eva erlyza

65
KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KAPSUL VITAMIN A DI BPS Ny. FITA LAZUARDI, Amd. Keb DESA BANJARSARI KECAMATAN BUDURAN - SIDOARJO Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan Oleh : EVA ERLYZA (0302.17)

Upload: m-syaiful-islam

Post on 17-Dec-2015

237 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

frhgsrths

TRANSCRIPT

DAFTAR LAMPIRAN

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG KAPSUL VITAMIN A DI BPS Ny. FITA LAZUARDI, Amd. Keb DESA BANJARSARI KECAMATAN BUDURAN - SIDOARJO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan

Oleh :

EVA ERLYZA

(0302.17)

AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2006

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kapsul Vitamin A di Wilayah Kerja Bidan Praktek Swasta (BPS). Ny. Fita Lazuardi Sidoarjo.

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini dijabarkan bagaimana tingkat pengetahuan Ibu Balita tentang kapsul vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi Sidoarjo. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu tingkat pengetahuan Ibu Balita tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu cukup baik dan pada tingkat paham kurang baik.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada Ibu Yuniar Angelia P, S.SiT, selaku Pembimbing I dan Bapak drg. Gatot Sadono, M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, koreksi, dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat:

1. Ibu Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi kebidanan Widyagama Husada - Malang.

2. Bidan Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb, sebagai tempat penelitian dalam penelitian ini

3.Ibu Sulistiyah, S.SiT, selaku penguji 1 dalam Karya Tulis Ilmiah ini

4.Para Dosen Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang beserta staf, yang membantu penulis selama melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama Husada - Malang.

5. Kedua orang tuaku tercinta dan Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada - Malang dan semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkannya.

Malang, September 2006

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

i HALAMAN PERSETUJUAN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iiiKATA PENGANTAR

ivABSTRACT

v

ABSTRAK

vi

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

BAB 1 PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

3

1.3 Tujuan Penelitian

3

1.4 Manfaat Penelitian

4

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

5

2.1 Konsep Pengetahuan

5

2.1.1 Pengertian

5

2.1.2 Proses adopsi dan perilaku

5

2.1.3 Tingkat pengetahuan

6

2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan

7

2.1.5 Cara mengukur tingkat pengetahuan

8

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

9

2.2 Konsep Vitamin A

11

2.2.1 Pengertian

11

2.2.2 Sasaran

11

2.2.3 Dosis vitamin A

12

2.2.4 Periode pemberian

13

2.2.5 Manfaat

14

2.2.6 Akibat kekurangan vitamin A

15

2.2.7 Upaya pencegahan

15

2.2.8 Sumber vitamin A

15

2.2.9 Tanda dan gejala kurang vitamin A

16

2.2.10 Hipervitaminosis vitamin A

17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

19

3.1 Kerangka Konsep

20

3.2 Desain Penelitian

20

3.3 Populasi, Sampling dan Sampel

21

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

21

3.5 Variabel Penelitian

22

3.6 Definisi Konsep

22

3.7 Definisi Operasional

23

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

23

3.9 Teknik Pengumpulan Data

23

3.10. Teknik Pengolahan atau Analisa Data

24

3.11 Etika Penelitian

26

3.12 Jadwal Penelitian

27

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................28

4.1 Hasil penelitian..................................................................

28

4.1.1 Gambaran umum BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd.Keb

28

4.1.2 Gambaran umum responden

28

4.1.2.1 Data umum

29

4.1.2.2 Data khusus

30

4.2 Pembahasan

31

BAB 5 PENUTUP

36

5.1 Kesimpulan

36

5.2 Saran

36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul Tabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Balita Di BPS Ny. Fita Lazuardi

Sidoarjo Tahun 2006

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat pendidikan Ibu Balita

Di BPS Ny. Fita Lazuardi Sidoarjo Tahun 2006

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan Ibu Balita

Di BPS Ny. Fita Lazuardi Sidoarjo Tahun 2006

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang

Kapsul Vitamin A pada Tingkat Tahu

Tabel 4.5 Distibusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang

Kapsul Vitamin A pada Tingkat Paham

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul Gambar

Bagan 3.1Kerangka Konsep Penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul Lampiran

1. Surat Ijin Pengambilan Data Awal

2. Surat Ijin Penelitian

3. Permohonan Kesediaan Menjadi Responden

4. Formulir Persetujuan Menjadi Responden

5. Data Uji Validitas Instrument

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

7. Kisi-kisi Kuesioner

8. Kunci Jawaban Kuesioner

9. Kuesioner Penelitian

10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

11. Master Sheet Tabulasi Data Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kapsul Vitamin A

12. Master Sheet Tabulasi Data Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kapsul Vitamin A Pada Tingkat Tahu

13. Master Sheet Tabulasi Data Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kapsul Vitamin A Pada Tingkat Paham

14. Jadwal Penelitian

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekurangan vitamin A merupakan salah satu dari masalah yang paling penting yang menimpa anak-anak Indonesia (Helien Keller Worldwide). Sekitar 10 juta balita di Indonesia berisiko kekurangan vitamin A (KVA) dari jumlah target 20 juta balita. (Ariyanti, 2005).

Berdasarkan kajian berbagai studi ditemukan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting agar proses-proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan fungsi imunologis dan pertumbuhan badan. Bukan hanya itu, vitamin A juga membantu mencegah pertumbuhan sel-sel kanker.

Di kalangan anak balita, akibat KVA akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas, anak mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, Pnemonia dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak serius dari KVA adalah kebutaan. Perbaikan status vitamin A pada anak-anak yang KVA disertai pengobatan dengan pemberian kapsul vitamin A dapat mengurangi tingkat kegawatan dari penyakit-penyakit infeksi dan morbiditas dimasa anak-anak, sehingga dapat meningkatkan kesempatan bagi kelangsungan hidup mereka.(Sulung Prasetyo, 2004).

Dalam menanggulangi KVA di Indonesia (khususnya pada balita 6-59 bulan). Departemen kesehatan RI bekerjasama dengan Hellen Keller Indonesia (HKI). Strategi penanggulangan hingga saat ini dilaksanakan melalui pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita. (Hellen Keller Worldwide). Program ini dilaksanakan setiap bulan Februari dan Agustus melalui Posyandu. Vitamin A yang diberikan ada dua jenis. Kapsul biru dan kapsul merah. Kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan, kapsul merah untuk balita usia 12-59 bulan Ariyanti,( 2005).

Adapun usaha-usaha yang sudah dilakukan untuk menyebarluaskan program ini adalah melalui media elektronik, seperti iklan ditelevisi dan radio. Selain itu juga melalui selebaran, poster, stiker dan peristiwa-peristiwa khusus seperti Hari Anak Nasional (2001 atau 2003) serta roadshow ibu, bayi dan balita (2003) Ariyanti,( 2005).

Namun berdasarkan hasil cakupan vitamin A pada tahun 2002 yang terintegrasi dengan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio yaitu hasil pencapaian bulan Agustus 2002 menjadi sebesar 83,6% pada bayi dan 75,1% pada balita. Namun cakupan tersebut menurun kembali pada bulan Februari dan Agustus 2003 menjadi sebesar 56,63% pada Bayi dan 71,53 pada Balita. Sehingga untuk tahun 2004 perlu ditingkatkan lagi dengan upaya konseling, informasi, dan edukasi (KIE) yang terintegrasi dengan lintas sektor dan lintas program serta pemanfaatan sumber media. Sulung( Prasetyo, 2004).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 16 Januari-26 Februari 2006 dengan cara wawancara terhadap 30 ibu balita yang berkunjung di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran - Sidoarjo didapatkan bahwa 24 orang (80%) dari ibu-ibu balita yang sekaligus sebagai responden belum mengetahui tentang kapan bayi dan balitanya mendapatkan kapsul vitamin A.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran - Sidoarjo. Dengan harapan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pemberian kapsul vitamin A bagi ibu balita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo?.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A pada tingkat paham

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang kapsul vitamin A. Selain itu, juga sebagai penerapan dari ilmu yang sudah didapat selama di bangku kuliah, terutama mengenai kapsul vitamin A pada Balita usia 6 bulan 5 tahun.

1.4.2 Bagi profesi

Sebagai dasar masukan atau informasi bagi tenaga kesehatan tentang tingkat pengetahuan ibu Balita tentang kapsul vitamin A sehingga tenaga kesehatan dapat menentukan kebijakan lebih lanjut.

1.4.3 Bagi tempat penelitian

Sebagai dasar masukan atau informasi serta tambahan pengetahuan bidan atau tenaga kesehatan tentang program pemberian kapsul vitamin A dalam hal perencanaan usaha memperlancar program pemberian kapsul vitamin A.

1.4.4 Bagi masyarakat

Memberi gambaran atau informasi pengetahuan masyarakat tentang kapsul vitamin A sehingga diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan tentang vitamin A

1.4.5 Bagi penelitian selanjutnya

Penulis berharap hasil peneliti dapat menambah pengetahuan serta sebagai data awal yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Proses adopsi atau perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogens (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (obyek) tersebut.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1. Tahu (Know)

Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah skala kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa saja yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comperehension)

Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi/ kondisi sebenarnya yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (Syntesis)

Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dan formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu materi atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau obyek. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

2.1.4 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu :

1. Cara Kuno (Tradisional) atau Non Alamiah

a.Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini digunakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b.Cara kebiasaan

Yaitu cara kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui penalaran dan kebiasaan ini diwariskan secara turun-temurun.

c.Berdasarkan pengalaman pribadi dari generasi ke generasi berikutnya

Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

d.Melalui jalan pemikiran

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

2.Cara modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah.

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan ilmiah.

2.1.5 Cara mengukur tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (1998) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :

1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.

2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56-75%.

3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40-55%.

4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) ada 8 faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :

1. Pendidikan

Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif.

2. Usia

Dengan bertambahnya usia biasanya akan lebih dewasa pula intelektualnya.

3. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu.

4. Penyuluhan

Meningkatnya pengetahuan masyarakat juga dapat diperoleh melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan bertambah seseorang akan merubah perilakunya.

5. Media massa

Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

6. Sosial budaya

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

7. Jenis kelamin

Jenis kelamin berkaitan dengan perilaku model bahwa individu melakukan model sesuai dengan jenis kelaminnya.

8. Intelegensi

Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensi adalah intelegen dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.

Dan dari suber lain mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, yaitu :

9. Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku individu yang berstatus sosial ekonomi baik dimungkinkan lebih memiliki sifat positif menadangan diri dan masa depannya dibanding mereka yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah (Latipun, 2001).

10. Pekerjaan

Menurut Thomas (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2001), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya menyita waktu sehingga dpat mempengaruhi hal lain-lain termasuk juga didalam mengetahui sesuatu di luar pekerjaannya.

2.2 Konsep Vitamin A

2.2.1 Pengertian

Vitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan bagi kesehatan mata, penglihatan dan kekebalan tubuh. Dan merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh. (Keller, 2003).

Oleh karena itu, vitamin A sangat penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah mejadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak.(Sulung Prasetyo, 2004)

2.2.2 Sasaran

Sasaran program pemberian vitamin A yang dilaksanakan oleh Depkes RI adalah :

1. Bayi

Kapsul vitamin A warna biru dengan dosis 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11 bulan) baik sehat maupun sakit.

2. Anak balita

Kapsul vitamin A warna merah dengan dosis 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-5 tahun) baik sehat maupun sakit. (Ariyanti, 2005).

2.2.3 Dosis vitamin A

1. Secara periodik

a. Bayi umur 6-11 bulan

Satu kapsul vitamin A 100.000 SI, diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

b. Anak balita umur 1-5 tahun

Satu kapsul vitamin A 200.000 SI, diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus.

2. Kejadian tertentu

a. Xerophthalmia

Bila ditemukan seseorang dengan salah satu tanda xerophthalmia seperti : buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata keruh atau kering.

1)Saat ditemukan :

Segera diberi 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI

2)Hari berikutnya :

1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI.

3)Empat minggu berikutnya :

1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI.

b. Campak

Anak yang menderita campak, segera diberi satu kapsul vitamin A 200.000 SI. Untuk bayi diberi satu kapsul vitamin A 100.000 SI.

2.2.4 Periode pemberian

1. Bulan kapsul

Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan kepada bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali, dari secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus.

Pemberian secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan :

a.Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian sama.

b.Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat, karena kampanye dapat dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.

c.Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat Pusat/ Provinsi.

d.Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan, termasuk pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

e.Bulan Februari dan Agustus merupakan bulan pemantauan garam beryodium di tingkat masyarakat, sehingga kegiatan tersebut dapat diintegrasikan di tingkat puskesmas.

2. Sweeping / kunjungan rumah

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian kapsul vitamin A.

a.Bila masih ada bayi dan anak balita yang belum mendapat kapsul vitamin A pada hari pemberian yang telah ditentukan, perlu dilakukan Sweeping yaitu melacak/mencari bayi dan anak balita tersebut untuk diberi kapsul vitamin A, dengan melakukan kunjungan rumah. Diharapkan dengan kegiatan bulan kapsul dan sweeping semua bayi (6-11 bulan) dan anak balita (1-5 tahun) dapat dicakup 100% dengan pemberian kapsul vitamin A.

b.Sweeping / kunjungan rumah sebaiknya dilakukan segara setelah hari pemberian dan paling lambat sebulan setelahnya. Untuk memudahkan pencatatan dan pelaporan, akhir minggu ketiga bulan Maret (untuk periode Februari) dan akhir minggu ketiga bulan September (untuk periode Agustus) seluruh kegiatan Sweeping hendaknya sudah selesai.

c.Bila setelah Sweeping masih ada anak yang belum mendapat kapsul, maka agar diupayakan lagi meskipun diluar periode pemberian. Ini perlu dicatat tersendiri dan dilaporkan sebagai cakupan periode berikutnya (lihat pencatatan dan pelaporan).

2.2.5 Manfaat

1. Menambah daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perbaikan sel, fungsi penglihatan.

2. Dapat mengurangi tingkat kegawatan dari penyakit-penyakit infeksi.

3. Meningkatkan fungsi penglihatan, imunologis dan pertumbuhan badan.

4. Dapat mengurangi tingkat morbiditas dimasa anak-anak, sehingga dapat meningkatkan kesempatan bagi kelangsungan hidup mereka.

5. Mencegah perkembangan sel-sel kanker (Ariyanti, 2005)

2.2.6 Akibat kekurangan vitamin A

1. Meningkatkan mortalitas dan morbiditas.

2. Mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pnemonia dan akhirnya kematian.

3. Gangguan penglihatan dan kebutaan.

4. Menurunnya tingkat imunitas.

5. Gangguan pada pertumbuhan tubuh.

6. Menghambat pembentukan sel kanker.

2.2.7 Upaya Pencegahan

Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh

Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut : (Arisman, 2004)

1.Peningkatan asupan pangan yang kaya vitamin A.

2.Penyebaran vitamin A dosis tinggi secara berkala.

3.Fortifikasi makanan yang lazim di santap.

2.2.8 Sumber Vitamin A

Sumber vitamin A terdiri dari :

1. Sumber vitamin A alami

Sumber vitamin A alami berasal dari hewani, sayuran dan buah. Kandungan vitamin A dalam sayuran hijau pada umumnya jauh lebih tinggi daripada dalam buah-buahan.

a.Sayuran yang mengandung vitamin A adalah daun singkong, daun katu, daun talas, daun so, bayam, kangkung, sawi hijau, wortel.

b.Buah-buahan yang mengandung vitamin A adalah pisang raja, mangga dan pepaya.

c.Sumber vitamin A hewani diperoleh dari hati dan kuning telur.

2. Suplementasi vitamin A secara langsung

Suplementasi vitamin A secara langsung melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

3. Suplementasi vitamin A secara tidak langsung

Suplementasi vitamin A dengan cara tidak langsung, metode ini dikenal dengan istilah fortifikasi, yaitu suatu upaya peningkatan mutu gizi bahan makanan melalui penambahan satu atau lebih zat gizi. Dewasa ini telah dikenal beberapa jenis makanan sehari-hari yang telah difortifikasi dengan vitamin A. seperti margarin dan susu. (Bejo, 2004)

2.2.9 Tanda dan gejala kurang vitamin A

Salah satu tanda dan gejala awal yang dapat dari kasus kurang vitamin A adalah :

1. Buta senja, ini ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang misalnya pada senja atau malam hari bahkan ada yang tidak dapat melihat sama sekali (Keller, 2005: 23).

2. Terjadinya kelainan kulit yaitu ditandai dengan kulit tampak kering, bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang (Keller, 2005: 23).

3. Kelainan pada mata yang disebut xeroftalmia,yaitu terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata karena kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata (Depkes RI, 2002: 4).

4. Terjadi gangguan pertumbuhan sel-sel, termasuk sel-sel tulang. Fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel dentin sehingga gigi mudah rusak (Almatsier, 2005: 166).

5. Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A, sehingga tubuh mudah terserang infeksi.

2.2.10Hipervitaminosis vitamin A

Hipervitaminosis vitamin A adalah suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh lebih tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Kelebihan vitamin A hanya bisa terjadi bila memakan vitamin A sebagai suplemen dalam takaran tinggi yang berlebihan. Hipervitaminosis vitamin A dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Hipervitaminosis A akut

Disebabkan karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar, atau pemberian dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari

2. Hipervitaminosis A kronis

Disebabkan karena mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi yang berulang ulang dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri.

Gejala yang biasanya dialami adalah sakit kepala, pusing, rasa nek, rambut rontok, kulit mengering, tidak ada nafsu makan. Hal ini bisa terjadi karena absorbsi karoten menurun bila konsumsi tinggi. Disamping itu sebagian dari karotin yang diserap tidak diubah menjadi vitamin A, akan tetapi tetap disimpan dalam lemak. Bila lemak dibawah kulit mengandung banyak karoten, kulit akan terlihat kekuningan (Almatsier, 2005:166).

Gejala-gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah pemberian vitamin A dihentikan. Pada hipervitaminosis vitamin A akut gejala biasanya akan hilang dalam 2 hari sedangkan pada hipervitaminosis vitamin A kronis masalah ini akan hilang dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu dan paham dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pengalaman, penyuluhan, media masa, dan sosial budaya.

Dalam penelitian ini kami hanya ingin mengetahui tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul Vit. A pada tingkat tahu dan tingkat paham tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang di buat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. (Arikunto, 2002).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif survey yaitu bertujuan menggambarkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A.

3.3 Populasi, Sampling dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Notoatmodjo (2005) adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita berjumlah 50 orang yang berkunjung di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo

3.3.2 Sampling

Menurut Nursalam (2003) sampling adalah proses penyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Pada penelitian ini menggunakan total populasi sampling yaitu dilakukan dengan mengambil semua responden yang datang selama penelitian, yaitu semua ibu balita yang berkunjung di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

3.3.3 Sampel

Sampel menurut Notoatmodjo (2005) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini menggunakan total populasi sampel yang berjumlah 50 orang.

3.4 Kriteria Inklusi & Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

1.Ibu yang mempunyai balita usia 6 bulan-5 tahun.

2.Ibu balita yang mau menjadi responden.

3.Semua ibu balita yang ada di wilayah BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran - Sidoarjo.

3.4.2 Kriteria eksklusi

Ibu yang mempunyai balita usia 6 bulan-5 tahun tetapi dalam keadaan sakit.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A.

3.6 Definisi Konsep

Tingkat pengetahuan adalah merupakan jenjang hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu. Sub variabel :

1. Tahu adalah kemampuan untuk menguasai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Paham adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.

(Notoatmodjo, 2003).

3.7 Definisi Operasional

Merupakan segala informasi yang dimiliki oleh ibu balita tentang kapsul vitamin A mulai dari tingkat tahu, paham.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurSkala UkurKetegori

1.Tingkat pengetahuan ibu balita tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu dan pahamKemampuan ibu untuk menjawab, memahami dan menjelaskan kuesioner dengan benar pada tahap tahu dan paham tentang vitamin A yang meliputi pengertian, dosis, sasaran, waktu pemberian, manfaat, akibat defisiensi vitamin A, upaya pencegahan sumber Vitamin AMenjawab pertanyaan langsung atau tertutupKuesioner Ordinal Baik:skor 76-100%

Cukup:skor 56-75%

Kurang:skor 40-55%

Tidak baik : skor < 40%

(Arikunto,1998)

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

3.8.1 Tempat

Penelitian dilakukan di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

3.8.2 Waktu

Waktu pengambilan data pada penelitian dilaksanakan mulai tanggal

01 Agustus 21 September 2006.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah jenis data primer. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner model tertutup setelah selesai kuesioner ditarik dan dikumpulkan oleh peneliti.

15. Tabel 3.2 Teknik pengumpulan data

No.Jenis DataSumber dataCara pengumpulan data

1.

2.Data primer

Pengetahuan ibu Balita tentang kapsul vitamin A

Data sekunder

Jumlah seluruh ibu Balita yang ada di wilayah BPS. Fita LazuardiResponden ibu Balita di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran - Sidoarjo

Catatan kunjungan ibu Balita yang ada di wilayah BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran Sidoarjo.Kuesioner tertutup yang telah di uji validitas dan reliabilitas

Mencatat

3.10 Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan teknik pengolahan data secara manual, langkah-langkah persiapan pengolahan data secara manual yaitu :

3.10.1 Editing

Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pernyataan. Jika terdapat kuesioner yang belum terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai, maka responden dipersilakan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih kurang dan tidak sesuai.

3.10.2 Coding

Memberi tanda kode pada jawaban secara angka. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data.

Jawaban benar diberi nilai ...... dan salah diberi nilai ...... kode yang digunakan dalam penelitian ini :

Tingkat pengetahuan tahu:

Tingkat pengetahuan paham:

3.10.3 Scoring

Memberi nilai pada jawaban yang benar dengan nilai 1, dan jawaban yang salah dengan nilai 0.

3.10.4 Transfering

Memindahkan jawaban/ kode jawaban dalam media tertentu (Master Sheet).

3.10.5 Tabulating

Yaitu menyusun data dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dihitung dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dalam bentuk prosentase.

3.10.6 Analisa data

Setelah data ditabulasikan maka dilakukan analisis data yaitu dengan cara memberi nilai jawaban kuesioner. Untuk jawaban yang benar diberi nilai I, sedangkan untuk jawaban yang salah diberi nilai O, kemudian jawaban dari masing pertanyaan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor maksimal setelah itu dikalikan 100%.

P =

Keterangan :

P: persentase

X: skor jawaban benar

n: jumlah skor maksimal seluruh pertanyaan

Setelah diketahui persentasenya, maka dimasukkan dalam kriteria yang ada.

Kriteria yang digunakan adalah :

76 100%: baik

56 75%: cukup baik

40 55%: kurang baik

< 40%

: tidak baik

3.11 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi. Untuk itu perlu adanya ijin dari Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Setelah mendapat persetujuan, baru penelitian boleh dilakukan dengan menggunakan etika sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Inform Concent)

Sebelum menjawab kuesioner, responden diberikan lembar persetujuan yang berisi maksud dan tujuan penelitian.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Pada lembar pengumpulan data, peneliti tidak mencantumkan nama responden tapi harus memberikan kode.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi atau keluhan yang disampaikan oleh semua responden dijamin akan terjaga kerahasiaannya oleh petugas kesehatan (Sofyan, 2003 : 107)

3.12.Jadwal Penelitian

TerlampirBAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian tingkat pengetahuan responden tentang kapsul Vitamin A pada tingkat tahu dan tingkat paham kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang hasil penelitian.

4.1 Hasil Penelitian

Data diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner menggunakan daftar pertanyaan yang disajikan kepada responden dalam bentuk narasi. Adapun data yang disajikan terdiri dari 2 bagian yaitu gambaran umum BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb, dan gambaran umum responden yang terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik ibu Balita berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan. Data khusus terdiri dari penggalian tingkat pengetahuan ibu Balita pada tingkat tahu dan tingkat paham.

4.1.1 Gambaran umum BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb.

Klinik BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb berdiri sejak tahun 1993, jenis pelayanan yang diberikan di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb ini antara lain adalah pemeriksaan bayi sehat, bayi sakit, anak sehat, anak sakit, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, KB, dan imunisasi. Jumlah tenaga kerja di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb ini ada 1 orang dengan pendidikan D 1 kebidanan.

4.1.2 Gambaran umum responden

Responden penelitian ini adalah ibu balita yang mempunyai bayi usia 6 bulan 59 bulan yang ada di wilayah BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo selama pengambilan data.

Gambaran data responden adalah sebagai berikut :

4.1.2.1 Data umum

Data umum pada penelitian ini meliputi :

1. Karakteristik Responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

UsiaFrekuensiProsentase %

19 22 tahun2448

23 25 tahun1530

26 28 tahun1122

Total50100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usia responden paling banyak berusia 19 22 tahun yaitu 48% dan paling sedikit berusia 26 28 tahun yaitu 22%.

2. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

PendidikanFrekuensiProsentase %

SD816

SMP1224

SMA2550

PT510

Total50100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak berpendidikan SMA yaitu 50% dan yang paling sedikit berpendidikan PT yaitu 10%.

3. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

PekerjaanFrekuensi Prosentase %

IRT2754

Swasta1530

PNS36

Petani510

Total50100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pekerjaan responden yang paling banyak adalah IRT yaitu 54% dan yang paling sedikit adalah PNS yaitu 6%.

4.1.2.2 Data Khusus

Data khusus pada penelitian ini meliputi :

1. Karakteristik tingkat pengetahuan Responden pada tingkat tahu

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kapsul Vitamin A Pada Tingkat Tahu KriteriaFrekuensiProsentase %

Baik1020

Cukup baik2040

Kurang baik1734

Tidak baik36

Total50100

Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul Vitamin A pada tingkat tahu sebagian besar yaitu 40% berpengetahuan cukup baik dan sebagian kecil yaitu 6% berpengetahuan tidak baik.

2. Karakteristik tingkat pengetahuan responden pada tingkat paham

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kapsul Vitamin A Pada Tingkat paham

KriteriaFrekuensi Prosentase %

Baik510

Cukup baik1020

Kurang baik1938

Tidak baik1632

Total50100

Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul Vitamin A pada tingkat paham sebagian besar yaitu 38% berpengetahuan kurang baik dan sebagian kecil yaitu 10% berpengetahuan baik

4.2 Pembahasan

4.2.1Tingkat Pengetahuan responden tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul viatamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo pada tingkat tahu sebagian besar ( 40%) berpengetahuan cukup baik, dan sebagian kecil (6%) berpengetahuan tidak baik. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul vitamin A pada tingkat tahu adalah cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengingat materi tentang kapsul vitamin A, termasuk diantaranya mengingat sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima masih rendah. Ini disebabkan karena responden tidak pernah mendapatkan penjelasan atau penyuluhan (informasi) tentang kapsul vitamin A saat kunjungan, sehingga penyuluhan ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, pendidikan, pengalaman, penyuluhan, media massa, sosial budaya, dan pekerjaan. Sehingga salah satu faktor inilah yang dapat juga mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.

Disamping itu bila dilihat dari segi usia, didapatkan bahwa karakteristik usia responden adalah sebagian besar (48%) responden berusia 19-22 tahun, dan sebagian kecil (22%) responden berusia 26-28 tahun. Dimana usia 19-22 tahun adalah usia yang masih relatif muda dan masih sedikit pengalamannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2002) pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dimana tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh salah satunya faktor pengalaman.

Selain faktor usia, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan responden yang sebagian besar (50%) berpendidikan SMA, dan sebagian kecil (10%) berpendidikan PT. Menurut Notoatmodjo (2003) dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah sehingga memudahkan dalam menerima atau mengadopsi perilaku yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan responden sudah cukup baik.

4.2.2 Tingkat pengetahuan responden tentang kapsul vitamin A pada tingkat paham

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb desa Banjarsari kecamatan Buduran Sidoarjo pada tingkat paham sebagian besar (38%) berpengetahuan kurang baik, dan sebagian kecil (10%) berpengetahuan baik. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kapsul vitamin A pada tingkat paham adalah kurang baik. Hal ini berarti bahwa kemampuan responden dalam menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan hal hal yang berhubungan dengan vitamin A masih kurang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengemukakan bahwa paham artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek. Seseorang yang mempunyai pengetahuan baik, belum tentu mempunyai pemahaman yang baik pula, karena dalam tingkat paham tidak hanya sekedar mengingat sesuatu materi yang dipelajari tetapi harus dapat menjelaskan dan menginterpretasikan materi secara benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian tingkat pengetahuan responden pada tingkat tahu yang cukup baik, sedangkan pada tingkat paham kuarang baik. Ini disebabkan karena responden tidak pernah mendapatkan penjelasan dan penyuluhan (informasi) tentang kapsul vitamin A pada saat kunjungan, sehingga penyuluhan ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain usia, pendidikan, pengalaman, penyuluhan, media massa, sosial budaya, dan pekerjaan. Sehingga salah satu faktor penyuluhan inilah yang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan.

Selain faktor penyuluhan, salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan responden yang sebagian besar (50%) berpendidikan SMA, dan sebagian kecil (10%) berpendidikan PT. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan memegang peranan penting pada setiap perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan tingginya pendidikan yang ditempuh diharapkan tingkat pengetahuan seseorang bertambah sehingga mudah dalam menerima atau mengadopsi perilaku baru. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sudah baik, sedangkan tingkat pengetahuan responden pada tingkat paham kurang baik.

Disamping itu selain pendidikan, tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden yang sebagian besar (54%) bekerja sebagai IRT, dan sebagian kecil (6%) bekerja sebagai PNS. Menurut Thomas (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2001) bekerja umumnya menyita waktu sehingga dapat mempengaruhi hal hal lain termasuk juga pengetahuan diluar pekerjaannya. Jadi walaupun sebagian besar responden bekerja sebagai IRT, tetapi responden bisa memperoleh pengetahuan dari media massa seperti televisi, radio, media cetak, dan lain-lain karena mereka mempunyai banyak waktu luang . Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengemukakan bahwa media massa dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

16. Keterbatasan

1. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner saja dikarenakan belum ada alat ukur yang terstandart. Dan kuesioner yang digunakan hanya di uji 1 kali saja.

2. Besar sampel

Untuk penelitian deskriptif ideal sampelnya yang dibutuhkan minimal 100. (Arikunto,2002). sedangkan besar sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 50 Ibu Balita sehingga generalisasinya terbatas.

BAB 5

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian tingkat pengetahuan responden tentang kapsul Vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo dan saran yang diberikan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah :

5.1 Kesimpulan

5.1.1Tingkat pengetahuan responden di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo pada tingkat tahu adalah sebagian besar 40% berpengetahuan cukup baik, dan sebagian kecil 6% pengetahuannya tidak baik.

5.1.2Tingkat pengetahuan responden tentang kapsul Vitamin A di BPS Ny. Fita Lazuardi, Amd. Keb Desa Banjarsari Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo pada tingkat paham adalah sebagian besar 38% berpengetahuan kurang baik, dan sebagian kecil 10% berpengetahuan baik.5.2 Saran

5.2.1Bagi tempat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan tempat penelitian untuk lebih meningkatkan pelayanan secara mendetail tentang Vitamin A sehingga ibu Balita betul-betul mengerti tentang kapsul Vitamin A

5.2.2Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan pada ibu Balita tentang kapsul Vitamin A dan memanfaatkan tenaga kesehatan dan media yang ada untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, salah satunya dengan penyuluhan.

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik pada penelitian ini dapat mengembangkan penelitian tentang kapsul Vitamin A ini dalam tingkat aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi dengan jadwal penelitian yang lebih lama, dengan responden yang lebih banyak dan ruang lingkup penelitian yang lebih luas lagi.

5.2.4Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan referensi tentang kapsul Vitamin A sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

5.2.5Bagi petugas kesehatan

Dapat digunakan sebagai strategi perencanaan dalam program peningkatan cakupan vitamin A

EMBED Visio.Drawing.5

PAGE

_1071358359.unknown

_1221382114.vsd