bab ii original

47
14 2. LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah sebagai alat kelengkapan dalam pembelajaran yang digunakan dalam hal kegiatan pembelajaran yang efektif agar tercapai tujuan pembelajarannya. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ,Lembar Kerja Siswa , Buku Siswa, Tes Hasil Belajar. Depdiknas ( 2008 : 10 ) mendefinisikan perangkat pembelajaran sebagai suatu informasi, alat dan teks yang diperlukan pengajar untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran yang baik dan terukur maka kegiatan pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan , siswa akan terbantu lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Haryanto ( 1997 : 228 ) mengatakan bahwa sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya perangkat pembelajaran telah mempunyai status valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus

Upload: rizka-amalia

Post on 02-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

14

2. LANDASAN TEORI

2.1 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sebagai alat kelengkapan dalam

pembelajaran yang digunakan dalam hal kegiatan pembelajaran yang efektif agar

tercapai tujuan pembelajarannya. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam

kegiatan pembelajaran diantaranya Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ,Lembar Kerja Siswa , Buku Siswa, Tes Hasil Belajar. Depdiknas

( 2008 : 10 ) mendefinisikan perangkat pembelajaran sebagai suatu informasi, alat

dan teks yang diperlukan pengajar untuk perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran yang baik dan

terukur maka kegiatan pembelajaran akan berjalan sesuai yang diharapkan , siswa

akan terbantu lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Haryanto ( 1997 : 228 ) mengatakan bahwa sebelum digunakan dalam

kegiatan pembelajaran hendaknya perangkat pembelajaran telah mempunyai

status valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus valid yaitu melalui proses

validasi oleh validator. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ,Lembar Kerja

Siswa , Buku Siswa, Tes Hasil Belajar. Perangkat pembelajaran dengan

kebutuhan pembelajaran yang tepat dan terukur untuk siswa perlu adanya

pengembangan perangkat yang valid.

2.1. Silabus

Depdiknas ( 2006 : 8 ) Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang

disusun berdasarkan standar isi, yang didalamnya berisikan identitas mata

15

pelajaran, standar kompetensi ( SK ), Kompetensi dasar ( KD ), materi

pembelajaran , kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian , alokasi waktu dan

sumber belajar. Pengembangan silabus dapat dilaksanakan oleh masing – masing

guru, secara bersama – sama oleh guru mata pelajaran yang sama dalam satu

sekolah ( MGMP sekolah ) , oleh semua guru mata pelajaran yang sama pada

tingkat kabupaten/kota ( MGMP Kab/kota ) atau oleh Dinas Pendikan. Menurut

Trianto ( 2009 : 201 ) Silabus adalah rancangan pembelajaran pada suatu dan/ atau

kelompok mata pelajarantertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran , indikator pencapaian

kompetensi, penilaian , alokasi waktu dan sumber belajar.

2.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut permendiknas tahun 2007, RPP dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar dan

disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Dengan membuat RPP maka seorang guru dalam

pembelajarannya akan lebih terarah dan terencana sehingga hasil belajar siswa

akan lebih terukur.

RPP merupakan penjabaran yang rinci dari silabus, komponen dalam RPP

diantaranya : nama mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, SK, KD.

Implementasi dari RPP adalah pada saat pelaksanaan pembelajaran yaitu ada

kegiatan apersepsi, Kegiatan inti , evaluasi/penilaian dan penutup. Pada

komponen kegiatan inti yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

Kompetensi dasar ( KD ) melalui proses Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi

( EEK). Pada akhir kegiatan yaitu kegiatan penutup guru bersama – sama dengan

16

siswa membuat rangkuman / kesimpulan, mebuat refleksi terhadap pembelajaran

memberikan umpan balik terhadap siswa dan mengumumkan rencana materi

pembelajaran berikutnya .

2.1.3 Buku Siswa

Buku siswa adalah buku pegangan /pedoman untuk siswa yang

didalamnya memuat uraian materi pembelajaran,ada contoh – contoh soal , ada

tujuan / indikator – indikator pencapaian yang harus dicapai, ada soal evaluasi tiap

materi pokok dan ada gambar – gambar atau grafik yang mendukung dari materi

tersebut. Menurut Trianto ( 2009 : 227 ) Buku siswa merupakan buku panduan

bagi siswa baik dalam proses kegiatan pembelajaran dikelas maupun belajar

mandiri yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan

konsep, informasi dan contoh – contoh penerapan dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut Depdiknas ( 2008 : 15 ) prinsip – prinsip pengembangan bahan ajar

tersebut meliputi :

( 1 ). Memulai daari materi yang mudah untuk memahami materi yang lebih suli

( 2 ). Mengulangi materi yang terkait

( 3 ) Adanya evaluasi untuk setiap kompetensi

( 4 ) Memotivasi peserta didik dengan memberi ruang yang seluas-luasnya kepada

mereka dan mencari sumber lain dari informasi sumber lain yang relevan

( 5 ). Mempunayai target kompetensi yang harus dicapai siswa

( 6 ) Transparan mengenai hasil,yang sudah dicapai siswa, sehingga mendorong

siswa untu mencapai tujuan.

17

2.1.4 Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran – lembaran yang berupa cetakan

komputer yang dibuat oleh guru sebagai pedoman untuk siswa yang berisi soal –

soal latihan yang harus dikerjakan oleh siswa. Ini sesuai dengan Dediknas ( 2004 :

12 ) lembar kerja adalah lembaran – lembaran yang digunakan sebagai pedoman

didalam pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dalam

kajian tertentu. Se uai juga dengan pendapat Trianto ( 2009 : 222 ) lembar

kegiatan siswa adalah panduan untuk siswa yang digunakan dalam melakukan

kegiatan penyeledikan atau pemecahan masalah.

Lembar Kerja Siswa berisi soal – soal yang sudah dirancang disesuaikan

dengan SK maupun KD sehingga siswa akan lebih terarah dan mudah dalam

mengerjakannya. Lembar Kerja Siswa juga berisi tugas – tugas yang saat

pembelajaran itu juga harus dikerjakan dalam kelas dan dikumpulkan untuk

dijadikan koreksi atau sebagai refleksi guru dalam pembelajarannya. Lembar

Kerja Siswa biasanya di akhir pembelajaran selama satu semester dikumpulkan

menjadi satu bendel kemudian dijilid menjadi seperti buku yang berisi kumpulan

soal – soal.

2.1.5 Tes Hasil Belajar

Tes Hasil Belajar adalah tes yang digunakan untuk menguji dan sekaligus

untuk mengukur kemampuan siswa dalam kemampuan kognitif yang disesuaikan

dengan jenjang kemampuan. Tes Hasil Belajar dibuat mengacu dengan

Kompetensi Dasar yang dijabarkan dalam indikator – indikator yang dicapai

siswa dan dibuat sesuai dengan kisi – kisi penulisan butir soal dan kunci jawaban

soal. Ini sesuai dengan pendapat Trianto ( 2009 : 235 ), Tes Hasil Belajar merupan

18

butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar – mengajar.

Dalam penskoran Tes Hasil Belajar menggunakan acuan penskoran yang

terdapat pada panduan evaluasi penskoran yang memuat kunci jawaban. Tes Hasil

Belajar dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif yang

meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Ini sesuai dengan

pendapat Dwijanto ( 2007 : 217 ) kemampuan berpikir kreatif ini dapat

dikembangkan melalui aktifitas kreatif dalam pembelajaran matematika.

Komponen dari berpikir kreatif adalah kelancaran ( fluency ), keluwesan (

fleksibility ), keaslian ( originality ) dan elaborasi ( elaboraty ).

Dalam penelitian ini semua perangkat pembelajaran adalah perangkat

pembelajaran berbasis Smart dengan model pembelajaran CIRC dan pendekatan

Open Ended sehingga dalam menyajikannya disamping menggunakan ketentuan

umum juga menggunakan ketentuan yang spesifik yaitu ketentuan yang berifat

khusus dengan berbasis Smart model CIRC dengan pendekatan Open Ended.

Pendekatan Open Ended menekankan pad a pembelajaran dengan berpikir kreatif

siswa sehingga siswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajarannya.

Penerapannya dalam model pembelajaran CIRC dengan pengembangan perangkat

pembelajaran adalah pemahaman bacaan yang harus dipelajari oleh siswa yang

dirancang untuk pemahaman proses bukan hafalan.

2.2 Pembelajaran CIRC

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC merupakan singkatan dari

Cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model

pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran

19

kooperatif terpadu membaca dan menulis , yaitu sebuah program komprehensif

atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas

tinggi sekolah dasar ( Suyatno 2009 : 68 ). Namun, CIRC telah berkembang

bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti

pelajaran matematika. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden,

Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat

diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan

suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi

bagian-bagian yang penting .Menurut Palinscar dan Brown ( 1984 ) Pembelajaran

CIRC siswa membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaimana masalah

– masalah akan diatasi dan merangkum unsur – unsur utama kepada satu sama

lain yang keduanya dapat meningkatkan pemahaman . Sintaksnya adalah:

1. Membentuk kelompok heterogen 4 orang

2. Guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar

3. Siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan

tanggapan) terhadap wacana.

4. Menuliskan hasil kolaboratifnya

5. Presentasi hasil kelompok

6. Refleksi.

Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4)

memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

1)   Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5

siswa.

2)   Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian

20

sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan

kelemahan siswa pada bidang tertentu.

3)  Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya.

4)  Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh

kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang

membutuhkannya.

5)  Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja

kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil

secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam

menyelesaikan tugas.

6)   Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang

pemberian tugas kelompok.

7)   Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa.

8)   Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu

pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan

masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:

a)    Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.

b)    Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah.

c)    Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah.

d)   Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan

21

e)     Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4)

Sedangkan Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut :

a. Menentukan peringkat siswa

Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes

sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun

peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.

b. Menentukan jumlah kelompok

Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap

kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

c. Penyusunan anggota kelompok

Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat.

Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai

kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.

Model pembelajaran ini, dibagi menjadi beberapa fase :

a. Fase pertama, yaitu orientasi

Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang

materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran

yang akan dilakukan kepada siswa.

b. Fase kedua, yaitu organisasi

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dengan memperhatikan

keheterogenan akademik. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan

dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan

tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Fase ketiga yaitu pengenalan konsep

22

Dengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baru yang mengacu pada hasil

penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru,

buku paket, film,kliping, poster atau media lainnya.

d. Fase keempat, yaitu fase publikasi

Siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya, membuktikan,

memperagakan tentang materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di

depan kelas.

e. Fase kelima, yaitu fase penguatan dan refleksi

Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang

dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam

kehidupan sehari - hari. Selanjutnya siswa pun diberi kesempatan untuk

merefleksikan dan mengevaluasi hasil pembelajarannya.

Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model

pembelajaran CIRC sebagai berikut:

1). CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

Menyelesaikan soal pemecahan masalah

2).Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

3).Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok

4). Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya

5).Membantu siswa yang lemah

6). Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang

berbentuk pemecahan masalah

23

2.3 Pendekatan Open Ended

Menurut Becker dan Shigeru (Inprashita, 2008), pendekatan open-ended

pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an. Antara tahun 1971 dan

1976, peneliti-peneliti Jepang melakukan proyek penelitian pengembangan metode

evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika

dengan menggunakan soal atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema.

Meskipun pada mulanya pengembangan soal terbuka dimaksudkan untuk

mengevaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi, tetapi selanjutnya disadari

bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan soal terbuka mempunyai

potensi yang kaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Takahashi (2006), soal terbuka (open-ended problem) adalah soal

yang mempunyai banyak solusi atau strategi penyelesaian. Sedangkan

dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, pada

prinsipnya pembelajaran dengan memanfaatkan soal terbuka dapat dipandang

sebagai pembelajaran berbasis masalah, yaitu suatu pembelajaran yang dalam

prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini sesuai

dengan pendapat Shimada (1997) bahwa pembelajaran open-ended adalah

pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau

penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pembelajaran open-ended dapat memberi

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,

mengenali, dan memecahkan masalah dengan beragam teknik.

Aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

tipe, yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yakni soal itu memiliki beragam

cara penyelesaian, (2) terbuka hasil akhirnya, yakni soal itu memiliki banyak

24

jawab yang benar, dan (3) terbuka pengembangan lanjutannya, yakni ketika

siswa telah menyelesaikan suatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal

baru dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan.

Berikut diberikan ilustrasi dua soal untuk membedakan antara soal tertutup

dan soal terbuka.

(1) Hitunglah Sin 30o, Cos 45o , Tan 60o

(2) Buktikan bahwa ( Sec A + Tan A )2=

1+SinA1−SinA

Soal (1) merupakan soal rutin dan bukan masalah terbuka karena prosedur yang

digunakan untuk menentukan penyelesaiannya sudah tertentu yakni hanya

menjumlahkan ketiga bilangan yang terdapat pada soal. Soal ini juga hanya

memiliki satu jawaban yang benar. Sedangkan soal (2) merupakan soal terbuka

(open-ended problem). Soal ini juga dikategorikan sebagai soal non-rutin.

Keterbukaan soal ini meliputi keterbukaan proses, keterbukaan hasil

akhir, dan keterbukaan pengembangan lanjutan. Soal ini dikategorikan sebagai

soal non-rutin karena tidak memiliki prosedur tertentu untuk menjawabnya.

Dengan menggunakan soal terbuka, pembelajaran matematika dapat dirancang

sedemikian sehingga lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kompetensi mereka dalam menggunakan ekspresi matematik

(Takahashi, 2006). Dalam upaya menemukan berbagai alternatif strategi atau

solusi suatu masalah, siswa akan menggunakan segenap kemampuannya dalam

menggali berbagai informasi atau konsep-konsep yang relevan. Hal demikian akan

mendorong siswa menjadi lebih kompeten dalam memahami ide-ide matematika.

Hal demikian tidak akan terjadi dalam pembelajaran yang menggunakan soal

tertutup yang hanya merujuk pada satu jawaban atau strategi penyelesaian.

25

Penggunaan soal tertutup kurang mendorong siswa untuk mengeksplorasi

berbagai ide-ide matematikanya, sehingga kurang memungkinkannya untuk

secara efektif digunakan dalam mengembangkan kemampuan komunikasi

matematika sekaligus membangun pemahaman matematik siswa.

Penggunaan soal terbuka juga dapat memicu tumbuhnya kemampuan berpikir

kreatif. Menurut menurut Becker dan Shimada (Livne dkk, 2008), penggunaan

soal terbuka dapat menstimulasi kreativitas, kemampuan berpikir original, dan

inovasi dalam matematika.

B. Tujuan Pendekatan Open Ended

Tujuan dari Pendekatan Open Ended dalam pembelajaran matematika

adalah :

a. Untuk mendorong aktivitas kreatif siswa dalam memecahkan masalah. (Nohda

2008)

b. Bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara

bagaimana sampai pada suatu jawaban.

c. Untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematika

siswa melalui problem posing secara simultan. (Suherman, dkk, 2003;124)

C. Manfaat Pendekatan Open Ended

Menurut Takahashi (2006), terdapat beberapa manfaat dari penggunaan soal

terbuka dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut.

1. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka.

2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komprehensif menggunakan

pengetahuan dan keterampilan mereka.

3. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan

26

menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka.

Berbagai manfaat penggunaan soal terbuka juga dikemukakan oleh Sawada

(Heinemann, 2008). Menurutnya, terdapat beberapa manfaat penggunan soal

terbuka, yaitu sebagai berikut.

1. Siswa berpartisipasi secara lebih aktif dalam pembelajaran dan

mengekspresikan ide-ide mereka secara lebih intensif. Pemecahan masalah

terbuka memberikan kebebasan dan lingkungan belajar yang mendukung sebab

terdapat banyak solusi yang benar, sehingga setiap siswa mempunyai

kesempatan untuk menghasilkan satu atau lebih jawaban yang unik.

Aktivitas demikian akan mendorong terjadinya interaksi dan percakapan

yang menarik antarsiswa di kelas.

2. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk menggunakan pengetahuan dan

keterampilannya secara komprehensif. Karena terdapat banyak jawaban

berbeda, maka siswa dapat memilih cara favoit mereka untuk memperoleh

jawaban unik mereka.

3. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk mengembangkan penalarannya.

Dengan membandingkan dan mendiskusikan strategi dan solusi siswa di

kelas, siswa akan termotivasi untuk memberikan rasional atau penjelasan

kepada siswa lain terhadap strategi atau solusi yang mereka hasilkan. Hal

demikian akan menumbuhkan daya nalar siswa.

4. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya untuk menikmati proses penemuan dan

menerima persetujuan dari siswa lainnya terhadap strategi atau solusi yang

mereka dihasilkan. Karena setiap siswa mempunyai solusi berdasarkan pada

pemikiran mereka yang unik, maka setiap siswa akan tertarik atau berminat

27

terhadap solusi siswa lainnya. Hal ini akan lebih menambah pengetahuan dan

sekaligus dapat memperkaya strategi yang dimilikinya.

2.4 Pelaksanaan Pembelajaran CIRC dalam matematika

Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama

kali dikembangkan oleh (Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.

2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.

5. Guru memberikan penguatan

6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan

7. Penutup.

Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai

berikut:

1. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang

suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama

eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau

media lainnya.

2. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa

untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru,

dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru

minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan

28

berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil

observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa

ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan

pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa

belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam

situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif

untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk

diujikannya.

3. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil

temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.

Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar

membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian

terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman

sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling

memperkuat argumen.

Contoh pembelajaran matematika dengan model CIRCuntuk pembelajaran

materi trigonometri adalah sebagai berikut :

Fase Pertama, Pengenalan konsep

1. Guru mengingatkan kembali sistem koordinat Cartesius

2. Guru menggamabar lingkaran dengan pusat di O , dalam lingkaran tersebut

digambar segitiga siku – siku dengan salah satu sudut lancipnya di titik

O, dengan memisalkan sudut lancip di O adalah α .

3. Guru mengingatkan depan α disebut sisi depan, samping α namanya sisi

samping dan yang menghub ungkan ujung – ujung sisi siku adalah sisi

29

miring.Guru mengingatkan kembali tentang teorema phytagoras.

4. Guru bertanya terhadap siswa tentang definisi sinus, cosinus dan tangen serta

kebalikannya.

Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi

1. Siswa menggali sendiri tentang definisi tentang sinus, cosinus dan tangen serta

kebalikannya kosekan, sekan dan kotangen hubungannya dengan fungsi

trigonometri.

2. Siswa bisa menggali dengan menemukan hubungannya tentang rumus – rumus

yang berkaitan dengan trigonometri dengan menghubungkan konsep – konsep

yang sudah dimiliki

3. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan caranya sendiri berkaitan rumus

rumus fungsi trigonometri untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta

menerapkan konsep awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

memulai dari hal yang kongkrit.

Fase Ketiga, Publikasi

1. Setelah siswa menemukan caranya sendiri , siswa melakukan tinjauan ulang

kembali apakah cara – cara yang sudah ditemukan berkaitan dengan konsep –

konsep yang lalu

2. Siswa menyimpulkan dari hasil temuan bersama – samadengan guru.

2.5 Model pembelajaran CIRC berbasis SMART

Model pembelajaran CIRC yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan pendekatan Open Ended berbasis SMART. Pendekatan

Open Ended digunakan untuk cara mengerjakan soal dengan berbagai cara

30

dengan bervariasi penyelesaian tetapi jawaban benar. Arti SMART yaitu

Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time Bound. Tujuan SMART

adalah untuk memudahkan mengenali dengan tepat apa tujuannya, bermaksud

untuk mencapai dan kepada siapa itu ditujukan; dengan demikian akan lebih

mudah untuk melacak sejauh mana tujuan tercapai (Iverson, 2003:17). Boise State

University (2007) dan Swinton (2006) menyatakan SMART dikembangkan

berkenaan dengan tujuan penting sedemikian hingga dapat sangat membantu

dalam menulis tujuan yang dapat dijadikan modal dalam mengevaluasi kualitas

program-program yang diajukan dan dilaksanakan. SMART sebagai tujuan

program yang berarti specific (spesifik), measurable (dapat diukur), achievable

(dapat dipenuhi), realistic (realistik), time-bound (batasan waktu).

a. Spesific; Pemilihan indikator materi sesuai dengan kurikulum dan tingkat

kemampuan peserta didik

b. Measurable; Indikator yang dipilih harus terukur sesuai materi yang dipilih

c. Achievable; Ketercapaian atau prestasi dapat ditunjukkan ketuntasannya

d. Realistic; Langkah program kerja dari awal hingga akhir (rencana pelaksanaan

pembelajaran ) yang jelas dan dapat dilaksanakan secara konkret

e. Time Bound; Ketersediaan waktu dari penugasan, proses pembelajaran tatap

muka dan evaluasi harus jelas waktu yang tersedia.

2.6 Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental

yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan

yang “baru” (Ruggiero, 1998; Evans, 1991). Tulisan ini akan

menyebutkan secara saling tukar antara kreativitas dan berpikir

kreatif dengan menekankan bahwa kreativitas adalah produk

dari

31

kemampuan berpikir kreatif atau berpikir kreatif menghasilkan

suatu kreativitas. Untuk mengetahui ciri kreativitas seseorang

banyak ahli yang memberikan

kriteria tergantung pada pengertian kreativitas atau berpikir

kreatif yang dianut. Munandar (1999) menunjukkan indikasi

berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas (berpikir

kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan

banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana

penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan

keberagaman jawaban”.

Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif

seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak

kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Semua jawaban itu

harus sesuai dengan masalah dan tepat. Selain itu jawaban

harus bervariasi.

Indikator kreativitas yang lebih umum ditunjukkan dari ciri-

ciri individu, seperti disebutkan Evans (1991), yaitu kesadaran

dan sensitivitas terhadap masalah, memori/ingatan, fasih

(fluency), fleksibel, orisinal, disiplin dan tekun (persistence),

mampu beradaptasi/terbuka, keingintahuan, humoris, tidak

kompromi, toleransi pada ambiguitas, percaya diri, skeptis, dan

mempunyai

intelegensi yang cukup. Olson (1996) menjelaskan bahwa untuk

tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai

32

produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur,

yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan

ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar

gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat.

Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan

gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk

memecahkan suatu masalah. Indikasi kemampuan berpikir

kreatif ini sama dengan Munandar (1999) tidak menunjukan

secara tegas kriteria “baru” sebagai sesuatu yang tidak ada

sebelumnya. “Baru” lebih ditunjukkan dari keberagaman (variasi)

atau perbedaan gagasan yang dihasilkan.

Silver (1997) menjelaskan bahwa untuk menilai

kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering

digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga

komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan

TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan

(novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang

dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak

pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespons

perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam

merespons perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila

respons perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna

dengan perintah yang diinginkan, maka indikator kelayakan,

kegunaan atau bernilai dalam berpikir kreatif sudah dipenuhi.

33

Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari

kebaruan. Jadi indikator atau komponen berpikir itu dapat

meliputi

kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.

Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan berpikir pada matematika yang meliputi 4 kemampuan yaitu :

1. Kelancaran ( fluency ), yaitu kemampuan menjawab matematika secara

tepat

2. Keluwesan ( fleksibility ), yaitu kemampuan menjawab matematika

secara berbeda – beda / beragam

3. Keaslian ( originality ) yaitu kemampuan menjawab matematika secara

menggunakan bahasanya sendiri atau idenya sendiri.

4. elaborasi ( elaboraty ), yaitu kemampuan memperluas jawaban masalah

matematika secara menggunakan bahasa/idenya diri – sendiri

5. Elaborasi ( elaboraty ), yaitu kemampuan menjawab matematika secara

menggunakan bahasanya sendiri atau idenya sendiri.

2.7 Keaktifan dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Sunaryo (2003:27) keaktifan adalah suatu respon yang diberikan

oleh seorang akibat adanya suatu aksi.Sedangkan menurutSudjana(1999 )keaktifan

dapat diartikan kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk

mencapai hasil belajar. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar bisa

positif maupun bisa negatif. Contoh aktivitas siswa positif adalah : mengerjakan

tugas atau soal, bertanya pada guru, saling diskusi dengan sesama siswa. Contoh

34

akttivitas siswa negatif adalah : suka bercanda dengan sesama teman saat kegiatan

belajar berlangsung, suka mengganggu dengan sesama teman pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

Menurut Diedrich dalam Sardiman (2006) menggolongkan aktivitas siswa

dalam pembelajaran sebagai berikut :

1. Visual activities, meliputi : memperhatikan dari gambar demonstrasi, membaca

percobaan dari pekerjaan orang lain

2. Oral activities, meliputi : menyatakan pendapat, memberi saran, diskusi

3. Listening activities, meliputi : mendengarkan uraian , percakapan ,diskusi

4. writing activities, meliputi : menulis cerita, karangan,laporan

5. Drawing activities , meliputi : menggambar,membuat grafik,peta.

6. Motor activities, meliputi ; melakukan percobaan,bermain , berkebun

7. Mental activities, meliputi : menanggapi, mengingat, memecahkan masalah

8. Emotional activities, meliputi : merasa bosan,gembira, bersemangat

2.8 Model Pengembangan Perangkat

Menurut Setyosari (2010:196) pengembangan perangkat pembelajaran

adalah suatu proses untuk memperoleh perangkat pembelajaran yaitu sekumpulan

sumber belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan

pembelajaran. Ada beberapa model pengembangan yang dapat dijadikan acuan,

salah satunya adalah model Plomp. Menurut Plomp memberikan suatu model

dalam mendesain pendidikan yang terbagi dalam 5 tahapan, yaitu : (1) tahap

investigasi awal, (2) tahap desain, (3) tahap realisasi/konstruksi, (4) tahap tes,

Implementation

I m p l e m e n t a t i o n

Design

Realization/Construction

Test, Evaluation, and Revision

Preliminary Investigation

: Kegiatan pengembangan

: Alur kegiatan fase pengembangan

: Arah kegiatan timbal balik antara tahapan pengembangan dan implementasi

: Siklus kegiatan pengembangan

35

evaluasi, dan revisi, dan (5) tahap implementasi. Kelima tahap tersebut

digambarkan pada Gambar 2.1

Pada tiap tahapan kegiatan dari skema Gambar 2.1 dijelaskan sebagai berikut ini :

1. Tahap investigasi awal (Priliminary Investigation)

Keterangan:

Gambar 2.1 Model Umum untuk Memecahkan Masalah Bidang Pendidikan

(Sumber: Plomp dalam Rochmad 2009)

36

Tahap ini kegiatan yang dilakukan terfokus pada pengumpulan dan

analisis informasi, mendefinisikan masalah dan merencanakan kegiatan

selanjutnya.

Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) mengidentifikasi informasi, (2) analisis

informasi, (3) mengkaji teori-teori, (4) mendefinisikan atau membatasi masalah,

dan (5) merencanakan kegiatan lanjutan.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap ini kegiatan lebih difokuskan kepada hasil yang telah diperoleh

pada fase investigasi awal, kemudian dirancang solusinya. Hasilnya berupa

dokumen desain. Dalam fase ini dilakukan kegiatan-kegiatan merancang: (1)

Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa

(LKS), (4) Buku Siswa, (5) Tes Prestasil Belajar (TPB).

3. Tahap Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)

Tahap ini merupakan salah satu tahap produksi disamping tahap desain.

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan menyusun: (1) Silabus, (2) Rencana

Pelaksanaan Pelajaran (RPP), (3) Lembar Kerja Siswa (LKS), (4) Buku Siswa, (5)

Tes Prestasil Belajar (TPB) yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Hasil

kegiatan fase ini adalah draft 1 perangkat pembelajaran Model CIRC pendekatan

Open Ended berbasis smart .

4. Tahap Pengujian, Evaluasi, dan Revisi

Dalam tahap ini dilakukan langkah-langkah: validasi draft 1, analisis hasil

validasi, revisi, uji coba , dan analisis hasil uji coba. Tahap ini bertujuan untuk

mengetahui: (1) apakah draft 1 perangkat pembelajaran yang telah disusun valid

atau tidak berdasarkan pertimbangan para ahli, (2) apakah perangkat

37

pembelajaran yang valid tersebut telah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan, (3) apakah hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik

terhadap draft 1tanpa revisi, atau revisi kecil, maka dilanjutkan dengan uji coba

draft 1. Namun apabila hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik

terhadap draft 1 perlu revisi, maka diadakan revisi sehingga mendapatkan draft 2.

Draft 2 juga memerlukan pertimbangan para ahli dan pendidik. Apabila hasil

analisis pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap draft 2 tanpa revisi, atau

revisi kecil, maka dilanjutkan dengan ujicoba draft 2. Namun apabila hasil analisi

pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap draft 2 perlu revisi, maka diadakan

revisi sehingga mendapatkan draft 3 dan seterusnya sehingga terjadi siklus. Siklus

akan berhenti apabila hasil analisis pertimbangan para ahli dan pendidik terhadap

draft 1 tanpa revisi. Artinya sudah didapat perangkat pembelajaran yang valid.

Untuk menguji keefektifan pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran model pembelajaran CIRC pendekatan Open Ended berbasis Smart

pada materi Trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

dilakukan uji coba.

5. TahapFase Implementasi

Pada tahapan ini setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk hasil,

maka produk dapat diimplementasikan. Plomp (dalam Rochmad 2009: 58)

menyatakan: pemecahan (solusi) harus dikenalkan, dengan perkataan lain, harus

diimplementasikan. Solusi ini diharapkan memenuhi masalah yang dihadapi.

Dengan demikian, solusi desain ini dapat diimplementasikan atau diterapkan

dalam situasi yang memungkinkan masalah tersebut secara aktual terjadi.

38

2.9 Kualitas Perangkat Pembelajaran

Menurut Nieveen dalm Trianto ( 2010 ) perangkat pembelajaran dikatakan

berkualitas /baik jika memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Menurut

Nieveen bahwa aspek validitas dikaitkan dengan dua hal :

1. Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat

2. Apakah didapat konsistensi secara internal

Menurut Sadiman ( Trianto , 2010 ) keefektifan pembelajaran adalah hasil

guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Sedangkan

menurut Kauchak (Hobri,2009) menyatakan bahwa pembelajaran efektif terjadi

bila siswa secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan dan menemukan

hubungan – hubungan informasi yang dberikan.

2.10 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan kajian dari beberapa penelitian

sebelumnya antara lain :

1. Penerapan pembelajaran kooperatif model cooperative integrated reading and

composition ( CIRC ) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran komunikasi bisnis ( studi pada siswa kelas X Pemasaran di

SMK PGRI 6 Malang tahun ajaran 2010/2011 ) . Peneliti melihat ada manfaat

yang signifikan adanya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam memahami materi

pembelajaran yang terdapat pada mata pelajaran Komunukasi Bisnis dengan

penerapan model pembelajaran CIRC

2. Penelitian tentang Classroom Thinking dengan pendekatan Open Ended untuk

meningkatkan Kemampuan pemecahan masalahmatematika siswa SMA

39

dikabupaten Pidie. Pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran thinking classroom dengan pendekatan open ended

memberikan hasil belajar (berpikir kritis, penguasaan bahan ajar, dan

sikap terhadap matematika) lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Terdapat tiga aspek

hasil belaj ar matematika yang merupakan variabel terikat di dalam penelitian

ini, yaitu (1) kemampuan berpikir kritis, (2) penguasaan bahan ajar, dan (3) sikap terhadap matematika. Dari deskripsi tiap-tiap hasil belajar p ada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh yakni untuk setiap as pek has i l

be la ja r , pero lehan s i swa yang menggunakan pembelajaran

matematika menggunakan model pembelajaran thinking classroom dengan

pendekatan open ended lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan

model model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini mendukung

temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran thinking classroom dengan pendekatan open ended lebih baik

dalam pelajaran matematika dan sains (Woolfolk, 1998; Threadgill, 1979).

3. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis SMART dengan

strategi TAI pada materi segitiga kelas VII. Penelitian ini merupakan

penelitian pengembangan yaitu pengembangan perangkat pembelajaran

matematika berbasis SMART dengan strategi TAI untuk meningkatkan prestasi

belajar peserta didik pada materi segitiga yang memenuhi kriteria valid dan

efektif.

2.11 Kerangka Berpikir

40

Sebagaian besar siswa kebanyakan berpendapat bahwa matematika

terutama materi trigonometri adalah materi yang sulit. Kenyataan seperti ini

perlunya adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang

menyenangkan,menarik dan termotivasi sehingga siswa akan aktif dan akhirnya

berpikir kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir atau

kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dan penelitian yang disintesiskan dari

fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan (Riduan 2004: 25). Keefektifan

dalam menentukan model pembelajaran merupakan suatu standar keberhasilan,

artinya semakin berhasil pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang telah

ditentukan, berarti semakin tinggi tingkat keefektifannya.

Trigonometri adalah cabang dari matematika yang banyak mempelajari

tentang rumus-rumus dasar trigonometri termasuk cara menggunakan rumus-

rumus tersebut. Banyak digunakan atau bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari

di berbagai bidang kehidupan/pekerjaan, peserta didik dituntut untuk 1) melatih

cara berpikir dan bernalar dalam menggunakan rumus trigonometri, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,

perbedaan, konsisten, inkonsisten, membuktikan identitas, 2) mengembangkan

aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan

mengembangkan pikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan

dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan menyampaikan

informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan

lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan. Dengan demikian

pembelajaran trigonometri tidak ditekankan pada kemampuan menghafal rumus-

rumus, tetapi mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuannya secara

mandiri. Melalui pengembangan perangkat pembelajaran pendekatan Open ended

berbasis smart peserta didik diharapkan belajar mengetahui, bukan menghafal, dan

menekankan pemecahan dan kreatifitas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diupayakan siswa dapat belajar

dalam nuansa kondusif dimulai dengan pembukaan yang akan mengingatkan

peserta didik akan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan. Melalui

penjelasan guru tentang materi yang dipelajari pada saat itu, siswa mengikuti

41

kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang menyenangkan, melalui

kerjasama diharapkan ada peningkatan aktivitas siswa dengan motivasi yang

meningkat, prestasi belajar siswa pada materi trigonometri meningkat.

Dari uraian di atas dapat digambarkan pola kerangka berpikir seperti

ditampilkan pada Gambar 2.3.

Materi TrigonometriMateri baru,Banyak rumus

Merasa Sulit

Perangkat Pembelajaran Menarik

42

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

2.12 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

1. Pembelajaran matematika dengan model CIRC pendekatan open ended berbasis

smart pada materi trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas X efektif

2. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model CIRC

pendekatan open ended berbasis smart pada materi trigonometri untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X valid.

3. Pembelajaran matematika dengan model CIRC pendekatan open ended berbasis

smart pada materi trigonometri untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif siswa kelas X praktis.

Model CIRC pendekatan Open Ended

Berbasis SMART

Pengalaman,berbuat Berpikir kreatif

Bebas

Timbul Motivasi

Paham