eksistensi agama khonghucu di kabupaten...

106
EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh YUSUF ANBAR FIRDAUSI NIM: 1110032100002 PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: trandan

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA

(Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

YUSUF ANBAR FIRDAUSI

NIM: 1110032100002

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten
Page 3: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten
Page 4: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten
Page 5: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

v

ABSTRAK

YUSUF ANBAR FIRDAUSI

1110032100002

Eksistensi Agama Khonghucu di Kabupaten Majalengka (Studi Kasus

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Penganut Agama Khonghucu)

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian tentang

bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Majalengka. Mengapa eksistensi menjadi suatu masalah? Seperti yang kita

ketahui, Agama Khonghucu di Indonesia adalah salah satu agama minoritas yang

memiliki masa lalu kelam di Indonesia. Pada masa Orde Baru, pelarangan

terhadap segala hal yang berhubungan dengan agama ini menjadikan

berkurangnya penganut atau bahkan fungsi rumah ibadahnya, yaitu klenteng.

Klenteng adalah bukti adanya Agama Khonghucu di suatu daerah, atau setidaknya

pernah ada. Keberlangsungan kegiatan penganut agama Khonghucu di klenteng

Hok Tek Tjeng Sin yang berada di Kabupaten Majalengka menjadi hal yang

menarik untuk dibahas. Disamping fakta bahwa klenteng ini adalah satu-satunya

klenteng yang masih hidup di Kabupaten Majalengka, bagaimana usaha pengurus

klenteng dan para penganut Agama Khonghucu untuk mempertahankan

keberlangsungan klenteng pun menarik untuk diikuti.

Penelitian ini bercorak penelitian lapangan (Field Research) yaitu

penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan, mewawancarai

dan mengamati objek penelitian. Oleh karenanya penulis turun langsung ke

lapangan, termasuk ke Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Majalengka, masjid dan gereja yang berada di sekitar klenteng, hingga

rumah-rumah narasumber. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian

perpustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

menelusuri dokumen-dokumen, jurnal, buku-buku yang berhubungan dengan

Agama Khonghucu di Indonesia.

Di dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa salah satu faktor yang

paling penting mengapa klenteng ini masih ada dan berfungsi adalah seorang

dokter, yaitu Dr. Iwan Satibi. Beliau adalah seorang dokter sekaligus rohaniwan

agama Khonghucu yang selalu mengusahakan agar klenteng Hok Tek Tjeng Sin

ini tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan hampir dirubuhkannya

klenteng ini pada masa Orde Baru, dan mengingat sedikitnya jumlah penganut

agama Khonghucu di Kabupaten Majalengka, Dr. Iwan Satibi adalah orang yang

sangat layak diapresiasi tinggi. Faktor lainnya ialah penganut agama Khonghucu

yang berasal dari luar Kabupaten Majalengka yang sampai penulisan skripsi ini

masih rutin berdatangan untuk beribadah pada hari-hari tertentu.

Page 6: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan baik

jasmani maupun rohani yang tak terhingga kepada kita. Puji syukur kepada Allah

SWT atas kasih serta sayang-Nya yang selalu tercurah hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU

DI KABUPATEN MAJALENGKA (STUDI KASUS KLENTENG HOK

TEK TJENG SIN DAN PENGANUT AGAMA KHONGHUCU)” ini dengan

baik. Shalawat serta salam, selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya yang

tercerahkan di jalan Allah.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Penulis

mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, maka sebagai tanda syukur dan penghargaan yang

tulus, penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dan Ibu kedua Orangtua tercinta, yang telah mendidik, memberikan

dukungan baik secara moril maupun materil serta do’a demi lancarnya studi

dan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Hj. Siti Nadroh, MA, sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini,

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga pikiran dan kesabaran dalam

memberi arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. Masri Mansoer, MA; Ketua Jurusan

Perbandingan Agama, Dr. Media Zainul Bahri; Sekretaris Jurusan

Page 7: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

vii

Perbandingan agama, Ibu Halimah SM, MAg; serta seluruh Civitas

Akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang bersedia membekali pengetahuan selama penulis belajar di

Fakultas Ushuluddin.

5. Petugas Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang

telah menyediakan referensi dalam bentuk buku yang penulis butuhkan.

6. Pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Bapak Edhi Subhari selaku

narasumber yang selalu menyambut kedatangan penulis dan tidak segan-segan

memberikan apapun yang penulis butuhkan dalam skripsi ini.

7. Para narasumber, baik dari jemaat klenteng maupun masyarakat sekitar

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin di Kabupaten Majalengka yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan

untuk penulisan skripsi ini.

8. Saudara dan keluarga besar penulis yang telah banyak memberi dukungan dan

motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terdekat (Imam Mufakkir, Faiz Ramadhan, Iman

Abdurrahman, Laila Nihayati, Firdaus, Haikal Rahmatullah, Kurniawan

Nugraha) yang selalu saling mendukung dan mengingatkan dalam pengerjaan

skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a semoga dukungan, bimbingan,

perhatian, motivasi dari semua pihak dari awal perkuliahan sampai skripsi ini

dapat diselesaikan menjadi amal ibadah dan bermanfaat khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi para pembaca karya ini. Amin.

Page 8: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SIDANG ............................................ iv

ABSTRAK ....................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 7

E. Metodologi Penelitian .................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan..................................................................................... 15

BAB II SEJARAH AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA 17

A. Sekilas Pandang Agama Khonghucu di Indonesia dan Ajaran-ajarannya...... 17

B. Masuk dan Berkembangnya Agama Khonghucu di Majalengka .................. 25

C. Klenteng sebagai Tempat Ibadah Penganut Khonghucu ............................ .. 30

BAB III DINAMIKA EKSISTENSI KLENTENG HOK TEK TJENG SIN DAN

PENGANUT KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA.......... 43

A. Eksistensi Penganut Agama Khonghucu Pada Masa Orde Baru ................ 43

B. Agama Khonghucu dan Konversi Agama .................................................. 47

C. Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Pasca Orde Baru ........................................... 52

BAB IV EKSISTENSI KLENTENG HOK TEK TJENG SIN MASA SEKARANG 58

A. Peran Iwan Satibi Mempertahankan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin ............... 58

B. Pengaruh Abdurrahman Wahid Terhadap Klenteng ...................................... 60

C. Hubungan Masyarakat Sekitar dengan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin ........... 63

D. Fungsi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Masa Sekarang .................................... 65

BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 70

A. Kesimpulan .................................................................................................... 70

B. Saran ............................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 73

Page 9: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Khonghucu di negeri asalnya diakui sebagai agama resmi

sejak tahun 136 SM (Sebelum Masehi). Agama Khonghucu yang dibawa

oleh orang-orang Tiongkok yang datang ke Indonesia menyebar ke beberapa

daerah, tumbuh dan berkembang mengikuti pola kedaerahan dimana ia

tumbuh dan membaur dengan masyarakat asli daerah itu.1 Kehadiran orang

Tionghoa di Indonesia tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan

bahwa sejak zaman prasejarah telah terjadi penyebaran orang Tionghoa

dalam jumlah besar. Kedatangan orang-orang Tionghoa tersebut membawa

tradisi-tradisi yang dianggap penting, dan tata kehidupan yang berlaku di

daerah asalnya, serta sikap memelihara dan mempertahankan nilai-nilai

leluhurnya.2

Dalam perkembangannya, kehidupan masyarakat Tionghoa pun ikut

berkembang, seperti tumbuh dan berkembangnya agama dan budaya-budaya

baru lainnya. Dalam perjalanannya, banyak masyarakat Tionghoa Indonesia

yang memeluk agama Khonghucu.3 Masyarakat Tionghoa ini mempelopori

timbulnya agama Khonghucu dengan jalan menformulasikan ajaran-ajaran

dan praktik-praktik agama dan kepercayaan serta tradisi yang dilakukan oleh

1Gunawan Saidi, “Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia,” (Skripsi S1 Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 2. 2Charles A. Coppel, Tionghoa Indonesia Dalam Krisis (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.

31. 3Sulaiman. Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan

Barat. Jurnal Analisa. Volume XVI, No. 01, Januari-Juni 2009.

Page 10: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

2

masyarakat Tionghoa di berbagai pelosok tanah air Indonesia.

Pada masa pemerintahan orde baru, agama Khonghucu dilarang oleh

pemerintah, sehingga aktivitas keagamaan penganut agama Khonghucu

menjadi terhambat. Diskriminasi umat Khonghucu mulai dirasakan dengan

diterbitkannya instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina yang melarang segala aktivitas berbau

Tionghoa. Kemudian disusul pada tahun 1978 diterbitkan Surat Edaran

Menteri Dalam Negeri No. 477/74054/BA.01.2/4683/95 tanggal 18

November 1978 antara lain menyatakan bahwa agama yang diakui oleh

pemerintah yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, sehingga

mulailah keberadaan penganut agama Khonghucu dipinggirkan.4 Secara

sistematis dan masif dilakukan oleh para menteri dan pejabat terkait serta

penguasa setempat oleh para pelaku dan penerus kekuasaan pusat di setiap

provinsi, kota dan kabupaten melancarkan praktik diskriminasi tersebut di

atas5.

Tantangan terhadap hak warga bangsa di bidang sosial budaya ini

diikuti oleh berbagai peraturan yang mendiskriminasi kehidupan budaya

keagamaan yang dipeluk bangsa Indonesia keturunan Tionghoa sehingga

berdampak termarginalnya budaya religius Khonghucu bagi masyarakat

Indonesia Tionghoa selama 32 tahun lebih.6

4Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus pindah

agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha Negeri

Sriwijaya, h. 14-15. 5Buanajaya, B.S, Penelitian Historis Keberadaan Budaya Keagamaan Khonghucu Di Indonesia

(Surakarta: Matakin-Dewan Rohaniawan Agama Khonghucu Indonesia, 2009), h. 55. 6M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2009), h. 105.

Page 11: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

3

Diskriminasi hak-hak sipil bagi etnis Tionghoa di berbagai bidang

kehidupan budaya keagamaannya: antara lain dianulirnya pencatatan

perkawinan secara agama Khonghucu di kantor Catatan Sipil, dihentikan

pendidikan agama bagi siswa/mahasiswa beragama Khonghucu, secara

sistematis ditiadakannya kolom agama Khonghucu pada Kartu Tanda

Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Hal ini adalah salah satu

peristiwa pengebirian hak sipil untuk mereka.7

Begitu pula yang terjadi di kabupaten Majalengka, tidak jauh berbeda

dengan kondisi penganut Khonghucu di daerah lain, keberadaan penganut

agama Khonghucu di Majalengka pada akhirnya terpinggirkan. Efek dari

keluarnya kebijakan dari pemerintah tentang pelarangan agama Khonghucu

ternyata tidak sebatas pada ritual agama saja, namun merembet pada hal lain

di luar agama. Terjadi disparitas yang ekstrim dari pengetahuan yang bukan

hanya dalam bidang keagamaan dalam pengertian sempit, melainkan dalam

bidang yang lebih luas meliputi “hal-hal yang terkait dengan Tionghoa”

termasuk adat, tradisi dan filsafat8.

Klenteng, sebagai tempat ibadah agama Khonghucu, juga tidak

memiliki nasib yang lebih baik. Rumah ibadah harus menyesuaikan

mengikuti agama yang menjadi legal sesuai aturan Negara. Oleh karenanya,

muncullah ajaran Tridharma (Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme)9

7Buanajaya, B.S, Penelitian Historis Keberadaan Budaya Keagamaan Khonghucu Di Indonesia

(Surakarta: Matakin-Dewan Rohaniawan Agama Khonghucu Indonesia, 2009), h. 34. 8Wawancara dengan Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Ketua Bidang Organisasi dan Lintas

Agama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) pada tanggal 19 November 2016 di

Khongcu Bio Tangerang. 9Tridharma kadang-kadang dieja dalam dua kata sebagai “Tri Dharma”. Sebagaimana akan

diterangkan kemudian, organisasi yang ikut dalam jajaran Sam Kauw Hwee, dan yang akan memperluas

Page 12: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

4

untuk adaptasi peraturan pemerintah.10

Langkah ini diambil cukup

kompromis dari sisi politis dan juga keberlangsungan klenteng sebagai

sarana ibadah secara bersama-sama penganut agama sejenis, termasuk

sebagai upaya menjaga eksistensi bangunan budaya klenteng yang berumur

ratusan tahun11

.

Merujuk pada sumber yang ada dalam prasasti yang tertulis di

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, bangunan ini didirikan sejak 1803, sejak itu

klenteng ini mengalami dua kali perubahan, pemugaran pertama kali

dilakukan tahun 1903 dan pemugaran kedua tahun 1992.12

Melihat umur

bangunan yang sudah dua abad lebih ini masih berdiri kokoh dan masih

terjaga keberadaannya, bahkan bangunan ini saat ini menjadi cagar budaya

yang tentu saja dilindungi maka tidak heran kita patut mengapresiasi upaya

penganut agama Khonghucu di kabupaten Majalengka menjaga eksistensi

klenteng Hok Tek Tjeng Sin sampai sekarang ini, mengingat selama 32 tahun

orde baru keberadaannya tidak diakui. Fungsi utama klenteng-klenteng

agama Khonghucu, adalah sebagai tempat peribadatan. Di klenteng

orang-orang mengangkat dupa, menangkupkan telapak tangan saat berdoa,

dan membakar kertas untuk menyembah dewa-dewa yang terkenal dalam

basisnya di Jawa Barat menggunakan “Tridharma” untuk menekankan kesatuan dari elemen-elemen ketiga

ajaran, sementera organisasi yang berkembang kemudian di Jawa Timur telah menggunakan kata “Tri

Dharma”. lihat dalam Tsuda Koji. 2012b. “The Legal and Cultural Status of Chinese Temples in

Contemporary Java.” Asian Ethnicity 13(4): 392. 10Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 455.2-360 tahun 1988 tentang Penataan Klenteng yang

menyatakan bahwa unsur-unsur yang terkait dengan klenteng-klenteng harus dihindarkan karena “tatabudaya

asing” itu tidak sesuai dengan “kepribadian Indonesia”. Lihat dalam I. Wibowo. dkk. 2010. Setelah Air Mata

Kering. Jakarta: Kompas. 194. 11Wawancara dengan Edi Subhari, pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada tanggal 29

November 2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka. 12Observasi awal ke Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada tanggal 12 September 2016. Prasasti yang

berupa tulisan penanggalan awal berdiri, pemugaran terdapat dalam tembok di salah satu sudut di Klenteng

Hok Tjeng Sin.

Page 13: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

5

kepercayaan Tionghoa. Sekilas pemandangan “biasa” ini membangkitkan

sensasi “tradisi”, dari praktek-praktek upacara yang diturunkan dari generasi

ke generasi di antara orang-orang Tionghoa, melebihi batasan-batasan waktu

dan geografi.13

Namun, bidang ini, meskipun secara umum dimengerti sebagai

“kepercayaan etnik Tionghoa”, sama sekali tidak mempertahankan

keberadaannya secara “tradisional”.14

Sebaliknya, demi mengadaptasi ke

kondisi sosial dan politik, “tradisi” ini telah melewati perubahan-perubahan

berarti. Perubahan yang paling nyata terjadi pada pergantian abad ke 20 di

bawah struktur kolonial Hindia Belanda Timur, ketika para cendekiawan

Peranakan Tionghoa mencari dan secara sangat sadar mendukung konsep

“Agama Tionghoa” yang jelas sebagai tonggak spiritual untuk

memodernisasi “orang-orang Tionghoa.”15

Maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menelusuri

keberadaan agama Khoghucu di Jawa Barat, khususnya kabupaten

Majalengka mengenai keberadaan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang berdiri

sejak tahun 1803, bahkan secara historis keberadaan klenteng ini lebih tua

dari pendirian kabupaten Majalengka sendiri yaitu tanggal 11 Februari 1840

berdasarkan Staatsblad nomer 7: Besluit (Surat Keputusan) Gubernur Jendral

13Wawancara dengan Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Ketua Bidang Organisasi dan Lintas

Agama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) pada tanggal 19 November 2016 di

Khongcu Bio Tangerang. 14Tsuda Koji. 2012b. “The Legal and Cultural Status of Chinese Temples in Contemporary

Java.” Asian Ethnicity 13(4): 389-398. 15Wawancara dengan Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Ketua Bidang Organisasi dan Lintas

Agama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) pada tanggal 19 November 2016 di

Khongcu Bio Tangerang.

Page 14: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

6

Hindia Belanda nomer 2.16

Tidak banyak peninggalan fisik peninggalan

agama Khonghucu di kabupaten Majalengka. Dari ketiga bangunan klenteng

di kabupaten Majalengka, hanya klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang masih

memiliki fungsi sebagai rumah ibadah penganut agama Khonghucu. Dengan

data tersebut menunjukkan keberadaan klenteng yang cukup lama dan tentu

saja para penganutnya yang ada pada masa itu lebih dulu membaur dengan

masyarakat pada masanya merupakan kajian yang cukup menarik17

.

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik mengembangkan

kajian yang lebih mendalam melalui sebuah penelitian dalam bentuk skripsi

dengan judul: “Eksistensi Agama Khonghucu di Kabupaten Majalengka

(Studi Kasus Penganut Khonghucu dan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin).”

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dirumuskan oleh peneliti dalam skripsi ini

adalah bagaimana cara penganut Agama Khonghucu di Kabupaten

Majalengka mempertahankan eksistensi dan fungsi klenteng Hok Tek Tjeng

Sin dari mulai masa pemerintahan Orde Baru hingga masa sekarang.

16Menurut penelusuran sejarah ada dua hal penting dalam proses pendirian kabupaten majalengka

pada masa itu, pertama pada tanggal 5 Januari 1819 pada saat itu terjadi Pembentukan Karesidenan Cirebon,

terdiri atas Keregenan (Kabupaten) Cirebon, Maja, Bengawan Wetan, Kuningan, dan Galuh

(Ciamis–Pen.)[PENDIRIAN KABUPATEN MAJA] data ini berdasarkan Besluit (Surat Keputusan)

Komisaris Jendral Hindia Belanda No. 23. Selanjutnya pada 11 Februari 1840 terjadi peristiwa (1)

Perpindahan ibu kota Kabupaten Maja ke “daerah Sindangkasih” (2) Perubahan nama Kabupaten Maja

menjadi Kabupaten Majalengka (sama makna dengan majapahit).(3) Perubahan nama tempat kedudukan (ibu

kota) baru Kabupaten Maja yang yang semula bernama “daerah” Sindangkasih menjadi “kota”

Majalengka [Pendirian Kota Majalengka]. lihat tulisan Tatang M. Amirin, “Kabupaten Majalengka: Melacak

Jejak Hindia Belanda”, https://tatangmanguny.wordpress.com/sejarah-kabupaten-majalengka-bunga-rampai/

diakses tanggal 4 September 2016. 17Wawancara dengan Edi Subhari, pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada tanggal 29

November 2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 15: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penganut

Agama Khonghucu di Kabupaten Majalengka mempertahankan eksistensi

dan fungsi klenteng Hok Tek Tjeng Sin dari mulai masa pemerintahan Orde

Baru hingga masa sekarang.

Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti

dan akademisi lainnya tentang eksistensi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Majalengka dari mulai dibangun hingga masa sekarang.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat tentang rumah

ibadah bagi agama Khonghucu yaitu Klenteng Hok Tek Tjeng Sin.

c. Manfaat Akademis

Untuk memenuhi tugas akhir dan untuk memenuhi syarat mencapai gelar

S1 (strata satu) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin berupa penelitian

karya ilmiah/skripsi.

D. Tinjauan Pustaka

Peneliti telah melakukan tinjauan terhadap penelitian – penelitian

terdahulu dan belum menemukan penelitian yang membahas mengenai

eksistensi agama Khonghucu di Majalengka (Studi Kasus Klenteng Hok Tek

Tjeng Sin), akan tetapi peneliti menemukan penelitian yang berkaitan dengan

penelitian ini namun memiliki fokus pembahasan yang berbeda, diantaranya

Page 16: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

8

adalah:

1. Perkembangan agama Khonghucu di Indonesia Pada Masa Reformasi

(Studi Kasus di Masyarakat Cina Penganut agama Khonghucu di

Tangerang) yang ditulis oleh Gunawan Saidi, Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Skripsi ini membahas

perkembangan agama Khonghucu di Tangerang pada masa reformasi.

Skripsi menarik kesimpulan bahwa perkembangan agama Khonghucu di

Tangerang pada masa reformasi tidak terlepas dari peranan umat dan

misi ajaran Khonghucu. Beberapa pelarangan dan pembatasan beragama

bagi umat Khonghucu hanya akan memicu diskriminasi terhadap agama.

Namun untungnya Presiden Abdurrahman Wahid dan presiden-presiden

setelahnya selalu menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi,

sehingga umat Khonghucu di Tangerang bisa berkembang.

2. Dampak Perkembangan agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi

kasus pindah agama umat Buddha di Tangerang) yang ditulis oleh Sabar

Sukarno, dosen Sekolah Tinggi agama Buddha Negeri Sriwijaya

Tangerang Banten. Penelitian ini membahas dampak perkembangan

agama Khonghucu terhadap agama Buddha pasca reformasi di wilayah

Tangerang. Agama Khonghucu pernah dilarang keberadaannya pada

masa orde baru. Setelah terjadi reformasi, agama Khonghucu diizinkan

berkembang lagi. Ini merupakan hal positif bagi agama Khonghucu dan

warga Tionghoa pada umumnya, tetapi di sisi lain memberikan dampak

tersendiri terhadap agama Buddha dalam aspek pemeluk agama, tempat

ibadah, organisasi dan aspek sosial.

Page 17: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

9

3. Ratio Legis Presiden Abdurrahman Wahid Menjadikan Khonghucu

Sebagai Agama Resmi Negara (Analisis Keputusan Presiden Nomor 6

Tahun 2000 Tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun

1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina). Skripsi ini

ditulis oleh Airin Liemanto, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Brawijaya Malang. Skripsi ini membahas kebijakan Abdurrahman Wahid

di era reformasi yang mendukung kebebasan beragama. Diawali dengan

Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 200 tentang Pencabutan Instruksi

Presiden Nomor 14 tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat

Istiadat Cina. Fakta kesejarahan yang terjadi di Indonesia terbalik

dengan fakta yang terjadi di negeri Tiongkok. Masyarakat Tiongkok

lebih melihat Konfusius sebagai pendidikan filsafat dan bukan agama.18

Sedangkan di Indonesia, dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden

Nomor 6 Tahun 2000, menjadikan Khonghucu kembali lagi diakui

sebagai agama resmi negara.

Penelitian yang disebutkan di atas memiliki beberapa persamaan

dengan skripsi peneliti yaitu meneliti tentang agama Khonghucu di Indonesia.

Namun memiliki perbedaan dalam fokus pembahasan yaitu pada penelitian

pertama adalah tentang perkembangan pada masa reformasi, penelitian kedua

membahas tentang hubungan agama Khonghucu dan agama Buddha pasca

Orde Baru, dan penelitian ketiga fokus membahas Keputusan Presiden

Abdurrahman Wahid yang kembali menetapkan Khonghucu sebagai agama

18Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina - Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 120.

Page 18: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

10

resmi Negara. Ketiga penelitian di atas memiliki signifikansi dengan

penelitian yang peneliti lakukan, yaitu bagaimana agama Khonghucu tidak

serta-merta mati atau hilang begitu saja setelah adanya pelarangan, namun

bisa bertahan dengan berbagai cara yang ditempuh.

E. Metodologi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (Field

Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke

lapangan, mewawancarai dan mengamati objek penelitian19

. Peneliti mulai

mengumpulkan data ke lapangan pada tanggal 12 September 2016 hingga 20

Desember 2016 dengan total 14 kali turun ke lapangan, termasuk ke

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka,

masjid dan gereja yang berada di sekitar klenteng, Sekolah Alkitab

Penyebaran Injil (SEAPIN) Majalengka, hingga rumah-rumah narasumber.

Dengan begitu, peneliti dapat melihat langsung antusiasme masyarakat

Kabupaten Majalengka dan di luar Majalengka terhadap keberadaan

klenteng.

Penelitian ini juga didukung dengan penelitian perpustakaan (Library

Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelusuri

dokumen-dokumen, jurnal, buku-buku.20

Karena dalam penelitian ini,

peneliti mempelajari sejarah Khonghucu di Indonesia, peraturan-peraturan

pemerintah yang berkaitan dengan klenteng, serta pengaruh Abdurrahman

19Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 53. 20Sjamsudin, Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Ombak, 2007), h. 76.

Page 19: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

11

Wahid terhadap klenteng. Data-data tersebut peneliti dapatkan dari

penelusuran kepustakaan.

b. Sumber Data

1. Data primer dalam penelitian ini adalah data-data yang diambil dari

lapangan langsung baik melalui wawancara pengurus dan jemaat

klenteng, masyarakat sekitar klenteng di kabupaten Majalengka

maupun observasi langsung, serta dokumen-dokumen klenteng Hok

Tek Tjeng Sin. Wawancara yang dilakukan terdiri dari 1 orang

pengurus klenteng yang sangat memahami agama Khonghucu, 8 orang

jemaat klenteng yang datang setiap dua minggunya ke klenteng Hok

Tek Tjeng Sin, beberapa orang warga sekitar klenteng yang memiliki

hubungan dengan masyarakat penganut agama Khonghucu, dan

beberapa penganut agama Khonghucu yang pernah rutin beribadah ke

klenteng Hok Tek Tjeng Sin namun telah konversi ke agama lain.

2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku atau

literatur-literatur yang membahas agama Khonghucu, baik sejarah

masuk maupun ajaran-ajarannya serta peneletian sebelumnya yang

membahas agama Khonghucu, baik upacara, ajaran-ajaran maupun

perkembangannya di Indonesia.

c. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis, yaitu kajian ilmu

tentang kemasyarakatan yang ingin mengetahui secara mendalam tentang

gejala dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat, yang dimana akan

Page 20: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

12

membentuk suatu pola pikir dan tindakan pola pikir.21

Dalam ilmu sosiologi

dikenal istilah institusi sosial. Institusi merupakan satuan norma khusus yang

menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus manusia

dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Koentjaraningrat, aktivitas

manusia atau kemasyarakatan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar

bisa dikategorikan sebagai institusi sosial. Salah satunya adalah jika

kelompok manusia tersebut menjalankan aktivitas bersama dan saling

berhubungan menurut sistem norma-norma tersebut.22

Itu artinya klenteng

merupakan salah satu institusi sosial. Peneliti menggunakan pendekatan ini

karena objek pada penelitian ini adalah manusia, yang merupakan makhluk

sosial, dan gejala keberagamaan yang timbul dari manusia itu sendiri. Oleh

karena itu pendekatan ini digunakan untuk meneliti gejala sosial dan

keberagamaan yang timbul di klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan masyarakat

Tionghoa yang berada di Kabupaten Majalengka.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Kepustakaan

Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul „Metode

Penelitian‟, studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,

catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan

21Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 9. 22Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), h. 70-74.

Page 21: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

13

masalah yang dipecahkan, dalam hal ini adalah mengenai Klenteng

sebagai rumah ibadah, dan Agama Khonghucu pada umumnya.23

Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku agama Khonghucu, jurnal,

dokumen dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik.

Peneliti menggunakan data kepustakaan terutama untuk data-data

sekunder yang terkait dengan sejarah masuknya Agama Khonghucu di

Indonesia secara umum, ataupun khususnya di Kabupaten Majalengka,

juga dengan ajaran-ajarannya. Peneliti menggunakan studi kepustakaan ini

karena penelitian yang bersangkutan tidak cukup hanya dengan observasi

dan wawancara, namun juga butuh pijakan teoritis yang melandasi

penelitian lapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu.24

Wawancara ini dilakukan dengan tujuan menyajikan konstruksi

saat sekarang dalam suatu konteks mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas,

organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi tingkat dan bentuk

keterlibatan25

pengurus dan para penganut agama Khonghucu pada

klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan masyarakat Tionghoa yang berada di

kabupaten Majalengka. Wawancara ini juga dilakukan terhadap

masyarakat kabupaten Majalengka yang berada di sekitar klenteng.

23M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 4-5. 24Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 180. 25Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 79.

Page 22: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

14

3. Observasi langsung

Teknik observasi langsung dipergunakan untuk menggali data dari

sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, gambar

atau rekaman keberadaan klenteng Hok Tek Tjeng Sin. Observasi

langsung ini dilaksanakan secara formal dan informal. Observasi dalam

penelitian kualitatif sering disebut observasi yang berperan pasif.26

Peneliti tertarik terhadap Klenteng Hok Tek Tjeng Sin di Kabupaten

Majalengka sudah sekian lama, karena Kabupaten Majalengka adalah

kampung halaman peneliti. Peneliti sering melintasi lewat Klenteng Hok

Tek Tjeng Sin sebelumnya, tetapi tidak pernah masuk ke dalamnya.

Peneliti mulai tertarik dengan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin sejak

mendapatkan mata kuliah Tao dan Konfusianisme, dan baru memulai

observasi langsung di klenteng ini sejak ada tugas penelitian skripsi untuk

syarat kelulusan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Di sana peneliti menemui pengurus klenteng dan penganut agama

Khonghucu yang sedang datang untuk beribadah.

4. Mencatat Dokumen/Arsip

Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang

bersumber dari dokumen dan arsip27

yang berkaitan dengan agama

Khonghucu di Majalengka dan juga keberadaan klenteng Hok Tek Tjeng

Sin Majalengka, dari mulai sertifikat Klenteng, maupun dokumen yang

26Sutopo, H.B, Metodologi Penelitian Kualitatif - Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian

(Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002), h. 185. 27Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 45.

Page 23: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

15

berhubungan dengan Dr. Iwan Satibi, tokoh Agama Khonghucu yang

paling besar perannya dalam mempertahankan eksistensi Klenteng Hok

Tek Tjeng Sin.

e. Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif, yaitu

mendalami tentang eksistensi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka dari

masa ke masa, dalam penelitian ini dipersempit hanya dari masa Orde Baru

hingga masa sekarang ini. Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kajian deskriptif yaitu metode kajian yang meneliti suatu keadaan

dengan tujuan membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis, faktual,

dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan pengkajian serta hubungan antar

fenomena yang sedang diteliti.

F. Sistematika Penelitian

Pembahasan penelitian ini disusun dalam lima bab. Bab I adalah

pendahulian. Di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang masalah dan

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Di dalam bagian ini

juga akan diuraikan tujuan, manfaat dan metode penelitian.

Pada bab II, akan dikemukakan secara umum masuknya agama

Khonghucu di Indonesia dan khususnya di Majalengka. Dari mulai

berdirinya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, Masuk dan berkembangnya agama

Khonghucu di Majalengka, hingga profil klenteng Hok Tek Tjeng Sin.

Pada bab III, akan diuraikan tentang dinamika eksistensi Klenteng

Hok Tek Tjeng Sin dan penganut Khonghucu di Majalengka. Di dalamnya

Page 24: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

16

terdapat eksistensi penganut Khonghucu dan klenteng pada masa Orde Baru,

masuknya masyarakat luar Majalengka di klenteng, hingga eksistensi

Penganut Khonghucu dan klenteng pasca Orde Baru.

Pada bab IV, akan diuraikan Eksistensi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

masa sekarang, dari mulai peran Iwan Satibi dalam mempertahankan

klenteng, masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, hubungan masyarakat

sekitar dengan klenteng, hingga fungsi klenteng pada masa sekarang.

Pada bab V, merupakan bab terakhir dari penelitian skripsi ini yang

terdiri dari dua sub bab, yakni sub bab pertama yang berisikan Kesimpulan

dan sub bab kedua yang berisikan Saran.

Page 25: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

17

BAB II

SEJARAH AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA

A. Sekilas Pandang Agama Khonghucu di Indonesia dan Ajarannya

Sudah hampir satu abad agama Khonghucu berkembang di tengah-

tengah masyarakat Indonesia. Namun ada kalangan yang mengatakan bahwa

agama Khonghucu sudah ada di Indonesia sejak orang Tiongkok pertama kali

datang ke Indonesia. Orang-orang Tiongkok sudah datang ke Jawa jauh

sebelum kedatangan orang Barat. Pada abad ke-4, Fa Hsien seorang pendeta

Buddha yang berasal dari Tiongkok melakukan perjalanan ke India. Saat

perjalanan pulang, ia singgah di Jawa selama lima bulan. Berdasarkan

catatan yang dibuatnya, saat itu belum ada orang Tionghoa yang menetap di

Jawa. Pada abad ke-7, pendeta Buddha lainnya bernama I Tsing ingin

mempelajari agama Buddha dan singgah di Nusantara untuk belajar bahasa

Sansekerta.1

Pada abad ke-9 yaitu masa Dinasti Tang, banyak orang Tionghoa

yang berdatangan ke Nusantara untuk berdagang dengan tujuan mencari

kehidupan yang baru. Dan pada masa kerajaan Airlangga ditemukan koloni

orang Tionghoa di Tuban, Gresik, Jepara, Lasem dan Banten. Kondisi inilah

yang menggambarkan bahwa orang Tionghoa mampu mempertahankan

kedudukannya dan dapat diterima masyarakat setempat.2 Sama halnya seperti

agama Islam, agama Khonghucu bukanlah misi utama para pendatang dari

Negeri Tiongkok. Agama hanyalah salah satu warisan turun-temurun yang

dibawa, disamping misi utama, yaitu perdagangan.

1Poerwanto Hari, Orang Cina Khek Dari Singkawang (Depok: Komunitas Baru, 2005), h. 39. 2Setiono Benny, Tionghoa Dalam Pusaran Politik (Jakarta: Trans Media, 2008), h. 20.

Page 26: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

18

Di negaranya sendiri, ajaran-ajaran klasik Tiongkok bukan dikenal

sebagai agama. Karena konsep keberagamaan, dari mulai Tuhan, kitab suci,

rumah ibadah serta ajaran-ajaannya tidak bisa disamakan dengan agama

Islam, Kristen maupun Yahudi. Menurut Ongkoham, Konfusianisme

bukanlah agama. Konfusius sama sekali tidak memikirkan akhirat. Beliau

mengajarkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan setelah

mati, seperti hubungan harmonis antar manusia. Konfusianisme mewariskan

satu tradisi yang menjadi identitas kehidupan spiritual masyarakat Tionghoa

secara umum, yakni fokus pada keluarga, baik yang masih ada maupun yang

sudah wafat. Konfusianisme biasanya dihayati oleh para mandarin elit politik

atau birokrasi. Sedangkan kaum pendatang di Indonesia bukan dari kalangan

itu. Jadi bisa dikatakan peran Konfusianisme hanyalah sedikit, kecuali dalam

hal pemujaan nenek moyang.3

Di Indonesia, agama yang dianut oleh penduduknya adalah hal yang

sangat penting, berbeda dengan beberapa negara lainnya. Agama yang dianut

pun harus jelas asal-usulnya, termasuk agama Khonghucu. Walaupun agama

Khonghucu diyakini sudah lama tersebar di tanah air, berdirinya Tiong Hoa

Hwee Koan (THHK) dan Khong Kauw Hwee adalah simbol berkembangnya

agama Khonghucu di Indonesia.4 Pada awalnya, berdirinya THHK adalah

gerakan menterjemahkan kitab Tai Hak (Ajaran Besar) dan Tiong Yong

(Yang Sempurna) ke dalam Bahasa Melayu oleh Tan Ging Tiong.

3Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina - Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 118 – 120. 4M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2000), h. 87.

Page 27: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

19

Penerjemahan kitab Tai Hak dan Tiong Yong yang ditulis pada tahun 1900 ini

secara langsung telah mempromosikan ajaran Khonghucu di kalangan

masyarakat Tionghoa di Indonesia. Masyarakat keturunan Tionghoa memang

sebagian sudah tidak bisa berbahasa Mandarin.5 Oleh karena itu mereka

mendirikan sekolah-sekolah yang di dalamnya diajarkan ajaran-ajaran etika

dari Khonghucu.6

Konfusius atau Khonghucu mulai dikenal di Cina melalui pemikiran-

pemikirannya yang cemerlang yang dilontarkan pada zaman Chou Timur

(770-221 SM). Konfusius lahir pada tahun 551 SM berasal dari kota Lu,

provinsi Shandong. Konfusius dibesarkan oleh ibunya karena ia sudah

kehilangan ayahnya ketika masih berusia tiga tahun. Ketika dewasa dan

bekerja sebagai pegawai pada kuil bangsawan Zhou, ia mengikuti semua

detail-detail yang terdapat dalam perayaan yang akhirnya menjadikannya

sebagai seorang yang ahli dalam ritual agama kuno. Hal ini membuatnya

mempunyai banya pengikut yang hendak berguru kepadanya.7

Ajaran Konfusianisme atau Khonghucu atau Konfusius dalam bahasa

Mandarin, istilah aslinya adalah Ru Jiao yang berarti agama dari orang-orang

yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Dalam agama Khonghucu

terdapat ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama

Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama

manusia atau disebut „Ren Dao’ dan bagaimana cara melakukan hubungan

5Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010), h. 1. 6Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 91. 7Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 16.

Page 28: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

20

dengan Sang Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah

„Thian’ atau „Shang Di’.8

Sedangkan iman menurut ajaran Khonghucu harus dipahami sebagai

perasaan dan kebatinan yang melibatkan hati nurani, pengalaman spiritual,

keyakinan, pencarian, tindakan dan perbuatan nyata untuk menggapai suatu

kebahagiaan yang amat indah. Murid nabi Khonghucu pun selalu meraba-

raba dalam memahami iman. Ada ajaran nabi Khonghucu yang tidak bisa

diterima dengan indra pendengaran, tidak bisa dinalar dengan pikiran

manusia, dan sulit dijelaskan dengan kata-kata. Semuanya hanya bisa

diterima oleh kepercayaan dan keyakinan. Di dalam iman juga ada

peribadatan, suatu rasa syukur dan satya kepada Thian YME atau dalam

bahasa Khonghucu disebut Zhong.9

Selain pemujaan terhadap Tuhan (Thian), pemujaan terhadap leluhur

juga menjadi salah satu pokok dalam ajaran Konfusius. Pemujaan terhadap

leluhur adalah menolong seseorang untuk mengingat kembali asal-usulnya.

Disini asal mula manusia adalah dari leluhurnya. Upacara pemujaan terhadap

leluhur disini diperlukan sesaji. Sebagian aktivitas rumah tangga dalam

keluarga Cina selalu berhubungan dengan roh leluhur. Salah satu fungsi

utama keluarga adalah melaksanakan pemujaan terhadap leluhur. Pemujaan

leluhur dipandang sebagai perwujudan dari bakti anak terhadap orangtua dan

leluhurnya (Xiao).10

8Pokok Ajaran Agama Khonghucu. www.matakin.or.id diakses pada tanggal 15 Desember 2016. 9Ongky Setio Kuncono, Tomorrow Spirit (Jakarta: Gerbang Kebijakan Ru, 2015), h. 27. 10Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 17.

Page 29: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

21

Bagi orang Cina, merupakan kewajiban mereka untuk menghormati

Konfusius yang mereka anggap sebagai guru besar seperti halnya

penghormatan terhadap orang tua. Konfusius dianggap telah berjasa dalam

mengajarkan dasar-dasar ajaran moral yang sampai sekarang masih terus

diterapkan. Filsafatnya yang pada akhirnya menyatu dengan kehidupan

masyarakat Cina membuat secara keseluruhan ajaran Konfusius lebih banyak

ditujukan kepada manusia sebagai makhluk hidup. Sebagai bukti akan

kebesaran konfusius, tahun pertama dari penanggalan Imlek dihitung sejak

tahun kelahirannya.11

Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga

hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik.

Penganutnya diajarkan agar tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh

mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika

yang mengajarkan bagaimana manusia bertingkah laku.12

Konfusianisme

juga lebih mengutamakan kebaikan di dunia, dan jarang membahas

kehidupan setelah kematian. Menurut Konfusius, lebih baik jalani hidup

dengan berbuat baik terhadap sesama, karena apa yang dilakukan oleh

manusia, baik atau buruknya, akan kembali kepadanya.13

Salah satu religi dan tradisi Konfucian (Rujiao/Kongjiao) adalah

Imlek.14

Di Tiongkok terdapat dua jenis kalender: kalender tradisional yang

11Pokok Ajaran Agama Khonghucu. www.matakin.or.id diakses pada tanggal 15 Desember 2016. 12Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus

pindah agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya, h. 7. 13Konfusius, Analek Konfusius Kitab Kearifan Konfusius (Yogyakarta: New Diglossia, 2010), h.

10. 14Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Page 30: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

22

biasa disebut agricultural calendar dan kalender Gregorian yang biasa

disebut kalender umum atau kalender Barat. Nama lain dari kalender

Tionghoa adalah kalender "Yin”, yang dihitung atas dasar perhitungan bulan.

Sedangkan kalender Gregorian disebut kalender "Yang”, yang dikaitkan pada

perhitungan matahari. Kalender Tionghoa disebut kalender lama sedangkan

kalender Gregorian disebut kalender baru. Kalender Imlek (Yinli) adalah

kalender yang dihitung mulai dari tahun lahirnya Nabi Kongzi tahun 551

SM. Jadi tahun 2017 ini berarti tahun 551+2017 = 2568 Imlek. Karena awal

tahunnya dimulai dari awal kelahiran Sang Nabi, maka kalender Imlek juga

disebut Khongcu-lek.15

Kalender Imlek pertama kali diciptakan oleh Huang Di, seorang

Nabi/Raja agung dalam agama Ru jiao / Khonghucu. Lalu kalender ini

diteruskan oleh Xia Yu, sorang raja suci/nabi dalam agama Khonghucu pada

Dinasti Xia (2205 - 1766 SM). Dengan jatuhnya dinasti Xia dan diganti oleh

Dinasti Shang (1766 - 1122 SM), maka sistem kalendernya juga berganti.

Tahun barunya dimulai tahun 1 dan bulannya maju 1 bulan sehingga kalau

kalender yang dipakai Xia tahun baru jatuh pada awal musim semi, maka

pada Shang tahun barunya jatuh pada akhir musim dingin. Dinasti Shang lalu

diganti oleh Dinasti Zhou (1122 – 255 SM), dan bergantilah sistem

penanggalannya juga. Tahun barunya jatuh pada saat matahari berada di garis

23,5 derajat Lintang Selatan yaitu tanggal 22 Desember saat puncak musim

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 19.

15Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus

pindah agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya, h. 10-11.

Page 31: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

23

dingin. Dinasti Zhou lalu diganti Dinasti Qin (255 – 202 SM). Berganti pula

sistemnya. Begitu pula ketika Dinasti Qin diganti oleh Dinasti Han (202 SM

– 206 M). Pada zaman Dinasti Han, Kaisar Han Wu Di yang memerintah

pada tahun 140-86 SM lalu mengganti sistem kalendarnya dan mengikuti

anjuran Nabi Kongzi untuk memakai sistem Dinasti Xia. Sebagai

penghormatan atas Nabi Kongzi, maka tahun kelahiran Nabi Kongzi 551 SM

ditetapkan sebagai tahun pertama. Dengan demikian penanggalan Imlek

adalah perayaan umat Khonghucu.16

Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia ditandai pula oleh

berdirinya lembaga-lembaga agama tersebut. Berdirinya lembaga Agama

Khonghucu dimulai pada Tahun 1918 dengan rincian seperti di bawah ini:17

1918 diresmikan Khong Kauw Hwee (Kong Jiao Hui) di kota Surakarta,

yang kemudian disusul pula oleh kota-kota lainnya.

Tahun 1920an Kong Jiao Hui Surabaya menerbitkan majalah Djiep Tek

Tjie Boen (Ru De Zhi Men).

1923 mulai dilakukan musyawarah untuk membentuk badan pusat yang

dinamakan Khong Kauw Tjong Hwee (Kong Jiao Zong Hui) di

Yogyakarta. Bandung dipilih sebagai kedudukan pusat organisasi dan Poei

Kok Gwan terpilih sebagai ketua umum. Keputusan ini didukung oleh

Khong Kauw Hwee dari kota Surabaya, Sumenep, Kediri, Surakarta,

Semarang, Blora, Purbolinggo, Cicalengka, Wonogiri, Yogyakarta,

16Ongky Setio Kuncono, “Penanggalan Imlek dan Kongzi li (Penanggalan Khonghucu),” artikel

diakses pada 21 Maret 2017 dari https://www.spocjournal.com/religi/591-imlek-adalah-penghargaan-

terbesar-kepada-nabi-kongzi.html 17Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 98.

Page 32: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

24

Kartasura, dan Pekalongan. Pada tahun itu pula, diterbitkan majalah

Khong Kauw Gwat Poo atau Kong Jiao Yue Bao.

25 September 1924 diadakan Kongres di Bandung yang tujuan utamanya

membahas lebih lanjut penyeragaman tata ibadah di seluruh tanah air.18

25 Desember 1938 diadakan konferensi di Surakarta dan kedudukan pusat

dialihkan ke kota Surakarta, dengan ketua umum Tio Tjien Ik, sekretaris

Auw Ing Kiong dan diterbitkan majalah bulanan Bok Tok Gwat Po (Mu

Duo Yue Bao).

20 Februari 1939 diadakan perayaan Tahun Baru Imlek bersama di

Surakarta.

24 April 1940 diadakan konferensi Kong Jiao Zong Hui di Surabaya yang

hasil antara lain: (1) Konferensi tahun 1941 akan diselenggarakan di

Cirebon; (2) Semua sekolah Khong Kauw Hwee diberi pelajaran agama

Khonghucu; (3) Upacara pernikahan dan kematian supaya diselidiki dan

disesuaikan dengan keadaan zaman, tapi tetap berpatokan pada nilai-nilai

Ru Jiao.19

Pada tahun 1942, karena imbas perang dunia II dan masuknya bala tentara

Jepang ke Indonesia, Khong Kauw Tjong Hwee yang dianggap anti-

Jepang dibekukan.

Masa Penjajahan Jepang (1942-1945). Pada masa itu, Litang (tempat

ibadah umat Khonghucu) banyak menampung pengungsi tanpa

18Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 98. 19Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 99.

Page 33: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

25

memandang ras. Hal ini sesuai dengan prinsip “Di Empat Penjuru

Samudera Semua Umat Bersaudara”.

Masa Kemerdekaan - Pada awal-awal kemerdekaan NKRI, kegiatan

Khong Kauw Hwee lebih banyak bersifat lokal. Pada bulan Desember

1954, di Solo, diselenggarakan konferensi tokoh-tokoh agama Khonghucu

untuk persiapan membangun kembali Khong Kauw Tjong Hwee.

Pada tgl 16 April 1955 dibentuk PKCHI (Perserikatan Khong Chiao Hwee

Indonesia / Perserikatan Kong Jiao Hui Indonesia) sebagai penjelmaan

kembali Khong Kauw Tjong Hwee dengan kedudukan pusat di Solo

dengan Ketua umum: Dr. Kwik Tjie Tiok. Sekretaris: Oei Kok Dhan.20

B. Masuk dan Berkembangnya Agama Khonghucu di Majalengka

Sejarah perjalanan dan perkembangan agama Khonghucu (Kong jiao)

sangatlah panjang. Tidak seperti agama-agama lain yang bersifat agresif

dalam usahanya mendapatkan banyak pemeluk, agama Khonghucu lebih

menekankan pada sikap membina diri sendiri (dan menghindari sikap

menuntut orang lain). Karena itulah perkembangan agama Khonghucu

(terutama perihal penyebaran ajaran maupun perkembangan jumlah

penganutnya) agak sulit dilacak dengan pasti.21

Dalam agama lain seperti Islam, Kristen, Buddha dan lain-lain yang

umatnya gampang dikenali hanya dengan suatu „sumpah masuk agama‟

misalnya pembaptisan di agama Kristen dan pembacaan kalimat syahadat di

20Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 103. 21Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina - Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 120.

Page 34: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

26

agama Islam, maka seorang penganut agama Khonghucu tulen sangat sulit

untuk dikenali karena „Kekhonghucuan‟ mereka diukur dalam perbuatan dan

tingkah laku mereka sepanjang hidupnya. Karena itulah seorang penganut

agama Khonghucu semasa hidupnya tidak „berani‟ menyebut dirinya sebagai

penganut agama Khonghucu karena hal ini akan dinilai sendiri oleh generasi-

generasi sesudahnya.22

Sulit untuk menyebutkan secara pasti kapan agama Khonghucu

pertama kali dibawa dari Tiongkok ke Indonesia. Seperti diuraikan di atas,

ajaran agama Khonghucu tidak disebarkan secara agresif. Ajaran agama

Khonghucu diwariskan dari generasi ke generasi melalui bimbingan keluarga

dimana seorang ayah akan memberikan teladan perbuatan kepada anaknya

dan begitu seterusnya sang anak mewariskannya kepada cucunya.

Karena alasan inilah agama Khonghucu yang „terbawa‟ ke Indonesia sudah

bercampur baur dengan ajaran agama Buddha dan agama Tao.23

Masuk dan berkembangnya agama Khonghucu di Kabupaten

Majalengka diperkirakan terjadi pada akhir Abad 18 atau awal Abad 19.

Sebagai buktinya adalah adanya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang berdiri

pada Tahun 1803 (lihat Gambar 1). Bagi sebagian masyarakat pendatang

Tionghoa yang mulai masuk ke Kabupaten Majalengka pada akhir abad 19,

keberadaan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin bukan merupakan daya tarik utama

bagi mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena faktor yang

22Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina - Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 121. 23Junzigroup‟s Weblog. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia (1) Diambil dari

https://junzigroup.wordpress.com/2008/05/11/ perkembangan-agama-khonghucu-di-indonesia-1/. Diakses

pada Tanggal 22 Maret 2017.

Page 35: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

27

membuat mereka datang ke Majalengka adalah perniagaan.24

Gambar 1: Waktu Berdirinya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Generasi pertama dari keluarga besar masyarakat Tionghoa yang ada

di Kabupaten Majalengka saat ini adalah para kontraktor. Jadi, agama

Khonghucu hanya merupakan salah satu aspek yang mereka bawa, namun

bukan menjadi alasan utama mereka datang ke Kabupaten Majalengka. Pada

masa-masa berikutnya, barulah Klenteng Hok Tek Tjeng Sin digunakan

sebagai tempat belajar mengajar, disamping fungsi utamanya yang

merupakan rumah ibadah bagi para penganut Agama Khonghucu.25

Namun, walaupun sejarah telah mencatat bahwa Khonghucu adalah

salah satu agama yang sudah terikat dengan tanah nusantara sejak lama, hal

tersebut tidak serta merta membuat agama ini diakui secara legal. Tahun

1967 adalah tahun keterpurukan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Tidak

24Wawancara dengan Koh Aung, penganut Agama Khonghucu yang konversi ke Agama Budha,

pada 29 November 2016 di kediaman beliau di JL Abdul Halim Kabupaten Majalengka. 25Wawancara dengan Edi Subhari, Pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin tanggal 29 November

2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka.

Page 36: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

28

ubahnya dengan penganut agama Khonghucu. Dilarangnya aktivitas

peribadatan agama Khonghucu di Indonesia tentunya menyebabkan kesulitan

bagi penganut agama Khonghucu di Indonesia, khususnya di Majalengka

untuk mengekspresikan kebebasan beragamanya. Pada tahun ini juga

aktivitas klenteng Hok Tek Tjeng Sin bubar, karena ketakutan akan tekanan

yang terjadi. Aktivitas di klenteng dicap sebagai salah satu gerakan Baperki

oleh para tentara. Semuanya digeneralisasi ketika itu. Segala sesuatu yang

ada hubungannya dengan klenteng dianggap Baperki.26

Masyarakat Tionghoa Majalengka tidak bisa berbuat banyak. Karena

sumber daya manusia yang rendah, dan juga masyarakat Tionghoa

Majalengka memang sedikit yang berpolitik ketika itu, jadi mereka tidak bisa

menyuarakan hak-haknya. Dikarenakan sarana yang terbatas, pembelajaran

dan peribadatan Agama Khonghucu makin sulit berkembang. Ini berimbas

kepada anak-anak muda pada masa itu tidak mendapatkan pelajaran yang

cukup mengenai agama Khonghucu. Makin hari, keluhuran anak-anak

terhadap leluhurpun makin terkikis. Pada akhirnya, banyak yang konversi ke

agama lain. Ada yang konversi ke agama Buddha, Katholik atau Protestan.

Salah satu alasannya ialah ajaran Katholik ataupun Protestan yang dinilai

lebih mudah dicerna ketimbang agama Khonghucu itu sendiri, yang dinilai

lebih rumit.27

26Wawancara dengan Edi Subhari, Pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin tanggal 29 November

2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka. 27Wawancara dengan Koh Aung, penganut Agama Khonghucu yang konversi ke Agama Budha,

pada 29 November 2016 di kediaman beliau di JL Abdul Halim Kabupaten Majalengka.

Page 37: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

29

Dalam Buku Kabupaten Majalengka dalam Angka Tahun 2016,

penduduk Kabupaten Majalengka yang menganut agama Khonghucu pada

Tahun 2015 hanya berjumlah 8 orang yang tersebar di 6 kecamatan, yaitu

Kecamatan Lemahsugih, Kecamatan Maja, Kecamatan Majalengka,

Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Panyingkiran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 1.28

Walaupun demikian, penduduk Kabupaten

Majalengka yang beragama Khonghucu diduga lebih dari 8 orang, tetapi

karena mereka tidak mengubah kembali nama agama di KTP nya, dan tetap

menggunakan nama agama sebelumnya ketika mereka dilarang menulis

agama Khonghucu di KTP tersebut.

28Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka. Kabupaten Majalengka dalam Angka Tahun 2016.

Majalengka: BPS Kabupaten Majalengka. 2016

Page 38: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

30

Tabel 1

Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Majalengka, Tahun 2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, 2016.

C. Klenteng sebagai Tempat Ibadah Penganut Khonghucu

1. Pengertian Klenteng

Menurut Suryanto (2006), pada jaman dahulu, dari jaman Nabi Fu

Xie (2953-2838 SM), Nabi Di Yao (2357-2255 SM), Nabi Shun dari Negeri

Yu (2255-2205 SM), Nabi Gao Yao, Nabi Yi Yin, Nabi Zhou Gong dan dan

lain-lain sampai pada Nabi Agung Kong Zi (551-479 SM), belum dikenal

istilah Klenteng, dahulu yang dikenal adalah Miao (Altar Kuil Leluhur), She

(Altar Malaikat Bumi). Sekarang disebut Du Di Gong atau Hok Tek Zheng

Page 39: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

31

Shen dan Jiao (Bangunan Ibadah untuk bersujud kepada Tian, Tuhan Yang

Maha Esa).29

Ketiga istilah ini, seiring perjalanan zaman telah mengalami derivatif

makna dan fungsi, namun demikian asal muasal dan pengertian dasarnya

tetap eksis, agar tidak bergeser pada kebenaran yang sebenarnya. Secara fisik

dari sejak dulu telah ada sebutan untuk membedakan kuil-kuil yang ada,

diantaranya; GONG artinya bangunannya megah (besar), dibangun oleh

Raja/Pejabat (Pembesar), dengan makna dan fungsi yang lebih luas; Ci

artinya Dibangun oleh masyarakat (kaum/marga) lebih untuk menghormati

leluhur; Sementara MIAO tetap dipergunakan sebagai tempat

ibadah/sembahyang yang baku.30

Seiring perkembangan zaman, makna dan fungsi mengalami

perubahan, dan nama kuilpun mengikuti perkembangan sesuai dengan

macam dan jenis, diantaranya:

YUAN :Bangunan yang bila ada pelajaran/taman baca/taman

komunikasi sosial.

TANG :Bangunan yang bila ada fungsi pelayanan

rohani/keagamaan, upacara/ritual.

TING : Bangunan yang bila berfungsi sebagai pendopo/kediaman

tempat pemujaan.

29

Suryanto. 2006. Sejarah Kelenteng dan Asal Mula Istilah Kelenteng. Diakses pada Tanggal 25

Maret 2017 dari http://www.wihara.com/topic/36117-sejarah-kelenteng-dan-asal-mula-istilah-kelenteng. 30Bratayana Ongkowijaya, Permasalahan Kelenteng di Bumi Indonesia: Selayang Pandang

Permasalahan Kelenteng Dewasa Ini.Medio Februari 2013.

Page 40: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

32

AN :Bangunan yang bila berfungsi sebagai tempat

pengasingan, menenangkan, hening.

GUAN :Bangunan yang bila lebih sebagai sarana

umum/kemasyarakatan.31

Pada zaman Dinasty TANG (618-905 M), saat itu ada klasifikasi yang

lebih terarah yaitu:

- Bagi Ru Jiao (Agama Khonghucu), yang berdasarkan Di dan Zu

(Leluhur), maka sebutan tempat ibadahnya adalah MIAO dan CI.

- Bagi Dao Jiao (Agama Dao), yang lebih tinggi derajat

bangunannya dinamakan GONG dan yang lebih rendah/dibawahnya

dinamakan GUAN.

- Bagi Shi Jiao (Agama Budha) yaitu untuk Paderi Laki (Hwe Sio)

disebut Si dan untuk pendeta wanita (Ni Khu) disebut AN.32

Melalui perkembangan sejarah yang cukup lama akhirnya semua

istilah ini bercampur baur menjadi satu yaitu Kelenteng. Padahal masing-

masing istilah mempunyai makna tersendiri seperti yang telah dijelaskan di

atas.

Istilah klenteng sesungguhnya berasal dari istilah asli Indonesia.

Timbulnya istilah klenteng erat sekali hubungannya dengan kebiasaan

sebutan-sebutan dalam bahasa di pulau Jawa khususnya dan di Indonesia

pada umumnya yang sering menyebutkan sesuatu yang berhubungan dengan

bunyi. Istilah klenteng ini diambil dari suara yang terdengar dari bangunan

31Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 41. 32Edi Suprapto, Atribut Dalam Kelenteng. Artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari

http://tradisitridharma.blogspot.co.id/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html

Page 41: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

33

suci tersebut ketika sedang menyelenggarakan upacara sembahyang yang

berbunyi klinting-klinting atau jika genta besar, maka berbunyi klonteng-

klonteng menurut pendengaran masyarakat sekitar. Kemudian untuk

memudahkan penamaan bangunan suci ini maka disebutlah dengan istilah

klenteng.33

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer terdapat dua

bentuk penulisan, yaitu “klenteng” dan “kelenteng”, tetapi keduanya

memiliki makna yang sama yaitu bangunan tempat memuja, berdo‟a,

bersembahyang dan melakukan upacara-upacara keagamaan bagi umat

Khonghucu. Istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah “kelenteng”.

Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kelenteng berasal dari Bahasa

Cina “Kwan Im Ting” yang artinya bangunan kecil tempat pemujaan Dewi

Kwan In.34

2. Arsitektur Klenteng

Arsitektur sebagai hasil karya manusia sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor georafi, geologi, dan ilkim. Secara fisik, ketiga hal

tersebut sangat berpengaruh terhadap penjelmaan bentuk arsitektur

bangunan, termasuk pada bentuk arsitektur bangunan klenteng. Untuk

memahami bentuk arsitektur bangunan klenteng, sebaiknya kita melihat

arsitektur bangunan Tiongkok secara umum, terutam terhadap pola

penataan ruang, langgam dan gaya, serta struktur dan konstruksi.35

33Bratayana Ongkowijaya, Permasalahan Kelenteng di Bumi Indonesia: Selayang Pandang

Permasalahan Kelenteng Dewasa Ini.Medio Februari 2013. 34Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 21. 35Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 26.

Page 42: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

34

Untuk pola penataan ruang, bangunan arsitektur Tiongkok dikenal

tata ruang dalam yang disebut dengan istilah Inner Court. Rumah

Tiongkok ditandai dengan adanya empluvium (Court Yard sebagai suatu

catatan dari pemikiran etnik Konfusius. Disamping itu cara hidup

masyarakat yang diwujudkan dalam wujud fisik dan spiritual kehidupan

juga ikut mewarnai bentuk dan penataan ruangnya. Kemudian untuk

langgam dan gaya bangunan berarsitektur Tiongkok dapat dijumpai pada

bagian atap bangunan. Umumnya dilengkungkan dengan cara ditonjolkan

agar besar pada bagian ujung atapnya. Hal ini yang disebabkan oleh

struktur kayu dan teknik pada pembentukan atap sopi-sopi.36

Lalu untuk

struktur dan konstruksinya, bangunan berarsitektur Tiongkok tampak jelas

pada sistem struktur dan konstruksinya. Lengkungan atapnya menonjol

sebagai suatu akibat dari sistem struktur langka yang umumnya terbuat

dari kayu.

Bagi masyarakat awam klenteng kadang kadang disebut sebagai

vihara, padahal klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam

arsitektur, umat dan fungsi. Klenteng pada dasarnya beraritektur

tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial

masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan

biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara juga ada yang

berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis aliran

Mahayana yang memang berasal dari Cina.37

36Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 28. 37Cokpraa, Arsitektur Kelenteng. Artikel diakses pada 27 Mei 2017 dari https://cokpra1994.

Page 43: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

35

Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu

karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah

pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuk kepercayaan tradisional

Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu

terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian

mengadopsi nama Sansekerta atau Pali, mengubah nama sebagai vihara

dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi

kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit

membedakan klenteng dengan vihara. Setelah Orde Baru digantikan oleh

Orde Reformasi, banyak vihara yang kemudian mengganti nama kembali

ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri

sebagai klenteng daripada vihara.38

Klenteng senantiasa memiliki keunikan tersendiri dibandingkan

dengan tempat ibadah yang lain, atribut-atribut unik tersebut senantiasa

memiliki arti/makna tertentu, baik tulisan, relief, hiasan, warna, serta

gambar-gambar tertentu yang memiliki arti tersendiri bagi umatnya (Edi

Suprapto, 2014).39

Hal utama yang pertama kali kita dapat lihat bahwa

bangunan tersebut adalah kelenteng adalah warna dinding bangunan

utama yang khas biasanya berwarna merah dan kuning bertuliskan hitam,

dipintu paling luar biasanya terdapat prasasti / papan nama, prasasti

wordpress.com/2015/05/09/arsitektur-kelenteng-2.

38Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus

pindah agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya, h. 15. 39Edi Suprapto, Atribut Dalam Kelenteng. Artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari

http://tradisitridharma.blogspot.co.id/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html

Page 44: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

36

modern biasanya terbuat dari ukiran batu, sedang kelenteng lama biasa

mengunakan papan Duilan. Warna merah biasanya mendominasi setiap

bangunan klenteng karena dipercaya melambangkan kegembiraan,

kebahagiaan, dan kesejahteraan. Warna kuning (keemasan) adalah warna

kemuliaan, kerajaan, kemakmuran dan kekayaan. Sementara warna hitam

melambangkan energi positif (Yang).

Seperti klenteng-klenteng lainnya, bangunan klenteng Hok Tek

Tjeng Sin yang ada di Kabupaten Majalengka juga didominasi warna

merah. Foto-foto di bawah ini menunjukkan dominasi warna merah baik

ketika dilihat dari luar lingkungan klenteng, maupun setelah masuk ke

dalam lingkungan klenteng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2: Foto Klenteng Hok Tek Tjeng Sin di Kabupaten Majalengka

Page 45: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

37

Gambar 3: Tampak Depan Bangunan Utama Klenteng

Atribut yang lainnya adalah patung atau relief sepasang naga,

harimau, kura-kura, burung hong, singa (ciok say / kilin), biasanya

menghias di atas atap, di pilar-pilar penyangga, depan altar dan di pintu.

Naga adalah mahkluk suci berkepala onta, bermata kelinci, berleher ular,

bersisik ikan, bercakar elang, berperut katak, berjengot kambing,

berkumis kucing, bertanduk menjangan, bertelinga sapi, dan bertaring

harimau. Hal ini menandakan naga adalah wakil dari seluruh mahkluk

hidup di dunia, dipercaya melambangkan keselamatan, bahkan pada

jaman dulu dipercaya ukiran naga adalah symbol seorang raja. Secara

kosmologi Naga adalah pelindung arah timur (lambang musim semi,

penghidupan baru). Harimau diangap sebagai sosok penguasa yang

ditakuti, dimana harimau sendiri adalah raja hutan / penguasa gunung,

Page 46: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

38

meskipun harimau sangat berbahaya tetapi tidak dibenci, karena

keberaniannya harimau malah dikagumi. Harimau melambangkan

keberanian dan ditakuti oleh roh-roh jahat. Seorang ksatria atau jendral

perang sering memakai atribut harimau baik di jubahnya ataupun di

rumahnya. Harimau adalah pelindung arah barat (lambang musim

gugur).40

Kura-kura adalah hewan yang besar, kuat dan memiliki umur yang

panjang, tetapi memiliki gerakan yang lambat, hal ini melambangkan

sesuatu akan tercapai bukan karena sesuatu yang instan melainkan dengan

memiliki niat yang kuat seperti kura-kura apapun dapat tercapai hingga

memiliki umur yang panjang, (keseimbangan dan umur panjang)

tempurung kura-kura memiliki guratan yang dipercaya mengandung

rahasia langit. Kura-kura adalah pelindung bawah bumi (tempurung kura-

kura seperti setengah dari bumi), ada sebuah relief yang mengambarkan

kura-kura bergulat dengan ular sebagai lambang utara, dan lambang

musim dingin. Burung Hong adalah burung gaib, dimana dia adalah

rajanya burung, ia melambangkan keindahan dan kedamaian, sebab itu dia

menjaga arah atas (langit). Burung Hong juga banyak dikiaskan dengan

permaisuri, jadi pasangan suami istri yang baru melangsungkan

pernikahan biasanya memakai simbol liong dan hong (naga dan burung

hong). 41

40Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 28. 41Edi Suprapto, Atribut Dalam Kelenteng. Artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari

http://tradisitridharma.blogspot.co.id/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html

Page 47: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

39

Sepasang singa Ciok say (singa kilin), adalah hewan penjaga pintu

kelenteng, Sebagai binatang dewa, Kie Lin sendiri bentuknya sepintas

mirip singa. Tetapi, bila dilihat secara agak mendetail maka terlihat kalau

sebagian tubuh Kie Lin ini mewakili ke-18 binatang yang ada di bumi.

Seperti badannya yang merupakan badan kuda tetapi memiliki sisik ular

dan sisik ikan. Buntutnya pun dari kura-kura. Keempat kakinya juga

berbeda semuanya. Ada yang berupa kaki burung hong (rajawali), kaki

macan, kaki kerbau, dan kaki menjangan. Kedua matanya yakni mata

kepiting, dengan telinga mewakili telinga kelinci serta bertaring macan.

Sedangkan jenggot dan mulutnya merupakan mulut singa, sepasang singa

dipercaya dapat menghalau keinginan jahat makhluk sebelum memasuki

kelenteng. Ciok say biasanya ditempilkan sepasang kanan kiri dimana

sebelah kiri laki-laki (memegang bola)dan sebelah kanan perempuan

(memegang anak singga). Ciok say atau kilin dipercaya sebagai pelindung

tengah(bumi).42

Burung Vermilion (burung merah) adalah salah satu dari empat

simbol dari rasi Cina. Sistem lima unsur Tao, itu merupakan elemen api,

dan melambangkan arah selatan, dan musim panas. Jadi kadang-kadang

disebut Vermilion burung dari Selatan. Hal ini dikenal sebagai Zhu Que

dalam bahasa Cina, Suzaku di Jepang, Jujak di Korea dan Chu Tuoc di

Vietnam, digambarkan sebagai burung merah yang menyerupai burung

dengan bulu lima warna dan terus-menerus tertutup api, hampir mirip

dengan mitologi barat dimana terdapat phoenix (burung api) tetapi

42Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 28.

Page 48: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

40

penampakan burung phoenix yang besar menjadikan tidak sama dengan

Zhu Que.43

3. Fengshui

Dalam Masyarakat Tiongkok masih banyak terdapat kepercayaan

tradisional yang turut menentukan jalan kehidupan mereka. Kepercayaan-

kepercayaan ini tidak saja dipakai dalam upacara-upacara daur kehidupan

manusia, seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Tetapi juga dalam

berbagai bidang, misalnya dalam menentukan letak makam seseorang,

dalam pembangunan tempat usaha, gedung-gedung maupun tempat

tinggal. Kepercayaan tradisional yang dipakai dalam hal ini disebut

Fengshui atau disebut juga geomancy, yaitu ilmu pengetahuan yang

mengolah bagaimana cara memanfaatkan suatu lingkungan. Sedangkan

dalam ensiklopedia sincia, Fengshui didefinisikan sebagai hal-hal yang

timbul dan dapat dilihat dari keindraan Yin dan Yang.

Istilah Fengshui secara harfiah diterjemahkan sebagai “angin dan

air”, yaitu sesuatu istilah tentang aturan penempatan letak gedung dan

bangunan buatan manusiab agar seimbang dan menguntungkan dengan

lingkungan fisik disekitarnya, dalam bahasa klasik Tiongkok, istilah

Fengshui disebut Kan Yu.44

Berdasarkan fungsinya, istilah angin dan air adalah untuk

mengatur penempatan letak gedung dan bangunan buatan manusia agar

43Edi Suprapto, Atribut Dalam Kelenteng. Artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari

http://tradisitridharma.blogspot.co.id/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html 44Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 23.

Page 49: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

41

seimbang dengan lingkungan di sekitarnya selain juga mengungtungkan

manusianya. Kata Feng (angin) dan Shui (air) menggambarkan kekuatan

unsur-unsur yang mengalir di alam; kekuatan ini tidak hanya berada di

permukaan bumi, seperti yang telah ditimbulkan oleh angin dan air, tetapi

juga yang ada di bagian dalam bumi. Tata letak aturan Fengshui bertujuan

mengelola dan membina sumber energi vital atai Qi yang ada di dalam

tanah. Fungsi Fengshui di sini adalah mengatur letak dari suatu bangunan

beserta isinya agar serasi dengan Qi yang ada pada alam.45

Dalam pembangunan sebuah klenteng yang mempunyai hubungan

erat dengan ahli fengshui adalah penata klenteng, pemborong bangunan

dan perencanaan bangunan. Mereka percaya bahwa faktor keberuntungan

dalam fengshui diwujudkan dalam ukuran ruang, pemberian warna dan

urutan rangkaian pembangunan akan membawa berkah. Ada beberapa

peraturan dasar dalam fengshui yang digunakan untuk pembangunan

klenteng, yaitu:

a. Dalam konstruksi atap, rancangan atau dekorasi di bubungan sangat

penting. Misalnya: Naga, burung Hong, dan binatang berkaki empat

lainnya mempunyai tanda yang baik, bila digabungkan dalam bentuk

desain hubungan. Orang yang menggunakan gedung tersebut akan

mendapat keberuntungan dan kebahagiaan.

b. Pemberian warna dalam pembangunan klenteng mempunyai arti yang

penting karena warna-warna tertentu mempunyai arti tersendiri,

45Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 25.

Page 50: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

42

misalnya warna kuning, hijau, dan biru digunakan sebagai simbol

kekuatan, panjang umur, dan rahmat Tuhan.

c. Penomoran ruang secara tepat juga memegang peranan yang besar,

sebab ada anggapan bahwa nomor 1, 5, dan 9 adalah nomor-nomor

yang baik, sedangkan nomor-nomor yang merupakan kelipatan 4 (4, 8,

12, dan seterusnya) harus dihindarkan.46

Selain hal-hal tersebut adap beberapa aspek lain yang mendapat

perhatian khusus dalam pembangunan klenteng, seperti diantaranya lokasi

memiliki karakter tanah bergelombang dan memiliki banyak warna,

berdekatan atau menghadap jalur air (sungai, danau yang tenang, dan

laut), serta ditanami tumbuhan terutama yang dapat bertahan pada

berbagai cuaca.

46Departemen Pendidikan Nasional, Klenteng Kuno di DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jakarta:

Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat, 2000), h. 24.

Page 51: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

43

BAB III

DINAMIKA EKSISTENSI KLENTENG HOK TEK TJENG SIN DAN

PENGANUT AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN MAJALENGKA

A. Eksistensi Penganut Agama Khonghucu Masa Orde Baru

Etnis Tionghoa di Indonesia sudah mengalami diskriminasi rasial

sejak masa Kolonial Belanda. Bahkan pada tahun 1740 di bawah perintah

Gubernur Jendral Valckenier terjadi pembunuhan besar-besaran terhadap

etnis Tionghoa di Batavia. Diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tidak

berhenti hanya pada masa Kolonial Belanda, namun terus berlanjut hingga

Orde Lama dan Orde Baru.1

Jatuhnya rezim Orde Lama tidak serta merta membawa angin segar

terhadap hilangnya diskriminasi rasial yang dialami oleh etnis Tionghoa di

Indonesia. Nyatanya diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa masih saja

berlanjut pada masa Orde Baru. Diskriminasi terhadap orang Tionghoa oleh

pemerintahan Orde Baru dilakukan dengan cara, diantaranya: mengeluarkan

kebijakan penandaan khusus pada Kartu Tanda Penduduk; warga etnis

Tionghoa dilarang menjadi pegawai negeri dan tentara; warga etnis Tionghoa

dilarang memiliki tanah di daerah pedesaan, dan masih banyak lagi

kebijakan-kebijakan yang bersifat mendiskreditkan serta mendiskriminasi

dimana hal itu secara otomatis merenggut hak asasi mereka sebagai warga

negara Indonesia dan sebagai manusia.2

1Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina - Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 118. 2Ni Nyoman Ayu Nikki Avalokitesvari, “Diskriminasi Etnis Tionghoa di Indonesia Pada Masa

Orde Lama dan Orde Baru” artikel diakses pada 9 April 2017 dari

Page 52: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

44

Beberapa kerusuhan rasial yang terjadi menimpa warga etnis

Tionghoa:

Pada tanggal 10 Mei 1963 terjadi di Bandung, kerusuhan anti suku

peranakan Tionghoa terbesar di Jawa Barat, awalnya terjadi di kampus

ITB, antara mahasiswa pribumi dengan mahasiswa non pribumi, menjadi

kerusuhan yang menjalar kemana-mana bahkan ke kota-kota lain seperti

Jogyakarta, Malang, Surabaya dan Medan.

Tahun 1966-1967 sekolah-sekolah Tionghoa di Indonesia ditutup dan

koran berbahasa Tionghoa juga ditutup.

Pada tanggal 27 Juni 1973, sekelompok pemuda menghancurkan

toko-toko Tionghoa berawal dari pemilik toko memakai kertas yang

bertuliskan arab sebagai pembungkus.

Tahun 1978, pelarangan menggunakan karakter-karakter huruf Tionghoa

di setiap barang dan media cetak.

Tanggal 14 Januari 1996, massa mengamuk usai pertunjukkan musik

Iwan Fals, mereka melempari toko-toko Tionghoa, mereka kecewa tidak

bisa masuk karena tidak punya karcis. ( warga etnis Tionghoa seringkali

jadi sasaran amuk massa, apapun masalahnya, terkadang tidak ada

hubungan dan sangkut paut dengan ke etnisan ).

Mei 1998, kerusuhan rasial yang paling dikenang masyarakat Tionghoa

Indonesia. Toko-toko dan perusahaan milik Tionghoa dihancurkan massa,

http://www.tionghoa.info/diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia-pada-masa-orde-lama-dan-orde-baru/

Page 53: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

45

konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung dan Solo.

Sebagian wanita Tionghoa diperlakukan kasar dan tidak manusiawi,

mereka menderita fisik dan pasti bathin nya juga, namun pada waktu itu

pemerintah terkesan menutupi kejadian tersebut, hal ini menjadi

lembaran hitam sejaran di Indonesia.3

Memeluk suatu agama adalah salah satu bentuk Hak Asasi Manusia.

Di Indonesia, hal tersebut dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28 E ayat (1) menjelaskan bahwa

setiap orang bebas memeluk dan beribadat menurut agamanya.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 menyatakan adanya enam agama di

Indonesia yaitu: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksistensi adalah hal berada,

atau keberadaan5. Keberadaan menjadi hal yang menarik kali ini, karena

disaat jumlah penganut Khonghucu yang memang sedikit dan minoritas,

kembali dikurangi dengan adanya larangan beragama Khonghucu, karena

Khonghucu tidak dianggap agama oleh pemerintah pada masa Orde Baru.

Perwujudan diskriminasi yang sangat dirasakan golongan etnis Tionghoa

adalah mengenai agama dan kehidupan beragama, khususnya bagi yang

beragama Khonghucu. Sejarah Khonghucu di Indonesia pada umumnya

memiliki banyak lika-liku. Dari mulai zaman kolonial, hingga perdebatan pro

3Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010), h. 1. 4http: //www.hukumonline.com /klinik/ detail/ cl6556/ ham-dan-kebebasan- beragama-di-indonesia,

diakses pada tanggal 26 Desember 2016. 5http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/eksistensi, diakses pada tanggal 26 Desember 2016.

Page 54: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

46

dan kontra Khonghucuisme antara orang-orang etnis Tionghoa sendiri.6

Agama Khonghucu, walaupun kehadirannya tersendat-sendat, tidak

mempunyai lembaga terorganisasi maupun cara-cara upacara keagamaan

yang baku, tetapi dapat bertahan sampai enam kongres. Hal yang penting

dalam Kongres keenam tersebut adalah bahwa pada pertemuan itulah

ditetapkan struktur organisasi dan pola ritualnya. Dari mulai menggunakan

lithang atau klenteng untuk upacara-upacara keagamaan; nama organisasi

menjadi Majelis Tinggi Agama Khonghucu di Indonesia atau MATAKIN

pada tingkat nasional dan Majelis Agama Khonghucu Indonesia atau

MAKIN pada tingkat daerah; menunjuk tiga macam pejabat keagamaan;

serta adanya kitab suci terjemahan bahasa Indonesia, yaitu Empat Kitab (Susi)

dan Lima Karya Klasik Gouw Khing (Wujing).7

Namun keadaan berubah ketika akan diadakan kongres kesembilan

pada Februari 1979. Kongres ini dibatalkan dan sejak itu MATAKIN tidak

boleh mengadakan kongres lagi. Pada tanggal 5 April 1979, pengurus

MATAKIN diandang Menteri Agama, yang mengumumkan bahwa agama

Khonghucu akan dikelola di bawah Dirjen Hindu dan Buddha. Akibatnya,

kedudukan agama Khonghucu menjadi tidak jelas. Khonghucu diberlakukan

sebagai bukan agama. Mereka mengandalkan Instruksi Presiden Soeharto

setelah sidang kabinet tanggal 27 Januari 1979 yang jelas-jelas menyatakan

bahwa Khonghucu bukan agama. Khonghucu dianggap hanya sebagai ajaran

6M. Ihsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia (Jakarta: Penerbit

Pelita Kebajikan, 2003), h. 101. 7Melly G. Tan, Etnis Tionghoa di Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 201.

Page 55: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

47

filsafat, sebagaimana keberadaan Khonghucu di negeri asalnya, yaitu Cina.8

Pada saat yang sama, rezim Soeharto menerapkan kebijakan

pemaksaan asimilasi yang mewajibkan masyarakat Indonesia Tionghoa untuk

melepas kebudayaan dan Bahasa Mandarin. Dari mulai sekolah,

pengimporan barang cetakan berbasaha Mandarin, hingga perayaan Tahun

Baru Imlek, semuanya dilarang.9 Di Kabupaten Majalengka pun demikian.

Pelarangan atas segala hal yang berhubungan dengan kebudayaan Cina mulai

terjadi. Pada pelajaran PMP di sekolah, hanya dicantumkan 5 agama, yaitu

Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha. Pertunjukan barongsai yang

biasa muncul ketika datang Tahun Baru Imlekpun dihilangkan.

Tentu bisa dibayangkan betapa mencemaskannya kejadian ini bagi

pemimpin dan penganut agama Khonghucu di Indonesia. Anak-anak

keturunan selanjutnya tidak bisa lagi memilih Khonghucu sebagai agama

pilihan dalam pelajaran agama di sekolah. Bagi mereka yang mau menikah

pun harus memilih salah satu dari agama yang diakui pemerintah. Di KTP

dilarang dicantumkan agama Khonghucu. Jadi solusinya ketika itu ialah tetap

beragama Khonghucu dan menjalankan ibadahnya sesuai ajaran Khonghucu,

tetapi mengubah kolom agama di KTP, atau solusi lainnya adalah konversi

atau pindah agama.10

8Ongkoham, Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina: Sejarah Etnis Cina di Indonesia

(Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), h. 120. 9Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010), h. 1. 10Melly G. Tan, Etnis Tionghoa di Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 203.

Page 56: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

48

B. Agama Khonghucu dan Konversi Agama

Meskipun konversi merupakan istilah Yahudi dan Kristen, tapi kata

konversi bisa juga digunakan secara umum. Konversi adalah fenomena yang

berkaitan dengan metamorfosis atau perubahan keyakinan seseorang atau

kelompok. Perubahan ini bisa dikarenakan pengalaman atau hal yang lainnya.

Hampir semua agama memiliki bentuk inisiasi atau ritual peralihan agama,

baik itu masuk ke dalam agama tersebut, maupun keluar dari agama

tersebut11

.

Penyebab konversi ini bisa macam-macam. Bisa karena pengalaman,

atau bahkan perkawinan. Tapi yang akan dibahas di sini adalah konversi

karena krisis. Beberapa jenis krisis dapat menyebabkan konversi agama. Bisa

jadi krisis politik, agama, psikologis, budaya, atau mungkin situasi yang

memungkinkan penganut suatu agama tertentu mencari opsi baru dalam

beragama. Selama krisis berlangsung, segala aspek keberagamaan, seperti

ritual dan lainnya tidak berfungsi dengan baik sehingga individu si penganut

agama pun terganggu. Menurut para ilmuwan sosial, konversi dalam situasi

ini dapat disebut dengan coping mechanism atau mekanisme bertahan12

.

Inilah tepatnya yang terjadi dengan penganut agama Khonghucu di

kabupaten Majalengka. Ada beberapa keluarga keturunan Tionghoa di

kabupaten Majalengka. Mereka datang ke Kabupaten Majalengka lebih dari

satu abad yang lalu dengan agama asli Khonghucu. Ketika muncul larangan

11Mircea Eliade, The Encyclopedia of Religion (New York: Macmillan Publishing Company, 1987),

h. 73. 12Coping Mechanism adalah reaksi, cara atau mekanisme individu dalam menyelesaikan suatu

masalah. Cara individu bereaksi dengan lain kepribadian dan sikap yang tampak. Ilmu yang mempelajari

tentang jiwa atau mental manusia yang dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, keturunan dan situasi.

Page 57: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

49

terhadap agama Khonghucu, reaksi penganut agama Khonghucu di

kabupaten Majalengka beragam, bisa dikategorikan sesuai dengan usia atau

generasinya. Bagi generasi keempat keturunan Tionghoa, yang pada saat itu

berusia sekitar 30 hingga 40, mencantumkan agama Buddha di KTP menjadi

salah satu solusinya. Hal ini dikarenakan klenteng dan vihara dianggap sama

ketika itu, jadi tidak ada perubahan yang signifikan dalam hal ibadah.

Generasi keempat lainnya ada juga yang konversi ke agama Katholik atau

Protestan. Hal ini pun dilakukan semata mata hanya untuk mengisi kolom

Kartu Tanda Penduduk yang tidak boleh mencantumkan agama Khonghucu.

Sebagian dari mereka hanya mencantumkan Katholik dan Protestan pada

kolom agama di Kartu Tanda Penduduk, sebagian lainnya benar-benar

konversi bahkan menjadi pastor di salah satu gereja di Kabupaten

Majalengka. Kebetulan ketika saat itu agama Katolik dan Protestan sedang

berkembang di Kabupaten Majalengka.13

Pada tahun 1970, Tanuwijaya

mendirikan Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil, atau yang dikenal

dengan SEAPIN dan Gereja Penyebaran Injil di Kabupaten Majalengka.14

Ini adalah cikal bakal berdirinya Gereja-gereja Kharismatik di Kabupaten

Majalengka. Hingga hari ini, tercatat ada 12 bangunan gereja di Kabupaten

Majalengka.15

13Wawancara dengan Koh Aung, Penganut Agama Khonghucu yang konversi ke Agama Buddha,

pada 29 November 2016 dikediaman beliau di JL Abdul Halim Kabupaten Majalengka. 14Wawancara dengan Robert Purba, Dosen Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Kabupaten

Majalengka pada 19 Desember 2016 di Asrama Mahasiswa Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil

Kabupaten Majalengka. 15Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Kabupaten Majalengka Dalam Angka (Majalengka:

BPS Majalengka, 2016), h. 106.

Page 58: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

50

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin, yang memang fungsinya adalah rumah

ibadah bagi penganut agama Khonghucu di dalam dan luar Kabupaten

Majalengka, juga dikunjungi oleh masyarakat Tionghoa beragama lain.

Masyarakat Tionghoa berkunjung ke klenteng untuk menghormati leluhur

mereka, terlepas dari agama yang mereka anut. Karena menghormati leluhur

sudah menjadi budaya, dan bukan hanya ritual dalam agama Khonghucu.16

Bagi penganut agama Khonghucu di Majalengka yang sudah konversi ke

agama lain pun, sebagian masih mengunjungi klenteng untuk menghormati

leluhurnya. Semangat ini yang belum hilang dari sebagian masyarakat

Tionghoa Majalengka.

Seperti diungkapkan Hendra, 40, yang berpindah agama dari

Khonghucu ke Protestan, masih mengunjungi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

karena masih ingin menghormati ajaran ayahnya, yang masih beragama

Khonghucu. Beliau adalah salah satu pengurus Gereja Penginjilan di

Majalengka. Menurutnya, tidak ada masalah dengan penghormatan terhadap

leluhur, dan beliau tidak merasa hal itu mengganggu keyakinannya sebagai

penganut Kristen Protestan. Meskipun beliau menyayangkan adanya

larangan untuk menganut agama Khonghucu, agama yang diyakininya

sekarang tidak menghalanginya untuk tetap menghormati

leluhur-leluhurnya.17

Hendra bukan masyarakat Tionghoa satu-satunya penganut Kristen

Protestan di Majalengka. Namun tidak semuanya masih datang ke Klenteng

16Zakiah Daradjat, Perbandingan Agama I (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di

Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1981), h. 41. 17Wawancara dengan Hendra, Pengurus Gereja Penginjilan Kabupaten Majalengka, pada 19

Desember 2016 di Gereja Penginjilan Kabupaten Majalengka

Page 59: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

51

Hok Tek Tjeng Sin. Di asrama SEAPIN Majalengka saja ada lebih dari 20

mahasiswa keturunan Tionghoa, namun seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, banyak dari anak muda yang sudah tidak tertarik dengan ajaran

Khonghucu.18

Lain halnya dengan H. Otong Junaedi, 61. Beliau adalah salah satu

penganut agama Khonghucu yang pindah ke Agama Islam. Beliau pindah

agama sejak Sekolah Menengah Pertama. Menurut pendapat beliau, konversi

agama memang bisa banyak penyebabnya, apalagi pada masa Orde Baru.

Tapi beliau sendiri pindah agama setelah mendapat ajaran agama Islam di

sekolahnya. Sejak saat itu Beliau beranggapan bahwa agama harus resmi,

harus lengkap dari Tuhan, Nabi dan kitab sucinya. Meskipun beliau

mengagumi filsafat Khonghucu, namun filsafat Islam menurutnya lebih

menarik. Salah satunya adalah ajaran Konfusius yang mengajarkan manusia

untuk tidak melawan arus, tidak beda dengan filsafat Thawaf dalam ibadah

Haji.19

Bagi Christina, 63, pindah ke Agama Buddha menjadi solusi ketika

Agama Khonghucu dilarang pada masa Orde Baru. Karena menurutnya

Agama Buddha adalah yang paling dekat ajarannya dengan Agama

Khonghucu, juga tempat ibadah yang terletak pada satu lokasi. Sudah turun

temurun keluarganya menganut Agama Khonghucu, dan pada akhirnya

beliau harus konversi ke Agama Buddha, agama yang dipeluk hingga hari ini.

18Wawancara dengan Robert Purba, Dosen Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Kabupaten

Majalengka pada 19 Desember 2016 di Asrama Mahasiswa Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil

Kabupaten Majalengka. 19Wawancara dengan H. Otong Junaedi, penganut Agama Khonghucu yang konversi ke Agama

Islam, pada 20 Desember 2016 di kediaman beliau di JL Abdul Halim Kabupaten Majalengka.

Page 60: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

52

Anak-anaknya yang tinggal di luar kota pun semuanya menganut agama

Katolik.20

Beberapa contoh di atas bisa dikatakan mewakili peristiwa

konversi agama Khonghucu di Majalengka sejak dilarangnya pada masa

Orde Baru. Kebebasan beragama yang ketika itu dikekang memang menjadi

alasan utama mereka pindah agama, walaupun setiap orang memiliki

alasannya masing-masing.

Hampir semua keturunan Tionghoa Majalengka generasi ke lima

menganut agama Kristen Katholik, atau Protestan. Hal ini dikarenakan

minimnya sarana untuk belajar agama Khonghucu, dan juga agama Kristen

Katholik dan Protestan dinilai lebih mudah dan menarik untuk dipelajari.

Tidak seperti pendahulunya, yang masih bisa menerima ajaran Konfusius

yang memang lebih kompleks dan butuh pembelajaran lebih. Masalah ini

sebenarnya masih menjadi cerminan atas apa yang terjadi di seluruh

Indonesia pada hari ini. Sulitnya belajar agama Khonghucu salah satunya

dikarenakan belum adanya universitas agama Khonghucu di Indonesia. Hal

ini terjadi karena salah satu syarat untuk mendirikan universitas agama

Khonghucu adalah para pengajar yang harus memiliki gelar sarjana di bidang

agama Khonghucu. Syarat yang jelas tidak masuk akal, mengingat

mustahilnya syarat tersebut akan terpenuhi jika peraturan yang ada seperti

sekarang ini.21

20Wawancara pribadi dengan Christina, penganut Agama Khonghucu yang konversi ke Agama

Buddha, pada 20 Desember 2016 di kediaman beliau di JL Abdul Halim Kabupaten Majalengka. 21Wawancara dengan Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Ketua Bidang Organisasi dan Lintas

Agama Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) pada tanggal 19 November 2016 di

Khongcu Bio Tangerang.

Page 61: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

53

C. Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Pasca Orde Baru

Di masa pasca Orde Baru, partisipasi sosial kalangan etnis Tionghoa

sangat menonjol. Pada umumnya, mereka aktif bergerak di bidang

pendidikan dan kesehatan. Banyak sekali diantara mereka memilih profesi

sebagai guru, dokter, hakim, polisi dan tentara. Mereka mendirikan berbagai

sekolah dari TK sampai universitas. Demikian juga, puluhan rumah sakit

didirkan oleh kalangan etnis Tionghoa dengan tujuan sosial semata yaitu

memberikan bantuan medis bagi yang membutuhkan tanpa memandang

kemampuan ekonomi pasien. Selaras dengan berlangsungnya reformasi,

berbagai kegiatan sosial dilakukan oleh organisasi-organisasi Tionghoa

antara lain membantu bencana alam. Di bidang pendidikan mereka banyak

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan mulai dari kursus Bahasa Inggris,

Mandarin, komputer sampai akademi dan universitas. Kalangan muda

Tionghoa mulai aktif memasuki bidang-bidang profesi di luar wilayah bisnis

semata. Mereka sekarang secara terbuka menjadi artis, penyiar TV, model,

wartawan, politikus dan sebagainya. Di dalam kehidupan sosial mereka

mulai membuka diri, mau peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Dalam

hubungan mereka dengan negara leluhur (Republik Rakyat Cina) pada

umumnya mereka mengambil sikap bahwa hubungan tersebut hanya bersifat

kekerabatan semata. Mereka sudah sepenuhnya merasa menjadi bangsa

Indonesia karena lahir, besar dan meninggal serta dikuburkan di Indonesia.

Filsafat mereka sekarang adalah “Luo di Sheng Gen” yang berarti berakar di

bumi tempat berpijak, dapat diartikan menetap di Indonesia selama-lamanya

Page 62: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

54

menggantikan filsafat sebelumnya “Ye Luo Gui Gen” yang berarti ibarat

daun rontok kembali ke bumi.22

Di Indonesia, penganut Agama Khonghucu kembali mendapatkan hak

kebebasan beragamanya setelah rezim Orde Baru berakhir. Agama

Khonghucu sekarang ini bebas untuk dianut oleh warga negara Indonesia.

Banyak kebijakan pemerintah pasca reformasi yang mengakomodasi

kepentingan umat Khonghucu dan etnis Tionghoa.23

Berkembangnya kembali agama Khonghucu di Indonesia

memberikan dampak positif bagi warga keturunan Tionghoa karena tidak

hanya mendapatkan kembali hak kebebasan beragamanya tetapi juga

kebebasan untuk mengekspresikan budaya aslinya. Sebagian besar warga

Tionghoa apapun agama resminya tetap melaksanakan tradisi yang dipelihara

sejak dulu. Dapat dikatakan tradisi lebih penting dari agama. Sehingga ketika

terjadi perubahan dalam Agama Khonghucu dari kondisi tidak berkembang

kemudian muncul lagi sebagai agama resmi, maka hal ini tidak begitu

berpengaruh pada kehidupan umat. Hubungan antar umat tetap harmonis,

bahkan banyak yang tidak tahu atau tidak peduli akan munculnya kembali

Agama Khonghucu. yang penting bagi umat adalah melaksanakan agama

sesuai yang dianutnya. Tradisi Tionghoa tetap dilaksanakan dengan bebas

oleh siapapun.24

22Leo Suryadinata, “Etnis Tionghoa sejak Reformasi,” Majalah Tempo Edisi Etnis Cina di Zaman

yang Berubah (2004), h. 38-39. 23Ongky Setio Kuncono, www.spocjournal.com/ budaya/ 85-gus-dur- di-mata-orang-tionghoa-

khonghucu-html diakses pada 14 Januari 2017. 24Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus

pindah agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya, h. 37.

Page 63: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

55

Di kabupaten Majalengka, masyarakat Tionghoa pun mengalami hal

yang sama. Mereka kembali mendapatkan kebebasan untuk melakukan

kegiatan keberagamaan secara bebas, tanpa tekanan dari manapun. Bagi yang

beragama Khonghucu, tentu kembali beraktivitas di klenteng bukan lagi

menjadi masalah. Namun ternyata tidak semudah itu agama Khonghucu

menjadi kembali hidup di kabupaten Majalengka. Ada beberapa hal yang

menjadikan agama Khonghucu tidak lagi banyak seperti sebelum masa Orde

Baru. Selain tentunya konversi agama seperti yang sudah dibahas sebelumya,

ada beberapa gesekan yang menyebabkan tidak mulusnya perkembangan

agama Khonghucu pasca Orde Baru.25

Apabila kita melihat kasus yang terjadi di Tangerang, biasanya

penganut agama Khonghucu memilih agama Buddha untuk dicantumkan

dalam Kartu Tanda Penduduk mereka. Dan Klenteng adalah tempat ibadah

dimana umat agama Buddha, Khonghucu, dan Taoisme dapat melaksanakan

ibadah. Kepemilikan klenteng adalah milik yayasan. Klenteng ada yang

mandiri dan ada juga yang milik suatu yayasan dimana yayasan itu juga

memiliki vihara dalam binaan agama Buddha. Pihak Khonghucu

beranggapan bahwa klenteng cenderung ke agama Buddha dengan memberi

nama vihara. Pihak Khonghucu mengklaim bahwa seharusnya klenteng

adalah milik agama Khonghucu. Minimal klenteng dikembalikan pada fungsi

aslinya sebagai tempat ibadah umat agama Buddha, Khonghucu, dan

Taoisme. Namun untuk selanjutnya diharapkan bahwa klenteng dapat beralih

25Wawancara pribadi dengan Horgen, penganut agama Khonghucu, pada tanggal 29 November

2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 64: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

56

fungsi sebagai Lithang yaitu tempat ibadah umat beragama Khonghucu. Dari

kepentingan yang berbeda tersebut maka terjadi sengketa dalam kepemilikan

klenteng. Hal ini disebabkan karena umat yang beribadah di klenteng

diantaranya adalah penganut Khonghucu, tetapi pemilik klenteng belum tentu

penganut Khonghucu. Ketika klenteng akan dijadikan sebagai tempat ibadah

Khonghucu maka ditolak oleh pemilik klenteng. Sehingga yang terjadi

adalah perebutan aset klenteng, bukan perebutan umat.26

Yang terjadi di Kabupaten Majalengka bukanlah gesekan antara

penganut agama Khonghucu dan Buddha. Hubungan antara keduanya sangat

baik hingga hari ini. Yang terjadi adalah gesekan penganut agama

Khonghucu dengan pihak gereja. Di Kabupaten Majalengka, Gereja Katolik

dan Protestan adalah yang paling banyak dikunjungi penganut agama

Khonghucu pada masa Orde Baru. Pada masa itu kegiatan di gereja-gereja

sedang berkembang pesat. Ibadah setiap hari Minggu pun menjadi kegiatan

rutin. Ketika larangan beragama Khonghucu telah dicabut, sebagian besar

penganut agama Khonghucu telah resmi beragama Katolik dan Protestan.

Sebagian lagi tidak melanjutkan ibadahnya di gereja, karena memang ibadah

yang dilakukan hanyalah kamuflase. karena mereka merasa jemaat yang

beribadah di gereja setiap hari Minggu menjadi berkurang, pihak gereja pun

mempertanyakan status beberapa anggota gereja. Mereka mengira bahwa

penganut agama Khonghucu yang beribadah di gereja telah konversi, tapi

26Sabar Sukarno. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi (Studi Kasus

pindah agama umat Buddha di Tangerang). Penelitian Dosen. Tangerang, Sekolah Tingi Agama Buddha

Negeri Sriwijaya, h. 36.

Page 65: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

57

nyatanya tidak semua.27

Meskipun ada yang kembali ke agama Khonghucu, statistik tetap

menunjukkan bahwa jumlah penganut Khonghucu di Majalengka tetaplah

sangat sedikit, jauh bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum Orde

Baru. Ini dikarenakan selain konversi agama, sebagian penganut agama

Khonghucu telah merantau ke luar kota.

27Wawancara pribadi dengan Li-Na, Penganut Agama Khonghucu, di kediaman beliau di Babakan

Jawa Kabupaten Majalengka.

Page 66: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

58

BAB IV

EKSISTENSI KLENTENG HOK TEK TJENG SIN PADA MASA

SEKARANG

A. Peran Iwan Satibi Mempertahankan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Pada tahun 1967, Dr. Iwan Satibi datang ke Majalengka. Beliau

adalah orang yang sangat berjasa atas usahanya mempertahankan klenteng

Hok Tek Tjeng Sin, karena memang beberapa kali bangunan ini ingin

dirubuhkan oleh pemerintah setempat kala itu. Dr. Iwan Satibi, lahir di

Probolinggo tanggal 16 September 1931. Beliau mengenyam pendidikan

kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya. Setelah lulus dari kuliah

kedokteran, beliau pernah ditugaskan di Jakarta, di RS Angkatan Laut. Tidak

lama tinggal di Jakarta, setelah itu pindah ke Cideres menjadi kepala dinas

kesehatan Kabupaten Majalengka merangkap kepala Rumah Sakit Cideres.

Beliau tidak mau tinggal di kota besar karena menurutnya, kebutuhan

kampung ataupun kota terhadap dokter sama besarnya. Dr. Iwan Satibi tidak

mematok harga kepada pasiennya. Banyak dari pasien yang membayar

dengan ayam, ikan atau bahkan sayuran. Banyak pula pasien yang berobat

gratis, atau bahkan diberi ongkos pulang oleh beliau. Menyumbang masjid,

panti asuhan pun sudah menjadi kebiasaannya. Jiwa sosial yang sangat tinggi

inilah yang juga menjadi gambaran betapa pedulinya seorang Iwan Satibi

terhadap kepentingan umat.1

Beliau juga sangat menghormati ajaran

Konfusius.2

1Ardian Zhang. Dr Iwan Satibi, Dokter yang Berdedikasi Tinggi http://web.budaya- tionghoa.net/

index.php/item/3704-dr-iwan-satibi-dokter-yang-berdedikasi-tinggi diakses tanggal 15 November 2016. 2Zakiah Darajat, Perbandingan Agama I (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di

Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982), h. 42.

Page 67: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

59

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin sempat hampir diambil alih oleh

pemerintah daerah. Bukan untuk dirawat, tapi dimaksudkan untuk

dirubuhkan. Namun Dr. Iwan Satibi mengusahakan dengan cara mengirim

surat kepada Kemendikbud agar Klenteng ini tidak diambil alih, atau bahkan

dirubuhkan.3 Karena bagaimanapun juga rumah ibadah harus tetap berfungsi

sebagaimana mestinya. Setelah berhasil mendapatkan surat dari

Kemendikbud, klenteng Hok Tek Tjeng Sin pun bisa digunakan sebagaimana

fungsinya. Klenteng ini sudah menjadi tempat peribadatan penganut

Khonghucu sejak saat itu. Klenteng ini pun menjadi cagar budaya, meskipun

sempat kurang diperhatikan. Dengan dilarangnya agama Khonghucu, jemaat

yang aktif beribadah di Klenteng ada sekitar 8 sampai 10 orang. Iwan Satibi,

dengan wataknya yang saklek, tetap mengajarkan ajaran Konfusius walaupun

yang mau belajar tidak banyak. Menurutnya, jumlah murid, sebanyak apapun

tidak masalah, walaupun hanya satu orang yang penting mau belajar. Dengan

kemampuannya, Iwan Satibi tidak kesulitan mengajarkan isi kitab Agama

Khonghucu yang memang berbahasa Mandarin. Tentu saja ketika itu

kebaktian di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin menggunakan Bahasa Sunda,

karena jemaat di sana tidak ada yang bisa berbahasa Mandarin, dan tidak ada

pembelajaran Bahasa Mandarin.4

Begitupun yang terjadi pada tahun-tahun setelahnya. Dilarangnya

agama Khonghucu di Indonesia, khususnya di Majalengka, walaupun

3Wawancara dengan Edhy Subarhi, Pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin tanggal 29 November

2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka. 4Wawancara dengan Horgen, penganut agam Khonghucu, pada tanggal 29 November 2016 di

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 68: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

60

menyebabkan konversi penganut agama Khonghucu ke agama lain, tidak

membuat surut para jemaat klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang hanya sedikit

untuk terus beribadah di klenteng, dan juga mempelajari ajaran nabi

Khonghucu. Yang paling ditekankan oleh Iwan Satibi ialah tentang

menghormati yang lebih tua. Orang tua, kakek nenek, dan juga leluhur

diatasnya. Karena dalam ajaran agama Khonghucu memang penting sekali

untuk menghormati yang lebih tua, dan tidak durhaka kepada mereka. Ajaran

ini dinamakan bakti.5

Menurut ajaran Khonghucu, manusia harus seimbang lahir dan

batinnya, karena jika tidak, hidupnya bisa hancur. Manusia juga harus pandai

membaca kehendak alam. Setiap kejadian, setiap gejala alam yang muncul,

haruslah ditafakuri karena pasti ada pelajaran yang bisa diambil darinya.

Juga setiap kejadian yang menyenangkan atau bahkan musibah, pasti ada

hubungannya dengan perbuatan manusia, sebagai bentuk keseimbangan.6

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin memiliki Sien Bing Tio Hok Tek.

Selama hidupnya, Tio Hok Tek ini adalah orang yang baik dan memiliki sifat

lemah lembut. Setelah menjadi dewa, barulah bernama Hok Tek Tjeng Sin,

yang berarti guru dari segala ilmu. Leluhur, yang sangat dihormati di dalam

Agama Khonghucu, adalah sesama manusia juga semasa hidupnya.

Begitulah ajaran Agama Khonghucu yang diajarkan oleh Iwan Satibi selama

mengurus dan mempertahankan klenteng ini. Beliau juga selalu

memperingatkan bahwa manusia memang memiliki banyak hawa nafsu, oleh

5Berbakti Kepada Orang Tua dan Agama, Kedaulatan Rakyat, 7 Mei 2006, h. 15. 6Hilman Hadikusuma, Antropologi Agama Bagian I (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), h.

255.

Page 69: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

61

karenanya hati-hati dan kendalikan hawa nafsu jika tidak ingin menderita di

kemudian hari.7

Pada tahun 1997, jemaat klenteng Hok Tek Tjeng Sin mulai

bertambah, makin banyak yang beribadah di klenteng. Tapi sayangnya ini

bukan pertanda bagus karena ternyata, masalah yang ditimbulkan beberapa

oknum pengurus mengakibatkan perpecahan di tubuh kepengurusan klenteng.

Puncaknya terjadi pada tahun 2001. Iwan Satibi yang menganggap aktivitas

klenteng sudah melenceng dari apa yang diperjuangkan sebelumnya,

menggunakan hak vetonya sebagai dewan pembina untuk mengganti

kepengurusan di tubuh klenteng. Sejak saat itu, masyarakat yang aktif

beribadah di klenteng kembali berkurang. Hal ini tidak menjadi masalah

menurut Iwan Satibi, karena seperti apa yang pernah beliau sampaikan,

angka tidaklah menjadi kendala untuk keberlangsungan aktivitas di klenteng

Hok Tek Tjeng Sin.8

B. Pengaruh Abdurrahman Wahid Terhadap Klenteng

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik

dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai

Merauke. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang

dihuni oleh berbagai macam suku, ras, dan agama. Di Indonesia, setiap

warga negaranya diberikan kesempatan untuk memeluk agama sesuai dengan

keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

7Wahyu Wibisono, “Selamat Jalan Ie Tiong Bie, Dr. Iwan Satibi”, artikel diakses pada 15

November 2016 dari http://www.kompasiana.com/ webe/selamat-jalan-ie-tiong-bie-dokter-iwan-satibi_

568bb4df169373130af7a5d7 8Wawancara dengan Ade Susilo, Penganut Agama Khonghucu pada 29 November 2016 di

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 70: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

62

Pasal 29 Ayat (2) bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaan itu”.9

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid memberikan

ruang atau tempat bagi masyarakat Tionghoa yang hidup di Indonesia.

Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia merupakan konsep

pemikiran baru yang berbeda dari sebelumnya. Bhinneka Tunggal Ika yang

menjadi semboyan Indonesia tidak hanya dimiliki oleh orang penduduk asli

Indonesia, tetapi dimiliki oleh penduduk bukan asli Indonesia. Oleh karena

itu, etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari warga negara Indonesia.10

Keberadaan etnis Tionghoa di Nusantara telah mengalami sejarah

yang panjang, termasuk terjadinya asimilasi dan akulturasi nilai-nilai budaya

dan agama. Salah satu nilai yang paling utama yakni mengenai ajaran

Konfusius. Sampai saat ini, ajaran Konfusius terus berkembang dan memiliki

banyak penganut di Indonesia. Meskipun agama Khonghucu merupakan

agama minoritas, namun kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan

keyakinan masing-masing menjadi bagian prinsipil dari kehidupan setiap

manusia.11

9“Ham dan Kebebasan Beragama di Indonesia” artikel diakses pada 26 Desember 2016 dari http:

//www.hukumonline.com/ klinik/ detail/ l6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di-indonesia 10Ongky Setio Kuncono, “Gus Dur di Mata Orang Tionghoa Khonghucu,” artikel diakses pada 26

Desember 2016 dari http: // www. spocjournal. com/ budaya/85-gus-dur-di-mata- orang- tionghoa-

khonghucu.html 11Airin Liemanto, Ratio Legis Presiden Abdurrahman Wahid Menjadikan Khonghucu Sebagai

Agama Resmi Negara (Analisis Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Pencabutan Instruksi

Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina). Artikel Ilmiah

Universitas Brawijaya, Malang, 2014, h. 2.

Page 71: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

63

Pada tahun 2000, negara memberikan pengakuan resmi terhadap

agama Khonghucu melalui Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 6 Tahun

2000 tentang Pencabutan Inpres No. 14 Tahun 1967 tentang Agama,

Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina. Pencabutan Inpres tersebut juga diikuti

dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang dirayakan secara nasional. Setiap

perayaan Hari Raya Khonghucu kemudian ditetapkan sebagai hari libur

nasional guna menghormati penganut agama Konghuchu merayakan hari

raya. Walaupun sejak keluarnya Keppres RI No.6 Tahun 2000 masyarakat

Khonghucu mendapatkan kebebasan beragama, tetapi permasalahan

mengenai status administrasi kependudukan masih belum terselesaikan.

Meskipun demikian, masyarakat Khonghucu terus mengupayakan

pemenuhan hak-hak sipil mereka kepada pemerintah.12

Proses pengakuan Khonghucu menjadi agama tentu tidak secara

tiba-tiba dilakukan di era Presiden Abdurahman Wahid. Namun proses

Khonghucu menjadi agama yang diakui dan diterima di Indonesia

mengalami masa yang tidak mudah. Mengingat sebelumnya, Indonesia hanya

mengakui 5 Agama yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha.

Sebagai negara yang multikultural dan pluralis, Indonesia terdiri dari

beraneka ragam suku, ras, budaya, bahasa, etnik, dan agama. Di negara ini

banyak berkembang aliran-aliran kepercayaan. Tidak dapat dipungkiri, aliran

kepercayaan yang ada di Indonesia sangat beragam dan sikap toleransi harus

menjadi bagian dari masyarakat Indonesia untuk saling menghormati.13

12Melly G. Tan, Etnis Tionghoa di Indonesia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 276. 13Budhy Munawar-Rachman, Membela Kebebasan Beragama. (Jakarta: Democracy Project,

2011), h. 62

Page 72: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

64

Pada pemerintahan Abdurrahman Wahid yang berlangsung terhitung

singkat menjabat menjadi Presiden, yaitu pada tahun 1999 sampai tahun

2001 terdapat berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Pada tahun 2000, beliau

memberikan keputusan presiden untuk mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967.

Pemikiran Abdurrahman Wahid dan kebijakan yang dikeluarkan tidak mudah

ditebak. Ketika Abdurrahman Wahid mempelopori penghapusan diskriminasi

terhadap etnis Tionghoa merupakan suatu langkah untuk melakukan

perubahan sosial dan persamaan hak-hak minoritas.14

Melalui

kebijakan-kebijakannya, tentunya ini secara tidak langsung memberi

pengaruh yang positif terhadap para penganut agama Khonghucu yang

beribadah di klenteng Hok Tek Tjeng Sin.

C. Hubungan Masyarakat Sekitar dengan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin adalah satu-satunya tempat ibadah

agama Khonghucu di Kecamatan Majalengka, disamping 4 bangunan gereja

dan 293 tempat ibadah untuk agama Islam.15

Sedangkan dari 3 klenteng di

Kabupaten Majalengka, Klenteng Hok Tek Tjeng Sin adalah satu-satunya

yang masih digunakan sebagai tempat ibadah, dan bukan hanya sebagai cagar

budaya. 2 klenteng lainnya, yang masing-masing berada di Kecamatan

Jatiwangi dan Kadipaten, sudah lama tidak berfungsi sebagai tempat ibadah.

Hanya rutin dibersihkan, itu pun oleh petugas kebersihan yang beragama

Islam. Ini berarti segala hal yang mewakili agama Khonghucu di Kabupaten

14Ongky Setio Kuncono, “Gus Dur di Mata Orang Tionghoa Khonghucu,” artikel diakses pada 26

Desember 2016 dari http: // www. spocjournal. com/ budaya/85-gus-dur-di-mata- orang- tionghoa-

khonghucu.html 15 Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, Kabupaten Majalengka Dalam Angka

(Majalengka: BPS Majalengka, 2016), h. 106.

Page 73: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

65

Majalengka ada di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin.

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin berada di tengah Kabupaten Majalengka

200 meter sebelah barat pendopo Kabupaten Majalengka. Masyarakat sekitar

mengakui keberadaan klenteng sebagai bagian dari budaya yang harus

dilestarikan. Karenanya mereka berkomunikasi baik dengan masyarakat

Tionghoa yang menjalankan peribadatan di klenteng. Bahkan mereka

menjadikan klenteng sebagai tempat wisata dan hiburan karena sangat

minimnya tempat wisata di Kabupaten Majalengka. Masyarakat Kabupaten

Majalengka berbagai agama dan yang lebih dominan Muslim sering bahkan

terbiasa datang ke Klenteng Hok Tek Tjeng Sin hanya untuk menikmati

suasana klenteng yang secara kasat mata terlihat sangat menarik, apalagi

untuk anak-anak karena ciri khas klenteng yang warna catnya mencolok dan

menarik perhatian.16

Di balik itu masyarakat Tionghoa penghuni dan pengurus klenteng

tersebut secara terbuka menerima warga Kabupaten Majalengka yang datang

ke tempat itu, walaupun bukan untuk beribadah. Oleh karenanya ini menjadi

pemasukan bagi klenteng dengan dibukanya pemotretan berbayar yang

bersahabat bagi kalangan menengah kebawah. Bisnis pemotretan klenteng

pada masa itu berkembang pesat bahkan sampai menyaingi bisnis foto

satu-satunya yang ada di Kabupaten Majalengka saat itu, karena di klenteng

disediakan foto dalam dan luar ruangan. Pemotretan luar ruangan pada masa

itu belum menjadi hal yang lumrah. Hal ini mempererat hubungan warga

16Wawancara Pribadi dengan Ibu Nenden, warga sekitar Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada 23

Februari 2017 di kediaman beliau di Babakan Jawa, Kabupaten Majalengka.

Page 74: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

66

Tionghoa dengan pribumi dan karenanya terjalinlah rasa saling memiliki.

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin terbuka untuk umum setiap harinya, kecuali

hari-hari tertentu yang merupakan hari peribadatannya, termasuk Chee It dan

Cap Go. Walaupun tidak menerima kunjungan pada hari-hari besar, warga

Majalengka masih bisa datang untuk menyaksikan peribadatan di dalam

klenteng.

Bagi warga kurang mampu Kabupaten Majalengka, hari-hari besar

menjadi hari yang ditunggu-tunggu karena akan mendapatkan angpao pada

akhir peribadatan. Itu artinya warga Klenteng Hok Tek Tjeng Sin memang

sangat dekat kepada masyarakat kecil yang kurang mampu di Kabupaten

Majalengka. Bahkan ketika ada warga Tionghoa yang meninggal pun

menjadi momen untuk membagikan angpao kepada masyarakat kecil, karena

tradisi Tionghoa ketika ada yang meninggal, mereka memberikan angpao

kepada siapa saja yang datang dan memberikan dua kali lipat kepada

siapapun yang menunjukan rasa haru dan duka.17

D. Fungsi Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Masa Sekarang

Permasalahan Klenteng di Indonesia pada hari ini ialah semakin

terpinggirkannya penganut agama Khonghucu oleh penganut agama Buddha

yang beribadah di tempat yang sama. Sebutan klenteng pun semakin rancu,

Klenteng diganti nama menjadi Vihara, padahal kita sama-sama tahu bahwa

fisik Klenteng dengan Vihara baik makna maupun fungsi secara prinsip

sangat berbeda. Vihara adalah tempat ibadah para umat Buddha. Sedangkan

17Wawancara Pribadi dengan Ibu Nenden, warga sekitar Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada 23

Februari 2017 di kediaman beliau di Babakan Jawa, Kabupaten Majalengka.

Page 75: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

67

fungsi vihara adalah sebagai tempat ibadah umat Buddha, tempat tinggal para

biksu dan biksuni, pusat latihan meditasi, tempat edukasi, dan sarana wisata

spiritual.18

Dengan munculnya istilah Tempat Ibadah Tri Dharma, klenteng

pun banyak yang berganti nama menjadi T.I.T.D yang menginduk pada

Walubi.19

Pada awalnya, guna menyelamatkan keberadaan klenteng dari

dampak Inpres No. 14 tahun 1967, klenteng yang semula menggunakan

nama sesuai dengan maksud dibangunnya klenteng tersebut, diganti menjadi

Vihara / T.I.T.D. Hal ini berjalan berpuluh-puluh tahun (sejak terbitnya

Inpres No. 14 tahun 1967 sampai sekarang). Namun kalau diperhatikan,

peribadahan umatnya tidak berubah sama sekali, masih menggunakan tata

cara peribadahan Agama Khonghucu sampai sekarang.

Secara politis, memang ada upaya pemerintah pada masa Orde Baru

untuk „melenyapkan‟ klenteng dari bumi Indonesia. Pada tanggal 29 Februari

1984, Walubi menyelenggarakan pertemuan untuk membahas masalah

klenteng, dengan tujuan mengubah klenteng menjadi Vihara. Walau Sam

Kauw Hwee menolak usulan itu, pemerintah memutuskan untuk

mengimplementasikan rencana tersebut.20

Permasalahan klenteng yang sedang terjadi di Indonesia, yang

memang masih belum selesai ini, nampaknya bukan menjadi masalah yang

berarti di Kabupaten Majalengka. Antara penganut Khonghucu dan Buddha

18Sasanasena Seng Hansen, ed., Kumpulan Wihara dan Candi Buddhis Indonesia (Yogyakarta:

Vidyasena Production, 2013), h. 8. 19Bratayana Ongkowijaya, Permasalahan Kelenteng di Bumi Indonesia: Selayang Pandang

Permasalahan Kelenteng Dewasa Ini.Medio Februari 2013 20I. Wibowo. dkk, Setelah Air Mata Kering (Jakarta: Kompas, 2010), h. 87-88.

Page 76: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

68

yang sama-sama datang ke Klenteng tidak ada pergesekan masalah. Iwan

Satibi yang sengaja membangun Vihara pada tahun 1990, tidak sedikitpun

merasa „terjajah‟ oleh penganut Agama Buddha. Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

yang sudah berusia 200 tahun lebih masih berjalan sebagaimana fungsinya

hingga hari ini. Pengurusnya pun beragama Khonghucu. Masalah yang

terjadi bukan timbul disitu.21

Penganut yang datang dari luar kota pun beragam. Ada yang

beragama Khonghucu dan Buddha, yang memang datang untuk beribadah,

ada pula penganut Agama Kristen dan Islam yang datang untuk menghormati

arwah leluhur. Dengan alasan beragam, mereka datang ke Kabupaten

Majalengka rutin setiap Chee It dan Cap Go untuk beribadah di Klenteng

Hok Tek Tjeng Sin. Salah satu alasan mereka untuk datang ke Klenteng Hok

Tek Tjeng Sin, padahal ada banyak klenteng di sekitar tempat tinggal mereka,

adalah di sana adalah tempat yang tenang dan berkesan untuk beribadah22

.

Ada pula yang menganalogikan Klenteng dengan masjid, dimanapun

beribadah sebenarnya bisa, namun bisa diputuskan dengan perasaan, mau

beribadah dimana. Semua itu persepsi dan logika. Tidak masuk akal, tapi

itulah agama.23

Pendatang lain, berpendapat bahwa ziarah bukan masalah

tempat, tapi apa yang dilakukan, dan di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin lebih

memberikan kenyamanan. Ada pula yang sudah pindah dari Kabupaten

Majalengka, tapi tetap rutin beribadah di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin untuk

21Wawancara dengan Edhy Subarhi, pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada tanggal 29

November 2016 di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka. 22 Wawancara dengan Cahyadi, penganut Agama Khonghucu pada 29 November 2016 di

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka. 23Wawancara dengan Ade Chandra, penganut Agama Khonghucu pada 29 November 2016 di

Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 77: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

69

menjaga silaturahim dengan jemaat lainnya.24

Bisa dikatakan semua yang datang ke Majalengka dari luar kota untuk

beribadah sebenarnya memiliki tempat ibadah yang jauh lebih dekat ke

rumahnya masing-masing. Namun karena Klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang

terletak di luar kota lebih dianggap lebih memberikan ketenangan, dan juga

ada nuansa ziarah dan silaturahim setiap dua minggunya, karena

masing-masing dari mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

24Wawancara dengan Andi, penganut Agama Khonghucu pada 29 November 2016 di Klenteng

Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka.

Page 78: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangunan klenteng Hok Tek Tjeng Sin yang ada di Kabupaten

Majalengka ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada Tahun 1968

sehingga dapat terhindar dari upaya pembongkaran dan penghentian kegiatan

yang akan dilakukan oleh Pemda setempat. Dr. Iwan Satibi adalah sosok

yang paling berperan atas masih bertahannya fungsi klenteng Hok Tek Tjeng

Sin sampai hari ini. Beliau adalah seorang dokter yang berhasil mencegah

klenteng agar tidak dirubuhkan atau diberhentikan kegiatannya. Beliau juga

orang yang semangat mengajarkan ilmu-ilmunya kepada para penganut

Agama Khonghucu yang memang tidak banyak. Jumlah yang sedikit ini

tidak pernah menjadi masalah bagi beliau untuk berbagi.

Dengan hampir tidak adanya penganut agama Khonghucu di

Kabupaten Majalengka, klenteng Hok Tek Tjeng Sin masih berfungsi

sebagaimana mestinya dengan andil dari penganut agama Khonghucu yang

datang dari luar Kabupaten Majalengka. Mereka rela pergi dari rumah

masing-masing ke tempat lain, tepatnya Kabupaten Majalengka rutin setiap

Chee It dan Cap Go hanya untuk beribadah, karena merasakan kenyamanan

yang tidak didapat di tempat lain. Hanya saja keadaan ini tidak bisa

dipastikan sampai kapan, mengingat hampir tidak adanya generasi muda

yang melanjutkan kegiatan religius mereka di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin.

Page 79: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

71

Selain dipergunakan oleh penganut agama Khonghucu, Klenteng Hok

Tek Tjeng Sin dipergunakan oleh penganut agama lainnya untuk beribadah di

klenteng tersebut. Penganut agama Budha adalah jemaat yang paling banyak

mendatangi klenteng tersebut, sehingga di klenteng tersebut ada bangunan

vihara yang khusus untuk penganut Agama Budha yang dibangun pada

Tahun 1990. Penggunaan klenteng oleh penganut agama lain, khususnya

Budha, tidak menimbulkan masalah bagi pengurus klenteng.

Page 80: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

72

B. Saran-Saran

Seluruh warga negara Republik Indonesia memiliki hak yang sama

dalam beragama dan mendapatkan pendidikan beragama. Tidak terkecuali

penganut Agama Khonghucu di Indonesia. Mereka layak untuk mendapatkan

pendidikan agama mereka sendiri. Belum adanya universitas yang beragama

Khonghucu di Indonesia menjadi penyebab tersendatnya pendidikan Agama

Khonghucu di Indonesia.

Saran penulis terhadap pemuka Agama Khonghucu, khususnya

MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) agar memberikan

perhatian lebih terhadap Klenteng Hok Tek Tjeng Sin Kabupaten Majalengka,

dengan fasilitas seperti buku, atau kunjungan rohaniwan ke Kabupaten

Majalengka, karena meskipun klenteng ini masih aktif sebagaimana mestinya,

tetap membutuhkan perhatian khusus.

Page 81: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999.

Benny, Setiono. Tionghoa Dalam Pusaran Politik. Jakarta: Trans Media, 2008.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka. Kabupaten Majalengka Dalam

Angka 2016. Majalengka: BPS Kabupaten Majalengka, 2016.

Buanadjaya, Sidarnanto. Penelitian Historis Keberadaan Budaya Keagamaan

Khonghucu di Indonesia. Surakarta: Matakin-Dewan Rohaniawan Agama

Khonghucu Indonesia,2009.

Cokpraa. 2015. Arsitektur Kelenteng. Diambil dari https://cokpra1994.

wordpress.com/2015/05/09/arsitektur-kelenteng-2/. Diakses pada Tanggal

27 Maret 2017

Coppel, Charles. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1994.

Daradjat, Zakiah. Perbandingan Agama I. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi

Agama/IAIN di Jakarta Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama

Islam, 1982.

Edi Suprapto. Atribut dalam Klenteng. Diambil dari http://tradisitridharma.

blogspot.co.id/2014/11/atribut-dalam-klenteng.html. 2014. Diakses pada

Tanggal 25 Maret 2017.

Eliade, Mircea. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan Publishing

Company, 1987.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Agama Bagian I. Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 1993.

Hari, Poerwanto. Orang Cina Khek Dari Singkawang. Depok: Komunitas Baru,

2005.

Junzigroup’s Weblog. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia (1).

Diakses pada Tanggal 22 Maret 2017 dari https://junzigroup.

wordpress.com/2008/05/11/perkembangan-agama-khonghucu-di Indonesia

-1/ 2008.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1987.

Page 82: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

74

Koji, Tsuda . 2012b. “The Legal and Cultural Status of Chinese Temples in

Contemporary Java.” Asian Ethnicity 13(4): 392.

Konfusius. Analek Konfusius Kitab Kearifan Konfusius. Yogyakarta: New

Diglossia.

Krippendorff, Klaus. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta:

Rajawali Press, 1933.

Kuncono, Ongky Setio. Gus Dur di Mata Orang Tionghoa Khonghucu. Diambil

dari: http://www.spocjournal.com/budaya/85-gus-dur-di-mata-orang-

tionghoa-khonghucu.html.

Kuncono, Ongky Setio. Tomorrow Spirit. Jakarta: Gerbang Kebijakan Ru, 2015.

Lan, Mely Tan Giok. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

Lan, Thung Ju, dan Wibowo. Setelah Air Mata Kering. Jakarta: Kompas, 2010.

Liemanto, Airin. Ratio Legis Presiden Abdurrahman Wahid Menjadikan

Khonghucu Sebagai Agama Resmi Negara (Analisisb Keputusan Presiden

Nomor 6 Tahun 2000 Tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14

Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina).

Artikel Ilmiah Universitas Brawijaya, Malang, 2014.

Mulyana, Dedi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja

Rosdakarya, 2013.

Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Ongkoham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina (Sejarah Etnis Cina

di Indonesia). Depok: Komunitas Bambu, 2008.

Ongkowijaya, Bratayana. Permasalahan Kelenteng di Bumi Indonesia: Selayang

Pandang Permasalahan Kelenteng Dewasa Ini. 2013.

Rachman, Budhy Munawar. Membela Kebebasan Agama. Jakarta: Democracy

Project, 2011.

Saidi,Gunawan. Perkembangan Agama Khonghucu di Indonesia. Skripsi. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2009.

Sjamsudin. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak, 2007.

Sou’yb, Joesoef. Agama-Agama Besar di Dunia. Jakarta: Al Husna Zikra, 1996.

Page 83: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

75

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2012.

Sukarno, Sabar. Dampak Perkembangan Agama Khonghucu Pasca Reformasi

(Studi Kasus Pindah Agama Umat Buddha di Tangerang). Penelitian

Dosen. Tangerang, Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya.

Sulaiman. “Agama Khonghucu: Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di

Pontianak Kalimantan Barat.” Jurnal Analisa. Volume XVI, No. 01,

Januari-Juni 2009.

Suryanto. Sejarah Kelenteng dan Asal Mula Istilah Kelenteng. Diambil dari

http://www.wihara.com/topic/36117-sejarah-kelenteng-dan-asal-mula-

istilah-kelenteng. 2006. Diakses pada Tanggal 25 Maret 2017.

Sutopo, H.B. Metodologi Penelitian Kualitatif - Dasar Teori dan Terapannya

dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2002.

Tanggok, Ihsan. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: Penerbit

Gramedia Pustaka Utama.2000.

Tanggok, Ihsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia. Jakarta:

Penerbit Pelita Kebajikan.2003.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia.

Diambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_

Konghucu_Indonesia. Diakses pada Tanggal 25 Maret 2017.

Zhang, Ardian. Dr. Iwan Satibi, Dokter yang Berdedikasi Tinggi. Diakses pada

tanggal 15 November 2016 dari http://web.budayationghoa.net/

index.php/item/3704-dr-iwan-satibi-dokter-yang-berdedikasi-tinggi

Page 84: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 85: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

KEN{ENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGEzu (UIN)S YA RTF HTD AYATULLAH JAKARTA

F'AKULTAS USHULUDDIN

'l Juanda No. 95 Ciputat 15412, lndonesia

NomorLampiranPerihal

: Un.0l,f3ll/-M.O1.3/1oo\.1 12916 Jakarta. 08 November 2016

: Penelit ian / rvnvancara

Kepada Yih.

diTempat

Dengan hormat,

Bersamd ini disampaikan bahwa mahasiswa kami dari FakultasUshuluddin UIN Syalif Hidayatullah Jakarta:

'reb.: (c21) 7 49 3677 , 7 4a 1925, Fax: (02 1 ) 74 9 357 9website:wwv/.uinjkt.ac.id; E-mail : fu-uinjkt@yahoo. com

NainaNIPFak./ JurusanSemester

: YusufAnbar Firdausi: 1110032100002: Perbandingan Agama: XIII (iiga Belas )

Tahun Akademik :. 2016 I 2Ol7Program ' : Strata 1(Sl)

sedang dalam penulisan skipsi dengan judul: Eksistensi Agama lftonghucu diMajalengka ( Studi Kasus Klenteng Hok Tek 'leng Sin dan MasyarakatTionghoa Majalengka

Sehubungan dengan itu, kami mohon mahasiswa kami dapat diterimamelakukan penelitian / lvalrrancara guna penulisan skripsi dimaksud.

Demikian, atas perhatian dan bantuannya kami ucapkan teriha kasih.

Akademik,

Tanggok, M.Si /199403 1 002

Tembusan :

Dekan Fakultas UshuluddinUJN $yarif Hidayahrllah Jakarta

Page 86: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Lampiran 2: Foto-Foto di Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Gambar L.2.1: Kura-kura yang mewakili arah mata angin utara. Kura-kura juga

sebagai simbol panjang umur

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.2: Foto Macan Putih yang Mewakili Arah Mata Angin Barat

Sumber: Hasil Observasi Penulis

Page 87: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.3: Naga Hijau yang Mewakili Arah Mata Angin Timur

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.4: Burung Merak Merah yang Berada di Belakang Klenteng,

Mewakili Arah Mata Angin Selatan

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 88: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.5: Lengkungan Pada Bangunan dan Pagar Besi Menunjukkan

Gabungan Eropa dan Tiongkok Pada Bangunan Klenteng

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.6: Tulisan San Chai Yi Shu yang Berada di Bagian Depan Klenteng,

yang Mempunyai Arti “Tiga Unsur Terbaik”

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 89: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.7: Patung Chai Shen, Dewa Panglima Perang

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.8: Patung Dewa Bumi atau Hok Tek Tjeng Sin

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 90: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.9: Mainan Ikan yang Mewakili Ikan Bandeng. Ikan Bandeng Adalah

Simbol Kesuburan dalam Agama Khonghucu

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.10: Setiap Buah-buahan mewakili masing-masing lima unsur, yaitu

Air, Api, Tanah, Logam dan Kayu

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 91: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.11: Lonceng yang Menjadi Asal Mula Penyebutan Klenteng Karena

Bunyinya

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.12: Persembahan dari Jemaat Klenteng Hok Tek Tjeng Sin

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 92: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.13: Ucapan Terima Kasih dari Universitas California untuk Dr. Iwan

Satibi atas Sumbangan Karya Beliau tentang Khonghucu

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Gambar L.2.14: Pengurus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan Salah Satu Murid

Iwan Satibi, Bp. Edi Subarhi

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 93: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

Gambar L.2.15: Bukti Didirikannya Klenteng Hok Tek Tjeng Sin pada Tahun

1803. Perbaikan Dilakukan Sebanyak Dua Kali.

Sumber: Hasil Observasi Peneliti

Page 94: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

I-ampiran 3: Ilasil Wawancara

SURAT PERIYYATAANBERSEDIA MENJADI II,IFORI{AN PENELITTAN

S aya yang bertanda tangan di bawah ini :

trwry 9us*.*tti(e S 'wn*^

JL, Kt+ twobLttnLtm

Nama :

Umur :

Alaruat:Ao eb4 u{AGAt6K4

Menyatakan dengan sesunggulmya bahwa seteiah rnendapatkan penjelasan perrelitian dan '

memahami informasi 1'ang diberikan oleh poneliti scrta mongetahui tujuan dan manfaat

penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia meniadi informan dalam penelitian

yalg dilalrukan oleh saudara yusuf Anbar Firdausi, Mihasiswa per.banding4n Agama

Univeliitas Islarn Negeri Jakarta yang ber.iudul: Eksistensi Agama Khcnghucu di Kabupaten

Majalengka (Studi Kasus Klenteng Hok Tek rjeng sin da, N{asyarakat Tiongiroa

Majalengka.l.

Demikian pornyataan ini saya buat dengan sebenar.benamya dan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun.

Majaiengka, 29 November 2016

Page 95: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Kapan Klenteng Hok Tek Tjeng Sin didirikan? Klenteng Hok Tek Tjeng Sin ini

didirikan ketika masih penjajahan Belanda yakni pada tahun 1803, tentunya pada

masa itu tidak mudah mendirikan tempat peribadahan dalam situasi penjajahan,

dimana kita kenal karakter penjajah bangsa Indonesia (Belanda), ingin malakukan

pembodohan secara total selain mengeruk kekayaan bangsa Indonesia. Sementara di

tempat peribadatan pasti ada pembelajaran meskipun hanya belajar agama tapi

hasilnya akan menjadikan pengikutnya pintar.

2. Apakah klenteng ini memiliki spirit? Tentu, setiap peribadatan memiliki spirit sejak

akan didirikan. Spirit klenteng ini adalah Tio Hok Tek. Beliau adalah orang sangat

baik dan lemah lembut. Karena sikap kesehariannya yang lemah lembut, maka Tio

Hok Tek menjadi banyak pengikutya. Setelah menjadi Dewa, berubahlah namanya

menjadi Hok Tek Tjeng Sin (Guru segala ilmu).

3. Apakah sejak saat itu klenteng ini selalu aktif? Ya, tentu saja, namun yang saya

ketahui, klenteng ini sempat tidak berfungsi karena krisis kepengurusan dan berbagai

kepentingan. Untungnya ada seorang jemaat yang dermawan dan bisa dikategorikan

sebagai seorang relawan karena memiliki jiwa sosial yang tinggi bernama Dr. Iwan

Satibi.

4. Siapakah Dr. Iwan Satibi? Beliau adalah seorang dokter umum, yang mengabdikan

hidupnya pada bidang kesehatan masyarakat, yang mana pada masa itu sangat minim

tenaga dokter bahkan boleh dikatakan sangat langka sehingga banyak masyarakat

yang bergantung kepadanya dari mulai orang tua sampai anak keturunannya

mempercayakan kesehatannya pada dokter tersebut. Dari situ, beliau semakin peduli

Page 96: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

terhadap aktivitas di klenteng ini dan menghidupkannya kembali meskipun tidak

sejaya ketika awal dibangunnya klenteng ini.

5. Sejak kapan Dr. Iwan Satibi datang ke Kabupaten Majalengka? Beliau datang

tahun 1966, ketika beliau sudah menjadi dokter. Beliau menaruh perhatian terhadap

kondisi klenteng pada saat itu dan melihat keadaan klenteng hampir terlantar, oleh

karena itu beliau mengambil alih kepengurusan dan pendanaannya dari aktivitas

beliau sebagai dokter.

6. Apakah setelah itu aktivitas klenteng menjadi hidup? Ya, aktivitas sehari-hari

klenteng ini selain sebagai tampat ibadah berfungsi juga sebagai tempat kegiatan

belajar mengajar bagi warga yang beragama Khonghucu. Meskipun tidak banyak

yang belajar, tapi Dr. Iwan Satibi tidak pernah mempermasalahkan sedikit atau

banyaknya. Yang penting pembelajaran tetap berjalan sehingga klenteng terlihat ada

kehidupan dengan adanya kepengurusan bahkan pernah difungsikan untuk kegiatan

pemotretan komersil karena klenteng ditata dengan dekorasi Tiongkok. Hal itu

membuat masyarakat dari berbagai macam agama tertarik untuk datang dan berfoto.

7. Lalu apa saja hambatan yang terjadi pada masa itu? Pada masa itu adalah masa

pemerintahan Orde Baru. Agama Khonghucu pada masa itu tidak terakomodir dalam

Undang-Undang, sebagaimana yang kita ketahui agama-agama yang ada di Indonesia

hanya ada 5 yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Buddha. Dengan demikian,

dilarang kegiatan peribadatan Agama Khonghucu padahal banyak pengikutnya

sehingga peribadatan dilakukan secara diam-diam. Termasuk kegiatan outdoor pun

dengan terpaksa harus dihilangkan karena peribadatan di luar Klenteng akan

mengundang banyak tanya dari orang yang melihatnya.

8. Setelah masa Orde Baru, apakah klenteng kembali beraktivitas normal? Tidak

serta merta kembali beraktivitas normal, karena pergantian penguasa tidak otomatis

Page 97: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

mengubah Undang-Undang dan kebikjakan. Dan memang banyak yang sudah

konversi ke agama lain. Tapi uniknya, banyak jemaat dari luar Kabupaten Majalengka

datang kesini untuk beribadah. Mereka datang dari Jakarta, Bekasi, Bandung, dan

Cirebon. Apalagi setelah pemerintahan dipimpin oleh KH. Abdurrahman Wahid.

Beliau yang menambahkan Khonghucu sebagai agama resmi di Indonesia. Jadi

sekarang agama yang diakui di Indonesia menjadi 6.

9. Apakah kegiatan peribadatan Agama Khonghucu pada zaman sekarang masih

berjalan? Kegiatan peribadatan Agama Khonghucu pada hari ini masih berjalan,

hanya saja ini berlaku bagi orang-orang seangkatan kami generasi yang sudah tua.

Tapi saya tidak tahu sampai kapan bertahan seperti ini.

10. Mengapa Bapak berpikir demikian? Karena anak muda, anak-anak kami, tidak

semuanya tertarik untuk mempelajari ajaran Khonghucu. Sebagian besar dari mereka

bahkan sudah konversi ke agama lain. Agama yang dimaksud ialah Agama Buddha,

Protestan, Katolik, dan Islam.

11. Apa kira-kira penyebabnya? Sederhananya, ajaran Agama Khonghucu dinilai

terlalu rumit bagi mereka. Sementara ajaran agama lain, Agama Kristen misalnya,

ajaran dan pola peribadatannya dipandang jauh lebih sederhana serta mudah untuk

dipelajari.

Page 98: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

SI,RAT PERNYATAANBER,SEDIA MENJADI INFORMAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nuo,u ,$gvtt6Umur : {OAta.at: {Vtrq4br"gk(

Menyatakan dengan sesurgguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan

memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat

penelitian, maka dengan ini saya secara srkarela benedia menjadi informan dalam penelitian

yang dilakukan oleh saudara Yusuf Anbar Firdausi, Mahasiswa perbandingan Agar4a

Universitas Islam Negeri Jokarta yang bgjudul: Eksistensi Aga'ma Khonghucu di Kabupaten

Majalengka (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng sin dan Masyarakat Tionghoa

Majalengka).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun..,

Majalengka, ...1.9..:..!.. 2.r... zoro

'l&*"sU-L-..

lnfonnan

Page 99: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak? Nama Saya Hendra

2. Apa pekerjaan Bapak? Wiraswasta

3. Apakah agama Bapak ketika lahir? Saya terlahir dengan Agama Khonghucu

4. Lalu kapan Bapak pindah ke Agama Kristen Protestan? Saya pindah agama sejak

kecil, sejak Agama Khonghucu statusnya mulai tidak jelas.

5. Mengapa Bapak pindah ke Kristen Protestan? Ketika itu, salah satu agama yang

diakui dan jelas ibadahnya adalah Kristen Protestan. Pada mulanya saya hanya ikut

beribadah setiap minggunya. Lalu lama-kelamaan saya benar-benar menganut Kristen

Protestan. Tapi tetap saja, saya diajarkan oleh ayah saya untuk tidak melupakan

leluhur-leluhur kami. Itulah alasan mengapa saya sampai saat ini masih datang ke

klenteng. Agama saya tidak menghalangi saya untuk tetap mengunjungi klenteng.

Page 100: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

SURAT PERI\TYATAANBERSEDIA MENJADI IMORMAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nana: L|. O7t)ttL. )"Ue2)urrw:$)Namx:'2(h/

wO2DLe-ru4z@

VflHlJ/1/,

f rt,tttrDu( tfilum 18o rf '%r?,

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan peneritian dan

memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat

penelitian, maka dengan ini saya secara sutarela berseclia menjadi informan dalam penelitian

yang dilakukan oleh saudara yusrf Anbar Firdausi, Mahasiswa perbaadingan Agaura

Universitas Islain Negeri Jakarta yang berjudul: Eksistensi Ag:ima Khonghucu di Kabupaten

Majalengka (Studi Kasus Klenteng Hok rek rjeng sin dan Masyarakat Tionghoa

Majalengka).

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadarao tanpa

paksaan dari siapapun.

Majarengka, .../. y'. :.. /2.=. zorc

Page 101: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak? Nama Saya H. Otong Junaedi

2. Apa pekerjaan Bapak? Wiraswasta

3. Apakah agama Bapak ketika lahir? Saya terlahir dengan Agama Khonghucu

4. Lalu kapan Bapak pindah ke Agama Islam? Saya pindah agama ketika masa

Sekolah Menengah Pertama.

5. Mengapa Bapak pindah ke Agama Islam? Pada masa itu Agama Khonghucu

memang dilarang, dan saya jelas menyayangkan itu, tapi saya memang sudah tertarik

kepada Agama Islam setelah mendapatkan pelajaran di sekolah saya. Saya

mengagumi filsafat Khonghucu, namun tetap saja, filsafat Islam lebih menarik

menurut saya. Saya bahkan menemukan beberapa persamaan dan titik temu. Salah

satunya ialah ajaran Nabi Khonghucu yang mengajarkan manusia untuk tidak

melawan arus. Itu, menurut saya, tidak beda dengan filsafat Thawaf dalam Ibadah

Haji.

Page 102: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

SURAT PERNYATAANBERSEDITT NIENJADI INFOR}IAN PET\ELITIAN

Saya yang bertanda langan di bawah ini:

NAMA :CAH XAP)

Umur :5g

Alamat:8!)NDVng

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan

memahami infonnasi yang dib'erikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat

penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia rnenjadi informan dalam penelitian

yang dilakukan oleh saudara Yusuf Anbar Firdausi, Mahasiswa perbandingan Agaraa

fjniversitas Islarn Negeri Jakarta yang berjudul: Eksistensi Agama Khonghucu di Kabupaten

Majalengka (Studi Kasus Klenteng Hok Tek Tjeng Sin dan lvlasyarakat Tionghoa

Majalengka).

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun.

Majalengka,Q.$.

Page 103: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak? Nama Saya Cahyadi.

2. Apa pekerjaan Bapak? Wiraswasta.

3. Di mana tempat tinggal Bapak? Saya tinggal di Bandung, Jawa Barat.

4. Apakah ada klenteng di sekitar rumah Bapak? Ya, ada banyak klenteng di sana.

5. Sejak kapan bapak beribadah di klenteng ini? Saya sudah beribadah di sini sejak

tahun 1995.

6. Apa alasan Bapak beribadah di klenteng ini? Saya merasakan ketenangan ketika

datang ke sini. Setiap perjalanan saya ke sinipun selalu memberikan kesan positif bagi

saya. Saya juga merasa doa saya dikabulkan ketika beribadah di sini.

7. Apakah Bapak kenal Dr. Iwan Satibi? Ya, Dr. Iwan adalah guru kami, yang tidak

pernah lelah untuk memberikan pencerahan kepada kami yang ingin belajar.

Page 104: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

SURAT PERNYAT,{A,NBERSEDIA NIENJADI INFORMAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di barvah ini:

Nar:ra' : Horg.r,

Umur : {4.Alamat: 3**t SokcrstO-

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjerasan penelitian dan

memahami informasi yang diberikan oreh peneriti serta mengetahui tujuan dan manfaat

penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia menjadi infonnan dalarn penelitian

yang dilakukan oreh saudara yusuf Anbar Firdausi, Mahasiswa perbandingan Aga:na

Universitas Islam Negeri Jakarta yang berjudul: Eksistensi Agama K-honghucu di Kabupaten

Majalengka (Studi Kasus Krenteng Hok Tek 'rjeng Sin dan Masyarakat rionghoa

Majalengka).

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan penuh kesadaran tanpa

paksaan dari siapapun.

Majalengka, ...?il..fl9YfThf. zor o

ItrrSL

Informan

Page 105: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak? Nama Saya Horgen

2. Apa pekerjaan Bapak? Wiraswasta.

3. Di mana tempat tinggal Bapak? Saya tinggal di Jakarta.

4. Apakah ada klenteng di sekitar rumah Bapak? Ada banyak, tidak terlalu jauh dari

rumah.

5. Sejak kapan bapak beribadah di klenteng ini? Saya sudah beribadah di sini sejak

tahun 1991.

6. Apa alasan Bapak beribadah di klenteng ini? Daripada anda mengatakan

beribadah, saya lebih condong kepada “belajar dan ziarah”. Tujuan saya datang ke

sini lebih kepada ziarah, mengingat leluhur-leluhur saya, belajar hal-hal yang baru,

dan silaturahim dengan teman-teman di sini.

7. Apakah Bapak kenal Dr. Iwan Satibi? Tentu saja kenal. Saya banyak belajar dari

beliau. Tidak hanya tentang agama, tapi juga pembelajaran hidup.

Page 106: EKSISTENSI AGAMA KHONGHUCU DI KABUPATEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35721/1/YUSUF... · bagaimana eksistensi atau keberadaan Agama Khonghucu di Kabupaten

LAMPIRAN WAWANCARA

1. Siapa nama Bapak? Nama Saya Ade Susilo

2. Apa pekerjaan Bapak? Wiraswasta

3. Di mana tempat tinggal Bapak? Saya tinggal di Kuningan, Jawa Barat

4. Apakah ada klenteng di sekitar rumah Bapak? Ada, klenteng Tri Dharma

5. Sejak kapan bapak beribadah di klenteng ini? Saya sudah beribadah di sini sejak

tahun 1990

6. Apa alasan Bapak beribadah di klenteng ini? Bagi saya, beribadah bukan masalah

tempat. Bagi saya beribadah lebih mirip ziarah. Secara batin, saya lebih nyaman kalau

datang ke sini.

7. Apakah Bapak kenal Dr. Iwan Satibi? Ya, beliau adalah orang yang menghidupkan

kembali kegiatan di klenteng ini.

8. Bapak beribadah di sini sudah cukup lama. Tentunya Bapak bisa menceritakan

sedikit banyaknya pengalaman Bapak selama beribadah di sini. Tentu saja. Pada

tahun 1990-an klenteng ini mengalami masa-masa baik dan buruk. Karena memang

sesama penguruspun banyak yang berbeda pendapat, dan berdampak pada

perpecahan. Dr Iwan orangnya sangat tegas, dan beliau sangat peduli dengan

keberlangsungan kegiatan keagamaan di klenteng ini, oleh karenanya beliau

mengambil tindakan.

9. Dan tepatnya apa tindakan yang dilakukan? Beliau menggunakan hak vetonya

untuk merombak kepengurusan di tubuh klenteng. Ini tentunya menyebabkan

berkurangnya jemaat yang beribadah di sana. Tapi beliau tidak terlalu peduli dengan

sedikit atau banyaknya orang yang beribadah di klenteng