konsep humanisme agama khonghucu dalam

126

Click here to load reader

Upload: doantruc

Post on 12-Jan-2017

281 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU

DALAM MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA

(Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu

di Lithang Bakti Pondok Cabe)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

V I V I A N A

NIM: 1110032100064

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H./2015M.

Page 2: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 3: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 4: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 5: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

i

ABSTRAK

Viviana

Konsep Humanisme Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia

Sempurna (Studi Terhadap Sikap Kemanusiaan Umat Khonghucu di

Lithang Bakti Pondok Cabe)

Problem manusia kontemporer adalah pendangkalan proses hidup sehari-

hari dan miskonsepsi tentang hakikat manusia. Manusia kehilangan visi tentang

apa yang transenden atau makna spiritual yang bisa ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari. Memasuki abad ke-21, memahami manusia yang ideal dalam

kehidupan masyarakat terasa sulit. Sebab pemahaman tersebut lain dari

pemahaman teori-teori dan pengetahuan ilmiah. Meskipun terdapat banyak aliran

filsafat dan agama yang secara ilmiah dan spektakuler yang memaparkan tentang

pengertian eksistensi manusia, tetapi terdapat titik temu dan prinsip-prinsip pokok

yang disepakati bersama tentang eksitensi manusia yang dinamakan, humanisme.

Humanisme dalam agama Khonghucu sangat ditekankan, karena

Khonghucu membimbing manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup,

ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berfikir yang benar. Dalam

agama Khonghucu, manusia ditempatkan pada posisi yang tertinggi. Manusia

sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk lainnya diharuskan dapat

memperoleh kebaikan sempurna, serta penuh kebajikan dan kemanusiaan.

Penelitian ini ingin mengetahui konsep humanisme dalam agama

Khonghucu dan implementasinya membentuk manusia sempurna. Melalui studi

pustaka, wawancara kepada beberapa tokoh agama serta observasi, penulis

medeskripsikan dan menganalisa sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang

Pondok Cabe.

Konsep manusia sempurna merupakan hal yang tidak mudah untuk diraih.

Namun demikian, umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe terus berusaha

menjalankan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan agama Khonguchu agar dapat

memanusiakan manusia. Terlihat dari beberapa kegiatan-kegiatan sosial yang

mereka lakukan serta hubungan harmonis yang terjalin di antara masyarakat

Pondok Cabe yang tidak hanya satu umat saja, bahkan enam agama yang diakui

Indonesia pun terdapat di dalamnya.

Page 6: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbi al-‘alamin, puji syukur kehadirat Allah Swt., Dzat

yang memberikan hembusan nafas kepada para hamba-Nya. Penulis panjatkan

atas segala limpahan hidayah, rahmat, dan nikmat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep Humanisme Agama Khonghucu

Dalam Membentuk Manusia Sempurna (Studi Terhadap Sikap

Kemanusiaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe)” dengan

sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sosok

rahmatan li al-‘alamin, Nabi Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta

doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga zaman menutup mata.

Penulis sadari bahwa banyak pihak yang telah membimbing dan

membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan

kali ini penulis mengucapan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Wagimin dan Ibunda Rusminah, atas segala

kasih sayang, perhatian, dan dorongannya. Tak pernah lelah dan tak bosan

dalam memberikan dukungan moral maupun materil, serta selalu mendoakan

yang terbaik untuk buah hatimu ini.

2. Ibu Siti Nadroh, M.A., selaku pembimbing yang selalu bersabar memberikan

ilmu dan bimbingannya selama proses penulisan.

3. Bapak Dq. Ade Cahyadi, selaku ketua Lithang Bakti Pondok Cabe, para

rohaniawan Bapak Js. Hendra Suprapto, Bapak Js. Dadang, Bapak Js. Wasdi,

dan guru agama Khonghucu Bapak Wicandra, serta seluruh keluarga besar

Page 7: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

iii

Lithang Bakti Pondok Cabe, yang telah memberikan banyak sumber utama

skripsi ini serta meluangkan waktunya kepada penulis untuk dapat berdiskusi

secara langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Dra. Halimah SM, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Perbandingan Agama,

dan kepada Ibu Rosmaria Sjafariah W, SS M.Si, selaku Sekretaris Jurusan

Perbandingan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A., selaku Kepala Dekan Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para Pembantu Dekan.

6. Seluruh dosn Fakultas Ushuluddin yang memberikan dedikasinya mendidik

penulis, memberi ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada penulis selama

masa perkuliahan.

7. Segenap pemimpin dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakan

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidatullah Jakarta, yang telah melayani

penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literatur yang penulis

butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

8. Kakaku tercinta Hajib, yang mana senantiasa memberikan dukungan dan doa

juga menghibur dikala sedih.

9. Indi dan Nina yang telah menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga silat Perisai Diri Banten, khususnya Ranting UIN, para pelatih dan

teman seperjuangan, terimakasih atas kebersamaan serta kehangatan yang

diberikan, sehingga penulis dapat merasakan kebanggaan berada di dalam

gelanggang pertandingan Internasional.

Page 8: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

iv

11. Seluruh teman-teman di UIN Syarif Hidatullah Jakarta, alumni Pesantren

Raudlatul Ulum, SDN dan MI Sambilawang, dan seluruh keluarga besar

Perbandingan Agama angkatan 2010 yang selalu memberi warna-warni

indahnya persahabatan.

12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

mengurangi rasa terimakasih penulis.

Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan, baik

dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diperlukan demi perbaikan penulisan.

Akhirnya, hanya kepada Allah Swt. Penulis berserah diri, mudah-mudahan

bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapat pahala

yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat

memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

bidang Perbandingan Agama.

Amin ya Rabb al-‘Alamin.

Jakarta, 18 Januari 2015

Penulis

Page 9: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

B. Rumusan Masalah .......................................................................

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

D. Kegunaan Penelitian ...................................................................

E. Tinjauan Pustaka .........................................................................

F. Konsep Teoritis Penelitian ..........................................................

G. Metode Penelitian .......................................................................

H. Sisitematika Penulisan ................................................................

1

6

7

7

8

10

13

17

BAB II KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU

A. Pengertian Humanisme ...............................................................

B. Sejarah Humanisme ....................................................................

1. Latar Belakang Humanisme ...................................................

2. Perkembangan Humanisme ....................................................

C. Humanisme dalam Agama Khonghucu ......................................

1. Hubungan Manusia dengan Tuhan .........................................

2. Hubungan Manusia dengan Alam ..........................................

3. Hubungan Manusia dengan Manusia .....................................

19

21

21

23

26

28

33

36

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LITANG PONDOK CABE

A. Letak Geografis Litang Pondok Cabe .........................................

B. Pendirian Litang Pondok Cabe ...................................................

1. Sejarah Pendirian ....................................................................

2. Tujuan Didirikannya Lithang Pondok Cabe ...........................

3. Keorganisasian Lithang ..........................................................

4. Aktivitas Lithang ....................................................................

a. Kegiatan Kebaktian ...........................................................

b. Pelayanan Umat .................................................................

C. Perkembangan Lithang ...............................................................

43

44

44

46

47

49

49

51

54

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM

MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA UMAT

KHONGHUCU DI LITANG PONDOK CABE

A. Pandangan Khonghucu Tentang Pengertian Manusia ................

B. Konsep Manusia Sempurna dan Masyarakat Ideal dalam

Agama Khonghucu .....................................................................

1. Manusia Sempurna ................................................................

2. Masyarakat Ideal....................................................................

C. Implementasi Humanisme dalam Kehidupan Sosial ...........

56

58

58

63

69

Page 10: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

vi

1. Cinta Kasih (Ren) ...................................................................

2. Bijaksana (Ce) ........................................................................

3. Kebenaran (I) ..........................................................................

4. Susilla (Li) ..............................................................................

5. Kepercayaan (Sin) ..................................................................

69

71

74

75

76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................

B. Saran ............................................................................................

79

80

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81

LAMPIRAN ...................................................................................................... 84

Page 11: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah kemanusiaan sebagai proses perkembangan akal budi dan moral

telah dihiasi dengan sejumlah nama yang telah memberikan sumbangan besar

terhadap peradaban dan kebudayaan umat manusia. Negara Indonesia adalah

negara kesatuan yang berbentuk Republik. Di samping itu, Indonesia juga

dikenal sebagai negara kepulauan, karena memiliki 17.508 pulau yang

membentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara kepulauan,

Indonesia dihuni oleh berbagai suku bangsa, baik yang berasal dari Indonesia

itu sendiri maupun dari negeri lain yang sudah lama tinggal di Indonesia.

Salah satu di antara suku-suku tersebut adalah suku bangsa Cina atau orang

Tionghoa.1

Problem manusia kontemporer adalah pendangkalan proses hidup

sehari-hari dan miskonsepsi tentang hakikat manusia. Manusia kehilangan

visi tentang apa yang transenden, makna spiritual yang bisa ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari. Aparat berlaku keras kepada masyarakat atau sesama

masyarakat saling menyakiti, hal itu terjadi karena persepsi yang telah

terdistorsi tentang apa nilai manusia itu sebenarnya. Ketika terjadi

penganiayaan bahkan pemenggalan kepala, si pelaku melihat korbannya

1M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia (Jakarta:

Pelita Kebajikan. 2005), h. xiii.

Page 12: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

2

bukan lagi sebagai manusia, melainkan benda atau binatang, sehingga nilai

transenden dalam jiwa si korban diabaikan.2

Memasuki abad ke-21, memahami manusia yang ideal dalam kehidupan

masyarakat terasa sulit. Sebab pemahaman tersebut lain dari pemahaman

teori-teori dan pengetahuan ilmiah. Meskipun terdapat banyak aliran filsafat

dan agama yang secara ilmiah dan spektakuler yang memaparkan tentang

pengertian eksistensi manusia, tetapi terdapat titik temu dan prinsip-prinsip

pokok yang disepakati bersama tentang eksitensi manusia yang dinamakan,

humanisme.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia humanisme berarti aliran yang

bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan

pergaulan hidup yang lebih baik.4

Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata

Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti

manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat

manusia. Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap

manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan

alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh.5

2Ellen Christiani Nugroho, Menghargai Modus-Modus Esensial Manusia Sebagai Upaya

Mengatasi Problem Dehumanisasi Di Indonesia, Vol. 14 (Semarang: Undip, 2011), h. 10, diakses

pada 2 September 2014 dari ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/4004/3680. 3Nina Asmara, Humanisme Dalam Agama Khonghucu „Studi Terhadap Interaksi Sosial

di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta‟ (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, 2008), h. 1. 4Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 316. 5Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis (Jogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2011), h. 71.

Page 13: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

3

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat menghindar dari

manusia lainnya. Untuk dapat berinteraksi satu dengan lainnya diperlukan

nilai-nilai kemanusiaan agar “memanusiakan” manusia lainnya. Namun

demikian, dewasa ini banyak terjadi distorsi nilai-nilai kemanusiaan yang

seharusnya menjadi penuntun dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah

penganiayaan seorang ayah terhadap anak kandungnya sendiri yang terjadi di

daerah Jakarta Utara. Angga dianiaya ayah kandungnya, Novianto, Minggu

24 Agustus malam tahun 2014. Selain dianiaya, korban juga disekap dan

diborgol agar tidak bisa kabur atau melapor ke warga lain. Penganiayaan

yang dilakukan sang ayah hanya karena Angga minta dibelikan sampul buku

pelajaran.6

Tidak hanya hal tersebut di atas, bahkan agama pun dapat dijadikan

alasan untuk memunculkan konflik sesama manusia. Seperti konflik yang

terjadi di Maluku, Poso, dan di beberapa tempat lain baik nasional maupun

internasional yang baru-baru ini juga terjadi di Iraq seperti ISIS, dan konflik

yang terjadi di antara Palestina dan Israel.7

Contoh-contoh tersebut adalah sebagian dari sekian banyak kasus yang

menjadi contoh bahwa saat ini nilai-nilai kemanusiaan tidak lagi menjadi

bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan kehidupan.

Humanisme dalam agama Khonghucu sangat ditekankan, karena

Khonghucu membimbing manusia untuk menyadari makna dan tujuan hidup,

6Http://News.Liputan6.Com/Read/2096090/Hanya-Gara-Gara-Sampul-Buku-Bocah-

Dianiaya-Ayah-Kandung, diakses pada 2 September 2014, pukul: 10:41 WIB. 7Http://Www.Nu.Or.Id/A,Public-M,Dinamic-S,Detail-Ids,44-Id,53272-Lang,Id-

C,Nasional-T,Pernyataan+Gus+Mus+Soal+Konflik+Palestina+Israel-.Phpx, diakses pada 2

September 2014, pukul: 10:58 WIB.

Page 14: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

4

ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berfikir yang benar.

Sehingga dapat membimbing manusia untuk melihat dan meneliti hakikat tiap

perkara, mencukupkan pengetahuan, mengimankan tekad, meluruskan hati,

membereskan rumah tangga, mengabdi kepada masyarakat, negara dan dunia

sebagai pernyataan satya dan baktinya kepada Thian.8

Di dalam Khonghucu memperbaiki diri dan masyarakat memerlukan

proses yang berulang-alik tanpa henti,9 seperti dapat dihayati melalui ayat

suci sebagai berikut:

“Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan yang

Bercahaya pada setiap orang di dunia ini, ia harus lebih dahulu mengatur

negerinya. Untuk dapat mengatur negerinya, ia harus lebih dahulu

membereskan rumah tangganya. Untuk membereskan rumah tangganya, ia

harus lebih dahulu membina dirinya. Untuk membina dirinya, ia harus lebih

dahulu meluruskan hatinya. Untuk meluruskan hatinya, ia harus lebih dahulu

mengimankan tekadnya. Untuk mengimankan tekadnya, ia harus lebih dahulu

mencukupkan pengetahuannya. Untuk mencukupkan pengetahuannya, ia

harus meneliti hakekat (awal dan akhir) tiap perkara. (Ajaran Besar

Utama.4).”10

“Dengan meneliti hakekat tiap perkara, maka akan cukuplah

pengetahuannya. Dengan cukup pengetahuannya, maka ia akan dapat

mengimankan tekadnya. Dengan tekad yang terlah beriman, ia akan dapat

membina dirinya. Dengan diri yang telah terbina, ia akan dapat membereskan

rumah tangganya. Dengan rumah tangga yang terbina, ia akan dapat mengatur

negerinya. Dan dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai dunia yang

damai. (Ajaran Besar Utama.5).”11

“Karena itu dari Raja sampai rakyat jelata, semua mempunyai satu

kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan pembinaan diri sendiri sebagai

pokok (dasar) dari pelaksanaan Jalan Suci. (Ajaran Besar Utama.6).”12

“Adapun pokok yang kacau itu tidak pernah menghasilkan penyelesaian

yang teratur baik, hal ini sama halnya dengan seumpama menipiskan benda

yang seharusnya tebal dan menebalkan benda yang seharusnya tipis. Jikalau

8Thian atau Thian Kong merupakan sebutan nama Tuhan Yang Maha Esa bagi orang

Tionghoa secara umum. 9Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi (Jakarta:

Matakin PNR, 2013), h. 280. 10

Si Shu „Kitab Yang Empat‟ (Jakarta: MATAKIN, t.t.), h. 6. 11

Ibid., h. 7. 12

Ibid., h. 7.

Page 15: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

5

dikatakan pokok yang kacau akan dapat membuat dunia menjadi damai, maka

hal itu belum pernah (dan tidak akan pernah) terjadi. (Ajaran Besar

Utama.7).”13

Dalam pandangan Khonghucu, manusia merupakan kesatuan utuh yang

tidak bisa di lepaskan dari lingkungannya. Manusia sebagai kesatuan utuh

tentunya memiliki tanggung jawab terhadap kelompok dan lingkungannya

serta memahami kematangan Ren (nilai- nilai kemanusiaan) yang dilandasi

dengan Yi (kebenaran) baik kebenaran penalaran rasional maupun kebenaran

ilmu pengetahuan melalui Zhi (kebijaksanaannya).14

Dalam kehidupan di dunia, Tuhan menciptakan manusia untuk saling

tolong-menolong, dan mengasihi satu sama lain tanpa membeda-bedakan

status sosial. Bagi Tuhan manusia itu sama, yang membedakan adalah iman

mereka kepada Yang Maha Pencipta.

Dalam agama Khonghucu, manusia ditempatkan pada posisi yang

tertinggi. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia di antara makhluk

lainnya diharuskan dapat memperoleh kebaikan sempurna, serta penuh

kebajikan dan kemanusiaan.

Hal inilah yang menarik dalam agama Khonghucu, yakni konsep

kesempurnaan moral dalam menjadi manusia. Baik dalam perbedaan laki-laki

maupun perempuan, atau pun perbedaan tingkat sosial tertentu,

kesempurnaan dapat diraih oleh siapapun melalui pengelolaan diri menjadi

lebih baik.

13

Ibid., h. 7. 14

Http://Www.Spocjournal.Com/Filsafat/127-Khonghucu-Dan-Humanisme.Html/,

diakses pada 22 Oktober 2014, pukul: 09:17 WIB.

Page 16: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

6

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada konsep

humanisme dalam ajaran agama Khonghucu untuk menciptakan manusia

sempurna yang teraplikasi dalam kehidupan sosial keagamaan sehari-hari

masyarakat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe. Beberapa kegiatan sosial

keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Pondok Cabe, khususnya umat

Khonghucu Lithang Pondok Cabe, diantaranya kegiatan kebaktian dan

pelayanan umat.

Kegiatan kebaktian meliputi: kebaktian malam Chee It dan Cap Go;

kebaktian malam Jum’at; sekolah minggu; kebaktian remaja/pemuda agama

Khonghucu (PAKIN); dan kebaktian syukuran ulang tahun. Sedangkan

pelayanan umat Khonghucu meliputi: pelayanan doa ulang tahun; pemberian

nilai agama bagi siswa; upacara pernikahan; membesuk dan mendoakan umat

sakit; upacara kematian; dan kebaktian sosial.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, penulis akan membatasi ruang lingkup

pembahasan, yaitu bagaimana konsep humanisme agama Khonghucu dalam

membentuk manusia sempurna dan penerapan sikap kemanusiaan umat

Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe dalam kehidupan sosial

keagamaan sehari-hari.

Rumusan masalah penelitian ini: berdasarkan latar belakang

permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan

perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa konsep humanisme dalam agama Khonghucu?

Page 17: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

7

2. Bagaimana pandangan agama Khonghucu tentang manusia dan manusia

sempurna?

3. Bagaimana implementasi sifat-sifat kemanusiaan/humanisme dalam

kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan manusia sempurna?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Ingin mengetahui tentang konsep humanisme dalam agama Khonghucu.

2. Ingin mengetahui pandangan agama Khonghucu tentang manusia dan

manusia sempurna.

3. Ingin mengetahui tentang implementasi sifat-sifat

kemanusiaan/humanisme dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan

manusia sempurna.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun beberapa kegunaan dari penelitian ini diantaranya dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan

penjelasan tentang konsep humanisme yang terdapat di dalam agama

Khonghucu dalam membentuk manusia sempurna.

Page 18: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

8

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi berupa

bacaan perpustakaan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama.

3. Manfaat Umum

Semoga penelitian ini memberikan manfaat dan pengetahuan bagi

orang yang mempelajarinya terutama bagi pemeluk beda agama.

E. Tinjauan Pustaka

Setiap penelitian harus berpegang teguh pada asas orisinalitas,

autentisitas, dan kontekstualitas. Melihat hal tersebut, penulis melakukan

kajian kepustakaan supaya penelitian yang dilakukan merupakan penelitian

baru. Dari hasil penelusuran penulis, ditemukan beberapa hasil penelitian

yang terkait dengan tema yang akan diteliti, diantaranya sebagai berikut:

Pertama: skripsi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fakultas

Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama tahun 2008, yang ditulis oleh Nina

Asmara yang berjudul Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi

terhadap Interaksi Sosial di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta). Dalam

skripsi ini, Nina menekankan pada studi interaksi sosial yang dilakukan antar

umat Tridharma di Kelenteng Tjen Ling Kiong dan terhadap masyarakat

sekitar. Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengambil tentang pengertian

humanisme dan humanisme Khonghucu.

Kedua: skripsi yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang berjudul Etika

Sosial Dalam Perspektif Agama Khonghucu Dan Islam dari Universitas Islam

Page 19: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

9

Negeri Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama

tahun 2008. Skripsi ini menjelaskan tentang konsep etika sosial yang terdapat

dalam agama Khonghucu dan Islam yang kemudian memaparkan tentang

persamaan dan perbedaan konsep etika sosial yang mereka jalani. Dalam

skripsi ini penulis mengambil pembahasan tentang hubungan manusia dengan

alam, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan sesama manusia.

Ketiga: skripsi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Perbandingan Agama tahun

2006 yang ditulis oleh M. Rosim Maromi yang berjudul tentang Manusia

dalam Agama Khonghucu. Skripsi ini membahas pendapat Khonghucu untuk

menjadi manusia dan bagaimana manusia dalam menegakkan satya dan

tepasarira. Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengambil tentang

pengertian manusia menurut Khonghucu.

Perbedaan yang signifikan mengenai hasil penelitian yang diulas oleh

peneliti yang sebelumnya. Melalui tinjauan pustaka ini penulis memang

menggunakan humanisme sebagai objek sentral dalam penelitian. Akan tetapi

dalam penulisan karya ilmiah ini, selain membahas kajian-kajian tentang

agama Khonghucu yang telah ada sebelumnya, penulis juga melengkapinya

dengan menggunakan sisi lain yakni menjelaskan konsep humanisme agama

Khonghucu dalam membentuk manusia sempurna.

Perbedaan lainnya adalah penulis membahas tentang konsep manusia

sempurna dan masyarakat ideal dalam agama Khonghucu serta implementasi

dalam keseharian, serta menggali lebih dalam tentang manusia seperti apakah

Page 20: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

10

yang diharapkan agama Khonghucu dalam kehidupan sehari-hari. Apakah

sudah sesuai yang diajarkan dalam agama tersebut atau belum dengan

menggunakan studi kasus Lithang Bakti di Pondok Cabe.

F. Konsep Teoritis Penelitian

Untuk meneliti dan memahami permasalahan tersebut, diperlukan

landasan teori yang dapat mengantar penulis untuk melakukan penelitian ini,

sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah yang diharapkan.

Humanisme; dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti aliran

yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan

pergaulan hidup yang lebih baik.15

Menurut Mangunwijaya, humanisme

gerakan sosiokultural yang secara sistematik berusaha mengartikulasikan

makna humanis atau kodrat manusiawi (apa kira-kira tujuan kepatuhan

hidupnya dan apa tolak ukur kemajuan peradaban moralnya.16

Humanisme

dalam agama Khonghucu merupakan etika hubungan harmonis antara

manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan

alam.17

Agama; berasal dari bahasa Sansekerta, yang berasal dari dua kata,

yaitu a (tidak) dan gama (kacau). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 316. 16

Forum Mangunwijaya IV, Penziarahan Panjang Humanisme Mangnwijaya (Jakarta: PT

Kompas Media Nusantara, 2009), h. 96. 17

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 84-85.

Page 21: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

11

peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang

berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.18

Sedangkan menurut H. A. Mukti Ali, agama adalah keperayaan akan

adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-

utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ciri-ciri

agama bagi H. A. Mukti Ali yakni mempercayai adanya Tuhan Yang Maha

Esa; mempunyai kitab suci dari Tuhan Yang Maha Esa; mempercayai

rasul/utusan dari Tuhan Yang Maha Esa; dan yang terakhir mempunyai

hukum sendiri bagi kehidupan penganutnya berupa perintah dan petunjuk.19

Agama dalam keimanan seorang konfusianis atau agama Khonghucu

merupakan bimbingan hidup karunia Tuhan Yang Maha Esa agar manusia

dapat membina diri menempuh Jalan Suci (DAO), yakni hidup menegakkan

Firman Tuhan (Thian Ming) yang mewujud di dalam Watak Sejati (Xing),

hakekat kemanusiaan insani. Beragama berarti hidup beriman (Cheng Xin)

kepada Tuhan dan lurus satya melaksanakan FirmanNya.20

Khonghucu atau Konfusianisme merupakan agama tertua di Cina tetapi

bukan merupakan agama satu-satunya disana. Cina merupakan sebuah negeri

yang mempunyai sejarah panjang sekitar 2.700 SM., yang pada waku itu

tradisi dan lembaga-lembaga sudah dibakukan, membudaya dan tersusun

secara rapi. Hal ini dapat dibuktikan dari beberapa sumber kuno seperti Sje

Tsing buku tentang pujian, dan Shu Ching buku tentang sejarah bahwa agama

18

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 9. 19

Mudjahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Cet. I (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Pesada, 1994), h. 3-4. 20

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 295.

Page 22: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

12

Khonghucu percaya dan meyakini adanya Tuhan yang di sebut Thian

(penguasa pertinggi). Bagi kepercayaan Khonghucu segala benda-benda alam

mempunyai kekuatan sehingga dipuja, begitu juga orang yang telah

meninggal dunia mempunyai roh yang masih hidup, diantara roh-roh yang

paling berperan adalah roh-roh leluhur dan orang-orang yang berjasa (para

pahlawan)21

Khonghucu juga dalam istilah aslinya yakni Ru Jiao,22

adalah

bimbingan hidup karunia Tuhan (TIAN XI), Tuhan Yang Maha Esa yang

diturunkan lewat Nabi dan para Suci purba yang digenapkan, disempurnakan

dengan ajaran Nabi Kongzi.23

Manusia adalah makhluk yang berakal budi.24

Menurut Ali Syari’ati,

manusia merupakan kombinasi dua hal yang berlawanan, fenomena dialektis

yang dari oposisi “Allah – Syaitan”.25

Dalam agama Khonghucu, hukumnya manusia diciptakan sama seperti

benda yang lainnya tanpa ada perbedaan. Tetapi dengan Firman Tuhan,

manusia dikarunia dengan Watak Sejati (Xing), dengan Tujuan untuk Li Ming

Xing Dao, mengemban FirmanNya membina diri dan menempuh Jalan Suci,

21

Nurhikmah, Upacara Kematian Dalam Agama Khonghucu: Studi Kasus di Curug

Parung Bogor (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h. 1-2. 22

Ru Jiao adalah istilah asli dari agama Khonghucu yang memiliki makna yakni agama

dari pada kaum yang taat, yang lembut hati, yang beroleh bimbingan atau terpelajar. Di Indonesia

Ru Jiao juga digunakan untuk menyebut nama lain dari agama Khonghucu, dikarenakan mengikuti

istilah yang dari sarjana Barat. 23

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 295. 24

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 558. 25

Lesmadona Ferutama, Konsep Manusia Dalam Perspektif Ali Syari‟ati (Skripsi S1

Fakultas Akidah Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 31.

Page 23: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

13

sehingga mampu menggenapkan, mengembangkan dan menyempurnakan apa

yang telah di cipatakan oleh Thian.26

G. Metodologi Penelitian

Data apa pun yang hendak dikumpulkan pada suatu penelitian,

diperoleh melalui metode-metode tertentu, pada sumber-sumber tertentu, dan

menggunakan alat dan instrumen tertentu.27

Dengan demikian untuk

mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian agar sesuai dengan

kaidah, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Bentuk penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field

research) yang bersifat kualitatif karena lebih mengutamakan pendapat

responden yang berupaya menemukan kebenaran dalam situasi atau

peristiwa tingkah laku manusia. Dalam penelitian ini penulis melakukan

penelitian pada masyarakat Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe.

Berbeda dengan agama-agama yang lain seperti, Islam yang menekankan

ajaran tauhid, Kristen yang mengajarkan cinta kasih, dan Budha

menekankan penghapusan duka, ajaran dalam agama Khonghucu

menekankan ajaran tentang etika. Selain efesiensi waktu, agama Khongucu

di Lithang Pondok Cabe memiliki penganut yang besar yakni sekitar 500

umat yang terdaftar.28

Di wilayah ini pula terdapat beberapa umat

beragama lainnya namun, umat Khongucu di Lithang Pondok Cabe tetap

26

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi, h. 306. 27

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Cet. VI (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 51. 28

Ht. Saputra, Makin Pondok Cabe, h. 3.

Page 24: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

14

dapat berinteraksi dengan harmonis. Dalam penelitian ini penulis

mengambil 4 responden yang kompeten untuk memberikan data yang

dibutuhkan, yakni: Ade Cahyadi (Lauw Kim It) sebagai ketua Lithang

Pondok Cabe, Js. Hendra Suprapto, Js. Dadang dan Wichandra sebagai

rohaniawan. Penelitian dimulai dari awal bulan September, penelitian

terhenti pada bulan oktober dikarenakan penulis sakit, kemudian penelitian

dilanjutkan kembali pada bulan november sampai tanggal 14 Januari 2015.

2. Pendekatan Penelitian

Untuk membantu penelitian penulis agar lebih maksimal, penulis

mengunakan pendekatan antropologi yang memiliki arti ilmu yang

mempelajari manusia sebagai makhluk sosial budaya.29

Karena secara

umum, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang

mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan

antar sesama manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.30

Dalam pendekatan ini yang menjadi fokus penelitian dengan pendekatan

antropologi secara umum adalah mengkaji agama sebagai ungkapan

kebutuhan makhluk budaya yang meliputi:

a. Pola-pola keberagamaan manusia, dari perilaku yang mengedepankan

magic, animisme, totemisme, paganisme pemujaan terhadap roh, dan

politeisme, sampai pola keberagamaan masyarakat industri yang

mengedepankan rasionalitas dan keyakinan monoteisme;

29

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, Cet. II (Bandung:

PT Reamaja Rosdakarya, 2003), h. 62 30

M. H. Sayuthi ali, Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2002), h.73.

Page 25: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

15

b. Agama dan pengungkapannya dalam bentuk mitos, simbol-simbol,

ritus, tariaan ritual, upacara pengorbanan, semedi, selamatan;

c. Pengalaman religius, yang meliputi meditasi, doa, mistisisme, sufisme.31

Pada umumnya penelitian dengan perspektif antropologi

menggunakan perspektif mikro atau paradigma humanistik, seperti

fenomenologi, etnometodologi, everyday life, arkeologi. Unit analisanya

bisa berupa individu, kelompok/organisasi dan masyarakat, benda-benda

bersejarah, buku, prasasti, dan cerita-cerita rakyat.32

Penulis menggunakan

pendekatan antropologi untuk mendeskripsikan sikap kemanusiaan umat

Khongucu di Lithang Pondok Cabe dengan Konsep Humanisme dalam

agama Khongucu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (Library research)

Pada tahapan selanjutnya untuk membantu penulis dalam

menyempurnakan dan mempermudah penelitian, penulis mencari data

atau informasi riset melalui buku-buku, internet, artikel surat kabar dan

tulisan lainnya.

b. Wawancara

Pada tahap wawancara ini, penulis mewawancarai responden

yang dianggap layak untuk dijadikan informan. Responden tersebut

adalah para tokoh agama dan ketua Lithang Pondok Cabe. Para tokoh

31

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, h. 63. 32

Ibid., h. 63.

Page 26: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

16

agama tersebut adalah Js. Hendra, Js. Dadang, Ws. Wicandra tentang

konsep-konsep dan sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang

Pondok Cabe. Sedangkan ketua Lithang Pondok Cabe adalah Dq. Ade

tentang Lithang di Pondok Cabe. Untuk mempermudah penulis dalam

mengumpulkan data, penulis mencatat dan atau merekam jawaban-

jawabannya dengan alat perekam.

c. Observasi (pengamatan/ peninjauan secara cermat)

Sebelum melakukan metode wawancara, penulis mendatangi

tempat yang akan menjadi pusat penelitian untuk melihat secara

langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku

yang merupakan bahan-bahan informasi penulis terhadap masyarakat

agama Khonghucu di Lithang Bakti Pondok Cabe. Saat melakukan

observasi sebelum penelitian, penulis menemukan alasan yang lebih

penting ternyata umat Khonghucu di Pondok Cabe merupakan umat

Khonghucu yang baru mengenal ajaran Khonghucu, karena sebelumnya

umat Khonghucu belum menjadi Khonghucu sebenarnya, yakni masih

mengikuti tradisi Tionghoa yang bercampur dengan tradisi lokal.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada ketentuan dan

petunjuk buku “Pedoman Akademik Program Strata 1 Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2014” yang dikeluarkan oleh

UIN Jakarta.

Page 27: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

17

H. Sitematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang akan

diuraikan dalam penelitian ini, maka perlu penulis kemukakan susunan atau

sistematis penyusunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup delapan pasal pembahasan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, konsep

teoritis penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU

Memuat pembahasan tentang pengertian humanisme yang

berisikan arti dan latar belakang beserta perkembangan wacana

humanisme; humanisme dalam agama Khonghucu yang terdiri

dari tiga bagian yakni: hubungan manusia dengan tuhan,

hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan

manusia.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG LITHANG BAKTI

PONDOK CABE

Memuat pemabahasan tentang gambaran umum Lithang

Bakti di Pondok Cabe yang terdiri dari tiga point, yang pertama

mengenai letak geografis; kedua tentang sejarah lithang yang

terbagi menjadi sejarah pendiriannya, tujuan didirikannya,

keorganisasian yang terdapat di lithang, dan aktivitas kebaktian

Page 28: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

18

dan pelayanan umat; point ketiga perkembangan Lithang Bakti

Pondok Cabe.

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM

MEMBENTUK MANUSIA SEMPURNA UMAT

KHONGHUCU DI LITHANG BAKTI PONDOK CABE

Dalam pembahasan ini memuat tiga point, yang pertama

tentang pandangan Khonghucu mengenai pengertian manusia;

yang kedua: konsep manusia sempurna dan masyarakat ideal

dalam agama Khonghucu; dan point terakhir mengenai

implementasi humanisme umat Khonghucu yakni terdiri dari lima

watak sejati yakni: cinta kasih, bijaksana, kebenaran, susila , dan

kepercayaan.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran peneliti.

Setelah melakuka pengkajian terhadap Konsep Humanisme

Agama Khonghucu Dalam Membentuk Manusia Sempurna Studi

Terhadap Sikap Kemanusian Umat Khonghucu di Lithang Bakti

Pondok Cabe.

Page 29: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

19

BAB II

KONSEP HUMANISME DALAM AGAMA KHONGHUCU

A. Pengertian Humanisme

Humanisme merupakan suatu istilah yang melihat pada sisi

perkembangan kepribadian manusia. Humanisme merupakan suatu

pendekatan yang melihat bagaimana manusia membangun dirinya untuk

melakukan hal-hal positif yang merupakan potensi yang dimiliki setiap

manusia. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan

emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik

yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.1

Dilihat dari segi bahasa, humanisme bersal dari kata latin humanus dan

mempunyai akar kata homo yang memiliki arti manusia. Humanus berarti

sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrati manusia. Secara terminologi,

humansime berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya

untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik nonfisik)

secara penuh.2

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan arti humanisme sebagai

aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-

citakan pergaulan hidup yang lebih baik.3 Sedangkan dalam kamus ilmiah,

1Rina Harahap, Teori Belajar Humanisme. Diakses pada 20 Agustus 2014. Dari:

http://rinaapriyaniharahap.blogspot.com/2012/12/psikologi-perkembangan.html. Pukul: 22.40. 2Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis (Jogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2011), h. 71. 3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, h. 316.

Page 30: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

20

humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan kepentingan-kepentingan

kemanusiaan dan ideal.4

Mangun Harjana mengatakan, pengertian humanisme adalah pandangan

yang menekankan martabat manusia dan kemampuannya. Dalam pandangan

ini manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan dengan

kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepatuhan

sendiri dan memenuhi kepunahan eksistensinya menjadi paripurna.5

Pengertian humanisme menurut Ali Syari‘ati adalah, humanisme

mencita-citakan adanya kebebasan dari penindasan, kesempurnaan hidup,

keadilan, kebenaran, kesadaran diri manusia, mendahulukan masyarakat atas

individu, esensi kerja, keseimbangan antar konsumsi dan penghasilan,

penolakan terhadap kesewenang-wenangan, menolak perang, melindungi

peribadatan, menolak kebodohan dan kelemahan, kemampuan

memperjuangkan hak hidup, menolak diskriminasi ras dan golongan, dan

privilege sosial, yang semuanya adalah cita-cita kemanusiaan yang ada di

sepanjang sejarah manusia yang beradab dari kaum intelektual yang bebas

dan cinta kemanusiaan.6

Humanisme dalam agama Khonghucu, merupakan ajaran satya dan

tepasarira, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia

dengan sesama manusia, termasuk juga hubungan manusia dengan alam

4Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer „Edisi Lengkap‟, Cet. I (Surabaya: Gitamedia

Press, 2006), h. 184. 5Http://Www.Referensimakalah.Com/2013/01/Humanisme-Pengertian-Dan-

Sejarah.Html, diakses pada5 Mei 2014, pukul: 15.40 WIB. 6Nina Asmara, Humanisme dalam agama Khonghcu „Studi terhadap Interaksi Sosial di

Kelenteng Tjen Ling Kong Yogyakarta‟, h. 68.

Page 31: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

21

semesta.7 Setiap umat harus menjaga keharmonisan tersebut agar terwujud

perdamaian abadi dengan adanya kebijaksanaan, cinta kasih, dan keberanian.

Dengan memahami makna kata humanisme di atas, menunjukkan

bahwa inti persoaalan yang dibahas dalam humanisme adalah manusia itu

sendiri, bagaimana membentuk manusia itu menjadi lebih manusiawi, serta

pihak mana atau siapa yang bertanggungjawab pada proses pembentukannya.8

B. Sejarah Humanisme

1. Latar Belakang Humanisme

Pada awal abad pertengahan tahun 500 sampai 1000 Masehi, Eropa

Barat mengalami zaman-zaman kegelapan. Masa ketika setengah bagian

Barat dari kekaisaran Roma mulai runtuh karena invasi kaum Barbar,

setelah Roma jatuh pada tahun 410. Negara-Negara Barat terus diinvasi

oleh bangsa Norwegia dan Denmark dari utara oleh Islam lewat Spanyol di

bagian selatan. Pada tahun 1500 kekristenan Barat tampak sangat luas dan

aman; Gereja mengumpulkan banyak kekayaan dan pengaruhnya di bawah

pimpinan Paus Sylvester II. Tapi keamanan itu sengaja digoncang oleh

Reformasi kaum Protestan. Mengakibatkan banyak faktor yang

mempengaruhi munculnya reformasi, salah satunya adalah kemunculan

humanisme Renaissance.9

7Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 05 September 2014.

8Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, Cet I (Jakarta:

Impressa, 2012), h. 36. 9Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang.

(Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 121-122. e-book: diakses pada tanggal 19 November 2014.

Pukul. 17.32. Lihat di: http://books.google.co.id/books?id.

Page 32: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

22

Sebelum membahas awal munculnya istilah humanisme, istilah yang

berkaitan satu sama lain, terdapat dua hal yang perlu dipahami. Pertama,

kata ―humanismus‖ diciptakan pada tahun 1808 oleh ahli pendidikan

Jerman, F.J. Niethammer, untuk menunjuk pada tekanan pengajar yang

diberikan pada karya-karya klasik berbahasa Latin dan Yunani di sekolah-

sekolah menengah yang dilawankan dengan tuntutan yang semakin meluas

terhadap pendidikan yang lebih bersifat praktis dan berorientasi pada ilmu

pengetahuan dan sains.10

Kedua, sebelum humanismus yakni humanista, yang diciptakan pada

puncak kejayaan zaman Renaissance untuk menunjuk pada para profesor

humanisme di universitas-universtas Italia. Kemudian istilah yang lebih

tua dari kedua kata di atas adalah yang ketiga, humanities atau studia

humanistis, kata yang digunakan untuk menunjuk pada pendidikan liberal

arts dengan menggunakan karya-karya pengarang Romawi klasik seperti

Cicero dan Gellius, yang pada abad pertengahan ke-5 menunjuk pada

bidang-bidang studi yang berbeda, yakni, tata bahsa, retorika, sejarah

puisi, dan filsafat moral.11

Humanisme pertama kali digunakan sebagai istilah pada permulaan

abad ke-16 untuk merujuk pada para penulis dan sarjana Renaisans

Eropa.12

Humanisme abad ke enam belas tidak boleh dicampurkan dengan

humanisme modern yang bersifat agnostik dan ateis. Di Eropa bagian

10

Thomas Hidya Tjaya, Pustaka Filsafat Humanisme Dan Skolastisisme „Sebuah Debat‘

(Yogyakarta: Kanisius, 2004), h. 20. e-book: diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul.

04.30. Lihat di: http://books.google.co.id/books?id. 11

Ibid., h. 20. 12

Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 32.

Page 33: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

23

selatan muncul kembali minat terhadap hidup klasik Yunani dan Romawi,

itulah Renaissance. Pada tahun 1860, Jakob Buckhart menyebutkan

Renaissance merupakan dimana datangnya zaman manusia sebagai

individu rohani.13

Gerakan humanisme di Eropa diawali oleh Humanisme Renaisans

yang diwakili oleh Renaisans Italia di (Eropa) selatan dan Renaisans

Jerman di utara. Humanisme Renaisans Italia bercita-cita membebaskan

individualitas dari belenggu kekuasaan agama dan feodalisme,

menekankan pemekaran dan kesempurnaan kemanusiaan melalui studi

kesusastraan Yunani dan Latin kuno, menekankan dimensi sekular dari

pengalaman manusia, namun tidak menampilkan diri sebagai kekuatan

transformasi dan reformasi sosial.14

Humanisme Renaisans Jerman terus menekankan perhatian pada

kehidupan agama namun dengan pendekatan yang lebih individualistik dan

subjektif. Humanisme Resaisans Jerman menghasilkan reformasi Protestan

yang akhirnya berubah pada transformasi dan reformasi sosial, manakala

kegandrungan pada sastra klasik tersebut disatukan dengan Alkitab.15

2. Perkembangan Humanisme

Perkembangan humanisme dalam pandangan Jon Every dapat

dipahami dari dua tingkatan. Pertama, tradisi itu berkembang dari sejarah

intelektual Eropa dan, kedua, berkembang dari sejarah intelektual Amerika

13

Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, h.

122. 14

Forum mangunwijaya IV, Penjiarahan panjang humanisme mangunwijaya (Jakarta:

Kompas, 2009), h. 5. 15

Ibid., h.6.

Page 34: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

24

Serikat. Pandangan humanisme dari Yunani kuno, yakni ketika Socrates

mengarahkan filsafatnya pada kesadaran etik bagaimana cara

meningkatkan martabat manusia sebagai individu dan masyarakat yang

membentuk esensi dari perhatian humanisme yang membentuk sejarah

pemikiran Eropa.16

Tingkatan kedua tentang humanisme di Amerika. Gerakan

humanisme Amerika menemukan pada diri Thomas Jefferson suatu kritik

yang tajam tehadap mukjizat dan supranaturalisme. Namun sebenarnya

secara langsung lebih berkaitan dengan perkembangannya di abad 20.

Pada tahun 1941, di Chicago, Illionis, telah didirikan The Amerian

Humanist Association. Lembaga ini sangat mengakar dalam kerangka

naturalistik yang memperoleh bentuknya dalam pemikiran universitas

Amerika. Misalkan John Dewey, memusatkan perhatian pada penerapan

evolusi Darwin atas filsafat dan mempublikasikan sebuah buku di tahun

1910 tentang evolusi Darwin dan pengaruhnya terhadap filsafat.17

Selama Renaissance, dari abad ke-14 sampai ke-16, kata humanis

dicetak untuk pertama kalinya. Keunggulan manusiawi dirayakan di dalam

ledakan seni, penalaran, dan sastra klasik. Para humanis awal tidak melihat

pertentangan antara gerakan humanis dengan iman kristen mereka. Namun

konflik terjadi sewaktu benih-benih humanisme sekuler modern dianggap

sudah ditaburkan. Renaissance membuka apa yang oleh Vasari disebut

―semangat kritisisme‖, yang menyusun kekuatan dan di dalam abad ke-18

16

Jon Avery dan Hasan Askari, Menuju Humanisme Spiritual „Kontribusi Perspektif

Muslim Humanis‟, Cet. I (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 6. 17

Ibid., h. 8.

Page 35: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

25

menjadi zaman Pencerahan, yang merupakan zaman ketika pengetahuan

ilmiah berkembang memunculkan kritik yang keras terhadap kepercayan

iman Kristen.18

Humanisme setelah Renaisans, dinamakan Neo-Humanisme, yang

berkembang pada abad ke-18 ketika para seniman, filosof, dan kaum

intelektual, berpaling kembali ke zaman klasik Yunani dan Romawi. Cita-

cita humanisme dilihat dalam gagasan Yunani kuno tentang pembentukan

manusia yang selaras badan dan jiwanya.19

Pada abad ke-18, mereka yang

meragukan eksistensi Tuhan, tidak menyebutkan diri mereka ―ateis‖,

banyak di antara mereka menyeut diri dengan kata ―Deis‖20

yang berarti

bahwa mereka percaya akan sesuatu pengada tertinggi yag tidak dikenal

(dan mungkin impersonal). Paine mengatakan: ―Merupakan tugas manusia

untuk memperoleh semua pengetahuan yang ia mampu dan

memanfaatkannya sebaik-baiknya.‖21

Sejak permulaan abad ke-19, humanisme menjadi suatu sikap sosial

politik yang diarahkan untuk memantapkan lembaga-lembaga hukum dan

politik sesuai dengan cita-cita martabat manusia, dimana paham hak-hak

asasi manusia sudah masuk di panggung etika politik modern.22

18

Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang,

h.132. 19

Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 35. 20

Deis yang paling terkenal adalah Thomas Paine (1737-1809). Ia menulis tiga buku yang

paling penting: Commonsense, yang punya andil dalam perang kemerdekaan Amerika; The Rights

of Man, pembelaan terhadap Revolusi Prancis; dan The Age of Reason, kritik keras terhadap kitab

suci. 21

Linda Smith, dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, h.

132-133. 22

Ibid., h. 35.

Page 36: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

26

Akhir abad ke-20, paham humanisme telah lepas dari kaitannya

dengan kebudayaan Eropa, khususnya Yunani dan Romawi kuno. Pada

abad ini, humanisme menjadi cita-cita transtruktural dan universal yang

menyangkut sikap-sikap dan mutu etis lembaga-lembaga politik yang

menjamin martabat manusia. Roger L. Shin mendifinisikan humanisme

sebagai penghargaan pada manusia dan nilai yang nyata dan potensial di

dalam kehidupan manusia.23

Dengan demikian humanisme dapat

dipandang sebagai suatu upaya intelektual yang gigih untuk memaknai

kemanusiaan dan keterlibatan manusia di dalam dunianya.

C. Humanisme Dalam Agama Khonghucu

Humanisme atau juga bisa disebut nilai-nilai kemanusiaan yang

terdapat dalam agama Khonghucu sangat erat kaitannya, karena pedoman

nilai-nilai dalam agama Khonghucu selalu mengajarkan keharmonisan dan

kerukuan dalam hidup di dunia. Dalam arti kata humanisme menurut umat

agama Khonghucu adalah nilai-nilai kemanusiaan yang mengartikan ajaran

satya dan tepasarira.24

Nabi Kongzi mengartikan ajaran satya dan tepasarira sebagai jalan suci

Yang Satu yang Menembusi Semuanya, karena ajaran vertikal yang

menjalinkan manusia kepada Tuhan, Kholik-nya dan horizontal yang

menjalinkan manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya. Dalam hal ini

23

Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, h. 35-36. 24

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.

Page 37: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

27

setiap umat wajib mengerti mana yang pokok dan mana yang ujung, serta

mana yang wajib didahulukan dan mana yang wajib dikemudiankan.25

Khonghucu adalah salah satu ajaran yang mempengaruhi pola pikir dan

cara hidup sebagian umat manusia. Khonghucu yang aslinya disebut ―Ji

Kauw‖ (Hokkian) atau ―Ju Chiao‖ (Mandarin) berarti ‖agama orang yang

taat, lembut hati, terpercaya, dan beroleh bimbingan mengikuti jalan suci‖.

Karena itu, nilai kebajikan mendapat perhatian yang sangat penting.

Salah satu dari nilai kebajikan adalah Chun Tzu yang berarti seorang

gentleman, manusia unggul (insankamil) yang telah memiliki kemanusiaan

yang sempurna. Manusia yang berada pada derajat yang paling tinggi, yang

memiliki kebijaksanaan dan budi luhur, yang di dalam dirinya terpantulkan

sifat ―yi, jen, li, dan chih‖26

untuk menjadi manusia ideal. Nilai-nilai

kebajikan tidak terlepas dari etika sebagai pendampingnya. Etika hubungan

antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan

manusia dapat mewujudkan keharmonisan dan perdamaian abadi.

25

Tjhie Tjay Ing, Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi 1963-2013,

h. 159. 26

Yi adalah cara terbaik untuk melakukan sesatu sesuai dengan kodrat alam dan fitrah

manusia. Dalam sifat Yi menurut pandangan khonghucu alam dan manusia pada dasarnya adalah

baik dan tidak seorang pun mampu bersikap bijaksana hingga memahami yi dengan sebaik-

baiknya. Jen berarti keinginan baik. Ini mencakup cinta, kebaikan, susila dan kemanusiaan. Karena

keinginan baik adalah keinginan untuk melakukan perbuatan terbaik dalam hidup kemasyarakatan.

Li memiliki makna kesopanan—cara yang tepat untuk melahirkan sikap batin. Dalam sikap batin

harus selalu sejalan dengan perilaku lahir, karena berkaian dengan sin (ketulusan) yang ditekankan

oleh sikap yi. Dalam ajaran Khonghucu li mengandung makna peraturan atau kaedah yang menjadi

keseimbangan hidup manusia. Chih yakni bijaksana. Chih mengandung kehidupan yang dilandasi

oleh kepercayaan teerhadap diri sendiri dengan menghayati yi, jen, dan li. Untuk menghayati chih

diperlukan pengetahuan yang memungkinkan seseorang yang mampu bersikap dan bertindak

sesuai dengan fitrahnya.

Page 38: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

28

1. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Keyakinan pemeluk terhadap agama merupakan pusat dalam

kehidupan beragama. Seperti halnya ungkapan yang terdapat di dalam Eka

Prasetia Pancakarsa, bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan

Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya.

Tuhan dalam agama Khonghucu disebut Thian.27

Dalam kitab-kitab

agama Khonghucu banyak bagian yang berbicara tentang Tuhan Yang

Maha Esa, diantaranya:

Kitab Shi Jing/ She Cing (kitab sajak/puisi)

―kekuasaan dan bimbingan dari Thian (Tuhan Yang Maha Esa)

sangat luas dan dalam hal ini di luar jangkauan suara, sentuhan, atau

penciuman‖. (She Cing IV Wen Wang I/7).

―oh, betapa besarnya Shang Ti (tuhan yang maha kuasa)! Berkahnya

dicurahkan ke bumi. Dengan pangdangan yang menyeluruh dengan

perhatian yang sekama mengatur segala makhluk di dunia agar hidup

dalam berkecukupan‖. (She Cing IV Wen Wang VII/I).28

Setiap pemeluk agama wajib beriman terhadap Tuhan yang mereka

yakini. Dalam ajaran agama Khonghucu orang yang beriman kepada Thian

akan senantiasa satya bakti melaksanakan firman-Nya. Batin hendaknya

tidak bimbang atau mendua hati, melainkan menyadari dan percaya Thian

ialah sang pencipta, Khalik semesta alam, baik yang berwujud hukum,

benda atau makhluk; karena-Nya segenap wujud dan makhluk bermula

dan berpulang; daripada-Nya manusia mendapatkan hidupnya,

27

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 43 28

Ibid., h. 44.

Page 39: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

29

mendapatkan kekuatan dan kemampuannya sebagai manusia. Karena

Thian merupakan sumber kekuatan hidup, keluhuran budi; Dia-lah yang

senantiasa mengerti, membimbing, memberkati, melindungi, dan

menyertai hidup ini.29

Dalam penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa, kitab suci umat

agama Khonghucu menyebut Tuhan dengan beberapa nama, yakni sebagai

berikut:

a. Thian, yang mengandung makna: Yang Maha Besar, Yang Maha Esa

dan sering ditambah nama sebutan:

- Huang Thian: Thian Yang Maha Besar, Maha Kuasa

- Min Thian: Thian Yang Maha Kasih

- Hao Thian: Thian Yang Maha Besar Maha Meliputi

- Chang Thian: Thian Yang Maha Tinggi, Maha Suci

- Shang Thian: Thian yang di tempat Maha Tinggi

b. Di, yang memiliki makna: Yang Maha Besar yang menciptakan dan

menguasai langit dan bumi; dan sering ditambah dengan sebutan Shang

Di yaitu Di Yang Di Tempat Maha Tinggi.

c. Tai Yi, Yang Maha Esa.

d. Qian: Yang Maha Ada, Khalik Semesta Alam.

e. Gui Shen: Yang Maha Rokh, Tuhan daripada hukum alam, ang

menjadikan hukum Yin Yang atau negatif dan positif.30

29

Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani (T.tp.: MATAKIN, t.t.), h. 8. 30

Ibid,. h. 9.

Page 40: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

30

Kitab Suci Konfusiani menyebutkan, Tuhan Yang Maha Esa yang

mereka yakini, mempunyai sifat-sifat yang utama yang empat atau empat

kebajikan Tuhan (SIDE) adalah:

a. Yuan: Maha Kasih, Maha Sempurna, Khalik Semesta Alam, Yang

menjadi mula dan berpulang semua makhluk dan benda.

b. Heng: Yang Maha Besar, Maha menjalin / menembusi, Maha Indah,

Maha Luhur.

c. Li: Maha Pemberkah, Yang menjadikan hukum sebab-akibat, Maha

Adil.

d. Zhen: Maha Kuas, Maha Kokoh, Maha Abadi Hukum-Nya.31

Selain sifat-sifat utama Empat Kebajikan Tuhan di atas, Thian dalam

agama Khonghucu juga memiliki sifat-sifat yang lain diantaranya: Maha

Melihat dan Mendengar, Maha Tahu, Maha Mengerti, Maha Lembut,

Maha Gaib, Maha Rokh; Dilihat tidak tampak, didengar tiada terdengar,

namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia; tidak dapat diperkirakan, lebih-

lebih tidak dapat ditetapkan; mendukung semuanya sekalipun tiada suara

dan tiada bau.32

Manusia diharuskan untuk berlaku satya terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan melaksanakan Firmannya dan menggemilangkan Kebajikan,

sebagaimana diterangkan dalam ayat berikut:

31

Ibid.,h. 9. 32

Ibid., h. 8-9.

Page 41: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

31

Mengzi VI A: 16,

―Ada kemuliaan karunia Tuhan dan ada kemuliaan pemberian

manusia; Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Satya (Zhong), Dapat

Dipercaya (Xin) dan gemar akan Kebajikan dengan tidak merasa

jemu, itulah kemuliaan karena Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan

Raja Muda (Gong), menteri (Qing) dan pembesar (Da Fu) itulah

kemuliaan pemberian manusia. Orang jaman dahulu membina

kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian

mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Orang jaman sekarang

membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk

mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapatkan

kemuliaan pemberia manusia, lalu dibuanglah kemuliaan karunia

Tuhan itu. Sungguh tersesatlah jalan pikirannya, karena akhirnya

akan kehilangan semuanya.‖

Umat agama Khonghucu dalam mewujudkan imannya kepada Thian

di penghidupan ini, dengan menegakkan iman dan mengokohkan tekad

untuk membina diri, hidup satya melaksanakan Firman Tuhan dengan

tulus dan lurus hati dan sungguh-sungguh memacu diri mengasihi-

tenggangrasa dan menyayangi serta bertanggung jawab kepada sesama

manusia, sesama makhluk rakyat Tuhan (Thian Min) dan alam lingkungan

hidup ini. Itulah yang disebut Jalan Suci Satu yang menembusi

semuanya.33

Untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, umat

agama Konghucu melakukan beberapa upacara sebagai berikut:

a. Sembahyang ucapan rasa syukur, yang dilaksanakan tiap hari, pagi dan

sore atau tiap bulan baru dan bulan purnama, Chee Iet dan Cap Go;

yakni sore menjelang Chee Iet, Chee Iet pagi dan sore demikian pula

33

Ibid., h. 10.

Page 42: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

32

Cap Go. Di Lithang pun hendaknya dilaksankan Tiam Hio Chee Iet dan

Cap Go.

b. Sembahyang syukur malam penutupan tahun (malam menjelang Gwan

tan), sembahyang ini dilakukan dalam keluarga pada saat Cu Si (23.00 –

01.00), cukup dengan Tiam Hio; kecuali bila telah melakukan nazar

(janji/kaul) wajib dilakukan altar lengkap.

c. King Thi Kong, yakni sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha

Esa, pada tanggal 8 atau 9 Cia Gwee.

d. Sembahyang syukur saat siang gwan/ gwan siau, dilaksanakan pada

waktu Cap Go Meh/ tanggal 15 bulan Cia Gwee, antara saat Shien Si

sampai saat Cu Si (15.00 – 01.00).

e. Sembahyang besar Twan Yang, dilaksanakan pada tanggal 5 Go Gwee

(tanggal 5 bulan 5 Imlik).

f. Sembahyang besar Tangcik, dilaksankan pada tanggal 22 Desember

pada dinihari saat Ien Si (pukul: 03.00 – 05.00).34

Thian adalah Maha Mengetahui, Maha Mencintai Rakyat Ciptaan-

Nya, Yang Maha Meridhoi Kebajikan, dan Yang Maha Menghukum

Kejahatan. Kitab suci Khonfusiani membimbingkan Thian atau Shang Di

kepada umat agama Khonghucu sebagai Tuhan Yang Maha Hidup yang

menjadi sumber dan tempat berpulang bagi semua yang hidup. Hal ini

menjadi iman dan penghayatan umat Khonghucu terhadap Tuhan.35

34

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu (Solo: MATAKIN, 1984), h. 60-66. 35

Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, h. 12.

Page 43: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

33

Dalam melaksanakan persujudan terhadap Tuhan, ajaran yang

terdapat dalam Kitab suci mengajarkan umat agama Khonghucu untuk

melakukan sujud kepada Thian. Ada empat syarat pokok yang harus ditaati

oleh pemeluknya, yakni di dalam bathin setiap umatnya harus ada Cheng

(beriman, tulus, penuh kesungguhan), Xin (percaya penuh keyakinan),

Zhong (satya, penuh semangat bakti) dan Jing (rasa sujud, hormat yang

sungguh-sungguh).36

2. Hubungan Manusia dengan Alam

Pada dasarnya suku bangsa Cina awalnya hidup dalam dunia agraris

(bertani). Banyaknya masyarakat berhubungan dengan alam yang akhirnya

mempengaruhi proses kejiwaan dan alam pikir mereka sebagai suatu

keajaiban. Anggapan demikian menjadi sebab munculnya pemujaan-

pemujaan terhadap yang gaib, dengan tujuan agar kekuatan gaib yang

mereka yakini tidak menimbulkan kerusakan serta kejahatan pada

kehidupan pertanian mereka. Pemikiran masyarakat petani yang primitif

menjadikan hubungan yang erat dengan alam dan kekuatan kedewataan.

Berbagai ritual dan pesta dirayakan sepanjang tahun yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil pertanian.37

Dalam ajaran agama Khonghucu alam semesta merupakan bukti

kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Menaruh kepercayaan serta memuja

Shen yakni sejenis semangat atau arwah nenek moyang dan Kui yaitu

tenaga alam seperti matahari, bulan, dan bintang. Umat agama Khonghucu

36

Ibid., h. 12 37

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 8-9.

Page 44: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

34

mempercayai Kui dan Shen dapat mempengaruhi dan mengatur alam ini.

Kui dan Shen terbagi atas dua bagian yakni: pertama, yang tinggi, yaitu

roh-roh yang tinggi termasuk roh-roh bintang; kedua, yang rendah, yaitu

sungai, mata air, dan nyawa.38

Bermacam-macam kepercayaan yang disertai untuk menurunkan

hujan, mendatangkan kemarau, menyuburkan tanah, dan juga memelihara

rumah tangga dan keluarga. Kepercayaan-kepercayaan tersebut

menyebabkan umat Khonghucu senantiasa berusaha untuk

membahagiakan dan menggembirakan Kui dan Shen.39

Sebagai wujud rasa syukurnya kepada Thian dan untuk menjaga

keharmonisan antara manusia dengan alam semesta. Umat Khonghucu

melaksanakan upacara keagamaan dengan alam sekitar dengan penuh

kesadaran dan ketulusan agar lingkungan disekitar tetap asri dan seimbang,

yakni sebagai berikut:

a. Hari sembahyang Tiong Chiu, yakni sembahyang yang dilaksanakn

pada tanggal 15 bulan VIII Imlek (Pik Gwee Cap-go). Sembahyang ini

diperuntukkan kepada malaikat bumi sebagai pernyataan rasa syukur

(Hok Tik Cing Sien, Tho Sien atau Tho Tee Kong).

b. Hari sembahyang He Gwan, yaitu sembahyang yang dilaksanakan

untuk penghormatan kepada malaikat bumi. Perhormatan ini

diselenggarakan pada tanggal 15 Cap Gwee/bulan 10 Imlek.

38

Ibid., h. 6. 39

Ibid., h. 6.

Page 45: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

35

c. Sembahyang hari persaudaraan (sosial) atau hari kenaikan Cookun.

Sembahyang ini dilaksanakan pada tanggal 24 bulan 12 Imlek (Cap-ji-

gwee Ji-si) dan dilaksanakan pula pada tanggal 4 bulan 1 Imlik (Cia

Gwee Chee Si), sebagai hari penyambutan Coo-Kun (malaikat

pemeriksa/ dapur) turun.40

Kuatnya tradisi menjadi pandangan hidup rohaniah melatarbelakangi

kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib. Menjadikan landasan hidup

keberagamaan bangsa Cina adalah animisme. Landasan animisme tersebut

dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan terhadap leluhur (nenek

moyang), langit, dan alam sekitar.41

Selain pemujaan terhadap dewa bumi, umat Khonghucu juga

melaksanakan pemujaan terhadap langit. Karena sejak jaman dahulu langit

dianggap sebagai tempat dewa yang maha tinggi dan agung; dan dewa

yang memiliki akhlak yang paling mulia. Menurut para ahli sejarah, dewa

langit dianggap sebagai dewa yang paling tua. Dewa yang melambangkan

suatu makhluk kedewaan yang tinggal di langit, dipandang sebagai

seorang kaisar yang bertahta dan mempunyai kekuasaan yang tertinggi.

Dalam masyarakat Cina, sebelum mereka melakukan sembahyang di

depan meja abu terlebih dahulu mereka melakukan sembahyang

menyembah Tian yang berada di langit.42

40

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu, h. 85-86. 41

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h. 6. 42

Ibid., h. 10-11

Page 46: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

36

Dalam baktinya menjaga alam semesta, manusia diwajibkan

menjaga kelestarian alam lingkungannya. Hal ini tercantum dalam kitab

Lee Ki XXIV : 20/1, sebagai berikut:

―Cingcu berkata, „Pohon dipotong hanya pada waktunya; burung-

hewan dipotong hanya pada waktunya.‟ Nabi bersabda, „Sekali

memotong pohon, sekali memotong hewan tidak pada waktunya; itu

tidak berbakti.”43

3. Hubungan Manusia dengan Manusia

Manusia memiliki kedudukan yang tertinggi dalam agama

Khonghucu. Karena tujuan hidup umat Khonghucu adalah mengasah

kualiatas moral setiap orang. Menjadikan moral umat Khonghucu sebagai

upaya manusia untuk memiliki kebudayaan dan peradaban yang luhur.

Karena pada dasarnya hakikat manusia itu baik, maka metode yang

digunakan adalah: Pendidikan, Mengajar dan Mendewasakan.44

Sekiranya

dengan pendidikan sifat manusia itu jahat, maka tidak akan terlaksana

tanpa sebuah pemaksaan.45

Ajaran agama Khonghucu dalam mengatur hubungan manusia

dengan manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan

sosial yakni lima kesopanan dalam masyarakat (Ngo Lun), di antaranya:

43

Hau King ‗Kitab Bakti‘, Cet. VIII (Jakarta: MATAKIN, 2008), h. 45. 44

Metode pendidikan yang digunakan untuk mengasah setiap moral manusia oleh umat

Khonghucu adalah Pendidikan – Megajar dan Mendewasakan. Maka, jika hanya mengajar tanpa

mendewasan atau hanya mendewasan tanpa mengajar adalah menyalahi esensi sebenarnya tentang

pendidikan. Brdasarkan filosofi pendidikan ini mencul peribahasa ―Menanam pohon cukup

sepuluh tahun, menanam manusia butuh seratus tahun‖. 45

Brataya Ongkowijaya, Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa (Banten:

MATAKIN, 2011), h. iii.

Page 47: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

37

a. Hubungan seorang raja dengan menteri (atasan dengan bawahan)

“Seorang Raja memperlakukan menterinya dengan Li (kesopanan atau

penuh dengan budi pekerti yang baik). Seorang menteri mengapdi

kepada raja dengan kesetiaanya.” (Lun Gi III: 19)

Ayat di atas, menggambarakan bahwa seseorang pemimpin

haruslah bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya,

dan begitu juga dengan sebaliknya seorang bawahan haruslah dapat

menghormati atasannya sebagaimana layaknya seorang atasan. Dalam

hal ini, seorang atasan seharusnya tidak bersikap otoriter terhadap

bawahannya, dan seorang bawahan haruslah dapat memberikan

masukan-masukan kepada atasannya demi kebaikan bersama.46

b. Hubungan orang tua dengan anak

“Raja berfungsi sebagai raja, menter berfungsi sebagai menteri, ayah

berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi

XII: 11)

Ayat di atas menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari, seorang

harus dapat menempatkan fungsi sosialnya dengan baik. Jika ia seorang

raja, ia harus berfungsi sebagai raja, jika ia seorang menteri, ia

berfungsi menteri, jika ia sebagai seorang ayah, ia harus berfungsi

sebagai ayah yang baik, dan jika ia adalah seorang anak, maka ia juga

harus berfungsi sebagai seorang anak baik yang dapat menyenangkan

hati orang tuanya dan juga masyarakat.47

46

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu,h. 63. 47

Ibid, h. 63.

Page 48: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

38

c. Hubungan suami dengan istri

“Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi

seorang wanita.” (Mencius III, 2: 2)

Hubungan suami dengan istri harus didasari dengan sifat-sifat

yang baik dan terpuji. Dalam ayat di atas, seorang istri yang baik adalah

istri yang tunduk dan patuh terhadap perintah suami, bukan menjadi

istri yang selalu melanggar perintah suaminya. Dalam hal ini, seorang

istri patuh terhadap perintah suami dalam hal kebaikan, bukan dalam

hal keburukan.48

Perkataan Mencius (murid Khonghucu) di atas, menyiratkan

pengertian bahwa sifat-sifat yang benar adalah petunjuk dari Tuhan

Yang Maha Kuasa. Jika seoarang istri menjalankan sifat-sifat yang

benar tersebut berarti ia telah mengikuti petunjuk Thian.

d. Hubungan saudara dengan saudara

“Sorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah)

hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya,

menaruh cinta kepada masyarakat, dan berhubungan erat dengan

orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I: 6)

Dalam perkataan Khonghucu di atas tidak secara jelas

menerangkan hubungan saudara dengan saudara. Dalam perkataan

―Seorang muda di rumah hendaklah berlaku adil‖, diartikan bahwa

dalam kehidupan keluarga sebaiknya yang tua (saudara yang tua)

hendaknya menghormati yang muda (saudara muda).49

48

Ibid, h. 64. 49

Ibid, h. 65.

Page 49: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

39

Ayat di atas juga menekankan bahwa orang muda harus berlaku

bakti apabila berada di luar rumah, dalam artian seorang muda (usia

lebih muda) harus menghormati yang lebih tua, begitu juga sebaliknya

orang yang tua juga menghormati orang yang lebih muda. Hal ini tidak

terkait apakah saudara atau bukan. Apabila ini terjadi, akan terwujud

keharmonisan antara saudara dalam kehidupan berumah tangga bahkan

dalam masyarakat. Dalam menciptakan keharmonisan dalam hubungan

masyarakat harus dimulai dari keharmonisan dalam keluarga.50

e. Hubungan teman dengan teman

“Ada tiga macam sahabat yang membawa manfaat dan ada tiga

macam sahabat yang membawa celaka. Seorang sahabat yang lurus,

yang jujur, dan yang berpengetahuan luas, akan membawa manfaat.

Seorang sahabat yang licik, yang lemah dalam hal-hal yang baik, dan

hanya pandai memutar ldah akan membawa celaka.” (Lun Gi, XIV: V)

Dalam ayat di atas, Konghucu menekankan pentingnya memilih

teman yang baik. Salah satu teman yang baik adalah teman yang

memberi manfaat, sedangkan teman yang tidak dapat memberi manfaat

adalah teman yang tidak baik.51

Menurut Khonghucu, teman yang dapat memberi manfaat bukan

dilihat dari besar kecilnya materi yang dimilikinya, tetapi yang

terpenting adalah teman yang memiliki pengetahuan yang banyak.

Karena pengetahuan adalah penting, sebab dengan pengetahuan yang

50

Ibid, h. 66. 51

Ibid, h. 66.

Page 50: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

40

banyak, orang dapat membentuk manusia yang bodoh menjadi pintar,

miskin menjadi kaya, terbelakang menjadi maju, dan lain sebagainya.52

Kelima hubungan di atas haruslah berjalan dengan baik. Apabila

terlaksana akan mewujudkan keharmonisan antara bawahan dengan atasan,

antara anggota keluarga dalam suatu keluarga, antara keluarga dengan

masyarakat, antara anggota masyarakat dengan negara, dan antara negara

dengan negara.53

Agar manusia dapat mencapai puncak kesejahteraan/ kedamaian/

kebahagiaan (Ci Sian), manusia harus berpedoman kepada agama, karena

agama akan memberi penerangan, bimbingan, dan tuntunan. Seperti yang

digambarkan dalam ayat berikut:

Kitab Tiong Yong XIX : 8

“Adapun jalan suci yang harus ditempuh di dunia ini mempunyai Lima

Perkara dengan Tiga Syarat dalam menjalaninya, yakni: Hubungan

Raja dengan Menteri, Ayah dengan Anak, Suami dengan Isrti, Kakak

dengan adik, dan Kawan dengan Sahabat”.

“Lima Perkara inilah Jalan Suci yang harus ditempuh di dunia.

Kebajikan, Cinta Kasih, dan Berani; Tiga Perkara inilah Kebajikan

yang harus ditempuh, maka yang hendak menjalani harusllah Satu

Tekadnya”.

Manusia hidup mempunyai posisi yang unik dalam memiliki kebebasan

untuk memilih bagaimana hidup dalam kehidupan ini. Kedinamisan dalam

menjalin hubungan dengan orang lain menuntut menghilangkan rasa ego-

sentris dan mengorbankan sebagian hak otonominya. Ini merupakan bentuk

interaksi yang memperkaya dan memperluas parameter tanggung jawab serta

52

Ibid, h. 66. 53

Ibid, h. 67.

Page 51: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

41

pertumbuhan moral. Kesemuanya ini terealisasi dalam bentuk hubungan yang

paling mendasar yakni hubungan suami-istri/ keluarga.

Manusia bukan hanya merupakan individu dan keluarga tetapi hidup

bersama dengan individu dan keluarga yang lain. Dalam komunitas yang

lebih besar yakni hubungan masyarakat, negara, dan umat manusia di dunia.

Seperti yang diterangkan dalam kitab Tai Hak Utama :5;

―Dengan meneliti hakekat tiap perkara, dapat cukuplah

pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya, akan dapatlah

menimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman, akan dapatlah

meluruskan hatinnya; dengan hati yang lurus, akan dapatlah membina

dirinya; dengan diri yang terbina, akan dapatlah membereskan rumah

tangganya; dengan ruma tangga yang beres; akan dapat mengatur

negerinya; dan denang negeri yang teratur, akan dapat tercapai damai

di dunia.”

Selain mengajarkan hubungan manusia dengan manusia yang masih

hidup di dunia,agama Khonghucu juga mengajarkan hubungan dengan

manusia yang sudah mati. Adanya pemujaan terhadap roh leluhur menjadi

bukti hubungan manusia dengan yang sudah mati untuk menjaga

keharmonisan. Karena, orang yang masih hidup harus mempunyai hubungan

dengan yang mati. Walaupun secara jasmani mereka sudah meninggal, tetapi

secara harmoni mereka tetap hidup.

Sebagai tindak lanjut dari rasa hormat anak kepada orang tua,

berkembang pula rasa cinta dan hormat kepada leluhur. Kebiasaan bakti

terhadap leluhur diungkapkan dalam bentuk-bentuk pemujaan terhadap

leluhur, diharapkan arwah leluhur akan melindungi keturunannya dari

malapetaka. Maka umat Khonghucu memberi penghormatan pada yang mati

dengan melakukan sebagai berikut:

Page 52: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

42

a. Thiam hio tanggal 1 dan 15 Imlek; dilaksanakan pada petang hari

sebelumnya, dan pada tanggal tersebut pagi dan sore hari (semuanya

dilakukan tiga kali).

b. Sembahyang hari wafat leluhur (Co Ki): dilaksanakan pada saat Bau Si

(antara jam 05.00 – 07.00). sajian (bila memungkinkan) lengkap, jangan

dilupakan sayur sawi dan nasi putih.

c. Pada tutup tahun lama: dilaksanakan pada siang hari (saat Bi Si) antara

Jam 13.00 – 15.00.

d. Ching Bing (Sadranan), dilaksanakan di makam atau di Thiong Ting

(umum). Waktu : bebas, sekitar 10 hari sebelum/sesudah 5 April.

e. Tiong-gwan atau Tiong Yang: dilaksanakan pada tanggal dilaksanakan

pada tanggal 15 bulan 7 Imlik, di altar keluarga, pada saat Ngo Si (antara

jam 11.00 s/d 13.00).

f. King Hoo Ping (Sembahyang bagi arwah umum/arwah sahabat), untuk

sembahyang ini dibuatkan altar khusus, di halaman kelenteng atau di

ruangan khusus, atau di rumah abu umum atau Tiong Ting.54

54

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu,h. 92-93.

Page 53: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

43

BAB III

GAMBARAN UMUM LITHANG BAKTI MAKIN PONDOK CABE

A. Letak Geografis Litang Pondok Cabe

Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe atau lebih dikenal sebagai

MAKIN Pondok Cabe terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05,

Kelurahan Pondok Cabe, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Lithang merupakam tempat ibadah yang lokasinya strategis sehingga mudah

dijangkau oleh umat yang akan datang untuk beribadah.

Lithang yang dibangun dengan hasil dari musyawarah ini, terbagi

menjadi 2 bagian, yakni altar bagian luar dan altar bagian dalam. Altar bagian

luar yang digunakan untuk tempat sembahyang kepada Tuhan, yang diapit

oleh dua buah patung singa batu, dan juga sebelah kirinya terdapat tempat

duduk yang dipergunakan para jemaatnya melakukan diskusi.1

Altar bagian dalam, saat masuk terdapat tempat alat-alat untuk

melakukan kebaktian, kemudian tempat duduk kebaktian para umat

Khonghucu; lonceng dan mimbar sebagai sebagai pelengkap kebaktian dan

ruang sembahyang atau meja sembahyang terdapat patung nabi Khongcu

sebagai tempat pemujaan utama, lengkap dengan tempat lilin, tempat

pembakaran dupa, menancapkan lidi hio, dan tempat pembakaran uang kertas

atau Jin Lu.

Bangunan Lithang dominan berwarna merah dan emas. Merah berarti

bahagian atau meriah, sedangkan emas memiliki arti mewah atau mahal.

1Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 9 November 2014

Page 54: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

44

Harapan umat Khonghucu dalam perkembangannya mereka artikan dalam

warna merah dan emas tersebut. Pada bagian atap dihiasi oleh hiasan-hiasan

imlek yang semuanya berartikan uang dan pada dinding Lithang terdapat

foto-foto para pendiri Lithang, bangunan pertama Lithang sebelum

direnovasi, dan juga orang yang pernah berkunjung di Lithang.

Adapun batas-batas wilayah Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe yang

terletak di jalan Kemiri nomor: 57, Rt/Rw: 05/05, Kelurahan Pondok Cabe,

Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir.

Sebelah selatan : Kota Depok.

Sebelah barat : Kelurahan Pamulang Timur.

Sebelah timur : Kota Depok.2

B. Pendirian Lithang Pondok cabe

1. Sejarah Pendirian

Sebelum dikenal dengan nama MAKIN Pondok Cabe, dulunya

dinamakan MAKIN Ciputat yang didirikan pada tahun 1974 tepatnya pada

hari Minggu, tanggal 20 Oktober, oleh Alm. Bapak Law A Set; Alm.

Bapak Budiman; Alm. Bapak Gaw Tek Tjiu; Alm. Bapak Kwee Nyan

Wah dan Alm. Bapak Ong Tjeng Yam. Pada tanggal yang sama juga

2Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang, Nomor: 03, seri E, 2005, ‘Pembentukan 77

Kelurahan Di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tangerang’.e-book, h. 14. Diakses

pada 25 Desember 2014. Dari http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/kab_

tangerang_3_2005.pdf.

Page 55: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

45

menjadi tempat pertemuan pertama dalam pembentukan Lithang dirumah

Bapak Law A Set.3

Salah satu pendiri yang sangat berpengaruh memegang peranan

penting adalah Alm. Bapak Ong Tjeng Yam dalam pembinaan rohani umat

agama Khonghucu di Lithang Pondok Cabe. Bapak Ong Tjeng Yam

adalah salah satu seorang umat dari MAKIN Cibinong, Bogor yang

kebetulan bekerja di perkebunan Cengkeh di Pondok Cabe. Selain bekerja

di perkebunan, beliau lah yang mengarahkan dan mendidik umat

Khonghucu di Pondok Cabe untuk mengikuti kebaktian, yang pada saat itu

terdata sekitar 250 orang yang aktif mengikuti kebaktian.4

Berdasarkan sejarah, bangunan Lithang MAKIN Pondok Cabe

berdiri di atas tanah wakaf oleh Bapak Law A Set, dengan tanahnya seluas

+/- 400 m2 pada tahun 1975. Berdasarkan rekomendasi/izin yang diberikan

oleh Bupati Kabupaten Tangerang yang tepatnya pada tanggal 28 Oktober

1974 untuk melaksanakan pembangunan. Dalam surat izin tersebut

ditandatangani oleh Bapak H.E Muchid.5

Masa dimana Lithang belum didirikan, umat Khonghucu beribadat di

blandongan depan rumah bapak law A Set, dengan secara sederhana. Pada

tahun 1989 sampai tahun 1992 Lithang dibangun seperti bentuk sekarang.6

Pada tahun yang sama yakni pada tahun 1989, tepatnya pada tanggal 18

3Ht. Saputra,Makin Pondok Cabe (TangerangSelatan: T.pn., 2013), h. 1.

4Ibid., h. 1.

5Ibid., h. 2.

6Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi, Pondok Cabe, 13 November 2014.

Page 56: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

46

Juni peletakkan batu pertamanya diletakkan oleh Bapak Obun Burhanudin,

selaku Camat Kecamatan Ciputat.7

Pada masa pembangunan ini, tahun 1977 s/d 1987 perkembangan

agama Khonghucu mengalami pasang surut yang disebabkan oleh tidak

adanya pembinaan (Bapak Ong Tjeng Yam telah dipindah tugaskan ke

daerah lain) dan belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang

membuat MAKIN Pondok Cabe hanya bisa mengandalkan rohaniawan

dari daerah lain. Namun dengan demikian, perkembangan kebaktian

pemuda, pelayanan umat dan pemberian nilai agama di sekolah-sekolah

yang diasuh oleh Dq. Kwee Kian Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang

sekarang menjadi Ws. Ht Saputra tetap berjalan walaupun kebaktian

umum sudah tidak ada.8

2. Tujuan Didirikannya Lithang Pondok Cabe

Dalam pendirian tempat ibadah, secara tidak langsung harus

memiliki tujuan. Lithang MAKIN Pondok Cabe yang didirikan pada tahun

1974 tidak lepas dari tujuan.

Tujuan itu yang menjadikan tempat ibadah bisa mengembangkan

masyarakat khususnya umat agama Khonghucu dapat melaksanakan apa

yang diperinatahkan oleh Thian-nya dan menjauhi larangan-Nya, serta

dapat membedakan mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan

lingkungannya, baik sesama dan juga alam sekitar.

7Ht. Saputra,Makin Pondok Cabe, h. 3.

8Ibid., h. 2.

Page 57: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

47

Selain itu, Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe juga bertujuan untuk

memberikan pendidikan rohani pada umat Khonghucu karena sebelumnya

umat Khonghucu yang ada di Pondok Cabe hanya menjalankan tradisi

upacara sembhayang saja. Tetapi tentang keimanan, jalan suci Tuhan, dan

pembinaan rohani sendiri tidak ada. Sehingga ini dipandang perlu bagi

umat Khonghucu untuk mengerti makna persebahyangan dan juga

keimanan untuk bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.9

Tujuan tersebut bermaksud untuk mengembalikan agama

Khonghucu sebenaranya. Karena pada zaman dahulu sebelum agama

Khonghucu diresmikan, ajaran umat Khonghucu yang mereka yakini

hanya mengikuti ajaran tradisi Tionghoa yang ada sebelumnya yang

bercampur dengan tradisi lokal (Indonesia).10

Maka dari itu, keinginan umat Khonghucu kembali ke ajaran yang

sebenarnya, dibangunlah Lithang dengan tujuan agar umat Khonghucu ada

yang mengajarkan ajaran-ajaran yang ada di kitab-kitab Khonghucu,

melakukan kebaktian yang sesuai dengan ajaran bukan cuma hanya

mengikuti tradisi sebelumnya. Pelurusan ajaran ini, menjadi pusat tujuan

pembangunan Lithang.11

3. Keorganisasian Lithang

Kesatuan masyarakat yang bergabung dalam satu kelompok,

koordinasi sangat menentukan dalam mengatur jalannya segala masalah

yang berhubungan dengan kesatuan kelompok tersebut, guna mencapai

9Ibid., h. 1.

10Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.

11Ibid.

Page 58: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

48

suatu tujuan yang diharapkan. Menurut Griffin (2002), organisasi adalah a

group of people working together in a structured and coordinated fashion

to achieve a set of goals. Organisasi adalah sekelompok orang yang

bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai

serangkaian tujuan tertentu.12

Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe merupakan suatu bentuk

perserikatan manusia yang berdasarkan pada kebutuhan pokok beragama.

Untuk menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan, perlu adanya

koordinasi yang baik dan terkontrol dengan dibentuknya suatu

kepengurusan yang resmi. Adapun struktur keorganisasian Lithang Bakti

MAKIN Pondok Cabe masa bakti 2014-2018 adalah sebagai berikut:

Ketua : Dq. Ade Cahyadi/ Lauw Kim It.

Wakil ketua : Suherman/ Oey Ok Bih.

Sekretaris : Angga Kristian.

Bendahara : Suherman/ Oey Guan It.

Ketua Bidang Perempuan : Novita Sandra.

Seksi-seksi :

Humas : Oey San Nio (Sasak Tinggi Ciputat)

Elsy Susanti (Pamulang)

Kocilliah (Pondok Cabe)

Rohim (BSD)

Konsumsi : Linda Setiawan

12

Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama,

Cet. IV(Jakarta: Kencana, 2009), h. 4.

Page 59: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

49

Iin

Morih

Sosial : The Giok Seng

Handry Wijaya

Kesenian : Denny Selamat

Perlengkapan : Teddy Kurniawan

Aryanto

Riyan Ferdianto

Benny Setiawan

Rohaniawan : a. Ws. Ht Saputra.

b. Js. Dadang.

c. Js. Hendra Suprapto.

d. Js. Wasdi Suwandi.13

4. Aktifitas Lithang

Aktifitas yang dilakukan oleh umat Khonghucu di Lithang Pondok

Cabe terdiri dari:

a. Kegiatan Kebaktian:

1) Kebaktian Malam Chee It dan Cap Go untuk umum.

Kebatikan Malam Chee It dan Cap Go untuk umum yakni

anak-anak sekolah minggu, PAKIN (Remaja atau Pemuda Agama

13

Surat Keputusan (SK) Dewan Pengurus MATAKIN No. 153/MATAKIN/SK/1014:

MAKIN Pondok Cabe.

Page 60: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

50

Khonghucu) dan juga orang dewasa diadakan setiap malam 1 dan

14/15 bulan imlek yakni awal dan pertengahan bulan.14

2) Kebaktian Malam Jum’at untuk orang tua.

Merupakan kebaktian mingguan umat Khonghucu Lithang

Bakti Pondok Cabe yang hanya diadakan untuk orang tua saja.15

3) Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul: 09.00 pagi sampai

dengan 10.00 pagi.

Pada sekolah minggu untuk anak-anak diadakan karena di

sekolahnya tidak memiliki guru agama Khonghucu, maka di Lithang

Bakti Pondok Cabe diadakan sekolah minggu untuk anak-anak dari

pukul 09.00 sampai 10.00 pagi.16

4) Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN) dari

pukul: 11.00 pagi sampai dengan 12.30 siang.

Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN)

diadakan setiap seminggu sekali yakni pada hari minggu dari pukul

11.00 sampai 12.30.17

5) Kebaktian syukuran ulang tahun umat dari pukul: 19.30 sampai

dengan 21.00 malam.

Kebaktian syukuran ulang tahun umat Khonghucu diadakan

setiap sebulan sekali tepatnya pada akhir bulan di Lithang Bakti .

Setiap umat khonghucu yang ulang tahun pada bulan yang sama

14

Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi. 15

Ibid. 16

Ibid. 17

Ibid.

Page 61: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

51

akan dikumpulkan menjadi satu dalam perayaan tersebut tanpa

membeda-bedakan tanggal. Tujuan pelayanan doa tersebut adalah

untuk mendoakan yang berulang tahun agar mendapatkan

kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya. 18

b. Pelayanan Umat:

1) Pelayanan doa ulang tahun.

Pelayanan doa ulang tahun berbeda dengan kebaktian sukuran

ulang tahun. Pada pelayanan doa ulang tahun ini rohaniawan akan

datang ke rumah orang yang sedang ulang tahun untuk mendoakan

agar mendapatkan kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya.19

2) Memberi nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman kanak-

kanak sampai perguruan tinggi.

Pada pelayanan umat ini diadakan di Lithang Bakti atas

permintaan sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan

tinggi, karena dari pihak yang bersangkutan belum ada guru yang

mengajarkan agama Khonghucu. Kurikulum yang diterapakan di

Lithang disesuaikan dengan kurikulum sekolah dan buku yang

digunakan merupakan hasil percetakan dari MATAKIN.20

3) Upacara Penikahan

Upacara pernikahan dalam umat agama Khonghucu dilakukan

sebgai berikut:

18

Ibid. 19

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto. 20

Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi.

Page 62: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

52

a. Dalam keluarga:

- Dilakukan terlebih dahulu upacara pertemuan pengantin,

kemudian sembahyang di altar keluarga.

- Melaksanakan penghormatan (Pai Ciu) kepada orang tua.

Sebelum upacara pertemuan antara mempelai, para

mempelai melakukan sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan kepada altar leluhur yang dipimpin oleh orang tua masing-

masing.21

b. Di Lithang :

- Peneguhan pernikahan di Lithang.

- Orang tua atau wali dan saksi

- Dipimpin seorang rokhaniawan atau Tiangloo, dengan dibantu

oleh dua orang pendamping.

- Penggunaan dupa: pemimpin 9 batang, kedua calon 3 batang.

- setelah penaikan dupa dilakukan penghormatan dengan

membongkokkan badan tiga kali ke arah altar dan kedua calon

berlutut (kwi ping sien).

- Meneguk air sidi, yakni air yang terdiri dari air putih dan air

belengkeng (kelengkeng, angcoo, tangkwih, dan teh direbus).

- Bila di dalam keluarga belim melaksanakan cioo thau, maka

upacara tersebut bisa dilaksanakan di Lithang pula.

21

Seri Genta Suci Konfusian, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu, h. 110.

Page 63: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

53

- Setelah menerima peneguhan/liepgwan, mempelai wajib

mengurus keformilan pernikahannya kepda petugas kantor

catatan sipil.22

4) Membesuk dan Mendoakan umat yang sakit.

Sosial yang tinggi ditunjukan oleh umat agama Khonghucu

dengan mengadakan pelayanan umat untuk membesuk dan

mendoakan umat yang sakit.23

Pelayanan umat ini diadakan pada

hari sabtu, kecuali dalam keadaan kritis hari dipercepat.24

5) Upacara kematian.

Pada upacara kematian ini, para rohaniawan Lithang Bakti

MAKIN Pondok Cabe akan datang ke rumah duka. Para rohaniawan

akan mempersiapkan barang-barang yang digunakan untuk

penguburan dan sembahyang jenazah, yakni dari mendoakan awal

jenazah dimasukan ke peti, mencari hari penguburan, sembahyang

sebelum jenazah dikuburkan dan sesudah dikuburkan selama tiga

tahun penguburan.25

6) Setiap bualan Chit Gwee mengadakan bakti sosial.

Bakti sosial bulan Chit Gwee diadakan setiap akhir bulan. Pada

bakti sosial ini umat khonghucu memberikan sembako kepada fakir

miskin. Bakti sosial ini tidak hanya bagi umat Khonghucu.26

22

Ibid., h. 109-110 23

Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi. 24

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto. 25

Ibid. 26

Wawancara Pribadi dengan Ade Cahyadi.

Page 64: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

54

C. Perkembangan Lithang

Pada tahun 1975 Bapak Law A Set menghibahkan tanahnya seluas +/-

4002

untuk dibangun Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe. Pembangunan

tersebut berdasarkan surat rekomendasi yang diberikan oleh Bupati

Kabupaten Tangerang, H.E Muchid, tercatat tanggal 28 Oktober 1975.

Namun, masa pembangunan Lithang Bakti Makin Pondok Cabe tidak

berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, bahkan dalam pembangunan

tersebut mengalami hambatan dan kekurangan dana.27

Tahun 1977 s/d 1987 kurang lebih 10 tahun perkembangan agama

Khonghucu mengalami pasang surut yang disebabkan karena tidak adanya

pembinaan oleh Bapak Ong Tjeng Yam yang telah dipindah tugaskan

kedaerah lain dan juga belum adanya tenaga rohaniawan setempat yang

membuat Makin Pondok Cabe hanya bisa mengandalkan rohaniawan dari

daerah lain. Namun demikian, perkembangan kebaktian pemuda, pelayanan

umat dan pemberian nilai agama di sekolah-sekolah yang diasuh oleh Dq.

Kwee Kian Tjuan dan Dq. Kwee Ho Tjiang yang sekarang menjadi Ws. Ht

Saputra tetap berjalan walaupun kebaktian umum sudah tidak ada.28

Kebangkitan Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terjadi pada tahun

1987, tepatnya terjadi pada tanggal 19 September yang dipelopori oleh

angkatan muda Khonghucu Pondok Cabe diantaranya seperti, Ws. Ht

Saputra, Dq. Edward Selamet, Dq. Law Kim It. Beliau-beliau berhasil

mengadakan pertemuan dengan tokoh Khonghucu dan mengundang pelopor

27

Ht. Saputra, Makin Pondok Cabe, h. 2. 28

Ibid., h. 2.

Page 65: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

55

pendiri MAKIN Pondok Cabe. Pada pertemuan tersebut terpilihlah Bapak

Kwee Kim Sam (Encam) yang saat itu menjabat sebagai Ketua Rw. 05, Desa

Pondok Cabe sebagai Ketua MAKIN.29

Dengan kepemimpinan baru ini, perkembangan agama Khonghucu di

Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe terus meningkat pesat bahkan setiap kali

kebaktin malam Chee It dan Cap Go sampai tidak tertampung. Pada tahun

1990 terdapat dua orang rohaniawan, Js. Ht Saputra dan Js. Aang Budiman.

Pada tanggal 22 Desember 2007, Js. Aang menjadi guru agama (Wense).30

Berkat dukungan dari pemeintah setempat dan juga seluruh umat

Konghucu di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe dan sekitarnya maka

dibangunlah Lithang Bakti yang baru dan peletakan batu patung singa

pertama oleh Bapak Obun Burhanudin pada tanggal 18 Juli 1989 selaku cama

kecamatan Ciputat.31

Hingga saat ini usianya yang ke-39 tahun, walaupun terus berganti

kepemimpinan di setiap periodenya, Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe

tetap eksis di dalam misinya mengembangkan agama Khonghucu dan

memberikan pelayanan dan pembinaan Umat Khonghucu di Lithang Bakti

MAKIN Pondok Cabe-Pamulang dan sekitarnya yang mana para umat

berdomisili di daerah Pamulang, Bojongsari-Sawangan, Sasak Tinggi,

Ciputat, serta Serpong BSD. Hingga saat ini telah terdaftar sekitar 500 umat

yang berhimpun di Lithang Bakti MAKIN Pondok Cabe.32

29

Ibid., h. 2. 30

Ibid., h. 2. 31

Ibid., h. 3. 32

Ibid., h. 3.

Page 66: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

56

BAB IV

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM MEMBENTUK

MANUSIA SEMPURNA UMAT KHONGHUCU

DI LITHANG PONDOK CABE

A. Pandangan Khonghucu Tentang Pengertian Manusia

Manusia sebagai makhluk yang diberikan akal tentu berbeda dengan

binatang. Menurut Wicandra, perbedaan di antara manusia dengan binatang

terletak pada kemampuan berfikir (akal) dan watak sejati. Meskipun binatang

memiliki watak sejati, namun ia hanya diberikan satu saja yakni cinta kasih,

sedangkan manusia ada cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana. Jika

keempat watak itu terkumpul maka akan muncul satu lagi yakni dapat

dipercaya. Statusnya sebagai Makhluk sosial tidak dapat lepas dari orang lain.

Ernst Cassirer filusuf Amerika asal Jerman, menyatakan bahwa manusia

merupakan animal symbolicam, yaitu makhluk yang penuh dengan lambang.

Baginya realitas adalah lebih dari sekedar tumpukan fakta-fakta.1

Agama Khonghucu mengartikan manusia adalah hati/hakikat batin

langit dan bumi dan menjadi perwujudan dari lima unsur yakni air, api, kayu,

logam dan tanah. Karena manusia menikmati berbagai rasa, memilahkan

berbagai nada, dan mengenakan berbagai warna.2

Selain itu, dalam ajaran agama Khonghucu manusia adalah Thian Min

(rakyat Tuhan, abdi Tuhan), pengemban firman Tuhan. Dalam artian, yakni

1Sujarwa, Manusia Dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), h. 23. 2Tjhie Tjay Ing, dkk, Hidup Bahagia Dalam Jalan Suci Tian: Pendekatan Hati Dan

Pikiran Agama Ru–Khonghucu(Bandung: Mascot Jaya, 2010), h. 60.

Page 67: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

57

manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan (Thian) yang mengemban tugas suci

untuk menjaga, merawat, mengembangkan, memuliakan, mengamalkan dan

mewujudkan kebajikan Tuhan di dalam kehidupan.3

Menurut Js. Dadang, manusia dalam ajaran khongcu adalah ciptaan

Tuhan yang paling mulia diantara tiga makluk yang ada didunia ini yang

diberikan akal dan fikiran yang sehat (watak sejati) dan mengikuti ajaran nabi

yang difirmankan Thian.4

Tuhan dengan (Li) hukum-Nya menjadikan / menciptakan manusia

seperti juga terhadap makhluk dan benda yang lain. Tetapi dengan firman-

Nya, Thian menghendaki dan mengaruniakan sesuatu yang lebih dari yang

lain. Berwujud di dalam watak sejati (Xing), hakikat hidup insani yang

merupakan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam watak sejati manusia mengandung benih-benih Kebajikan yang

bersifat Cinta Kasih, kebenaran, susila, dan arif bijaksana, yang hidup dan

mampu berkembang, dan merupakan pancaran kebajikan Tuhan yang bersifat

yuan, li, heng, dan zhen.5

Dengan demikian dalam ajaran agama Khonghucu, kelahiran manusia

digambarkan sebagai takdir Tuhan. Dalam ajaran agama Khonghucu

penciptaan manusia merupakan kehendak Thian dan dilahirkan beserta watak

sejati. Manusia wajib menjunjung tinggi dan merealisasikan perintah Tuhan

sebagai cipataan-Nya.

3ibid, h. 19.

4Wawancara Pribadi dengan Dadang, Pondok Cabe, 25 Desember 2014.

5Tjhie Tjay Ing, Tanya Jawab Keimanan Konfusiani, h. 18-19.

Page 68: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

58

B. Konsep Manusia Sempurna dan Masyarakat Ideal Dalam Agama

Khonghucu

Agama Khonghucu, yang tertera dalam filosofi pendidikannya yang

mengatakan: “Hanya mengajar tanpa mendewasakan atau hanya

mendewasakan tanpa mengajar adalah melayani esensi sebenarnya tentang

pendidikan.” Dalam filosofi pendidikan tersebut sangat menekankan adanya

suatu pandangan bahwa: “Sifat manusia itu pada dasarnya (hakikatnya)

baik.”6

Manusia yang pada dasarnya berwatak sejati, namun karakter dan bakat

mereka berbeda. Ada yang tetap baik seperti kodrat artinya, ada yang karena

faktor tertentu menjadi tidak baik. Manusia pada umumnya akan terpengaruh

keadaan yang mengikuti arus mode, akan tetapi manusia yang arif bijaksana

sangatlah langka. Meng Zi berkata: “Menjalankan tetapi tidak mengerti

maksudnya; berkebiasaan tetapi tidak mau memeriksa; sepanjang hidup

mengikuti tetapi tidak mengenal jalan suci, begitulah kebanyakan orang.”

(Meng Zi. VIIA: 5).7

1. Manusia Sempurna

Manusia sempurna atau bisa disebut dengan Chun Tzu (Kuncu)

dalam pandangan agama Khonghucu, yakni setelah seseorang dapat

melaksanakan San Kang (tiga hubungan tata krama), ngo lun (lima norma

kesopanan dalam masyarakat), yang tertera dalam pembahasan

sebelumnya yakni ditambah dengan wu chang (lima sifat mulia), dan Pa

6Brataya Ongkowijaya, Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa, h. iii.

7ibid, h. 88.

Page 69: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

59

Te (delapan kebajikan) maka dalam pengertian ini, manusia akan sampai

pada pengertian manusia yang ideal, manusia sempurna (manusia

budiaman).8

a. Wu Chang (lima sifat yang mulia), Kelima sifat tersebut berhubungan

antara satu dengan lainnya. Lima sifat itu terdiri dari:9

1) Ren/ Jin/ Jen

Arti kata ren/jin yakni cinta kasih, rasa kebenaran, kebajikan,

tahu diri, halus budi pekerti (sopan santun) dan teposeliro serta dapat

menyelami perasaan orang lan.

2) I/ Gi

I/ Gi yang memiliki arti rasa solidaritas, senasib

sepenanggungan dan rasa membela kebenaran dalam pandangan

Chau Ming. Sedangkan Fung Yu Lan mengartikannya sebagai

„keadilan‟ dan „kebenaran‟.

3) Li/ Lee

Li menurut Khonghucu adalah “sopan-santun” dan “tata

krama” atau “budi pekerti”. Suatu hubungan yang dilakukan oleh

manusia yang satu dengan yang lain harus dilakukan dengan Li yang

merupakan suatu pedoman yang harus ditaati oleh manusia dalam

berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

8M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat ‘Agama Khongucu di Indonesia’,(Jakarta:

Pelita Kebajikan, 2005). h.83. 9ibid, h. 69-80.

Page 70: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

60

4) Ce/ Ti

Setelah seseorang memiliki Jen, Gi, dan Li, ia juga harus

melengkapi dirinya dengan Ti atau Ci yang secara harfiah memiliki

arti bijaksana, atau kebijaksanaan, pengertian, dan kearifan.

5) Sin

Sin adalah kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang

lain serta dapat memegang janji dan menepati janji. Sin digambarkan

oleh Khonghucu sebagai alat untuk menuntun etika manusia.

Menurut Khonghucu, setelah orang memiliki Jin/Jen, Gi, Li, dan Ti,

orang atau pemimpin harus dilengkapi dengan Sin.

b. Pa Te (delapan sifat yang mulia), terdiri dari:10

1) Siau/Hau

Sian/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus terhadap orang

tua, guru, dan leluhur. Seorang anak harus dapat berbakti kepada

orang tuanya, baik orang tuanya masih hidup maupun sudah

meninggal dunia.

2) Thi/Tee

Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang

lebih tua di antara saudara. Demikian juga dalam pergaulan sehari-

hari, yang muda menghormati yang lebih tua.

10

ibid, h. 80-82.

Page 71: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

61

3) Cung/Tiong

Cung atau Tiong, dapat diartikan sebagai setia terhadap atasan,

setia terhadap teman dan kerabat. Setia tidak hanya diartikan sebagai

patuh, tapi juga harus dapat menjaga nama baik atasannya. Hal ini

juga berlaku terhadap teman dan sahabat karib.

4) Sin

Sin, adalah kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya/ dapat

menepati janji. Orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh

orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan

dibenci orang lain.

5) Lee/Li

Lee/Li diartikan sebagai sopan santun, tata krama, dan budi

pekerti. Li juga diartikan sebagai “ritus” atau “upacara” atau

“ketentuan kepantasan”.

6) I/Gi

I atau Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib

dan sepenanggungan, dan mau membela kebenaran serta menolak

hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup ini.

7) Lien/Liam

Lien/Liam, diartikan sebagai mempraktekan cara hidup yang

sederhana dan tidak melakukan penyelewengan.

Page 72: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

62

8) Che/Thi

Che atau Thi, diartikan dapat menahan diri untuk tidak

melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak

moral.

Demikian ajaran-ajaran moral dari Khonghucu, yang harus dapat

dimengerti dan dihayati oleh seorang kuncu (manusia budiman). Chun Tzu

adalah susilawan dalam istilah Indonesia, yang dalam bahasa inggris dapat

diartikan dengan “gentleman” atau “superiorman”. Chun tzu dapat

diwujudkan melalui pengembangan watak dan moral yang baik

berdasarkan ajaran agama Khonghucu. Chun Tzu yang merupakan tujuan

hidup manusia, maka seseorang yang ingin memperoleh salah satu tujuan

hidup, manusia harus bermoral baik dalam rumah tangga, terhadap sesama,

saudara, teman, orang tua, atasan dan masyarakat umum.11

Wicandra mengemukakan bahwa manusia sempurna adalah manusia

yang mampu menetapi firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Namun

demikian menurutnya, untuk mencapai manusia sempurna adalah sesuatu

yang sulit untuk dicapai.

“Manusia sempurna itu susah bahkan Nabi saja tidak sempurna

walaupun dia dekat sekali (dengan Tuhan), tapi yang dikatan (manusia)

sempurna adalah manusia yang mampu menetapi firman Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari.”12

Agama Khonghucu atau tradisi masyarakat Tionghoa di dalam

ajarannya untuk mengukur kualitas moral manusia, yakni menjelaskan

11

M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, h.82-83. 12

wawancara pribadi dengan Wicandra

Page 73: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

63

seorang yang berpendidikan adalah seseorang yang memiliki moralitas

yang tinggi. Tetapi orang yang memiliki pengetahuan dan tidak memiliki

moral yang tinggi tidak bisa disebut dengan Chun Tzu/ Jun Zi. Prinsip

dasar dan target akhir dari pendidikan itu sendiri adalah pembinaan pribadi

yang penuh cinta kasih, kemampuan memuliakan hubungan dalam setiap

interaksinya dengan semua unsur kehidupan, kemampuan mengendalikan

emosi, memiliki ketulusan hati, dan pelaksanaan kebajikan yang lainnya,

sehingga pembinaan moralnya berkembang terus dari hari ke hari.13

2. Masyarakat Ideal

Agama pada dasarnya tidak menganjurkan kekerasan dan hal-hal

yang akan menyengsarakan orang lain. Namun, demi kodratnya sebagai

instrumen manusia untuk berhubungan dengan kuasa-kuasa adikodrati atau

Yang Maha Kuasa, agama mudah dijadikan alat untuk melegitimasi tindak

kekerasan, terutama pada awal kelahiran dan penyebaran agama. Demi

tegaknya kewibawaan agama, sanksi-sanksi kaku dan keras diberlakukan

guna mencapai sebuah masyarakat ideal dengan keseragaman tata

hukum.14

Keberadaan agama yang digunakan sebagai alasan untuk

menciptakan kekacauan bukanlah tujuan sebenarnya mengapa agama itu

ada. Agar masyarakat tidak berjalan mundur, agama harus dihadirkan

13

Ibid., h. vi. 14

Yonki Karman, Runtuhnya Kepedulian Kita: Fenomena Bangsa Yang Terjebak

Formalisme Agama, Jakarta: Buku Kompas, 2010. h. 19. Diakses pada 24 Desember 2014. Dari:

https://books.google.co.id/books?id=WlvqwP5XmuEC&pg=PA19&dq=masyarakat+ideal+menur

ut+agama&hl=id&sa=X&ei=WGqaVMTeF5HluQT32IHICQ&redir_esc=y#v=onepage&q=masya

rakat%20ideal%20menurut%20agama&f=true.

Page 74: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

64

dalam bentuk yang beradab. Sesuatu yang diamalkan dari agama adalah

nilai-nilai kemanusiaannya yang menghargai toleransi (bukan radikal),

yang membangun (bukan merusak), dan yang menghidupkan (bukan

mematikan).15

Oleh karena itu, agama seharusnya mampu dijadikan sebab untuk

menciptakan kedamaian di tengah-tengah umatnya. Lebih dari itu, agama

harus dijadikan pedoman hidup untuk dapat melakukan interaksi sosial

dengan masyarakat yang tidak hanya memiliki suatu keyakinan tertentu.

Dengan menggunakan dan menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung

dalam agama sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, bukan suatu hal yang

mustahil, bahkan suatu keniscayaan akan tercipta suatu masyarakat yang

harmonis dan tercipta suatu masyarakat ideal.

Terdapat beberapa definisi mengenai masyarakat dari para sarjana,

diantaranya:16

a. R. Linton: seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat

adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan

bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya

berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas

tertentu.

b. M.J. Herskovits: mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok

individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.

15

Ibid., h. 19. 16

Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h. 225-226.

Page 75: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

65

c. Hasan Shadily: mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau

kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian

secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

Dengan demikian, secara umum masyarakat dapat diartikan sebagai

sekelompok manusia yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup

tertentu yang memiliki pengaruh kebatinan satu sama lain dan telah lama

hidup serta bekerja sama.

Agama Khonghucu dalam ajarannya mengartikan tentang

masyarakat ideal adalah masyarakat yang di dalamnya bisa saling mengisi

satu sama lainnya, yang mengedepankan cinta kasih.17

Masyarakat ideal

juga dipandang sebagai masyarakat yang dapat menciptakan

keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan terciptanya

keseimbangan tersebut akan memberikan keharmonisan dalam

bermasyarakat. Setiap anggota masyarakat terlepas dari identitas apapun

baik dari agama, etnis, ras dan sebagainya, selalu mendambakan dapat

selalu hidup dengan damai dan harmonis.

Di Lithang Pondok Cabe keadaan masyarakat yang seperti ini

hendak diciptakan. Umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe terdapat

beberapa umat yang tidak memiliki mata pencaharian atau kurang dari segi

ekonomi. Untuk mencukupi kebutuhan jasmani umatnya, Lithang di

Pondok Cabe mengajak umat lain untuk dapat berpartisipasi dalam

17

Wawancara Pribadi dengan Wicandra, Depok, pada tanggal 31 Desember 2014.

Page 76: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

66

memajukan kehidupan bersama, tidak hanya dari sisi ekonomi, sisi

kesehatan pun menjadi hal yang terus di perhatikan.

“Pasti ada, karena umat kita banyak (jadi) ada beberapa (yang tidak

memiliki pekerjaan), karena (faktor) umur juga bisa, itu yang kita

perhatikan. (jika terdapat) acara-acara (dengan) sumbangan besar biasanya

kita kasih. Kalau dia sakit kadang-kadang kita kumpulkan khusus hari itu

kita sumbang ke mereka. Lithang juga keluar (uang) kas lagi, ada

perhatian untuk orang-orang seperti itu. Salah satu contohnya ada umat

yang janda tidak kerja (karena) sakit-sakitan punya anak kita suport untuk

pengobatan. Jadi orang-orang yang seperti itu yang kita usahakan, karena

(uang) kas kita sudah ada, kalau zaman dulu tidak ada untuk men-support

hal seperti itu”.18

Selain kebutuhan jasmani, umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe

juga tidak melupakan kebutuhan rohani hal ini dapat dilihat dari ucapan Js.

Hendra:

“Kehadiran disini bagus kurang lebih jika dalam keadaan menurun

saat capgo, itu 60-80 orang kalau ramai bisa sampai 150 orang. Di Banten,

kehadiran (umat) Pondok Cabe paling hebat”

Melihat dari keterangan di atas kehadiran umat Khonghucu di

Lithang Pondok Cabe dalam kebhaktian tidak selalu menaik ataupun

menurun, tapi mengalami fluktuatif. Beberapa faktor yang memicu hal

tersebut diantaranya dapat berupa ketidaksenangan terhadap seorang

terutama pengurus.

“Ada pasang surutnya, kadang-kadang karena masalah itu (seperti)

yang saya bilang kalau dia tidak suka seseorang itu bisa (tidak hadir). Jika

kita di sini ada masalah itu tiba-tiba bisa berkurang umatnya. orang tidak

respect karena pengurus saja saling bertengkar, tapi kita berusaha

menghindari hal seperti itu. Masalah besar cepat kita selesaikan, masalah

kecil bisa hilang sendiri.”19

18

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto, Pondok Cabe, 14 Januari 2015. 19

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto

Page 77: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

67

Keinginan untuk mencapai atau menciptakan masyarakat ideal

tersebut dapat diwujudkan melalui keyakinan agama masing-masing.

Namun dalam penelitian ini, harapan untuk menciptakan masyarakat ideal,

dalam pandangan agama Khonghucu, Ws. Wicandra yang merupakan

seorang tokoh agama Khonghucu mengemukakan bahwa ada 2 syarat

untuk mencapainya, yakni:20

a. Tepasalira di dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tidak memiliki keegoisan, dalam hal ini seseorang harus memiliki sifat

rendah hati.

Selain dua syarat tersebut, penempatan seorang individu dalam

bersosialisasi atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, juga

merupakan kunci untuk menerapkan dua syarat di atas. Keanekaragaman

sifat seseorang menuntut manusia untuk menggunakan pemikirannya agar

sikap saling asuh, asah dan asih terlaksana sebagaimana mestinya. Dalam

agama Khonghucu mengenai pergaulan terdapat dua kriteria sahabat.

Pertama, sahabat yang membawa faedah yaitu sahabat yang jujur, sahabat

yang lurus dan sahabat yang memiliki pengetahuan luas. Sedangkan yang

kedua, sahabat yang membawa celaka, merupakan sahabat yang licik,

sahabat yang lemah dalam hal-hal yang baik dan sahabat yang pandai

berbohong.

Dua kriteria tersebut bukan berarti ajaran untuk memilih-milih atau

membatasi pergaulan umat Khonghucu. Sebaliknya ajaran tersebut

20

Wawancara Pribadi dengan Wicandra.

Page 78: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

68

mengarahkan umat Khonghucu agar bijak dalam berinteraksi sosial.

Ketika bertemu dengan sahabat yang membawa faedah tentu merupakan

hal yang positif dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebaliknya, jika

bertemu dengan sahabat yang membawa celaka, di sinilah ajaran tersebut

mengingatkan pemeluk agama Khonghucu agar segala hal negatif yang

keluar darinya tidak memengaruhi sifat baik yang dimiliki umat

Khonghucu, bahkan umat Khonghucu mengubah sifat buruk yang terdapat

pada sahabatnya menjadi sifat positif, tentu dengan cara yang baik sesuai

dengan apa yang telah dibimbing oleh Nabi Khong Cu.

Dalam agama Khonghucu hidup manusia bukan hanya sekedar

peristiwa kebetulan atau sesuatu yang tidak memilki makna atau nilai,

manusia hidup oleh firman Thian/ Thian Ming atau atas kehendak-Nya.

Watak sejati manusia yang merupakan karunia dari Thian berupa benih-

benih kebajikan (De), yang menjadi hakikat kemanusiaan, yakni sifat-sifat

cinta kasih, rasa akan kebenaran/ keadilan, suka akan kesusilaan, dan

kebijaksanaan.21

Dengan demikian, melalui ajaran tersebut para pemeluk agama

Khonghucu dapat menerapkan sikap saling asuh, asah dan asih

sebagaimana mestinya dan mewujudkan masyarakat yang ideal,

masyarakat yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani serta

masyarakat yang selalu dalam keharmonisan.

21

Tan Djin Meng dan Indira Agustin, Pendidikan Agama Khonghucu: Untuk SMA Kelas

X. (Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010). h. 33.

Page 79: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

69

C. Implementasi Humanisme Dalam Kehidupan Sosial

Dari hasil observasi atau pengamatan selama melakukan penelitian,

penulis menyaksikan bahwa para rohaniawan terus memberikan pemahaman

kepada umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe untuk selalu mengasah 5

watak sejati (Wu Chang) dan Laku Bakti (Xiao). Namun demikian masih

banyak “PR” bagi para rohaniawan untuk membenahi Wu Chang para umat

di Lithang Pondok Cabe.

1. Cinta Kasih (Ren)

Sikap kemanusiaan umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe

belum dapat mencerminkan ajaran agama yang diyakininya. Masih

terdapat beberapa “konflik” berskala kecil yang menunjukkan kurangnya

cinta kasih; seperti di ranah keluarga dan keorganisasian.

“Pasti ada, kadang-kadang karena masalah keuangan atau materi

atau karena omongan bisa terjadi keributan. Itu adalah hal wajar, itulah

fungsi kami, membina orang untuk menjalankan cinta kasih, kebenaran,

susila, supaya konflik-konflik itu hilang. tidak hanya umat saja bahkan

rohaniawan bisa melakukan seperti itu. Di sinilah (Lithang), tempat

untuk membina hal seperti itu, dari kecil kita tanamkan watak sejati.

Terdapat juga masalah rumah tangga yang diadukan ke kita, mereka

meminta saran kepada rohaniawan, ada yang mau cerai karena suaminya

tidak bertanggung jawab. Terkadang ada juga karena tidak sesuai dengan

persepsi pemimpinnya dia tidak mau ke Lithang. Bahkan karena ada

yang tidak dia sukai disini dia bisa pindah Lithang, parahnya pindah

agama.”22

Mengenai Ren dapat juga terlihat dari hubungan sosial sesama

umat Khonghucu, tentu yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana

bakti seorang anak terhadap kedua orang tuanya. Bakti kepada orang tua

merupakan salah satu bakti yang sangat diprioritaskan dalam ajaran

22

Wawancara pribadi dengan Hendra Suprapto, Lithang Pondok Cabe, 14 Januari 2015.

Page 80: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

70

agama Khonghucu, bahkan ketika hendak melakukan bakti kepada

Thian, dan melihat orang tua sedang sakit, maka mengurus orang tua

harus didahulukan. Namun demikian, berbakti bukan berarti selalu nurut.

Berbakti juga berarti menjaga orang tua dari perbuatan dosa. Ketika

seorang anak melihat suatu hal berdosa dilakukan oleh orang tua seorang

anak tidak boleh diam, ia harus melakukan sesuatu untuk menjauhkan

mereka dari perbuatan dosa. Js. Dadang mengatakan:23

“Berbhakti kepada orang tua tidak berarti selalu nurut, hubungan

anak dengan orang tua sebenarnya harmonis. Dalam suatu kisah nyata,

terdapat anak yang nurut terhadap orang tuanya, pada suatu ketika orang

tuanya pulang mabuk, marah-marah dan minta dibukakan pintu. Setelah

dibukakan, pintu anak itu ditonjok orang tuanya, karena dia nurut saat

ditonjok dia diam saja. kemudian nabi mendengar orang seperti itu. Itu

tidak boleh, jangan sebatas nurut saja, kalau memang orang tua memukul

kita harus menghindar, jangan sampai nanti, misalnya, orang tua

memukul kita ternyata kita meninggal, maka orang tua dosa. Jangan

membuat dosa orang tua. Jadi seperti itulah yang disebut berbakti kepada

orang tua.”

Ajaran tersebut sedikit-banyak berpengaruh pada hubungan antara

orang tua dan anak di Litang Pondok Cabe. Tidak pernah ada kasus

kekerasan yang terjadi di antara umat Khonguchu Litang Pondok Cabe

layaknya yang banyak diberitakan oleh media massa, seperti

pembunuhan anak terhadap orang tua maupun sebaliknya, pembuangan

bayi, pemukulan orang tua terhadap anak maupun sebaliknya. Meskipun

ada itu hanya tindakan kecil saja seperti tidak mau diperintah atau biasa

disebut ngeyel. Senada dengan ucapan Js. Dadang:24

23

Wawancara Pribadi dengan Dadang. 24

Ibid.

Page 81: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

71

“Contoh seperti anak-anak saya yang masih juga kadang-kadang

kita kasih tau masih ngeyel lah bahasa kasarnya. Paling kita arahkan

terutama masalah ibadahnya. Tapi kalau anak memukul orang tua tidak

ada, begitu juga sebaliknya bisa saya jamin itu tidak ada.”

Meskipun masih terdapat sifat tidak patuh pada orang tua, bukan

berarti bahwa tindakan memukul anak untuk memberikan pendidikan

dibenarkan dalam ajaran Khonghucu. Jalan keluar yang ditawarkan oleh

ajaran agama Khonghucu menurut Js. Dadang, jika memang terdapat

anak yang sudah benar-benar tidak dapat dinasihati adalah dengan

melakukan tukar anak dengan anak orang lain. Hal ini diharapkan

mungkin dengan orang lain mau mendengarkan nasihat dari pada orang

tua sendiri. Sikap tukar anak ini tidaklah bersifat permanen, artinya jika

sang anak sudah memiliki perubahan yang dikehendaki, kedua anak

tersebut dikembalikan kepada orang tua asli mereka.

“Itu sebenarnya tidak dibenarkan, tapi di agama Khonghucu,

kalau kita tidak bisa menasehati anak itu bisa ditukar keorang lain.

Biasanya kan anak ada yang mendengarkan orang lain dari pada orang

tuanya. Jadi memukul anak dalam agama khonghucu itu tidak dibenarkan

meskipun memukul kakinya.”25

2. Bijaksana (Ce)

Selain cinta kasih, watak sejati umat Khonghucu Lithang Pondok

Cabe meskipun tidak sepenuhnya namun mulai terdapat peningkatan.

Mereka mulai terlibat aktif untuk menengahi konflik di masyarakat.

Peran aktif tersebut mencerminkan sikap bijaksana yang dimiliki

manusia sejak lahir.

25

Ibid.

Page 82: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

72

“Sekarang kita lebih berperan karena ada FKUB. Di sini yang

sering menjadi masalah itu pembangunan gereja. Mereka membangun

gereja tanpa izin, tiba-tiba sudah mulai kebaktian. Dalam hal seperti ini

kita juga ikut menengahi di dalamnya, karena kita juga tergabung di

FKUB. Salah satu rohaniawan yang ikut di FKUB adalah Js. Dadang”.26

Sifat kebijaksanaan juga terlihat dari penyesuaian ajaran yang

dilakukan umat Khonghucu. Bagi umat Khonghucu menerapkan ajaran

yang terkadung dalam agama harus dipraktekkan dalam kehidupan

sehari-hari. Ajaran yang diharuskan dalam menjaga hubungan sesama

umat Khonghucu pun tetap harus dilakukan juga terhadap siapapun.

Karena bagi mereka semua manusia tanpa memandang agama, ras dan

suku apapun adalah saudara. Tidak secara sama persis hubungan tersebut

dilakukan namun disesuaikan dengan lingkungan. Contoh, umat

Khunghucu diharuskan menghormati orang tua, tidak hanya orang tua

kandung atau sesama Khonghucu saja, namun juga terhadap masyarakat

yang berbeda keyakinan.

Penghormatan terhadap seseorang saat bertemu dapat terlihat dari

cara mengucapkan salam dengan mengepal kedua tangan dan

mengangkatnya. Semakin tinggi mengangkat semakin tinggi pula tingkat

penghormatannya, dan yang paling tertinggi adalah penghormatan untuk

Tuhan/ Thian. Penghormatan semacam ini tentu tidak secara langsung

dilakukan kepada non-Khonghucu, namun disesuaikan. Mereka

memberikan hormat kepada orang tua atau orang lain non-Khonghucu

26

Wawancara Pribadi dengan Hendra Suprapto.

Page 83: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

73

tidak lagi berpacu pada kepalan tangan, namun lebih ditekankan kepada

penyesuaian sikap.

Selain berusaha menjaga diri untuk berinteraksi, umat Khonghucu

juga berusaha untuk menghargai keberadaan umat agama lain seperti

dengan mengucapkan hari raya, membesuk yang sakit dan membantu

mereka yang terkena mushibah.

Dalam berinteraksi sosial dengan warga yang heterogen, tentu

terdapat beberapa nilai yang bisa saja terjadi. Menanggapi hal tersebut

umat Khonghucu lebih memilih untuk menempuh jalan duduk bersama

atau musyawarah. Namun tentu permasalahan yang sudah masuk ke

ranah itu adalah sesuatu yang sangat besar. Jika dalam pelaksanaan

ibadah suatu agama masyarakat di Pondok Cabe telah memiliki tingkat

toleransi yang tinggi. Begitu pula yang dilakukan oleh masyarakat yang

beragama Khonghucu. Sikap toleransi yang tinggi menjadikan

masyarakat Pondok Cabe tidak mudah untuk terpecah.

“Disini kita duduki lah satu sama lain. kita beritahu mengenai

yang dibilang (ajaran agama). Kalau dari zaman dahulu orang tua kita

gotong royongnya kuat, sampai sekarang pun ke anak-cucunya masih

seperti itu. walaupun dahulu belum mengenal agama, apalagi sekarang

sudah mengenal agama, sifat kegotong royongan kita ini diperkuat lagi.

Jadi jangan sampai ada sistem berkelompok-kelompok antar agama.

Disini tidak ada pengelompokan seperti itu semua membaur. kita disini

tidak ada suara-suara melecehkan, kita berupaya mendidik anak-anak

Khonghucu jangan sampai kita, istilahnya, mengeluarkan atau

melecehkan agama orang lain walaupun bercanda, karena itu fatal.

Karena sekali kata keluar, enam ekor kuda pun tidak akan terkejar.”27

27

Ibid.

Page 84: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

74

3. Kebenaran (I)

Cerminan watak kebenaran umat Khonghucu di Lithang Pondok

Cabe dalam setiap kegiatan terlihat bahwa mereka terus berupaya untuk

menjalankan apa yang diajarkan oleh agama tanpa pamrih. Namun dari

masing-masing individu masih terdapat orang yang meminta pamrih dari

orang lain.

“Salah satunya ada orang yang untuk khotbah saja minta ongkos.

Jika khotbah di tempat yang besar bayarannya di rajin sedangkan

sebaliknya dia malas. Orang seperti ini tidak akan kita berikan jabatan.

Dalam kebaktian tidak bisa melakukan hal itu (korupsi), karena

administrasi jelas sekali.”.28

Terlihat dari berbagai aktifitas yang ada di Lithang Pondok Cabe,

aktifitas kegiatan kebaktian/ peribadatan dan aktifitas pelayanan umat.

Aktifitas-aktifitas terseut diantarnya:

a. Kegiatan kebaktian

1) Kebaktian Malam CheeIt dan CapGo untuk umum.

2) Kebaktian Malam Jum‟at untuk orang tua.

3) Sekolah minggu untuk anak-anak dari pukul: 09.00 pagi

sampai dengan 10.00 pagi.

4) Kebaktian Remaja atau Pemuda Agama Khonghucu

(PAKIN) dari pukul: 11.00 pagi sampai dengan 12.30 siang.

5) Kebaktian syukuran ulang tahun umat dari pukul: 19.30

sampai dengan 21.00 malam.

28

Ibid.

Page 85: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

75

b. Pelayanan umat:

1) Pelayanan doa ulang tahun.

2) Memberi nilai agama untuk anak-anak sekolah dari taman

kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

3) Upacara Penikahan

4) Membesuk dan Mendoakan umat yang sakit.

5) Upacara kematian.

6) Setiap bualan Chit Gwee mengadakan bakti sosial.

Menurut Ws. Wicandra pengamalan aktiftas-aktifitas tersebut

merupakan perwujudan ajaran humanime dalam interaksi sosial sesama

umat Khonghucu.

“Kita yang paling pertama, yang paling dekat untuk umat agama

sendiri itu kegiatan-kegiatan sosial ataupun perayaan-perayaan itu bentuk

humanisme secara intern.”29

4. Susila (Li)

Begitu juga dalam susila, umat Khonghucu di Lithang Pondok

Cabe mulai tertutup dalam berpakaian meskipun masih dianggap belum

sesuai dengan ajaran susila agama Khonghucu.

“Di pondok cabe ini syukur sudah, karena benar-benar terus kita

bina. zaman dahulu untuk kebaktian memakai celana pendek, baju

buntung, atau memakai daster saja berani kebaktian, tapi sekarang jika

kebaktian sudah mulai rapih sudah memakai batik, kemeja, bahkan yang

memakai kaos sekarang sudah jarang. Dalam keseharian juga sudah

mulai bagus, karena zaman dahulu nenek-nenek hanya menggunakan

“kutang” berani keliling-keliling, tapi sekarang sudah tidak pernah lihat

di jalan”.30

29

Wawancara Pribadi dengan Wicandra. 30

Ibid.

Page 86: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

76

Menurut Ws. Wicandra hal ini bukan merupakan kesalahan dari

umatnya, namun lebih pada ketidaksanggupan atau sikap umat yang

belum sanggup menerapkannya. Oleh karena itu para rohaniawan masih

terus berusaha mengingatkan dan mengajarkan untuk tetap semangat

dalam menerapkan ajaran agama.

“Kalau seperti apa yang saya katakan memang saya sampaikan

tidak sebatas di Lithang (Pondok Cabe) saja. Kita kadang-kadang

khotbah itu di Teluk Naga, Tangerang, Ciapus dan Kebon Baru, kita

himbau semua ke umat setiap kita khotbah.”31

Etika atau susila juga meruapakan ajaran yang sangat ditekankan

oleh agama Khonghucu dalam berinteraksi sosial. Agama Khongucu

menekankan untuk selalu menjaga tubuh warisan orang tua. Menjaga

tubuh berarti tidak mengubah dan menjaga seperti apa adanya. Sehingga

menurut agama Khonghucu segala sesuatu yang dapat merusak tubuh

adalah dilarang, seperti tindik, mabuk, narkoba dan sebagainya.

“Apa yang kita dapat kita terapkan. Apa yang kita dapatkan dari

ajaran Nabi ya kita terapkan ketengah masyarakat sesuai dengan yang

Nabi bimbingkan, ajarkan. Semuanya itu agar dalam masyarakat ini

terlihat, itu umat Khonghucu. Kita tidak menginginkan hal-hal (tindik)

seperti itu di masyarakat, karena warisan dari orang tua adalah dari ujung

rambut sampai ujung kaki. Kalau keadaan seperti ini, harus terus dijaga

seperti ini sampai meninggal. Di Pondok Cabe untuk umat khonghucu

tidak ada hal-hal aneh seperti itu, apalagi narkoba.”32

5. Kepercayaan (Sin)

Watak sejati dapat dipercaya, umat Khonghucu di Lithang

Pondok Cabe memiliki peran yang cukup bagus di masyarakat, hal ini

31

Wawancara Pribadi dengan Dadang. 32

Ibid.

Page 87: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

77

terlihat dari beberapa umat Khonghucu yang dipercaya mulai menjadi

ketua RT, ketua RW, hingga sebagai pengurus pemakaman.

“Boleh dikatakan sudah bagus, sudah bisa dipercaya. Seperti

bapak Js. Dadang sebagai ketua RT, bapak Ade sebagai ketua RW, bapak

Gunawan yang mengurusi tanggung jawab masalah Wihara, Ws. Ht.

Saputra dan beberapa penasehat kita merupakan seorang tokoh yang di

segani di sini. Meskipun orang Tionghoa tapi orang lain segan. Mereka

disegani karena jika ada masalah mereka turun tangan untuk

membereskan. Dan juga tetua-tetua di sini meskipun tidak berkecimpung

di Lithang sampai sekarang masih terdengar setiap ada masalah turun

untuk menyelesaikan baik untuk masalah umat Khonghucu maupun

masyarakat sekitar. hingga masalah pemakaman bapak Yan Sang yang

mengurusi, di lithang Dia rajin, meskipun bukan pengurus. Sehingga kita

jadikan sebagai penasehat kita”.33

Perbedaan cerminan ajaran agama pada setiap sikap kemanusiaan

beberapa umat Khonghucu di Lithang Pondok Cabe dikarenakan ketidak

tahuan mereka tentang ajaran agama Khonghucu. Mereka yang jarang

hadir bahkan tidak pernah datang ke Lithang akan lebih terlihat jauh dari

ajaran.

“Kalau yang ingin ke Lithang sudah rata-rata meninggalkan sifat-

sifat sau zin (berhati kerdil), walaupun pelan dia mencerna, walaupun

pelan dia belajar dari yang kita ajarkan, dia mencontoh, dia lihat kanan

kirinya dengan cara berpakaiannya. Pertama dia datang dengan pakaian

kurang rapi, kalau yang saya temui di Lithang tidak ada yang seperti itu,

tapi kalau di luar masih ada yang seperti itu, yaitu orang yang tidak ingin

ke Lithang (sau zin), dia tidak membina diri dia, dia tidak tahu, dia

mengimani, kalau dia di tanya agama dia ngotot Khonghucu, tapi ke

Lithang tidak pernah, sembahyang tidak pernah, apapun tidak pernah,

Cuma KTP saja yang khonghucu, ada yang seperti itu, itu yang tidak mau

datang ke Lithang, umat kita ada yang seperti itu, tapi kalo dia ingin

datang ke Lithang kita jamin perubahannya cepat, karena dia mencontoh

dengan lihat cara kita berpakaian, dan berbicara.”34

33

Wawancara Pribadi dengan Hendra. 34

Wawancara pribadi dengan Hendra.

Page 88: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

78

Para rohaniawan di Lithang Pondok Cabe tidak menjadikan hal

tersebut sebagai alasan untuk menyalahkan umat Khonghucu namun

mereka menjadikannya sebagai penilaian diri dan motivasi untuk lebih

dapat menaburkan ajaran-ajaran dari agama Khonghucu yang mereka

yakini untuk dapat membuat perubahan di masyarakat kearah positif.

“kita ada humas kita keliling, tapi sistem kita lebih ke saudaranya

yang lebih berperan yang sering ke Lithang mengajak saudaranya ke

Lithang, tapi kalau saudaranya atau tetangga sudah tidak sanggup

mengajak baru berbicara ke kita, kita coba manju mengajaknya. Karena

tempat belajarnya disini, karena orang yang untuk keliling-keliling itu

kurang, sekarang sistemnya orang yang jarang ke Lithang kita kunjungi

untuk mengajak ke Lithang.”35

Apa yang tiada susila jangan engkau lihat, Apa yang tiada susila

jangan engkau ucap,dan apa yang tiada susila jangan engkau lakukan.

Ajaran tersebut membuktikan bahwa menjaga sikap untuk berinteraksi

sosial bagi agama Konghucu sangatlah penting.

35

Wawancara pribadi dengan Hendra.

Page 89: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Lithang Bakti MAKIN Pondok

Cabe tentang konsep humanisme agama Khonghucu dalam membentuk

manusia sempurna studi terhadap sikap kemanusiaan umat Khonghucu di

Lithng Pondok Cabe, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut.

1. Konsep humanisme dalam agama Khonghucu, merupakan ajaran satya

dan tepasarira, yakni hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan

manusia dengan sesama manusia, termasuk juga hubungan manusia

dengan alam semesta.

2. Agama Khonghucu mengartikan manusia adalah hati/hakikat batin langit

dan bumi dan menjadi perwujudan dari lima unsur yakni air, api, kayu,

logam dan tanah. Selain itu manusia juga dapat diartikan sebagai Thian

Min (rakyat Tuhan, abdi Tuhan), pengemban firman Tuhan. Sedangkan

manusia sempurna adalah manusia yang mampu menetapi firman Tuhan

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Konsep manusia sempurna dalam agama Khonghucu pada kenyataanya

tidak mudah untuk dicapai. Setelah Lithang Bakti Pondok Cabe berdiri,

walaupun belum sesuai dengan ajaran, namun umat Khonghucu di

Pondok Cabe mulai mengalami perubahan, baik dari sisi interaksi sosial

sesama umat Khonghucu, maupun antar umat beragama lainnya. Keadaan

ini menjadikan para rohaniawan terus berupaya menanamkan nilai-nilai

Page 90: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

80

kemanusia dengan berusaha mengingatkan dan mengajarkan untuk tetap

semangat dalam menerapkan ajaran-ajaran agama. Seperti yang terjadi di

Lithang Pondok Cabe mengenai bentuk hubungan sosial terlihat dari

berbagai aktifitas kebaktian/ peribadatan dan aktifitas pelayanan umat.

B. Saran-Saran

Heterogenitas yang dimiliki Indonesia tidak seharusnya menjadi

penyebab terjadinya hal-hal negatif seperti kekerasan maupun konflik baik

sesama maupun antar umat beragama. Bahkan sebaliknya, umat beragama di

Indonesia seharusnya mampu menjadikan perbedaan-perbedaan tersebut

sebagai stimulan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bahkan

menjadikannya sebagai rahmat bagi Indonesia.

Penulis berharap kajian-kajian mengenai ajaran-ajaran positif yang

dapat mencerahkan masyarakat dapat terus digiatkan tidak hanya dalam dunia

ide saja namun harus mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis juga berharap penelitian ini dapat terus dilanjutkan oleh para pembaca

mengingat masih banyak hal yang belum terjangkau mengenai konsep

humanisme agama Khonghucu dalam penelitian ini; seperti seberapa jauh

humanisme dalam agama Khonghucu mempengaruhi sikap dan perilaku

kehidupan umat Khonghucu sehari-hari.

Page 91: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

81

DAFTARPUSTAKA

Ahmadi, Abu. dkk. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991.

Ali, M. H. Sayuthi. Metode Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktek.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Asmara, Nina. Humanisme Dalam Agama Khonghucu „Studi Terhadap Interaksi

Sosial di Kelenteng Tjen Ling Kiong Yogyakarta‟. Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008.

Avery, Jon dan Askari, Hasan. Menuju Humanisme Spiritual „Kontribusi

Perspektif Muslim Humanis‟. Cet. I. Surabaya: Risalah Gusti, 1995.

Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial.Cet. VI. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2003.

Fandi, Haryanto Al. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis.

Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Ferutama, Lesmadona. Konsep Manusia Dalam Perspektif Ali Syari‟ati. Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008.

Forum Mangunwijaya IV. Penziarahan Panjang Humanisme Mangnwijaya.

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009.

Harahap, Rina. Teori Belajar Humanisme. Diakses pada 20 Agustus 2014. Dari:

http://rinaapriyaniharahap.blogspot.com/2012/12/psikologi-

perkembangan.html

Hau King ‘Kitab Bakti’, Cet. VIII. Jakarta: MATAKIN, 2008.

Ing, Tjhie Tjay. Mengenang 50 Tahun Mengemban Firman Sebagai Xueshi.

Jakarta: Matakin PNR, 2013.

___________. Tanya Jawab Keimanan Konfusiani. T.tp.: MATAKIN, t.t.

Ing, Tjhie Tjay. dkk. Hidup Bahagia Dalam Jalan Suci Tian: Pendekatan Hati

Dan Pikiran Agama Ru – Khonghucu. Bandung: Mascot Jaya, 2010.

Karman, Yonki. Runtuhnya Kepedulian Kita: Fenomena Bangsa Yang Terjebak

Formalisme Agama. Jakarta: Buku Kompas, 2010.

Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang, Nomor: 03, seri E, 2005, ‘Pembentukan

77 Kelurahan Di Lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten

Tangerang‟.

Manaf, Mudjahid Abdul. Ilmu Perbandingan Agama, Cet. I. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Pesada,1994.

Meng, Tan Djin dan Agustin, Indira. Pendidikan Agama Khonghucu: Untuk SMA

Kelas X. Jakarta: Pusat Pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional,

2010.

Page 92: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

82

Nugroho, Ellen Christiani. Menghargai Modus-Modus Esensial Manusia Sebagai

Upaya Mengatasi Problem Dehumanisasi Di Indonesia, Vol. 14.

Semarang: Undip, 2011.

Nurhikmah. Upacara Kematian Dalam Agama Khonghucu: Studi Kasus di Curug

Parung Bogor. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Ongkowijaya, Brataya. Pendidikan Budi Pekerti: Pedoman Perilaku Siswa.

Banten: MATAKIN, 2011.

Saputra, Ht., Makin Pondok Cabe. TangerangSelatan: T.pn., 2013.

Seri Genta Suci Konfusian. Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama

Khonghucu. Solo: MATAKIN, 1984.

Si Shu „Kitab Yang Empat‟. Jakarta: MATAKIN, t.t.

Smith, Linda dan Raeper, William. Ide-Ide Filsafat dan Agama Dulu dan

Sekarang. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Sujarwa. Manusia Dan Fenomena Budaya: Menuju Perspektif Moralitas Agama.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999.

Sule, Erni Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, Edisi

Pertama, Cet. IV. Jakarta: Kencana, 2009.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodlogi Penelitian Sosial – Agama, Cet. II.

Bandung: PT Reamaja Rosdakarya, 2003.

Surat Keputusan (SK) Dewan Pengurus MATAKIN No.

153/MATAKIN/SK/1014: MAKIN Pondok Cabe.

Taufik, Zulfan. Ilusi dan Harapan „Pembacaan Humanisme Ali Shari‟ati‟, Cet I.

Jakarta: Impressa, 2012.

Tanggok, M. Ikhsan. Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2000.

________________. Mengenal Lebih Dekat “Agama Khonghucu” di Indonesia.

Jakarta: Pelita Kebajikan. 2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer „Edisi Lengkap‟, Cet. I. Surabaya:

Gitamedia Press, 2006.

Tjaya, Thomas Hidya. Pustaka Filsafat Humanisme Dan Skolastisisme „Sebuah

Debat’. Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Http://News.Liputan6.Com/Read/2096090/Hanya-Gara-Gara-Sampul-Buku-

Bocah-Dianiaya-Ayah-Kandung, diakses pada 2 September 2014, pukul:

10:41 WIB.

Http://Www.Nu.Or.Id/A,Public-M,Dinamic-S,Detail-Ids,44-Id,53272-Lang,Id-

C,Nasional-T,Pernyataan+Gus+Mus+Soal+Konflik+Palestina+Israel-

.Phpx, diakses pada 2 September 2014, pukul: 10:58 WIB.

Page 93: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

83

Http://Www.Spocjournal.Com/Filsafat/127-Khonghucu-Dan-Humanisme.Html/,

diakses pada 22 Oktober 2014, pukul: 09:17 WIB.

Http://Www.Referensimakalah.Com/2013/01/Humanisme-Pengertian-Dan-

Sejarah.Html, diakses pada 5 Mei 2014, pukul: 15.40 WIB.

Https://www.google .com/maps/place/Lithang+Bakti/, diakses pada tanggal 10

Januari 2015, pukul: 19.10 WIB.

Page 94: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Denah Lokasi

2. Surat Keputusan Dewan Pengurus MATAKIN

3. Surat Permohonan Izin Mendirikan Tempat Peribadatan Agama Khonghucu

4. Surat Permohonan Izin Bangunan

5. Surat Penelitian

6. Surat Keterangan Wawancara

7. Narasumber

8. Lithang Bakti

9. Lampiran Wawancara

Page 95: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

DENAH LOKASI

Gambar 1. Denah lokasi Lithang Bakti Pondok Cabe

Batas-batas wilayah Kelurahan Pondok Cabe:

Sebelah utara : Kelurahan Pondok Cabe Ilir.

Sebelah selatan : Kota Depok.

Sebelah barat : Kelurahan Pamulang Timur.

Sebelah timur : Kota Depok.1

1https://www.google .com/maps/place/Lithang+Bakti/, diakses pada tanggal 10 Januari 2015.

Page 96: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 97: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 98: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 99: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 100: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 101: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 102: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 103: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 104: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM
Page 105: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

NARASUMBER

Gambar 2. Sebelah kanan adalah Bapak Wichandra sebagai guru dan dosen

Agama Khnghucu

Gambar 3. Sebelah kiri adalah Bapak Js. Dadang sebagai rohaniawan

Page 106: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

Gambar 4. Sebelah kanan adalah Bapak Hendra Suprapto sebagai rohaniawan

Gambar 5. Sebelah kiri adalah Bapak Ade Cahyadi sebagai Ketua Lithang

Bakti, masa bakti 18 Oktober 2014 s.d 17 Oktober 2018

Page 107: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

LITHANG BAKTI

Gambar 6. Lithang Bakti tampak depan

Gambar 7. Llithang Bakti tampak dalam.

Page 108: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

Gambar 8. Tempat duduk umat untuk beribadah.

Gambar 9. Altar utama.

Page 109: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

HASIL WAWANCARA

Bapak Js. Hendra Suprapto

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah dalam ajaran

khonghucu ditanamkan

humanisme di dalamnya?

Jika ia, apa arti

humanisme dalam agama

khunghucu? Dan

bagaimana pandangan

terhadap humanisme?

Mempelajari humanisme / nilai-nilai kemanusiaan dalam

agama Khonghucu berarti mempelajari keseluruhan,

karena itu yang diajarkan oleh Nabi Kongcu. Dalam

pembahasan ini yang paling dasar untuk dikuasai adalah

pengakuan iman, ajaran besar (seperti pembaptisan): 1.

Menggemilangkan kebajikan yang bercahaya, mengasihi

rakyat dan berhenti pada puncak kebajikan. 2. Firman

Tuhan itulah yang dinamakan watak sejati / hati nurani.

yang di jalankan dalam khonghucu adalah watak sejati

tersebut, membinanya sehingga menjadi “Chun Tsu” atau

manusia sempurna.

Setiap manusia dalam agama khonghucu pasti memiliki

“sing”: cinta kasih, kebenaran, susila dan bijaksana.

Keempat kemampuan manusia tersebut harus

dilaksanakan dalam kehidupan sehingga muncullah

kebajikan. Dengan kelima hal tersebut sehingga dalam

agama khonghucu tujuan umatnya adalah agar dapat di

percaya. Kemampuan hati nurani setiap manusia saat

lahir adalah sama, namun pengaruh lingkungan, perilaku

hidup yang mempengaruhi kualitas hati nurani seorang

manusia. Pelatihan hati nurani saat ini adalah dengan

menjalani kehidupan berbeda dengan saat lampau yang

dengan bertapa.

Untuk mencapai tingkat tertinggi dalam agama

khonghucu adalah dengan menjalankan bakti sebaik-

baiknya. Karena yang paling utama dalam ajaran

khonghucu adalah bhakti. Bhakti yang paling dasar

adalah menjaga badan yang telah diberikan agar tidak

rusak, pertengahannya adalah dengan melayani orang tua

dan akhirnya adalah menjaga nama baik orang tua dan

keluarga.

2. Apakah dalam

humanisme yang

diajarkan dalam agama

khonghucu dijelaskan

hubungan-hubungan

antara manusia dengan

Tuhan, alam dan sesama

manusia? Dan seperti

Humanisme dalam ajaran khonghucu mengacu pada

ajaran satya dan tepasarira. Satya hubungan antara

manusia dan Tuhan. Segala sesuatu tiada diciptakan

selain melalui firman-Nya. Tidak ada perintah keharusan

untuk menyembah Tuhan, tapi tahu dirilah. Manusia

tidak meminta udara pun diberikan-Nya. Tuhan tidak

dapat dilihat dan tidak didengar tapi dapat dirasakan,

dengan bersujud maka semakin terasa kehadiran Tuhan.

Page 110: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

apakah hubungan itu? Menyembah hanya kepada Tuhan semata, sedangkan

kepada yang lain hanya untuk mengembil semangatnya,

bukan untuk menyembah patungnya.

Tepasarira merupakan ajaran hubungan manusia dengan

manusia. “gembirakalah yang dekat maka yang jauh akan

berdatangan”. “empat penjuru lautan semua bersaudara”.

“apa yang kita sendiri tiada inginkan jangan lakukan pada

orang lain”. Dalam agama khonguchu, untuk meraih

keberhasilan tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri,

melainkan dengan mengajak orang lain untuk berhasil

pula. “jika kamu mau tegak maka bantulah orang lain

untuk tegak”. Kita tidak perlu hebat dahulu untuk dapat

membantu orang. Ajaran tentang Tuhan ada, tapi tidak

terlalu jelas. Bhakti yang paling utama adalah kepada

orang tua. Saat ingin kebhaktian kepada Tuhan, jika

orang tua sakit maka harus mendahulukan kebhaktian

kepada orang tua.

Hubungan manusia dengan alam juga termasuk bhakti.

3. Melihat keaadan saat ini,

dimana nilai-nilai

kemanusiaan mulai

mengalami penurunan

seperti kekerasan

terhadap anak,

perkelahian terhadap

kelompok, bahkan

pembunuhan antar

pemeluk agama,

Bagaimanakah

humanisme dalam agama

khonghucu menyikapi

hal tersebut?

Dahulu hanya datang, sembahyang dan pulang, saat ini

lithang juga berfungsi untuk menjaga hati nurani

umatnya, sehingga meskipun keluarga telah acak2an

(mabuk/minum), dengan adanya penjagaan dari lithang

degradasi kekuatan sing dapat dicegah. Bukan hukumnya

yang harus diperkuat, tapi bina orangnya. Sebelum

dilantik, harus dibina dulu orangnya agar tidak korupsi.

4. Dalam ajaran cinta kasih,

apakah dalam umat

khongucu di Lithang

sering terjadi konflik?

Seperti apakah konflik

tersebut?

ribut, wajar gitu, makanya fungsi kita itu, membina orang

untuk menjalankan cinta kasih, kebenaran, susila,

supanya konflik-konflik itu hilang gitu, malah

rohaniawan bisa begitu, maka disinilah (lithang) tempat

membina itu, dari kecil kita tanamkan watak sejati.

Kalau konflik masalah rumah tangga juga mengadu ke

kita, minta saran ke rohaniawan gitu, ada yang mo cerai

suaminya tidak bertanggung jawab. Kadang2 ada yang g

sesuai dengan persepsi pemimpinnya dia g mau ke

Lithang ada juga yang seperti itu. Karena dia ada yang

tidak suka orang yang disini dia g ke litang, bisa dia

pindah litang, parahnya pindah agama, gara2 dia g suka

orang yang ada disni, itu sering, hampir setiap lithang

mengalami hal yang sama.

Page 111: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

5. Bagaimana awal

pendirian Lithang?

Dari Cuma obrolan aja dan dirembuk akhirnya jadi.

6. Apakah di masyarakat

umat khonghucu terlibat

aktif dalam pemecahan

konflik yang ada di

lithang maupun di

masyarakat sekitar?

Sekarang kita lebih ini karena ada fkub, kalo sini yang

sering ada maslah itu masalah gereja, orang bangun

gereja tanpa ijin, tau2 udah kebaktian atau apa itu sering

sekali, dan kita juga ikut di dalamnya, maksudnya

menengahi gitu, karena kita juga ikut di fkub y, jagang

sampe meluas bakar2an gitu, ada rohaniawan yang ikut di

fkub js. Dadang, klo g sempet saya yang pergi sekrg

ketua juga ikut mulai terlibat, karena sudah terbuka kita

boleh ada tempat disitu, jadi ya itu kita lewat fkub jadinya

untuk menengahi masalah yang ada di masyarakat, yang

sering ketemu ya itu masalah orang yang bkin gereja

yaitu yang baru2 sekarg kesaksin yehova. Kita tegor

dengan baik, klo org kampung bisa dibawain golok saya

bilang, kita tegor begitu langsung keorangnya. Pliang kta

sistemnya langsung kita laporin ke pihak yang berwenang

seperti FKUB.

7. Apa maksud dari

keimanan yang ada

ditujuan?

dul tidak ada yang mengajar, intinya begitu, yang kita

tahu dulu dari orang tua saja, seperti saya dulu khonghucu

tadisional. keimanan saya ya khonghucu di tanya

bagaimana ya ngotot tetep khonghucu tapi disuruh

ngejelasin ya tidak ngerti. saya taunya dari orang tua

saya. orang tua saya ngikutin, saya tinggal saya ikutin.

mungkin dari Engkong. Saya tahunya 100% dia belajar

yang turun dari Bapak saya, ibu saya, saya belajar dan

pembinaannya cuma di keluarga. Nggak ada yang

ngajarin, nggak ada yang khotbah, nggak ada yang ngasih

tahu, jadinya diadakan Lithang itu, biar bener-bener ada

yang ngajarin, ada rohaniawannya yang memberika

khotbah, ada rohaniawannya yang memberika doa,adat

tempat berdoa sesuai yang ada di kitab-kitab suci.

8. Terdapat berapa bagian

di Lithang ini?

Altar di atas dan luar sama dalam, pembagaanya tidak

terlalu spesifikkarenatimpat kita terbatas, tempat

sembahyang Cuma depat aja. Altar di depan sembahyang

buat Tuhan, ini baru dua tahun dulu kita semua di dalam,

jadi dulu semuanya di lakukan di dalam trs ada kebijakan

dari biro pusat. Kalau lonceng lagi ada kebaktian baru

dipake sebagai petunjuk. Sebenarnya kalau di kita kan

ada yang namanya Genta, sebenarnya dia dibilang mu

dou. Mu dou itu genta kayu, gentanya besi tapi lidahnya

kayu, getokannya harus kayu, gentanya ya genta logam

tapi lidahnya kayu. Jaman dahulu jika gentanya lidah besi

itu jika Raja ngeluarin titah, perintah, pengumuman.

Kalau lidah kayu kalau buat bencana, makanya disebut

penyelamat, makanya kita sebut genta rohani atau mu

Page 112: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

dou. Yakni dibunyikan pada saat penolongan orang,

peringatan ada bencana, kalau nolong orang ya itu genta

rohani.

Altra di luar untuk menyembayangan Tuhan saja. Bagian

tengah untuk kebaktian, kalau acara layar di tutup,

menrima tamu tari setiap acara resmi di sin.

Dua lilin di tengah meja altar untk perlengkapan

sembahyang, kalau sembahnyang biasa Cuma lilin dua,

kalau sembahnyang besar seperti perkawinan lilin 4, ada

apai sebagai penerangan, tulisan yang ada di kanan kiri

adalah puisi. Mimbar dipake untuk kebaktian/ seminar.

9. Apa tujuan pemasangan

hiasan yanga da di

Lithang?

Itu cuma karena da Imlek aja, itu cuma abis pasang

jangan dilepas biar bagus aja. Tapi, cuma ada

pertandanya kebanyakan artinya mengenai rezeki karena

kalau kita imlek kan mengenai datangnya tahun baru,

datangnya berkar baru, berkah itu biasanya sehat, umur

panjang, punya anak. Kalau sebenarnya kita ngerti

kebanyakan lambang sekarang artinya duit semua. Itu

kantong duit dibawahnya ikan, kenapa ikan? Ikan itu

“you yi” itu ada lebih, uangnya selalu ada lebih, itu

harapannya. Ada tempat sampah bawahnya duit, itu

artinya buat ngambil duit, saking banyaknya jadi

nampunya pake tempat sampah. Jeruk, berarti berkah

besar. Kalau lentera artinya penerangan, hidup kita selalu

terang. “hok kie” saat ini diidentikan dnegan duait.

Padahal bukan itu saja tapi juga berarti punya anak, umur

panjang dsb. “orang yang membina rohanianya dengan

melakukan kebijakan pada akhirnya akan mendapatkan

berkah.”

10. Apa arti warna merah

dan emas pada

bangunana Lithang?

Merah berarti bahagia, meriah. Emas, mewah mahal,

seperti itulah yang diharapkan perkembangan kita. Dulu

tidak berani sama sekali menggunakan putih karena

berarti sedih, untuk meninggal. Makanya dulu warna

Lithang habis berwarna merah dan emas. Kalau sekarang

yang penting ada warna merahnya dan emas sudah cukup.

Intinya kita mengharapkan yang lebih baik untuk Litang

ini dan orang yang datang sembahnya ke tempat ini.

11. Apa maksud dari

diadakannya pelayanan

umat?

Doa ulang tahun, tapi kahir bulan, januari, yang lahir di

bulan januari dikumpulkan di akhir bulan di doakan

bersama.

Upacara pernikahan: 3 bulan sebelum pernikahan harus

sudah ngasih tahu ke Lithang untuk pembinaan.

Membesuk: kita datengin khususnya hari sabtu, tapi juga

suka dadakan jika gawat darurat kita langsng berangkat

untuk mendoakan.

Upacara kematian: di Lithang tidak pernah ada upacara,

Page 113: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

kta datengain ke rumahnya dari awal proses meninggal

kita siapakan, awal masuk peti kita doakan, terus cari hari

untuk penguburan, besok mau dikuburkan malamnya di

sembahyang kembang malam jenazah di rumah, terus

besok [agi mau dikubur sebelumnya disembahyang ci be,

3, 7, 100, 1 tahun, 3 tahun. Kita yang lakuin proses

perkabungan.

Syukran ulang tahun: untuk rame kumpul di Lithang,

pelayanan doa ulang tahun kita di rumahnya.

12. Apakah di masyarakat

umat Khonghucu terlibat

aktif dalam pemecaha

Sekarang kita lebih ini karena ada FKUB, kalau disini

yang sering ada masalah itu gereja, orang yang bangun

gereja tanpa ijin, tau-tau udah kebaktian atau apa itu

sering sekali, dan kita jga ikut di dalamnya, maksudnya

kita menengahi gitu, karena kita juga ikut di FKUB nya,

ada rohaniawan yang ikt di FKUB js. Dadang, kalau

nggak sempet saya yang pergi, sekarang ketua juga ikut

mulia terlibat, karen sudah terbuka kita boleh ada tempat

di situ., jadi yang itu kita lewat FKUB jadinya untuk

menengahi masalah yang ada di masyarakat, yang sering

ketemu yaitu masalah oranng yang bikin gereja yantu

yang baru-baru sekarang kekasih yehova. Kita tegor

dengan baik, kalau orang kapung bisa dibawain golok

saya bilang, kita tegor langsng keorangnya. Paling kita

sistemnya langsng kita laporin ke pihak yang berwenang

seperti FKUB.

13. Dalam tata cara

berpaikan baik ibadah

maupun dalam

keseharian,dan juga cara

berkomunikasi dalam

masyarakat apakah umat

Khonghucu di lithang

Pondok Cabe sesuai

dengan yang ada dalam

ajaran?

Kalo di pondok cabe ini syukur sudah, karena kita bener2

kita terus (bina), klo dulu kan kebaktian pake celana

pendek, pake baju buntung, pke daster j berani kebktian

gitu, tapi sekarang klo kebaktian udah mulai rapi udah

pake batik, kemeja, kaos juga jarang2. Keseharian udah

mulai bagus, karena dulu pake kutang berani keliling2,

nenek2, sekarng udah g pernah liat di jalan. Kalo

komunikasi sudah bagus sekarang, karena kita tekankan

tepasarira, tipasarira itu tenggang rasa, kalo tidak menjaga

mulut gimana mau tepasarira sama orang itu yang salalu

kita tekankan di sini. Mulai mendidiknya itu pas

kebaktian.

Menjaga sikap dalam sama sadara dan sebagainya sudah

sesuai? Sudah kami tekankan dari diri sendiri, keluarga ,

tetangga, dan masyarakat. Kmunikasi denga orag tua

sudah bagus dari situ dia belajar, baru dia ke masyarakat

bisa diterima gitu. Klo mau kesini dan sering kebaktian

kita bisa tanamkan seperti itu, sukurnya disni banyak

umat yang dateng 100 lebih kalo kebaktian lumayan kita

bisa bina, klo yang tidak datang ke litang kita tidak bisa

bina karena kita tidak mungkin keluar, yang kita minta y

Page 114: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

orang yang ke litang ja.

14. Apakah umat Khonghucu

di Lithang Pondok Cabe

selalu mengejar dunia?

Yang kita alami sekarang kita kan menjalankan sosial,

menjalankan kebenaran, membina orang, membantu

orang, menyuluh orang tapi ada yang dia anggap

melakukan itu harus ada pamprihnya, klo kita kerja pada

kebenaran kan g da pamprihnya, korban semuanya kan,

perasaan kita korbanin, waktu kita korbanin, biaya kita

korbanin, tapi klo orang siau zin itu nyari untung ada

yang seperti itu, dia berangkat pergi khotbah saja minta

ongkos gitu, kalo pergi ke tempat yang bayarannya gede

dia rajin, kalo g bayarannya dia males. Salah satu

contohnya seperti itu. Orang seperti ini g bakalan kita

berikan jabatan. Dalam kebaktian tidak bisa melakukan

hal itu (korupsi). Karena administrasi jelas sekali.

15. Apakah dalam umat

Khonghucu banyak

menjadi seorang penjabat

di masyarakat semisal

rt/rw?

Boleh dikatakan udah bagus, udah bisa dipercaya gitu klo

dilitang sini ya, klo pembinadirinya sudah bagus dari

sekolah miggu pakin, pembinaan dirinya sudah bagus.

Seperti bapak JS dadang ketua rt, pak ade ketua rw, pak

gunawan dulu sering maen ke lithang tp tanggung jawab

masalah wihara dia urusin, ws. Ht. Saputra dan beberapa

penasehat kita itu seorang tokoh yang di segani di sini,

ande kata orang tionghoa tpi orang pada segan gitu,

karena klo ada maslah masing turun tangan untuk

membereskan. Dan juga tetua2 disni meskipun tidak

berkecimpung di lithang sampe sekarang masih

kedengeran setiap ada masalah turun untuk

menyelesaikan baik untuk masalah umat khonghucu dan

masyarakat sekitar. untuk maslah pemakaman itu bapak

Yan Sang , di lithang dia rajin, meskipun bukan pengurus,

akhirnya kita masukin sebagai penasehat kita. Jadi msih

bisa ditengah masyarakat bisa di percaya.

16. Bagaimana cara

menghadapi orang

khonghucu yang tidak

bermoral?

Kalo yang mo ke lithang sudah rata2 meninggalkan sifat2

sau zin (berhati kerdil), walaupun pelan dia mencerna,

walaupun pelan dia belajar dari yang kita ajarkan gitu, di

mencontoh gitu, dia lihat kanan kirinya dengan cara

berpakaiannya. Pertama dia datang dengan pakaian

kucel2 atau apa gitu, kalo yang saya temui di litang tidak

ada yang seperti itu, tp klo di luar masih ada yang seperti

itu, yaitu orang yang g mau ke lithang sau zin itu, dia

tidak membina diri dia, dia tidak tau, dia mengimani, kalo

dia di tanya agama dia ngotot Khonghucu, tapi ke lithang

tidak pernah, sembahyang tidak pernah, apaun tidak

pernah, Cuma ktp saja yang khonghucu, ada yang seperti

itu, itu yang tidak mau datang ke Lithang, umat kita ada

yang seperti itu, tapi kalo dia mau datang ke lithang kita

jamin deh perubahanny cepet ada, karena dia mencontoh

Page 115: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

lihat cara kita berpakaian, berbicara.

Merangkul: kita ada humas kita keliling, tapi sistem kita

lebih ke saudaranya yang lebih berperan yang sering ke

lithang mengajak saudaranya ke lithang, tapi kalo

saudaranya atau tetangga sudah tidak sanggup ngajak

baru ngomong ke kita, kita coba manju mengajaknya.

Karena tmpt belajarnya disini, karena orang yang untuk

keliling2 itu kurang, skrg sistemnya orng yang jarang ke

lithang kita kunjungi untuk mengajak ke lithang.

17. Apakah umat khonghucu

di Pondok Cabe sudah

bekerja semua?

Pasti ada, karena umat kita banyak ada beberapa, karena

umur juga bisa, itu yang kita perhatikan, untuk acara2

sumbangan besar biasanya kita kasih, kalo dia sakit

kadang2 kita kumpulin khusus hari itu kita sumbang ke

dia, dari lithang juga keluar kas lagi, ada perhatian untuk

orang-orang seperti itu, ada yang baru kamaren disitu

masih ada umat yang janda g kerja sakit-sakitan punya

anak kita suport untuk pengobatan. Jadi orang-orang yang

seperti itu yang kita usahakan, karena kas kita sudah ada,

kalo jaman dulu tidak ada untuk suport2 hal seperti itu.

18. Bagaimana tingkat

kehadiran umat

konghucu di setiap

kebaktian?

Ada pasang surutnya, kadang-kadang karena masalah itu

yang saya bilang kalo dia tidak suka seseorang itu bisa.

Kita ada masalah disini itu tiba-tiba bisa berkurang

umatnya. Karena orang tidak respek, wah yang ngurusin

aja pada ribut katanya, tapi kita berusaha menghindari,

masalah besar gitu cepat kita selesaikan, masalah kecil y

ilang sendiri, usahakan jangan sampai. Ada beberapa

kejadian, tapi kehadiran disini bagus kurang lebih kalo

jelek itu 60-80 kalo cap go, kalo rame bisa 150. Kalo

banten, kehadiran Pondok Cabe paling hebat, kalo

kebaktian di Pondok cabe paling rame tapi klo jalan-jalan

sedikit, tapi kalo di Lithang lain kebaktian sedikit, tapi

kalo jalan-jalan bisa 2 bus.

Page 116: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

HASIL WAWANCARA

Bapak Ade Cahyadi/ Lauw Kim It.

No Pertanyaan Jawaban

1 Dari manakah dana

pendirian rumah ibadah?

Dari donatur, dari umat-umat, dari pemerintah tidak,

dari mereka para pengusaha. Dari matakin juga tidak,

hanya support saja. Dari donatur dan dana kebhaktian.

Tapi saat ini misal ada yang ingin mengajukan

proposal bisa di ajukan ke lithang-lithang yang lain.

2 Bagaimana tahap

pembangunan yang ada

di Lithang?

Tahap renovasi Dari 1989-1992, selama 3 tahun.

Pendirian dari 1974-78 baru ada (rumah ibadah yang

sederhana) ini.

3 Lithang apakah berada di

bawah naungan yayasan?

Lithang sini juga bisa disebut yayasan warga bhakti.

4 Sebelum didirikannya

lithang dimana

kebhaktian umat

Khonghucu di Pondok

Cabe?

Kebhaktian di bikin di depan rumah orang tua saya

secara sederhana.

5 Bagaimana

perkembangan PAKIN

di Lithang?

Berada dibawah naungan lithang. Setiap lithang

memiliki PAKIN masing-masing tergantung

wilayahnya dimana ada MAKIN disitu juga ada

PAKIN. Setiap setahun sekali terdapat DISPENKASI

(pertemuan seluruh PAKIN se jabodetabek). Lithang

pondok cabe sempat menjadi tuan rumah yang ke-25.

6 Bagaimana sistem

kepengurusan yang ada

di Lithang?

Setiap lithang harus memiliki kepengurusan.

Berfungsi juga untuk pembentukan kepengurusan

MATAKIN. Ketua pengurus lithang yang diundang

dapat memberikan suaranya di pemilihan ketua

MATAKIN. Berfungsi juga untuk kepentingan umat

khonghucu. Seperti pendataan kehadiran kebhaktian.

7 Bagaimana sistem

pemilihan ketua?

Dipilih secara demokratis. Dilakukan saat jamaah

hadir banyak, sepeti saat kebhaktian. Rapat badan

pengurus lama untuk menentukan calon-calon ketua,

setelah itu barulah umat memilih langsung dengan

menggunakan kertas. Pemilihan dilakukan setiap 4

tahun sekali. Pemilih terdiri dari umat lithang

setempat saja. Ketua tidak harus dari keluarga saja,

siapapun dapat menjadi ketua lithang.

8 Fungsi lithang awal dan

saat ini?

Fungsi lithang dari awal sampai sekarang ini masih

sama. Hanya saja setelah pengakuan, semuanya ada

standar dari MATAKIN. Seperti standar pengajaran

Page 117: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

dulu hanya berdasarkan dari kitab saja tapi saat ini

sudah mulai ada kurikulumnya.

9 Apa yang dimaksud

keimanan yang ada di

tujuan pendirian rumah

ibadah?

Masalah keimanan belum diketahui, dahulu hanya

sebatas menjalani tradisi dengan sembahyang kepada

leluhur. Tata cara juga belum diketahui, misal doa

kepada Khonguchu belum pada tahu hanya sebatas

kepada leluhur saja, bahkan kitab suci khonghucu pun

belum diketahui

Page 118: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

HASIL WAWANCARA

Bapak JS. Dadang

NO Pertanyaan Jawaban

1 Sejak kapan

humanisme

diajarkan dalam

agama khonghucu?

Dan bagaimana

perkembangannya

saat ini?

Humanisme diajarkan sejak jazam dahlulu sebelum

nabi khong hucu lahir yaitu 2500 tahun silam.

Perkembangan saat ini sudah lebih cukup baik.

2 Apakah dalam

humanisme yang

diajarkan dalam

agama khonghucu

dijelaskan

hubungan-

hubungan antara

manusia dengan

Tuhan, alam dan

sesama manusia?

Dan seperti apakah

hubungan itu?

Didalam ajaran Agama Khonghucu sudah diajarkan

berbakti kepada Thian , Berbakti kepada orang tua ,

berbakti kepada alam.

Hubungan manusia dengan alam sudah sejak zaman

dahulu para orang bijak sudah menyadari akan

pentingnya keseimbangan alam dan kelestariaan

kehidupan, para orang bijak itu sudah termasuk para

nabi telah menyadari Pentingnya harmonis kehidupan,

mereka amat menyadari bahwa bencana alam

bukanlah semata hukuman Tuhan didalamnya ada

hukum sebab akibat yang sayang logis ini didasari

betul oleh para orang bijak dan nabi sejak zaman

dahulu kisah nyata dizaman raja suci dan nabi purba

yao (2357sM-2255sM), Shun (2255sM-2205sM)dan

YU (2205sM-2197sM) serta teladan yang diberikan

Nabi Shang Tang (1766sM-1753sM) dan Nabi agung

khongcu sendiri (551sM-475sM) adalah sebuah bukti

kesadaran untuk menjaga keseimbangan,

keharmonisan dan kelestarian alam sudah muncul

sejak ribuan tahun lalu, bahkan dalam gaya bahasa

sinisme yang sangkat meyindir kesombongan

manusia dikatakan bahwa burungpun sudah bersiap-

siap menambal sarangnya yang bocor kalau dirasakan

hujan telah tiba.

Manusia sebagai makluk yang diberikan akal budi

berlebih segoyanya mau berencana jangan panjang,

karena kunci kesuksean setiap hal amatlah ditentukan

oleh rencana jangan panjang yang baik dikatakan

lebih lanjut bahwa orang yang tidak mau memikirkan

hal-hal yang masih jauh ,sesungguhnya kegagalan

sudah nenantinya diambang pintu.

Kisah nyata pada zaman Nabi Shang Tang (1766sM-

Page 119: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

1753sM) pendiri dinasti Shang (1766sM-1122sM).

Suatu saat dalam perjalanan dinasnya ia menjumpai

sekelompok orang yang sedang menangkap burung

dengan jarring-jaring yang sangkat rapat. Ini

membuat semua burung ,baik yang berukuran besar

maupun yang masih kecil, tidak mudah terhindar dan

kemudian tertangkap. Apa yang dilakukan Shang

Tang? Dia lalu merobek jaring-jaring itu beberapa

tempat, sehingga memudahkan anak-anak burung

yang terjaring melepaskan diri. Shang Tang berkata

bahwa kelangsungan hidup burung itu juga perlu

dijaga. Bila semuanya ditangkap, maka akan terjadi

kepunahan dan ketidak seimbangan alam.

Nabi Agung Khongcu juga memberi yang tal kalah

heroik. Ia tidak mau memanah burung yang sedang

hinggap atau beristirahat. Selain menghormati

makhluk yang sedang atau butuh istirahat, ia juga

member kesempatan Si burung untuk menghindar dan

menyelamatkan nyawannya. Sementara si pemanah

dituntut untuk selalu belajar melatih diri. Bila ia tidak

mampu memanah burung yang sedang terbang,ia

memang tidak pantas mendapatkan burung tersebut.

Namun bila ia memang berkemampuan, ia layak

mendapatkannya.

Nabi khongcu juga tidak suka menjaring ikan. Beliau

lebih suka memancingnya. Dengan memancing Nabi

member kesempatan dan pilihan kepada ikan tersebut

untuk menghindar.

NASIHAT NABI DAN PARA BIJAK TENTANG

PENTINGNYA MENJAGA KELESTARIAN

LINGKUNGAN

Agama Khonghucu mempunyai (tiga) Himpunan

Kitab Suci Yakni: WU JING, SI SHU dan XIAO

JING. WU JING terdiriatas 5 (LIMA) Kitab: SHU

JING, SI JING, YI JING, LI JING DAN CHUN QIU

JING. SI SHU Terdiri Atas 4 (EMPAT) Kitab DA

XAUE, ZHONG YONG, LUN YU, DAN MENG ZE.

WU JING ditulis oleh Nabi Khong cu sendiri

berdasarkan ajaran dan wahyu yang diterima para

nabisebelumnya dan beliau sendiri; sedangkan si shu

dan Xiao jing ditulis oleh murid,cucu murid dan cicit

murid Nabi Khongcu berdasarkan ajaran dan wahyu

yang diterima Nabi khongcu Baik Wu jing. SI shu dan

Xiao Jing, didalamnya dapat kita jumpai ayat-ayat

yang berbicara tentang perlunya keseimbangan dan

kelestarian lingkungan hidup memang. Karena para

Page 120: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

nabi agama Khonghucu lahir pada jaman kuno, lebih

dari 2500 tahun yang lalu, ayat-ayat tentang

pelestarian alam tentunya tidak selengkap seperti apa

yang digambarkan ilmu pengetahuan sekarang, yang

bicara soal pencemaraan udara, kimia, dsb. Namun

kelestarian gunung, hutan, hewan dan tumbuhan

cukup banyak dibahas diWu jing, si shu dan Xiao

jing. Berapa ayat diantarannya yang dibahasa disini,

setidaknya bias member gambaran besar bahwa setiap

agama, termasuk Khonghucu, juga sangkat menaruh

perhatian akan pentingnya kelestarian lingkungan .

Zeng Zi, salah satu murid Nabi Khongcu yang

menulis DA XUE, mengatakan bahwa memotong

pohon dan hewan ada waktunya. Intinya harus diatur

sedimikian rupa agar tidak mengganggung kelestarian

pohon dan hewan itu sendiri.Nabi Khongcu malah

bersikap lebih tegas menanggapi kata-kata Zeng Zi

tadi. Orang yang memotong pohon dan hewan tidak

pada waktunya, disebut tidak berbakti. Dalam agama

Khonghucu salah satu hukuman yang paling berat

adalah ketika seseorang dikatakan tidak berbakti, baik

kepada orang tua mereka, yang dituakan, guru,

masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.Salah satu

wujud perilaku bakti atau XIAO adalah mampu

menjaga nama baik warisan orang tua, Dengan

demikian bila seseorang tidak bisa ikut menjaga

kelestarianalam, maka sebenarnya ia pantas juga

disebut orang yang tidak berbakti.

Salah satu ajaranpakok agama khonghucu adalah

anjuran agar manusia terus belajar tanpa henti

mencari hakikat setiap perkara. Dengan demikian

setiap persoalan dapat diketahui secara benar ujung

pangkanya, dengan demikian meniliti hakikat perkara

pulalah kita akan tahu bahwa berbagai bencana alam

yang selama ini terjadi berturut-turut ditanah air kita,

pada dasarnya disebabkan kesalahan akumulaf kita

sendiri yang tidak mampu mengelola alam dan

seisinya secara bijak, Demi mengejar keuntungan

sebesar-besarnya misalnya, hutan ditebang habis-

habisan.Meski penanaman kembali dilakukan, namun

tidak seta merta mampu menggantikan kerusakan

yang telah terjadi. Erosi meluas, lapisan tanah yang

subur terkikis, arus air menjadi lebih deras daya serap

tanah menurun, sungai-sungai menjadi dangkal,

longsor dan banjir lebih sering terjadi dsb.

Pada satu kesempatan Nabi Khongcu meningkatkan

Page 121: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

bahwa keuntungan adalah harapan dan dambaan

setiap orang. Namun apalah artinya kalau dicapai

dengan jalan yang tidak benar dan tidak bertanggung

jawab. Nasihat itu kiranya masih tetap relevan.

Janganlah demi mengejar keuntungan jangka pendek,

kelestarian dan keseimbangan alam yang menjadi

taruhannya.

Menyadari hal tersebut diatas, maka menjaga

kelestarian dan keseimbangan alam adalah kewajiban

dan tanggung jawab kita bersama. Jalan terbaik untuk

menjaga kelestarian dan kesseimbangan lingkungan

adalah dengan hidup secara harmonis dengan alam,

Nasihat para pakar lingkungan dan juga nasihat para

Nabi yang tertuang dalam kitab-kitab suci wajib

ditaati. Bila tidak maka suatu saat nanti kita

sendiripun akan terkena dampak negative rusaknya

lingkungan. Sebuah ayat yang indah dalam Zhong

Yong XVI, ayat 3, ada baiknya kita renungkan

bersama, Demikianlah Tian menjadikan segenap

wujud masing-masing dibantu sesuai dengan sifatnya.

Kepada yang bersemi dibantu tumbah, sementara

kepada yang condong dibantu roboh apakah kita akan

tetap meneruskan kebiasaan buruk kita selama ini

ataukah kita akan segera sadar berbenah diri dan

merawat alam semesta tempat kita bernaung

sepenuhnya merupakan pilihan kita sendiri. Semoga

kesadaran menapa dan menggugah hati nurani kita.

3 Apa arti manusia

dalam agama

Khonghucu?

Manusia dalam ajaran khongcu adalah cipta Tuhan

yang paling mulia diantara tiga makluk yang ada

didunia ini yang diberikan akal dan fikiran yang

sehat(watak sejati) dan mengikutin ajaran nabi yang

difirmankan Thian dan apa yang disabda kan Nabi

Zhong Yong XIV Jalan suci seorang Jun zi itu

seumpama pergi ketempat yang jauh, harus dimulia

dari yang dekat: seumpama mendaki ketempat tinggi

,harus dimulia dari bawah. Artinya dalam langka-

langka perjalan hidup ini, selalu ingan Tian telah

menjilmakan kita lewat ayah-bundah menjadi

manusia :difirmakan wajib mengamalkan delapan

kebajikan yaitu Bakti(XIAO), Renda hati (TI)

Setia(ZHONG), Dapat dipercaya(XIN) Susila(LI),

Menjunjung kebenaran(YI), Suci Hati(LIAN), Dan

Tahu Malu(CHI)

- Bakti ialah cinta hormat kepada orang tua,

semangkat dan kemampuan baik-baik

merawat dan melayani orang tua, rasa

Page 122: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

tanggung jawab terhadap lestarinya generasi

- Renda hati ialahrasa persaudaraan, mencintai

dan rukun dengan saudara, tidak sombong dan

mencinta perdamaian, tolong menolong

dengan sesama,saling mengharga sesame

manusia.

- Setia ialah semangkat menepati tugas,

kewajiban,kedudukan dan fungsi:setia sebagai

manusia,setia sebagai pembantu atau

rakyat,taat kepada disiplin, mencintai tanah

air,setia kepada pekerjaan dan sebagainya.

- Dapat dipercaya ialah kemampuan menegakan

Firman Tian maupun dalam hidup

bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara

dan berdunia ini,memegang teguh apa yang

dijanjikan dan dapat mengerjakan sebaik-

baiknya.

- Susila ialah ketaatan dan ketertiban mematuhi

tata susila,adat sopan santun,kewajiban

ibadah, peraturan,perundang-undangan dan

segala sesuatu yang menyakut tata kehidupan

manusia sehingga menciptakan suasana yang

tertib,rapi,indah.

- Menjunjung kebenaran ialah berpegangan dan

berpedoman kepada prinsip yang benar, berani

menegahkan keadilan, tidak gentar

menghadapi kesukaran, cobaan dan

ujian,mematuhi kewajiban, konsekwen

didalam jalan suci.

- Suci hati ialah membersihkan diri dari naluri-

naluri negative seperti iri-dengki, hanya

mementingankan diri sendiri,tidak menghargai

karya dan budi orang,dendam-

kesumat,kebencian yang tanpa dasar moral

dan berbagai cacat-cacat rendah budi yang

lain.

- Tahu malu ialah sadar akan harga diri ,sadar

akan harkat dan martabatnya sebagai manusia

berbudi makluk ciptaan Tian, menyadari

bahwa seluruh hidupnya wajib dipertanggung

jawabkan kepada Tian, maka tidak

merendahkan diri dengan melakukan perbuat

tercelah, tidak

bermoral,korup,menjilat,khianat,berdusta,licik

,dan sebagainya.

Page 123: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

4 Apakah terdapat

dalam ajaran agama

khonghucu untuk

menciptakan

masyarakat ideal?

Ada, Kita bisa melihat didalam ajaran besar bab

utama ayat 1s/d 4

Adapun jalan suci yang dibawakan ajaran besar ini,

ialah : mengemilangkan Kebajikan yang bercahaya,

mengasihi rakyat, dan berhenti pada puncak kebaikan.

Bila sudah diketahui tempat hentian, akan diperoleh

ketetapan tujuan; setelah diperoleh ketetapan,

baharulah dapat dirasakan ketenteraman ;setelah

tenteram, baharulah dapat dicapai kesentosaan

bahtin;setelah sentosa, baharulah dapat berpikir

benar,dan berfikir benar, baharulah orang dapat

berhasil.

Karena itu dari raja sampai rakyat jelata mempunyai

satu kewajiban yang sama, yang mengutamakan

pembinaan diri sebagai pokok.

Didalam masyarakat yang dicita-cita adalah kedamai,

ketenangan lahir bahtin,maka kita diwajihkan dalam

ajaran khong hucu untuk selalu membina diri sendiri

jangan sampai dalam kehidupan ada kekacauan itulah

manusia yang sempurna dalam ajaran khongcu.

5 Bagaimana untuk

mencapainya?

Didalam hidup kita harus mempunyai ada rasa cinta

kasih, kebenaran,susila,bijaksana dan akhirnya dapat

dipercaya dan harus kita jalankan dalam kehidupan

sehari-hari ditanamkan kepada sesama manusia. Agar

tidak ada peperangan antara golongan,suku, agama.

Bisa menghargai, menghormati kepada sesame

manusia. Bagaimana untuk mencapainya hidup

menempuh jalan suci kita lihat dalam sabda Nabi

Khongcu yang terdapat dalam sabda suci jilid VI ayat

yng ke 17. Nabi bersabda Siapa yang keluar rumah

tidak melalui pintu? Mengapa orang tidak mau hidup

menempuh jalan suci? Nabi khong member jawaban

tentang jalan yang menyelamatkan kehidupan

manusia itu dengan suatu perumpaman yang sangkat

sederhana. Setiap orang keluar masuk rumah itu

melalui pintu. Dalam arti pintu yang dilalui manusia

itu adalah pintu yang melambangankan jalan suci.

Namun manusia acap kali lupa kepada diri sendirinya

, tertutup hatinya sehingga menyimpang dari

bimbingan, jalan suci itu bahkan dilanggar dijauhi.

Oleh karena itu kalimat terakhit Nabi khongcu

bertanya, Mengapa umat manusia tidak mau

menempuh jalan suci itu?.

Gambaran kenyataan yang kita hadapi selama ini

selalu terjadi kekacauan, pengrusakan, dan

sabagainya karena umat manusia tidak mau

Page 124: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

menempuh jalan suci tadi.

Jalan suci yang dibimbingankan Tuhan mulia terlihat

jelas lagi, dengan wujud apa semuanya bergerak

hatinya untuk memberikan pertoloangan kepada

saudara-saudara kita yang kena musibah itu.

Didalam memberi pertolongan ini mereka benar-

benar sesuai dengan hati nurani, jadi kita member

pertolongan itu tidak lagi membedah-bedahkan

apakah rasnya ,apakah sukunya perbautan ini adalah

cinta kasih kepada sesame manusia.

6. Apakah ajaran-

ajaran humanisme

tersebut

terimplikasi

(keterlibatan) dan

terimplementasi

(penerapan) dalam

hubungan antar

umat khonghucu?

Kalo kita ini mengajarkan terutama bhakti, kepada

Tuhan, orang tua dan masyarakat, itu ajaran pokok

agama khonghucu. Karena klo kita sudah berbhakti

tidak ada nanti kekerasan-kekerasan anak membunuh

orang tua begitu pula sebaliknya. Berbhakti kepada

orang tua tidak berarti selalu nurut, hubungan anak

dengan orang tua itukan sebenarnya harmonis kan,

ada kisah nyata ada anak yang nurut sama orang

tuanya, pada suatu ketika orang tuanya pulang mabuk

marah2, minta dibukain pintu, pas dibukain pintu

anak itu ditonjok sama orang tuanya, krna dia nurut

pas ditonjok diem aja, nah nabi denger orang kaya

gitu, itu ga boleh jangan sebates nurut aja, kalo emang

orang tua mukul ya kita harus menghindar, jangan

sampe nanti misalnya orang tua mukul kita ternyata

kita meninggal ya orang tua dosa. Jangan bikin dosa

orang tua. Jadi seperti itu namanya bebakti sama

orang tua.

Selama ini umat khunghucu khusus di pondok cabe

ini, kita dengan masyarakat, anak muda dan orang

tuanya kita selalu damai tidak ada masalah. Belum

ada di pondok cabe ini ribut dari zaman dulu karena

kita ini saling menghargai saling menghormati antar

umat beragama.

Page 125: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

HASIL WAWANCARA

Bapak Wicandra, SE.

No Pertanyaan Jawaban

1 Sejak kapan

humanisme diajarkan

dalam agama

khonghucu?

Itu sudah ada muncul pada zaman Nabi Fuzi, kalo

di Islam Nabi Adam. Dia yang memulai peradaban

agama Khonghucu seperti memasak, menciptakan

alat-alat, yang nanti dipergunakan untuk manusia

termasuk bagaimana dia mengajarkan orang-orang

pada zaman itu untuk rajin beribadah

bersembahyang dan lain sebagainya. Jadi itu sudah

dimulai 25 abad sebelum kelahiran nabi. Pada

waktu itu bukan agama Khonghucu tapi bahasa

internasionalnya disebut Ru Jiao. Nabi Khongcu

yang menyempurnakan dari pada nabi-nabi

sebelumnya bukan diselewengkan.

2 Bagaimana

perkembangan

humanisme saat ini?

Untuk penekanan humanisme dalam agama

Khonghucu tetap stabil cuma tinggal

pengembangan umat itu sendiri dalam kehidupan.

Penekanan dalam humanisme itu kembali kepada

cinta kasih. Di Khongucu untuk berpakaian tertutup

terutama untuk beribadah. Pergeseran sih nggak

gitu ya, cuma memang karena dari pada individu

itu sendiri yang mengikuti zaman. Bahkan ada

ajaran jika tidak susila jangan dilihat.

3 Apa arti manusia

dalam agama

Khonghucu?

Manusia itu sosok yang sengaja diturunkan ke

dunia ini untuk mengembangkan dari pada benih

keturunan berikutnya, jadi manusia itu makhluk

yang terpilih untuk hidup untuk mengikuti dari

pada firman Tuhan. Setelah manusia diciptakan

Tuhan memberikan watak sejati, dalam kehidupan

selanjutnya dalam bersosial dalam bermasyarakat ia

memiliki karakter yang nanti akan timbul dua sifat

baik dan buruk yang disebut dengan Yin Yang.

Selama ini yang saya baca dari kitab saya, jadi

manusia itu apa tidak dijelaskan. Sebetulnya hewan

juga punya (sing) tapi hanya cinta kasih saja.

4 Apa arti manusia

sempurna dalam

agama khonghucu?

Manusia sempurna itu susah bahkan Nabi saja tidak

sempurna walaupun dia dekat sekal (dengan

Tuhan) tapi yang dikatan sepurna adalah manusia

yang mampu menetapi firman Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari.

5 Bagaimana cara Dengan menjalankan ajaran agama. Manusia

Page 126: KONSEP HUMANISME AGAMA KHONGHUCU DALAM

mencapai manusia

sempurna?

sempurna ada tingkatannya. Yang pertama adalah

orang baik. Orang yang keinginan2nya memang

layak. Orang yang masih baru keinginan saja, niat.

Yang kedua, orang yang dipercaya, yakni orang

yang benar-benar memiliki kebaikan. Ketiga sifat

yang indah, orang yang melaksanakan kebaikan.

Keempat, sifat yang besar jadi sudah benar-benar

terkonsep dalam prilaku sehari-hari. Kelima, yang

menjadi nabi, yang benar-benar dapat membawa

pengaruh/ perubahan bagi manusia.

6 Apakah terdapat

dalam ajaran agama

khonghucu untuk

menciptakan

masyarakat ideal?

Ada. Bagaimana manusia bisa memberikan

keseimbangan jasmani dan rohani. Jadi di sini

jangan sampai keidealan kita ini naik turun.

7 Lantas apa yang

dimaksud masyarakat

ideal itu?

Masyarakat yang didalamnya bisa saling mengisi

satu sama lainnya, yang mengedepankan cinta

kasih.

8 bagaimana cara

mencapai masyarakat

ideal?

Yang pertama adalah tepasalira di dalam kehidupan

sehari-hari. Yang kedua tidak memiliki keegoisan,

harus memiliki rendah hati. Dalam pergaulan

dengan yang bagaimana, ada sahabat yang

membawa faedah (jujur, yang lurus dan memiliki

pengetahuan luas) dan yang membawa celaka

(licik, lemah dalam hal-hal yang baik dan pandai

berbohong). Jadi jangan bergaul dengan orang yang

akan merusak diri kita.

8 Apakah ajaran-ajaran

humanisme tersebut

terimplikasi dan

terimplementasi

dalam hubungan antar

umat khonghucu?

Iya sudah.

Kita yang paling pertama yang paling deket itu

untuk umat agama sendiri itu kegiatan-kegiatan

sosial perayaan-perayaan itu bentuk humanisme

secara intern. Kemudian kita mulai keluar seperti

mengucapkan hari raya membesuk rumah sakit,

membantu mereka yang kena mushibah.