasil belajar. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar bisa
positif maupun bisa negatif. Contoh aktivitas siswa positif adalah : mengerjakan
tugas atau soal, bertanya pada guru, saling diskusi dengan sesama siswa. Contoh
34
akttivitas siswa negatif adalah : suka bercanda dengan sesama teman saat kegiatan
belajar berlangsung, suka mengganggu dengan sesama teman pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
Menurut Diedrich dalam Sardiman (2006) menggolongkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran sebagai berikut :
1. Visual activities, meliputi : memperhatikan dari gambar demonstrasi, membaca
percobaan dari pekerjaan orang lain
2. Oral activities, meliputi : menyatakan pendapat, memberi saran, diskusi
3. Listening activities, meliputi : mendengarkan uraian , percakapan ,diskusi
4. writing activities, meliputi : menulis cerita, karangan,laporan
5. Drawing activities , meliputi : menggambar,membuat grafik,peta.
6. Motor activities, meliputi ; melakukan percobaan,bermain , berkebun
7. Mental activities, meliputi : menanggapi, mengingat, memecahkan masalah
8. Emotional activities, meliputi : merasa bosan,gembira, bersemangat
2.8 Model Pengembangan Perangkat
Menurut Setyosari (2010:196) pengembangan perangkat pembelajaran
adalah suatu proses untuk memperoleh perangkat pembelajaran yaitu sekumpulan
sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan
pembelajaran. Ada beberapa model pengembangan yang dapat dijadikan acuan,
salah satunya adalah model Plomp. Menurut Plomp memberikan suatu model
dalam mendesain pendidikan yang terbagi dalam 5 tahapan, yaitu : (1) tahap
investigasi awal, (2) tahap desain, (3) tahap realisasi/konstruksi, (4) tahap tes,
Implementation
I m p l e m e n t a t i o n
Design
Realization/Construction
Test, Evaluation, and Revision
Preliminary Investigation
: Kegiatan pengembangan
: Alur kegiatan fase pengembangan
: Arah kegiatan timbal balik antara tahapan pengembangan dan implementasi
: Siklus kegiatan pengembangan
35
evaluasi, dan revisi, dan (5) tahap implementasi. Kelima tahap tersebut
digambarkan pada Gambar 2.1
Pada tiap tahapan kegiatan dari skema Gambar 2.1 dijelaskan sebagai berikut ini :
1. Tahap investigasi awal (Priliminary Investigation)
Keterangan:
Gambar 2.1 Model Umum untuk Memecahkan Masalah Bidang Pendidikan
(Sumber: Plomp dalam Rochmad 2009)
36
Tahap ini kegiatan yang dilakukan terfokus pada pengumpulan dan
analisis informasi, mendefinisikan masalah dan merencanakan kegiatan
selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) mengidentifikasi informasi, (2) analisis
informasi, (3) mengkaji teori-teori, (4) mendefinisikan atau membatasi masalah,
dan (5) merencanakan kegiatan lanjutan.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap ini kegiatan lebih difokuskan kepada hasil yang telah diperoleh
pada fase investigasi awal, kemudian dirancang solusinya. Hasilnya berupa
dokumen desain. Dalam fase ini dilakukan kegiatan-kegiatan merancang: (1)
Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa
(LKS), (4) Buku Siswa, (5) Tes Prestasil Belajar (TPB).
3. Tahap Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)
Tahap ini merupakan salah satu tahap produksi disamping tahap desain.
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan menyusun: (1) Silabus, (2) Rencana
Pelaksanaan Pelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Buku Siswa, (5)
Tes Prestasil Belajar (TPB) yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Hasil
kegiatan fase ini adalah draft 1 perangkat pembelajaran Model CIRC pendekatan
Open Ended berbasis smart .
4. Tahap Pengujian, Evaluasi, dan Revisi
Dalam tahap ini dilakukan langkah-langkah: validasi draft 1, analisis hasil
validasi, revisi, uji coba , dan analisis hasil uji coba. Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) apakah draft 1 perangkat pembelajaran yang telah disusun valid
atau tidak berdasarkan pertimbangan para ahli, (2) apakah perangkat
37
pembelajaran yang valid tersebut telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan, (3) apakah hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik
terhadap draft 1tanpa revisi, atau revisi kecil, maka dilanjutkan dengan uji coba
draft 1. Namun apabila hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik
terhadap draft 1 perlu revisi, maka diadakan revisi sehingga mendapatkan draft 2.
Draft 2 juga memerlukan pertimbangan para ahli dan pendidik. Apabila hasil
analisis pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap draft 2 tanpa revisi, atau
revisi kecil, maka dilanjutkan dengan ujicoba draft 2. Namun apabila hasil analisi
pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap draft 2 perlu revisi, maka diadakan
revisi sehingga mendapatkan draft 3 dan seterusnya sehingga terjadi siklus. Siklus
akan berhenti apabila hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap
draft 1 tanpa revisi. Artinya sudah didapat perangkat pembelajaran yang valid.
Untuk menguji keefektifan pembelajaran dengan menggunakan perangkat
pembelajaran model pembelajaran CIRC pendekatan Open Ended berbasis Smart
pada materi Trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
dilakukan uji coba.
5. TahapFase Implementasi
Pada tahapan ini setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk hasil,
maka produk dapat diimplementasikan. Plomp (dalam Rochmad 2009: 58)
menyatakan: pemecahan (solusi) harus dikenalkan, dengan perkataan lain, harus
diimplementasikan. Solusi ini diharapkan memenuhi masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, solusi desain ini dapat diimplementasikan atau diterapkan
dalam situasi yang memungkinkan masalah tersebut secara aktual terjadi.
38
2.9 Kualitas Perangkat Pembelajaran
Menurut Nieveen dalm Trianto ( 2010 ) perangkat pembelajaran dikatakan
berkualitas /baik jika memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Menurut
Nieveen bahwa aspek validitas dikaitkan dengan dua hal :
1. Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat
2. Apakah didapat konsistensi secara internal
Menurut Sadiman ( Trianto , 2010 ) keefektifan pembelajaran adalah hasil
guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Sedangkan
menurut Kauchak (Hobri,2009) menyatakan bahwa pembelajaran efektif terjadi
bila siswa secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan dan menemukan
hubungan – hubungan informasi yang dberikan.
2.10 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan kajian dari beberapa penelitian
sebelumnya antara lain :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif model cooperative integrated reading and
composition ( CIRC ) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran komunikasi bisnis ( studi pada siswa kelas X Pemasaran di
SMK PGRI 6 Malang tahun ajaran 2010/2011 ) . Peneliti melihat ada manfaat
yang signifikan adanya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam memahami materi
pembelajaran yang terdapat pada mata pelajaran Komunukasi Bisnis dengan
penerapan model pembelajaran CIRC
2. Penelitian tentang Classroom Thinking dengan pendekatan Open Ended untuk
meningkatkan Kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa SMA
39
dikabupaten Pidie. Pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran thinking classroom dengan pendekatan open ended
memberikan hasil belajar (berpikir kritis, penguasaan bahan ajar, dan
sikap terhadap matematika) lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Terdapat tiga aspek
hasil belaj ar matematika yang merupakan variabel terikat di dalam penelitian
ini, yaitu (1) kemampuan berpikir kritis, (2) penguasaan bahan ajar, dan (3) sikap terhadap matematika. Dari deskripsi tiap-tiap hasil belajar p ada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh yakni untuk setiap as pek has i l
be la ja r , pero lehan s i swa yang menggunakan pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran thinking classroom dengan
pendekatan open ended lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan
model model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini mendukung
temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran thinking classroom dengan pendekatan open ended lebih baik
dalam pelajaran matematika dan sains (Woolfolk, 1998; Threadgill, 1979).
3. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis SMART dengan
strategi TAI pada materi segitiga kelas VII. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yaitu pengembangan perangkat pembelajaran
matematika berbasis SMART dengan strategi TAI untuk meningkatkan prestasi
belajar peserta didik pada materi segitiga yang memenuhi kriteria valid dan
efektif.
2.11 Kerangka Berpikir
40
Sebagaian besar siswa kebanyakan berpendapat bahwa matematika
terutama materi trigonometri adalah materi yang sulit. Kenyataan seperti ini
perlunya adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang
menyenangkan,menarik dan termotivasi sehingga siswa akan aktif dan akhirnya
berpikir kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir atau
kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dan penelitian yang disintesiskan dari
fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan (Riduan 2004: 25). Keefektifan
dalam menentukan model pembelajaran merupakan suatu standar keberhasilan,
artinya semakin berhasil pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang telah
ditentukan, berarti semakin tinggi tingkat keefektifannya.
Trigonometri adalah cabang dari matematika yang banyak mempelajari
tentang rumus-rumus dasar trigonometri termasuk cara menggunakan rumus-
rumus tersebut. Banyak digunakan atau bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
di berbagai bidang kehidupan/pekerjaan, peserta didik dituntut untuk 1) melatih
cara berpikir dan bernalar dalam menggunakan rumus trigonometri, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten, inkonsisten, membuktikan identitas, 2) mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan
lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan. Dengan demikian
pembelajaran trigonometri tidak ditekankan pada kemampuan menghafal rumus-
rumus, tetapi mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuannya secara
mandiri. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran pendekatan Open ended
berbasis smart peserta didik diharapkan belajar mengetahui, bukan menghafal, dan
menekankan pemecahan dan kreatifitas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diupayakan siswa dapat belajar
dalam nuansa kondusif dimulai dengan pembukaan yang akan mengingatkan
peserta didik akan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan. Melalui
penjelasan guru tentang materi yang dipelajari pada saat itu, siswa mengikuti
41
kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang menyenangkan, melalui
kerjasama diharapkan ada peningkatan aktivitas siswa dengan motivasi yang
meningkat, prestasi belajar siswa pada materi trigonometri meningkat.
Dari uraian di atas dapat digambarkan pola kerangka berpikir seperti
ditampilkan pada Gambar 2.3.
Materi TrigonometriMateri baru,Banyak rumus
Merasa Sulit
Perangkat Pembelajaran Menarik
42
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
2.12 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
1. Pembelajaran matematika dengan model CIRC pendekatan open ended berbasis
smart pada materi trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas X efektif
2. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model CIRC
pendekatan open ended berbasis smart pada materi trigonometri untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X valid.
3. Pembelajaran matematika dengan model CIRC pendekatan open ended berbasis
smart pada materi trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas X praktis.
Model CIRC pendekatan Open Ended
Berbasis SMART
Pengalaman,berbuat Berpikir kreatif
Bebas
Timbul Motivasi
Paham