tugas bu.nurul original

45
PANDUAN MANAJEMEN RESIKO RUMAH SAKIT 1. PENDAHULUAN A. RISIKO Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yana memberikan konsekuensi medik yang cukup berat. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan seuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko yan dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis . risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial . Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat menganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007 ). Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : 1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat foreseeable but unavoidable, calculated, controllable). 2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena ‘the only way’ (unavoidable). Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent, sehingga bila terjadi dokter tidak bertanggung jawab secara hukum. 3. Risiko yang unforeseeable = untoward results

Upload: aji-suyono

Post on 17-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

m,mlklklk;l;l

TRANSCRIPT

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO RUMAH SAKIT1. PENDAHULUANA. RISIKOSetiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yana memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.

Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan seuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.

Risiko yan dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis . risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial .Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat menganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik (Bury PCT, 2007 ).

Menurut Dwipraharso (2004) risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bersifat foreseeable but unavoidable, calculated, controllable).2. Risiko bermakna tetapi harus diambil karena the only way (unavoidable).Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent, sehingga bila terjadi dokter tidak bertanggung jawab secara hukum.3. Risiko yang unforeseeable = untoward resultsFaktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :FaktorKomponen yang berperan

Organisasi dan manajemenSumber dan keterbatasan keuanganStruktur organisasiStandar dan tujuan kebijakanSafety culture

Lingkungan pekerjaanKualifikasi staf dan tingkat keahlianBeban kerja dan pola shiftDesain, ketersediaan dan pemeliharaan alkesDukungan administratif dan manajerial

Tim Komunikasi verbalKomunikasi tulisan Supervisi dan pemanduanStruktur tim

Individu dan stafKemampuan dan keterampilanMotivasiKesehatan mental dan fisik

Penugasan Desain penugasan dan kejelasan struktur penugasanKetersediaan dan pemanfaatan prosedur yang adaKetersediaan dan akurasi hasil tes

Karakteristik pasien Kondisi (keparahan dan kegawatan)Bahasa dan komunikasiFaktor sosial dan personal

Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko : Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah eror dengan cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical pathway dll.Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis kejadian medical error yang sudah terlanjur terjadi.Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial. Teknis dan operasional hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat dilakukan disebut dengan manajemen risiko.B. Manajemen Risiko

Manajemen risiko menurut The Jint Commission n Acreditation Of Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengangguran risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara sistematik, evaluasi dan penatalaksanaan risik dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu.Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko.Upaya manajemen risiko menurut (RR. Balsamo dan MD, Brown. 1998)

Manajemen risiko dilakukan berdasarkan Risk Management Logic (Dwipraharso, 2004), yaitu :

What are the hazards (identifikasi risiko)

Probability, severity, exposure

Level of risk?

Yes acceptable? No

Accept the riskcan it be eliminated? Eliminatedcan it be reduced? Reduced cancel the mission?

Manajemen risiko merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah masalah dikemudian hari dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture.

Tahapan manajemen risiko adalah :1. Risk Awareness. Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang digunakan untuk mengenali risiko (laporan insiden) dan audit klinis.2. Risk control (and or Risk Prevention). Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang dilakukan :Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun terhadap derajat keparahanya.Mengurangi dampaknya3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan sebelumnya maka sikap yang terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidenya. Unsur utamanya biasanya adalah respon yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien dengan didasari komunikasi yang efektif4. Risk transfer. Akhirnya apabila resiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan resik tersebut kepada pihak yang sesuai misalnya menyerahkan kepada sistem asuransiDari sisi sumber daya manusia, manajemen resiko dimulai dari pembuatan standar (set standards), patuhi standar tersebut (comply with them) kenali bahaya (identify hazards) dan dari pemecahannya (resolve them)

Alur Pelaksanaan Manajemen Resiko

5.3 MENENTUKAN KONTEKS

5.6 MONITORING DAN REVIU5.2KOMUNIKASI DAN KONSULTASI

5.4 ASESMEN RISIKO

5.4.2 IDENTIFIKASI RISIKO

5.4.3 ANALISA RISIKO

5.4.4 EVALUASI RISIKO

5.5 PERLAKUAN RISIKO

II. MAKSUD Maksud manajemen resiko di RSUD Dr. Soegiri Lamongan adalah upaya-upaya yang dilakukan di RS yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien, mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada staf medik/keryawan/pesertaa didik/ pengunjung dan tamu/tenaga outsourcing, kerusakaan pada peralatan dan bangunan atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen resik dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut (dilakukan dengan meneraapkan no blame culture).III. TUJUAN DILAKUKAN MANAJEMEN RESIKOa. Terciptanya budaya keselamatan pada pasien, staf medik/karyawan/peserta didik/pengunjung atau tamu/tenaga outsurcing dilingkungan RSUD Dr. Soegiri Lamongan Meningkatkan akuntabilitasb. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)c. Terlaksananya program-program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkand. Meminimalisi resiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya antisipasi resiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya.e. Melindungi pasien, staf medik/karyawan/ pesrta didik/pengunjung atau tamu tenaga outsourcing serta pemangku kepentingan lainnya.

IV. PELAKSANAAN KEGIATANPelaksanaan kegiatan adalh komite manajemen resiko

V. TATA CARA PELAKSANAAN1. Identifikasi risikoProses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko, kemudian dibuat daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi resiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya.metode proaktif merupakan metode yang dilakukan sebelum adanya kejadian dengan mempelajari petensi risiko atau potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan suatu kegiatan, sedangkan metode reaktif yaitu tindakan yang dilakukan setelah adanya kejadian.Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, peristiwa dan penyebabnya serta potensi akibatnya. Untuk metode reaktif melalui incident reporting dan clinical audit serta dilakukan secara menyeluruh terhadap risiko medis dan nn medis.Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metode proaktif dan metode reaktif.2. Analisa risikoAnalisa risiko berdasarkan pada tindakan proaktif dan reaktif. Untuk tindakan proaktif dengan menggunakan metoode Failure and Effect Analysis (FMEA dan HVA)sedangkan untuk tindakan reaktif dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA).3. Urutkan prioritas dengan mengukur tingkat risikoPengellahan resiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian risik di evaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan boboot dan prioritas sisiko yang lebih terjadi. Sesuai dengan bobtnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bnbotnya ringan dan tidak prioritastidakannya berupamentoleransi saja dan menjadikanya catatan. Namu, bila risiko yang terjadi memiliki bobt besardan menggangu pencapaian tujuan RS,maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau ditransfer, atu bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil analisis risikoMenentukan prioritas risiko dengan mempertimbangkan 3 faktr yaitu peluang, frekuensi paparan dan akibat, seperti yang disajikan sebagai berikut:

TINGKAT RESIKO= PELUANG X FREKUENSI PAPARAN X AKIBAT

KRITERIA PELUANG (p)NILAIKETERANGAN

10 Almost Certain/ hampir pasti; sangat mungkin akan terjadi/hampir dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan

6Quite Posible/ mungkin terjadi; mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (50-50 kesempatan)

3Ununsual but possible /tidak biasa namun dapat terjadi; biasanya tidak terjadi namun masih ada kemungkinan untuk dapat terjadi tiap saat

1Remotely possible/ kecil kemungkinannya;kecil kemungkinannya untuk terjadi/sesuatu yang kebetulan terjadi

0,5Conceivable/ sangat kecil kemungkinannya; belum pernah terjadi sebelumnya setelah bertahun-tahun terpapar bahaya/ kecil sekali kemungkinannya untuk terjadi

0,1 Practically impossible/ secara praktek tidak mungkin terjadi;belum pernah terjadi sebelumnya dimanapun/ merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk terjadi

KRITERIA FREKUENSI PAPARAN (F)Nilai Keterangan

10Continue/ terus menerus; terjadi beberapa kali dalam sehari

6Frequent/ serinng; terjadi harian/ minimal sekali dalam sehari

3Occasional / kadang-kadang; terjadi seminggu sekali

2Infrequent/ tidak sering; terjadi sekali antara seminggu sampai sebulan

1Rate/jarang; beberapa kali dalam setahun

0,5Very rare/ sangat jarang; terjadi sekali dalam setahun

0,1No exposure/ tidak terpapar; tidak pernah terjadi

KRITERIA AKIBAT (A)NILAI KETERANGAN

100 Catastrophe /malapetaka/ keuangan ektrem Banyak kematiam Kerugian sangat besar/berhenti total Kerugian keuangan> 10 milyar

40 Disaster/bencana/ keuangan sangat besar Beberapa kematian Kerugian besar/ sebagian proses berhenti Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan atau pasien Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari Kerugian keuangan >5 M-10 M

15 Very serious/ sangat serius/ keuangan berat Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau karyawan Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV, hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan fungsi organ menetap) Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh permanen, hilang fungsi tubuh (fungsi motorik/ sensorik/ psikologis(irreversibel) Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari Kerugian keuangan 1-5 milyar

7 Serious/ serius/ keuangan sedang Cidera sedang (misal luka robek) atau insiden yang terjadi dapat memperpanjang masa perawatan (terganggunya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis (reversibel) dan hilang hari kerja, kerugian material cukup besar Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit Kerugian keuangan 500 juta-1 milyar.

3 Cosualty treatment /perawatan medis/ keuangan ringan. Menyebabkan cidera / penyakit yang memerlukan perawatan medis atau tidak dapat masuk bekerja hingga 7 hari. Kerugian keuangan 50 juta -500 juta

1 First aid treatment / P3K /keuangan sangat ringan. Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan hanya perlu penanganan P3K. Kerugian keuangan s/d 50 juta.

4. Tentukan ResikoProses menganalisa resiko yang perlu dipertimbangkan adlah dampak dari resiko tersebut bila benar terjadi. Resiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari pemimpin . resiko yang dampaknya medium-rendah akan dikelola oleh komite menejemenresiko bersama unit kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan

Skor kriteria Keterangan

Lebih dari 400Sangat tinggiHentikan kegiatan dan perlu perhatian manajemen puncak

200-400Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manajemen puncak dan tindakan perbaikan segera dilakukan

70-199Substantial Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak diperlukan keterlibatan pihak manajemen puncak

20-69Menengah Tinadakan perbaikan dapat dijadwalkan kemudian dan penanganan cukup dilakukan dengan prosedur yang ada

=5 victims) 0%

Small casualty hazmat incident (from historic events at your MC >=5 victims)0%

Chemical exposure external0%

Small-medium-sizedinternal spill0%

Large internal spill0%

Terrorism chemical0%

Radiologic exposure internal0%

Terrorism radiologic0%

EVERAGE 0,000,000,000,000,000,000,000%

RISK = PROBABILITY = SEVERITY 0,00 0,00 0,00*Threat increases with percentage

6.3 Dokumentasi Reaktif (RCA)

LANGKAH & 2 IDENTIFIKASI INSIDEN DAN TENTUKAN TIM

INSIDEN :

TIM :KETUAANGGOTA : 1. 4. 2. 5. 3. 6.Apakah semua area yang terkuat sudah terwakili ? YA TIDAKApakah macam-macam & tingkat pengetahuan yang berbeda. Sudah diwakili dalam tim tersebut ? YA TIDAK

Siapa yang menjadi notulen?Tanggal dimulai tanggal dilengkapi

LANGKAH 3 KUMPULKAN DATA & INFORMASI Observasi Langsung :

Dokumentasi : 1............................................................ 2............................................................ 3............................................................ 4........................................................... 5...........................................................

- Interview (Dokter/Staf yang terlibat 1............................................................ 2............................................................ 3............................................................ 4........................................................... 5...........................................................

LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIANFORM TABULAR TIMELINEWAKTU / KEJADIAN

KEJADIAN

INFORMASI TAMBAHAN

Good Practice

MASALAH PELAYANAN

FORM TIMEPERSON GRIDWAKTU / STAF YANG TERLIBAT

LANGKAH 5 IDENTIFIKASI CMPFORM MASALAH / CARE MENEGEMENT PROBLEM (CMP)MasalahInstrumen Tools1

2

3

4

5

LANGKAH 6 ANALISIS INFORMASIFORM TEHNIK (5) MENGAPAMASALAH

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

FORM ANALISIS PERUBAHAN

FORM ANALISIS PENGHALANGAPA PENGHALANG PADA MASALAH INI ?APAKAH PENGHALANG DILAKUKAN ?MENGAPA PENGHALANG GAGAL ? APA DAMPAKNYA ?

FISH BONE / ANALISIS TULANG IKAN

Faktor Lingkungan KerjaFaktor KomunikasiFactor Organisasi & ManajemenFaktor TugasFaktor TimFactor Eksternal Di Luar RSFaktor PasienFaktor Staf

FAKTOR KONTRIBUTOR, KOMPONEN & SUBKOMPONEN DALAM INVESTIGASI INSIDEN KLINIS1. FAKTOR KONTRIBUTOR EKSTERNAL DILUAR RSKomponen

Regulator dan ekonomiPengaturan & kebijakan depkesPeraturan nasionalHubungan dengan organisasi lain

2. FAKTOR KONTRIBUOR ORGANISASI DAN MANAJEMENKOMPONENSUB KOMPONEN

Organisasi Dan Managemena. Struktur Organisasib. Pengawasanc. Jenjang pengambilan keputusan

Kebijakan standart dan tujuana. Tujuan dan misib. Penyusunan fungsi manajemenc. Kontrak serviced. Sumber keuangane. Pelayanan informasif. Kebijakan diklatg. Prosedur & kebijakanh. Fasilitas & Perlengkapani. Menejemen resikoj. Menejemen K3k. Quality Improvement

AdministrasiSystem Administrasi

Budaya Keselamatana. Attitude Kerjab. Dukungan Manajemen oleh seluruh staf

SDMa. Ketersidiaanb. Tingakat pendidikan & ketrampilan staf yang berbedac. Beban kerja yang optimal

DiklatManajemen Trasining / Pelatihan / Refresing

3. FAKTOR LINGKUNGAN KERJAKomponenSub Komponen

Desain Dan bangunana. Menejemen pemeliharaanb. Penilaiaan enorgonikc. Fungsionalitas

Lingkungana. Housekeppingb. Pengawasan lingkungan fisikc. Perpindahan pasien antar ruangan

Perlengkapan a. Malfungsi alatb. Ketidak tersediaanc. Menejemen pemeliharaand. Fungsionalitase. Desain, penggunaan & maintenannance peralatan

4. FAKTOR KONTRIBUTOR : TIMKomponenSub Komponen

Supervisi & Konsultasia. Adanya kemauaan staf junior berkomunikasib. Cepat tanggap

Konsistensi a. Kesamaan tugas antar profesib. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat

Kepemimpinan & tanggung jawaba. Kepemimpinan efektifb. Job desc jelas

Respon terhadap insidenDukungan per group setelah insiden

5. FAKTOR KONTRIBUTOR : STAFKomponenSub Komponen

Kompetensia. Verifikasi kualifikasib. Verivekasi pengetahuan & ketrampilan

Stressor Fisik & Mentala. Motivasib. Stressor mental : efek beban kerja beban mentalc. Stressor fisik : efek beban kerja : gangguan fisik

6. FAKTOR KONTRIBUTOR : TUGASKomponenSub Komponen

Ketersediaan SOPa. Prosedur peninjauan & revisi SOPb. Ketersediaan SOPc. Kualitas informasid. Prosedur investigasi

Ketersediaan & akurasi hasil testa. Test tidak dilakukanb. Ketidak sesuaian antara interprestasi hasil test

Factor penunjang dalam validasi alat medisa. Ketersediian, penggunaan, reliabilitasb. Kalibrasi

Desain tugasPenyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP

7. FAKTOR KONTRIBUTOR : PASIENKomponenSub Komponen

KondisiPenyakit yang komplek,berat, multikomplikasi

Personala. Kepribadianb. Bahasac. Kondisi sociald. Keluarga

PengobatanMengetahui resiko yang berhubungan dengan pengobatan

Riwayata. Riwayat medis b. Riwayat kepribadianc. Riwayat emosi

Hubungan staf & pasienHubungan yang baik

8. FAKTOR KONTRIBUTOR KOMUNIKASIKomponenSub Komponen

Komunikasi verbala. Komunikasi staf junior dan seniorb. Komunikasi antar profesic. Komunikasi antar staf dan pasiend. Komunikasi antar unit departemen

Komunikasi tertulisKetidaklengkapan informasi

LANGKAH 7 FROM REKOMENDASI & RENCANA TINDAKANAKAR MASALAH TINDAKANTINGKAT REKOMENDASI(individu,tim)direktorat, RSPENANGGUNG JAWABWAKTUSUMBER DAYA YG DIBUTUHKANBUKTI PENYELESAIANPERAN

6.4 Struktur Organisasi Struktur organisasi Komite Manajemen Resiko adalah ebagai berikut : Ketua: Sekretaris : Sub Komite klinis: Wakil Sekretaris: Sub Komite Non Klinis: Wakil Sekretaris:

HUBUNGAN TATA KERJA

KOMITE KESELAMATAN PASIENKOMITE MUTUBIDANG/ BIDANG /INSTALASI/ UNIT KERJAKOMITE K3RSKOMITE DALINKOMITE MANAJEMEN RESIKO

WADIR PELAYANAN MEDIK DAN PENUNJANG

LAPORAN TINDAK LANJUTPERBAIKAN PERFORMANCE REKAM MEDIS IRJFOKUS (PDSA)

Find a process to improveTahap 1 (pertama): 1. Memilih Poliklinik yang akan dijadikan sasaran pengukuran2. Merancang proses pengukuran berbasis IT3. Mengumpulkan data (April 2014)Tahap 2 (kedua): 1. Mengadopsi sistem drive thru2. Mengumpulkan data (Mei 2014)3. Merancang sistem skrining IRJ Tahap 3 (ketiga): Merancang Resume Medis IRJ (Juni 2014)Organize a team that understands the prosesTahap 1 (pertama): 1. Sosialisasi instrumen pengukuran kepada IRJ (Poli terkait &staf RSM)2. Pendamping di poliklinikTahap 2 (kedua): 1. Sosialisasi sistem sistem drive thru2. Sosialisasi sistem sistem skriningTahap 3 (ketiga): Sosialisasi Resume Medis IRJClarifi current knowledge of the process : Rapat Klarifikasi temuanUncover root cause (s) of Variation or poor quality1. Identifikasi instrumen pengukuran2. Identifikasi kebijakan Rumah Sakit (perbedaab waktu buka loket vs poli)3. Mencari solusi perbaikanSelect a Part bthe process to improve : Memakai Rekam Medis Elektronik

PLAN DO - ACTION

PLANIRJ berencana mempercepat waktu penyediaan rekam medis rawat jalan 100 % dalam waktu 30 menitDOYang diamati pada saat pengukuran :Petugas pendaftaran pasien ansuransi dilakukan oleh vevikator dari penyedia asuransi tersebut yang tidak paham bisnis proses pelayanan poliklinikAda perbedaan kebijakan waktu buka loket (jam 6 pagi) dan waktu buka poli (07.30)Petugas poli belum terbiasa dengan metode pengukuran yang baruStruktur bangunan IRJ yang luas, dimana letak RM berada di lantai 1, sedangkan tempat loke pendaftaran tersebut pada lantai 1, 2, dan 3STUDYYang dipelajari :Waktu penyediaan rekam medis rawat jalan belum mencapai nilai standarPemakaian alat transfer tidak berhasilMemberikan stempel poli pada saat skrining ndirasa kurang berhasil, karena pasien banyak sehingga tidak semua pasien dapat di skriningACTIONDari beberapa pengukuran yang dilakukan tampak bahwa kecepatan penyediaan Rekam Medis rawat jalan sulit mencapai standarDisarankan memakai rekam medis elektronik :IRJ sendiri pada sebagian polikliniknya sudah memakai rekam medik elektronik, nsmun untuk poluiklinik pembedahan masih menemui kendala dari sistem IT karena rekam medis elektronik belum terintegrasi dengan rawat inap dan kamar operasi. Solusi adalah dengan membuat resume medis (current treatment) yang dapat mencatat riwayat pemeriksaan pasien 6 bulan terakhir.

SUB KOMITE RESIKO KLINISKLINISSEKRETARISKETUA

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO RUMAH SAKITDR.SOEGIRI LAMONGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SOEGIRILAMONGANTAHUN 2014