bab ii landasan teori a. peran 1. definisi...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Definisi Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peranan adalah sebagian
dari tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Menurut Grass Massan
sebagaimana dikutip oleh David berry mendefinisikan peranan sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan individu yang mempunyai
kedudukan sosial tertentu.2Peranan (role) merupakan proses dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, ia menjalankam suatu
peranan.3 Peranan mencangkup tiga hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseirang dalam
kehidupan bermasyarakat
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Setiap posisi dalam struktur kelompok masyarakat mempunyai suatu
peranan terkait yang terdiri dari perilaku yang diharapkan dari pemegang
posisi tersebut.4 Dalam menjalankan perananya diharapkan menggunakan
cara-cara yang sesuai dengan harapan masyarakat, namun adalakalanya
orang-orang yang diharapkan belum mampu berperan menurut cara-cara
yang konsisten dan belum memenuhi harapan orang lain. Keadaan seperti
ini disebut enaced role (peranan nyata) yaitu keadaan sesungguhnya dari
1 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), 667.
2 David Berry, Pokok-pokok Pikiran dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1955), 99 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: Rajawali pers, 2009), 213.
4 James L Gibson dkk. Organisasi Perilaku Struktur Proses (Jakarta: Erlangga, 1996),
248.
seseorang dalam menjalankan peranan tertentu. Ketidak selarasan
pelaksanaan dalam menjalankan peranan tersebut diakibatkan karena
kurangnya pengertian para individu terhadap persyaratan-persyaratan bagi
peran yang harus dijalankan, kesenjangan untuk bertindak menyimpang
dari peranan-peranan yang diharapkan, ketidak mampuan individu
memerankan peranan tersebut secara selektif.
2. Perangkat Peranan
Perangkat mutlak adanya karena sebagian besar kelompok mempunyai
harapan peranan sendiri-sendiri, sebagian besar individu mempunyai
seperangkat peranan yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai
harapan atas invidu dalam suatu peranan. Perangkat peranan berkenaan
dengan mereka yang menaruh harapan atas perilaku sesorang dalam
peranan tertentu. Untuk dapat memenuhi harapan yang telah ditanam
orang lain kepada pemegang peranan, haruslah mempunyai sikap
profesional dan tidak mempunyai status peranan ganda, yaitu datu individu
mempunyai macam-macam peran dalam waktu yang sama. Jika individu
dapat memerankan peranya secara profesional secara konsisten, maka
konflik peran yang dihadapi suatu waktu dapat terselesaikan dengan baik.5
3. Konflik Peranan
Konflik peranan muncul apabila seseorang dalam suatu organisasi
menerima pesan yang tidak sesuai dengan perilaku peranan yang
seharusnya dilakukan karena berbagai faktor penyebab, slah satunya
adalah kebergandaan peranan dan perangkat peranan. Tidak mungkin bagi
seseorang menghadapi suatu situasi kejadian simultan dari berbagai
tuntutan peranan dimana presttasi yang satu menghalangi yang lainnya.
Jika hal ini terjadi, individu tersebut menghadapi situasi yang disebut
konflik peranan. Beberapa bentuk konflik peranan yang memungkinkan
terjadi dalam suatu organisasi, antara lain:6
a. Konflik Peranan Orang
5 James L Gibson, Organisasi Perilaku Struktur..., 257.
6 James L Gibson, Organisasi Perilaku Struktur..., 259.
Konflik peranan orang terjadi jika tuntutan peranan
melanggar nilai-nilai dasar, sikap, dan kebutuhan individu yang
menduduki suatu posisi.
b. Konflik di dalam Peranan
Konflik ini terjadi jika individu yang berbeda merumuskan
suatu peranan menuntut perangkat harapan yang berbeda, sehingga
tidak mungkin bagi orang yang memegang peranan untuk
memenuhi semua harapan tersebut. Hal ini mungkin terjadi jika
peranan tertentu mempunyai perangkat peranan yang rumit.
c. Konflik Antar Peran
Konflik ini mungkin terjadi ketika seorang pemegang
peranan menghadapi peranan ganda. Konflik ini terjadi karena
individu secara bersamaan menampilkan banyak peran, beberapa
diantaranya mempunyai harapan yang bertentangan.
B. Koperasi dan Koperasi Mina
1. Definisi Koperasi dan Koperasi Mina
Koperasi berasal dari kata co yang berarti bersama serta operation
yang mengandung makna berbeda. Jadi, secara leksikologis koperasi
bermakna sebagai suatu perkumpulan kejasama yang beranggotakan
orang-orang maupun badan-badan dimana ia memberikan kebebasan
untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya.7
Menurut Pandji Anoraga, Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama
dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini diadakan orang karena
adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Untuk mencapai
tujuan hidup itu diperlukan adanya kerja sama yang akan berlangsung
terus, oleh sebab itu dibentuklah suatu perkumpulan sebagai bentuk
kerjasama itu.8 Dalam Undang-Undang koperasi tahun 1967 No. 12
tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut:
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan
7 Pandji Anoraga dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 1. 8 Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), 1.
hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai
usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.9
Maksud dari kalimat “rakyat” di atas adalah orang-orang yang
kondisi ekonominya relatif lemah, yang perlu menghimpun tenaganya
agar mampu menghadapi kelompok-kelompok yang relatif kuat.
Sedangkan kata berwatak sosial adalah dasar koperasi merupakan
kerjasama. Di dalam koperasi, anggota perkumpulan bekerja sama
berdasarkan kesukarelaan, persamaan derajat dan persamaan hak dan
kewajiban. Sesuai dengan asas demokrasi, berarti koperasi adalah
milik para anggota sendiri dan dengan demikian pada dasarnya
koperasi diatur, diurus dan diselenggarakan sesuai dengan para
anggota perkumpulan itu sendiri.
Menurut Ahmad Sudrajat dalam bukunya Glosarium Kelautan dan
Perikanan pengertian koperasi perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatn sumberdaya ikan
dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengelolaan
sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan.10
Jadi secara umum yang dimaksud dengan koperasi perikanan
adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
perekonomian, yang anggota-anggotanya terdiri dari pengusaha,
pemilik alat perikanan, buruh atau nelayan yang kepentingan serta
mata pencaharianya langsung berhubungan dengan usaha perikanan.11
Tabel 2.1
9 Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, 4.
10 Ahmad Sudradjat, Glosarium Kelautan dan Perikanan (Jakarta: Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, 2006), 138. 11
Soetrisno Saleh, Buku II Ekonomi Perikanan Teori dan Penerapan Dalam
Perusahaan Niaga (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1984), 78.
Perbedaan-perbedaan antara Koperasi dan Perusahaan Konvensional12
Anggota
Koperasi Perusahaan
Keanggotaan terbuka
untuk semua pemakai
Terbuka untuk para penanam
modal tertentu
Modal Jumlahnya kecil tidak
merupakan halangan
bagi para anggota.
Pemasukan modal
sebanding dengan
pemanfaatan atas
pelayanan koperasi.
Penanam modal memperoleh dari
pembelian saham yang ditawarkan
dengan harga pasar. Menambah
jumlah anggota sebanyak jumlah
penanam modal sesuai yang
diperlukan.
Pemilik Pemakai adalah pemilik Penanam modal adalah pemilik
Berada pada anggota
atas dasar yang adil dan
sama
Penanam modal sebanding dengan
modal yang ditanam oleh tiap-tiap
penanam modal.
Manfaat Anggota memperoleh
man untuk modalnya
terbatasnfaat sebanding
atas jasa yang telah
diberikan baginya oleh
koperasi. Tingkat bunga
yang dibayarkan
Penanam modal memperoleh
bagian laba sebagai hasil dari
modal yang ditanamkannya
sebanding dengan modal yang
ditanamkannya.
2. Rukun Koperasi
Menurut Imam Hanafi, sebagaimana dikutip Zaidi Abdad bahwa
hanya ada dua rukun koperasi yaitu ijab dan qabul13
. Tetapi para ulama
dan praktisi perbankan menjabarkan rukun koperasi menjadi:
a. Sighat atau ucapan ijab dan qabul (penawaran dan permintaan)
b. Pihak yang berkontrak
c. Objek kesepakatan
12
Tiktik Sartika Pratomo, Ekonomi Koperasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), 18. 13
Zaidi Abdab, Lembaga Perekonomia Umat (Bandung: PT Angkasa Bandung, 2003),
103.
Dalam kasus operasional KUDMWB ini kegiatan kerjanya dibagi
menjadi dua jenis, yaitu SPDN dan pelelangan ikan, maka rukun yang ada
di dalam koperasi ini adalah:
a. Untuk kegiatan pelelangan ikan:
- Adanya ijab dari pengurus Koperasi yang menawarkan
pelelangan hasil tangkapan ikan anggota maupun non anggota
KUDMWB
- Adanya qabul yang menunjukan kesediaan membeli ikan dari
hasil tangkapan tsb. Dalam hal ini pembeli lelangan ikan adalah
anggota KUDMWB
- Adanya nelayan yang melelang ikan
- Adanya pembeli lelangan ikan
- Adanya pengurus dari pihak Koperasi yang menangani kegiatan
pelelangan ikan
- Adanya barang berupa hasil tangkapan
b. Untuk kegiatan SPDN:
- Adanya nelayan yang membeli solar
- Adanya petugas SPDN dari pihak KUDMWB
- Adanya ijab yang menyatakan permintaan untuk membeli
- Adanya qabul yang menunjukan kerelaan untuk menjual
- Adanya solar untuk diperjual belikan
3. Karakteristik Koperasi14
a. Keanggotaan bersifat Sukarela dan Terbuka
Karakter dari koperasi ialah salah satunya anggotanya
bergabung tanpa adanya unsur paksaan dan terbuka, yang ratinya
setiap warga Indonesia berhak untuk menjadi anggota koperasi
sealama mereka memiliki kepentingan yang sama dan memenuhi
persyaratan keanggotaan koperasi.
14
Sugiharsono, Sistem Ekonomi Koperasi Sebagai Solusi Masalah Perekonomian
Indonesia: Mungkinkah?, dalam Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Volume 6 Nomor 1, April 2009,
28.
b. Pengelolaan Koperasi Dilaksanakan Secara Demokratis
Kekuasaan tertinggi sebauah koperasi terletak pada
anggotanya, maka pengelolaan koperasi juga harus didasarkan atas
kehendak anggota. Pembentukan kebijakan umum sebuah koperasi
ditentukan melalui Rapat Anggota, kemudian kebijakan tersebut
dilaksanakan oleh anggota melalui Pengurus, dan dikendalikan
oleh anggota melalui Badan Pengawas.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sesuai dengan
jasa masing-masing anggota.
Dalam hal ini mengindikasikan bahwa koperasi sangat
menjunjung tinggi keadilan. Anggota yang memiliki banyak jasa
terhadap koperasi akan mendapatkan bagian SHU yang besar, atau
sebaliknya.
d. Pemberian Balas Jasa yang Terbatas terhadap Modal
Modal yang telah diberikan oleh anggota berupa simpanan
akan dibalas oleh koperasi berbentuk jasa yang setimpal dengan
kemampuan koperasi dan tidak memberi kelebihan atas modal
yang telah ditanam anggotanya
e. Kemandirian
Koperasi mampu hidup mandiri, baik dalam hal
permodalan, organisasi, manajemen, maupun SDMnya.
f. Pendidikan Perkoperasian
Kemampuan anggota koperasi adalah suatu kunci sukses
bagi koperasi, maka jalan untuk meraihnya yaitu dengan
Pendidikan yang harus ditempuh para anggota. Pendidikan yang
revelan terhadap kebutuhan kemajuan koperasi.
g. Kerjasama Antar Koperasi
Poin ini dimaksudkan untuk memperkokoh kedudukan
koperasi dalam menghadapi persaingan dunia usaha, disamping
dengan koperasi, kerjasama juga bisa dilaksanakan dengan pihak-
pihak non koperasi. Hubungan kerjasamanya yang dijalin harus
berupa hubungan mitra kerja yang sejajar dan saling
menguntungkan.
4. Pembagian Koperasi
Koperasi dibagi menjadi lima jenis jika dilihat dari kesamaan
kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya15
, yaitu:
a. Koperasi Simpan Pinjam
Sebuah koperasi yang modalnya diperoleh dari simpanan
pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian
modal yang telah terkumpul tersebut dipinjamkan kepada para
anggota koperasi dan terkadang juga dipinjamkan kepada orang
lain yang bukan anggota koperasi yang memerlukan pinjaman
uang, baik untuk keperluan komsumtif maupun untuk modal kerja.
Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya
yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para
anggotanya. Menurut Widiyanti dan Sunindhia, koperasi simpan
pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup
berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap
perkoperasian.
Untuk mencapai tujuannya, berarti koperasi simpan pinjam
harus melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas,
manajer dan yang paling penting, rapat anggota. Pengurus
berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan tinggi, pemberi
nasehat dan penjaga berkesinambungannya organisasi dan sebagai
orang yang dapat dipercaya.16
b. Koperasi Konsumen
Koperasi yang menyelenggarakan fungsi pembelian atau
pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota
sebagai konsumen akhir. Di sini anggota berperan sebagai pemilik
15
Astri Ken Palupi, Pengaruh Ukuran Koperasi dan Jenis Koperasi Terhadap Kualitas
Sistem Pengendalian Intern (Fakultas Ekonomi undip). Dalam Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis,
Vol. 01, 01, Oktober, 2001, 7.
16Rishanti Roziana, dalam Jurnal Koperasi Simpan Pinjam, 12 November 2013.
Diunduh di Cirebon 31 Januari 2015 Pukul 00:31 WIB https://rishantyroziana.wordpress.com
dan pembeli atau konsumen bagi koperasinya. Untuk melayani
anggotanya, koperasi konsumsi biasanya mengadakan usaha
berupa:
1. Membeli barang-barang konsumsi keperluan sehari-hari dalam
jumlah yang besar sesuai dengan kebutuhan anggota.
2. Menyalurkan barang-barang konsumsi kepada para anggotanya
dengan harga yang layak.
3. Berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk
keperluan anggota.
c. Koperasi Prokdusi
Koperasi yang menghasilkan barang dan jasa, dimana
anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi, di
sini anggota berperan sebagai pemilik dan pekerja koperasi.
Koperasi produksi ini terdapat dua macam, yaitu koperasi produksi
kaum buruh dan koperasi produksi kaum pengusaha. Koperasi
produksi kaum buruh anggotanya terdiri dari para buruh yang
memiliki keterampilan tertentu kemudian mereka mengumpulkan
modal dan membangun perusahaan bersama. Koperasi produksi
kaum pengusaha atau produsen anggotanya adalah orang-orang
yang masing-masing mempunyai perushaan sendiri. Pada
umumnya mereka adalah para produsen kecil, seperti koperasi
produsen pertanian, koperasi produsen perkebunan, dsb.17
d. Koperasi Pemasaran
Koperasi yang menyelenggarakan fungsi distribusi barang
atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan
konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok
barang atau jasa kepada koperasinya
e. Koperasi Jasa
Koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang
dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam, asuransi,
17
Abdulah Safei dalam Media Syariah, vol.XIV No.1. 2012. Koperasi Syariah:
Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya, 77.
angkutan, dan sebagainya. Di sini anggota berperan sebagai
pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi
5. Landasan-landasan Koperasi
a. Landasan Idiil
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai pancasila
sebagai falsafahnya. Didalamnya termasuk memuat landasan iidil
koperasi yaitu dalam Undang-undang No. 12/1967, pasal 2 ayat 1.
b. Landasan Strukturil dan Landasan Gerak
Landasan strukturil Koperasi Indonesia adalah Undang-
undang Dasar 1945 dan Landasan Geraknya adalah pasal 31 ayat 1
UUD 1945 beserta penjelasannya yang berbunyi:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
azas-azas kekeluargaa”.
dan penjelasannya berbunyi:
“Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua untuk semua dibawah
pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan
kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah
Koperasi.”18
c. Landasan Mental
Landasan mental yang harus dimiliki oleh setiap anggota
koperasi adalah rasa setia kawan dan kesadaran pribadi.
6. Fungsi dan Tujuan Koperasi
Fungsi koperasi tertuang dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1967,
bagian 2, pasal 4 yang berbunyi:
a. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi
untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat
b. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat pendemokrasian
ekonomi nasional
c. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai salah satu urat nadi
perekonomian bangsa Indonesia
18
G. Kartasapoetra dkk, Koperasi Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 7.
d. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat pembina insan
masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa
Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian
rakyat.
Sebagai alat perjuangan ekonomi, tentang hal ini jelas
terkandung dalam azas-azas dan sendi-sendinya, yang bermakna
bahwa:
1. Tujuan koperasi itu bukan untuk mengejar keuntungan semata,
melainkan jasa-jasa agar para anggotanya bersemangat dan
bergairah kerja, sehingga tercapai peningkatan pendapatannya
2. Dalam memberikan jasa-jasa, koperasi selain berjuang untuk
memberikan kemudahan-kemudahan dan menyediakan fasilitas-
fasilitas untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan para anggotanya,
juga memberikan bimbingan dan usaha pembinaan kepada para
anggotanya agar mereka maing-masing dapat memperbaiki cara
kerja, mutu hasil kerja dan jumlah hasil kerja, sehingga dalam
wadah koperasi secara terpadu dan terarah mereka dapat
memberikan sumbangan besar, baik terhadap pembangunan
masyarakat pedesaan, regional dan nasional.
Koperasi Indonesia sebagai alat pendemokrasian ekonomi
nasional, hal ini berarti bahwa koperasi-koperasi harus memegang
peranan aktif untuk mewujudkan tercapainya kesejahteraan hidup
masyarakat. Dalam demokrasi ekonomi, perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan, sehingga
sistem-sistem lain, selain sistem demokrasi ekonomi dapat
terhindarkan.
Koperasi Indonesia berfungsi sebagai Urat Nadi Perekonomian
bangsa Indonesia, indikatornya adalah perkembangan Koperasi Unit
Desa (KUD), dimana pihak KUD merupakan urat nadi tersebut,
karena:
a. KUD merupakan wadah dari para produsen yang tinggal di
pedesaan-pedesaan, yang mampu menyalurkan dengan harga yang
wajar seluruh produk-produk yang dihasilkan rakyat peesaan ke
para konsumen yang berada dii perkotaan.
b. KUD mampu mengelola pengadaan atau penyediaan produk-
produk dan fasilitas-fasilitas yang sangat diperlukan rakyat yang
ekonominya relatif lemah yang tinggal di pedesaan.
Sebagai urat nadi perekonomian, KUD dan koperasi pada
umumnya selalu bertindak untuk melindungi mereka produsen yang
ekonominya lemah, yang menjadi anggota koperasinya. Jadi KUD dan
atau Koperasi dalam hal ini memberikan jasa agar produk-produk yang
dihasilkan para anggotanya dapat dipasarkan secara terpadu dengan
memperoleh harga yang layak.
Dalam hal Koperasi Indonesia sebagai alat pembina insan
masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi Bangsa
Indonesia dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat, secara
praktek keampuhan dari peranan-peranannya adalah sebagai berikut:
a. Dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para
anggotanya, karena mereka telah merasakan manfaatnya koperasi,
maka timbullah kesadaran bahwa koperasi adalah miliknya yang
harus dipertahankan dan dikembangkan, dengan cara lebih
meningkatkan lagi kegiatan-kegiatan kerja.
b. Dengan berkoperasi, para anggotanya akan terdorong untuk hidup
secara teratur dan berhemat serta terpupuk rasa tanggung
jawabnya, hal mana erat hubungannya dengan perasaan dan
keadaan bahwa setiap anggota adalah pemili dari koperasi tersebut.
c. Dalam iklim demokrasi ekonomi, setiap orang dan atau badan
hukum akan menganggap anggota masyarakat lainnya atau badan
hukum lainnya sebagai partner untuk secara bersama-sama,
senafas dan sehaluan, berjuang mengusahakan tercapainya
masyarakat adil makmur yang berdasarkan pancasila.
d. Dengan berkembangnya Koperasi Indonesia seperti yang telah
terjadi pada dewasa ini, dimana hampir setiap kecamatan di
pelosok tanah air telah berdiri dengan kuat KUD-KUD, yang
berkemampuan selain meningkatkan kesejahteraan hidup para
anggota.19
Sedangkan fungsi Fungsi koperasi perikanan antara lain:20
1. melakukan perkreditan melalui pengembangan modal yang
diperlukan untuk kegiatan bisnis atau keperluan-keperluan pribadi
anggotanya
2. membuat fasilitas-fasilitas perbankan yang terjangka untuk
menerima simpanan dan tabungan dari anggotanya
3. pengadaan bahan-bahan kebutuhan untuk bisnis atau untuk
keperluan keluarga para aggotanya
4. mengadakan kegiatan-kegiatan pengadaan fasilitas-fasilitas umum
untuk bisnis atau untuk keperluan pribadi para anggotanya
5. aktifitas-aktifitas pencegahan kecelakaan laut, bencana alam, dan
perantaraan asuransi kapal ikan untuk para anggotanya
6. promosi manfaat dan kesejahteraan para anggotanya
7. mengadakan kegiatan-kegiatan yang meliputi peningkatan teknik
penangkapan ikan para anggotanya
8. melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai perkoperasian dan menghilangkan
kesalahan informasi bagi para anggotanya
C. Nelayan
1. Definisi Nelayan
Nelayan adalah orang-orang yang pekerjaan sehari-harinya
menangkap ikan di laut, mengumpulkan karang0karang dan lain
sebagainya yang ada di laut.21
Sedangkan menurut Direktorat Jenderal
Perikanan seperti ynag dikutip oleh Mangundjojo mengartikan istilah
nelayan sebagai mereka yang penghidupannya seluruh atau sebagian
besar bergantung pada usaha-usaha menangkap ikan yaitu melakukan
suatu perbuatan dengan alat apapun dengan tujuan mengumpulkan,
mengambil, mendaratkan ikan atau hasil hayati perairan lainnya dan
sevara aktif turut serta dalam usaha itu.22
19
G. Kartasapoetra dkk, Koperasi Indonesia...13. 20
Soetrisno Saleh, Buku II Ekonomi Perikanan Teori..., 80. 21
Pengelolaan Jabatan berdasarkan Internasional Standart Classification of Occuptions
(Jakarta: Departemen Perburuhan Republik Indonesia,1963), 58. 22
R Soediro Mangundjojo, sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan (Jakarta: Direktorat
Jenderal Perikanan, 1973), 5.
2. Kelompok Nelayan
Dalam kehidupan pesisir terdapat kelompok masyarakat nelayan yang
mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut.
Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Masyarakat nelayan tetap
Adalah kelompok masyarakat nelayan yang mata pencahariannya
adalah menangkap ikan di laut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua
kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap
tradisional. Yang membedakan antara keduanya adalah terletak pada
jenis kapal atau alat tangkap ikan yang dipakai.
b. Masyarakat nelayan pengumpul atau bakul
Adalah kelompok masyarakat nelayan yang bekerja disekitar
tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan
ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa
ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat
sekitarnya atau dibawa ke pasar-pasar lokal. Umunya yang menjadi
pengumpul ini adalah kelompok masyarakat perempuan.
c. Masyarakat nelayan buruh
Adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak
dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri-ciri dari mereka
dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan
mereka yang mengalami keterbatasan modal atau peralatan yang
memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai
anak buah kapal pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang
minim.
3. Klasifikasi Nelayan Menurut Statistik Perikanan23
a. Nelayan Penuh
Pada klasifisikasi ini nelayan adalah satu-satunya profesi yang
digeluti oleh seseorang. Tidak ada lagi profesi yang ditekuninya
selain sebagai nelayan.
23
Mubyarto, Nelayan dan Kemiskinan (Jakarta: Rajawali Press, 2002), 18.
b. Nelayan Sambilan Utama
Nelayan pada tipe ini mempunyai profesi utama sebagai nelayan,
namun ketika saat-saat profesi nelayan tidak dapat beroperasi,
maka nelayan jenis ini mempunyai kaehlian atau pekerjaan lain
yang digeluti disamping sebagai nelayan untu mendapat
penghasilan tambahan
c. Nelayan Sambilan Tambahan
Nelayan tipe ini biasanya memeiliki profesi lain sebagai sumber
penghasilan, sedangkan profesinya sebagai nelayan adalah hanya
sebatas untuk penambahan penghasilan saja.
4. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Teknologi
a. Nelayan Tradisional
Nelayan tradisional menggunakan teknologi penangkapan
yang sederhana, biasanya segala peralatan yang digunakan dalam
penangkapan ikan dengan cara manual dengan tenaga manusia
namun keterbatasan yang dimiliki tradisional juga mengakibatkan
terbatasnya jumlah tangkapan karena cakupan mecari ikan hanya
pada batas pantai saja.
b. Nelayan Modern
Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan
yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.
Jumlah hasil penangkapan ikanpun jauh lebih banyak karena segala
teknologi penangkapanya menggunakan mesin.
5. Klasifikasi Nelayan Berdasarkan Besaran Kapal Atau Perahu
a. Nelayan Mikro
Nelayan ini menggunakan perahu berukuran 0 (Nol) GT sampai
dengan 10 (Sepuluh) GT
b. Nelayan Kecil
Adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan
perahu jenis 11-60 Gt.
c. Nelayan Menengah
Adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan
perahu jenis 61-134 GT
d. Nelayan Besar
Adalah nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan
perahu jenisukurannya mulai dari 135 Gt sampai keatas.
D. Kesejahteraan
1. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan mempunyai arti yang berbeda-beda namun sama
maksudnya, yaitu kesamaan dan keselamatan, segenap hidup,
kemakmuran, dan sebagainya. Adapun kesejahteraan ynag diartikan
kemakmuran, yaitu suatu keadaan yang mana kebutuhan manusia
dipenuhi dengan wajar, secara mantap atau terus-menerus, secara
kongkrit itu berarti tersedianya barang dan jasa kebutuhan hidup tidak
hanya untuk memungkinkan hidup tetapi juga untuk mempermudah
sehingga orang-orang dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan diri dan mencapai kesejahteraan lahir batin.24
2. Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Islam adalah agama yang sempurna, mengatur urusan
pemeluknya sedetail mungkin. Begitupun mengenai kesejahteraan,
yang meliputi kesejahteraan bersama dan kesejahteraan individu.25
Dalam pandangan Islam, masyarakat dikatakan sejahtera bila terpenuhi
dua kriteria: Pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok setiap individu
rakyat; baik pangan, sandang, papan, pendidikan, maupun
kesehatannya. Kedua, terjaga dan terlidunginya agama, harta, jiwa,
akal, dan kehormatan manusia. Kesejahteraan menurut syariat islam
tidak selalu diwujudkan hanya dalam memaksimalkanpemenuhan
materi saja, akan tetapi menuntut pemenuhan aspek materi dan
spiritual dengan cara yang seimbang.26
24
Kirdi Dipoyudo, Keadilan Sosial (Yogyakarta: CV Rajawali, 1995), 18. 25
Edi Suharto, dalam the British Journal of Social Work, vol 29. Islam dan Negara
Kesejahteraan. 26
Aliyah Farwah. Faktor Sosial Terhadap Kesejahteraan Islami Keluarga Muslim di
Kota Surabaya. Dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis tahun XXIII No. A. 2013. 2 Agustus.
Pengaturan hak milik terhadap suatu kesejahteraan yang
berwujud materi juga ditegaskan dalam Islam, yang mana agama ini
mengakui hak milik individu, umum dan negara. Hak milik individu
merupakan sesuatu yang mendasar, bersifat permanen, penting,
melekat pada eksistensi manusia, dan bukan merupakan fenomena
sementara. Hak miik individu tidaklah mutlak, tetapi dibatasi oleh
kewajiban yang dibawanya. Individu dapat menikmati hak-haknya,
tetapi ia juga memepunyai kewajiban tertentu terhadap masyarakat.
Individu harus membuktikan bahwa ia hanya perwakilan dalam
memegang harta, yang sebenarnya merupakan milik Allah.
Kepemilikan umum atau kolektif dimungkinkan dalam ajaran
Islam, yaitu jika suatu benda memang pemanfa atannya
dipertunjukkan bagi masyarakat umum, karakteristik barang yang
merupakan hak milik umum, seperti:
a. Fasilitas umum, dimana jika benda ini tidak ada di dalam suatu
negeri atau komunitas, maka akan menyebabkan sengketa dalam
mencarinya
b. Bahan tambang yang relatif tidak terbatas jumlahnya
c. Sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk
dimiliki hanya oleh orang secara individual (jalan, jembatan,
irigasi, sungai, pelabuhan, dll)
Hak milik negara pada dasarnya juga merupakan hak milik
umum, tetapi hak pengelolaannya menjadi wewenang pemerintah.
Pemerintah memepunyai hak untuk mengelola hak milik ini karena
merupakan representasi kepentingan rakyat.
Gambar 2.1 Hierarki Kepemilikan27
27
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan
Praktis (Jakarta: kencana Media Group, 2010), 6.
Allah Pemilik Mutlak Alam
Semesta
Hak Milik Individu
Hak Milik Umum Hak Milik Negara
Manusia Pemilik Relatif
Dengan demikian, kesejahteraan tidak hanya buah sistem
ekonomi semata; melainkan juga buah sistem hukum, sistem politik,
sistem budaya, dan sistem sosial.
Allah „Aza Wazalla telah menjadikan agama ini sebagai dînul kâmil,
agama yang sempurna. Syari‟ahnya mengatur seluruh aspek
kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, sosial, maupun budaya. Bila
syariah diterapkan secara kaffah oleh Daulah Khilafah, niscaya
kesejahteraan hakiki, akan terwujud dalam kehidupan ini. Syariah
Islam memberikan tugas yang berbeda kepada individu, negara dan
jamaah agar mereka berperan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan. Sudah menjadi tugas individu Setiap Muslim untuk
mengoptimalkan sumberdaya yang ada pada dirinya tubuh, akal,
waktu dan usia yang merupakan anugerah Allah SWT. Setiap individu
didorong agar menggunakan kaidah kausalitas untuk mewujudkan
kesejahteraannya. Agar tercukupi kebutuhannya, setiap lelaki dewasa
diwajibkan bekerja. Setiap orang wajib memperhatikan siapa saja
keluarga dan kerabatnya yang menjadi tanggungannya. Negara dapat
melakukan intervensi ketika ada seseorang yang terlantar, padahal ada
anggota keluarganya yang berada.28
3. Sistem Pemerataan Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
Pada masa Islam awal, lembaga keuangan publik belum seperti
sekarang yang telah banyak didirikan. Dahulu hanya ada Bait al-Mal
atau keuangan publik yang memberikan kerangka umum kebijakan
keuangan publik.29
Tujuan utamanya adalah semua masyarakat harus
memperoleh jaminan atas kehidupa yang layak. Atas dasar ini, Islam
menjamin kehidupan tiap pribadi rakyat serta menjamin masyarakat
agar tetap sebagai sebuah komunitas yang mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Islam juga menjamin kemaslahatan pribadi dan
melayani urusan jama‟ah, serta menjaga eksistensi negara dengan
kekuatan yang cukup sehingga mampu memikul tanggung jawab
28
Al-wa‟ie, dalam rubrik analisis: Kesejahteraan dalam islam. Edisi 07 Juli 2011. 29
Sabahduddin Azmi, Menimbang Ekonomi Islam (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005),
182.
perekonomian negara. Hanya saja, semuaya bisa terjadi manakala
masyarakat tetap dalam suatu kondisi di mana kekayaan yang ada bisa
mencukupi kebutuhan rakyat baik secara pribadi maupun rakyat
secara keseluruhan sesuai dengan hukum syara‟.
Menurut Sholahuddin, kondisi kesenjangan kekayaan yang ada
di masyarakat harus segera diatasi dengan menerapkan keseimbangan
ekonomi melalui mekanisme distribusi. Negara yang akan
bertanggung jawab atas jalannya sisitem ekonomi di tengah-tengah
masyarakat. Negara harus mampu menjamin kebutuhan pokok setiap
rakyatnya, mendistribusikan harta orang kaya yang menjadi hak fakir
miskin, serta mengawasi pemanfaatan hak milik umum maupun
negara.30
Islam mewajibkan terjadinya sirkulasi kekayaan pada semua
anggota masyarakat, dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan
hanya pada segelintir orang.
Islam melalui sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa
berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk mengatasi
persoalan ditribusi yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pertama,
yang disebut mekanisme ekonomi, dan yang kedua mekanisme non
ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah mekanisme distribusi dengan
mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan.
Mekanisme dijalankan dengan cara membuat berbagai ketentuan dan
mekanisme ekonomi yang berkaitan dengan distribusi kekayaan.
Dengan berbagai kebijakan dan ketentuan tentang kegiatan ekoonomi
tertentu, maka diyakini distribusi kekayaan itu akan berlangsung
secara normal. Namun jika mekanisme ekonomi tidak dapat atau
belum mmapu berjalan untuk mengatasi persoalan distribusi, baik
karena sebab-sebab alamiah yang menimbulkan kesenjangan, ataupun
kondisi-kondisi khusus seperti karena bencana alam, kerusuhan, dan
lain sebagainya, maka Islam memiliki sejumlah mekanisme ekonomi
30
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 210.
dan non ekonomi yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan
distribusi kekayaan ekonomi tersebut.31
a. Mekanisme Ekonomi
Dalam mewujudkan distribusi kekayaan, maka mekanisme
ekonomi yang ditempuh pada sistem ekonomi Islam di antara manusia
yang seadil-adilnya dengan cara sebagai berikut:
1. Membuka Kesempatan Seluas-luasnya Bagi
Berlangsungnya Sebab-sebab Hak Milik dalam Hak Milik Pribadi.
Islam menetapkan sebab-sebab utama seseorang memiliki
harta yang berkaitan dengan hak milik pribadi, yaitu dengan cara
bekerja, warisan, kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup,
harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat, dan harta-
harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan
harta atau tenaga apapun. Membuka kesempatan kerja seluas-
luasnya bagi seluruh anggota masyaratakat adalah salah satu bentuk
distribusi kekayaan melalui mekanisme ekonomi. Salah satu upaya
yang lazim dilakukan manusia untuk memperoleh kekayaan adalah
dengan cara bekerja.32
2. Memberikan Kesempatan Seluas-luasnya Bagi
Berlangsungnya Pengembangan Hak Milik Melalui Investasi
Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang dignakan
untuk mendapatkan tambahan hak milik tersebut. Karena Islam
mengemukakan dan mengatur serta menjelaskan suatu mekanisme
untuk mengembangkan hak milik. Maka pengembm angan itu
harus terkait denganhukum-hukum tertentu yang telah dibuat oleh
syara’.33
3. Larangan Menimbun Harta Benda Walaupun Telah
Dikeluarkan Zakatnya.
Islam melarang penimbunan harta benda walaupun telah
dikeluarkan zakatnya, dan mewajibkan pembelanjaan terhadap
31
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 206. 32
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 208. 33
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 209.
harta tersebut, agar ia beredar di tengah-tengah masyarakat
sehingga dapat diambil manfaatnya.34
4. Membuat Kebijakan Agar Harta Beredar Secara Luas Serta
Menggalangkan Berbagai Kegiatan Syirkah dan Mendorong Pusat-
Pusat Pertumbuhan
Islam menganjurkan agar harta beredar di seluruh anggota
masyarakat, dan tidak beredar di kalangan tertentu, sementara
kelompok lainnya tidak mendapat kesempatan. Caranya adalah
dengan kegiatan syirkah, yang mana pemilik modal bisa
bekerjasama dengan masyarakat lain dengan membagi keuntungan
sesuai dengan kesepakatan yang adil dan berkah.35
Aktifitas yang
dilakukan oleh anggota KUD ialah para pemilik modal yang
berstatus sebagai anggota menyimpan modal berupa Simpanan
Pokok dan Simpnan Wajib yang mana modal tersebut nantiya akan
dikelola untuk menjalankan aktifitas ekonomi dan kemudian
menghasilkan keuntungan di setiap tahunnya, maka aktifitas ini
sangat tepat agar harta dapat beredar dengan baik.
5. Larangan Kegiatan Monopoli
Islam sangat mengecam kepada orang-orang yang melaukan
monopoli produk-produk yang sangat diperlukan bagi masyarakat,
baik itu produk jenis produk hak milik pribadi maupun yang
lainnya.36
6. Larangan Kegiatan Judi, Riba, Korupsi, pemberian Supa dan
Hadiah Kepada Penguasa.
Judi dan riba merupakan penyebab utama uang yang hanya
akan bertemu dengan uang (bukan dengan barang dan jasa), dan
beredar di antara orang-orang yang kaya saja.37
34
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 212. 35
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 213. 36
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 214. 37
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 216.
b. Mekanisme Non Ekonomi
Pendistribusian harta dengan mekanisme non ekonomi antara
lain dengan pemberian Negara kepada rakyat yang Membutuhkan.
Pemberian harta negara tersebut dengan maksud agar dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat
memanfaatkan pemilikan mereka secara merata. Pemenuhan
kebutuhan tersebut dapat diberikan secara langsung ataupun tidak
langsung dengan jalan memberikan berbagai sarana dan fasilitas
sehingga pribadi padat memenuhi kebutuhan hidup mereka.38
Salah
satu caranya adalah dengan berzakata. Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh agama, dan disalurkan kepada orang-orang yang telah
ditentukan pula, yaitu delapan golongan yang berhak menerima zakat.
Zakat bermakna At-Thohuru, yang artinya membersihkan atau
mensucikan.39
Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu
menunaikan zakat karena Allah dan bukan karena ingin dipuji
manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikan baik hartanya
maupun jiwanya.
38
Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam..., 219. 39
https://www.rumahzakat.org/zakat/pengenalan-zakat/ diakses di Cirebon, 7 Maret
2015 Pukul 14:46 WIB.