bab ii masyarakat khonghucu di surakarta a....

26
14 BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. Keadaan Geografis Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di antara 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan dan 110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur, sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 buah Sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Secara administratif, kota Surakarta dibatasi oleh: Utara: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, Timur: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, Selatan: Kabupaten Sukoharjo, Barat: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Tabel: Luas wilayah Tiap Kecamatan di Surakarta No. Kecamatan Luas Wilayah dalam Km 1. Laweyan 8,63 3. Serengan 3,19 3. Pasar Kliwon 4,82 4. Jebres 12,58 5. Banjarsari 14,81 Jumlah 44,04 Sumber : Monografi Kelurahan, Kota Surakarta dalam Angka 2006 1 1 Retno Roswita., Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret. 2008. hlm.22.

Upload: buidien

Post on 19-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

14

BAB II

MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA

A. Keadaan Geografis Kota Surakarta

Kota Surakarta terletak di antara 70` 36″ – 70` 56″ Lintang Selatan dan

110 45` 15″ – 110 45` 35″ Bujur Timur, sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan

100 km tenggara Semarang. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 buah Sungai

besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Secara administratif,

kota Surakarta dibatasi oleh: Utara: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Boyolali, Timur: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, Selatan:

Kabupaten Sukoharjo, Barat: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Tabel: Luas wilayah Tiap Kecamatan di Surakarta

No. Kecamatan Luas Wilayah dalam Km

1. Laweyan 8,63

3. Serengan 3,19

3. Pasar Kliwon 4,82

4. Jebres 12,58

5. Banjarsari 14,81

Jumlah 44,04

Sumber : Monografi Kelurahan, Kota Surakarta dalam Angka 20061

1 Retno Roswita., Pemaknaan simbol-simbol yang digunakan pada upacara

pelepasan jenazah yang dilakukan masyarakat Tionghoa beragama Khonghucu di

Surakarta. Skripsi: Universitas Sebelas Maret. 2008. hlm.22.

Page 2: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

15

Dari 5 kecamatan yang ada, dibagi lagi menjadi 51 kelurahan dengan jumlah RW

(Rukun Warga) tercatat sebanyak 595 dan jumlah RT (Rukun Tetangga) sebanyak

2667. Kelurahan-kelurahan di Surakarta yaitu:

1. Kecamatan Banjarsari, terdiri dari 13 kelurahan yaitu: Kadipiro, Ketelan,

Nusukan, Punggawan, Gilingan, Mangkubumen, Stabelan, Manahan,

Kestalan, Sumber, Keprabon, Banyuanyar, Timuran,

2. Kecamatan Jebres, terdiri dari 11 Kelurahan, yaitu : Kepatihan Kulon,

Jagalan, Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Sudiroprajan, Tegalharjo,

Gandekan, Jebres, Sewu, Mojosongo, Pucang Sawit.

3. Kecamatan Laweyan, terdiri dari 11 Kelurahan, yaitu : Pajang, Purwosari,

Laweyan, Sondakan, Bumi, Kerten, Panularan, Jajar, Penumping,

Karangasem, Sriwedari.

4. Kecamatan Pasar Kliwon, terdiri dari 9 Kelurahan, yaitu ; Jogosuran,

Kampung Baru, Semanggi, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Sangkrah,

Gajahan, Kauman, Baluwarti

5. Kecamatan Serengan, terdiri dari 7 kelurahan, yaitu : Joyotakan, Kratonan,

Danukusuman, Jayengan, Serengan, Kemlayan, Tipes.

B. Sejarah Singkat Agama Khonghucu di Surakarta

Agama Khonghucu masuk ke Surakarta sudah sangat lama. Hal tersebut

bisa dilihat dari keberadaan klenteng Tien Kok Sie di sebelah selatan pasar Gede.2

Klenteng tersebut sudah ada pada waktu Paku Buwana II atau tepatnya tahun

2https://phesolo.wordpress.com/2012/02/27/agama-khonghucu-di-

surakarta/ diakses pada tanggal 22 April 2014.

Page 3: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

16

1745. Selain itu terdapat pula Klenteng Poo An Kiong yang berada di jalan

Kratonan. Klenteng Poo An Kiong berdiri tahun 1818 yaitu pada masa

pemerintahan Paku Buwana VII.3

Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami perjalanan

yang cukup panjang dengan berbagai dinamikanya. Agama Khonghucu mulai

dilembagakan di Surakarta pada tahun 1918 dengan berdirinya perkumpulan

Khong Kauw Hwee Solo oleh Tan Kiong Wie pada tanggal 16 Oktober 1918.

Setelah tiga periode tepatnya saat perkumpulan tersebut dipimpin oleh Kwik Hong

Hie, Khong Kauw Hwee mendapat hak badan hukum dari pemerintah Hindia

Belanda No 1x, Buitenzorg, 1 November 1925.4

Pada masa awal pertumbuhannya, Khong Kauw Hwee melakukan

beberapa pembangunan seperti pembangunan Lithang Khong Kauw Hwee Solo

yang diberi nama Swan Kong Tong yaitu rumah untuk mengadakan khotbah bagi

umat Khonghucu. Pembangunan Lithang ini dana yang digunakan merupakan

dana sumbangan dari para anggota dan pinjaman, terutama dari perkumpulan

Chuan Min Khung Hui yang sekarang bernama Perkumpulan Masyarakat

Surakarta. Selain itu juga didirikan perkumpulan wanita penganut ajaran

Khonghucu atau Khong Kauw Hu Li Hwee pada tahun 1935 dan berhenti

berkegiatan pada masa pendudukan Jepang.5

3https://phesolo.wordpress.com/2012/02/27/agama-khonghucu-di-

surakarta/ diakses pada tanggal 22 April 2014. 4 Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember 2014.

5 Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember 2014

Page 4: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

17

Khong Kauw Hwee merupakan organisasi yang memiliki anggota yang

tidak terlalu besar, tetapi para anggotanya berusaha menjalankan ajaran

Khonghucu dalam kehidupan sehari-hari. Pada awal perkembangannya Khong

Kauw Hwee banyak mengadakan kegiatan organisasi di Klenteng terutama

Klenteng Tien Kok Sie dalam membicarakan kemajuan organisasi. Kemudian

pada tahun-tahun berikutnya organisasi tersebut telah memiliki kesekretariatan di

daerah Jagalan dengan membeli rumah yang kemudian dipugar kembali.6

Kesekretariatan ini selain menjadi tempat pembicaraan organisasi juga menjadi

tempat dilaksanakannya khotbah-khotbah serta pembahasan dan mempelajari

ajaran-ajaran Khonghucu yang dilaksanakan secara teratur.

Tahun 1955 dibentuk kembali Khong Kauw Tjong Hwee dengan nama

Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia dengan kota Surakarta sebagai pusatnya.

Organisasi tersebut berbentuk presidium dan di kota Surakarta sendiri diketuai

oleh Sudjono. Kongres pertama kali Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia

(PKCHI) dilakukan pada tanggal 6-7 Juli 1956 di kota Surakarta. Dalam kongres

tersebut diputuskan antara lain menyempurnakan anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga organisasi, kedudukan perserikatan tetap berada di kota Surakarta

dan sebagai ketuanya tetap dipegang oleh Sudjono.7

Kongres kedua diselenggarakan di Bandung pada tanggal 6-7 Juli 1957.

Dalam kongres tersebut menghasilkan keputusan-keputusan penting sebagai

berikut:

6 Wawancara dengan Thjie Tjai Ing 19 Desember 2014.

7https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_Konghucu_Indonesi

a diakses pada tanggal 22 April 2014.

Page 5: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

18

1. Telah memilih Surabaya sebagai tempat kongres ketiga yang akan datang.

2. Menetapkan kedudukan pusat PKHCI tetap di kotaSolo.

3. Penetapan Sudjono sebagai ketua PKHCI untuk periode 1957-1959.8

Pada tanggal 5-7 Juli 1959 di Surabaya PKHCI mengadakan kongresnya

yang ketiga. Hasil kongres di Surabaya masih berkisar pada reorganisasi PKHCI

dimana Haksu (pendeta) Tan Hak Liang terpilih sebagai ketua dan kongres

keempat akan dilaksanakan di kota Solo. Selanjutnya dalam kongres keempat di

kota Solo pada tanggal 14-16 Juli 1961 dapat dikatakan memiliki sebuah

keputusan kongres yang sangat penting bagi kehidupan beragama umat

Khonghucu yaitu:

1. Diputuskan untuk menyeragamkan tata ibadat agama Khonghucu.

2. Mengubah nama Perserikatan Khung Chiao Hui Indonesia menjadi Lembaga

Agama Sang Khonghucu Indonesia (LASKI)

3. Mengutus Thio Tjoan Tek bersama Dr. Mustopo dari Bandung untuk

menghadap Menteri Agama RI guna memohon agar agama Khonghucu

dikukuhkan kedudukannya di Kementerian Agama RI.

4. Kota Solo masih dijadikan pusat dari LASKI.9

8http://herlina-effendi.konsultan-

pendidikan.web.id/_b.php?_b=infop2k&id=99159 diakses pada tanggal 22 April

2014.

Page 6: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

19

Tanggal 22-23 Desember 1963, di kota Surakarta diselenggarakan

konferensi antar tokoh-tokoh Khonghucu Indonesia. Dalam keputusan konferensi

tersebut disepakati untuk mengubah nama LASKI menjadi Gabungan

Perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia (GAPAKSI). Pada saat konferensi

tersebut diselenggarakan anggota Khong Kauw Hwee Surakarta ada 402 orang dan

222 anak. Bertambahnya anggota Khong Kauw Hwee Surakarta menunjukkan

bahwa kota Solo menjadi kota utama persebaran umat Khonghucu sehingga tidak

asing bila kota Solo dijadikan pusat kedudukan Organisasi. Setahun kemudian

tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1964 di kota Surakarta diselenggarakan kursus

kader umat Khonghucu yang bertujuan untuk mengembangkan ajaran Khonghucu.

Dari kursus ini muncul tokoh-tokoh muda yang menjadi Bunsu (guru agama) dan

Kausing (penyebar agama).

Kongres kelima Gapaksi diadakan di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada

tanggal 5-6 Desember 1964 yang menghasilkan keputusan antara lain:

1. Nama Gabungan perkumpulan Agama Khonghucu se Indonesia (GAPAKSI)

diubah menjadi Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu se Indonesia

(GAPAKSI). Hal ini menunjukan sebuah kemajuan dalam organisasi yang

menjadi solid dan telah diakui keberadaannya oleh pemerintah.

9http://herlina-effendi.konsultan-

pendidikan.web.id/_b.php?_b=infop2k&id=99159 diakses pada tanggal 22 April

2014.

Page 7: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

20

2. Sebagai ketua terpilih adalah Suryo Utomo dan diputuskan juga untuk

mengadakan kongres selanjutnya di Bandung.10

Perkembangan agama Khonghucu di kota Surakarta dapat dikatakan

berjalan bersamaan dengan adanya perkembangan organisasi agama Khonghucu

sendiri. Hal ini disebabkan karena kota Surakarta menjadi pusat organisasi agama

Khonghucu dan pemeluk agama Khonghucu di Surakarta cukup besar dibanding

daerah lain. Pada masa Orde Lama aktivitas keagamaan masyarakat Tionghoa

mendapatkan tempat yang sama dengan pemeluk agama lain yang telah ada.

Perayaan keagamaan maupun kegiatan budaya dilaksanakan secara bebas tanpa

ada tekanan dari berbagai pihak. Tetapi setelah terjadinya G30S kegiatan dan

aktivitas keagamaan maupun budaya masyarakat Tionghoa diseluruh Indonesia

dianggap terlarang dipertontonkan didepan umum tidak terkecuali di Surakarta.

Kemudian pada tahun 1956 Kong Kauw Hwee mendapatkan pembaharuan

pengesahan badan hukumnya dengan surat Menteri Kehakiman RI No. 8/1985

tentang organisasi kemasyarakatan, AD KKH/MAKIN Surakarta telah

disesuaikan dengan jiwa UU ini, yakni menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya

asas didaftarkan Dirjen Sospol Departemen Dalam Negeri Kodya Surakarta pada

tanggal 1 Juni 1987.

Berdasarkan undang-undang, agama Khonghucu merupakan satu di antara

enam agama yang mendapatkan perlindungan dan bantuan UU No. 1/PnPs/1965

10

http://herlina-effendi.konsultan-

pendidikan.web.id/_b.php?_b=infop2k&id=99159 diakses pada tanggal 22 April

2014.

Page 8: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

21

di samping UUD 1945 pasal 29. Tapi di Departemen Agama belum ada

pembinaan yang jelas atau konkret meskipun sudah beberapa tahun lalu, Menteri

Agama menjelaskan kepada BP MATAKIN bahwa pembinaan umat Khonghucu

ditempatkan di bawah Dirjen Hindu atau Budha.

Pada tahun 1984 Kong Kauw Hwee atau MAKIN Surakarta lebih sering

mengadakan kegiatan pelayanan upacara kematian dan perkawinan. Hal ini

disebabkan karena memang saat itu pemeluk agama Khonghucu di Surakarta

cukup banyak sehingga dalam satu minggu ada sekitar 4 sampai 5 kali upacara

kematian dilayani oleh rohaniwan MAKIN Surakarta.

Walau begitu, pada masa pemerintahan Orde Baru agama Khonghucu sulit

berkembang. Hal ini karena pemerintahan tersebut telah menerbitkan undang-

undang yang menyempitkan ruang gerak agama Khonghucu. Namun setelah

reformasi dan berganti pemerintahan yang dipimpin oleh presiden Abdurrahman

Wahid atau Gus Dur, yang menerbitkan Keppres No. 6 tahun 2000 yang berisi

mencabut Inpres No. 14/1967. Penerbitan Keppres No. 6 tahun 2000 telah

menghapus pendiskriminasian terhadap masyarakat Tionghoa dengan segala

aspeknya. Kesenian Liong yang merupakan kesenian khas mayarakat Tionghoa

boleh ditampilkan di muka umum, lagu dan bahasa Mandarin boleh dipelajari, dan

lain sebagainya.

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono atau SBY, keadaan

semakin menguntungkan bagi umat Khonghucu. Presiden SBY melalui menteri

agama dan menteri dalam negeri pada tahun 2006 menginstruksikan bahwa agama

Page 9: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

22

Khonghucu mendapatkan lagi hak dan kedudukannya. Salah satu bukti yang

menunjukkan hal itu adalah, pemerintah telah memberikan tanah kepada

MATAKIN seluas 2000 M2 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Tanah tersebut kemudian digunakan untuk mendirikan Kong Miao (Klenteng

khusus Khonghucu).11

C. Pemeluk Agama Khonghucu di Surakarta

Umat pemeluk agama Khonghucu di Surakarta mayoritas keturunan

Tionghoa. Mereka terkumpul dalam satu wadah organisasi yang bernama MAKIN

atau dalam bahasa Tionghoa disebut Khong Kauw Hwee Surakarta atau majelis

agama Khonghucu Indonesia. MAKIN sendiri berdiri sejak tahun 1918. Di

lingkungan bangunan Khong Kauw Hwee juga didirikan tempat ibadah umat

Khonghucu yang disebut Lithang. Organisasi tersebut selain menjadi wadah juga

merupakan tempat untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan aktifitas atau kegiatan keagamaan mereka, misalnya mengadakan

peribadatan setiap hari minggu yang merupakan kebaktian umum, mengadakan

kebaktian pada setiap tanggal 1 dan 15 atau setiap malam purnama dan lain

sebagainya.

Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1925 MAKIN Surakarta

mendapatkan hak badan hukum, dari pemerintah Belanda yaitu No. 1x,

Butenzorg, 1 November 1925. Dengan demikian Majelis Agama Khonghucu

Indonesia (MAKIN) Surakarta tercatat menjadi koordinator dari seluruh MAKIN

11

Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 19 Desember 2014

Page 10: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

23

yang ada di Indonesia. Pada tahun 1956, Khong Kauw Hwee mendapatkan

pembaharuan pengesahan badan hukum dengan surat menteri kehakiman RI no.

82, tertanggal 17 Maret 1956, No. JA 5/15/12. Kemudian berdasarkan UU No.

1/PnPs/1965, agama Khonghucu adalah satu di antara enam agama yang

mendapatkan perlindungan dan bantuan UU tersebut disamping UUD 1945 pasal

29.

Sebagaimana agama lain yang ada di Indonesia, umat agama Khonghucu

di Surakarta melakukan berbagai kegiatan keagamaan secara rutin seperti

mengadakan peribadatan setiap hari Minggu pagi. Pada kebaktian ini setidaknya

dibagi dua kegiatan yaitu kebaktian yang dikhususkan untuk anak-anak yang

dilaksanakan pada pukul 07.00 dan kebaktian untuk umum yang dilaksanakan

pukul 09.00. Selain itu, juga diadakan kebaktian Cee It Cap Go Meh atau

kebaktian setiap tanggal 1 dan 15 Imlek. Kebaktian ini dilaksanakan pada pukul

19.00, biasanya membahas kitab suci dan pendalaman pengetahuan kitab umat

Khonghucu MAKIN Solo.

Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Surakarta memiliki

beberapa anak organisasi, antara lain:

1. WAKIN (Wanita Agama Khonghucu)

Sebagaimana kepanjangannya, WAKIN merupakan wadah bagi para

wanita pemeluk agama Khonghucu di Surakarta. WAKIN tidak hanya bergerak

dalam kegiatan keagamaan tapi juga kegiatan-kegiatan umum seperti mengadakan

arisan, membuat keterampilan, mengadakan grup besuk yang bertugas membesuk

Page 11: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

24

umat kebaktian Lithang yang sakit maupun lama tidak datang untuk mengadakan

kebaktian. Sekadar diketahui, WAKIN juga mengadakan kerja sama dengan PKK

kota dan Dharma Wanita Surakarta dalam berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan

yang pernah dilakukan adalah mengadakan perlombaan-perlombaan, seperti

lomba memasak nasi goreng, lomba fashion show, dan lomba fotogenic se

Surakarta.

Kegiatan non keagamaan tersebut bertujuan untuk memupuk persaudaraan

antar umat beragama dan sesama manusia. Kegiatan semacam itu merupakan

kegiatan yang bersifat sosial. Artinya, aktivitas seperti itu diharapkan akan

membuka peluang bagi anggota yang tergabung dalam WAKIN sebagai para

wanita pemeluk agama Khonghucu bisa berkenalan atau bersosialisasi dengan

wanita pemeluk agama lain.

2. PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia)

Organisasi ini bergerak dibidang atau kegiatan berkesenian seperti tarian,

drama, band, dan lain sebagainya. Bahkan tiap ada upacara prosesi harlah Nabi,

para pemuda yang tegabung dalam PAKIN selalu ditunjuk sebagai petugas

penaikan sesaji. Mereka juga aktif dalam kegiatan lintas agama seperti ikut

tergabung dalam FORPLAS atau Forum Pemuda Lintas Agama Surakarta dan

SAS atau Sahabat Anak Surakarta yang mewadahi kegiatan bagi anak-anak lintas

agama di Surakarta.

Satu hal yang juga penting untuk dicatat adalah bahwa PAKIN pernah

bergabung dalam KNPI atau Komite Nasional Pemuda Indonesia Surakarta.

Page 12: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

25

Bahkan organisasi pemuda Khonghucu Solo ini setiap tahun diminta oleh

Sekretariat Daerah Pemerintah Surakarta bagian kesejahteraan rakyat untuk

mengirim 10 orang peserta dalam kegiatan Jambore Kerukunan antar umat

beragama Kota Surakarta. Untuk kegiatan keagamaan sendiri, PAKIN Solo aktif

dalam acara pertemuan pemuda Khonghucu seperti acara temu akrab pemuda

Khonghucu, serta diskusi pendalaman kitab. Seperti halnya WAKIN, PAKIN juga

mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat kompetisi seperti perlombaan.

Selain membentuk sub-sub organisasi, Khong Kauw Hwee juga memiliki

terbitan majalah yang diberi nama Khong Kauw Goat Po. Majalah ini hanya terbit

beberapa tahun karena dianggap tidak mendapat respon yang bagus dari para

anggotanya. Sebagai gantinya diterbitkan majalah Bok Tok Goat Khan atau

majalah pembangunan kebajikan yang menjadi corong penyebarluasan agama

Khonghucu. Majalah ini hanya terbit hingga akhir masa jajahan Belanda pada

masa jajahan Jepang majalah ini tidak terbit.

Selain terbitan organisasi ini juga mendirikan sekolah Khong Kauw yang

bertujuan menyebarkan bibit-bibit ajaran Khonghucu. Pembukaan sekolah secara

resmi dilakukan pada tahun 1935. Tetapi pada saat tentara Jepang masuk ke

Indonesia Sekolah Khong Kauw dimasukkan dalam lingkungan Ka Kyo So Kay,

dimana sekolah mendapatkan subsidi dari pemerintah dan setelah Jepang kalah

perang sekolah ini tetap berdiri.

Selama masa penjajahan Belanda organisasi Khong Kauw Hwee Solo

mengalami berbagai aktivitas yang beragam dan mengalami sebuah kemajuan

Page 13: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

26

tetapi kemunduran terjadi pada saat Perang Dunia II dan perang Kemerdekaan.

Barulah pada tahun 1950 kegiatan organisasi ini muncul kembali dengan kegiatan

khotbah Khonghucu-nya.

Agama Khonghucu di Surakarta, bukanlah kelompok agama yang bersifat

tertutup sehingga kurang bisa bergaul dengan umat pemeluk agama lain di

Surakarta. Organisasi yang dibentuk sebagaimana yang diuraikan di atas, telah

melakukan kegiatan-kegiatan non keagamaan dan bersifat sosial yang mereka

ikuti adalah bukti bahwa umat pemeluk agama Khonghucu memiliki rasa toleransi

dan bisa membaur bersama umat pemeluk agama lain.

D. Tempat Ibadah Agama Khonghucu di Surakarta

Agama Khonghucu memiliki beberapa tempat ibadah. Di bawah ini

merupakan tempat yang biasa digunakan untuk ibadah umat pemeluk agama

Khonghucu

1. Kong Miao (Confucius Temple);

Ada satu ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kuil Khonghucu

dengan bangunan tempat ibadah yang serupa. Pada umumnya di dalam Kong

Miao tidak terdapat patung dewa-dewi, melainkan hanya berupa tulisan pada

papan peringatan (Sienci) yang biasanya hanya berisi tulisan tentang nama Nabi

Kongfuzi/Khonghucu (nama yang lebih umum Kongzi) dan juga nama-nama para

muridnya yang terkenal. Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat

Page 14: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

27

di kota Surabaya yang dikenal dengan "Boen Bio" dan Khongcu Bio di kota

Cirebon.12

2. Klenteng

Klenteng pada umumnya digunakan sebagai sarana tempat bersembahyang

atau ibadah oleh kebanyakan orang Tionghoa terutama umat tradisional sehingga

kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Budha

Mahayana, Khonghucu atau Tao. Namun ada ciri yang membedakan dari ketiga

bangunan tempat ibadah masing-masing penganut agama tersebut yaitu dari nama

Klenteng tersebut dan juga para dewa-dewi yang berada dalam bangunan

Klenteng tersebut. Secara umum bangunan Klenteng biasanya bergaya arsitektur

khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau Liong pada bagian atas atap

atau tiang pilarnya, ada lukisan Qilin (Hokkian:Kilien)- binatang yang dianggap

suci, bentuknya seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan,

bertanduk tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran

Khonghucu atau Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong dalam

perburuannya yang menandai peristiwa sebelum kewafatan Khonghucu.13

3. Lithang (Ruang Ibadah);

Lithang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak

terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 150 Lithang yang tersebar di

12http://www.meandconfucius.com/2010/12/tempat-ibadah-agama-

khonghucu.html diakses pada tanggal 28 september 2014. 13

http://www.tionghoa.info/klenteng/ diakses pada tanggal 28 September

2014.

Page 15: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

28

seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (Majelis Agama

Khonghucu Indonesia) dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis

Tinggi Agama Khonghucu Indonesia). Ciri tempat ibadah tersebut selain altarnya

yang berisi Kim Sin Nabi Kongzi atau Khonghucu, juga biasanya terdapat

lambang "Mu Duo" atau Bok Tok (dalam dialek Hokian) yaitu berupa gambar

Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie (bahasa Hokian) artinya

"Satya dan Tepasarira atau Tenggang Rasa" yang merupakan inti ajaran agama

Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu: "Apa

yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain".

Umat Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Lithang setiap tanggal 1

dan 15 penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari

Minggu dan hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat.

Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi

Khonghucu (28 bulan 8 Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18 bulan 2 Imlek), Hari

Tangcik (Genta Rohani), dan Tahun Baru Imlek. biasanya juga dilakukan di

Lithang.14

Meskipun kedua tempat di atas merupakan tempat ibadah umat agama

Khonghucu, akan tetapi ada perbedaan dari Lithang dan Klenteng. Lithang

merupakan tempat ibadah khusus bagi pemeluk agama Khonghucu sedangkan

Klenteng bisa digunakan untuk ibadah umat pemeluk agama atau kepercayaan

Budha dan Tao.

14

Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014.

Page 16: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

29

Pada mulanya Klenteng merupakan tempat ibadah Khonghucu. Namun

para pemeluk agama Khonghucu memiliki kebaikan hati sehingga mengijinkan

umat agama lain, dalam hal ini adalah Tao dan Budha, untuk menggunakannya

sebagai tempat ibadah”.15

Di dalam Klenteng terdapat simbol tertentu yang dapat dijadikan tanda

agama tertentu pula yang menggunakan Klenteng tersebut sebagai tempat ibadah.

Simbol tersebut biasanya berupa patung dewa atau patung nabi. Misalnya, patung

Dewi Kwan Im yang merupakan simbol bagi umat Budha. Sedangkan bagi agama

Khonghucu, simbol yang ada bukanlah dewa melainkan patung nabi Khong Zi.16

Namun begitu, sebuah Klenteng bisa dilihat apakah „milik‟ umat agama

Khonghucu, Budha atau Tao dengan cara melihat simbol patung dewa atau nabi

yang berada di tengah. “Kita bisa melihat salah satu dewa yang ada di antara

simbol yang lain. Biasanya dewa yang ada di tengah itu lebih besar dari patung

atau dewa yang lain dan itu menunjukkan bahwa Klenteng tersebut bisa dikatakan

merupakan milik umat yang menyembah dewa paling besar tersebut.” 17

15

Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014. 16

Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014. 17

Wawancara dengan Thjie Tjai Ing pada tanggal 25 Juli 2014.

Page 17: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

30

Gambar 1.

Patung Khong Fu Tze

Dokumentasi MAKIN Surakarta.

Di Surakarta sendiri, umat Khonghucu bisa menggunakan tempat-tempat

ibadah sebagaimana yang disebutkan di atas. Setidaknya terdapat dua macam

tempat ibadah yang ada di Surakarta, yaitu Klenteng dan Lithang. Ada beberapa

Klenteng di Surakarta misalnya Poo An Kiong dan Tien Kok Sie.

Sedangkan bangunan Lithang hanya ada satu yaitu Lithang Swan Khong

Tong yang terdapat di daerah Jagalan atau tepatnya di jl. Drs. Yap Tjwan Bing 15.

Lithang ini didirikan pada tahun 1918 oleh masyarakat pemeluk Khonghucu.

Adapun tujuan didirikannya Lithang merupakan tuntutan bagi umat Khonghucu

yaitu sebagai tempat peribadatan.

Page 18: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

31

Gambar 2.

Bagnunan Lithang Swan Kong Tong.

Dokumentasi MAKIN Surakarta.

Berkaitan dengan kenapa di Surakarta hanya terdapat satu Lithang, Tjie

Tjai Ing mengatakan bahwa, di dalam ajaran agama Khonghucu tidak ada aturan

mengenai jumah didirikannya Lithang di sebuah tempat atau wilayah. Dalam

sebuah kecamatan bisa saja terdapat banyak Lithang. Adapun mengenai Lithang

Swan Kong Tong sebagai satu-satunya yang ada di Surakarta, hal itu berkaitan

dengan jumlah pemeluk agama Khonghucu setempat. “Mengenai jumlah Lithang,

agama Khonghucu tidak mengaturnya. Terserah berapa tempat ibadah akan

dibangun. Hal itu juga untuk kepentingan peribadatan umat Khonghucu. Di

Surakarta memang hanya ada satu Lithang, mengingat kondisi jumlah umat yang

tidak terlalu besar. Di tempat lain bisa jadi ada puluhan Lithang”.18

18

Wawancara dengan Tjhie Tjay Ing pada tanggal 25 Juli 2014

Page 19: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

32

Sebagaimana yang sudah disinggung di atas, umat Khonghucu

mengadakan ibadah di Lithang pada setiap tanggal 1 dan 15 malam, dimana pada

saat itu bulan purnama. Sedangkan proses peribadahan agama Khonghucu antara

lain melakukan thiang hio atau menyalakan dupa, kebaktian pada setiap hari

minggu dan ceramah yang akan disampaikan oleh sesepuh. Selain itu, Lithang

juga digunakan upacara-upacara hari besar seperti untuk memperingati hari

kelahiran dan wafatnya nabi Khong Fu Tze.19

Berdasarkan ungkapan di atas, jelas sekali bahwa Lithang berfungsi

sebagai tempat ibadah khusus bagi umat Khonghucu. Namun demikian, umat

Khonghucu beribadah di Lithang secara berjamaah. Inilah sisi lain yang

membedakan dengan tempat ibadah lain seperti Klenteng yang digunakan ibadah

lebih ke personal atau pribadi.

Berkaitan dengan tempat peribadatan, sebenarnya ada dua tempat

peribadatan yang biasanya digunakan oleh umat Khonghucu yang pertama adalah

di rumah, sedangkan yang kedua adalah di tempat ibadah seperti yang sudah

disebutkan di atas yaitu, Miao, Klenteng, dan Lithang. Tidak ada perbedaan yang

mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan di rumah dan di tempat ibadah

yang sudah disediakan, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni beribadah

pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi

Khonghucu.

19

Wawancara dengan Tjhie Tjay Ing pada tanggal 25 Juli 2014

Page 20: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

33

Secara umum tempat ibadah Konghucu adalah Lithang, Miao (Bio),

Kongzi Miao, Khongcu Bio dan Klenteng. Lithang, selain merupakan tempat

sembahyang, juga merupakan tempat kebaktian berkala (biasanya setiap hari

Minggu atau tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek). Di sini umat mendapat

siraman rohani (khotbah) dari para rohaniwan. Rohaniwan agama Konghucu

terdiri atas : Xueshi, Wenshi, Jiaosheng, Zhanglao dan Ketua-Ketua / Pimpinan-

Pimpinan Majelis dan atau Tempat Ibadah. Sebelum menjadi Xueshi (biasa

disingkat Xs), harus melalui jenjang Wenshi (Ws). Sebelum menjadi Wenshi,

harus melalui jenjang Jiaosheng (Js). Tokoh yang sudah mencapai tingkatan

sesepuh atau sangat senior di sebut Zhanglao (Zl). Setiap rohaniwan, sesepuh dan

para pimpinan tempat ibadah yang memegang mandat dan Surat Pengangkatan

dari Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN)

atau menerima Surat Liyuan Rohaniwan (persidian, peneguhan iman) dari Dewan

Rohaniwan MATAKIN, memiliki kewenangan :

a) Menyelenggarakan kebaktian bagi umat Konghucu di daerahnya.

b) Melakukan Liyuan umat.

c) Memimpin berbagai upacara suci bagi umat Konghucu, sesuai Hukum

Agama Konghucu, termasuk Hukum Perkawinan Agama Konghucu, yang

diatur dalam Tata Agama Konghucu.20

20http://matakin.or.id/page.php?page=sekilas-riwayat-matakin diakses pada

tanggal 28 September 2012.

Page 21: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

34

E. Prosesi Peribadatan Agama Khonghucu

Sebagaimana agama yang lain, agama Khonghucu juga memiliki waktu

yang di gunakan untuk beribadah. Hal ini dilakukan untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan yang mereka yakini. Adapun prosesi peribadatan umat konghucu

adalah sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo‟a atau altar,

2. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan

Tuhan, Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan

berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang

diucapkan adalah kehadiran Tuhan Yang Maha Esa ditempat yang maha

tinggi, dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan

adalah kehadapan Nabi Khonghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami,

di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah

kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.

3. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio

di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan

berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di

sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.

4. Berdo‟a dengan sikap Pat Tik. Ada dua sikap Pat Tik, pertama sikap Pat tik

delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan

dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga

pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati

dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung

Page 22: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

35

tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada,

sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo‟a.

Tangan bersikap pat tik dan didekapkan di dada mempunyai makna

“Aku selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan

menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan

kebajikan”.21

Delapan jalan kebajikan tersebut adalah :

a) Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal,

mulai dari berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbakti kepada oran tua

dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti

di khususkan pada orang tua saja. Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong

dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesama mahluk.

b) Setia atau Tiong.

c) Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan

melaksanakan apa yang telah dikatakan.

d) Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.

e) Kebenaran atau Gi.

f) Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.

g) Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena

dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang

lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan hewan adalah

21

Kitab Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu.

Diterbitkan oleh MATAKIN. hlm. 16.

Page 23: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

36

hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa

malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak

ada bedanya dengan hewan.22

Perlu diketahui pula bahwa selain menjalankan peribadatan sebagaimaa

yang sudah di sebutkan di atas, umat Khonghucu yang tergabung dalam organisasi

MAKIN Surakarta juga melakukan upacara-ritual seperti Chingbing, Imlek King

Ho Ping, dan peringatan hari lahir nabi Khonghucu.

Di dalam mengadakan ketiga upacara tersebut biasanya melibatkan banyak

orang atau umat dan biasanya memerlukan biaya yang besar, untuk mencukupinya

maka diperlukan donasi. Setidaknya ada dua sumber dana dalam setiap

melaksanakan upacara-upacara besar seperti yang sudah di sebut di atas. Pertama,

dari anggota MAKIN Surakarta dan kedua, dari para simpatisan Khonghucu. Para

simpatisan yang dimaksud adalah orang-orang di luar MAKIN dan belum tentu

atau tidak harus pemeluk agama Khonghucu. Dengan kata lain, mereka bisa

berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda.23

F. Simbol-simbol Keagamaan Khonghucu

Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan simbol-simbol sebagai

kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar simbol saja akan tetapi dibalik

simbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan

kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama

22

Ibid. hlm. 17. 23

Wawancara dengan Adjie Chandra pada tanggal 23 Desember 2014

Page 24: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

37

Khonghucu juga menggunakan beberapa benda dan simbol yang didalamnya

mengandung makna dan arti.

1. Hio atau Dupa.

Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap

yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzi

berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat

konghucu mengandung makna “jalan suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan

hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:

a. Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi

b. Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat

c. Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.24

Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk

serta penggunannya dupa itu sendiri:

a. Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah

keluarga sendiri.

b. Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.

c. Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk

menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.

d. Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.

24

Wawancara dengan Tjie Tjai Ing pada tanggal 25 Juli 2014

Page 25: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

38

e. Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya,

digunakan khusus untuk bersembahyang kepada Tuhan.

Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:

a. Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga

sendiri atau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa

berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.

b. Dupa warna merah:

1) 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna

memusatkan fikiran untuk sungguh-sungguh bersujud.

2) 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang

meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah

bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau

urusan keduniaan.

3) 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna

melaksanakan lima kebajikan.

4) 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama

dengan 2 atau 4 batang.

5) 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan

para suci.

6) 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang.

Page 26: BAB II MASYARAKAT KHONGHUCU DI SURAKARTA A. …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0509034_bab2.pdf · pemerintahan Paku Buwana VII.3 Perkembangan agama Khonghucu di Surakarta mengalami

39

2. Lilin atau Lampu

Lilin atau lampu mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak,

sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya

do‟a keperaduan Tuhan yang maha esa.

3. Youlou

Youlou adalah tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang

terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.