bab ii landasan teori - bina sarana informatika · bab ii landasan teori 2.1. bank menurut uu no 10...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank
Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun
internasional yang selalu bergerak cepat dan adanya tantangan-tantangan yang
semakin luas, harus diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya kepada masyarakat sesuai dengan azas
demokrasi ekonomi dengan fungsi utama sebagai penghidupan dan penyalur dana
masyarakat dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.1. Pengertian Bank
Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas
pembayaran uang, dimana lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam
mengatur kegiatan ekonomi suatu negara. Pada umumnya orang beranggapan
“Lembaga Keuangan” merupakan suatu lembaga yang kegiatan sehari-harinya
berkaitan dengan uang. Lembaga Keuangan adalah suatu badan usaha yang asset
utamanya berbentuk asset keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa
saham, obligasi, dan pinjaman daripada aktiva riil misalnya bangunan, perlengkapan
8
dan bahan baku.
Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk,
yaitu bank dan bukan bank. Dalam kegiatannya lembaga keuangan memiliki peranan
dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan dimana pengawasannya
dilakukan oleh Bank Indonesia atau bank sentral. Bank juga merupakan badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana atau uang yang dihimpun
dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank
juga memberikan jasa keuangan lainnya.
Menurut Kasmir (2015:13), secara sederhana bank diartikan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana serta memberikan jasa bank lainnya.
Bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat
untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak , uang kuliah,
dan pembayaran lainnya.
9
2.1.2. Jenis – Jenis Bank
Menurut Kasmir (2014b:19), terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan.
Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi
menentukan harga. Dari segi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan
atau jumlah produk yang ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya.
Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta
akta pendiriannya. Sedangkan dari menentukan harga, yaitu antara bank konvensional
berdasarkan bunga dan bank syariah berdasarkan bagi hasil.
Untuk jelasnya jenis bank dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
1. Jenis Bank Dilihat dari Segi Fungsinya
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
h. Dan bank jenis lainnya.
10
2. Jenis Bank Dilihat dari Segi Status
Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan
kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan
ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah
produk, modal maupun kualitas pelayanannya.
Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam,
yaitu :
a. Bank Devisa
Bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat
melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata
uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
3. Jenis Bank Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Jenis bank jika dilihat dari segi atau acaranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu :
11
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya,
bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode,
yaitu :
1) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk
produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku
bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.
2) Untuk jasa-jasa lainnya bank lainnya pihak perbankan konvensional
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal
atau presentase tertentu seperti biaya administrasi biaya provisi, sewa,
iuran, dan biaya-biaya lainnya. System pengenaan biaya ini dikenal
dengan istilah fee based.
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah dengan cara :
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah)
3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
12
4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah)
5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
4. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah
Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh
bank milik pemerintah antara lain :
1) BNI (Bank Negara Indonesia)
2) BRI (Bank Rakyat Indonesia)
3) BTN (Bank Tabungan Negara)
4) Bank Mandiri
Sedangkan Bank Milik Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat
I dan tingkat II masing-masing provinsi, contohnya yaitu :
1) BPD Sumatera Utara
2) BPD Sumatera Selatan
3) BPD DKI Jakarta
4) BPD Jawa Barat
5) BPD Jawa Tengah
6) BPD Jawa Timur
13
7) BPD Kalimantan Timur
8) BPD Sulawesi Selatan
9) BPD Bali
10) BPD Nusa Tenggara Barat
11) Dan BPD lainnya.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Contoh bank milik
swasta nasional, yaitu :
1) Bank Bumi Putra
2) Bank Bukopin
3) Bank Central Asia
4) Bank Danamon
5) Bank Internasional Indonesia
6) Bank Lippo
7) Bank Muamalat
8) dan Bank Swasta lainnya.
c. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing suatu negara. Contoh bank milik
asing, yaitu :
14
1) ABN AMRO Bank
2) American Express Bank
3) Bank Of America
4) Bangkok Bank
5) Bank of Tokyo
6) City Bank
7) Chase Manhattan Bank
8) Deutsche Bank
9) European Asian Bamk
10) Hongkong Bank
11) Standard Chartered Bank
12) Bank Asing lainnya
d. Bank Milik Campuran
Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas
dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:
1) Bank Finconesia
2) Bank Merincorp
3) Bank PDFCI
4) Bank Sakura Swadarma
5) Ing Bank
6) Inter Pacific Bank
15
7) Paribas BBD Indonesia
8) Sanwa Indonesia Bank
9) Sumitomo Niaga Bank
10) Mitsubishi Buana Bank
11) Bank Campuran lainnya.
2.1.3. Kegiatan-Kegiatan Bank
Sama seperti halnya pedagang atau perusahaan lainnya, kegiatan pihak
perbankan secara sederhana dapat kita katakan adalah membeli uang (menghimpun
dana) dan menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum.
Dalam melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank
umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat. Kegiatan bank umum lebih luas dari
bank perkreditan rakyat. Artinya produk ditawarkan oleh bank umum lebih beragam,
hal ini disebabkan bank umum mempunyai kebebasan untuk menentukan produk dan
jasanya. Sedangkan bank perkreditan rakyat mempunyai keterbatasan tertentu
sehingga kegiatannya lebih sempit.
Kegiatan-kegiatan bank umum yang ada di Indonesia menurut Kasmir
(2015:36) adalah sebagai berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :
a. Simpanan Giro (Demand Deposit) yang merupakan simpanan pada bank di
mana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
atau bilyet giro.
16
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah
dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku tabungan,
kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan
bilyet deposito dan sertifikat deposito.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk :
a. Kredit Investasi adalah kredit yang diberikan kepada para investor untuk
investasi yang penggunaannya jangka panjang.
b. Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna
memperlancar transaksi perdagangan.
c. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para pedagang,
baik agen –agen maupun pengecer.
d. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau
dipakai untuk keperluan pribadi.
e. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang
atau jasa.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti : Transfer (Kiriman Ulang),
Inkaso (Collection), Kliring (Clearing), Safe Deposit Box, Bank Card, Bank
Notes (Valas), Bank Garansi, Referensi Bank, Bank Draft, Letter of Credit
17
(L/C), Cek Wisata (Travellers Cheque), Jual beli surat-surat berharga, menerima
setoran-setoran, melayani pembayaran-pembayaran.
2.2. Kredit
Dalam bahasa sehari – hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang
dengan membayar dengan cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh
pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau
angsuran sesuai dengan perjanjian.
Menurut Kasmir (2015:81), kata kredit berasal dari kata “credere” yang
artinya kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti
mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi si pemberi kredit artinya
memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti
kembali.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Kredit adalah Kepercayaan atau
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau penyediaan uang yang dapat
dipersamakan dengan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga.
18
2.2.1. Unsur – Unsur Kredit
Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain
dalam kata kredit terkandung unsur- unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga
jika berbicara kredit maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung
didalamnya.
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
menurut Kasmir (2015:84) adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa
uang atau jasa yang akan benar-benar diterima kembali dimasa mendatang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank kepada calon debitur karena sebelum dana
tersebut dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang
mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk
mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang
disalurkan.
2. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya. Kesepakatan
penyaluran kredit ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh
kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.
19
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat
dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.
4. Resiko
Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian yang
diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan
risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, yaitu akibat
terjadinya musibah seperti bencana alam. Risiko ini menjadi tanggungan bank,
baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal
dengan nama bunga bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya
provisi, dan komisi serta biaya administrasi, kredit ini merupakan keuntungan
utama suatu bank.
2.2.2. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan.
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit Menurut Kasmir (2014b:116)
adalah sebagai berikut :
20
1. Mencari Keuntungan
Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut
terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Debitur
Untuk membantu usaha debitur yang memerlukan dana, baik dana investasi
maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan
dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya
peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
Disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai
berikut :
1. Untuk Meningkatkan Daya Guna Uang
Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang
hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan
diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang
atau jasa oleh si penerima kredit.
2. Untuk Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu
21
wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang
dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya.
3. Untuk Meningkatkan Daya Guna Barang
Untuk kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk
memperoleh barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
4. Meningkatkan Peredaran Barang
Kredit dapat juga menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah
ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah
kewilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah
barang yang beredar.
5. Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan oleh masyarakat. Kemudian kredit dapat membantu dalam
mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan
devisa negara.
6. Untuk Meningkatkan Kegairahan Berusaha
Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha,
apalagi bagi si debitur yang memang modalnya pas-pasan.
22
7. Untuk Meningkatkan Pemerataan Pendapat
Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal
meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun
pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat
pula mengurangi pengangguran.
8. Untuk Meningkatkan Hubungan Internasional
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian
kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
2.2.3. Jenis – Jenis Kredit
Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan
kebutuhan jenis kreditnya. Dalam praktiknya, kredit yang ada di masyarakat terdiri
dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemebrian fasilitas kredit oleh bank kepada
masyarakat.
Menurut Kasmir (2015:85), secara umum jenis - jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dilihat dari berbagai segi, yakni sebagai berikut :
1. Segi Kegunaan
Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu :
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu
23
periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit Modal Kerja
Yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk
mendukung kredit investasi yang sudah ada.
2. Segi Tujuan Kredit
Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah sebagai berikut :
a. Kredit Produktif
Yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
b. Kredit Konsumtif
Yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.
c. Kredit Perdagangan
Yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan tersebut.
3. Segi Jangka Waktu
Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya amsa pemberian kredit mulai dari
pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini adalah sebagai
berikut :
24
a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling
lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Yaitu kredit yang jangka waktunya berkisar antara satu tahun sampai dengan
tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
c. Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang, yaitu di atas 3
tahun atau 5 tahun. Biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang
seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk juga
kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Segi Jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas
kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat - surat berharga minimal
senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah sebagai
berikut :
a. Kredit dengan jaminan
Yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
25
5. Segi Sektor Usaha
Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut :
a. Kredit pertanian
b. Kredit peternakan
c. Kredit Industri
d. Kredit Pertambangan
e. Kredit Pendidikan
f. Kredit Profesi
g. Kredit Perumahan
h. Dan sektor - sektor usaha lainnya.
2.2.4. Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, bank harus merasa yakin bahwa
kredit yang diberikan benar- benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari
hasil penilaian kredit tersebut disalurkan.
Dalam melakukan penelitian kriteria- kriteria serta aspek penilaian tetap
sama. Begitu pula dengan ukuran- ukuran yang diterapkan sudah menjadi standar
penilaian setiap bank.
26
Menurut Kasmir (2015:101), prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C
kredit adalah sebagai berikut :
1. Character
Sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya untuk
memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau waktu dari orang - orang yang
akan diberikan kredit benar - benar dapat dipercaya.
2. Capacity (Capability)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari
laba.
3. Capital
Untuk mengetahui sumber - sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan
harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung bank dari risiko kerugian.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan
untuk dimasa yang akan akan datang sesuai sektor masing-masing.
27
2.2.5. Prosedur Pemberian Kredit
Proses pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi
perbedaan mungkin hanya terletak dari proses dan persyaratan yang ditetapkannya
dengan pertimbangan masing- masing.
Menurut Kasmir (2015:106) secara umum dijelaskan prosedur pemberian
kredit oleh badan hukum sebagai berikut :
1. Pengajuan Proposal
Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan
dalam suatu proposal. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara
lain sebagai berikut :
a. Riwayat perusahaan
Seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, perkembangan
perusahaan, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya, serta
wilayah pemasaran produknya.
b. Tujuan pengambilan kredit
Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas
produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.
c. Besaranya kredit dan jangka waktu
Dalam proposal permohon menentukan besarnya jumlah kredit yang
diinginkan dan jangka waktu kreditnya.
28
d. Cara pemohonan mengembalikan kredit
Dijelaskan secara rinci cara - cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya
apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.
e. Jaminan kredit
Jaminan kredit yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat. Penilaian
jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan
sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas - berkas yang telah
dipersyaratkan seperti : Akte Pendirian Perusahaan, Bukti diri (KTP) para
pengurus dan pemohon kredit, TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak), Neraca dan laporan rugi laba 3 (tiga) tahun
terakhir, Foto copi sertifikat yang dijadikan jaminan, Daftar penghasilan
bagi perseorangan, Kartu Keluarga bagi perseorangan.
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika menurut pihak perbankan
belum lengkap atau belum cukup, maka nasabah diminta untuk segera
melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup
melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya prmohonan kredit dibatalkan
saja.
29
3. Penilaian Kelayakan Kredit
Penilaian kelayakan kredit dilakukan dengan menggunakan 5C atau 7P, namun
untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian studi
kelayakan.. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memnuhi
syarat atau tidak. Adapun aspek - aspek yang perlu dinilai adalah :
a. Aspek Hukum : Akta notaris, KTP, TDP, NPWP, Izin Usaha, Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), Sertifikat berharga, Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB), dll.
b. Aspek Pasar dan Pemasaran : Prospek usaha sekarang dan di masa yang akan
datang.
c. Aspek Keuangan : Laporan Keuangan yaitu Neraca dan Laporan Rugi dan
Laba 3 tahun terakhir.
d. Aspek Teknis/Operasi : Masalah lokasi usaha, kelengkapan sarana dan
prasarana yang dimiliki termasuk layout gedung dan ruangan.
e. Aspek Manajemen : Menilai pengalaman peminjam dalam mengelola
usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimiliki.
f. Aspek Ekonomi Sosial : Menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi
masyarakat luas, baik ekonomi maupun sosial.
g. Aspek AMDAL : Menilai apakah usaha yang dibuatnya sudah memenuhi
kriteria analisis dampak lingkungan terhadap darat, air dan udara sekitarnya.
30
4. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan
langsung dengan calon peminjam, untuk mendapatkan keyakinan apakah
berkas-berkas tersebut sesuai dang lengkap seperti yang bank inginkan.
5. Peninjauan ke Lokasi (On the Spot)
Yaitu melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi objek kredit. Kemudian
hasil on the spot dicocokan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak
melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah, sehingga
apa yang kita lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
6. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan yang
ada pada permohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokkan dengan
pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.
7. Keputusan Kredit
Yaitu menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak,
maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit akan mencakup :
a. Akad kredit yang akan ditandatangani
b. Jumlah uang yang diterima
31
c. Jangka waktu kredit
d. dan biaya- biaya yang harus dibayar.
Keputusan kredit biasanya untuk jumlah tertentu merupakan keputusan tim.
Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan
sesuai dengan alasannya masing- masing.
8. Penandatanganan Akad Kredit / Perjanjian Lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusannya kredit, maka sebelum
kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit,
kemudian mengikat jaminan kredit dengan hipotek atau surat perjanjian yang
dianggap perlu.
Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau
dengan melalui notaris.
9. Realisasi Kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat- surat yang diperlukan
dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
Dengan demikian, penarikan dana kredit dapat dilakukan melalui rekening yang
telah dibuka. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi
dari pemberian kredit dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit. Pencairan
dana kredit tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak dan dapat dilakukan
sekaligus atau secara bertahap.
32
2.3. Kredit Usaha Mikro
Menurut Linggau & Hamidah (2010:17), Usaha Mikro adalah kegiatan
ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum
terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Dengan hasil penjualan (omset)
tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), atau memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan definisi Kredit Usaha Mikro
adalah kredit yang besarnya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Menurut PT Bank Mandiri Tbk (2013:2), Kredit Usaha Mikro adalah Kredit
yang diberikan kepada pengusaha mikro untuk membiayai kebutuhan usaha produktif
baik untuk kebutuhan investasi maupun kebutuhan modal kerja. Usaha produkti
tersebut adalah milik perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
criteria usaha mikro sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang
UMKM, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (Tiga ratus
juta rupiah).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kredit mikro adalah
Usaha produktif dan konsumtif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro yang memiliki limit sampai dengan
33
Rp.100.000.000,-.
Indonesia adalah salah satu Negara yang mengalami krisis ekonomi tahun
1997/1998 sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Saat itu roda perekonomian
seakan mati suri, bisnis cenderung berjalan di tempat, dan banyak pelaku bisnis
terpaksa gulung tikar. Hanya pelaku bisnis yang masuk kategori Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) yang dapat bertahan dengan kokoh, khususnya Usaha Mikro.
Fakta ini menunjukkan bahwa Usaha Mikro merupakan potensi bisnis yang sangat
besar. Akan tetapi sangat sedikit yang peduli dan masih banyak usaha mikro yang
belum terlayani dengan baik oleh Bank, karena dalam image masyarakat Bank hanya
melayani orang gedongan saja. Atau Bank-bank yang memang belum ingin melayani
segmen ini karena dibatasi pemikiran bahwa Usaha Mikro tidak dapat memenuhi
persyaratan Perbankan.
Menurut Data Kementerian Koperasi dan UKM serta Data Biro Pusat Statistik
(BPS) tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha di Indonesia adalah 4.372
unit (0,01%) Usaha Besar, Usaha Menengah 39.657 unit (0,08%), Usaha Kecil
520.221 unit (1,01%) dan Usaha Mikro 50.697.659 unit (98,90%). Jika Bank – bank
tersebut dapat mengelola bisnisnya bersama Usaha Mikro dengan baik maka
keuntungan bukan hanya berpihak kepada Bank saja tetapi juga bagi Usaha Mikro.