bab ii landasan teori dan kerangka pemikiran 2.1....

28
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1.Pengertian Pemasaran Pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2004, p7) mendefinisikan pemasaran secara luas, yaitu: Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk atau jasa dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan- kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun uang potensial (Umar, 2005, p31). Sedangkan menurut Rangkuti (2006,p48), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Berdasarkan definiisi di atas, disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses penciptaan suatu nilai agar terjadi pembelian kembali suatu produk. Proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Mengetahui apa saja yang diinginkan oleh konsumen yang berkenaan dengan produk, kinerja serta kualitas adalah tahap pertama yang sangat penting dari kegiatan pemasaran. Yang akhirnya pemasaran memiliki tujuan yaitu: 1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang dihasilkan. 9

Upload: dangnguyet

Post on 04-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

9

 

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Pengertian Pemasaran

Pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2004, p7) mendefinisikan pemasaran

secara luas, yaitu: Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan

produk atau jasa dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.

Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan

dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli,

baik yang aktual maupun uang potensial (Umar, 2005, p31). Sedangkan menurut Rangkuti

(2006,p48), pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi berbagai faktor

sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor

tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai

komoditas.

Berdasarkan definiisi di atas, disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses

penciptaan suatu nilai agar terjadi pembelian kembali suatu produk. Proses pemasaran

dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Mengetahui apa saja yang

diinginkan oleh konsumen yang berkenaan dengan produk, kinerja serta kualitas adalah

tahap pertama yang sangat penting dari kegiatan pemasaran. Yang akhirnya pemasaran

memiliki tujuan yaitu:

1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan

perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang dihasilkan.

9

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

10

 

2. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang berhubungan dengan

pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan

mengenai produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi

kepada konsumen, sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan konsumen secara

cepat.

3. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk cocok

dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.

Dari apa yang sudah dibahas di atas ada beberapa hal yang disimpulkan, bahwa

pembuatan produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen harus menjadi fokus kegiatan

operasional maupun perencanaan suatu perusahaan. Kemudian perusahaan harus dapat

benar-benar menciptakan volume penjualan yang menghasilkan laba, jadi tidak hanya

berorientasi melakukan penjualan semata. Tapi lebih menitikberatkan kepada kepuasan

pelanggan. Pemasaran yang berkesinambungan harus mempunyai koordinasi yang baik

dengan berbagai depatermen (tidak hanya dibagian pemasaran saja), sehingga dapat

menciptakan sinergi di dalam upaya melakukan kegiatan pemasaran.

2.1.2. Bauran Pemasaran

MC. Charty mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang

disebut dengan 4P dalam pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi.

Produk (product) artinya kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan

kepada pasar sasaran. Harga (price) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh

pelanggan untuk memperoleh produk. Distribusi (place) meliputi aktivitas prusahaan agar

produk mudah didapatkan konsumen sasarannya. Promosi (promotion) artinya aktivitas

mengkonsumsi keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.

Untuk membantu tercapainya tujuan strategi pemasaran. Maka diciptakanlah alat-

alat yang membentuk suatu bauran pemasaran yaitu Product, Price, Place, and Promotion.

Ke empat P dalam bauran pemasaran tersebut digunakan untuk mempengaruhi saluran

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

11

 

perdagangan dan konsumen akhir. Kotler (2002, p71), bauran pemasaran (marketing mix)

adalah seperangkat alat pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan distribusi

yang dipadukan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Semua hal

tersebut terangkum dalam gambar 2.1 dibawah ini:

 

( Gambar 2.1 Empat P dari Bauran Pemasaran )

Sumber :Kotler (2002)

2.1.3. Pengertian Kualitas

Pengertian Kualitas menurut beberapa ahli:

1. W. Edward Deming (dalam Yamit, 2004, p7), “Kualitas dapat didefinisikan sebagai

apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen”

2. Crosby (dalam Yamit, 2004, p7), “Kualitas adalah nihil cacat, kesempurnaan dan

kesesuaian terhadap persyaratan”

3. Juran (dalam Yamit, 2004, p7), “Kualitas merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi”

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

12

 

4. Tjiptono (2006, p310), “Kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan”

5. Kotler (2005, p310), “Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau

pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang

dinyatakan atau yang tersirat.”.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu

standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja

dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil

akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan

kulitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa

melalui manusia dan proses yang berkualitas.

Kualitas berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan

dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan

dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan

perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan.

Pada gilirannya, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dimana

perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan

meminimumkan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Selanjutnya, kepuasan

pelanggan berkontribusi pada terciptaanya loyalitas pelanggan (Tjiptono dan Chandra, 2005,

p115).

Kualitas dapat memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan

hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini

memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan konsumen serta

kebutuhan mereka (Kotler, 2003, p121). Dengan demikian perusahaan dapat mencapai

tujuan, yaitu kualitas pelayanan konsumen sepenuhnya melalui peningkatan kinerja

perusahaan yang sesuai dengan harapan konsumen, sehingga memiliki daya saing tinggi

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

13

 

dipasar. Grifin (2003, p49) menyatakan bahwa apabila penilaian konsumen merasa baik

terhadap kualitas pelayanan, maka konsumen akan melakukan pemakaian ulang (repeat

customer), bahkan lebih jauh lagi mereka akan melakukan promosi word of mouth kepada

rekan, saudara dan kelanalannya, dan memiliki kekebalan atas tawaran pesaing (Farida

Jaspar, 2005, p48).

2.1.4. Pengertian Pelayanan

Pengertian Pelayanan menurut beberapa ahli:

1. Hasibuan (2007, p152), “Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke

pihak lainnya, pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah

tamah, adil, cepat, tepat, dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan

dan kepuasan bagi yang menerimanya”

2. Tjiptono (2006, p87), “Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau

organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelayanan adalah suatu

produk yang ditawarkan dan disampaikan kepada pelanggan yang membutuhkan secara

luas mencakup baik yang kelihatan (tangibles) maupun yang tidak kelihatan

(intangibles)”

3. Gerson (2002, p142), “Pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan”

4. Kasmir (2005, p26), “Pelayanan adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau

organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah”

5. Rangkuti (2006), “Layanan atau service adalah nilai yang berkaitan dengan pemberian

jasa pelayanan kepada konsumen”.

Umumnya pelayanan lebih bersifat intangibles, tidak dapat dilihat dan diraba,

sehingga penggunaanya hanya bisa dirasakan melalui pengalaman langsung. Namun

pelayanan mencakup juga hal-hal yang tangibles, yang bisa dilihat dan diraba, berupa

dimensi fisik dari pelayanan itu sendiri.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

14

 

Dengan demikian layanan yang baik sangat mempengaruhi banyak jumlah pelanggan

dalam suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa faktor pelayanan pelanggan merupakan

salah satu ujung tombak perusahaan meraih sukses.

2.1.5. Pengertian Kualitas Pelayanan

Pelayanan pelanggan adalah elemen lain dari strategi produk. Perusahaan harus

merancang produk dan jasa pendukungnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara

menguntungkan karena barang yang ditawarkan perusahaan kepasar seringkali mungkin

terdiri barang berwujud yang menyertakan jasa/pelayanan (Kotler dan Amstrong, 2001,

p347). Mutu dan pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan. Tujuan keseluruhan

bisnis bukan untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, atau memberikan

pelayanan yang prima. Tetapi tujuan utamanya adalah menghasilkan pelanggan yang setia

(Gerson, 2004, p4).

Kualitas pelayanan digambarkan sebagai suatu sikap dari hasil perbandingan

pengharapan kualitas jasa pelanggan dengan kinerja perusahaan yang dirasakan pelanggan.

Sikap mempengaruhi keputusan untuk membeli karena adanya pengharapan atau ekspektasi

pelanggan.

Selanjutnya konsumen membentuk suatu perilaku tentang pemberi jasa berdasarkan

pengharapan mereka sebelum mengenai performasi perusahaan dan perilaku ini

mempengaruhi keinginan mereka untuk membeli (Usmara, 2008, p140). Menurut Irawan

(2002, p59), tampilan fisik yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan, pada saat

yang bersamaaan aspek tangible juga merupakan salah satu yang mempengaruhi harapan

pelanggan. Terciptanya tangible yang baik maka persepsi pelanggan akan kualitas pelayanan

akan baik juga sehingga citra perusahaan akan lebih baik.

Salah satu strategi bersaing agar penjualan suatu penyedia jasa lebih unggul

dibandingkan dengan para pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang

berkualitas, sehingga konsumen akan merasa puas dan cendrung untuk menggunakan jasa

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

15

 

yang ditawarkan perusahaan itu. Karena itu, perusahaan harus memperhatikan kualitas

pelayanan karena kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan merupakan komponen

dari kepuasan pelanggan (Rangkuti, 2006, p17).

2.1.5.1 Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Umar (2005, p38) ada lima penentu jasa/layanan. Kelimanya disajikan

secara berurutan berdasarkan tingkat kepentingan dan didefinisikan sebagai berikut:

1. Keandalan (Reliability)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen, dalam melayani

konsumen, kecepatan karyawan menangani transaksi dan menangani keluhan yang

diajukan oleh konsumen

3. Kepastian (Assurance)

Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat,

kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam member informasi,

kemampuan dalam memberikan keamanan didalam memanfaatkan jasa yang

ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan kepada konsumen

terhadap perusahaan

4. Empati (Emphaty)

Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen seperti

kemudahan untuk menghubungi perusahaan. Kemampuan karyawan untuk

berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan

dan kebutuhan konsumennya

5. Berwujud (Tangibles)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

16

 

Meliputi kemampuan fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedia tempat

parkir, kebersihan, kerapihan, dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan

komunikasi dan penampilan karyawan.

Sedangkan mengenai kualitas total suatu jasa atau pelayanan terdiri atas enam

komponen, yaitu:

1. Technical Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas keluaran (output)

jasa yang diterima pelanggan. Technical Quality dapat diperinci lagi menjadi:

2. Search Quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli,

misalnya harga

3. Experience Quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli

atau mengkonsumsi jasa. Contohnya ketepatan waktu, kecepatan pelayanan dan

kerapihan hasil

4. Credence Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian

suatu jasa

5. Functional Quality, yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian

suatu jasa

6. Corporate Image, yaitu profil, reputasi, citra umum dan daya tarik khusus suatu

perusahaan.

2.1.5.2. Manfaat Kualitas Pelayanan

Keberhasilan suatu perusahan dalam membangun bisnisnya, tidak luput dari peran

pelayanan yang baik dan memuaskan pelanggannya. Kualitas pelayanan akan memberi

manfaat yang cukup besar bagi perusahaan sebagai berikut (Simamora, 2003, p180):

1. Pelayanan yang istimewa (nilai pelayanan yang benar-benar dialami konsumen

melebihi harapannya) atau sangat memuaskan merupakan suatu basis untuk

penetapan harga premium. Perusahaan yang mampu memberikan kepuasan tinggi

bagi pelanggannya dapat menetapkan suatu harga yang signifikan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

17

 

2. Pelayanan istimewa membuka peluang untuk diversifikasi produk dan harga. Misalnya

pelayanan dibedakan menutut kecepatan pelayanan yang diminta oleh pelanggan yaitu

tarif lebih mahal dibebankan untuk pelayanan yang membutuhkan penyelesaian yang

cepat

3. Menciptakan loyalitas pelanggan. Pelanggan yang loyal tidak hanya potensial untuk

penjualan yang sudah ada tetapi juga untuk produk-produk baru dari perusahaan

4. Pelanggan yang terpuaskan merupakan sumber informasi positif bagi perusahaan dan

produk-produk kepada pihak luar, bahkan mereka dapat menjadi pembela bagi

perusahaan khususnya dalam menangkal isu-isu negative

5. Pelanggan merupakan sumber informasi bagi perusahaan dalam hal intelijen

pemasaran dan pengembangan pelayanan atau produk perusahaan pada umumnya.

Kualitas yang baik berarti menghemat biaya-biaya seperti biaya untuk mendapatkan

pelanggan baru, untuk memperbaiki kesalahan, membangun kepercayaan, membangun citra

karena prestasi dan sebagainya. Jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan

kualitas pelayanan yang memuaskan adalah hal yang penting.

2.1.6. Jasa

2.1.6.1. Pengertian Jasa

Menurut Kotler (2002, p486) mengatakan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak lainnya, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dapat

dikaitkan dengan suatu produk fisik.

Sedangkan pengertian jasa menurut Adrian Payne yang dikutip oleh Yazid (2001, p3)

adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangible

yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau

dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

18

 

dalam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak

mempunyai kaitan produk fisik.

Dari kedua pengertian jasa diatas dapat disimpulkan bahwa jasa adalah kegiatan atau

aktivitas yang mempunyai nilai dan manfaat tetapi tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan. Produksinya bisa saja atau tidak bisa dikaitkan dengan produk fisik.

2.1.6.2. Karakteristik Jasa

Menurut Fandy Tjiptono (1997:24) ada empat karakteristik pokok pada jasa yang

membedakannya dengan barang. Keempat karakteristik tersebut meliputi:

a. Intangibility

Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, atau didengar

sebelum jasa itu dibeli. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia

menikmatinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa, maka ia hanya menggunakan,

memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Oleh karena itu untuk mengurangi

ketidakpastian, para pelanggan memperhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa

tersebut.

b. Inseparability

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya

dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.

Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus dalam pemasaran

jasa. Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut.

c. Variability

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak

variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa

tersebut dihasilkan.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

19

 

d. Perishability

Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya seperti,

kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni dengan demikian bila suatu

jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja.

2.1.6.3. Mengukur Kualitas Jasa

Kualitas jasa dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived

service) dan jasa yang diharapkan (expected service). Bila jasa yang dirasakan lebih kecil

dari pada yang diharapkan, para pelanggan menjadi tidak tertarik pada penyedia jasa yang

bersangkutan. Sedangkan bila yang terjadi pada sebaliknya (perceived > expected), ada

kemungkinan para pelanggan akan menggunakan penyedia jasa itu lagi. Menurut Freddy

Rangkuti (2002, p21-23) Lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan

penyampaian jasa, yaitu:

1. Kesenjangan Tingkat Kepentingan Konsumen Dan Persepsi Manajemen

Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan

atau memehami secara tepat apa yang diinginkan oleh para pelanggannya. Akibatnya,

manajemen tidak mengatuhui bagaimana produk jasa seharusnya di disain dan jasa-jasa

pendukung dalam (skunder) apa saja yang diinginkan oleh konsumen.

2. Kesenjangan Antara Persepsi Manajemen Terhadap Tingkat Kepentingan Konsumen Dan

Spesifikasi Kualitas Jasa

Kadang kala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh

pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini dapat

terjadi karena tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap

kualitas jasa, kurangnya sumber daya, atau karena adanya kelebihan permintaan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

20

 

3. Kesenjangan Antara Spesifikasi Kualitas Jasa Dan Penyampaian Jasa

Ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya: karyawan kurang terlatih

(belum menguasai tugasnya), beban kerja yang melampaui batas, ketidak mampuan

setandar kinerja, atau bahkan ketidakmauan memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.

4. Kesenjangan Antara Penyampaian Jasa Komunikasi Eksternal

Sering kali tingkat kepentingan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau

janji yang dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah

apabila janji yang diberikan tidak dapat dipenuhi, yang menyebabkan terjadinya

persepsi negatif terhadap kualitas jasa perusahaan.

5. Kesenjangan Antara Jasa Yang Dirasakan Dan Jasa Yang Diharapkan

Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan

dengan cara yang berbeda, atau apabila pelanggan keliru mempersepsikan jasa

tersebut.

2.1.7. Harga

2.1.7.1 Pengertian Harga

Menurut Kotler (2002, p529-534) harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen

untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan atau kepemilikanbarang atau jasa.

Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara finish

ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan.

Harga berdasarkan pendapat Tjiptono (2001,p151) adalah satuan moneter atau

ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak

kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.

Dalam dunia bisnis, menurut Sutojo (2001, p62) harga diartikan sebagai jumlah uang

yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang mereka perdagangkan

dan “suatu yang lain” yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

21

 

Suatu yang lain itu dapat berupa kebanggaan milik produk yang tenar merknya, jaminan

mutu, perasaan yang aman karena memiliki produk tersebut.

Sedangkan menurut Chandra (2002, p149) istilah harga dapat diartikan sebagai

sejumlah uang dan atau aspek lain yang mengundang utilitas atau kegunaan tertentu yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga adalah “suatu nilai yang

harus dibayarkan oleh konsumen kepada produsen yang berfungsi untuk memperoleh

barang dan jsa yang diinginkan.

Menurut Kotler (2002, p439). Harga telah menjadi faktor penting yang

mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen

dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak dan berapa jumlah

yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen membeli suatu produk,

mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu nilai lainnya (manfaat karena

memiliki atau menggunakan suatu produk). Harga sering dijadikan indikator kualitas bagi

konsumen. Orang sering memilih harga yang lebih tinggi antara dua barang sejenis, karena

cenderung beranggapan kualitasnya lebih baik dan merasa puas atas pelayanan sebelumnya

sehingga menimbulkan sebuah loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut. Langkah untuk

menetapkan suatu harga, yaitu memilih tujuan penetapan harga, dan ada 5 tujuan

penetapan harga perusahaan, yaitu:

1. Menentukan permintaan. Tiap harga yang dikenakan perusahaan akan menghasilakan

tingkat permintaan yang berbeda dank arena itu akan memberi pengaruh yang berbeda

pula pada tujuan pemasarannya. Dalam keadaan normal, permintaan dan harga

berhubungan terbalik, yaitu semakin rendah harga, semakin tinggi permintaan.

2. Memperkirakan biaya. Dalam hal penetapan harga, perusahaan ingin menetapkan harga

yang dapat menutup biaya produksi, distribusi dan penjualan produknya.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

22

 

3. Menganalisis biaya, harga, dan penawaran pesaing. Dalam rentang harga yang mungkin

itu diantara biaya dan permintaan pasar, biaya pesaing, harga pesaing dan

kemungkinan reaksi harga membantu perusahaan dalam menetapkan harga yang

dikenakan.

4. Memilih penetapan harga. Metode penetapan harga yang ditetapkan perusahaan akan

menghasilakan suatu harga tertentu. Harga Mark Up, penetapan harga berdasarkan

sasaran pengembalian, penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan,

penetapan harga nilai.

5. Memilih harga akhir. Dalam memilih harga akhir, perusahaan harus mempertimbangkan

berbagai faktor tambahan, termasuk penerapan harga psikologis, pengaruh elemen

Bauran pemasaran lain terhadap harga.

2.1.7.2 Metode Penetapan Harga

Beberapa Metode Penatapan Harga menurut Kotler (2002, p529-534):

1. Mark Up Pricing

Harga jual ditentukan berdasarkan persentasi keuntungan yang diharapkan ditambah

dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau laba Target Return Pricing

Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan pengembalian dengan

target yang sudah ditentukan.

2. Perceived – Value Pricing

Harga ditentukan berdasrkan penilaian konsumen terhadap produk, bila konsumen

menilai produk tinggi, maka penetapan harga produk tersebut juga tinggi.

3. Going – Rate Pricing

Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada, berdasrkan harga jual yang ditetapkan

pesaing

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

23

 

4. Sealed – Bid Pricing

Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga yang

akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan permintaannya sendiri yang digunska ketika

perusahaan ingin memenangkan produk.

2.1.7.3 Peranan Harga

Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan

kelangsungan hidup perusahaan. Peranan harga dalam keberhasilan suatu produk dan

kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan pendapat Sutarjo (2001,p64-69) adalah

sebagai berikut,

1. Harga adalah suatu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar. Dalam

kehidupan sehari – hari permintaan produk dapat bersifat elastis / tidak elastis terhadap

perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis terhadap harga apabila

permintaan berubah setiap kali harga turun / naik. Sedangkan harga dikatakan tidak

elastis apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga. Termasuk

dalam kategori produk yang elastis terhadap perubahan harga adalah barang / jasa

yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder.

2. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keunggulan hasil penjualan produk yang

diterima perusahaan sitiap masa tertentu sama dengan jumlah satuan yang terjual kali

harga per satuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh setiap masa tertentu

sama dengan hasil penjualan yang dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan

dalam masa yang sama.

3. Harga dalam staretegi harga mempengaruhi keberhasilan distribusi produk. Harga per

satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran mempunyai perana

penting terhadap ketersediaan distributor dalam mendistribusikan produk. Dimana harga

tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

24

 

saingan yang setaraf. Apabila perbandingan harga tersebut terlalu besar, maka

kelancaran penjualan produk yang bersangkutan dapat terhambat, akibatnya resiko

yang ditanggung distributor ditanggung menjadi lebih besar dibandingkan dengan

apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan

kesegaran distributor mendistribusikan produk yang bersangkutan, apalagi jika syarat

penjualan adalah kredit penjualan dan bukan konsiyansi.

4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat di tembus perusahaan.

Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar yang lain yang

belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Dengan penentuan

segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas yang sesuai dengan

segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar di banyak negara yang

dipergunakan sebagai sasaran melebarkan jangkauan pemasaran produk adalah

segmen pasar tingkat bawah.

2.1.8. Loyalitas Penumpang

2.1.8.1. Pengertian Penumpang

Pengertian penumpang menurut Yoeti (2005, p22) adalah pembeli produk dan jasa

pada suatu perusahaan adalah pelanggan perusahaan barang dan jasa mereka dapat berupa

seseorang (individu) dan dapat pula sebagai suatu perusahaan. Pengertian penumpang

diatas sangatlah luas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan penumpang dapat

diartikan seseorang (individu) dan suatu perusahaan (kelompok) yang menggunakan alat

transportasi untuk suatu perjalanan tertentu dengan mengeluarkan sejumlah uang sebagai

imbalan untuk penyedia jasa pengangkut sesuai dengan kontrak dan persetujuan dengan

pengakut tertera di dalam tiket dengan pengangkut selama perjalanan.

Adapun pengertian pelanggan menurut Kotler (2003, p103) berpendapat, bahwa

pelanggan adalah orang yang paling penting dalam perusahaan, pelanggan tidak tergantung

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

25

 

kepada perusahaan tetapi perusahaan tergantung pada pelanggan. Pelanggan bukan

menerima pekerjaan tetapi pelanggan memberikan pekerjaan. Pelanggan bukan seseorang

untuk menilai atau menghitung tetapi pelanggan adalah seseorang yang mengungkapkan

apa yang diinginkan, perusahaan adalah untuk memberikan kepuasan untuk pelanggan dan

untuk perusahaan itu sendiri. Pelanggan adalah orang yang paling penting untuk setiap

perusahaan.

Menurut Hurryati (2008, pp103-104) pelanggan dalam melakukan pembelian akan

memperhitungkan penawaran yang akan memberikan nilai tertinggi. Mereka menginginkan

nilai maksimal, dengan dibatasi oleh biaya pencarian serta pengetahuan, mobilitas, dan

penghasilan yang terbatas, mereka membentuk suatu harapan akan nilai dan bertindak

sesuai dengan hal itu. Dapat memberikan persepsi kepada orang lain, tentang kualitas jasa

yang pernah didapatnya dari sebuah perusahaan. (Hurriyati2008,p63)

2.1.8.2. Pengertian Loyalitas

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,

mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah perusahaan

untuk menarik dan mempertahankan mereka. Usaha untuk memperoleh pelanggan yang

loyal tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari

pelanggan potensial sampai memperoleh partner.

Menurut Oliver (1996, p392) di dalam (Hurriyati 2008, p129) loyalitas adalah

komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan

datang yang didasari oleh kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Konsumen yang

loyal tahan terhadap pengaruh situasi dan usaha–usaha pemasaran produk lain yang

mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

26

 

Sedangkan berdasakan pendapat Griffin (Hurriyati 2008, p129) loyalitas lebih

mengacu pada wujud perilaku dan unit–unit pengambilan keputusan untuk melakukan

pembelian secara terus menerus terhadap barang tau jasa suatu perusahaan yang dipilih.

2.1.8.3 Karakteristik Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang loyal merupakan asset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat

dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Griffin (2002, p31), pelanggan

yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian secara teratur

Merupakan pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali

atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama banyak

dua kali atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan.

2. Membeli diluar lini produk/jasa

Maksudnya membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan merekabutuhkan.

Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan

berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh produk pesaing.

3. Merekomendasikan produk/jasa

Maksudnya membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan,

serta melakukan pembelian secara teratur, selain itu, mereka mendorong teman-teman

mereka agar membeli barang atau menggunakan jasa perusahaan serta

merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, dengan begitu

secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran bagi perusahaan dan

membawa konsumen bagi perusahaan.

4. Menunjukan kekebalan daya tarik produk sejenis dari pesaing

Maksudnya, tidak mudah berpengaruh oleh tarikan produk atau jasa dari perusahaan

pesaingnya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

27

 

2.1.8.4 Faktor – faktor Naik Turunnya Jumlah Penumpang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi naiknya dan turunya jumlah penumpang adalah :

1. Faktor Sosial

Merupakan situasi sosial masyarakat, tradisi atau kebiasaan yang sulit dirubah pola

kejadiannya, musalnya waktu liburan sekolah dan hari raya keagamaan terjadi

peningkatan jumalah penumpang.

2. Faktor Ekonomi

Karena kondisi yang terjadi di suatu daerah atau wilayah yang akan berdampak pada

masyarakatnya, yang berarti ikut menentukan pola kemampuan masyarakat dalam

menggunakan jasa transportasi.

3. Faktor Politik

Karena danya undang-undang politik di suatu daerah, maka yang akan mempengaruhi

pergerakan penumpang kedaerah tersebut. Situasi politik suatu daerah dapat

berdampak pada jumlah penumpang di daerah tersebut.

4. Faktor Tekhnis

Penyelenggara frekwensi distribusi pelayaran yang ditentukan oleh perusahaan

mempengaruhi pergerakan penumpang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

5. Faktor Perusahaan Pesaing

Penumpang sudah dapat memberikan penilaian atas pelayanan yang diberikan

perusahaan-perusahaan angkutan yang diminati.

2.1.8.5 Tahap Pertumbuhan Loyalitas Pelanggan

Proses seorang calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal terhadap suatu

perusahaan terbentuk melalui beberapa tahapan seperti yang diungkapkan oleh Hill

(Hurriyati 2008, pp132-134). Loyalitas pelanggan dibagi menjadi enam tahapan yaitu

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

28

 

Suspect, Prospect, Customer, Client, Advocates, dan Partners. Tahapan – tahapan tersebut

akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Suspect

Meliputi semua orang yang akan membeli (membutuhkan) barang/jasa, tetapi belum

memliki informasi tentang barang/jasa perusahaan.

2. Prospect

Adalah orang – orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan mempunyai

kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini, meskipun melakukan pembelian tetapi

telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui

rekomendasi pihak lain (word of mouth)

3. Customer

Pada tahap ini, pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi dengan perusahaan,

tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahan, loyalitas pada tahap ini

belum terlihat.

4. Cliens

Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang atau jasa yang dibutuhkan dan

ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama, dan mereka

telah memiliki sifat retention (bertahan).

5. Advocates

Pada tahap ini, clienst secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan

rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang atau jasa di perusahaan

tersebut.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

29

 

2.1.9. Citra Perusahaan

2.1.9.1. Pengertian Citra

Menurut Lawrence L. Steinmetz dalam Sutojo (2004, p1), citra adalah pancaran atau

reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Dalam Simamora

(2004, p124) dijelaskan bahwa ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur

citra. Pertama adalah merefleksikan citra dibenak konsumen menurut mereka sendiri.

Pendekatan ini disebut pendekatan tidak terstruktur (unstructured approach) karena

memang pelanggan bebas menjelaskan citra suatu objek di benak mereka. Cara kedua

adalah peneliti menyajikan dimensi yang jelas, kemudian responden berespon terhadap

dimensi-dimensi yang dinyatakan itu. Ini disebut pendekatan terstruktur (structured

approach).

Citra didefinisikan sebagai kesan yang diperoleh sesuai pengetahuan dan

pengalaman seseorang tentang sesuatu. Citra dibentuk berdasarkan impresi, berdasarkan

pengalaman yang dialami seseorang terhadap sesuatu untuk mengambil keputusan (Buchari

Alma, 2002, p317-318).

Mengenai citra (Lupioyadi, 2001) menyatakan bahwa pelanggan akan merasa

bangga dan mendapat keyakinan bahwa orang lain akan kagum padanya bila ia dapat

menggunakan produk dan memakai jasa dengan merek tertentu yang cendrung memiliki

tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan diperoleh bukan hanya karena atas kualitas

pelayanan dan produk, namun nilai sosial yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap

merek tersebut.

2.1.9.2. Pengertian Citra Perusahaan

Mengembangkan citra yang kuat membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Citra

tidak dapat ditanam dalam pemikiran pelanggan dalam waktu semalam dan disebarkan

melalui satu media saja. Sebaliknya citra itu harus disampaikan melalui tiap sarana

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

30

 

komunikasi yang tersedia dan disebarkan terus menerus. Citra yang baik suatu organisasi

merupakan asset karena citra mempunyai dampak pada persepsi konsumen dari komunikasi

dan operasi organisasi dalam berbagai hal (Sutisna, 2001). Kotler (2003) menyebutkan

bahwa citra perusahaan menggambarkan sekumpulan kesan (impressions), kepercayaan

(beliefs), dan sikap (attitudes), yang ada di dalam bentuk konsumen terhadap perusahaan.

Ind (1990) dalam Jhon Cristie (2002) menyatakan bahwa “corporate image as what the

organization transmit to its receivers about itself ang how these projections are received”.

Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merupakan apa yang organisasi

sampaikan kepada para penerima mengenai dirinya dan hal-hal yang bagaimana

dipertimbangkan untuk diterima.

Terdapat empat manfaat dari citra yaitu;

1. Citra menceritakan harapan bersama dengan kampanye pemasar eksternal seperti iklan,

penjualan pribadi, dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra berdampak pada adanya

penghargaan

2. Citra sebagai penyaring mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan, kualitas

teknis dan khususnya kualitas fungsional saringan tersebut. jika citra baik, maka citra

menjadi pelindung

3. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan juga harapan pelanggan

4. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen, dengan kata lain citra mempunyai

dampak internal.

2.1.9.3. Faktor Penunjang Keberhasilan Citra

Menurut Sutojo (2004, p45), keberhasilan perusahaan membangun citra dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor. Dari sekian banyak faktor, lima diantaranya besar pengaruhnya.

Kelima faktor adalah sebagai berikut:

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

31

 

1. Citra Dibangun Berdasarkan Orientasi Terhadap Manfaat Yang Dibutuhkan Dan

Dinginkan Kelompok Sasaran

Contohnya: perusahaan boleh saja mempromosikan citra apapun tentang diri dan

produknya, walaupun demikian akhirnya kelompok sasaran jualah yang menentukan

apakah citra itu nyata atau tidak

2. Manfaat Yang Ditonjolkan Cukup Realistis

Citra perusahaan yang ditonjolkan kepada kelompok sasaran hendaknya realistis

sehingga mudah dipercaya. Kelompok sasaran cendrung bersikap sinis atau negatif

terhadap penonjolan citra perusahaan yang tidak realistis

3. Citra Yang Ditonjolkan Sesuai Dengan Kemampuan Perusahaan

Oleh karena manfaat yang dibutuhkan dan diingikan segmen-segmen kelompok sasaran

dari perusahaan atau produk beraneka ragam, idealnya perusahaan yang ingin menarik

beberapa segmen sekaligus menonjolkan lebih dari satu jenis citra

4. Mudah Dimengerti Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran tidak memounyai banyak waktu untuk memahami arti berbagai

macam citra yang ditonjolkan oleh banyak perusahaan. Oleh karena itu setiap

perusahaan yang ingin menonjolkan citranya wajib berusaha agar citra itu mudah

dipahami kelompok sasaran mereka. Salah satu cara memudahkan kelompok sasaran

memahami citra yang ditonjolkan adalah membuat ilustrasi citra yang ditampilkan

sesingkat dan sederhana

5. Citra Adalah Sarana, Bukan Tujuan Usaha

Faktor penting lain yang wajib disadari para pengusaha adalah citra perusahaan atau

produk yang mereka bangun adalah sarana untuk mencapai tujuan usaha dan bukan

tujuan usaha itu sendiri.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

32

 

2.2. Penelitian Terdahulu

Dibawah ini adalah beberapa jurnal penelitian sebelumnya:

1. Andreas Iskandar (2007): dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Pelayanan

Restoran Platinum Lippo Karawaci Terhadap Loyalitas Pelanggan”: Kepuasan Pelanggan

Sebagai Variabel Intervening dan obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

restoran platinum Super Mall Karawaci. Analisis dilakukan dengan menggunakan 50

responden. Hasil penelititan tersebut menarik kesimpulan: Pertama, bahwa kualitas

pelayanan mempengaruhi positif terhadap kepuasan pelanggan. Kedua, bahwa

kepuasan pelanggan mempengaruhi positif terhadap loyalitas pelanggan. Ketiga, besar

pengaruh masing-masing dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dari

yang paling besar sampai paling kecil secara berturut-turut yaitu reliability,

responsiveness, assurance, tangible dan emphaty.

2. Mara Cameran, Peter Moizer, Angela Pettinicchio (2010). Judul dalam penelitian ini

adalah “Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan dan Kualitas Pelayanan Dalam Jasa

Professional”. Penelitian tersebut membalas dampak citra perusahaan dan kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di industri jasa professional. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel yang paling penting menjelaskan kepuasan pelanggan

adalah efektivitas dari perusahaan audit. Sehubungan dengan kualitas pelayanan,

kepuasan manajer adalah hal utama yang didorong oleh persepsi mereka tentang

pekerjaan audit perusahaan sebagai pelayanan nilai tambah yang bermanfaat.

Hubungan audit perusahaan, lokasi kantor auditor dan karakter kepribadian itu juga

merupakan indikator kepuasan pelanggan yang signifikan.

3. Yeti Desmiati. Judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga

terhadap Kepuasaan Pelanggan esia di wilayah Jakarta selatan”. faktor-faktor kualitas

pelayanan dan faktor harga terhadap kepuasan pelanggan esia di Jakarta selatan.

Penelitiannya menggunakan metode deskriptif dan asosiatif, dan data yang dikumpulkan

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

33

 

melalui kuisoner. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: pertama, terdapat

pengaruh positif antara faktor kualitas pelayanan dan faktor kepuasaan pelanggan,

kedua, adanya pengaruh positif antara faktor harga dan kepuasaan pelanggan, ketiga,

terdapat pengaruh positif antara faktor kualitas pelayanan dan faktor harga terhadap

kepuasaan pelanggan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kualitas Pelayanan (X1)

1. Reliability Citra Perusahaan 2. Esponsiveness (Z) 3. Assuarance 1. Hal yang 4. Emphaty Ditonjolkna 5. Tangibles Loyalitas 2. Mudah

Penumpang (Y) Dimengerti 3. Orientasi

1. Harapan Terhadap Pelanggan Manfaat 2. Hasil yang 4. Kemampuan Dirasakan Perusahaan

5. Sarana Peranan Harga

(X2) 1. Harga 2. Hasil Penjualan 3. Strategi Harga 4. Segmen Pasar Sumber: Kotler (2002)

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.3 diatas. Kerangka

pemikiran adalah rangkaian faktor-faktor yang mendukung dalam penyusunan serta untuk

menyelidiki pengaruh kualitas pelayanan, peranan harga terhadap loyalitas penumpang dan

dampaknya pada citra perusahaan. Pertama kali yang dilakukan adalah pencarian data

2.2 Gambar Kerangka Pemikiran

Kualitas Pelayanan (X1) 

1. Reliability 2. Responsivensess 

3. Assuarance 4. Emphaty 5. Tangible 

Sumber: Umar (2005) 

Loyalitas Penumpang (Y)

1. Melakukan Pembelian Secara Teratur

2. Membeli Diluar Lini Produk/Jasa

3. Merekomendasikan Jasa

4. Kekebalan pada tarikan pesaing

Sumber: Griffin (2002)

Citra Perusahaan

(Z)

1. Orientasi Terhadap Manfaat

2. Hal yang ditonjolkan

3. Kemampuan Perusahaan

4. Mudah dimengerti 

5. Sarana 

Sumber: Sutojo (2004) 

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

34

 

primer dan data sekunder untuk menguatkan penelitian ini. Variabel kulitas pelayanan yang

digunakan adalah reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangibles. Instrument

penelitian untuk variabel peranan harga meliputi penetapan harga, hasil penjualan, strategi

harga, dan pemilihan segmen pasar. Selanjutnya untuk mengukur loyalitas pelanggan pada

PT PELNI diukur dengan pembelian secara teratur, pembelian diluar lini produk/jasa,

rekomendasi jasa kepada orang lain, dan kekebalan pada tarikan pesaing. Dan untuk variabel

citra perusahaan diukur melalui orientasi terhadap manfaat, hal yang ditonjolkan

perusahaan, sarana dan prasarana, pelayanan yang mudah dimengerti, dan kemampuan

perusahaan dalam memberikan pelayanan.

Variabel kualitas pelayanan dan harga secara individual maupun simultan

diasumsikan berkolerasi dan mempengaruhi variabel loyalitas penumpang yang akan

mempengaruhi persepsi penumpang terhadap citra perusahaan PT PELNI. Berdasarkan

asumsi tersebut maka selanjutnya akan dilakukan pengukuran berapa besar pengaruh dari

kualitas pelayanan dan harga terhadap loyalitas penumpang dan besarnya pengaruh dari

kualitas pelayanan dan harga terhadap citra perusahaan baik secara langsung ataupun

melalui variabel loyalitas penumpang sebagai variabel intervening.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka untuk mencapai tujuan penelitian dalam

penelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian yang terdiri dari delapan hipotesis sebagai

berikut:

H – 1 = Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap loyalitas

penumpang.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa terhadap loyalitas

penumpang.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

35

 

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa terhadap

loyalitas penumpang.

H – 2 = Untuk mengetahui pengaruh peranan harga terhadap loyalitas penumpang

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari peranan harga terhadap loyalitas penumpang

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan dari peranan harga terhadap loyalitas

penumpang

H – 3 = Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap citra perusahaan

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan jasa terhadap citra

perusahaan

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan jasa terhadap citra

perusahaan

H – 4 = Untuk mengetahui pengaruh peranan harga terhadap citra perusahaan

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari peranan harga terhadap citra perusahaan

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan dari peranan harga terhadap citra

perusahaan

H – 5 = Untuk mengetahui pengaruh loyalitas penumpang terhadap citra perusahaan

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara loyalitas penumpang yang berdampak

terhadap citra perusahaan

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara loyalitas penumpang yang

berdampak terhadap citra perusahaan

H – 6 = Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa dan peranan harga

terhadap citra perusahaan melalui loyalitas penumpang sebagai variabel

intervening

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa dan peranan harga

terhadap citra perusahaan melalui loyalitas penumpang sebagai variabel

intervening

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00608-mn bab 2.pdf · sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat

36

 

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa dan peranan

harga terhadap citra perusahaan melalui loyalitas penumpang sebagai variabel

intervening

H – 7 = Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa dan peranan harga secara

bersamaan terhadap loyalitas penumpang

Ha : Ada pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan jasa dan peranan harga

secara bersamaan terhadap loyalitas penumpang

Ho : Tidak Ada pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan jasa dan peranan

harga secara bersamaan terhadap loyalitas penumpang

H – 8 = Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa, peranan harga, dan

loyalitas penumpang secara bersamaan terhadap citra perusahaan

Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa, peranan harga,

dan loyalitas penumpang secara bersamaan terhadap citra perusahaan

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kualitas pelayanan jasa,peranan

harga, dan loyalitas penumpang secara bersamaan terhadap citra perusahaan.