bab ii tinjauan pustakarepository.poltekkesbdg.info/files/original/c357ad6f0cffd3a75ca44be… ·...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah dimulai/ inpartu sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks yang membuka dan
menipis serta berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara
lengkap (Fauziah, 2015).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
proses terjadinya pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Johariyah, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup
proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah,
2018).
7
2. Sebab-sebab terjadinya Melahirkan
Ada beberapa sebab-sebab terjadinya persalinan menurut Johariyah
(2012), yaitu:
1) Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,
sebaliknya estrogen meningkat kontraksi otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron
dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbulah his.
2) Teori oksitoksin
Pada akhir kehamilan kadar oksitoksin bertambah.
Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3) Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin
terengganglah otot-otot rahim sehingga timbulah kontraksi
untuk mengeluarkan janin.
4) Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya
memegang peranan penting, oleh karena yaitu pada
ancephalus kelahiran sering lebih lama.
5) Teori prostaglandin
kadar prostaglandin cenderung meningkat ini terjadi
mulai kehamilan usia 15 minggu hingga aterm lebih-lebih
8
saat partus berlangsung, plasenta yang mulai menjadi tua
seiring dengan tuanya usia kehamilan. Keadaan uterus yang
terus membesar dan menegang mengakibatkan terjadiya
iskemik otot-otot uterus. Hal ini juga yang diduga menjadi
penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter
sehingga plasenta mengalami degenerasi.
3. Tanda-tanda Melahirkan
Berikut tanda-tanda melahirkan menurut Joyce (2014) antara lain:
1) Sakit punggung, sakit punggung yang mereda disebabkan
oleh relaksasi otot panggul. Jika janin diposisikan pada letak
posterior, sakit punggung akan lebih intens.
2) Kemajuan kontraksi mulai dari kontraksi Braxton-Hicks
(persalinan palsu berselang tidak teratur yang tidak berubah
dalam frekuensi atau durasi atau tingkat ketidaknyamanan
jika tidak beraktivitas; terjadi di area abdominal, tidak
terjadi pembukaan dan penipisan servik) hingga ke
persalinan sebenarnya (kontraksi teratur dengan frekuensi
dan intensitas meningkat dan durasi dari punggung ke
bagian perut, terjadi kemajuan pelebaran dan penipisan
servik).
3) Peringanan: Turunnya kepala janin ke panggul ibu sekitar 2
minggu sebelum permulaan kelahiran. Sering dibarengi
9
dengan sering buang air kecil karena tekananan pada
kandung kemih.
4) Perubahan servik: Pematangan terjadi dengan pelembutan
servik untuk mengizinkan peregangan dan penipisan.
5) Bloody Show/ keluaran lendir darah dari vagina:
Pengeliuaran air lendir vagina yang berwarna merah-
kecokelatan karena pelepasan lendir saat pembukaan servik.
6) Pecahnya ketuban mengeluarkan 500 sampai 1200 cc cairan
kuning, jernih tanpa bau busuk, dipastikan dengan kertas
nitrazine yang berubah menjadi biru mengindikasikan
alkanitas air ketuban (bukan urin asam).
7) Turunnya berat badan 0,5 sampai 1,4 kg.
8) Perubahan Gastrointestinal (GI) (ketidakmampuan
mencerna, diare, mual, dan muntah).
9) Gelombang energi tinggi tiba-tiba.
4. Klasifikasi Melahirkan
Partus matur atau aterm adalah partus dengan kehamilan 37-
40 minggu, janin matur, berat janin diatas 2500 gram, partus
premature adalah hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum
aterm/cukup bulan, berat janin 1000-2500 gram atau umur
kehamilan 28-36 minggu. Partus post matur/serotinus adalah partus
terjadi dua minggu atau lebih dari waktu yang telah diperkirakan
atau taksiran partus (Fauziah, 2015).
10
5. Jenis-jenis Persalinan
Ada beberapa jenis persalinan menurut Fauziah, (2015)
diantaranya:
1) Persalinan Spontan : persalinan berlangsung dengan
kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan Buatan : persalinan dengan tenaga dari luar degan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan section sesaria.
3) Persalinan Anjuran : persalinan tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin.
6. Adaptasi Fisiologis pada Wanita Melahirkan
Menurut Sulistyowati (2010), perubahan adaptasi fisik yang juga
dapat mempengaruhi keadaan psikologis ibu, yaitu:
1) Sistem kardiovaskuler. Tekanan darah bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon pemberian analgesi atau anastesi.
Perubahan volume darah terjadi karena kekurangan darah
sekitar 300-400 ml selama melahirkan.
2) Sistem gastrointestinal. Defekasi secara normal lambat
dalam minggu pertama karena adanya perubahan mobilitas
usus, kehilangan cairan dan adanya gangguan rasa nyaman
pada daerah perineum.
11
3) Suhu tubuh. Setelah melahirkan suhu menjadi 37,30C tetapi
tidak melebihi 380C. Setelah 12 jam pasca partum umumnya
suhu tubuh kembali normal.
4) Sistem perkemihan. Pada 24 jam pertama buang air kecil
kadang sulit, kemungkinan terdapat spasme springter dan
edema leher buli-buli, urin dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum.
5) Sistem integumen. Kloasma yang muncul pada masa hamil
menghilang saat kehamilan terakhir, sedangkan
hiperpigmentasi pada aeorola mamae dan linea nigra tidak
menghilang.
6) Berat Badan. Pasca melahirkan berat badan menurun 4 – 5
kg tergantung dari berat badan janin.
7) Perineum. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang dari tekenan kepala bayi yang
bergerak maju.
8) Perubahan pada Vagina. Selama tiga minggu vagina akan
kembali seperti sebelum hamil dan rugae dalam vagina
berangsur-angsur muncul kembali.
9) Proses Involusi Vagina. Uterus mengecil dengan cepat
sehingga pada hari kesepuluh tidak teraba lagi dari luar.
Seminggu sesudah plasenta lahir rahim 500 gram, dan dua
minggu post partum mencapai 50 – 60 gram.
12
7. Adaptasi Psikologi pada Wanita Melahirkan
Menurut Sulistyowati (2010), yaitu:
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami
dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran. Anjurkan mereka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah-langkah yag mungkin akan
sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi.
Seiring dengan perubahan fisiologis yang cepat dan luas
yang dialami oleh wanita setelah melahirkan maka akan terjadi pula
perubahan emosional (psikologis) dengan membentuk suatu
adaptasi yang cukup kompleks bagi ibu. Meskipun ayah dan anggota
keluarga lainnya tidak mengalami perubahan tersebut, mereka juga
harus menyesuaikan secara psikologis terhadap kehadiran bayi baru
lahir. Kesejahteraan psikologis ibu itu sendiri tergantung pada besar
kecilnya kebahagiaan pasangan (suami) dan anggota keluarga
lainnya dalam menanggapi kelahiran bayi baru.
Respon ayah pada masa sesudah ibu melahirkan tergantung
keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan
merasa lelah, ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya, tetapi
kadang-kadang terbentur dengan peraturan rumah sakit. Kehadiran
bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan
hubungan dalam keluarga tersebut.
13
Selain itu terdapat teori adaptasi psikologi menurut Marcer
dalam Sulistyowati (2010), teori ini lebih menekankan pada stress
antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaian peran ibu,
Marcer dalam Sulistyowati (2010) membagi teorinya
menjadi dua pokok bahasan, yaitu:
1) Efek Stress Anterpartum
Stress anterpartum adalah komplikasi dari resiko
kehamilan dan pengalaman negatif dari hidup seorang
wanita. Sehingga dukungan selama kehamilan sangat
diperlukan untuk mengurangi rasa ketidakpercayaan
seorang calon ibu. Penelitian Marcer menunjukkan ada
enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
ibu, yaitu hubungan interpersonal, peran keluarga, stress
anterpartum, dukungan sosial, rasa percaya diri,
penguasaan rasa takut, ragu dan depresi.
2) Pencapaian Peran Ibu
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan
bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan
penghargaan peran,
lebih lanjut Marcer menyebutkan tentang stress
anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang
positif manupun yang negatif. Bila fungsi
keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi
14
stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko
kehamilan dapat mempengaruhi persepsi kesehatan,
dengan dukungan keluarga dan petugas kesehatan
maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress
anterpartum.
Setelah ibu melewati masa kehamilan, selanjutnya ibu akan
menjalani proses melahirkan. Disini ibu mulai mengalami transisi
peran menjadi seorang ibu, terutama ibu yang mengalami proses
kelahiran pertama sekali. Empat tahapan dalam melaksanakan peran
ibu menurut Marcer adalah (Sulistyowati, 2009):
1) Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita
mulai melakukan penyesuaian sosial dan psikologis
dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan
menjadi seorang ibu.
2) Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya,
bimbingan peran dibutuhkan sesuai dengan kondisi
sistem sosial.
3) Informal
Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang
unik dalam melaksanakan perannya.
15
4) Personal
Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah
mahir melakukan perawatan diri dan bayinya
8. Kebutuhan Psikologis Ibu Selama Masa Persalinan
Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal
fisiologis yang dialami oleh setiap ibu bersalin, sekaligus
merupakan suatu hal yang menakjubkan bagi ibu dan keluarga.
Namun, rasa khawatir, takut maupun cemas akan muncul pada saat
memasuki proses persalinan. Perasaan takut dapat meningkatkan
respon fisiologis dan psikologis, seperti : nyeri, otot-otot menjadi
tegang dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada akhirnya akan
menghambat proses persalinan (Fitriana dkk, 2018).
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga dapat
mempengaruhi proses kelahiran. Seorang ibu yang tertekan secara
emosional dapat mengalami kontraksi yang tidak teratur sehingga
menyebabkan proses kelahiran yang sulit (Juniarti dalam
Primashnia, 2013).
Orang pendukung sangat penting bagi wanita bersalin, orang
pendukung dapat terdiri atas ayah bayi, anggota keluarga, atau
teman dekat. Hal tersebut dapat memenuhi sebagai kebutuhan
emosional atau psikososial (Reeder dkk, 2011).
Kebutuhan psikologis ibu selama persalinan menurut Lesser
dan Kenne dalam Fitriana (2018) meliputi:
16
1. Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus
2. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
3. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman
B. Konsep Pendampingan Suami
1. Pendampingan Suami
a. Pengertian
Pendampingan suami adalah bentuk dukungan yang
diberikan suami terhadap istri, suatu bentuk dukungan di mana
suami dapat memberikan bantuan secara psikologis baik berupa
motivasi, perhatian dan penerimaan. Dukungan suami merupakan
hubungan bersifat menolong yang mempunyai nilai khusus bagi istri
sebagai tanda adanya ikatan-ikatan yang bersifat positif (Goldberger
& Breznis dalam Diani 2013).
Pendampingan adalah dimana Suami bertanggung jawab
untuk mempersiapkan kekuatan mental istri untuk melahirkan
karena saat-saat itu adalah perjuangan hidup dan mati istri bagi
keluarganya. Suami bisa ikut hadir saat proses persalinan,
kehadiran suami ini walau sekedar menemani, memegang
tangan istri, dan membisikkan kata-kata menghibur pada istri
akan memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri
(Enkin dalam Nikmah, 2018)
Kehadiran seseorang yang penting dan dapat dipercaya
seperti suami atau anggota keluarga lain sangat dibutuhkan oleh
17
pasien yang akan menjalani proses bersalin (Sulistyowati, 2010).
Dukungan suami dan pemberian perhatian akan membantu
isteri dalam mendapat kepercayaan diri dan harga diri sebagai
seorang isteri. Dengan perhatian suami membuat istri merasa lebih
yakin, bahwa ia tidak saja tepat menjadi isteri, tapi isteri juga akan
bahagia menjadi (calon) ibu bagi anak yang dikandungnya (Adhim
dalam Fitri 2014).
b. Bentuk- bentuk Pendampingan suami
Bentuk-bentuk pendampingan suami pada saat proses
bersalin menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Pendampingan suami saat persalinan mempunyai peranan
penting bagi ibu karena dapat mempengaruhi psikologis ibu.
Kondisi psikologis yang nyaman, rileks dan tenang dapat terbentuk
melalui dukungan kasih sayang keluarga. Bentuk dukungan bisa
berupa support mental, berbagi pengalaman saat menjalani proses
persalinan, atau hal-hal positif lain, sehingga berpengaruh pada
kekuatan ibu saat melahirkan bayinya (Lailia, 2014)
Dukungan sosial terutama dari suami merupakan faktor
utama yang berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada ibu
hamil dalam menghadapi masa kehamilan sampai persalinan.
Beberapa bentuk dukungan suami yang sangat dibutuhkan oleh ibu
hamil antara lain, pelayanan yang baik, menyediakan transportasi
atau dana untuk biaya konsultasi, dan menemani berkonsultasi ke
18
teanaga kesehatan sehingga suami dapat mengenali tanda-tanda
komplikasi kehamilan dan juga kebutuhan ibu hamil (Diani, 2013).
Dukungan suami dalam proses persalinan tersebut dapat
meliputi dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan
penilaian dan dukungan instrumental yang dapat membuat ibu hamil
merasa lebih tenang, aman dan siap menghadapi proses persalinan
(Fitri, 2014)
Kenyamanan dan dukungan pada ibu selama proses
persalinan sangat penting. Perawat dapat mendorong
pendamping untuk membantu ibu seperti yang dibutuhkan
dengan teknik distraksi, es untuk mulut kering dan ukuran lain
yang menyediakan kenyamanan fisik seperti effleurage atau
gosokan punggung (Joyce, 2014).
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendampingan Suami
Menurut Sears (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pendampingan suami.
1) Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak didapat dari keintiman dari
pada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim
seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin
besar.
19
2) Harga Diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari
orang lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri
karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa
individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam
berusaha.
3) Keterampilan Sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki
ketrampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki
jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan,individu yang
memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki
keterampilan sosial yang rendah.
d. Aspek-Aspek Pendampingan Suami
Kuntjoro dalam Fauziah (2015) membagi dukungan
social sebagai aspek pendampingan suami ke dalam empat
aspek, yaitu:
1) Perhatian emosional, yang mencakup kasih sayang,
kenyamanan, dan kepercayaan pada orang lain. Yang
semua itu memberikan kontribusi terhadap keyakinan
bahwa seseorang merasa dicintai dan diperhatikan.
2) Bantuan instrumental meliputi bantuan langsung, berupa
barang atau jasa.
20
3) Bantuan informasi mencakup fakta-fakta atau nasehat yang
dapat membantu seorang dalam menghadapi masalah.
4) Dukungan penilaian meliputi timbal balik, maupun
persetujuan atas tindakan dan gagasan seseorang.
C. Konsep Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan merupakan suatu perasaan was-was seakan
sesuatu yang buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan
ada ancaman. Seorang ibu mungkin merasakan takut akan rasa sakit
dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan (Keliat
dkk, 2011)
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu
keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk
hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan
pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi
secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaksan olejh
individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkkan
penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan
disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis (Suliswati
2012)
21
Ansietas atau cemas merupakan pengalaman individu yang
bersifat subjektif, yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang
disfungsional yang diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan
kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti
(Varcacolis dalam Donsu, 2017)
Ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan
akan meningkatkan resiko ketidakseimbangan emosional ibu setelah
melahirkan. Kecemasan selama kehamilan terkait dengan depresi
postpartum dan juga lemahnya ikatan (bonding) dengan bayi. Cemas
selama kehamilan juga meningkatkan resiko keterlambatan
perkembangan motorik dan mental janin, serta dapat menyebabkan
colic pada bayi baru lahir (Bakshi dalam Handayani, 2015).
b. Rentang Respon Kecemasan
Skema 2.1 Rentang Respon Kecemasan
(Dalami dkk, 2009)
Respon adaptif Respon maladtif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
22
c. Faktor-faktor yang menyebabkan Kecemasan
Menurut Mansur (2011) terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan pada ibu saat bersalin, yaitu :
1) Nyeri
Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak
nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan
sampai servik berdilatasi maksimal (10 cm)
2) Keadaan fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah
satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seorang ibu yang
hamil dengan suatu penyakit yang menyertai kehamilannya,
maka ibu tersebut akan lebih merasa cemas lagi karena
kehanilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis, tetapi
tetap beresiko terjadi hal-hal patologis.
3) Riwayat pemeriksaan kehamilan
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas
kesehatan, selain pemeriksaan fisik, ibu akan mendapat
informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan
yang baik, persiapan menjelang kelahiran baik fisik maupun
psikis, serta informasi mengenani persalinan yang akan
dihadapi nanti.
23
4) Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah
mengalami kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu
dengan pengetahuan yang rendah mengenai proses
persalinan, serta hal-hal yang akan dan harus dialami oleh ibu
sebagai dampak dari kemajuan persalinan.
5) Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan Suami)
Dukungan keluarga terutama suami saat ibu melahirkan
sangat dibutuhkan, seperti kehadiran keluarga/suami untuk
mendampingi istri menjelang saat melahirkan atau suami
menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga istri
akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses
persalinan.
6) Pendidikan
Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dibanding mereka
yang berpendidikan lebih rendah atau yang tidak mempunyai
pendidikan. kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari.
Dengan demikian, pendidikan yang rendah menjadi faktor
penunjang terjadinya kecemasan.
d. Tingkat kecemasan
Menurut Hawari (2011) kecemasan atau ansietas terdapat beberapa
tingkatan sebagai berikut:
24
1) Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan kehidupan
sehari-hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
kreativitas.
2) Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan
untuk melakukannya.
3) Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4) Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan
dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
25
yang menyimpang, dankehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus dalam waktu lama, dapat terjadi kelelahan
dan kematian.
e. Gejala klinis kecemasan
Keluhan-keluhan yang kerap dikemukakan oleh orang yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut:
1) Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.
3) Takut sendirian, takut keramaian, dan banyak orang.
4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran bendenging, berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit
kepala dan lain sebagainya (Hawari, 2011)
f. Alat ukur kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat sekali orang menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For
Anxiety (HRS-A).
26
Skala HRS-A pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenakan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi
standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial
clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini akan menunjukkan bahwa
pengkuran kecemasan dengan menggunakan skala HRS-A akan
diperoleh hasil yang valid dan reliabel.
Alat ukur ini telah dimodifikasi dibagian pertanyaan yang
lebih spesifik lagi untuk tingkat kecemasan ibu melahirkan dan
terdiri dari 14 kelompok gejala masing-masing kelompok dirinci
lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (skor) antara 0-4 yang
artinya adalah :
0 = 0% tidak ada gejala sama sekali
1 = 1%-25% satu dari gejala yang ada
2 = 26%-50% sedang/seapruh dari gejala yang ada
3 = 51%-75% berat/lebih dari setengah gejala yang ada
4 = 76%-100% sangat berat semua gejala ada
Selanjutnya masing-masing nilai angka kelompok gejala
tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang dengan menggunakan
pengukuran tingkat kecemasan HARS (Hidayat, 2013), yaitu:
27
Total nilai (skor) :
Kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14-20 = kecemasan ringan
21-27 = kecemasan sedang
28-41 = kecemasan berat
42-56 = kecemasan berat sekali/panik.
D. Kerangka Teori
Skema 2.2
Kerangka Teori
E.
F.
G.
H.
Sumber : Modifikasi Mansur 2011; Dalami 2009
Faktor yang
Mempengaruhi
Kecemasan:
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Lingkungan
Tingkat Kecemasan pada
Ibu Melahirkan tanpa
didampingi Suami
a. Tidak ada
kecemasan
b. Kecemasan
ringan
c. Kecemasan
sedang
d. Kecemasan
berat
e. Kecemasan
berat sekali
(panik)