dupa dalam persembahyangan agama khonghucu (studi...
TRANSCRIPT
i
DUPA DALAM PERSEMBAHYANGAN AGAMA KHONGHUCU
(Studi Kasus Penggunaan Dupa di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe)
Skripsi
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Muhammad Najibbudin
NIM: 1113032100067
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PERSETUJUAN
DUPA DALAM PERSEMBAHYANGAN AGAMA KHONGHUCU
(Studi Kasus Penggunaan Dupa di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
Muhammad Najibbudin
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si
NIP. 196511291994031002
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ”DUPA DALAM PERSEMBAHYANGAN AGAMA
KHONGHUCU (Studi Kasus Penggunaan Dupa di Lithang Bakti MAKIN
Pondok Cabe)”. Telah diujikan dalam sidang munaqashah Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juli 2020.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S. Ag) Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Studi Agama-agama.
Jakarta, 17 Juli 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Syaiful Azmi, MA
NIP. 19710310 199703 1 005
Lisfa Sentosa Aisyah, MA
NIP. 1975050506 200501 2 003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Dra. Halimah,SM. MA
NIP. 19751019 200312 01
Siti Nadroh, MA
NUPN. 9920112687
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M. Si
NIP. 196511291994031002
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Najibbudin
Fakultas : Ushuluddin
Jurasan/Prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi : DUPA DALAM PERSEMBAHYANGAN AGAMA
KHONGHUCU (Studi Kasus Penggunaan Dupa di Lithang
Bakti MAKIN Pondok Cabe)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka, saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
ABSTRAK
Muhammad Najibbudin.
Dupa dalam Persembahyangan Agama Khonghucu (Studi Kasus
Penggunaan Dupa di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe)
Penelitian ini ingin mengetahui apa makna yang tersimpan di balik dupa
sebagai sarana atau simbol dalam persembahyangan umat agama Khonghucu
terutama di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe. Selain itu, penelitian ini juga
untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan dupa ketika digunakan untuk
sembahyang dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pokok
permasalahan dalam skripsi ini (Library research). Kemudian juga penulis
melakukan wawancara langsung ke lapangan, yaitu: mewawancarai narasumber
umat Khonghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe untuk bisa menjelaskan
mengenai dupa sebagai sarana atau simbol sembahyang dalam agama Khonghucu.
Untuk memahami penelitian ini, penulis menggunakan Pendekatan Antropologi,
mengkaji tentang makna dan penggunaan dupa sebagai sarana atau simbol
sembahyang sebagai produk manusia yang berhubungan dengan budaya atau
keyakinan umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe.
Hasil dari penelitian ini, penggunaan dupa atau hio sebagai sarana simbol
sembahyang dalam agama Khonghucu ini mempunyai makna bahwasanya dupa
itu ketika dibakar ujungnya akan mengeluarkan asap yang berbau wangi atau
harum. Asap dari dupa tersebut, akan menghantarkan doa-doa umat Khonghucu
kepada Thian (nama Tuhan dalam agama Khonghucu). Selain bisa berfungsi atau
digunakan untuk sembahyang dan berdoa, dupa juga bisa berfungsi untuk
menentramkan batin dan fikiran, seperti untuk meditasi. Kemudian dupa juga bisa
digunakan untuk mengusir roh-roh jahat. Untuk pembuatan dupa sendiri, itu tidak
ada doa khusus maupun orang khusus dalam pembuatannya. Semua orang bisa
membuat dupa. Dupa yang sering digunakan oleh umat Khonghucu itu dupa yang
berganggang Hijau (digunakan untuk sembahyang kepada jenazah atau leleluhur
yang belum melewati masa berkabung tiga tahun) dan dupa yang berganggang
merah (untuk sembahyang kepada Tuhan, Nabi, Roh Suci, Leluhur yang sudah
melewati masa berkabung tiga tahun, arwah umum).selain dupa tersebut, seperti
dupa yang berbentuk kerucut, berbentuk spiral, dan dupa yang panjang lurus
dihidupkan kedua ujungnya itu hanya sebagai pelengkap sembahyang dan wangi-
wangian saja.
Kata Kunci: Dupa, Agama Khonghucu, Sembahyang
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulilla rabbil al- a’lamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas
akhir untuk mndapatkan gelar sarjana.
Shalawat serta salam ditujukan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
SAW, sebagai suri tauladan yang baik serta manusia paling sempurna yang
ditunjuk oleh Allah SWT untuk memberikan jalan yang lurus kepada umatnya.
Alhamdulillah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan denga baik,
meskipun banyak kendala dan rintangan yang dihadapi dalam proses penyelesaian
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama masa penyelesaian skripsi
banyak mendapat bimbingan, bantuan serta motivasi berbagai pihak baik moril
maupun materil.
Dengan demikian sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang
telah memberikan arahan, saran serta perhatiannya kepada penulis dan dengan
sangat membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Muhlish dan Ibu Insyiah, atas segala
kasih sayang, perhatian dan dorongannya. Semoga selalu tenang di sisi-Nya.
vi
3. Bapak Syaiful Azmi, MA ketua Jurusan Studi Agama-agama Fakultas
Ushuluddin dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku Sekretaris Jurusan Studi
Agama-agama. Serta seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ushuluddin,
khususnya Jurusan Studi Agama-agama yang telah membagikan waktu, tenaga
dan ilmu pengetahuan juga pengalaman berharga kepada penulis.
4. Bapak Suherman, selaku ketua Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe, para
rohaniawan Bapak Ws Saputra, Hendra Suprapto, Wicandra dan terimakasih
kepada Bapak Ade Cahyadi, Mas Wiliam serta seluruh Keluarga Besat Lithang
Bakti MAKIN Pondok Cabe, yang telah memberikan banyak sumber utama
dalam skripsi ini serta meluangkan waktunya kepada penulis untuk dapat
berdiskusi secara langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Wawan selaku penjual dupa atau hio di Pasar Lama Kota Tangerang
yang telah membantu mengenai informasi harga-harga dupa.
5. Kakakku Nor Atiqoh, serta Adik-adiku Eling Nur Muhammad, U’un Ni’matul
Maulidiyyah, dan Lailatul Izzati.
6. Keluarga Besar SIMAHARAJA (Silaturahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta).
7. AFA GRUP International dan CV. Lintang Jaya Perdana.
8. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa terimakasih penulis.
vii
Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik
dalam penulisan maupun penyusunanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan demi perbaikan penulisan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. Penulis berserah diri, mudah-
mudahn bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapat
pahala yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak
dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
bidang Studi Agama-agama.
Jakarta, 3 Juni 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………..ii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan .............................................. 5
F. Sistematika Penulisan ................................................................................ 10
BAB II. PERSEMBAHYANGAN DALAM AGAMA KHONGHUCU ....... 13
A. Pengertian Sembahyang............................................................................. 13
B. Sembahyang Kepada Tuhan Yang Maha Esa ............................................ 14
C. Sembahyang Kepada Nabi ......................................................................... 18
D. Sembahyang Kepada Para Suci ................................................................. 20
E. Sembahyang Untuk Leluhur ...................................................................... 21
F. Sembahyang Kepada Kebaktian Masyarakat ............................................ 25
BAB III. GAMBARAN UMUM LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK
CABE .................................................................................................................. 27
A. Letak Geografis Lithang Bhakti MAKIN Pondok Cabe ........................... 27
B. Pendirian Lithang Bhakti MAKIN Pondok Cabe ...................................... 28
1. Pengertian Lithang ............................................................................ 28
2. Sejarah dan Perkembangan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe ... 29
C. Tujuan dan Visi-Misi didirikannya Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe 32
D. Sistem Keorganisasian ............................................................................... 33
E. Aktifitas Kegiatan di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe ...................... 36
ix
BAB IV. MAKNA PENGGUNAAN DUPA DALAM PERSENBAHYANGAN
AGAMA KHONGHUCU DI LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
............................................................................................................................. 38
A. Pengertian dupa ......................................................................................... 38
B. Jenis-jenis dupa dan Fungsinya ................................................................. 42
C. Tata cara Penggunaan Dupa dalam Persembahyangan Agama Khonghucu
................................................................................................................... 46
D. Abu dupa dan Maknanya ........................................................................... 52
E. Pembuatan dan Pembelian dupa ................................................................ 53
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 56
A. Kesimpulan ................................................................................................ 56
B. Saran .......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap agama mempunyai tata cara sendiri dalam bersembahyang kepada
Tuhan-Nya masing-masing dan berbeda antara agama yang satu dengan yang
lainnya. Setiap gerakan dalam sembahyang mengandung makna dan arti bagi
mereka yang menjalaninya. Kata sembayang berasal dari dua kata, yaitu “Sembah”
dan “Hyang”. Kata Sembah berarti menghormat, memuja, atau menyerahkan diri
dan memohon kepada yang maha Esa, Dewa, atau kepada yang Suci.1 Dalam
Kamus Ilmiah Populer Sembahyang berarti Menyembah Tuhan; Sholat; berdo’a
pada Tuhan.2
Dalam agama Khonghucu, sembayang dilakukan pada hari-hari besar
seperti sembahyang saat menyambut kedatangan dan penutupan tahun baru Imlek,
sembahyang kepada Thian yang dilakukan pada saat pagi, sore dan ketika mendapat
rezeki. Kemudian, sembahyang kepada leluhur yang dilakukan setiap tanggal 1 dan
15 penanggalan bulan, hari wafat leluhur, dan masih banyak lagi yang lainnya.3
1 I Ketut Wiana, Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan (Surabaya: Paramita, 2000), h.
1. 2 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, Cet. Petama, 2006),
h. 430. 3 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta:
Pelita Kebajikan, 2005), h. 170-171.
2
Untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, umat
Khonghucu juga melakukan sembahyang pada hari-hari yang dianggap sebagai
kemuliaan Thian (Tuhan), yaitu: Pertama, Sembayang pada malam penutupan
tahun/malam menjelang Gwan Tan. Kedua, Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8
menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan pertama). Ketiga, sembahyang saat Siang
Gwan atau Cap Gomeh, 15 Cia Gwee (bulan pertama). Ke-empat, sembahyang hari
Tangcik (hari di mana letak mata hari tepat diatas garis balik 23,5 Lintang Selatan,
yakni tepat tanggal 22 Desember).4
Dalam agama Khonghucu, istilah Tuhan disebut Thian. Untuk melaksankan
Sembahyang atau Ibadah, umat Khonghucu menggunakan sarana atau simbol dupa
atau bisa disebut dengan hio yang mempunyai arti Harum. Arti lain dari dupa yaitu
bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum.
Membakar dupa mengandung makna jalan suci itu berasal dari kesatuan hatiku
(Too Yu Siem Hap) dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Siem Ka Hiang
Thwan). Dupa yang dikenal pada zaman nabi Khonghucu berwujud bubuk atau
belahan kayu, misalnya: Tiem Hio, Bok Hio (gaharu), Than Hio (Cendana) dan lain-
lain.5
Menurut Ws. Saputra (Dewan Rohaniawan di Lithang Bakti Makin Pondok
Cabe) bahwasanya selain untuk Wangi-wangian, dupa juga digunakan untuk
mengusir roh yang tidak baik, meditasi dan penenang dalam kehidupan sehari-hari.
4 Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 171-172. 5 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (Solo:
MATAKIN, 1984), h. 30.
3
Kemudian dupa juga sebagai alat komunikasi pemeluk agama Khonghucu kepada
Tuhan atau Thian serta kepada leluhurnya. Karena dari bau semerbak dupa itulah
menyampaikan Do’a-do’a umat Khonghucu kepada Tuhan. Selain digunakan
sembahyang, dupa pada zaman dahulu juga digunakan sebagai alat pengukur
waktu. Contohnya: ketika zaman dahulu orang memasak nasi mungkin
membutuhkan waktu satu jam, maka dipasanglah dupa yang bisa hidup satu jam
dan waktu dupa itu mati berarti nasi sudah matang.6
Dupa memiliki berbagai jenis macam yaitu: dupa yang bergagang hijau,
biasa digunakan untuk sembahyang ke hadapan jenazah bagi keluarga yang sedang
berkabung. Kemudian, dupa yang bergagang merah, digunakan untuk hampir
semua persembahyangan. Selanjutnya, dupa yang berganggang besar (Gong Xiang
atau Kong Hio, Hokian), digunakan untuk upacara besar. Dupa yang berbentuk
Spiral atau berbentuk wajik untuk wangi-wangian. Dan terakhir, dupa yang lurus
panjang dan tanpa ganggang (Chang Shou Xiang atau Tiang Siu Hio, Hokian),
dinyalakan kedua ujungnnya untuk bersembahyang ke hadirat Thian (Tuhan Agama
Khonghucu).7 Supaya tidak salah dalam menggunakan dupa dalam sembahyang
atau Ibadah, umat Khonghucu harus paham berbagai macam jenis dupa tersebut.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang
makna, kegunaan dan berbagai jenis dupa yang digunakan sebagai sarana
sembahyang dalam agama Khonghucu. Selain itu, penelitian ini penting untuk
6 Wawancara dengan Ws. Saputra (Dewan Rohaniawan di Lithang Bakti Makin Pondok
Cabe), Pondok Cabe, 13 Mei 2018. 7 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu (Jakarta: SPOC, 2015), h. 131-132.
4
dilakukan untuk mengetahu tentang dupa ketika digunakan dalam
persembahyangan agama Khonghucu. Maka dari itu, penulis mengangkatnya dalam
sebuah Skripsi yang berjudul “Dupa dalam Persembahyangan Agama Khonghucu
(Studi Kasus Penggunaan Dupa di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menjaga efektivitas agar pembahasan tetap terfokus pada persoalan,
maka penulis membatasi pembahasan pada dupa dalam persembahyangan agama
Khonghucu. Dengan pembatasan seperti itu maka, permasalahan yang menjadi
objek dan fokus penulis adalah:
1. Apa arti, fungsi dan makna dupa bagi umat Khonghucu di Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe?
2. Bagaimana penggunaan dupa dalam Persembahyangan agama Khonghucu
di Lithang Bakti Makin Pondok Cabe?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dalam skripsi ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui dan memahami arti, fungsi dan makna dupa bagi umaut
Khonghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok cabe
2. Untuk mengetahui penggunaan dupa dalam persembahyangan agama
Khonghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaaat Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi Ilmu Studi Agama-agama dan sekaligus dapat memberikan penjelasan
mengenai Dupa dalam persembahyangan agama Khonghucu. Selain itu,
Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan kontribusi berupa bahan
bacaan perpusatakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama- agama.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan keilmuan
tentang makna, fungsi maupun penggunaan dupa sebagai sarana
sembahyang dalam agama Khonghucu.
3. Manfaat Akademis
Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama
(S. Ag.) Jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti ambil adalah penelitian lapangan yang
bersifat kualitatif. Penelitain kualitatif menurut Prof. Dr. Sugiono ialah:
metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana
6
peneliti adalah sebagai instrument kunci, tekhnik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif
(penyimpul rataan) dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.8 Selain itu juga, penulis menggunakan jenis
penelitian Deskripstif Analisis. Penelitian Deskriptif ialah sebuah penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi dan
Budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif berusaha
menggambarkan suatu gejala keagamaan.9
2. Metode Penelitian
Penulis memggunakan pendekatan antropologi untuk membantu
secara mendalam dalam penelitian tentang dupa yang digunakan sebagai
sarana atau simbol persembahyangan dalam agama Khonghucu. Yang
menjadi fokus penelitian dengan pendekatan antropologi secara umum
adalah mengkaji agama sebagai ungkapan kebutuhan makhluk budaya yang
meliputi: (1) pola-pola keberagamaan manusia, dari perilaku bentuk-bentuk
agama primitif yang mengedepankan magis, mitis, animisme, totemisme,
paganisme pemujaan pada roh, dan politeisme, sampai pola keberagamaan
masyarakat industri yang mengedepankan rasionalitas dan keyakinan
monoteisme, (2) agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol-
simbol, ritus, tarian ritual, upacara pengorbanan, semedi, selametan, (3)
8 Sugiono.Prof. Dr, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung, CV. Alvabeta, 2000), h. 1. 9 Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h.
22.
7
pengalaman religius, yang meliputi meditasi, do’a, mistisme, sufisme.10
Dupa dalam persembahyangan agama Khonghucu itu sebagai sarana atau
simbol yang digunakan untuk sembahyang kepada Tuhan. Maka, dalam hal
ini perlu pendekatan Antropologi untuk mengetahui orang-orang
Khonghucu dalam memaknai dupa dan bagaimana cara penggunaan dupa
ketika digunakan untuk sembahyang.
3. Sumber Data
A. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari hasil
penelitian atau observasi lapangan pada lokasi penelitian, serta
dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan secara resmi oleh orang-
orang yang beragama Khonghucu.
B. Data Sekunder adalah data yang dapat dijadikan sebagai pendukung data
pokok. Atau dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang mampu atau
dapat memberikan informasi atau data tambahan yang dapat
memperkuat data pokok.11 Pengumpulan data-data bisa berupa dari
buku-buku, jurnal, dan karya penelitian yang berhubungan dengan
agama Khonghucu.
4. Teknik Pengumpulan Data
A. Data Kepustakaan
Data kepustakaan diperoleh penulis dari buku-buku yang ditulis
langsung oleh orang beragama Khonghucu dan juga buku-buku yang
10 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial – Agama (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 62-63. 11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h.
85.
8
lain yang terkait dengan judul skripsi penulis. Selain itu, data
kepustakaan juga diperoleh dari artikel, jurnal, maupun dari internet.
B. Observasi
Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara melakukan penelitian secara teliti, yang diarahkan pada
kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul.12 Dengan ini penulis mendatangi langsung ke tempat ibadah
umat Khonghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe untuk
mendapatkan data-data mengenai penggunaan dupa dalam
persembahyangan Agama Khonghucu.
C. Wawancara (Indepth Interview)
Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan ssecara lisan dan dijawab
secara lisan pula.13 Hal ini dilakukan untuk memperoleh data langsung
dari sumber-sumber yang dianggap kompeten dan memiliki informasi
serta data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Yaitu para
Rohaniawan, pengurus, serta pemeluk agama Khonghucu di Lithang
Bakti MAKIN Pondok Cabe yang nanti diminta keterangan tentang
dupa. Diantaranya pengurus, rohaniawan serta pemeluk agama
Khonghuchu adalah Bapak Hendra Suprapto (Rohaniawan), Bapak
12 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143. 13 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 165.
9
Wicandra (Rohaniawan), Bapak Suherman (Katua Lithang Pondok
Cabe), Bapak Ws. Saputra (Rohaniawan), Mas Wiliam Tibe (Katua
Pemuda Lithang Pondok Cabe), Bapak Wawan (Penjual Dupa di Pasar
Lama Kota Tangerang), dan Bapak Ade Cahyadi (Mantan Ketua
Lithang Pondok Cabe).
D. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data (informasi)
yang berwujud sumber data tertulis atau gambar. Sumber tertulis atau
gambar tersebut dapat berbentuk dokumen resmi (berupa dokumen yang
menyangkut sejarah tempat ibadah atau lainnya) yang diperoleh dari
buku, majalah, arsip, dokumen pribadi dan foto yang terkait dengan
permasalahan penelitian.14
E. Analisis Data
Analisis data yang penulis gunakan adalah dengan metode deskriptif
analitik yaitu, metode yang dilakukan dengan cara menguraikan
sekaligus menganalisis data-data yang menjadi hasil pengkajian dan
pendalaman atas bahan-bahan penelitian. Metode deskriptif lebih
banyak berkaitan dengan kata-kata, dimana semua data-data hasil
penelitian diterjemahkan dalam bentuk bahasa, baik lisan mupun
14 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 71.
10
tulisan. Kemudian, data-data yang berbentuk bahasa ini dianalisis sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan kesimpulan.15
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang
diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2014.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II. Persembahyang dalam Agama Khonghucu
A. Pengertian Sembahyang
B. Sembahyang Kepada Tuhan Yang Maha Esa
15Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.
11
C. Sembahyang Kepada Nabi
D. Sembahyang Kepada Para Suci
E. Sembahyang Untuk Leluhur
F. Sembahyang Kepada Kebaktian Masyarakat
BAB III. Gambaran Umum Lithang Bhakti Makin Pondok Cabe
A. Letak Geografis Lithang Bhakti MAKIN Pondok Cabe
B. Pendirian Lithang Bhakti MAKIN Pondok Cabe
1. Pengertian Lithang
2. Sejarah dan Perkembangan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
C. Tujuan dan Visi-Misi didirikannya Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
D. Sistem Keorganisasian
E. Aktifitas Kegiatan di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
BAB IV. Makna Penggunaan Dupa dalam Persembahyangan Agama Khonghucu
di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
A. Pengertian dupa
B. Jenis-jenis dupa dan Fungsinya
C. Tata cara Pengunaan Dupa dalam Persembahyangan Agama Khonghucu
D. Abu dupa dan Maknanya
E. Pembuatan dan Pembelian dupa
12
BAB V. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
13
BAB II
Persembahyangan dalam Agama Khonghucu
A. Pengertian Sembahyang
Salah satu ciri orang beragama adalah melakukan pemujaan pada Tuhan.
Pemujaan itu disebut sembahyang. Meskipun sembahyang merupakan ciri umum
dari seorang yang beragama. Tetapi motif orang melakukan sembahyang tidaklah
sama, juga acara orang bersembahyang berbeda-beda. Tetapi tujuan tertinggi dari
sembahyang adalah sama, yaitu mencapai persamaan dan kesatuan deangan
Tuhan.1 Dalam KBBI kata sembah memiliki dua arti: (1) pernyataan hormat dan
khidmat (dinyatakan dengan cara menangkupkan kedua belah tangan atau
menyusun jari sepuluh, lalu mengangkatnya hingga kebawah dagu atau dengan
menyentuhkan ibu jari ke hidung): dan (2) kata atau perkataan yang ditujukan
kepada orang yang dimuliakan.2 Sementara kata sembahyang dalam KBBI
memiliki dua makna: (1) (dalam Islam) salat, dan (2) permohonan (do’a) kepada
Tuhan menunjukkan kata sembahyang dapat berlaku umum, tidak hanya terbatas
digunakan oleh orang Islam untuk menggantikan kata salat.
Sedangkan makna dan tujuan sembahyang atau peribadatan dalam agama
Khonghucu adalah:
a. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa
b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa
bahwa dirinya terancam dan tidak ada lagi yang bisa menolongnya
1 I Ketut Wiana, Sembahyang menurut Hindu (Surabaya: Paramita, 2006), h. 5. 2 Tim Redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat
(Jakarta; Pusat Bahasa, 2008), h. 1259.
14
c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bisa
menghitung berapa banyak nikmat yang telah Tuhan anugerahkan
kepada manusia.3
Bersembahyang itu sesuatu hal yang penting dalam ibadah bagi setiap
manusia yang beragama, terutama dalam rangka pengabdian dan ketakwaannya
kepada sang maha pencipta (Tuhan), seperti tercantum di dalam kitab catatan
kesusilaan, bahwasanya jalan suci yang mengatur manusia baik-baik tidak ada
yang lebih penting daripada menjalankan upacara sembahyang.4
Dalam agama Khonghucu, umatnya diajarkan untuk melakukan
sembahyang kepada Tuhan (Thian) dan sembahyang kepada Nabi Khongcu,
sembahyang kepada roh suci, leluhur, dan Sembahyang kebaktian kepada
Masyarakat (Arwah Umum) dan lain sebagainya. Menurut bapak Wicandra,
sembahyang kepada Tuhan itu memuja, sedangkan sembahyang lainnya dalam
agama Khonghucu itu hanya untuk memuji tidak memuja.5 Memuji itu hanya
ditujukan kepada manusia juga Tuhan. Tetapi, kalau memuja biasanya hanya
ditujukan kepada Tuhan.6
B. Sembahyang Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Agama Khonghucu itu agama yang mempercayai adanya satu Tuhan atau
bisa disebut dengan Monotheis. Yakni agama yang mempercayai dan meyakini
adanya satu Tuhan atau percaya hanya satu Tuhan. Istilah Tuhan dalam agama
3 Khariah, Agama Khonghucu (Riau: CV. Asa Riau, 2002), h. 112. 4 MATAKIN, Kitab Kesusilaan (Jakarta: Pelita Kebijakan, 2001), h. 529. 5 Wawancara denga Wicandra, Depok, 31 Maret 2019. 6https://www.kompasiana.com/edynugraha/552b7b556ea8343b698b458f/pembiasan-
makna-kata-puji-dan-puja. Diambil pada tanggal 20 Juli 2020.
15
Khonghucu dinamakan Thian untuk menunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam ajaran Khonghucu diajarkan bahwa Thian selalu dihormati dan dipuja oleh
umat manusia. Thian adalah maha sempurna, dan maha pencipta alam semesta
seisinya. Thian tiada diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun
yang tanpa, dilihat tiada tampak, didengar tiada terdengar, namun dapat dirasakan
oleh orang-orang yang beriman.7 Oleh karena itu, sebagai umat Khonghucu
mengucap syukur kepada-Nya dengan melaksanakan Ibadah atau sembahyang
(Thian Hio) kepada Tuhan baik di rumah ataupun di Lithang atau Khongcu Bio
yang ada disekitarnya.
Dalam agama Khonghucu, Tuhan sendiri memiliki 5 (lima) nama atau
sifat, yaitu: 1). Thian, yang mengandung makna Maha Besar, Yang Maha Esa. 2).
Tee, yang mengandung makna yang maha besar, yang maha menciptakan, dan
menguasai langit dan bumi. 3). Thai Let, yang mengandung makna Tuhan Yang
Maha Esa. 4). Khian, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Pencipta Alam
Semesta. 5). Kwi Sien, yang mengandung makna Tuhan Yang Maha Roh, Tuhan
daripada hukum alam, yang menjadikan hukum.8
Sembahyang kepada Thian (Tuhan) dalam agama Khonghucu memiliki
beberapa jenis yaitu, Pertama, sembahyang mengucapakan syukur yang dilakukan
setiapa pagi, sore, dan saat menerima rezeki (makanan). Sembahyang ini mereka
lakukan di depan meja sembahyang (Altar) yang terdapat di rumahnya. Umumnya
7 Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak
Kalimantan Barat. (Jurnal “Analisa”.Vol.XXVI No.01. Januari-Juni 2009), h. 55-56. 8 Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak
Kalimantan Barat, h. 54-55.
16
meja sembahyang ini disimpan diruang tamu sehingga bila kita berkunjung ke
rumah umat Khonghucu, kita akan dapat melihat bentuk meja sembahyang yang
sebenarnya.9 Tetapi, menurut Bapak Wicandra, kebanyakan umat Khonghucu
ketika sembahyang kepada Tuhan kebanyakan mengahadap ke luar pintu atau di
Luar rumah, karena, lebih Plong (lega).10
Kedua, sembahyang kepada Thian yang dilakukan pada setiap tanggal 1
dan 15 bulan (Imlek). Pada tanggal-tanggal tersebut umat Khonghucu berdatangan
menuju ke Klenteng-klenteng atau Khongcu Bio. Hari raya Imlek itu suatu
perayaan tahun baru cina yang dirayakan pada tanggal 1 dan bulan 1 menurut
penanggalan Imlek. Pada hari raya Imlek ini, umat Khonghucu diwajibkan untuk
melakukan sembahyang. Biasanya dilakukan pada saat Cu Si, yakni saat
menjelang tahun baru Imlek, sekitar jam 23.00-01.00. Pada saat itu umat
Khonghucu berbondong-bondong menuju ke rumah ibadah yang biasa mereka
kunjungi untuk melakukan sembahyang syukur malam penutupan tahun dan
malam menjelang tahun baru.11
Ketiga, sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian (Tuhan). Yaitu
: sembahyang malam penutupan tahun/malam menjelang Gwan Tan, sembahyang
King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal 9 Cia Gwee (bulan pertama),
sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Gomeh, 15 Cia Gwee (bulan pertama).
9 M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta:
Pelita Kebajikan, 2005), h. 170-171. 10 Wawancara pribadi dengan Wicandra, Depok, 31 Maret 2019. 11 Sulaiman, Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak
Kalimantan Barat, h. 58.
17
Dan sembahyang hari Tangcik (hari dimana letak mata hari tepat diatas garis balik
23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tangga 22 Desember.12
Untuk tata cara Sembahyang kepada Tuhan (Thian) adalah sebagai
berikut:
1. Hio atau Dupa yang digunakan satu atau tiga batang,
2. Untuk Penaikkan dupa, bila tidak ada Altar Khusus dapat
dilaksanakan dengan menghadap keluar pintu atau jendela.
3. Pelaksanaan Tiam Hio di Lithang cukup dengan menghadap
ke arah altar (kehadirat Thian dan Nabi).
4. Setelah Dupa ditancapkan kemudian Pai/ Ting-Lee 3 kali (Pai
adalah hormat dengan merangkapkan tangan, dilakukan
dengan mengepalkan tangan kanan dan ditutup dengan tangan
kiri kemudian diangkat antara tangan dan hidung. Sedangkan
Ting-Lee adalah menjunjung tangan yang dinaikakn sampai
dahi yang bermakna menyampaikan hormat setinggi-tingginya
waktu sembahyang).
5. Do’a. Contoh teks isi do’a adalah sebagai berikut: “Kami
naikkan puji dan syukur, Thian telah melimpahkan kepada
kami berkah karunia bimbingan yang kami terima melalui
Ajaran Nabi Khonghucu sebagai Genta Rohani kami. Semoga
Thian berkenan meneguhkan Iman kami dan mampu membina
diri, menjunjung tinggi kebenaran dan menjalankan
12 Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 171-172.
18
kebajikan, sehingga berkah, damai, dan sentosa menyertai
kehidupan kami.” Kemudian sembahyang diakhiri dengan pai
atau ting-lee 1 kali.13
C. Sembahyang kepada Nabi
Agama Khonghucu bukanlah agama yang diciptakan oleh Nabi Khongzi
(Nabi Khonghucu) sendiri, melainkan agama yang diturunkan oleh Thian melalui
para nabi purba, raja suci dan para nabi ribuan tahun sebelum kelahiran Nabi
Khongzi. Seperti beliau katakan:
“Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruh
percaya dan suka kepada (Ajaran dan kitab-kitab) yang kuno itu
(Mengzi VII B:38, h. 415).”14
Nabi Khongzi sendiri itu utusan Tuhan yang membawakan Firman bagi
keselamatan hidup manusia, beliau membawa misi untuk menyelamatkan umat
manusia dari berbagai macam ancaman dan kekacauan agar mereka kembali ke
Jalan suci sebagaimana Thian Firmankan.15 Seperti apa yang dikatakan oleh Nabi
Khongzi:
“Kalau Jalan Suci akan dapat dilaksanakan dan berkembang, itulah
Firman: kalau Jalan suci itu harus musnah, itupun Firman.”
Dengan demikian, jelaslah bahwa Nabi Khongzi bukanlah sebagai
pencipta agama Khonghucu, beliau adalah penerus dan penyempurna dari ajaran
13 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upcara Agama Khonghucu (Solo:
MATAKIN, 1984), h. 60. 14 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu (Jakarta: SPOC, 2015), h. 18. 15 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 13-14.
19
suci yang sudah ada dan dirintis sejak ribuan tahun sebelumnya oleh para nabi
suci purba.16 Nabi-nabi sebelum Nabi Khongzi itu ada Nabi Fu Xi. Nabi ini
dikenal sebagai nabi pertama yang hidup pada tahun 30 abad SM. Selain itu ada
juga nabi Huang Di, nabi Yao, nabi Sun, nabi Xia Yu, nabi Wen, dan nabi Zhou
Gong atau Jidan (Ciu Kong, Hokkian). Sedangkan Nabi Khongzi itu nabi Terakhir
dalam agama Khonghucu. Nabi yang besar, lengkap, dan sempurna yang
menggenapkan jajaran nabi sebagai Genta Rohani.17
Selain sembahyang kepada Tuhan. Umat Khonghucu juga berkewajiban
sembahyang kepada Nabi, Yaitu nabi Khongzi. Persembahyangan kepada Nabi
Kongzi dilakukan pada hari-hari berikut ini:
1. Peringatan hari lahir Nabi Khongzi, tiap tanggal 27 bulan 8
Kongzili/Kongyuan. Upacara sembahyang biasanya dilakukan
di rumah ibadah seperti Lithang, Kong Miao, Wen Miao, dan
Klenteng.
2. Peringatan hari wafat Nabi Khongzi, tiap tanggal 18 bulan 2
Khongzi, tiap tanggal 18 bulan 2 Kongzili/Kongyuan. Upacara
sembahyang dilakukan seperti halnya peringatan hari lahir
Khongzi.
3. Peringatan hari genta Rohani (Maduo), dilaksanakan setiap
tanggal 22 Desember bertepatan dengan hari Dongzi ( Tang Ce
) untuk memperingati dimulainya masa pengembaraan Nabi
16 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 19. 17 Sulaiman, Agama Khonghucu, h. 55.
20
Khongzi sebagai Genta Rohani Thian (Thian Zhi Muduo) ke
berbagai negeri.18
D. Sembahyang kepada Para Suci
Para suci (Shen Ming) itu merupakan para Malaikat yang membantu tugas
Tuhan.19 Sembahyang kepada para Suci atau She Ming dilaksanakan pada hari-
hari berikut ini:
1. Sembahyang Yuanxiao atau Capgome, dilaksanakan tiap tanggal
15 bulan 1 sebagai penutup perayaan tahun baru
Kongzili/Kongyuan.20
2. Hari Duanyang atau Duanwujie, dilaksanakan setiap tanggal 5
bulan Kongzili/Kongyuan. Duan artinya tegak, lurus, terang. Yang
artinya sifat positif atau matahari. Duanyang artinya saat matahari
memancarkan cahaya paling keras ke muka bumi ini. Sehingga
diyakini pada hari ini daun obat-obatan yang dipetik akan memiliki
khasiat yang luar biasa, telur ayam dapat berdiri tegak saat
didirikan. Pada Hari ini adalah merupakan hari yang paling baik
untuk membersihkan diri dengan cara mandi di sungai atau dari
sumber mata air mengalir.21
3. Sembahyang Zhongqiujie, dilaksanakan tiap tanggal 15 bulan 8
Kongzili/Kongyuan adalah saat bulan purnama memancarkan
cahayanya yang paling terang, pada pertengahan musim gugur
18 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 52. 19 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 20 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 53. 21 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 53.
21
dibelahan bumi bagian utara. Pada saat itu para petani merayakan
hari panen raya yang melimpah ruah. Maka pada sat itu pula
dilakukan sembahyang kepada Fude Zhengshen (malaikat bumi)
sebagai uangkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
4. Sembahyang Xiayuan, tiap tanggal 15 bulan 10
Khongzili/Kongyuan yang mengandung makna sebagai ungkapan
pernyataan syukur atas kemurahan Thian dalam satu tahun. Pada
saat itu dilaksanakan sembahyang kepada malaikat bumi (Fude
Zhengshen) yang melambangkan semesta alam ciptaan Tuhan.22
5. Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur (Zaojun),
tanggal 24 bulan 12 Kongzili/Kongyuan. Pada hari tersebut umat
Khonghucu diwajibkan untuk berdana dan membantu fakir miskin
dan bertepatan dengan satu minggu menjelang saat perayaan tahun
baru Imlek.23
E. Sembahyang untuk Leluhur
Sembahyang kepada leluhur dalam agama Khonghucu itu untuk
mengenang dan menghormati pada leluhurnya, tak lain dan tak bukan adalah
untuk menyatakan terima kasihnya yang berkesinambungan hubungan darah yang
tak terputuskan ini membekas dalam hati sanubari setiap umat Khonghucu
22 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 54. 23 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 54.
22
sehingga, menjadi kesinambungan sejarah dan keterikatan antar manusia yang non
materi yang tulus dan murni.24
Pelaku atau orang-orang yang melakukan upacara sembahyang leluhur
adalah orang-orang yang masih terikat dalam suatu keluarga atau marga.
Sembahyang kepada leluhur yang dilakukan keluarga, dipimpin laki-laki tertua
dalam keluarga, jika ia sudah terlalu lemah dan sudah tidak sanggup lagi
memimpin upacara maka tugas tersebut diserahkan pada anak laki-laki yang
sulung. Upacara ini ditujukan terbatas pada leluhur yang terdekat saja dan pelaku
upacara juga terbatas pada anggota keluarga yaitu isteri, anak serta cucu- cucu.25
Sembahyang untuk leluhur juga mempunyai makna untuk mewujudkan
cita-cita leluhur menjadi roh suci (Shen Ming), kelanjutan laku bakti anak kepada
orang tua, kemudian sebagai alat pendorong bagi diri-sendiri untuk berlaku bakti,
dan merupakan sujud bakti kepada Tuhan.26
Sembahyang untuk leluhur, dilaksanakan pada:
1. Hari wafat leluhur atau orangtua (Co Ki),
2. Sembahyang pada tutup tahun lama: dilaksanakan pada siang
hari (saat Bi Si) antara jam 13.00 -15.00.
3. Sembahyang Ching Bing (Sadranan/ziarah) dilaksanakan
sebelum atau sesudah 5 April yaitu ditug 104 hari setelah hari
24 Najibah, Makna Sembahyang Kepada Leluhur dalam Konsep Agama Khonghucu,
Skripsi (Jakarta, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2002), h. 9. 25 Najibah, Makna Sembahyang Kepada Leluhur, h. 29. 26 http://www.kompasiana.com/www.com/www.maxandrew.com/sembahyang-sebagai-
tradisi-meghormati-leluhur. Diambil pada tanggal 25 maret 2019.
23
raya Tangcik (22 Desember atau saat matahari terletak diatas
garis balik 231/2 Lintang Selatan. Ching Bing artinya: Terang
dan Cerah Gilang Gemilang. Hari Ching Bing: ialah hari suci
untuk berziarah atau menyadran ke makam leluhur, maka
disebut sebagai hari sadranan.
4. Tiong-gwan atau Tiong Yang: dilaksanakan pada tanggal 15
bulan 7 Imlek.
5. Kig Hoo Ping (Sembahyang bagi Arwah umum atau sahabat).27
Untuk sembahyang kepada leluhur itu dilaksanakan di rumah masing-
masing, yakni pada altar keluarga atau di Bio leluhur, kemudian teh dan arak
ataupin manisan masing-masing disediakan sejumalah dua yang melambangkan
sifat Lem dan Yang, sebagaimana juga dupa yang digunakan 2 atau 4 atau 8
batang. Upacara sembahyang kepada leluhur dapat dilakukan bersama-sama atau
perseorangan.28
Tata cara pelaksanaan sembahyang kepada leluhur adalah sebagai berikut:
1. Lebih dahulu, bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa
menghadap ke luar pintu/jendela, dengan dupa tiga batang
warna merah. Sesudah dupa dinaikkan secara Ting Lee
(menaikkan tangan sampai di atas dahi) dan ditancapkan pada
tempat dupa yang disediakan, lalu bersikap Pau Siem Pat Tik
dan menaikkan do’a sebagai berikut: “Ke hadirat Thian Yang
Maha Besar, di tempat yang maha Tinggi, dengan bimbingan
27 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upcara Agama Khonghucu, h. 91-92. 28 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghuchu, h. 90.
24
Nabi Khonghuchu, dipermuliakanlah. Diperkenan kiranya kami
melakukan sujud sebagai pernyataan bakti kepada leluhur kami.
Kami berdo’a’a semoga Tuhan berkenan bagi para arwah
beliau itu selalu dalam cahaya kemuliaan kebajikan Thian,
sehingga damai dan tenteram yang abadi boleh selalu padanya.
Siancai (Amin).
2. Selesai bersembahyang kepada Thian kemudian menuju ke
Althar leluhur. Dupa 2 atau 4 batang dan dinaikkan 2 kali. Lalu
ditancapkan. Kemudian dengan bersikap Pau Siem Pat Tik
(telapak tangan terbuka diletkka di depan hulu hati, ditutup
telpak tangan kiri, kedua ujung jari dipertemukan) memanjatkan
do’a:” kehadapan leluhur (atau nama/panggilan kepada beliau
yang dihormati), terimalah hormat dan bakti kami. Segenap
kasih dan teladan mulia yang telah kami terima, akan tetap
kami junjung dan lanjutkan serta kembangkan, sebagaimana
Nabi Khongchu telah menyadarkan dan membimbing diri kami.
Kami akan selalu berusaha menjaga keharuman serta keluhuran
nama keluarga dan leluhur kami, tidak menodai dan
memalukan. Terima hormat dan bakti kami. Siancai (Amiin).
(Susunan do’a kepada Tuhan dan Leluhur tersebut ialah
sebagai petunjuk/contoh, tidak harus selalu itu. Dapat
disesuaikan menurut keperluan).29
29 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghuchu, h. 90-92.
25
F. Sembahyang Kebaktian Masyarakat
Sembahyang kebaktian masyarakat atau Arwah umum ini biasanya
dilakukan bersama-sama di Lithang maupun Klenteng untuk mendo’akan arwah
umum yang tidak diurus oleh keluarganya lagi.30 Arwah umum adalah: Orang-
orang yang kita ketahui maupun tidak kita ketahui baik itu dari kalangan umat
Khonghuchu sendiri maupun dari luar umat Khonghuchu. Jadi arwah umum itu,
umat Khonghucu dimana keluarganya tidak lagi menghormati atau sembahyangi
lagi karena, bisa jadi keturunannya sudah pada pindah ke Agama lain atau bisa
juga sudah pada meninggal, sehingga tidak ada keturunannya lagi yang merawat
makamnya. Maka, kewajiban umat Khonghuchu melakukan sembahyang untuk
arwah umum dan mendo’akan mereka.31 Lalu yang kita do’akan di luar umat
Khonghuchu adalah para Pahlawan bangsa, tokoh agama, tokoh bangsa tanpa
harus memandang agamanya. Ini yang sudah kita terapkan seperti saat menjelang
kemerdekaan bangsa Indonesia yang banyak pahlawan bangsa yang sudah
meninggal. Biasanya kita lakukan sembahyang arwah umum untuk pahlawan
bangsa. Atau dalam Khonghuchu ada tokoh yang berjasa kepada agama
Khonghuchu di Indonesia, yaitu: Gus Dur maka, umat Khonghuchu membantu
do’a.32 Sembahyang ini dilakukan pada:
1. Sembahyang arwah umum/King Ho Ping tanggal 29 -7 Imlek.
30 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31Maret
2019. 31 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok 31 Maret 2019. 32 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
26
2. Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24-12 Imlek
yaitu kewajiban berdana kepada fakir-miskin menjelang tahun baru
Imlek.33
Selain itu, ada juga upacara persembahyangan bagi umat, yaitu: upacara
kelahiran, upacara menjelang dewasa, pertunangan, pernikahan, kematian atau
perkabungan (Masuk kedalam peti jenazah, malam menjelang pemakaman,
pemberangkatan jenazah, penyempurnaan jenazah di makam atau perabuan,
sembahyang tiga hari, tujuh hari, satu tahun, dan terakhir sembahyang 3 tahun).34
33 Khariah, Agama Khonghucu (Riau: CV. Asa Riau, 2002), h. 117. 34 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 55-56.
27
BAB III
GAMBARAN UMUM LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
A. Letak Geografis Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Lokasi Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe atau dulunya dikenal dengan
MAKIN Ciputat terletak di Jalan Kemiri nomer 57, RT 05/RW 05, Kelurahan
Pondok Cabe Udik, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten. Dari Kantor Walikota Tangerang Selatan berjarak 9,2 KM, dari
Keacamatan Pamulang berjarak 3,8 KM, dan dari Kantor Kelurahan Pondok Cabe
Udik berjarak 1,9 KM. kemudian, Jumlah penduduk di Kelurahan Pondok Cabe
Udik berjumlah 20.729 Jiwa yang terdiri dari Laki-laki: 10.707 Jiwa dan
Perempuan 10.022 Jiwa.1
Masyarakat di Kelurahan Pondok Cabe Udik kehidupannya berjalan
dengan baik, meskipun dalam satu kelurahan terdapat berbagai macam agama
yang berbeda-beda, ada Kristen, Islam, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu.
Namun hubungan antar umat beragama di kelurahan Pondok Cabe Udik telah
menciptakan sebuah harmonisasi yang kuat. Itu dibuktikan dengan kelurahan
Pondok Cabe Udik mendapatkan penghargaan dari Kanwil Kemenag Banten
sebagai kampung kerukunan terbaik se Provinsi Banten pada tahun 2019.2 Itu
menandakan bahawasanya interaksi antar warga di kelurahan Pondok Cabe Udik
sangat baik dan rukun walaupun berbeda agama.
1 http//kecpamulang.tangerangselatankota.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2019 pada
pukul 13.05 wib. 2 https://banten.kemenag.go.id. Diakses pada tanggal 11 Desember 2019 pada pukul 10.06
Wib.
28
Jumlah Penganut Agama di Kelurahan Pondok Cabe Udik
NO AGAMA JUMLAH
1. ISLAM 18.323
2. KRISTEN 1.402
3. KATHOLIK 467
4. HINDU 69
5. BUDHA 246
6. KHONGHUCU 6
7. ALIRAN KEPERCAYAAN 0
*Data dari Portal Kecamatan Pamulang.3
B. Pendirian Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
1. Pengertian Lithang
Tempat ibadah agama Khonghucu itu ada yang disebut Lithang maupun
Klenteng, itu sama-sama sebagai tempat Ibadah. Perbedaannya hanya kalau di
lithang itu hanya ada satu patung nabi Khong Chu, sedangkan kalau di Klenteng
selain ada nabi Khong Chu (bisa disebut juga nabi Khonghucu) juga ada patung
leluhur zaman dahulu. Selain itu juga, Lithang lebih kecil daripada Klenteng,
setiap Klenteng sudah pasti ada Lithang dan setiap Lithang belum tentu ada
Klenteng.4 Itulah sebabnya di Pondok Cabe Udik ada tempat ibadah agama
3 http//kecpamulang.tangerangselatankota.go.id. Diakses pada tanggal 04 April 2019 pada
pukul 13.05 WIB. 4 Wawancara pribadi dengan Bapak Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 31 Maret 2019.
29
Khonghucu yang di sebut Lithang Bukan Klenteng, karena hanya ada satu patung
yaitu nabi Khong Chu.
Sedangkan menurut Prof. M. Ikhsan Tanggok, Lithang adalah tempat
Ibadah umat Khonghucu. Dulu tempat ibadah orang Cina adalah klenteng,
namun pada zaman Orde baru klenteng banyak diubah fungsinya menjadi wihara,
tempat ibadah umat Buddha. Dibeberapa daerah, seperti Pontianak, Kalimantan
Barat, ada juga umat Khonghucu yang menggunakan Klenteng untuk tempat
Ibadah.5 Lithang dan Klenteng mempunyai perbedaan. Lithang tidak ubahnya
seperti gereja bagi umat Kristen, yang didalamnya terdapat mimbar atau podium
tempat imam memberikan Khotbahnya, sederet Kursi yang diatur dengan rapi,
meja sembahyang dengan perlengkapannya, patung atau gambar Khonghucu, dan
alat music (misalnya gitar dan piano) yang digunakan untuk mengiringi
nyanyian-nyanyian yang berisi do’a. Sedangkan Klenteng, lebih bercorak budaya
Cina yang didalamnya terdapat altar, gambar dewa- dewa dari kalangan agama
Budha, Tao, gambar Khonghucu, Ciam Si (bilah bamboo yang bertuliskan aksara
Cina), Po Pai (sebuah alat yang terbuat dari kayu dan menyerupai pinang dibelah
dua), patung -patung dewa, dan lain sebagainya.6
2. Sejarah dan Perkembangan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Sejarah Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe atau dulu yang dikenal
dengan MAKIN Ciputat didirikan pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 1974
oleh Alm. Bapak Law A set, Alm. Bapak Budiman, Alm. Bapak Kwee Nyan
Wie, Bapak Kwee Nyan Wah dan Alm. Bapak Ong Tjeng Yam di Pendopo
5 Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 173. 6 Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia, h. 174.
30
rumah Bapak Law A set.7 Tahun 1974 itu hanya seperti deklarasi pendirian
belum mempunyai bangunan tempat Ibadahnya.
Orang yang memegang peranan penting dalam pembinaan umat
Khonghucu di Pondok Cabe saat itu adalah Alm. Bapak Ong Tjeng Yam. Beliau
adalah salah seorang umat dari Makin Cibinong, Bogor yang kebetulan bekerja
di perkebunan cengkeh di Pondok Cabe. Beliau juga yang mengarahkan dan
mendidik umat Khonghucu di Pondok Cabe untuk mengikuti kebaktian, saat itu
terdata sekitar 250 Orang umat yang mengikuti kebaktian.8
Pada tahun 1975 Bapak Law A Set mengibahkan tanahnya seluas +/- 400
m2 untuk dibangun Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe, berdasarkan
rekomendasi atau izin yang diberikan oleh Bupati Kabupaten Tangerang pada
tanggal 28 Oktober 1974. Surat izin itu ditanda tangani oleh H.E Muchdi. Namun
masa pembangunan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan bahkan
mengalami hambatan karena kekurangan dana.9
Kemudian pada tahun 1977 sampai 1987 kurang lebih 10 tahun
perkembangan agama Khonghucu mengalami pasang surut yang disebabkan oleh
tidak adanya pembinaan (Bapak Ong Tjeng Yam Yang telah dipindah tugasakan
ke daerah lain) dan belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang membuat
MAKIN Pondok Cabe hanya bisa mengandalkan rohaniawan dari daerah lain.
Namun demekian, perkembangan kebaktian pemuda, pelayanan umat dan
pemberian nilai agama di sekolah-sekolah yang diasuh oleh Dq. Kwee Kian
7 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan,
(Tangerang Selatan: MAKIN Pondok Cabe, 2017), h.1. 8 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h.1. 9 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h.1.
31
Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang sekarang menjadi Ws. Ht Saputra tetap
berjalan walaupun kebaktian umum sudah tidak ada.10
Tahun 1987 kebangkitan MAKIN pondok Cabe dengan dipelopori oleh
angkatan mudanya seperti, Ws. Ht Saputra, Dq. Edward Selamet, Dq. Lam Kim
It, Dq Kwee Bok Seng, Dq dadang dan lain-lain berhasil mengadakan pertemuan
dengan tokoh Khonghucu dan mengundang pelopor pendiri MAKIN Pondok
Cabe. Pada pertemuan tersebut terpilihlah Bapak Kwee Kim Sam (Encam) yang
saat itu menjabat sebagai ketua RW 05, Desa Pondok Cabe sebagai Ketua
MAKIN.11
Dengan kepemimpinan baru ini maka perkembangan agama khonghucu di
MAKIN Pondok Cabe terus meningkat pesat bahkan setiap kali kebaktian malam
Chee It dan malam Cap Go sampai tidak tertampung dan tahun 1990 sudah ada 2
orang rohaniawan yaitu: Js.Ht, Saputra, SH dan Js. Aang Budiman yang
kemudian pada 22 Desember 2007 menjadi Wense (guru agama). Berkat
dukungan dari pemerintah setempat dan seluruh umat Khonghucu di MAKIN
Pondok Cabe dan sekitarnya maka dibangunlah Lithang Bakti yang abru dan
peletakan batu pertamanya oleh Bapak Obun Burhanudin tanggal 18 Juni selaku
camat Kecamtan Ciputat.12
Hingga saat ini diusianya yang ke- 45 tahun, walaupun terus berganti
kepemimpinan disetiap periodenya, MAKIN Pondok Cabe tetap eksis di dalam
misinya mengembangkan agama Khonghucu dan memberikan pelayanan dan
pembinaan umat di MAKIN Pondok Cabe Pamulang dan sekitarnya yang mana
10 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 2. 11 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 2. 12 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 2.
32
para umat berdomisili di daerah Pamulang, Bojongsari, Sawangan, Sasak Tinggi,
Ciputat, Serpong BSD, hingg saat ini telah terdaftar sekitar 500 umat yang
berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe. 13
C. Tujuan dan Visi – Misi didirikannya Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Tujuan dibangunnya Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe adalah untuk
memberikan pendidikan rohani pada umat Khonghucu karena sebelumnya umat
Khonghucu yang ada di Pondok Cabe hanya menjalankan tradisi upacara
sembahyang saja. tetapi tentang keimanan, jalan suci Tuhan, dan pembinaan
rohani sendiri tidak ada. Sehingga ini dipandang perlu bagi umat Khonghucu
untuk mengerti makna persembahyangan dan keimanan untuk bertakwa terhadap
tuhan yang Maha Esa.14
Selain mempunyai tujuan yang telah dijabarkan diatas, Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe juga mempunyai visi dan misi yang akan menjadi
landasan dasar bagi pengurus Lithang untuk menjalankan segala kegiatan
keagamaan. Adapun visinya adalah terwujudnya umat manusia yang dapat
menegakkan Firman Thian, Tuhan dan menggemilangkan kebajikan yang
bercahaya yaitu berpericintakasih, selalu teguh dalam menjunjung tinggi
keadilan, mempunyai keberanian yang dilandasi kebenaran dan harmoni,
mempunyai kepekaan dan kepedulian social yang tinggi, hidup penuh dengan
kesusilaan, menjunjung tinggi moral dan etika, bijaksana dan selalu dapat
dipercaya dalam kehidupan dan hidup sehari- hari.15
13 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 3. 14 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 1. 15 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 6.
33
Kemudian Misinya adalah untuk membimbing, membina, dan
memberikan penyuluhan kepada umat Khonghucu di MAKIN Pondok Cabe agar
selalu dapat hidup dalam jalan suci, Satya kepada Tuhan, kasih tepasalira kepada
sesama manusia. Membina umat Khonghucu mengamalkan Si Shu (kitab yang
empat) dan Wu Jing (kitab yang lima) agar senantiasa dapat menjadi insan
pembaharu yang selalu tanggap, dan senantiasa ikut serta aktif dalam
memberikan kontribusi nyata dan positif pada setiap dinamika kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta dapat membimbing dan membina
umat Khonghucu MAKIN Pondok Cabe agar selalu menghormati orang tua,
bersikap dapat dipercaya kepada kawan dan sahabat, mencintai dan membimbing
generasi muda, dengan senantiasa menjadi warga negara dan masyarakat yang
baik dan berwawasan kebangsaan.16
D. Sistem Keorganisasian
Menurut James Money, setiap bentuk perserikatan manusia dalam
mencapai suatu tujuan bersama disebut dengan istilah organisasi17. Linthang
Bakti MAKIN Pondok Cabe juga mempunyai tujuan bersama yang hendak
dicapainya maka, perlu adanya koordinasi yang baik dan terkontrol dengan
dibentuknya suatu kepengurusan yang bertanggung jawab.
Kepengurusan Lithang, Kelenteng di seluruh Indonesia dan MATAKIN
(Majelis Tinggi Agama Khonghucu) dipilih setiap 4 (Empat) tahun sekali,
biasanya pemilihannya dibulan Oktober. Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
pada bulan Oktober tahun 2018 telah melakukan pergantian kepengurusan.
16 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 6. 17 Sediyono, Pengantar Ilmu Administrasi, (Yogyakarta: Balai Pembinaan Administrasi
Universitas Gajah Mada, 1972), h. 13.
34
Untuk Ketua Lithang yang baru adalah Bapak Suherman yang menggantikan
Bapak Ade Cahyadi. Pergantian kepengurusan juga, dilakukan oleh Lithang dan
Klenteng seluruh Indonesia.18 Adapun kepengurusan Lithang Bakti MAKIN
maupun PAKIN di Pondok Cabe adalah sebagai berikut:
SUSUNAN BADAN PENGURUS MAKIN PONDOK CABE
PERIODE 2018-2022
Ketua : Suherman (Oey Ok Bie)
Wakil Ketua : 1. Rohin Mashuri Tan
2. Heriyanto (Erick)
Bendahara : 1. Titin (Gouw Tjun Lan)
2. Nanih
Sekretaris : Yanti Muljadi
Koordinator Perkin : 1. Linda Setiawan
2. Iin
Humas : 1. Lauw Tjun Bih
2. Desi Suprihatin
3. Teddy Kurniawan
4 Tedo
5. Lan Ing
Seksi Konsumsi : 1. Novita Sandra
2. Ety Maryati
3. Lauw Omoy
Seksi Sosial : 1. Bantong Sutrisno
2. Theno Wiraharta Dinata
3. Souw Sun Yong
4. Han Yun Bak
Seksi Umum : 1. Ferry
2. Teddy Kurniawan
18 Wawancara Pribadi dengan Suherman (Ketua Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe),
Pondok Cabe, 04 April 2019.
35
3. Ang Men Nio
4. The Yun Cong
Seksi Kesenian : Dedy Selamat.19
SUSUNAN BADAN PENGURUS PAKIN PONDOK CABE
PERIODE 2018 – 2022
Ketua : William Tibie
Wakil Ketua : Debyanca Saputra
Bendahara : 1. Frudence Kindness Dy lana
Sekretaris : 1. Putri Aprilia
Seksi Acara : 1. Vicky Eka Juliana
2. Yolanda
3. Nicko
Seksi Kesenian : 1. Juan
2. Caroline Felycia
Seksi Pubdok : Sendy Jansen
Seksi Humas : 1. Hendrik Songka
2. Ivan Ryandi
3. Virent Vigo Dylana
Seksi Umum : 1. Ine
2. Nana Suryana
Seksi IT : Thendy Suteja
Seksi Sekolah Minggu : 1. Frudence Kindness Dylana
2. Felicia Gunawan
3. Anggelina Seliana. 20
19 Data pengurus Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua Lithang yaitu: Bapak
Suherman. Pada tanggal 04 April 2019 di Pondok Cabe. 20 Data Pengurus PAKIN Lithang MAKIN Pondok Cabe didapat dari Ketua PAKIN
Yaitu: William Tibie, pada tanggal 31 Maret 2019 di Pondok Cabe.
36
E. Aktifitas Kegiatan di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Aktivitas kegiatan Kebaktian yang dilakukan di Lithang Bakti MAKIN
Pondok Cabe adalah sebagai berikut:
1. Kebaktian malam Chee It dan Cap Go untuk Umum.
2. Kebaktian malam Jum’at untuk Orang tua.
3. Sekolah Minggu untuk anak-anak dari Pukul: 09.00-10.00 Pagi.
4. Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN) dari
pukul: 11.00-12.30 siang.
5. Kebaktian sujud syukur bagi umat yang berulang tahun dari pukul:
19.30-21.00 malam setiap akhir bulan.21
Kemudian, untuk aktifitas kegiatan dalam pelayanan umat yang dilakukan
oleh pengurus Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe meliputi:
1. Pelayan dan penyuluhan kepada umat mengenai persoalan kehidupan.
2. Pemberian nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman kanak-
kanak sampai perguruan tinggi.
3. Pelayanan do’a, membesuk dan mendo’akan umat yang sakit.
4. Pelayanan upacara pernikahan.
5. Pelayanan upacara kematian (Jiep Bok, Moi Song, Pemberangkatan,
pemakaman, 3 hari, 7 hari, 49/50 hari, 100 hari, 1 tahun, 3 tahun).
21 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 6.
37
6. Setiap bulan Chit Gwee (bulan 7 penanggalan Kongzili) mengadakan
bakti sosial.
7. Sembahyang hari persaudaraan (bulan 12 Kongzili) 1
minggimenjelang hari raya Imlek.22
22 Ws. Ht. Saputra, Sejarah MAKIN Pondok Cabe, h. 6.
38
BAB IV
MAKNA PENGGUNAAN DUPA DALAM PERSEMBAHYANGAN
AGAMA KHONGHUCU DI LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
A. Pengertian Dupa
Dalam setiap agama memiliki ritual atau upacara keagamaan masing-
masing. Dalam ritual atau upacara keagaamaan tersebut terdapat simbol-simbol
yang digunakan didalamnya. Simbol-simbol dalam ritual atau upacara keagamaan
tersebut menjadi pemersatu umat dalam kesadaran beragama. Dengan adanya
simbol keagaaman mereka dapat mengungkapkan sesuatu yang sulit untuk
diungkapkan, meskipun kesadaran beragama tidak dapat diungkapkan dengan
kata-kata.1
Banyak benda-benda, tindakan penganut suatu agama yang mengandung
simbol serta makna yang ada dalam simbol tersebut.2 Maka dalam hal ini simbol
mengandung arti dan makna luas yang dipakai untuk apa saja yang memiliki arti
lain bagi orang lain. Karena itu simbol dan maknanya kultural sekali.3 Menurut
Geertz, simbol adalah segala sesuatu yang memberi seseorang ide-ide. Misalnya,
sebuah objek, sebuah peristiwa, atau perbuatan tanpa kata-kata seperti
menciptakan perasaan tenang dan kekhusukan.4
1 Elizabeth Nottingham, Agama dan Masyarakat (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996),
h. 4. 2 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama (Bandung: Alfabeta, 2001), h. 63. 3 Agus Bustanuddin, Agama dalam Kehidupam Manusia Pengantar Antropologi Agama
(Jakarata: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 145. 4 Daniel L. Pals, Dekontruksi Kebenaran (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 339.
39
Dupa atau hio selain mempunyai arti harum juga bisa diartikan sebagai
bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum.5
Selain itu, dupa bisa untuk menentramkan pikiran atau memudahkan konsentrasi
(kekhusukan). 6 Oleh sebab itu, dupa merupakan simbol sarana atau perantara
sembahyang kepada Tuhan (Thian) yang digunakan oleh orang-orang beragama
Khonghucu. Selain agama Khonghucu, dupa digunakan juga oleh umat beragama
Hindu maupun Budha.
Dalam agama Hindu, Dupa adalah wangi-wangian yang dipakai dalam
upacara. Sarana ini selain dipakai oleh pendeta (Pemempin agama), umat yang
akan mengikuti persembahyangan pun harus menyiapkan dupa. Perlu diketahui
juga bahwasanya, dupa berasal dari “Wisma” yaitu alam semesta yang asapnya
bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Ini adalah lambang
penuntun umat yang melakukan sembahyang agar menghidupkan api dalam
dirinya dan menggerakkannya menuju persatuan dengan Hyang Widhi (sebutan
Tuhan dalam agama Hindu), ibarat asap dupa naik ke angkasa bersatu dengan
angkasa.7 Selain dupa, simbol sarana lain yang harus ada adalah: canang, bunga,
kwangen, daksina, dan sodaan.8 Sarana itu harus lengkap dan ada semua ketika
melakukan sembahyang kepada Tuhan dalam agama Hindu.
Untuk agama Budha, Dupa atau Hio merupakan simbol keharuman nama
baik seseorang. Bau wangi dupa yang dibawa angin akan tercium ditempat yang
5 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghuchu, h.30. 6 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 131. 7 Ketut Wiana, Sembahyang menurut Hindu (Denpasar: Yayasan Darma Naradha, 1992),
h. 82-83. 8 Ketut Wiana, Sembahyang menurut Hindu h. 12.
40
jauh, namun tidak dapat tercium di tempat yang berlawanan dengan arah angin.
Begitu juga dengan perbuatan manusia yang baik akan diketahui oleh banyak
orang, tetapi perbuatan tidak baik dimanapun berada juga akan diketahui oleh
orang lain. 9 Hanya umat Budha Mahayana yang menggunakan dupa dalam
persembahyangan agama Budha.10
Kemudian dalam agama Khonghucu, dupa atau hio selain untuk wangi-
wangian, dupa juga digunakan untuk mengusir roh yang tidak baik, meditasi, dan
penenang dalam kehidupan sehari-hari. Dupa atau hio juga sebagai alat
komunikasi pemeluk agama Khonghucu kepada Thian (Nama Tuhan dalam
agama Khonghucu) serta kepada leluhurnya. Karena dari bau semerbak dupa
itulah menyampaikan do’a-do’a umat Khonghucu kepada Tuhan. Selain
digunakan untuk sembahyang, dupa pada zaman dahulu juga digunakan sebagai
alat pengukur waktu. Contohnya: ketika zaman dahulu orang memasak nasi
mungkin membutuhkan waktu satu jam maka, dipasanglah dupa yang bisa hidup
satu jam. Ketika dupa itu sudah habis berarti nasi itu sudah matang.11
Sedangkan menurut Wichandra (Rohaniawan agama Khonghucu),
mempunyai makna harum atau wangi karena terbuat dari kayu cendana atau
baharu.12 Wanginya bisa menenangkan perasaan, tentram, damai supaya bisa lebih
9 https://dhammamanggala.com. Diakses pada tanggal 17 Februari 2020 pukul 19:30 Wib. 10 Majelis Budha Mahayana Indonesia, Budha Dharma Mahayana (Jakarta: Majelis
Budha Mahayana Indonesia, 1995), h. 894. 11 Wawacara pribadi dengan Ws. Saputra (Dewan Rohaniawan di Lithang Bakti MAKIN
Pondok Cabe) Pondok Cabe, 13 Mei 2018. 12 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
41
khusuk agar ibadah kita lancar dan baik.13 Dupa itu memang sudah ada sebelum
kelahiran nabi Khonghucu. Dupa itu sebagai alat sarana atau simbol sembahyang
umat Khonghucu kepada Tuhan (Thian). Selain itu, dupa juga digunakan untuk
sembahyang kepada Nabi Khonghucu, She Ming (Roh Suci), leluhur, arwah
umum dan upacara lainnya dalam agama Khonghucu. Perlu diketahui juga, ketika
ingin melakukan sembahyang dan tidak ada dupa seperti: saat dalam bepergian
jauh, tidak memakai dupa tidak apa-apa cukup berdo’a saja. Karena, dupa dalam
agama Khonghucu hanya sarana atau simbol supaya dalam bersembahyang bisa
lebih khusuk dan tenang. Begitupun dengan sesaji (sesembahan), dalam agama
Khonghucu ketika melakukan sembahyang tidak harus ada sesaji. Tetapi, kalau
ingin memakai sesaji juga diperbolehkan. Tidak ada yang berat maupun dipersulit
dalam persembahyangan agama Khonghucu.14
Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwasanya dupa atau hio merupakan
simbol sarana atau perantara sembahyang kepada Tuhan yang digunakan tidak
hanya oleh umat beragama Khonghucu, tetapi juga digunakan oleh umat
beragama Hindu maupun Budha (umat Budha Mahayana). Dari ketiga agama
tersebut, dupa ketika dinyalakan mempunyai makna yang sama yaitu
mengeluarkan asap berbau wangi atau harum yang bisa menghantarkan do’a-do’a
kepada Tuhannya masing-masing. Perbedaannya, hanya cara penggunaan dupa
atau hio disetiap agama Khonghucu, Hindu maupun Budha (umat Budha
Mahayana) berbeda-beda sesuai ajaran dan keyakinannya masing- masing.
13 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 14 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
42
B. Jenis-jenis Dupa dan Fungsinya
Umat beragama Khonghucu harus mengetahui berbagai macam jenis dupa
dan fungsinya masing-masing supaya, ketika melakukan sembahyang kepada
Tuhan tidak salah dalam menggunakan dupa. Ada 6 (enam) jenis dupa dan
fungsinya masing-masing yaitu:
1. Dupa berganggang hijau
Dupa berganggang hijau dalam agama Khonghucu mempunyai
makna rasa duka yang mendalam. 15 Fungsinya untuk
digunakan dalam suasana duka atau untuk sembahyang di
depan jenazah keluarga sendiri. Ketika yang meninggal itu
belum sampai 3 (tiga) tahun maka, pihak keluarga tetap harus
memakai dupa yang berganggang hijau. Dalam agama
Khonghucu ada memperingati atau mendo’akan orang yang
sudah meninggal dunia yaitu: 3 (tiga) hari, 7 (tujuh) hari, 49
(empat puluh Sembilan) hari, 100 (seratus) hari, satu tahun dan
terakhir 3 (tiga) tahun itu masih harus memakai dupa yang
berganggang hijau. Tetapi untuk yang 49 (empat puluh
Sembilan) hari dan 100 (seratus) hari jarang yang memakainya,
hanya orang-orang yang ingin saja.16Alasannya untuk yang 49
(empat puluh Sembilan) dan 100 (seratus) hari tidak wajib
15 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 16 Wawancara pribadi dengan Suherman, Pondok Cabe, 04 April 2019.
43
dilaksankan hanya untuk berjaga-jaga saja. Maksudnya, takut
tidak ada di rumah ketika melaksanakan sembahyang yang 1
(satu) ataupun 3 (tiga) tahun. Bisa juga takut meninggal
terlebih dahulu. Maka, yang sembahyang 49 dan 100 hari boleh
sebagai penggantinya untuk sembahyang satu dan tiga tahun.
Setelah melewati 3 (tiga) tahun pihak keluarga bisa kembali
lagi menggunakan dupa yang berganggang merah untuk
bersembahyang kepada leluhurnya yang sudah meninggal
dunia, karena masa berkabung sudah selesai yaitu: hanya 3
(tiga) tahun saja. 17 Kalau belum melewati tiga tahun dari
meninggalnya, tetep memakai dupa berganggang hijau.18
2. Dupa yang berganggang merah
Dupa yang berganggang merah ini mempunyai makna
kebahagiaan.19 Fungsinya untuk upacara sembahyang apa saja
dalam agama Khonghucu. Seperti: sembahyang kepada Tuhan,
Nabi Khonghucu, She Ming (para suci), maupun kepada leluhur
(yang sudah melewati masa berkabung).20 Dupa berganggang
merah ini ada dua macam yaitu: dupa berganggang merah besar
dan kecil.21
17 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 18 Wawancara Pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 19 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 20 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 21 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019.
44
3. Dupa yang tidak berganggang
Dupa yang tidak berganggang ini berbentuk kecil dan
berkerucut. Bentuknya seperti piramida yang berwarna
coklat. 22 Dupa Ini mempunyai makna sugesti terhadap diri
sendiri dan menguatkan jiwa. 23 Sedangkan Fungsi dupa ini
untuk pelengkap persembahyangan supaya saat pemanjatan
do’a lebih khusuk. Biasanya dupa ini dinyalakan dan
diletakkan di tempat kecil berbentuk bulat pada saat kebaktian
(sembahyang bersama) di Lithang.24 Selain itu, dupa ini juga
berfungsi untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta,
dan mengusir hawa jahat.25
4. Dupa yang berbentuk Spiral.
Dupa ini merupakan dupa yang model lama. Di Lithang Bakti
MAKIN sudah jarang memakai. Biasanya itu berbentuk seperti
obat nyamuk yang bisa hidup berhari-hari dan digunakan pada
waktu Imlek.26 Untuk dupa ini mempunyai makna penyebaran
pengaharum saja, tidak ada makna khusus. 27 Sedangkan
Fungsinya hanya untuk wangi-wangian saja, Tidak digunakan
untuk persembahyangan.28
22 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 23 Wawancara Pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 24 Wawancara pribadi dengan William Tibe, Pondok Cabe, 31 Maret 2019. 25 MATAKIN, Tata Agama dan Laksana Upacara Agama Khonghucu, h. 30. 26 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 27 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok 31 Maret 2019. 28 Wawancara pribadi dengan William Tibe, Pondok Cabe, 31 Maret 2019.
45
5. Dupa yang berganggang besar
Dupa ini mempunyai makna mengungkapkan ucapan dan
perbuatan kita yang akan kita jalankan sebagai prasetya atau
janji kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, bener-bener
mempunyai tekad.29 Sedangkan fungsinya untuk upacara hari-
hari besar umat beragama Khonghucu. Atau bisa juga
digunakan untuk sembahyang bersama (Kebaktian) di Lithang
maupun Klenteng.30
6. Dupa yang tanpa ganggang panjang lurus yang dinyalakan
kedua ujungnya, itu yang sering pakai biasanya Budha Jepang.
Jadi dibakar dan diletakkan di peti mati sampai habis tetapi,
umat Khonghucu di Pondok Cabe tidak memakai.31Dupa ini,
mempunyai makna yang sama dengan dupa yang berbentuk
piramida atau kerucut yaitu sugesti kepada diri sendiri serta
menguatkan jiwa.32Sedangkan fungsinya untuk bersembahyang
kepada Tuhan, tetapi tidak begitu sering untuk digunakan.
Biasanya dupa ini diletakkan di Swan Lo (tempat kecil
berbentuk bulat).33
29 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 30 Wawancara Pribadi dengan Suherman, Pondok Cabe, 04 April 2019. 31 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 32 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 33 Wawancara pribadi dengan William Tibe, Pondok Cabe, 31 Maret 2019.
46
Selain dari ke-enam jenis dupa diatas, ada juga dupa yang berwarna hitam,
putih maupun kuning. Menurut Bapak Wicandra, itu semua sama saja, yang
penting dilihat ganggangnya apa itu merah atau hijau. Itu yang membedakannya.
Berganggang itu maksudnya yang buat pegangan untuk dupanya, itu bisa hijau
maupun merah. 34 Kemudian, wangi dupa juga mempunyai berbagai jenis
meliputi: melati, cendana, baharu, aroma terapi dan yang paling berat juga ada
yaitu: wangi kemenyan. 35 Dari berbagai jenis wangi dupa tersebut, menurut
Bapak Wicandra mempunyai makna yang sama yaitu: supaya bisa konsentrasi
atau fokus dalam melakukan sembahyang dengan berbagai wangi dupa tersebut.36
C. Tata cara penggunaan Dupa dalam persembahyangan Agama Khonghucu
Sebelum dupa itu digunakan, harus dinyalakan terlebih dahulu. Cara
menyalakan dupa tidak boleh langsung menggunakan korek api tetapi,
menyalakan terlebih dahulu sebuah lilin. Ketika lilin itu sudah menyala maka, lilin
tersebut diletakkan didekat Hio-lo (tempat dupa) kemudian, dupa yang ingin
digunakan untuk bersembahyang tinggal dihidupkan dengan lilin yang sudah
menyala tadi. Boleh menyalakan langsung dupa dengan korek api ketika, umat
Khonghucu tidak mempunyai meja Altar atau meja sembahyang di rumahnya.37
Ketika dupa sudah menyala maka, akan mengeluarkan asap yang mempunyai
makna menghantarkan do’a-do’a umat Khonghucu yang dibawa asap dupa kepada
34 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 35 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 36 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Wawancara tambahan yang dilakukan via telpon
pada 11 Mei 2020). 37 Wawancara pribadi dengan Suherman, Pondok Cabe, 04 April 2019.
47
Tuhan (Thian).38 Setelah itu, dupa dipegang dengan cara Pai yaitu; tangan kanan
yang dilipat atau menggenggam kemudian, ditutup dengan kanan kiri. Ditutup lagi
dengan jempol kanan dan kiri, posisi jempol kanan dibawah jempol kiri.39
Untuk penggunaan dupa ada berbagai tata cara dan maknanya masing-
masing. Pertama, 2 (dua) batang dupa berganggang hijau mempunyai makna
hubungan lahir-batin, antara anak dan orang tua maupun leluhur. 40 Digunakan
untuk menghormati jenazah keluarga sendiri atau kehadapan altarnya yang masih
belum melampaui masa berkabung, 41 Yaitu: belum 3 (tiga) tahun dari masa
meninggalnya. Kedua, 1 (satu) batang dupa berganggang merah, mempunyai
makna memusatkan pikiran. Seperti sa’at ketika ingin belajar, ambil satu batang
dupa untuk sembahyang memusatkan pikiran. Ketiga, 2 (dua), 4 (empat), 8
(delapan) dupa berganggang merah, mengandung makna untuk sembahyang
kepada leluhur yang sudah meninggal dunia melebihi masa berkabung tiga tahun
dari meninggalnya. Selain itu, mempunyai makna Yin dan Yang yaitu: Yin itu
negatif dan Yang itu positif. Itu bersumber dariTuhan bahwa dunia ini kosong dan
Tuhan sebagai pencipta awal kemuadian ada satu titik berkembang menjadi dua
bagian bahwasanya dunia ini diciptakan oleh Tuhan itu, ada dua hal yang berbeda
tapi tidak bertentangan justru saling melengkapi. Contoh: Ada laki-laki (seperti
Yang), ada perempuan (seperti Yin), ada langit itu Yang dan bumi itu Yin, atau
38 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 39 Wawancara pribadi dengan Suherman, Pondok Cabe, 04 April 2019. 40 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 41 MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana, h. 30.
48
ada Positif (Yang) dan Negarif (Yin). Jadi, ada 2 perbedaan diciptakan sengaja
oleh Tuhan itu adalah untuk saling melengkapi tidak untuk saling bertentangan.42
Keempat, 3 (tiga) dan 9 (Sembilan) batang dupa bergaanggang merah,
untuk 3 (tiga) batang dupa beragnggang merah mempunyai makna Tuhan, Nabi
Khonghuchu, dan Roh Suci (She Ming). Sedangkan yang 9 (Sembilan) dupa
berganggang merah maknanya sama dengan yang 3 (tiga) batang dupa yang
berganggang merah. 3 (tiga) dan 9 (Sembilan) batang dupa berganggang merah
tersebut digunakan untuk sembahyang kepada Thian (Tuhan dalam agama
Khonghucu), nabi, dan para orang suci (She Ming). 43Kelima, 5 (lima) batang
dupa berganggang merah mempunyai makna mengembangkan benih-benih
kebajikan yang ada dalam diri manusia yaitu: cinta kasih, kebenaran, kesusilaan,
kebijaksanaan, dan kepercayaan. 5 (lima) batang dupa berganggang merah ini
digunakan untuk upacara khusus arwah umum. Pengertian dari arwah umum
adalah orang-orang yang kita ketahui maupun tidak kita ketahui baik itu dari
kalangan umat Khonghuchu sendiri maupun dari luar umat Khonghuchu. Jadi
arwah umum itu, umat khonghucu dimana keluarganya tidak lagi menghormati
atau sembahyangi lagi karena, bisa jadi keturunannya sudah pada pindah ke
Agama lain atau bisa juga sudah pada meninggal, sehingga tidak ada
keturunannya lagi yang merawat makamnya. Maka, kewajiban umat khonghuchu
melakukan sembahyang untuk arwah umum dan mendo’akan mereka.44 Lalu yang
kita do’akan di luar umat Khonghuchu adalah para Pahlawan bangsa, tokoh
42 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 43 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 44 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
49
agama, tokoh bangsa tanpa harus memandang agamanya. Ini yang sudah kita
terapkan seperti saat menjelang kemerdekaan bangsa Indonesia yang banyak
pahlawan bangsa yang sudah meninggal. Biasanya kita lakukan sembahyang
arwah umum untuk pahlawan bangsa. Atau dalam Khonghuchu ada tokoh yang
berjasa kepada agama Khonghuchu di Indonesia, yaitu: Gus Dur maka, umat
Khonghuchu membantu do’a.45
Kemudian, cara menaikkan dupa ketika digunakan untuk sembahyang
seperti melakukan ding li (dibaca, ting li) yaitu tangan diangkat sampai di atas
dahi,46 yang mempunyai makna menjunjung tinggi yang disembah.47 Contohnya:
ketika melakukan sembahyang kepada Tuhan, Nabi Khonghucu atau para suci
(She Ming). Maka, perlu disiapkan 3 (tiga) atau 9 (Sembilan) batang dupa warna
merah. Selanjutnya, dupa dinaikkan atau diangkat sampai di atas dahi sebanyak 3
(tiga) kali yang mempunyai makna Tuhan, Nabi Khonghucu, dan Roh Suci (She
Ming). Angkatan pertama, kepada Tuhan (Thian), kedua, kepada Nabi
Khonghucu, ketiga kepada She Ming (para suci/Malaikat). Untuk sembahyang
kepada Tuhan menghadap ke Pintu keluar rumah atau di depan rumah karena
lebih Plong (bebas atau lega). Kemudian, untuk sembahyang kepada leluhur dupa
dinaikkan sampai di atas dahi sebanyak 2 (dua) kali yang mempunyai makna
Tuhan dan Leluhur. Angkatan pertama kepada Tuhan, dan angkatan kedua kepada
Nama leluhur. Dan untuk sembahyang kepada arwah umum, dupa dinaikkan
sebanyak 3 (tiga) kali yang mempunyai makna Tuhan (Thian), Nabi Khonghucu,
45 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 46 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 134. 47 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
50
dan Arwah umum. Atau bisa juga dinaikkan sebanyak 2 (dua) kali yang
mempunyai makna Tuhan dan para Arwah umum.48
Setelah dupa atau hio itu dinaikkan untuk sembahyang, maka dupa harus
ditancapkan ke hio-lo atau tempat menancapkan dupa. Untuk menancapkan dupa
menggunakan tangan kiri yang melambangkan sifat yang positif sedangkan tangan
kanan melambangkan sifat negatif. 49 Maka, untuk hal-hal yang bersifat rohani
seperti menancapkan dupa wajib menggunakan tangan kiri. Selain itu, ada
penjelasan lain ditinjau dari anatomi tubuh bahwa jantung (Xin) itu berada di
sebelah kiri. Menancapkan dupa adalah hal yang berhubungan dengn kesujudan
hati (Xin), maka digunakan tangan sebelah kiri. 50 Ada beberapa cara untuk
menancapkan dupa ke hio-lo setelah dupa itu selesai digunakan untuk
sembahyang. Cara menancapkannya itu berbeda-beda tergantung berapa jumlah
dupa yang digunakan untuk sembahyang.
Untuk 2 (dua) batang dupa langsung ditancapkan ke hio-lo sekaligus
setelah dinaikkan 2 (dua) kali. Hal ini juga berlaku untuk 4 (empat) atau 8
(delapan) batang dupa ketika digunakan untuk sembahyang. Ketika selesai, cara
menancapkannya seperti menggunakan 2 (dua) batang dupa. Tidak ada cara
khusus dalam penancapan dupa untuk yang bilangan genap.51 Sedangkan, untuk 3
(tiga) batang dupa, dupa yang pertama ditancapkan di tengah-tengah, yang kedua
48 Wawancara Pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 49 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 50 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghuchu, h. 137. 51 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019.
51
di sebelah kiri dan yang ketiga ditancapkan di sebelah kanan.52 Contohnya seperti
gambar dibawah ini.
3 1 2
Dupa ke 3 dupa ke 1 dupa ke 2
Ini gambar untuk hio-lo persegi panjang
Selanjutnya, untuk 5 (lima) batang dupa, cara menancapkan ke hio-lo
yaitu: dupa pertama ditancapkan di tengah, dupa ke dua ditancapkan kiri (dalam),
dupa ke tiga ditancapkan kanan (dalam), dupa ke empat ditancapkan kiri (luar),
dan terakhir dupa ke lima ditancapkan kanan (luar).53 Contoh gambarnya sebagai
berikut;
5 3 1 2 4
Dupa ke 5, dupa ke 3, dupa ke 1, dupa ke 2, dupa ke 4
Ini untuk hio-lo yang persegi panjang
Ini untuk hio-lo yang berbentuk lingkaran
52 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 53 Ws. Mulyadi, Mengenal Agama Khonghucu, h. 136.
5 4 1 2 3
52
Hio-lo atau tempat dupa baik yang berbentuk lingkaran maupun persegi
panjang cara menancapkannya sama saja. Hanya yang membedakan bentuknya
saja. Untuk yang 9 (Sembilan) batang dupa, cara menancapkannya seperti
penancapan 3 (tiga) batang dupa. Caranya dinaikkan 3 (tiga) kali dan setiap kali
ditancapkan 3 (tiga) batang dupa di tengah. Naik lagi, ditancapkan 3 (tiga) batang
dupa di sebelah kiri, dan terakhir naik lagi, kemudian ditancapkan 3 batang dupa
yang terakhir di sebelah kanan.54
D. Abu Dupa dan Maknanya
Abu dupa merupakan sisa-sisa dari dupa yang sudah habis terbakar ketika
sudah digunakan untuk sembahyang. Biasanya masih tertancap di hio-lo. Yang
tertancap hanya ganggangnya saja, dupanya sudah habis dan menjadi abu. Setiap
menjelang Imlek, umat Khonghucu selalu membersihkan hio-lo atau tempat abu
dupa supaya bersih kembali dan abu dupanya tidak menumpuk di hio-lo. Setelah
dibersihkan, abu dupa dimaksukkan kembali ke hio-lo dan diratakan sampai atas
supaya tidak menumpuk melebihi tinggi dari hio-lo itu sendiri. Sisa-sisa dari abu
dupa tadi, dimasukkan kedalam plastik dan disimpan sendiri di rumah.55 Kalau di
rumah abu dupanya semakin banyak, kerena sering menyimpannya maka,
sebagian abu dupanya boleh dikubur di tanah atau dihanyutkan ke sungai.56 Atau
bisa juga dikasihkan kepada umat Khonghucu yang lagi membuat tempat hio-lo
yang baru, mereka biasanya meminta abu dupa untuk dimasukkan ke hio-lonya
54 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019. 55 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 56 Wawancara pribadi dengan Wicandra (Rohaniawan), Depok, 31 Maret 2019.
53
yang baru tadi. Untuk setiap harinya, abu dupa yang tercecer disekitaran hio-lo
tetap dibersihkan dan dibuang di depan rumah atau di bawah pohon.57 Jadi, tidak
hanya ketika menjelang Imlek membersihkan hio-lo. Tetapi, setiap hari juga
dibersihkan. Hanya saja, ketika menjelang Imlek dibersihkan secara total dan abu
dupa yang melebihi tinggi hio-lo untuk disimpan.
Mengenai makna abu dupa itu sendiri, Menurut Bapak Hendra Suprapto,
tidak ada makna khusus tentang abu dupa. Beliau hanya mengatakan, kalau abu
dupa yang dimiliki itu banyak, berarti orang itu rajin sembahyang. Kalau abu
dupa dirumahnya sedikit, bisa dikatakan kurang rajin sembahyang.58
E. Pembuatan dan pembelian Dupa
Dupa yang digunakan untuk persembahyangan dalam agama Khonghucu,
tidak ada orang khusus dalam pembuatannya. Begitu juga, ketika membuat
dupanya tidak ada do’a-do’a khusus yang digunakan. Biasanya dalam pembuatan
dupa itu dibuat oleh pabrik ataupun usaha rumahan kecil. 59Semua orang bisa
membuat dupa tidak harus orang Khonghucu.
Pembuatan dupa terbuat dari bambu betung. Kemudian dipotong dengan
ukuran seragam ada yang 32 cm, 22 cm, dan 42 cm. setelah bambu petung
dipotong sesuai ukuran, proses selanjutnya adalah menghaluskan biting dupa.
Setelah halus, proses berikutnya mencampurkan lidi dupa ke serbuk (biasanya
57 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 58 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019. 59 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), Pondok Cabe, 31 Maret
2019.
54
serbuknya dari kayu yang berfungsi sebagai bahan pengisi/dagingan yang
menempel di biting (lidi) bambunya) yang sudah disiapkan. Terakhir, setelah
dicampur dengan serbuk maka, proses selanjutnya adalah dijemur supaya
serbuknya bisa menempel dan mengering di biting (lidi) bambunya. Proses
penjemuran butuh waktu 8 jam. Kalau musim hujan bisa 2 sampai 3 hari.60
Umat Khonghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok cabe, biasanya
membeli dupa di daerah Pasar Lama Kota Tangerang. Di sana banyak yang
menjual dupa. Menurut Bapak Wawan (salah satu penjual dupa) mengatakan,
beliau menjual dupa berbagai jenis mulai dari dupa yang berganggang hijau,
merah, kerucut, dupa yang seperti obat nyamuk dan lain sebagainya. Untuk
masalah harga dupa, untuk dupa yang berganggang kecil baik itu berganggang
hijau maupun merah dijual dari harga Rp. 10.000 itu untuk isi 50 Atau juga yang
harga Rp. 40.000 dengan isi 100 batang, dan ada harga Rp. 200.000 untuk isi 500
batang dupa. Kemudian, untuk dupa yang berganggang besar untuk isi 12 batang
harganya Rp. 32.000 dan yang isi 50 batang harganya Rp. 50.000. Selanjutnya,
untuk dupa yang berbentuk kerucut isi 150 harganya Rp. 45.000, yang isi 50
harganya Rp. 25.000. Terakhir, untuk dupa yang berbentuk Spiral atau seperti
obat nyamuk harganya Rp. 12.000 untuk isi 12 dupa. Ada juga yang isi 24 dengan
harga Rp. 24.000.61Setiap dupa harganya berbeda-beda tergantung isi dan jenis
dupanya.
60https://www.suara.com/news/2017/12/18/151455/cerita-dupa-rumahan-kelas-dunia-
dari-desa-dalisodo-malang. Diakses pada tanggal 25 November 2019. 61 Wawancara pribadi dengan Wawan (Penjual dupa di Pasar Lama Tangerang), Kota
Tangerang, 29 November 2019.
55
Untuk orang yang membeli dupa di toko Bapak Wawan meliputi orang
yang beragama Budha, Hindu, Khonghucu, dan ada juga orang Muslim yang
membeli dupa kepadanya, tetapi tidak begitu banyak. Biasanya kalau orang
Muslim membeli dupa digunakan untuk wewangian ruangan saja.62Selain bapak
Wawan, di Pasar Lama, Kota Tangerang juga banyak yang menjual dupa dan
pernak-pernik agama Khonghucu maupun Budha. Rata-rata yang menjual dupa di
Pasar Lama orang-orang beragama Budha. Di dalam lingkungan pasar terdapat
juga sebuah tempat Ibadah Agama Khonghucu dan Budha. Yaitu: Klenteng dan
Vihara.
Setiap harinya, rata-rata umat Khonghucu di Pondok Cabe mengahabiskan
6 (Enam) batang dupa berganggang merah untuk sembahyang kepada Tuhan
(Thian). Pagi 3 (tiga) batang, sore 3 (tiga) batang. Tetapi, kalau umat Khonghucu
mempunyai leluhur atau keluarga kandung yang sudah meninggal biasanya
menambah 2 (dua) batang dupa. Banyak atau tidaknya dupa yang digunakan, itu
tergantung umat Khonghcu sendiri ketika melakukan sembahyang. Kalau hanya
ke Tuhan saja cukup 3 (tiga) untuk pagi dan 3 (tiga) batang dupa warna merah
untuk sore setiap harinya.63 Selain itu, di Klenteng ada yang namanya uang dupa
sebagai ganti dupa setelah dipakai para umat Khonghucu untuk sembahyang.
Uang yang dikasihkan seikhlasnya. Uang dupa tersebut, adanya di Klenteng
karena lebih besar dari pada Lithang.64
62 Wawancara pribadi dengan Wawan (Penjual dupa di Pasar Lama Tangerang), Kota
Tangerang, 29 November 2019. 63 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), 31 Maret 2019. 64 Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto (Rohaniawan), 31 Maret 2019.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dupa atau Hio itu mempunyai arti harum atau bisa diartikan sebagai bahan
pembakar yang bisa mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum. Dupa (hio)
tidak hanya dilambangkan sebagai sesuatu yang sakral yang kemudian dijadikan
alat untuk ritual persembahyangan semata melainkan dupa juga sebagai pengantar
segala do’a menuju Tuhan. Oleh karena itu, di Lithang Pondok Cabe dupa selalu
menyatu dalam kehidupan mereka sebagai perantara atau sarana sembahyang
maupun doa yang dipanjatkan. Dalam sehari dupa digunakan pada pagi hari dan
sore hari untuk sembahyang kepada Tuhan. Dupa bagi umat Khonghucu di Lithang
Bakti MAKIN Pondok Cabe mempunyai makna harum atau wangi yang bisa
mengantarkan do’a-do’a kepada Thian (Tuhan) lewat asap dupa yang sudah
dinyalakan.
Untuk penggunaan dupa yang membedakan hanya pada ganggang dupanya.
Dupa yang berganggang merah digunakan untuk sembahyang kepada Tuhan, Roh
Suci, Nabi Khonghucu dan Leluhur yang sudah melewati masa berkabung (tiga
tahun dari meninggalnya). Sedangkan untuk dupa yang berganggang hijau
digunakan untuk sembahyang kepada leluhur yang belum melewati masa
berkabung (tiga tahun dari meninggalnya). Selain itu, ada juga dupa yang berbentuk
piramida (untuk pelengkap sembahyang kepada Tuhan),Spiral/seperti obat nyamuk
(untuk wangi-wangian saja), panjang lurus tanpa ganggang (untuk sembahyang
57
kepada Tuhan hanya saja jarang dipakai oleh umat Khonghucu). Dari berbagai
macam dupa tersebut, dupa yang berganggang merah dan hijau yang sering dipakai
dalam kegiatan persembahyangan umat Khonghucu. Yang lainnya hanya pelengkap
dan untuk wewangian saja..
Selain berfungsi untuk sembahyang dan berdo’a, dupa juga berfungsi untuk
menentramkan batin dan pikiran, seperti untuk meditasi. Selain itu, dupa juga bisa
digunakan untuk mengusir roh-roh jahat. Kemudian, Untuk pembuatan dupa, itu
tidak ada do’a maupun orang khusus dalam pembuatannya. Semua orang boleh
membuat dupa.
B. Saran
` Dari penjelasan sederhana dan singkat tentang Dupa dalam
Persembahyangan Agama Khonghucu (Studi Kasus Makna Penggunaan Dupa di
Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe), penulis berharap:
1. Dupa tidak hanya digunakan oleh umat beragama Khonghucu
saja. Melainkan, umat agama Hindu dan Budha (umat Budha
Mahayana) juga menggunakan dupa untuk sembahyang kepada
Tuhan. Oleh karena itu, semoga ada Intelektual yang ingin
membahas lebih dalam lagi tentang perbedaan maupun
persamaan dupa yang digunakan oleh umat Khonghucu, Hindu
maupun Budha.
58
2. Penulis sadar bahwasanya tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Semoga bisa bermanfaat buat diri penulis sendiri, maupun orang
lain yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Sayuti. Metodologi Penelitian Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
2000.
Bakkaer, Anton dan Zubair, Achmad Charris. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Bustanuddin, Agus. Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi
Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Ghazali, Adeng Muchtar. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta, 2011.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Khariah. Agama Khonghucu. Riau: CV. Asa Riau, 2002.
Majelis Agama Budha Mahayana Indonesia. Budha Dharma Mahayana. Jakarta:
Majelis Agama Budha Mahayana Indonesia, 1995.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
MATAKIN. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu. Solo:
MATAKIN, 1948.
MATAKIN, Kitab Kesusilaan. Jakarta: Pelita Kebijakan, 2001.
Mulyadi, WS. Mengenal Agama Khonghucu. Jakarta: Spoc, 2015.
Najibah. Makna Sembahyang kepada Leluhur dalam konsep Agama Khonghucu.
Skripsi tidak diterbitkan (Jakarta: Jurusan Perbandingan Agama Fakultas
Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002).
Nottingham, Elizabeth. Agama dan Masyarkat. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1996.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion, diterjemahkan oleh Inyak Ridwan
Muzir. Yogyakarta: IRCiSoD, 2012.
Ratna, Nyuman Khutha. Metodelogi Penelitian, Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Saputra, Ht. Sejarah MAKIN Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.
Tangerang Selatan: MAKIN Pondok Cabe, 2017.
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alvabeta, 2000.
Sulaiman. Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran dan Keorganisasiannya di
Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal “Analisa”. Vol. XXVI No. 01.
Januari-Juni 2009.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Tanggaok, M. Ikhsan. Mengenal lebih dekat Agama Khonghucu di Indonesia.
Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005.
Tobroni, Imam Suprayogo. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003.
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gitamedia Press, 2006.
Tim Redaksi KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Kempat.
Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Tobroni dan Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2003.
Wiana, I Ketut, Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan. Surabaya: Paramita,
2000.
Wiana, I Ketut, Sembahyang menurut Hindu, Surabaya: Paramita, 2006.
Ketut, Wiana, Sembahyang menurut Hindu. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha,
1992.
Internet:
https://dhammamanggala.com
http//kecpamulang.tangerangselatankota.go.id.
https://banten.kemenag.go.id.
https://www.suara.com/news/2017/12/18/151455/cerita-dupa-rumahan-kelas-
dunia-dari-desa-dalisodo-malang.
http://www.kompasiana.com/www.com/www.maxandrew.com/sembahyang-
sebagai-tradisi-meghormati-leluhur.
https://www.kompasiana.com/edynugraha/552b7b556ea8343b698b458f/pembiasa
n-makna-kata-puji-dan-puja
Lampiran 1
Lampiran 2
Dupa berbentuk Spiral
Dupa berganggang hijau
Dupa berbentuk Kerucut
Dupa berganggang merah
Dupa tanpa ganggang panjang lurus. Gambar dupa tanpa ganggang ini diambil
dari internet.
Hio- Lo (tempat penancapan dupa)
Lampiran 3
Plang nama LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE
Foto tampak depan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Foto tampak dalam Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe
Suasana Sembahyang Kebaktian Imlek 25 Januari 2020
Lampiran 4
Bersama Narasumber William Tibie ( Ketua Pemuda PAKIN Lithang Bakti
MAKIN Pondok Cabe)
Bersama Narasumber Bapak WS. Candra (Rohaniawan)
Bersama narasumber Bapak Hendra Suprapto (Rohaniawan)
Bersama Bapak Wawan (Penjual Dupa di Pasae Lama Kota Tangerang)
Transkip Wawancara
Wawancara dengan Bapak Wicandra.
Apa makna dupa menurut Bapak Wicandra?
Dupa itu memang sudah ada jauh sejak sebelum kelahiran nabi Khonghucu. Jadi,
memang disini dupa sebagai alat sarana sembahyang agama Khonghucu. Disini
perlu diketahui dupa mempunyai makna harum atau wangi karena terbuat dari
kayu cendana/baharu. Wangi dupa itu mempunyai makna bisa fokus atau
konsentrasi dalam melakukan sembahyang.
Apakah ada ayat dalam kitab suci umat Khonghucu yang menerangkan
dupa?
Adanya dalam Kitab Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu.
Disitu lengkap dijelasakan tetntang semua peribadan agama Khonghucu.
Termasuk didalamnya menjelsakn dupa atau hio.
Ada berapa macam-macam dupa? Dan apa fungsinya?
Selain digunakan untuk sembahyang dan berdo’a, dupa juga berfungsi untuk
menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, mengusir hawa-hawa
ketakutan, dulu sebelum ada jam itu sebagai pengukur waktu.
Ada berapakah jenis dupa yang sering digunakan dalam agama Khonghucu? Dan
apa fungsinya?
Ada dupa yang berganggang merah; berfungsi sembahyang apa saja, seperti:
untuk sembahyang kepada Tuhan, Nabi Khonghucu, Roh Suci (She Ming) itu para
Malaikat pembantu Tuhan, Leluhur (yang telah melebihi masa berkabung 3 tahun
dari meninggalnya).
Dupa berganggang hijau: untuk berkabungan yang sebelum menginjak 3 tahun.
Setelah tiga tahunkembali lagi ke dupa yang beragnggang merah.
Dupa yang berganggang besar: digunakan atau berfungsi untuk upacara-upacara
besar dalam agama Khonghucu.
Dupa berbentuk kerucut: berfungsi sebagai pelengkap sembahyang.
Dupa yang berbentuk spiral/kerucut: digunakan/berfungsi untuk wangi-
wangiangan saja. Tidak digunakan untuk sembahyang.
Dupa yang tanpa ganggang panjang lurus: berfungsi bisa digunakan sembahyang
kepada Tuhan. Dihidupkan dan di taruh di Swan Lo (tempat bulat kecil).
Selain dari keenam dupa tersebut, ada juga dupa yang berwarna putih, kuning
maupun hitam, itu sama saja. Yang membedakan hanya dilihat dari ganggangnya.
Apakah ganggangnya itu merah atau hijau itu yang membedakan. Bergangggang
maksudnya buat pegangannya.
Apa makna jenis- jenis dupa tersebut?
Dupa warna Hijau: hijau ini adalah upacara untuk duka ini menjelaskan bahwa
dupa yang hijau ini adanya rasa duka yang mendalam dan ini nanti digunakan 3
tahun masa perkabungan. Dalam agama Khonghuchu masa perkabungan 3 tahun
jadi cukup lama. Perkabungan disini maksudnya bukan sedih ya, jadi kita keluarga
yang ditinggalkan ini menjaga hal hal yang bermewah-mewah, yang mencolok,
yang namanya duka itu ya seumpama kalau kita makan kan nggak enak.
Berpakaian kalau orang lagi duka berpakaian mencolok misalnya kan nggak enak.
Kita memakai baju umumnya tidak yang mencolok seperti merah, kuning maupun
coklat itu tidak kita gunakan selama berkabung. Terus perhiasan tidak kita
gunakan. Kalau untuk imitasi tidak masalah. Jadi disini hijau itu mempunyai
makna duka yang mendalam dari keluarga.
Merah itu mempunyai makna kebahagiaan secara umumnya. Jadi bisa digunakan
apa saja. Menyatakan rasa syukur terutama kepada yang pencipta. Itu lebih dekat
kesana. Untuk Khonghuchu itu kan memang sebagai sarana untuk ibadah itu
menggunakan dupa gitu.
Dupa yang tidak berganggang berbentuk piramida. Kerucut. Mempunyai makna
sugesti kepada diri. Disitu kan berfungsi untuk menenangkan pikiran, sedang ada
pikiran masalah apapun ya dengan tetap kita bermohon kepada sang pencipta kita
nyalakan dupa berbentuk piramida atau kerucut yang mempunyai makna sugesti
untuk menguatkan kita menguatkan jiwa kita. Kalau di Islam kan tirakat kalau
dikita semedi atau cincau. Dupa berbentuk kerucut itu kan fungsinya ada beberapa
macam ya disitu untuk menentramkan pikiran, meditasi nah itukan sebagai sarana
kepada Tuhan untuk berbicara. Ada yang didalam hati. Nah kayak saya kan
sambil duduk kita ngobrol sama Tuhan. Cukup pakai dupa kerucut saja. Dupa
yang berganggang panjang juga boleh. Tapi kita itu untuk ibadah khusus yang
berganggang. Jadi, makna dupa yang berbentuk piramida itu menmpunyai makna
menguatkan.
Dupa yang berbentuk Spiral seperti obat nyamuk melingkar itukan fungsinya
untuk bau-bau an saja. Itu tidak ada makna khusus hanya mempunyai makna
penyebaran pengharuman saja.
Dupa yang berganggang besar itu mempunyai makna sebagai upacara besar. Jadi
disini lebih penekanan adalah sumpah atau janji. Jadi biasa kita disini kalau dupa
berganggang besar ini kan digunakan hanya untuk upacara-upacara besar. Salah
satunya setelah Imlek kita tanggal 8 bulan satu kita ada sembahyang tentenkung
atau sembahyang besar kehadirat Tuhan. Nah disitu kita melakukan prasetia
kepada Tuhan apa janji yang akan kita lakukan sepanjang tahun yang kita akan
jalani. Begitu juga saat pernikahan dupa yang besar juga tiga, jadi itu untuk
menguatkan prasetya kita. Jadi dupa yang berganggang besar itu mempunyai
makna mengungkapkan ucapan dan perbuatan kita yang akan kita jalankan
sebagai prasetya atau janji kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, bener –bener
mempunyai tekad.
Dupa yang besar tanpa ganggang yang dinyalakan di kedua ujungnya itu
mempunyai makna kalau menurut saya sugesti. Jadi lebih terasa. Kalau yang
sering digunakan untuk sembahyang sehari-hari itu berganggang merah. Untuk
dupa tanpa ganggang itu dihidupkan dikedua ujungnya dan diletkakan di tempat
dupa yang bernama Swanloa (berbentuk lingkaran kecil). Cara meletakkanya
dupa ditidurkan diatas Swanlo karena kedua ujungnya dinyalakan jadi tidak bisa
ditancapkan.
Apakah umat Khonghucu kalau tidak sembahyang harus mengganti
sembahyangnya di lain waktu?
Ibadah Khonghuchu itu yang utama 2 pagi dan sore. Jadi kewajiban kita sebelum
berangkat pada pagi hari itu kan kita sembahyang dan do’a. nah dari situ andaikan
dalam perjalan jauh atau pergi jauh dan tidak sembahyang masih ada toleransi
bisa dilakukan kapan saja selama kita sadar. Kadang-kadang orang sering lupa
untuk menggantinya.
Apakah sembahyang dalam Khonghuchu wajib memakai dupa?
Sembahyang dalam agama Khonghuchu tanpa dupa pun tidak apa-apa. Karena
dupa hanya sebagai sarana atau simbol dalam sembahyang. Jadi, kalau
sembahyang tidak memakai dupa kita naikkan do’a saja udah cukup. Kalau
seumpama kita perjalanan jauh naik bis mulai dari sore sampai pagi dan belum
nyampai juga, dan kita harus sembahyang pagi kepada Tuhan. Kita sembahyang
di bis tanpa dupa tidak apa-apa cukup kita naikkan do’a kepada Tuhan. Karena
dupa sebagai sarana atau simbol saja dalam sembahyang.
Bagaimana cara menggunakan dupa untuk sembahyang?
Dupa dinyalakan terlebih dahulu. Kemudian diangkat diatas yang mempunyai
makna menjunjung yang disembah. Baik itu kepada Tuhan, Nabi Khonghucu,
Roh Suci, leluhur maupun arwah umum semuanya diangkat sampai atas dahi
ketika sembahyang.
- Satu batang dupa berwarna merah digunakan untuk memusatkan pikiran seperti
saat mau belajar kita ambil dupa untuk sembahyang untuk memusatkan pikiran
kita.
- Dua batang dupa berganggang hijau; bermakna hubungan lahir batin antara anak
dan orang tua atau leluhur. digunakan untuk semabahyang kepada leluhur yang
belum melewati masa berkabung (tiga tahun dari meninggalnya. Dalam masa
perkabungan 3 Tahun. Ada juga sembahyang 3 hari,7,49 hari jalan ke 50 hari, 100
hari, satu tahun dan 3 tahun. Untuk sembahyang 49 dan 100 hari tidak wajib
dilaksankan. Karena 49 dan 100 hari ini hanya untuk berjaga-jaga apabila kita
tidak bisa melakukan sembahyang di satu Tahun maupun tiga tahun bisa karena
tidak ada di rumah ataupun justru kita sudah meninggal sebelum melaksankan
sembahyang satu Tahun kepada keluarga kandung yang sudah meninggal.
Makannya ada yang melaksanakan sembahyang 49 atau100 hari untuk keluarga
yang sudah meninggal. Tetapi tidak wajib untuk yang sembahyang 49 ataupun
seratus hari.
Dalam sembahyang setelah pemakaman (3,7,49, dan100 hari,satu tahun,maupun
tiga tahun) itu boleh dilakukan hanya keluarganya sendiri maupun mengundang
umat khonghuchu lain untuk ikut sembahyang.
-Dua, empat dan delapan batang dupa berganggang merah; mengandung makna
untuk sembahyang kepada leluhur yang sudah meninggal dunia melebihi masa
berkabung tiga tahun dari meninggalnya. Selain itu, mempunyai makna Yin dan
Yang yaitu: Yin itu negatif dan Yang itu positif. Itu bersumber dariTuhan bahwa
dunia ini kosong dan Tuhan sebagai pencipta awal kemuadian ada satu titik
berkembang menjadi dua bagian bahwasanya dunia ini diciptakan oleh Tuhan itu,
ada dua hal yang berbeda tapi tidak bertentangan justru saling melengkapi.
Contoh: Ada laki-laki (seperti Yang), ada perempuan (seperti Yin), ada langit itu
Yang dan bumi itu Yin, atau ada Positif (Yang) dan Negarif (Yin). Jadi, ada 2
perbedaan diciptakan sengaja oleh Tuhan itu adalah untuk saling melengkapi tidak
untuk saling bertentangan.
-Tiga dan Sembilan batang dupa berganggang merah itu mempunyai makna yang
sama, yaitu Tuhan, Nabi Khonghucu, Roh suci atau She Ming. Dupa ini
digunakan untuk sembahyang kepada Tuhan, Nabi Khonghucu, dan Roh Suci atau
She Ming.
-5 batang dupa itu mempunyai makna mengembangkan benih-benih kebajikan
yang ada dalam diri manusia. Yaitu Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan,
kebijaksanaan, dipercaya. Lima batang dupa ini digunakan untuk sembahyang
keada Arwah umum. Arwah umum adalah orangorang yang kita ketahui maupun
tidak kita ketahui baik itu dari kalangan umat Khonghuchu biasa maupun dari luar
umat Khonghuchu. Jadi arwah umum itu pertama adalah umat khonghuchudimana
keluarganya tidak lagi menghormati atau sembahyangi lagi, karena bisa jadi
keturunannya sudah pada pindah ke Agama lain atau bisa juga sudah pada
meninggal, sehingga tidak ada keturunannya lagi yang merawat makamnya. maka
kewajiban umat khonghuchu melakukan sembahyang untuk arwah umum dan
mendoa’kan mereka. Lalu yang kita do’akan di luar umat Khonghuchu adalah
para Pahlawan bangsa, tokoh agama, tokoh bangsa tanpa harus memandang
agamanya apa. Ini yang sudah kita terapkan seperti saat menjelang kemerdekaan
bangsa Indonesia yang banyak pahlawan bangsa yang sudah meninggal. Biasanya
kita lakukan sembahyang arwah umum untuk pahlawan bangsa. Atau dalam
Khonghuchu ada tokoh yang berjasa kepada agama Khonghuchu di Indonesia
yaitu Gus Dur maka, umat Khonghuchu bantu do’a.
Kemudian, untuk sembahyang kepada Tuhan, Nabi Khonghucu, dan Roh suci itu
diangkat sampai tiga kali dupanya ketika digunakan untuk sembahyang. Yang
mempunyai makna Tuhan, Nabi Khonghucu dan Roh suci. Angkatan pertama
kepada; Tuhan, Kedua Nabi Khonghucu, dan angkatan ketiga ke Roh Suci.Untuk
sembahyang kepada Tuhan biasanya dilakukan di Luar rumah atau menghadap ke
pintu luar rumah biar plong. Sedangkan untuk sembahyang kepada leluhur
dupanya diangkat 2 kali sampai diatas dahi. Diangkat dua kali yang mempunyai
makna Tuhan dan Leluhur. Angkatan pertama kepada Tuhan dan angkatan kedua
kepada leuhur. Untuk sembahyang arwah umum dupanya diangkat sebanyak 3
kali yang mempunyai makna; Tuhan, Nabi Khonghucu dan Arwah Umum.
Angkatan pertama ke Tuhan, angkatan kedua ke Nabi Khonghucu, dan angkatan
ketiga ke Para Arwah Umum. Bisa juga diangkat dua kali untuk sembahyang
arwah umum yang mempunyai makna Tuhan dan Arwah umum.
Bagaimana cara mengangkat dupa ketika digunakan untuk sembahyang?
Cara mengangkat dupa semua sama ketika sembahyang kepada Tuhan, Nabi,
maupun She Ming dan Lehuhur yaitu diangkat sampai dahi kepala. Karena kita
menjunjung. Untuk pengangkatan dupa ketika digunakan sembahyang kepada
Tuhan, Nabi, She Ming, dan Arwah Umum itu diangkat 3 kali. Pengangkatan
pertama kepada Tuhan, kedua kepada Nabi Khonghucu, ketiga kepada She Ming
dan Leluhur. Untuk sembahyang kepada Tuhan menghadap ke Pintu atau keluar
rumah karena lebih plong. Sedangkan untuk sembahyang kepada leluhur diangkat
2 kali. Angkatan pertama kepada Tuhan dan Angkatan kedua kepada Leluhur.
Sembahyang kepada Nabi dan She ming (roh suci) tidak memakai simbol patung
tidak apa-apa. Itu hanya simbol saja. Termasuk sembahyang kepada leluhur tidak
harus ada foto dan altar (meja sembahyang) ketika melakukan sembahyang.
Menyebut namanya saja sudah cukup ketika melakukan sembahyang dan tidak
harus menghadap ke luar rumah seperti sembahyang kepada Tuhan.
Abu dupa kalau sudah banyak itu apakah harus di simpan atau gimana
bapak?
Tidak wajib di simpan. Tetapi boleh disimpan di rumah. Kalau memang sudah
terlalu banyak Itu sebagian Abu Dupa bisa di kubur kedalam tanah ataupun bisa
dihanyutkan (dilarung) ke sungai. Untuk disimpan di rumah tidak ada makna
khusus. Itu hanya sebagai penghormatan kepada leluhur dari dupa yang
dinyalakan akhirnya menghasilakn serbuk-serbuk sisa jadi tetap nggak kita
gunakan. Kalau mau dipakai lagi tidak apa-apa tetapi sebagian saja. Yaitu ditaruh
di tempat dupa atau Hio Lo.
Bagaimana cara meletakkan dupa setelah sembahyang ke Hio Lo (tempat
dupa)? kenapa memakai tangan kiri? apa maknanya?
Cara meletakkan dupa dengan tangan kiri. Karena kiri sumber kehidupaan
manusia di sebelah kiri yaitu jantung. Tangan kiri juga melambangkan sifat
positif. Karena ada hukum Yin dan Yang bahwa sebelah kiri adalah kekuatan
positif, hawa-hawa positif. Sedangkan kanan itu hawa-hawa Negatif. Yin itu
negatif dan Yang itu positif. Itu bersumber dariTuhan bahwa dunia ini itu kan
kosong dan Tuhan sebagai pencipta awal kemuadian ada satu titik berkembang
menjadi dua bagian bahwasanya dunia ini diciptakan oleh Tuhan itu, ada dua hal
yang berbeda tapi tidak bertentangan justru saling melengkapi. Contoh: Ada laki-
laki (seperti Yang) ada perempuan (seperti Yin), ada langit itu Yang dan bumi itu
Yin, atau ada Positif (Yang) dan Negarif (Yin). Jadi, ada 2 perbedaan diciptakan
sengaja oleh Tuhan itu adalah untuk saling melengkapi tidak untuk saling
bertentangan.
Untuk 2,4, dan 8 batang dupa itu langsung ditancapkan ke Hio Lo tanpa ada
aturan khusus dalam penancapan. Untuk 3 batang dupa cara penancapannya dupa
pertama di tengah, dupa kedua disebelah kiri dupa pertama dan dupa ketiga
disebelah kanan dupa pertama. Untuk 5 batang dupa, dupa pertama di tengah,
kedua sebelah kiri dupa pertama, ketiga, sebelah kanan dupa pertama, keempat
sebelah kiri dupa pertama dan kedua, kelima, sebelah kanan dupa ke tiga. Untuk
Sembilan batang dupa, cara penancapannya seperti 3 batang dupa, dinaikkan 3
kali kemudian 3 batang dupa ditancapakan sekaligus di tengah. Naik lagi terus 3
batang dupa ditancapkan di sebelah kiri, dan dinaikkan lagi kemudian ditancapkan
3 batang dupa di sebelah kanan. Hio-Lo itu ada 2. Berbentuk lingkaran dan
persegi panjang itu sama saja. Yang membedakan hanya tempatnya saja.
Apa maksud dari sembahyang kepada Tuhan, Nabi, She Ming dan leluhur?
Kalau sembahyang kepada Tuhan bagi saya itu karena kebutuhan hidup saya,
rohani kita, itu sudah nomer satu. Sembahyang kepada Nabi kenapa kepada Nabi
karena tanpa bimbingan beliau kita tidak mengetahui ajaran agama. Kemudian
kepada She ming itu mereka tokoh suci atau malaikat yang membantu kerja
Tuhan. Dan terakhir sembahyang kepada Leluhur karena tanpa mereka kita tidak
akan ada di Dunia ini. Khonghuchu dan Islam itu satu jalan. Nabinya, malaikatnya
kita junjung dan para leluhurnya. Di Khonghuchu itu Monotaisme itu sangat kuat
sekali. Jadi kita percaya satu Tuhan tidak ada kekuatan lain. Sembahyang kepada
Tuhan memuja sedangkan kepada Nabi, She ming, dan leluhur itu hanya memuji
saja tidak memuja.
Apakah umat Khonghuchu mewajibkan sesaji dalam sembahyang?
Umat Khonghuchu tidak mewajibkan sesajian dalam sembahyang. Cukup pakai
dupa saja nggak apa-apa. Baik itu sembahyang kepada Tuhan, Nabi, She Ming
maupun arwah leluhur dan arwah umum pakai dupa saja tidak apa-apa. Di umat
Khonghuchu itu tidak menekannkan memakai pernak-pernik yang memberatkan
dalam sembahyang. Yang namanya ssesaji itu hanya simbol sebagai rasa bakti itu
saja. Di Khonghuchu sudah jelas dari pada bermewah-mewah lebih baik
sederhana. Jadi tidak ada yang namanya harus ada sesaji ini atau harus ada sesaji
itu, itu hanya ulah manusianya saja. Kalau ingin sembahyang kepada leluhur
adanya air putih juga tidak apa-apa kalau dibuat sesaji, Karena tidak diwajibkan.
Sesaji hanya pelengkap saja dan Ibadah tanpa dupa juga tidak wajib itu hanya
sarana saja.
Apakah dupa dalam agama Khonghuchu itu diwajibkan dalam sembahyang?
Memakai dupa dalam sembahyang agama Khonghuchu itu tidak wajib. Kalau
seandainya tidak mempunyai dupa tidak apa-apa ketika ingin melakukan
sembahyang. Karena, dupa hanya sebagai sarana atau simbol saja untuk
memudahkan konsentrasi. Sebelum melakukan sembahyang kita membersihkan
badan dulu. Tidak harus mandi. Cukup cuci muka dan cuci tangan saja. Dan kalau
bisa memakai pakaian yang sopan.
Wawancara dengan Bapak Hendra Suprapto.
Apa Perbedaan lithang dan klenteng?
Kalau klenteng sebuah bangunan yang didalamnya ada lithang. Lebih besar
daripada lithang. Karena di klenteng ada sming, ada aula sendiri untuk
sembahyang. Jadi, lithang bagian dari klenteng. Kalau didaerah jawa timur, jawa
barat klentengnya ada lithang. Tetepi di daerah jawa barat bagian bogor dan
banten itu kebanyakan hanya lithang. Li; kesusilaan Thang: ruangan. Lithang:
ruangan belajar kesusilaan. Lithang maupun Klenteng itu sama-sama tempat
ibAdah agama Khonghucu.
Apa maksud warna merah dan kuning di tempat ibadah Khonghucu?
Merah; gembira, kebahagiaan.
Kuning: kemakmuran
Itu hanya sebagai perlambang saja harapan semangat kita untuk menuju
kemakmuran atau kebahagiaan ketika kita beribadah dan berdo’a.
Apa maksud dari dua patung hewan di depan Lithang?
itu hanya sebagai pelengkap saja. Patung singa penjaga pintu. Kalau bagi orang
yang tidak tahu pasti disembahyangi. Tapi, kalau kita sebagai umat khonghucu
yang tahu pasti tidak melakukan itu. Segala jangkarlah disembah, segala pohonlah
disembah. Kalau kita umat khonghucu itu sembahyang kepada leluhur
sebenarnya. Seperti; Khoang Khon. Tan Khuan Hil, itu sebenarnya dulu orangnya
itu ada. Khoang Hil kan karena welas asihnya, kebajikannya jadi kita bisa
sembahyang itu menyerap spiritnya, semangatnya supaya kita berlaku selas asih
dan kebajikannya seperti Khoang hil. Lha dari patung singa ini apa semangatnya?
tidak ada. Jadi, kita tidak wajib disembahyangi. Hanya sebagai pelengkapnya saja.
Bagaimana sejarah Dupa?
sebelum nabi Khonghucu sudah ada dupa.
Apa Makna dupa menurut Bapak Hendra?
Suatu yang penting sebagai perantara hubungan kita kepada Tuhan. Tetapi dalam
suatu ibadah yang lengkap itu pasti ada dupa. Sebelum kita memulai ber’doa kita
menaikkan dupa terlebih dahulu. Mungkin yang asapnya naik ke atas
membumbung tinggi, wangi. Seperti kita kalau ingin ketemu pejabat harus mandi
dahulu, wangi. Jadi, dupa itu perantara dengan diantar bau wangi yang semerbak
berharap do’a yang kita sampaikan itu yang terbaik. Kata-kata yang kita
sampaikan dibawa wangi dupa yang semerbak itu bener-bener sampai harapannya
terkabul. Ketika dupa sudah menyala maka, akan mengeluarkan asap yang
mempunyai makna menghantarkan do’a-do’a umat Khonghucu yang dibawa asap
dupa kepada Tuhan (Thian). Kalau berdo’a saja tidak usah pakai dupa tidak apa-
apa. Tapi kalau sembahyang harus pakai dupa. Kalau sembahyang tidak pakai
dupa tidak lengkap memang harus pakai dupa. Wanginya bisa menenangkan
perasaan, tentram, damai supaya bisa lebih khusuk agar ibadah kita lancar dan
baik dan do’anya sampai. Wangi dupa itu meliputi Melati, Cendana, Baharu,
Aroma Terapi dan yang paling berat juga ada wangi kemenyan.
Ada berapa Jenis-jenis dupa ada berapa ya Bapak?
1. Dupa berganggang hijau fungsinya digunakan mau pemakaman dan
sesudah pemakman orang meninggal dunia. Berganggang hijau itu
maksudnya kayunya berwarna hijau atasnya biasanya putih. Ganggannya
maksudknya yang dipegang itu.
2. Dupa berganggang merah ada besar dan kecil. Berfungsi untuk
sembahyang apa saja Fungsinya untuk upacara sembahyang apa saja
dalam agama Khonghucu. Seperti: sembahyang kepada Tuhan, Nabi
Khonghucu, She Ming (orang suci), maupun kepada leluhur (yang sudah
melewati masa berkabung).
3. Ada dupa juga yang tidak berganggang berbentuk kecil dan kerucut
seperti piramid yang berwarna coklat. Berfungsi pelengkap sembahyang
untuk menentrmkan pikiran.
4. Dupa yang berbentuk Spiral. Ya itu lama tetapi disini sudah tiadak ada.
Biasanya itu berbentuk seperti obat nyamuk bisa berhari – hari itu.
Bisanya waktu imlek orang pasang itu sampai habis.
5. Dupa yang berganggang besar berfungsi untuk upacara-upacar besar
dalam agama Khomghucu atau digunakan waktu sembahyang kebaktian
yaitu; sembahyang bersama-sama.
6. Dupa yang tanpa ganggang panjang lurus, itu yang sering pakai biasanya
Budha Jepang. Jadi dia bakar dan diletakkan kayak peti mati gitu dan
nyala sampai habis tetapi kita tidak memakai.
Dupa berganggang hijau untuk leluhur kita genap. Persajian buahnya pun genap
tetapi tidak wajib. Yang hijau kan duka kalau yang merah gembira. Kalau yang
berganggang hijau untuk duka itu hitungannya genap seperti: 2 batang, 4 batang, 8
batang. Kalau yang merah itu gembira hitungannnya ganjil. Seperti; 1, 3 batang, 5
batang, 9 batang. Kalau dupa dahulu itu dikasih kayu cendana baru dikasih abu
dan dibakar. Kalau sekarang orang ingin simple makannya dibuat sundukan dupa
kayak gini.
Dupa bukan hanya digunakan untuk beribadah saja, pada saat kita ingin meditasi
biasanya kita pakai dupa juga. Supaya bisa tenang meditasinya.
Bagaimana cara mempraktikkan memakai dupa?
Contoh sembahyang setiap hari yang pagi, siang dan sore. Kalau sembahyang
kepada Tuhan pasti di depan rumah 3 batang atau 9 batang dupa berganggang
merah. Kalau biasanya 3 batang. Angkat pertama kehadiran Tuhan kemudian
turun, angkat dupa lagi kehadiran Nabi kemudian turun lagi, angkat lagi kehadiran
segenap She Ming atau roh Suci. Setelah selesai ditancapkan. Untuk 2 batang
dupa berganggang hijau untuk sembahyang kepada leluhur yang belum melewati
masa berkabung, 1 batang dupa berganggang merah untuk memusatkan pikiran.
2,4 dan 8 batang dupa berganggang merah untuk sembahyang kepada leluhur
yang sudah melewati masa berkabung 3 tahun. 3 dan 9 batang dupa berganggang
merah untuk sembahyang kepada Tuhan, Nabi Khonghucu, dan Roh Suci atau
She Ming. 5 batang dupa berganggang merah untuk sembahyang arwah umum.
Sembahyang kebaktian masyarakat atau Arwah umum ini biasanya dilakukan
bersama-sama di Lithang maupun Klenteng untuk mendo’akan arwah umum yang
tidak diurus oleh keluarganya lagi.
Bagaimana cara menancapkan dupa?
Menancapkan dupa itu di hio-lo atau tempat dupa namanya atau tempat dupa.
Kebanyakan hio-lo atau tempat dupa itu berbentuk bulat. Tetapi ada juga yang
berbentuk segi panjang. Kalau dupa berganggang hijau 2 batang, 4 atau 8 batang
itu ditancapkan langsung. Tetapi untuk yang 3 batang dupa, dupa pertama di
tengah, kedua di kiri, ketiga, di kanan dupa pertama. Untuk 5 batang dupa, dupa
pertama di tengah, kedua dikiri dupa pertama, ketiga, dikanan dupa pertama,
keempat, di sebelah kiri dupa kedua, dan dupa ke lima, di sebelah kanan dupa ke
tiga. Untuk 9 batang dupa, cara menancapkannya seperti menancapkan 3 batang
dupa, diangkat 3 kali kemudian ditancapkan 3 batang dupa di tengah, angkat lagi
di tancapkan 3 batang dupa dikiri dan diangakat lagi kemudian di tancapkan 3
batang dupa di kanan. Semua dalam penancapan dupa menggunakan tangan kiri.
Yang melambangkan sifat postif. Sedangkan tangan kanan negatif.
Apakah dupa digunakan untuk sembahyang saja?
Tadi sudah saya jelaskan, dupa tidak hanya digunakan untuk sembahyang saja.
Bisa juga untuk menentramkan batin seperti Untuk meditasi bisa biar tenang.
Duduk diam diri. Wangi dupa ada yang cendana, mawar, melati, aroma terapi.,
ada yang berbau berat kemenyan dan banyak wangi lainnya. Jadi, tidak hanya satu
wangi saja.
Apakah dalam pembuatan dupa ada orang khusus dan melakukan ritual
khusus?
Banyak orang yang membuat dupa, maksud saya tidak hanya orang Khonghucu
yang membuat dupa. Intinya tidak ada orang khusus. Dan tidak ada ritual khusus.
Seperti ; ada orang jahit baju ya jadinya baju. Orang membuat hio ya hasilnya hio.
Kecuali hio-hio tertentu yang agak ribet kan ada hio naga yang sementara besar
itu ya kalau itu memang ada orang khusus yang mempunyai keahlian
membuatanya. Kalau kita biasanya membeli dupa di kota Tangerang daerah pasar
lama. Ada daerah pecinannya. Di pamulang didekat bunderan itu juga ada
beberapa took yang menjual juga.
Menghabisakn berapa dupa setiap harinya?
Kalau di rumah saja, satu orang kalau sembahyang pagi,sore, 6 batang kalau itu
tidak ada abu leluhur di rumah. Tetapi kalau di rumah ada abu leluhur dan sming
(orang yang mempunyai jasa atau laku bakti yang besar sehingga patut dijadikan
teladan). Kita sembahyang memohon teladannya. Kalau di rumah saya ada 9. Ke
Tuhan satu, ke leluhur ada 2 dan ke sming – sming totalnya ada 9. 9 dikali 2 pagi
dan sore. Tetapi juga tergantung tempat sembahyangnya. Kalau di rumah hanya
ada standar di luar hanya Tuhan saja ya paling 6 batang. Pagi 3 sore 3 batang
dupa. Jadi, tergantung tempat persembahyangannya saja ada apa di rumah. Kalau
di rumah ada abu leluhur, ya 5 batang. 3 batang kepada Tuhan dan 2 batang
kepada leluhur.
Abu dupa atau abu leluhur dikemanakan?
Kalau kita bersih-bersih biasa ya kita buang di depan rumah saja. Di pohon ada
dimana gitu tidak ada perlakuhan khusus. Itu yang tercecer disekitan hio-lo. Kita
bersihkan biasa dan kita buang. Tetapi biasanya kita akhir tahun menjelang Imlek
kita bersih-bersih hio-lonya kita angkat, cabutin batang – batang hio-lonya. Kita
ayak abunya. Dan biasanya kita masukkan lagi abunya ada lebih. Kan tinggi
biasanya, tidak rata karena banyak setahun kita tidak membersihkannya. Biasanya
abunya yang lebih tadi disimpan dan biasanya ada yang minta. Orang yang ingin
membuat hio-lo baru biasanya yang minta. Dan ada kepercayaan tradisonal juga
bahwasanya abu dupa bisa buat pengobatan ada juga seperti itu.
Abu dupa itu mempunyai makna apa bapak?
Kalau banyak abunya, berarti makin banyak sembahyang dan berkah. Intinya itu.
Apakah maksud dari uang dupa?
Uang dupa itu saya kira pengganti dupa. Itu biasanya adanya di Klenteng-
klenteng yang sudah menyiapkan dupa untuk sembahyang kepada Tuhan, kepada
orang suci, Nabi. Jadi, mereka tinggal mengambil dupanya. Sebagai gantinya
mereka kasih uang sebagai pengganti dupa. Uang yang dikasihkan sebagai ganti
dupanya se ikhlasnya.
Apakah ada perbedaan persamaan dan perbedaan antara dupa yang dipakai
oleh agama Hindu dan Budha?
Dari pada saya mengandai-andai. Lebih baik tanyakan langsung ke umat Hindu
maupun Budha.
Apa ada pengeruh dupa dalam kehidupan sehari -hari?
menurut saya, habis sembahyang kan kita duduk. Pententraman batin, tenang,
wangi. Dengan tenang kita berfikir lurus. Bisa membawa kita lebih tenang dalam
memjalankan kehidupan sehari-hari. Lebih focus bekerja, mencari ilmu dan lain
sebagainya. Kepada Tuhan: memohon Kalau kepada nabi dan leluhur itu hanya
kepada bimbingan.
Wawancara dengan Mas William
Apa makna dupa menurut Mas William?
Dupa itu mempunyai makna alat dimana dupa itu dinyalakan yang mengeluarkan
bau yang semerbak. Bau yang smerbak itu yang menghantarkan ke Tuhan. Dupa
itu perantara. Dupa itu hal yang wajib digunakan dalam sembahyang. Kalaupun
misalnya kita disuatu tempat tidak menemukan dupa, kita bisa sembahyang tanpa
menggunakan dupa.
Ada berapa macam dupa? Apa fungsi-fungsinya?
Ada 6. Ada dupa yang berganggang merah; itu fungsinya untuk sembahyang
kepada Tuhan, Nabi Khonghucu, Roh Suci, leluhur yang sudah melewati 3 tahun.
Dupa berganggang Hijau berfungsi untuk duka atau orang meninggal sampai
masa berkabung selesai selama 3 tahun. Ada juga dupa berganggang besar untuk
upacara besar. Dupa berbentuk piramida, berfungsi untuk pelengkap
persembahyangan supaya saat pemanjatan do’a lebih khusuk. Biasanya dupa ini
dinyalakan dan diletakkan di tempat kecil berbentuk bulat pada saat kebaktian
(sembahyang bersama) di Lithang untuk pelengkap persembahyangan, tujuannya
hampir sama dengan dupa biasa untuk mengiringi do’a-do’a yang sudah
dipanjatkan dengan wangi-wangian semerbak yang timbul setelah dibakar. Selain
itu, dupa berbentuk Piramid juga sebagai pengharum agar pada pemanjatan do’a
lebih khusuk. Dupa berbentuk spiral atau seperti obat nyamuk, berfungsi hanya
untuk wangi-wangi an saja. Tidak digunakan untuk sembahyang. Dupa yang
panjang lurus tanpa ganggang, berfungsi untuk suasana penenang dalam
sembahyang juga digunakan untuk sembahyang kepada Tuhan tetapi jarang
digunakan. Biasanya dupa ini diletakkan di Swan Lo (tempat kecil berbentuk
bulat).
Bagaimana cara penggunaan dupa ketika digunakan untuk sembahyang?
Dupa dinyalakan terlebih dahulu. Setelah itu dupa dinaikkan 3 kali diatas kepala
sedangkan, untuk arwah umum hanya diangkat 2 kali sampai atas kepala. Untuk 2
batang dupa berganggang hijau untuk sembahyang kepada leluhur yang belum
melewati masa berkabung 3 tahun. Sedangkan untuk 2,4 dan 8 batang dupa
berganggang merah itu digunakan untuk sembahyang kepada leluhur yang sudah
melewati masa berkabung 3 tahun. Untuk 3 dan 9 batang dupa berganggang
merah itu untuk sembahyang kepada Tuhan, Roh Suci, dan Nabi Khonghucu. Dan
untuk 5 batang dupa berganggang merah untuk sembahyang kepada Arwah
Umum.
Abu dupa kalau sudah terkumpul banyak itu dikumpulkan atau gimana?
Abu dupa itu satu setahun sekali menjelang Imlek itu tempat abu dupa itu
dibersihkan dan abu dupanya dimasukkan lagi ke tempat dupa. Sisanya disimpan
karena abu dupa itu sering dido’akan.
Apakah dalam pembuatan dupa ada orang khusus?
Pembuatan dupa bisa siapa saja yang mempunyai keahlian khusus dalam
pembuatan dupa. Dan juga tidak ada do’a khusus dalam pembuatan dupa.
Ada berapa wangi dupa?
Ada banyak. Kalau ke Pasar Lama Kota Tangerang ada Cendana, Melati, dan
masih banyak lagi.
Apakah ketika sembahyang hanya pakai dupa saja atau ada sesaji yang
lain?
Kalau sembahyang sehari-hari kepada Tuhan. Pagi dan sore itu pakai dupa saja.
Tetapi, kalau sembahyang besar seperti imlek, atau memperingati lahirnya nabi
Khonghucu itu pakai buah-buahhan atau makanan.
Wawancara dengan Bapak Suherman.
Berapa tahun sekali pemilihan Ketua Lithang Pondok Cabe?
4 tahun sekali ada pemilihan Lithang. Itu tidak hanya lithang Pondok Cabe saja,
tetapi semua Lithang maupun Klenteng Se-Indonesia mengadakan pemilihan
ketua yang baru secara serentak termasuk juga pemilihan MATAKIN (Majelis
Tinggi Agama Khonghucu. Saya termasuk ini ketua Lithang Pondok Cabe yang
baru. Pemeilihannya bulam Oktober 2018 kemarin. Dan itu serentak se Indonesia
dalam pemilihan ketua Lithang, Klenteng, maupun MATAKIN.
Ada berapa calon Ketua kemarin di Lithang Pondok Cabe ? dan bagaimana
cara pemilihannya?
Ada 3 Calon. Kemudian system pemilihannya semua Jama’ah Lithang pada
datang dan dikasih kertas untuk satu-satu untuk memilih calonnya. Dan saya
waktu itu yang terbanyak dipilih. Makannya saya yang jadi ketua Lithang Pondok
Cabe periode 2018-2022.
Untuk sejarah Lithang sendiri berdiri tahun berapa ya bapak?
Berdirinya itu sekitar tahun 1974. Kalau pengen jelasanya ada bukunya. Nanti
saya kasih.
Kegiatan apa saja yang ada di Lithang Pondok Cabe ?
Kamis malam Jumat ada temu kebaktian bagi orang-orang tua.
Setiap minggu pukul 08.00-11.00 Wib ada kebaktian sekolah minggu anak-anak
kecil.
Setiap minggu pukul 12.00-14.00; kebaktian para pemuda
Berapa Jumlah anggota Jama’ah di Lithang Pondok Cabe?
Sekitar ada 400 orang. Mencakup ada yang tinggal di Pondok Cabe, Sasak Tinggi,
Bojong sari, Cinangka.
Apa makna Dupa menurut Bapak?
Dupa itu mempunyai makna sebagai alat untuk bersembahyang kepada Tuhan
atau Thian. Jadi, kita bersembahyang kepada Tuhan ya memakai dupa. Dupa itu
ada beberapa macam. Kalau kita sembahyang kepada Tuhan ketika waktu
kebaktian atau sembahyang bersama-sama itu memakai dupa yang merah
berganggang besar. Dan hari-hari besar keagamaan agama Khonghucu juga
memakai dupa merah yang beragnaggang besar.
Apakah sembahyang bersama-sama di Lithang itu yang cukup bawa dupa
itu pemimpin sembahyang atau semua memakai dupa?
Itu kalau ibadah gitu disebut Jama’ah kalau Muslim. Kalau di Khonghucu itu
kebaktian. Pemimpin kebaktian tetap satu orang yang tengah. Sedangkan kiri dan
kanan pendamping pemimpin kebaktian. Pendamping kanan tugasnya menyalakan
lilin dan dupa. Setelah dupa menyala, menyanyikan lagu ya Tuhanku dulu.
Setelah selesai menyanyikan ya Tuhanku, pendamping kanan menyerahkan dupa
yang sudah dinyalakan kepada pemimpin kebaktian untuk memimpin
sembahynag dan do’a. setelah selesai, dupanya dikasihkan ke pendamping kiri
untuk di tancapkan ke tempat dupa atau Hio-lo.
Ada berapa macam dupa dan fungsinya?
Sebenarnya ada banyak Cuma’ saya lupa. Ada yangberganggang merah, hijau, ada
yang melingkar, kerucut, dan spiral.
Dupa yang berganggang merah itu berfungsi sembahyang kepada Tuhan, Nabi
Khonghucu, dan Roh Suci dan leluhur yang sudah melewati masa berkabung yaitu
3 tahun. Untuk warna hijau berfungsi untuk suasana duka atau digunakan untuk
sembahyang di depan jenazah keluarga sendiri yang belum sampai masa
berkabungnya selesai 3 tahun. Dan dalam masa berkabung ada memperingati atau
mendo’akan 3 hari, 7 hari, 49 hari, seratu hari, satu tahun, sampai 3 tahun itu tetap
memakai dupa berganggang hijau. Setelah 3 tahun masa berkabung kemabali ke
dupa berganggang merah. sekarang yang banyak dijalain 3, 7, hari dan 1 dan 3
tahun. Yang 49 dan 100 hari jarang ada yang memperingati hanya orang-orang
tertentu saja dan yang mau-mau saja.
Dupa berganggang besar, fungsinya untuk upacara hari-hari besar umat beragama
Khonghucu. Atau bisa juga digunakan untuk sembahyang bersama (Kebaktian) di
Lithang maupun Klenteng.
Dupa berbentuk Spiral, berfungsi untuk wwangi-wangian saja.
Dupa yang berbentuk piramida hanya berfungsi sebagai pelengkap sembahyang
atau menentramkan pikiran, mengheningkan cipta. Dan terakhir ada dupa yang
berbentuk panjang lurus tanpa ganggang berfungsi untuk sembahyang kepada
Tuhan Cuma’ jarang dipakai.
Sehari menghabiskan berapa dupa?
Sembayang setiap hari kepada Tuhan. Pagi 3 batang dupa berganggang merah,
dan sore 3 batang dupa berganggang merah untuk sembahyang kepada Tuhan.
Bagaimana cara penggunaan dupa ketika digunakan untuk sembahyang?
Dupa dinyalakan terlebih dahulu tetapi tidak langsung menggunakan korek api.
Kita nyalakan dahulu lilin. Setelah lilin sudah menyala kita taruh diatas meja
sembahyang atau altar. Kemudian, dupa dinyalakan dengan lilin tadi. Tetapi akalu
tidak mempunyai meja altar, kita boleh langsung menghidupkan dupa dengan
korek api.
Kalau memegang dupa itu dinamakan Pai yaitu; ttangan kanan yang dilipat atau
menggenggam kemudian, ditutup dengan kanan kiri. Ditutup lagi dengan jempol
kanan dan kiri, posisi jempol kanan dibawah jempol kiri.
Dimana biasanya bapak membeli dupa?
Di Pasar Lama Kota Tangerang.
Untuk mengenai abu dupa, kalau sudah banyak dikemanakan abu dupa itu?
Dikumpulkan,
Wawancara dengan Bapak Wawan Penjual Dupa
Bapak atas nama siapa?
Bapak Wawan
Bapak Wawan udah berapa lama jualan di Pasar Lama Kota Tangerang?
Udah hampir 20 tahun saya berjualan di sini.
Apa saja yang bapak jual di toko?
Mulai sembako, pernak-pernik umat Agama Budha dan Khonghucu serta berbagai
macam dupa atau hio.
Dupa apa saja yang bapak jual?
Banyak. Ada dupa yang berganggang merah, hijau, berganggang besar, dupa yang
berbentuk kerucut, spiral atau obat nyamuk.
Berapa harga dupa-dupa yang bapak jual?
untuk dupa yang berganggang kecil baik itu berganggang hijau maupun merah
dijual dari harga Rp. 10.000 itu untuk isi 50 Atau juga yang harga Rp. 40.000
dengan isi 100 batang, dan ada harga Rp. 200.000 untuk isi 500 batang dupa.
Kemudian, untuk dupa yang berganggang besar untuk isi 12 batang harganya Rp.
32.000 dan yang isi 50 batang harganya Rp. 50.000. Selanjutnya, untuk dupa yang
berbentuk kerucut isi 150 harganya Rp. 45.000, yang isi 50 harganya Rp. 25.000.
Untuk dupa yang berbentuk Spiral atau seperti obat nyamuk harganya Rp. 12.000
untuk isi 12 dupa. Ada juga yang isi 24 dengan harga Rp. 24.000.
Apakah orang yang membeli dupa di toko bapak hanya orang yang
beragama Khonghucu saja atau agama lain juga?
Tidak hanya umat Khonghucu saja. Ada Hindu, Budha juga yang membeli dupa
disini. Orang muslin juga ada yang membeli dupa disini tapi tidak begitu banyak.
Kalau muslim biasanya membeli dupa hanya untuk wewangian ruangan saja.