bab ii landasan teori (eva) kinerja dan prestasi manajemen
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Economic Value Added (EVA)
2.1.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Kinerja dan prestasi manajemen yang diukur dengan rasio-
rasio keuangan memiliki keterbatasan karena rasio keuangan yang
dihasilkan sangat bergantung pada metode atau perlakuan
akuntansi yang digunakan. Adanya Economic Value Added
(EVA) menjadi relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan
nilai (value) karena EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis
yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau
strategi manajemen.
Economic Value Added merupakan konsep yang mengukur
nilai tambah atau value creation yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi bersih setelah
pajak yang diperoleh perusahaan selama peri ode tertentu dengan
beban biaya modal yang timbul sebagai akibat dari investasi yang
dilakukan (Mirza dan Imbuh, 1999: 38).
2.1.2 Pengukuran Economic Value Added (EVA)
EVA adalah suatu pengukuran dengan memperhitungkan
secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan
penciptaan nilai (value). EVA adalah sisa laba setelah semua
6
penyedia modal diberikan kompensasi sesuai dengan return yang
dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dibebankan. Yang dimaksud dengan
laba adalah net operating profit after tax (NOPAT) yaitu laba
bersih ditambah bunga setelah pajak, sedangkan biaya kapital
adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas yang digunakan
untuk menghasilkan NOP AT tersebut dan dihitung secara rata-
rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Pengukuran Economic Value Added diformulasikan sebagai
berikut:
EVA = Operating Profit after Tax - Cost of Capital
dimana
Cost ofCapitaH Total Capital Supplied x WACC
Sumber : Mirza dan I in bull, 1999, halaman 37
Nilai Economic Value Added diperoleh dengan cara
mengurangi laba operasi setelah pajak yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu dengan biaya modal. Sedangkan biaya
modal suatu perusahaan diperoleh dari hasil perkalian antara
jumlah modal dengan biaya rata-rata tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital).
EVA > 0 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang
dihasilkan melebihi tingkat biaya modal atau biaya yang diminta
investor atas investasi yang dilakukannya. Keadaan ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi
pemilik modal karena telah memaksimumkan nilai perusahaan.
Jika EVA = 0, artinya bahwa secara ekonomis, terjadi 'impas'
karena semua laba telah digunakan untuk membayar kewajiban
perusahaan kepada penyandang dana, baik kreditur maupun
pemegang saham. Jika EVA < 0, maka hal ini menandakan bahwa
nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat pengembalian
yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang
diharapkan investor.
Economic Value Added yang berhasil diciptakan oleh
perusahaan adalah faktor yang paling relevan dalam pembentukan
nilai perusahaan. Karena itu, selain menilai kinerja perusahaan
dengan menggunakan alat analisis rasio, maka penggunaan
konsep Economic Value Added merupakan salah satu terobosan
baru dalam mengukur seberapa baik performance suatu
perusahaan.
Biaya Modal {Cost of Capital)
2.2.1 Pengertian Biaya Modal (Cost of Capital)
Konsep yang paling penting dalam pembelanjaan
perusahaan adalah konsep biaya modal. Konsep ini dimaksudkan
8
untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil hams
ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu
sumber.
Biaya modal menjadi sangat penting dalam keuangan
perusahaan disebabkan karena:
1. Biaya modal akan menentukan bahwa penawaran dana kepada
perusahaan hanya menarik apabila pinjaman itu mempunyai
biaya yang lebih kecil dari keuntungan.
2. Dengan mengetahui biaya modal, akan dapat diketahui
bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal yang optimal.
Bambang Riyanto (1982 : 191) menjelaskan bahwa konsep
biaya modal adalah perhitungan untuk menentukan besarnya biaya
riil dari penggunaan modal dari berbagai sumber dana untuk
kemudian menentukan biaya modal rata-rata dari keseluruhan yang
digunakan perusahaan.
Mayoritas orang masih berpendapat bahwa penggunaan
utang adalah sebesar tingkat bunga yang ditetapkan dalam kontrak.
Hal tersebut mungkin benar apabila dilihat dari jumlah uang yang
diterima sama besar dengan jumlah nominal utangnya. Tetapi
kenyataannya, jumlah uang yang diterima lebih kecil dari jumlah
nominal utangnya. Hal ini menandakan bahwa biaya penggunaan
utang yang ditanggung oleh penerima kredit lebih besar daripada
tingkat bunga menurut kontrak.
9
Begitu juga apabila perusahaan memenuhi kebutuhan
dananya dengan mengeluarkan saham istimewa. Biaya penggunaan
modal dari saham istimewa akan lebih besar daripada tingkat
dividen yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari laba
ditahan, harus disadari bahwa ada biayanya juga, yaitu sebesar
tingkat pendapatan investasi (rate of return) yang diharapkan akan
diterima investor kalau mereka menginvestasikan dananya sendiri.
Jadi, biaya dari penggunaan modal yang dimaksud diatas
adalah biaya yang bersifat eksplisit. Biaya penggunaan modal yang
eksplisit dari suatu sumber dana adalah sama dengan discount rate
yang dapat menjadikan nilai sekarang (present value) dari dana
bersih yang diterima perusahaan dari suatu sumber dana sama
dengan nilai sekarang dari semua sumber dana yang harus
dibayarkan. Sedangkan perhitungan biaya penggunaan modal dapat
didasarkan pada perhitungan sebelum pajak (before tax) atau
perhitungan setelah pajak (after tax). Umumnya, yang lebih sering
digunakan adalah perhitungan setelah pajak.
Dalam perusahaan, biaya modal rata-rata (average cost of
capital) biasanya dipergunakan sebagai ukuran untuk menentukan
diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi, yaitu dengan cara
membandingkan rate of return dari suatu usulan investasi dengan
biaya modalnya. Karena rate of return ditentukan dengan
10
menggunakan perhitungan setelah pajak, maka biaya modalnya juga
harus menggunakan perhitungan setelah pajak.
Struktur modal perusahaan dapat dianalisa dengan
menggunakan konsep Cost of Capital, dimana konsep ini
menggambarkan tingkat pengembalian yang diperlukan perusahaan
dalam usahanya mempertahankan nilai pasar perusahaan.
Cost of Capital merupakan tingkat pengembalian minimum
yang diharapkan oleh pemegang saham (owner) perusahaan dalam
investasinya. Cost of Capita! sangat dipengaruhi oleh hubungan
antara risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return). Semakin
besar risiko yang ditanggung investor, semakin tinggi pula tingkat
pengembalian yang dikehendaki (Linawati, 1999: 37).
Macam-macam Biaya Modal
Adapun, macam-macam biaya modal adalah sebagai
berikut:
A. Biaya Saham (Cost of Equity)
Biaya Modal Saham merupakan bagian dari biaya modal
(Cost of Capital). Biaya Modal Saham (Cost of Equity)
adalah tingkat pengembalian yang diharapkan investor
karena adanya ketidakpastian tingkat laba atau biaya yang
timbul sebagai akibat adanya tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor karena telah menyetorkan
sebagian dananya pada perusahaan.
11
Perhitungan biaya modal didasarkan atas data di
pasar modal dengan menggunakan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). CAPM menyatakan hubungan antara
risiko dan tingkat keuntungan investasi bersifat positif dan
linier. Karena itu, metode ini menegaskan bahwa tingkat
pengembalian atas saham biasa yang diinginkan investor
adalah sama dengan tingkat suku bunga bebas risiko, yang
umumnya merupakan suku bunga obligasi pemerintah atau
surat utang pemerintah, ditambah dengan premi risiko.
Premi risiko ini adalah premi risiko pasar (hasil
pengembalian pasar dikurangi tingkat bunga bebas risiko)
dikalikan dengan beta yang dapat diberlakukan untuk
perusahaan tersebut. Beta merupakan ukuran risiko
sistematis suatu perusahaan yang digunakan pada
pendekatan market model yang berasumsi bahwa tingkat
keuntungan (return) saham tertentu mempunyai hubungan
dengan indeks tunggal saham yang disebut sebagai tingkat
keuntungan pasar (yang ditunjukkan oleh rata-rata return
individual bulanan)
Secara matematis, komponen-komponen yang
diperlukan dalam perhitungan Capital Asset Pricing Model
(CAPM) dinyatakan dalam formula berikut (Van Home,
1989 :227):
12
k,=Rf + {Rm-RfW
dengan
A' (IHSG^ -IHSG0)
IHSG0
o _(K-RJ-(*,-XJ)
R,= (P1-P0)+D.
p0
Dimana:
Rf = tingkat suku bunga investasi yang bebas risiko
Rn, = tingkat suku bunga investasi dari keseluruhan pasar
Pi = faktor risiko sistematis yang berlaku spesiflk untuk perusahaan
IHSGi - indeks harga saham gabungan bulan ini
IHSGo = indeks harga saham gabungan bulan lalu
Rm = tingkat bunga investasi rata-rata
P! = harga saham bulan ini
Po = harga saham bulan lalu
Di = dividen
13
Biaya Utang (Cost of Debt)
Biaya Utang adalah tingkat pengembalian yang
dikehendaki karena adanya risiko kredit (Credit Risk), yaitu
risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran
bunga dan pokok utang (Linawati, 1999:36). Dengan kata
lain, biaya utang adalah tarif yang dibayar perusahaan
untuk memperoleh tambahan utang baru jangka panjang di
pasar sekarang. Menurut Rousana (1997:18) Stewart
mendefinisikan Cost of Debt sebagai rate yang harus
dibayar perusahaan di dalam pasar sekarang untuk
mendapatkan hutang jangka panjang yang baru.
Biaya utang diukur berdasarkan tingkat bunga, atau
hasil yang dibayarkan kepada kreditur. Biaya modal utang
dapat dihitung dengan membagi beban bunga yang
dikeluarkan sebagai akibat adanya hutang jangka panjang
perusahaan dan dari hasil ini nantinya dikalikan dengan
hasil pengurangan pajak perusahaan.
Secara matematik biaya utang (Cost of Debt) diukur
berdasarkan tingkat bunga atau hasil yang dibayarkan
kepada kreditur dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
(Agus dan Kusdhianto, 1999:129)
Kd =K, (1 -T)
14
K,
T
Cost of Debt (Biaya Modal Hutang)
Beban bunga dibagi dengan hutang
Tarif pajak perusahaan.
C. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang ( Weighted Average
Cost of Capital)
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted
Average Cost of Capital) adalah tingkat total biaya modal
yang dihitung dengan cara rata-rata tertimbang dari biaya
modal secara individual sesuai dengan sumber dan struktur
modal di neraca (Van Home, 1989: 206).
WACC = Wd . Kd + We. Ke
Dimana:
Wd
We
Kd
Ke
= proporsi hutang yang digunakan
= proporsi modal yang digunakan
= biaya hutang (cost of debt) setelah pajak
= biaya ekuitas (cost of equity)
2.3 Market Value Added (MVA)
2.3.1 Pengertian Market Value Added
Market Value Added adalah economic value added yang
dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan
yang di-present value-kan (Mirza dan Imbuh, 1999:37).
15
Konsep Market Value Added berkaitan erat dengan
Economic Value Added. Secara teoritis, pengukuran Market Value
Added memerlukan adanya nilai perusahaan dengan total kapital.
Market Value Added diperoleh dari selisih antara nilai perusahaan
dengan nilai kapital.
Market Value Added sebagai Net Present Value (NPV)
Perusahan
Dalam pengambilan keputusan tentang alokasi penggunaan
kapital (investasi) dikenal konsep tentang nilai bersih (net preset
value) dari arus kas yang dihasilkan oleh penggunaan kapital
(investasi) tersebut sebagai ukuran keberhasilan. Suatu proyek
investasi akan diterima atau disetujui, bila nilai kini arus kas lebih
besar dari biaya investasi, dalam hal demikian NPV adalah positif,
yang berarti kesejahteraan investor bertambah.
MVA yang positif atau negatif bagi perusahaan publik
adalah perkiraan dari pasar modal tentang NPV dari proyek-proyek
investasi perusahaan, baik yang telah terjadi (all ready in place)
maupun yang diantisipasi investasi akan terjadi di masa datang.
Dengan demikian MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja
perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah
dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan. MVA
mencerminkan berapa sukses suatu perusahaan telah
menginvestasikan kapital di masa lalu dan berapa sukses jadinya
16
investasi baru di masa datang. Kalkulasi MVA diambil dari nilai
kotor perusahaan (firm gross market value) yang mencerminkan
harapan atau antisipasi nilai kini dari arus kas mendatang yang
dihasilkan perusahaan, dikurangi dengan nilai kapital (investasi)
yang ditanamkan sampai saat itu. Sisa dari pengurangan tersebut
adalah NPV perusahaan, yang tidak lain adalah MVA.
Dengan demikian
MVA = Nilai perusahaan - Nilai Kapital
= Nilai Periode Kekal (Perpetuity value ) dari EVA
= Nilai kini dari total proyeksi EVA
= NPV Perusahaan
MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga
saham dan nilai buku per lembar saham dengan jumlah saham yang
dikeluarkan. Nilai buku per lembar saham didapat dari membagi
keuntungan per lembar saham atau earning per share (EPS)
dengan tingkat pengembalian atas modal sendiri atau return on
equity (ROE).
Suatu perusahaan yang menghasilkan return lebih dari
biaya kapitalnya menunjukkan EVA yang positif dan akan
mendapatkan Net Present Value ( NPV ) yang positif serta
akan memiliki nilai pasar yang tinggi (premium stock market
value).
17
2.3.3 Market Value Added sebagai Ukuran Penciptaan Kekayaan
Publik
Selisih antara nilai perusahaan dengan nilai kapital disebut
dengan Market Value Added atau MVA. Karena dalam nilai
perusahaan dan nilai kapital terdapat komponen utang yamg sama,
maka MVA juga adalah selisih antara nilai pasar ekuitas {market
value of equity) dengan "economic book value of equity" {$>a\f[j\ M.
Ruky, 1997:3)
MVA = Total firm's value-Total Capital MVA = Market value of Equity - Economic Book Value of
Equity
Berdasarkan formula diatas, maka kekayaan atau
kesejahteraan pemilik (shareholders) akan bertambah atau
maksimal bila MVA juga bertambah atau maksimal.
2.3.4 Nilai Perusahaan dan Market Value Added
Berdasarkan pandangan keuangan, nilai perusahaan adalah
nilai kini {Present Value) dari pendapatan mendatang {future Free
Cash Flow) yang dihasilkan oleh perusahaan. Mengingat bahwa
Free Cash Flow adalah arus kas bersih untuk penyedia kapital,
maka nilai kini dari pendapatan perusahaan tersebut juga
mencerminkan nilai dari ekuitas ditambah dengan utang. Nilai
perusahaan mungkin berbeda dengan nilai buku kapital dalam
neraca. Perbedaan (positif atau negatif) mencerminkan kemampuan
18
kapital dalam menghasilkan pendapatan di masa mendatang.
Perbedaan yang positif berarti terdapat atau diperoleh suatu
premium atau nilai tambah bagi ekuitas karena kemampuan kapital
dalam menghasilkan pendapatan cukup bagus, sebaliknya
perbedaan yang negatif artinya tidak terdapat atau diperoleh suatu
premium atau nilai tambah bagi ekuitas karena kemampuan kapital
dalam menghasilkan pendapatan tidak cukup bagus. (Saiful M.
Ruky, 1997:3).
Pengertian nilai perusahaan dalam EVA, tidak berbeda
dengan pengertian diatas. Berdasarkan konsep EVA, nilai pasar
bagi perusahaan (publik) adalah total kapitalisasi nilai saham pada
pasar modal {market value of equity) ditambah dengan nilai utang
{interest bearing debt and leases) yang terdapat dalam neraca.
Sedangkan untuk perusahaan tertutup nilai perusahaan diperoleh
berdasarkan proses penilaian dimana nilai perusahaan adalah nilai
kini dari proyeksi EVA (di masa datang) ditambah dengan nilai
kapital.
Dalam konsep EVA, nilai kapital terdiri atas ekuitas (nilai
buku ekuitas dan cadangan) ditambah utang berbunga {interest
bearing debt) yang diambil dari pasiva neraca pada awal tahun
(tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang; accrued
expenses). Terhadap nilai kapital tersebut, sebelumnya dilakukan
penyesuaian dengan menambahkan ekuivalen ekuitas sehingga
diperoleh economic book value (EBV) of equity. Yang dianggap
19
sebagai equivalen ekuitas adalah terutama biaya R & D ,
akumulasi amortisasi goodwill, cadangan piutang ragu-ragu, LIFO
reserve dan pajak terutang.
Struktur Modal
2.4.1 Pengertian Struktur Modal
Weston dan Brigham (1993:623) berpendapat bahwa
keputusan tentang stmktur modal dipengaruhi oleh empat faktor
utama yaitu business risk, tax position, finansial fexibility, and
managerial conservatism or aggressiveness.
Faktor pertama adalah business risk, atau resiko yang akan
diterima dalam mengoperasikan suatu perusahaan jika perusahaan
tersebut tidak menggunakan utang. Semakin besar business risk
suatu perusahaan, rasio utang yang optimal akan semakin rendah.
"Business risk is the risk associated with projections of a
firm's fututre returns on assets (ROA), or returns on equity
(ROE) if the firm uses no debt. " (Weston and Brigham, 1993:624)
Business risk didefinisikan sebagai ketidakpastian yang
melekat dalam memproyeksikan masa depan dari ROA atau ROE
jika perusahaan tidak menggunakan utang, dan hal ini merupakan
faktor utama yang menentukan struktur modal. ROE dapat
berfluktuasi disebabkan oleh banyak faktor, seperti kondisi
ekonomi nasional yang sedang booms dan resesi, kesuksesan
produk baru, pemogokan tenaga kerja, dan lain sebagainya.
20
Faktor kedua adalah tax position. Alasan utama suatu
perusahaan menggunakan utang adalah karena beban bunga
pinjaman {interest) dapat dikurangkan pada pendapatan sehingga
pendapatan kena pajak menjadi lebih kecil. Maka dari itu, semakin
besar beban bunga pinjaman (interest), semakin rendah pajak
penghasilan yang dikenakan pada perusahaan.
Setiap perusahaan mengharapkan agar pajak yang
dikenakan pada perusahaannya dapat lebih kecil. Usaha yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk memperkecil pajak yang
dikenakan pada perusahaannya adalah dengan memperbesar nilai
utang jangka panjang yang merupakan bagian dari struktur modal
perusahaan. Jadi tax position dapat dikatakan mempengaruhi
struktur modal perusahaan.
Faktor yang ketiga adalah finansial fexibility atau
kemampuan untuk menambah modal pada suatu kondisi ekonomi
dimana modal sulit didapatkan. Bendaharawan perusahaan
mengetahui bahwa ketersediaan modal yang stabil diperlukan
untuk kestabilan operasional perusahaan, yang mana merupakan
hal yang vital bagi kesuksesan jangka panjang. Mereka juga
mengetahui bahwa pada saat kondisi ekonomi sedang menghadapai
uang ketat, atau ketika sebuah perusahhaan yang sedang
mengalami kesulitan pengoperasian, penyedia dana lebih suka
menanamkan dananya pada perusahaan yang sulit. Maka dari itu,
keduanya baik kebutuhan masa depan yang potensial akan dana
21
dan konsekuensi dari kekurangan dana mempunyai pengaruh yang
besar pada struktu mmodal. Semakin besar kemungkinan
kebutuhan masa depan akan modal, dan semakin buruk
konsekuensi kekurangan modal, maka perusahaan harus semakin
solid.
Faktor yang keempat adalah managerial conservatism or
agggresiweness. Beberapa manajer lebih agresif dari pada yang
lainnya. Oleh karena itu beberapa perusahaan lebih cenderung
menggunakan utang dalam usaha menaikkan profit.
Manajer yang konservatif lebih menyukai modal sendiri,
artinya rasio modal perusahaan lebih besar daripada rasio modal
jangka panjang perusahaan, sedangkan manajer yang agresif lebih
memilih utang yang akan mengakibatkan rasio hutang lebih besar
daripada rasio modal sendirinya.
Komposisi Struktur Modal
Weston dan Brigham (1993:622) mengemukakan bahwa
suatu perusahaan harus menentukan target capital structure yang
didefinisikan sebagai berikut : "The mix of debt, prefererred stock
and common equity with which the firm plans to finance its
invesments."
Target struktur modal tersebut dapat berubah setiap waktu
tergantung dari kondisi yang ada, tetapi pada suatu saat tertentu
manajemen dari suatu perusahaan harus memiliki suatu struktur
22
modal yang spesifik, dan keputusan keuangan yang akan diambil
harus sesuai dengan target tersebut.
Economic Value Added, Market Value Added, dan Struktur Modal
2.5.1 Economic Value Added dan Market Value Added
Aset perusahaan terdiri atas dua komponen, yaitu aset fisik
{asset in place) dan nilai sekarang bersih peluang investasi saat ini
dan masa yang akan datang. Nilai total perusahaan merupakan
jumlah dari kedua komponen tersebut. Nilai perusahaan juga dapat
ditentukan dengan cara menjumlahkan total modal yang
diinvestasikan dengan nilai sekarang Economic Value Added yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena Economic Value Added
adalah residu atau surplus pendapatan, yang tersisa setelah
mengurangkan total (rupiah) biaya modal dari aliran kas {cash
flow) perusahaan yang diharapkan di masa datang. Nilai sekarang
Economic Value Added yang diharapkan {expected EVA) ini
disebut juga dengan Market Value Added (MVA), yang merupakan
nilai pasar utang dan modal perusahaan dikurangi total kapital yang
digunakan untuk mendukung nilai tambah tersebut.
Nilai kini dari total proyeksi Economic Value Added suatu
perusahaan akan mengindikasikan nilai Market Value Added.
Dengan demikian, Economic Value Added dianggap sebagai kunci
bagi setiap usaha untuk maksimalisasi Market Value Added dan
23
merupakan alat ukur terbaik dalam menilai sukses tidaknya suatu
perusahaan.
Market Value Added dan Struktur Modal
Dalam perusahaan yang menerapkan konsep Economic
Value Added, perusahaan didorong untuk memaksimumkan tingkat
pengembalian {rate of return), yang berarti meminimumkan biaya
modal perusahaan. Dalam usaha untuk meminimumkan biaya
modal, perusahaan harus menentukan struktur modal yang
sekiranya akan menghasilkan biaya modal yang minimal.
Perusahaan harus berhati-hati bukan saja dalam hal menentukan
kebijaksanaan struktur modal, tetapi sumber modal yang akan
digunakan sehingga biaya modal yang terjadi dapat
diminimalisir.
Market Value Added mencerminkan seberapa besar
nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi dan memperbesar
nilai kapital yang digunakan oleh perusahaan. Nilai Market
Value Added dipengaruhi oleh nilai kapital suatu perusahaan.
Sedangkan kapital perusahaan dipengaruhi oleh struktur
modal perusahaan, yang sangat tergantung pada kebijakan
manajemen perusahaan. Komposisi struktur modal yang
ditenrukan oleh manajemen perusahaan terkait dengan
penentuan modal sendiri dan utang mempengaruhi Market
Value Added.
24
2.5.3 Economic Value Added, Market Value Added dan Struktur
Modal
Di dalam hal struktur modal perusahaan umumnya
menggunakan pedoman perhitungan Net Present Value (NPV)
untuk menerima atau menolak suatu project atau peluang baru.
Pedoman ini dinilai sangat efektif dan relatif sederhana karena
analisis NPV adalah mengeluarkan investasi awal dari jumlah nilai
sekarang arus kas yang ditimbulkan akibat pelaksanaan project
baru. Digunakannya nilai sekarang atau present value karena
adanya prinsip keuangan time value of money . Faktor diskonto
arus kas dalam perhitungan NPV menggunakan biaya modal
tertimbang rata-rata {weighted average cost of capital), sama
dengan perhitungan Economic Value Added. Berdasarkan analisa
NPV, sebuah perusahaan akan menerima project dengan NPV
postif dan menolak project dengan NPV negatif. Project dengan
net present value positif berarti nilai sekarang dari arus kas yang
dihasilkan project tersebut lebih besar daripada nilai investasi
awalnya, deemikian sebaliknya dengan NPV negatif. Perusahaan
dapat memperoleh keuntungan atau menambah nilai dengan
adanya investasi di project-project yang menghasilkan positif
NPV.
Konsep Economic Value Added (EVA) dalam hal investasi
mempunyai prinsip yang sama dengan konsep Net Present Value
(NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari jumlah nilai
25
sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap project, dimana
biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai suatu project
dikurangkan dari perhitungan awal EVA. Sehingga pedoman untuk
capital budgeting adalah menerima project atau peluang
investasi yang menghasilkan positif discounted EVA dan menolak
project yang menghasilkan negatif discounted EVA. Project
dengan positif discounted EVA akan menambah nilai, demikian
sebaliknya project dengan negatif discounted akan mengurangi
nilai sebuah perusahaan.
26
2.6 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan
i r
^ w
Struktur Modal
f
Economic Value Adde i (EVA)
Maximalisasi Nilai Perusahaan
^ w ^ ^
—• Pemegang
Saham
i r
Market Value Added (MVA)
2.7 Hipotesa
Hipotesa yang ingin diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini
diformulasikan dengan Hipotesa Nol (Ho) dan Hipotesa Alternatif (HI). Hipotesa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesa 1
Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Economic Value Added
dengan Market Value Added.
Hipotesa 2
Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara Economic Value Added
dengan struktur modal perusahaan.