bab iii konsep pendidikan moral menurut lawrence...

37
88 BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE KOHLBERG A. Biografi Lawrence Kohlberg Lawrence Kohlberg lahir pada tanggal 25 oktober tahun 1927 dan dibesarkan di Brouxmille, New York. Pada tahun 1948, Kohlberg masuk universitas Chicago, setahun kemudian dia mendapatkan gelar Bachelor dengan bidang yang diambil adalah psikologi, dan tertarik dengan teori Piaget. Pada tahun 1958 Kohlberg lulus S3 dengan disertasi: The Development of Modes of Thinking and Choices in the year 10 to 16. DisertasiS ini merupakan landasan teori perkembangan moral. 1 Teori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi Swiss yaitu Jean Piaget (1896 1980) tentang perkembangan moral kognitif, selain Piaget, pemikiran pemikiran Kohlberg melalui tahap tahap yang syarat dipengaruhi oleh John Dewey, Baldwin, dan Emile Durkheim. 2 Asal mula ketertarikan Kohlberg pada bidang moralitas berawal pada pengalamanya dibawah masa tirani Nazi selama belajar di sekolah berasrama dan collage. Saat menjadi mahasiswa di University of Chicago, dia mempelajari etika Kant dan filsafat politik Locke, Jefferson dan John 1 Asina Christina Rasito Pasaribu. Hubungan antara religiusitas dengan penalaran moral pada remaja akhir. Bandung: Unpad Press.2008. hlm 681. 2 Febriyanti. Perkembangan Model Moral Kognitif dan Relevansinya dalam Riset Riset Akutansi. Palembang: Jenius. 2011. hlm.65

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

88

BAB III

KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT

LAWRENCE KOHLBERG

A. Biografi Lawrence Kohlberg

Lawrence Kohlberg lahir pada tanggal 25 oktober tahun 1927 dan

dibesarkan di Brouxmille, New York. Pada tahun 1948, Kohlberg masuk

universitas Chicago, setahun kemudian dia mendapatkan gelar Bachelor

dengan bidang yang diambil adalah psikologi, dan tertarik dengan teori

Piaget. Pada tahun 1958 Kohlberg lulus S3 dengan disertasi: The

Development of Modes of Thinking and Choices in the year 10 to 16.

DisertasiS ini merupakan landasan teori perkembangan moral.1

Teori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja

psikologi Swiss yaitu Jean Piaget (1896 – 1980) tentang perkembangan

moral kognitif, selain Piaget, pemikiran – pemikiran Kohlberg melalui

tahap –tahap yang syarat dipengaruhi oleh John Dewey, Baldwin, dan

Emile Durkheim.2

Asal mula ketertarikan Kohlberg pada bidang moralitas berawal

pada pengalamanya dibawah masa tirani Nazi selama belajar di sekolah

berasrama dan collage. Saat menjadi mahasiswa di University of Chicago,

dia mempelajari etika Kant dan filsafat politik Locke, Jefferson dan John

1 Asina Christina Rasito Pasaribu. Hubungan antara religiusitas dengan penalaran moral pada

remaja akhir. Bandung: Unpad Press.2008. hlm 681. 2 Febriyanti. Perkembangan Model Moral Kognitif dan Relevansinya dalam Riset – Riset Akutansi.

Palembang: Jenius. 2011. hlm.65

Page 2: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

89

Stuart Mill yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia universal.

Selama mempelajari psikologi, dia mulai merumuskan teori perkembangan

moralnya berdasarkan pemikiran Piaget dan Dewey. Pada 1958 dia

menyelesaikan program doktoralnya di University of Chicago dengan

menulis disertasi mengenai perkembangan modus pemikiran dan pilihan

moral pada remaja.

Setelah enam tahun dijurusan psikologi, dia pindah ke Graduate

School of Education di Harvard pada tahun 1968, dimana dia

menyelesaikan sebagian besar tulisan dan risetnya sampai meninggal pada

tahun 1987. Selama di Harvard, Kohlberg mengajar mahasiswa dan

peneliti yang akan meneruskan, mengembangkan,dan mengkritik

pemikiranya. dia juga menjalankan program – program rintisan pendidikan

moral disekolah, penjara, dan institusi – institusi lainya. Dua fokus

karyanya adalah riset empiris dan teoritis tentang perkembangan moral dan

penciptaan komunitas yang adil. Menurutnya model – model sekolah dan

penjara yang dibangun berdasarkan prinsip justice dan fairness yang

merepresentasikan tahap pemikiran moral paling maju.3

Sejak tahun 1971 secara pribadi Kohlberg melibatkan diri dalam

praksis pendidikan. Dia terlibat dalam sejumlah proyek pendidikan moral

yang dirancangnya sendiri. Dia mengadakan eksperimen pertamanya

dalam bidang pendidikan moral dipenjara Niantic, dan pada than 1974 dia

3 Joy A. Palmer. Ide-ide Brilian 50 Pakar Pendidikan. Yogyakarta: IRCISOD. 2015. Hlm 361

Page 3: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

90

menyelenggarakan eksperimen sekolahnya yang pertama dengan

sekelompok kecil siswa dari sekolah menengah alternative.

Kohlberg sendiri seorang pria yang tidak suka formalitas. Saat

mengajar dia sering datang ke kelas hanya dengan mengenakan kaos ketat

dan celana bagg, seolah olah itu adalah hari liburnya. Dia biasanya

memulai kuliah dengan melontarkan pertanyaan seolah dia bertanya pada

diri sendiri. Di hari-hari pertama kuliahnya, para siswa tidak tahu apa yang

membuat dosenya berbuat demikian. Namun siswa-siswa itu segera bisa

melihat kalau mereka sedang berada didalam kondisi pengajaran yang

sesungguhnya. Di hadapan mereka berdiri seorang pria yang telah

merenung lama sekali dan sangat mendalam tentang masalah-masalah

kritis di dalam filsafat dan psikologi, dan Kohlberg mengundang

mahasiswanya untuk ikut memikirkan masalah-masalah ini bersamanya.

Di dalam kuliah dan tulisan-tulisanya dia banyak membantu orang lain

mengapresiasi kebijaksanaan para psikolog lama seperti “Rousseau, John

Dewey, dan James Mark Baldwin”.4

Pada ahir tahun 1973 ketika Kohlberg berada dalam puncak

kesuksesan dan pengaruh ilmiah, pada saat ia melakukan perjalan ke

Amerika Tengah dengan tujuan melakukan riset lintas budaya ia terkena

musibah yang fatal yaitu terkena infeksi parasite pada ususnya. Infeksi

tersebut berakibat fatal pada kehidupan Kohlberg karena sejak saat itu

kesehatan Kohlberg menurun drastis, setiap hari ia merasakan pusing dan

4 William Crain. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2014.

Hlm 228

Page 4: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

91

mual. Meskipun demikian sebagai orang yang memiliki sikap displin yang

tinggi, ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kesibukanya.

Namun karena sakitnya itu pula ia mengalami depresi.5

Kesehatan dan staminanya menurun, dokter mendiagnosa bahwa ia

terkena tumor otak yang ganas. Kohlberg yang sedang mengalami depresi

kini dilanda sakit yang mengakibatkan ia tidak bisa berpikir, menulis

bahkan membaca. Pada tanggal 17 Januari 1987 ia dilaporkan telah

menghilang dan ditemukan mobilnya dekat dengan rawa-rawa Boston

Harbor dekat dengan Logan Airpot. Ternyata Kohlberg masuk sungai dan

mati tenggelam pada usia 59 tahun. 6 Sepanjang karir ilmiahnya Kohlberg

mendambakan tiga hal:

1. Menyusun satu teori filosofis mengenai keadilan yang harus

dihubungkan dengan

2. Teori psikologi mengenai proses perkembangan moral lewat urutan

tahap invariant untuk menghasilkan,

3. Suatu teori pendidikan yang dapat memberikan berbagai usulan

yang berguna bagi pendidikan yang layak dan masuk akal. Dalam

bidang pendidikan moral bagi keluarga, sekolah, dan lembaga

pendidikan lainya.7

B. Karya – karya Lawrence Kohlberg

Karya Lawrence Kohlberg berpusat pada perkembangan keputusan

moral anak dan orang dewasa dengan menggunakan pendekatan

5 Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius. 1995. Hlm 14

6 Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral…..ibid. hlm 15

7 Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm. 17

Page 5: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

92

perkembangan kognitif dan melibatkan teori tahap dari piaget. Sisi lain

dari penelitianya membahan tentang perilaku moral, dan disinilah gagasan

tentang komunitas yang adil dan tindakan demokratis mendominasi

karyanya. Pengaruhnya pada praktek pendidikan ditemukan dalam

kurikulum pendidikan untuk perkembangan moral dan dalam model

pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah (school administration dan

governance).

Kohlberg adalah peneliti objektif dan pendukung nilai serta

institusi demokratis dan liberal. Kohlberg berujar karakteristik utama teori

atau program riset saya adalah interdisipliner dengan menggunakan data

antroplogi dan psikologi empiris untuk menyusun klaim-klaim filsafat, dan

memakai asumsi filosofis untuk mendefinisikan serta menafsirkan data

pendidikan, antropologi dan psikologi. (Kohlberg 1985, hlm. 505).8

Dalam proses mewujudkan tahap perkembangan moralnya,

setidaknya Kohlberg telah mengalami 3 tahap pemikiran yang sarat

dipengaruhi oleh John Dewey, Baldwin, Jean Pieget, dan Emile Durkheim:

1. Periode pertama, tahun 1958-1970. Dimana Kohlberg

mengembangkan pendekatan kognitif-developmental. Disini dia

berhasil menelurkan karyanya: “Stage and Sequence” (1969).

2. Periode kedua, tahun 1970-1976. Kohlberg disini

mengkonsentrasikan pemikirannya pada pengembangan

strukturalisme Pieget dengan konsekuen penerapannya pada

8 Joy A. Palmer. Ide-ide Brilian 50 Pakar Pendidikan….ibid. Hlm.360.

Page 6: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

93

perkembangan longitudinal individu. Pada periode dia mencoba

untuk melakukan „revisi‟ atas karya sebelumnya dan

munculah,”Moral Stage and Moralization” (1976).

3. Periode ketiga, 1975 hingga wafatnya (1987). Kohlberg mencirikan

pemikirannya pada peralihan „naturalistis‟ terhadap „tindakan moral‟

dalam konteks kelompok atau „suasana moral‟ yang terlembaga.

Kritiknya atas penjelasan yang sosiologis-irasional Durkheim yang

kemudian ditarik kembali, secara tidak langsung dia terpengaruh atas

itu, dan menjadi ilham baru atas pemikirannya mengenai „suasana

moral‟. Pada periode ini Kohlberg mengeluarkan karyanya yang

berjudul “The Moral Atmosphere of High School: A Comparative

Study” (1984).

Pada tahun 1960-1970 Kohlberg mulai melakukan pematangan atas

paradigma baru di dunia psikologi yang dia cetuskan berdasarkan hasil

penelitian empirisnya bernama teori kognitif-developmental-nya. Teori

kognitif-developmental menegaskan bahwa pada intinya moralitas

mewakili seperangkat pertimbangan dan putusan rasional yang berlaku

untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan manusia dan prinsip

keadilan. Menurut Kohlberg bahwasanya prinsip keadilan merupakan

komponen pokok dalam proses perkembangan moral yang kemudian

diterapkan dalam proses pendidikan moral.

Kohlberg adalah seorang penulis produktif yang telah menerbitkan

berbagai buku mengenai psikologi, pendidikan, dan filsafat. Karya-karya

Page 7: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

94

uta manya terdiri dari tiga seri yaitu, The Philosophy of Moral

Development (San Fransisco, California: Harper & Row, 1981), The

Philosophy of Moral Development (San Fransisco, California: Harper &

Row, 1984), dan Lawrence Kohlberg’s Approach to Moral Education

(New York: Columbia University Press, 1989, dengan C.Power dan A.

Higgins). Dengan A. Colby, Kohlberg menulis dua jilid buku panduan

pengukuran, The Measurement of Moral Judgement (Cambridge,

Massachusetts: Center for Moral Education. Harvard University, 1987).

Adapun buah pemikiran Lawrence Kohlberg mengenai 3 tingkat

dan 6 tahap perkembangan moral manusia, menurut Prof. Dr. K. Bertens

dalam bukunya “Etika”, yang kemudian menjadi sebuah teori moral yang

mempengaruhi dunia psikologi dan filsafat moral atau etika, yakni:

1. Tingkat Pra-Konvensional

a. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan. Pada tahap ini anak

dalam hal melakukan suatu tindakan akan memiliki orientasi atas

hukuman yang merupakan konsekuensi atas tindakan itu, serta

kepatuhan dari seseorang dalam hal ini orang yang dituakan atau

kepatuhan terhadap hukum.

b. Tahap orientasi relativis-instrumental. Pada tahap anak tetap

menilai sesuatu berdasarkan kemanfaatan, kesenangan, atau

sesuatu yang buruk menjadi keburukan, namun disini si anak sudah

mampu belajar memperhatikan harapan dan kepentingan orang

lain.

Page 8: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

95

2. Tingkat Konvensional

a. Tahap penyesuaian dengan kelompok atau orientasi untuk menjadi

“anak manis”. Pada tahap selanjutnya, terjadi sebuah proses

perkembangan kearas sosialitas dan moralitas kelompok.

Kesadaran dan kepedulian atas kelompok akrab, serta tercipta

sebuah penilaian akan dirinya dihadapan komunitas/kelompok.

b. Tahap orientasi hukum dan ketertiban. Pada kondisi ini dimana

seseorang sudah mulai beranjak pada orientasi hukum

legal/peraturan yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang

tertib dan nyaman dalam kelompok/komunitas.

3. Tingkat Pasca Konvensional

a. Orientasi kontrak-sosial legalistik. Tahap ini merupakan suatu

kondisi dimana penekanan terhadap hak dan kewajiban cukup

ditekankan,sehingga proses demokratisasi terjadi.Pada tahap ini

juga muncul sebuah sikap cinta tanah air dan pemerintahan yang

berdaulat.

b. Orientasi prinsip etika universal. Pada situasi ini dimana orang

dalam melakukan tindakan mencoba untuk sesuai dengan nurani

serta prinsip-prinsip moral universal. Adapun syarat atas prinsip

moral universal menurut Kohlberg, yakni: komprehensif, universal,

dan konsisten (tidak ada kontradiksi dalam penerapannya).

Sedangkan prinsip universal itu ialah keadilan, prinsip perlakuan

Page 9: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

96

timbal balik (reciprositas), kesamaan, dan penghormatan terhadap

martabat manusia.

Perkembangan moral Kohlberg memiliki sifat/karakter khusus,

diantaranya:

a. Perkembangan setiap tahap-tahap selalu berlangsung dengan

cara yang sama, dalam arti si anak dari tahap pertama berlanjut

ke tahap kedua.

b. Bahwa orang (anak) hanya dapat mengerti penalaran moral satu

tahap di atas tahap dimana ia berada.

c. Bahwa orang secara kognitif memiliki ketertarikan pada cara

berfikir satu tahap di atas tahapnya sendiri.

Kohlberg menekankan pada pendidikan moral yang menggunakan

system „kurikulum tersamar‟, dimana dia menekankan bahwa pengajar

atau guru dalam hal ini mampu mewujudkan suatu kondisi pribadi yang

mencerminkan moral terhadap peserta didik. Dalam proses penelitiaannya

Kohlberg, dkk. mengambil sampel anak-anak dan remaja. Sebagai sebuah

realita, dimana fase tersebut merupakan fase yang tepat dalam mengambil

sebuah kesimpulan guna menemukan teori moral yang mendekati teori

moral yang ideal. Kohlberg mengantisipasi atas nuansa relativitas moral

yang pada saat ini didominasi oleh kaum Durkheimian, dan para psikologi

yang beraliran relativisme ekstrem. Makanya, dalam kondisi ini dia lebih

mengambil jalan tengah. Masih menurutnya, bahwa dalam proses

perkembangan moral disini, dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan

Page 10: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

97

keluarga sebagai sebuah faktor dominan dalam membentuk moralitas si

anak. Maka, pendidikan umum moralitas yang ditekankan Kohlberg sangat

diutamakan.

Karya emprisnya ditulis dalam monograf riset, A Longitudinal

Study of Moral Judgements (Chicago, Illinois: University of Chicago Press

for the Society for Research in Child Development, 1983, bersama A.

Colby, J. Gibbs, dan M. Liebermann). Kaji ulang komprehensif terhadap

teori perkembangan moral dan synopsis serta tanggapan terhadap para

pengkritik termuat dalam L. Kohlberg, C. Levine, dan A. hewer, Moral

Stages: A. Current Formulation and Response to Critics (New York:

Karger 1983).9

C. Pemikiran – Pemikiran Lawrence Kohlberg

Salah satu contoh riset yang menakjubkan di dalam tradisi

Piagetian adalah karya Lawrence Kohlberg (1927-1987). Kohlberg

memfokuskan risetnya pada perkembangan moral dan penyediaan teori

pentahapan pemikiran moral yang menyempurnakan rumusan awal

Piaget.8 Dalam aliran psikologi kognitif, Piaget dan Kohlberg menyatakan

bahwa pemikiran moral seorang anak, terutama ditentukan oleh

kematangan kapasitas kognitifnya sementara lingkungan sosial hanyalah

sebagai pemasok material mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif

anak secara aktif.

9 Joy A. Palmer. Ide-ide Brilian 50 Pakar Pendidikan…..ibid. hlm 366.

Page 11: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

98

Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg

menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran

yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

nilai kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas

spontan pada anak-anak.

Sementara Kohlberg lebih menekankan penalaran moral sebagai

konstruk. Istilah konstruk serupa dengan konsep akan tetapi ada

perbedaan. Konsep mengekspresikan suatu bentuk abstraksi melalui

generalisasi dari suatu yang spesifik. Dalam psikologi konsep-konsep lebih

abstrak, misalnya “achievement” merupakan abstraksi dari berbagai

observasi tentang tingkah laku anak yang ada hubungannya dengan

penguasaan dan belajar serta tugastugas sekolah. Tetapi sebagai suatu

konstruk intelegensi mengandung pengertian bahwa ilmuan

menggunakannya dengan dua tujuan yaitu: pertama, dipakai dalam suatu

skema teoritis dan berhubungan dengan konstruk lainnya dalam berbagai

macam cara. Kedua, intelegensi didefenisikan secara sfesifik sedemikian

rupa sehingga ia dapat diobservasi dan diukur. Sehingga konstruk adalah

konsep yang memiliki arti tambahan.

Kohlberg mengutarakan bahwa konsep moralitas lebih merupakan

konsep yang filosofis (etis) daripada sekedar konsep tingkah laku. Dengan

analisa filosofis Kohlberg sampai pada suatu kesimpulan bahwa struktur

esensial moralitas adalah prinsip keadilan (the principle of justice) dan

bahwa inti dari keadilan adalah distribusi hak dan kewajiban yang diatur

Page 12: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

99

oleh konsep “equality” dan “reciprocity”. Kohlberg mengemukakan

bahwa:

“Juctice is not a rule or a set of rules: its is a moral

principle. By a moral principle we mean a mode of choosing

which which is universal, a rule of choosing which we want all

people to adopt always in all situations. We know its all right to be

dishonest and steal to save a life because a man’s right to property.

We know its sometimes right to kill, because its sometimes just. The

German who triad to kill Hitler were doing right because respect

for the equal values of lives demands that we kill someone

murdering others in orders in order to sasve their lives. There are

exceptions to rules, than, but no exceptions to principle. A moral

obligations is an obligations to respect the right or clime of

another person. A moral principle for resolving competing claims,

yiu versus me, you versus a third person. There is only one

principles basis for resolving claims: justice or equality. Treat

every man’s claim impartially regardless of the man. A moral

principle is not only a rule of action but a reason for action. As a

reason for actions, justice is called resfect for persons”.10

Dari kutipan tersebut jelas bahwa prinsip moral adalah keadilan,

juga jelas anggapan Kohlberg bahwa prinsip moral bukan merupakan

aturan-aturan untuk suatu tindakan, tetapi merupakan alasan untuk suatu

tindakan. Oleh karena itu Kohlberg memakai istilah “moral reasoning”

atau “moral judgment” secara bergantian dalam pengertian yang sama.

Istilah-istilah tersebut diterjemahkan oleh penulis dengan istilah

“penalaran moral”. Anggapan Kohlberg bahwa prinsip moral merupakan

alasan untuk suatu tindakan, sesuai dengan teori perkembangan kognitif

yang dianutnya, ialah memandang penalaran moral sebagai struktur, bukan

isi (contens). Jadi penalaran moral bukannya apa yang baik atau buruk,

10 Kusdwirarti Setiono, Psikologi Perkembangan Kajian Teori Piaget, Selaman, Kholberg

dan Terapannya dalam Riset, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hlm. 41.

Page 13: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

100

melainkan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuatu itu

baik atau buruk. Hal ini berarti bahwa penalaran moral merupakan suatu

alasan atau pertimbangan, mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk.

Salah satu kritik terhadap teori Kohlberg adalah bahwa teori

tersebut terlalu menekankan pada keadilan dan mengabaikan norma yang

lainnya. Konsekuensinya, teori itu tidak akan menilai secara adekuat orang

yang menggunakan aspek moral lainnya dalam bertindak. Carol Gilligan

berargumentasi bahwa teori Kohlberg terlalu androsentrik. Teori Kohlberg

semula dikembangkan berdasarkan penelitian empiris yang menggunakan

hanya partisipan lelaki; Giligan berargumentasi bahwa hal tersebut

membuat tidak teori itu dalam menggambarkan pandangan

seorangperempuan. Walaupun penelitian secara umum telah menemukan

tidak adanya perbedaan pola yang signifikan antar jenis kelamin, teori

perkembangan moral dari Gilligan tidak memusatkan perhatiannya pada

norma keadilan. Ia mengembangkan teori penalaran moral alternatif

berdasarkan norma perhatian.

Psikolog lain mempertanyakan asumsi bahwa tindakan moral

dicapai terutama oleh penalaran formal. Salah satu kelompok yang

berpandangan demikian, social intuitionists, mengemukakan bahwa orang

sering membuat keputusan moral tanpa mempertimbangkan nilai-nilai

seperti keadilan, hukum, hak asasi manusia, dan norma etika yang abstrak.

Berdasarkan hal ini, argumen yang telah dianalisis oleh Kohlberg dan

psikolog rasionalis lainnya dapat dianggap hanya merupakan rasionalisasi

Page 14: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

101

dari keputusan intuitif. Ini berarti bahwa penalaran moral kurang relevan

terhadap tindakan moral dibanding apa yang dikemukakan oleh Kohlberg.

Disisi lain pembinaan moral merupakan suatu usaha untuk

mencapai cita-cita yang luhur, oleh karena itu memiliki dasar dan tujuan

pembinaan tersendiri. Dalam pembinaan moral tentunya banyak sekali

tuntutan yang menjadi dasar hukum seseorang agar selalu melaksanakan

pembinaan moral dalam rangka ikut membentuk dan mewujudkan

manusia-manusia yang berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia.

Teori perkembangan moral dapat dilihat dalam tiga paradigma.

Pertama, teori genetik determination yang memandang bahwa moralitas

seseorang ditentukan secara genetik dan dibawa sejak lahir. Kedua, teori

social enforcement yang menyatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan

menanamkan ideologi dan moralitas seseorang melalui pemaksaan dan

indoktrinasi. Ketiga, teori education and development, yang memandang

bahwa seseorang berkembang penalaran moralnya melalui lingkungan

pendidikan (Lind G, 2002). Lawrence Kohlberg merupakan salah satu

tokoh psikologi yang menaruh perhatian terhadap masalah perkembangan

moral dalam paradigma yang ketiga.

Salah satu pandangan yang provokatif mengenai perkembangan

moral adalah pandangan Kholberg yang berpendapat bahwa

perkembangan moral di dasarkan pada penalaran moral yang kemudian

berkembang dalam enam tahap perkembangan. Keenam tahap

Page 15: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

102

perkembangan tersebut dikelompokkan dalam tiga tingkat perkembangan

yaitu: prakonvensional, konvensional dan pascakonvensional.11

Kohlberg memliki keyakinan bahwa tahap-tahap ini merupakan

sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia. Sebelum usia 9 tahun,

sebagian besar anak menggunakan cara prakonvensional ketika

dihadapkan pada dilemma moral. Dimasa awal remaja, mereka bernalar

secara lebih konvensional. Sebagian besar remaja bernalar pada tahap 3

yaitu timbale balik dan relasi. Dimasa dewasa awal sejumlah individu

bernalar ditahap pascakonvensional.

Semua perubahan dalam penalaran moral yang berlangsung antara

masa remaja akhir dengan masa dewasa awal tampaknya berlangsung

secara gradual. Sebuah studi menemukan bahwa ketika orang-orang yang

berusia antara 16 hingga 19 tahun serta antara 18 hingga 25 tahun diminta

bernalar mengenai dilemma moral dalam kehidupan nyata dan diberi kode

sesuai dengan tahapan kholbrg, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

dalam penalaran moral mereka.12

D. Konsep Pentahapan

Piaget, menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan mental yang benar

harus memenuhi beberapa kriteria. Tahap-tahap itu: (1) merupakan cara berfikir

yang secara kualitatif berbeda, (2) secara keseluruhan terstrukturkan, (3) bergerak

maju dalam urutan yang tetap, (4) bisa dikarakterisasikan sebagai integrasi-

integrasi hierarkis, (5) lintas budaya yang universal. Dari semua konsep

11

Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm 80 12

John W. Santrock. Adolescence. Jakarta: Erlangga. 2007. Hlm.307

Page 16: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

103

pentahapan Piaget di atas Kohlberg menerimanya dengan sangat serius, berusaha

menunjukkan bagaimana pentahapannya bisa memenuhi semua kriteria tersebut,

yang akan dibahas di bawah ini:

1. Perbedaan-perbedaan kualitatif

Pentahapan Kohlberg secara kualitatif berbeda satu sama lainnya.

Sebagai contohnya, respon-respon tahap 1 yang terfokus pada kepatuhan

terhadap otoritas, terdengar sangat berbeda dengan respon pada tahap 2 yang

berpendapat bahwa setiap orang bebas berkehendak sesuai dengan yang

diinginkannya.

2. Keseluruhan yang terstruktur

Maksud Kohlberg dengan keseluruhan yang terstruktur adalah

pentahapan bukan hanya respon-respon yang terisolasi, melainkan juga

sebagai pola-pola umum berfikir yang secara konsisten menunjukkan jenis

persoalan yang berbeda. Seseorang bisa saja merasakan kebenaran sewaktu ia

membaca manual penskorannya; dan menemukan jenis berfikir sama yang

muncul lagi di dalam pertanyaan yang berbeda. Seperti dalam dilema Heinz,

anak-anak tahap 1 sekali lagi menbicarakan akan kepatuhan terhadap

peraturan, sementara mereka yang berada di tahap 2, terfokus pada

pertukaran yang sesuai dengan kepentingan masing-masing. Dengan cara

yang sama ketika anak-anak melewati tahapan-tahapan yang ada, mereka

terus memberikan respons yang mirip dengan respons mereka terhadap

dilema Heinz.

Page 17: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

104

3. Urutan yang tetap

Menurut Kohlberg pentahapanya berlangsung dalam urutan yang tetap.

Anak-anak selalu berangkat dari tahap ke 1 menuju tahap ke 2 kemudian

tahap ke 3 dan seterusnya. Dan mereka tidak melewati satu tahap pun, serta

bergerak dalam dalam bentuk yang baku.

4. Integritas hierarkis

Maksud pernyataan Kohlberg bahwa pentahapannya bersifat hierarkis

bahwa manusia tidak kehilangan wawasan yang dicapainya di usia awal

namun terintegrasikan ke dalam kerangka fikir baru yang lebih luas.

Misalnya seseorang yang telah berada pada tahap 4 masih bisa memahami

argumentasi tahap 3 namun mereka menundukkannya ke dalam

pertimbangan yang lebih luas.

Bagi Kohlberg konsep integritas hierarkis ini sangatlah penting karena

mampu menjelaskan arah urutan pentahapan. Dia bukalah seorang

pendukung dari konsep pendewasaan, dan tidak mudah baginya untuk

mengatakan bahwa pentahapan telah diatur oleh gengen.

5. Urutan universal

Kohlberg, seperti teorisi pentahapan lainnya, yakin kalau urutan

pentahapannya bersifat universal; urutan ini akan sama di semua budaya.

Awalnya, klaim ini terdengar mengejutkan. Bukankah budaya yang berbeda

mensosialkan anak-anak dengan cara yang berbeda, mengajari mereka

masalah-masalah moral yang sangat berbeda?.

Respons Kohlberg adalah budaya-budaya yang berbeda itu memang

mengajari anak-anak kepercayaan yang berbeda, namun pentahapannya tidak

mengacu pada keyakinan-keyakinan tertentu melainkan pada mode penalaran

Page 18: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

105

yang melandasinya. Sebagai contoh, suatu budaya bisa saja melarang

perkelahian fisik, sementara budaya yang lainnya mendukungnya. Akibatnya

anak-anak akan memiliki keyakinan khusus yang berbeda terhadap

perkelahian, namun mereka masih bisa menalarnya dengan cara yang sama

pada tahap yang sama. Anak pada tahap 1 contohnya, seorang anak mungkin

keliru untuk berkelahi meskipun diserang “karena kita akan dihukum

karenanya.” Sementara yang lain mungkin berkata “Boleh-boleh saja

berkelahi jika diserang; kita tidak akan dihukum.” Keyakinan ini berbeda,

namun kedua anak menalar perkelahian dengan cara yang sama-menurut

konsekuensi-konsekuensi fisik (hukuman). Mereka bertindak demikian

karena inilah yang bisa mereka raih secara kognitif.

Kohlberg (Nisan dan Kohlberg, 1982) menyatakan bahwa kita tidak bisa

memahami temuan ini di dalam kerangka teori Piagetian. Faktor-faktor

budaya tidak langsung membentuk pikiran moral anak anak, selain hanya

menstimulasi pemikiran. Pengalaman-pengalaman sosial dapat menantang

pemikiran anak-anak, menstimulasi mereka untuk sampai ke tahap yang lebih

baru.

E. Konsep Pendidikan Lawrence Kohlberg

Kohlberg memulai karir ilmiahnya sebagai peneliti dalam bidang

psikologi empiris, namun sejak awal niatnya sudah terpusat dalam dunia

pendidikan. Dalam hal ini, Kohlberg pernah mengatakan, ”dorongan saya

Page 19: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

106

untuk menulis sesuatu pertama-tama bersifat pedagogis, pendidikanlah

yang merupakan praksis pokok, untuknya psikologi menjadi relevan.”13

Sesuai dengan teori perkembangan moral yang dikemukakannya,

pendekatan Kohlberg dalam pendidikan moral disebut pendekatan

kognitif-developmental. Asumsi dasar dari pendekatan model tersebut

adalah:

1. Pendidikan moral memerlukan gagasan filosofis tentang

moralitas.

2. Perkembangan moral melalui tahap-tahap kualitatif.

3. Rangsangan terhadap perkembangan moral didasarkan pada

rangsangan terhadap pemikiran dan pemecahan masalah.14

Dalam kaitan dengan pendidikan moral, Kohlberg menawarkan

metode diskusi ala Socrates yang membahas tentang isu-isu moral. 15

Dalam metode tersebut guru menawarkan permasalahan moral untuk

dibahas oleh siswa melalui metode diskusi. Siswa diberi kesempatan

seluas-luasnya untuk melihat dan menganalisis permasalahan moral dari

perspektif dirinya, kepentingannya, norma dan nilai di masyarakat, dan

lain-lain.

Pada akhirnya siswa harus menentukan keputusan apa yang akan

diambil oleh siswa. Apabila Kohlberg menawarkan isu moral fiktif, maka

untuk konteks bangsa Indonesia perlu dikemukakan isu-isu moral

13

John de Santo & Agus Cremers. Tahap-tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.

1955 Hlm. 33 14

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral……ibid hlm. 65 15

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral……ibid hlm. 66

Page 20: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

107

kontemporer yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

hal ini yang perlu ditekankan adalah anak memiliki pengalaman yang

beranekaragam dalam masalah sosial. Anak juga harus dihadapkan pada

permasalahan moral dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan

demikian beragamnya permasalahan moral, beragamnya sudut pandang

dalam memecahkan masalah moral akan merangsang perkembangan moral

anak menuju ke tahap yang lebih tinggi.

Berkaitan dengan hal tersebut tersebut, barangkali perlu dicatat

gagasan Paulo Freire tentang pendidikan hadap masalah. Dalam hal ini

Freire berpendapat bahwa pengintegrasian realitas sosial dalam pendidikan

merupakan salah satu upaya dalam membebaskan diri dari masalah-

masalah. Integrasi biasanya muncul dari kemampuan untuk menyesuaikan

diri dengan realitas, kemudian ditambah dengan kemampuan kritis untuk

membuat pilihan dan mengubah realitas.16

Nilai-nilai dari kehidupan manusia yang oleh Kohlberg dipercaya

sebagai nilai-nilai universal bagi seluruh manusia adalah: hukum dan

aturan (law and rules), hati nurani (conscience), kasih sayang (personal

roles of affection), kewibawaan (authority), keadilan (civil right),

perjanjian, kepercayaan, dan keadilan (contract, trust, and justice

exchange), hukuman (punishment), nilai-nilai hidup (the value of life) hak

milik (property right and values), dan kebenaran (truth).17

16

Firdaus M Yunus. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire dan YB Mangunwijaya.

Yogyakarta: Logung Press. 2004, hlm 2 17

Reimer, J., Paolitto, DP., Hersh, Richard H, Promoting Moral Growth: From Piaget to

Kohlberg. New York: Longman Inc. 1983, hlm. 84

Page 21: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

108

Bagi Kohlberg, prinsip yang paling inti bagi perkembangan

pertimbangan moral dalam pendidikan adalah keadilan. Keadilan,

penghargaan utama terhadap nilai dan persamaan derajat, merupakan tolok

ukur yang mendasar dan universal. Penggunaan keadilan sebagai prinsip,

menjamin kebebasan dalam berkeyakinan, menggunakan konsep moralitas

yang dapat dibenarkan secara filosofis dan didasarkan atas fakta psikologis

dari perkembangan manusia.18

1. Pendidikan Moral

Kohlberg menyatakan bahwa orientasi moral individu

terbentang sebagai konsekuensi dari perkembangan kognitif. Anak-

anak dan remaja mennyusun pemikiran moralnya seiring dengan

perkembanganya dari satu tahap ke tahap berikutnya, dibandingkan

hanya secara pasif sekedar menerima norma-norma budaya

mengenai moralitas.

Kohlberg sependapat dengan Piaget yang menyatakan

bahwa sikap moral bukan hasil dari sosialisasi atau pelajaran yang

diperoleh dari pengalaman, tetapi tahap-tahap perkembangan moral

terjadi dari aktifitas spontan dari anak-anak. Anak-anak memang

berkembang melalui interaksi sosial, namun interaksi ini memiliki

corak khusus, dimana faktor pribadi yaitu aktifitas-aktifitas anak

ikut berperan.

18

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral…ibid hlm. 67

Page 22: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

109

Orang tua memiliki kewajiban memberikan kesempatan

untuk pengambilan peran dan mengalami konflik kognitif, namun

mereka menyediakan peran primer dalam perkembangan moral

bagi kawan-kawanya.19

Hal ini membuktikan bahwa orang tua dan

teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terahadap

perkembangan moral anak.

Pendidikan moral kognitif merupakan sebuah konsep yang

didasarkan pada keyakinan bahwa para siswa sebaiknya belajar

menghargai nilai-nilai seperti demokrasi dan keadilan seiring

dengan perkembangan penalaran moral mereka. Pendidikan moral

Kohlberg telah menjadi dasar bagi pendidikan moral kognitif.

Pendidikan moral ini memiliki tujuan agar siswa memiliki

kepercayaan dan mampu mengembangkan gagasan-gagasan yang

lebih tinggi.

Kohlberg menyadari bahwa suasana disekolah memiliki

pengaruh yang penting dibandingkan dengan yang lainya. Seperti

contohnya, sebuah studi menemukan bahwa bahan kuliah

pendidikan moral yang diberikan selama satu semester yang

didasarkan pada teori Kohlberg berhasil dalam meningkatkan

pemikiran moral di tiga sekolah demokratis, namun tidak berhasil

disekolah yang memiliki iklim otoriter.

19

John W. Santrock. Adolescence, … ibid, hlm 321

Page 23: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

110

2. Tujuan Pendidikan Moral

Pendidikan moral merupakan salah satu aspek yang

menarik perhatian Lawrence Kohlberg. Dengan teori the cognitive-

developmental of moralization, Kohlberg menetapkan bahwa

tujuan pendidikan moral adalah pencapaian orientasi etika

universal, dimana dalam tahap ini seseorang dapat memahami,

menerima dan melaksanakan aturan berdasarkan hati nuraninya.

Bahkan sangat dimungkinkan siswa mengkritisi aturan yang

mengabaikan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran demokrasi, dan

prinsip-prinsip lainnya.

Pendidikan moral merupakan salah satu aspek yang

menarik perhatian Lawrence Kohlberg. Dengan teori the cognitive-

developmental of moralization, Kohlberg menetapkan bahwa

tujuan pendidikan moral adalah pencapaian orientasi etika

universal, dimana dalam tahap ini seseorang dapat memahami,

menerima dan melaksanakan aturan berdasarkan hati nuraninya.

Bahkan sangat dimungkinkan siswa mengkritisi aturan yang

mengabaikan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, demokrasi, dan

prinsip-prinsip lainnya.

Walaupun Kohlberg memulai karier ilmiahnya sebagai

peneliti dalam bidang psikologi empiris, namun sejak awal niatnya

sudah terpusat dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, Kohlberg

(John de Santo, 1995: 33) pernah mengatakan, ”dorongan saya

Page 24: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

111

untuk menulis sesuatu pertama-tama bersifat pedagogis. ...

pendidikanlah yang merupakan praksis pokok, untuknya psikologi

menjadi relevan.”

Sesuai dengan teori perkembangan moral yang

dikemukakannya, pendekatan Kohlberg dalam pendidikan moral

disebut pendekatan kognitif-developmental. Asumsi dasar dari

pendekatan model tersebut adalah: (1) pendidikan moral

memerlukan gagasan filosofis tentang moralitas, (2) perkembangan

moral melalui tahap-tahap kualitatif, dan (3) rangsangan terhadap

perkembangan moral didasarkan pada rangsangan terhadap

pemikiran dan pemecahan masalah.20

Pendidikan moral menurut Kohlberg tidak perlu

dimasukkan dalam struktur kurikulum. Kohlberg menyebut dengan

istilah hidden curriculum untuk menunjuk pada kurikulum yang

tersamar dimana pembelajaran tercipta melalui komunikasi,

diskusi, dan hubungan antara murid-guru.

Dalam kaitan dengan hal tersebut Kohlberg ingin

menekankan adanya tauladan dari guru kepada siswa-siswanya.

Melalui tauladan guru itulah siswa dapat mengidentifikasi nilai dan

moralitas yangbaik dan sesuai dengan karakter masyarakat dan

bangsanya.

20

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral…ibid hlm 65

Page 25: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

112

3. Metode Pendidikan Moral

Dalam kaitan dengan pendidikan moral, Kohlberg

menawarkan diskusi ala Socrates yang membahas tentang isu-isu

moral21

. Dalam metode tersebut guru menawarkan permasalahan

moral untuk dibahas oleh siswa melalui metode diskusi. Siswa

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melihat dan menganalisis

permasalahan moral dari perspektif dirinya, kepentingannya,

norma dan nilai di masyarakat, dan lain-lain.

Metode diskusi dilema moral Kohlberg adalah suatu

metode yang dikembangkan oleh Kohlberg dan rekan-rekannya

untuk mengetahui tingkat perkembangan penalaran/pertimbangan

moral seseorang. Dari berbagai riset yang telah mereka lakukan

telah terbukti bahwa pertumbuhan dalam pertimbangan moral

(moral judgment) merupakan proses perkembangan bukan proses

mencetak aturan-aturan dan keutamaan-keutamaan dengan cara

memberi teladan, nasihat, member hukuman dan ganjaran, tetapi

suatu proses pembentukan struktur kognitif.

Pada akhirnya siswa harus menentukan keputusan apa yang

akan diambil oleh siswa. Apabila Kohlberg menawarkan isu moral

fiktif, maka untuk konteks bangsa Indonesia perlu dikemukakan

isu-isu moral kontemporer yang benar-benar terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini yang perlu ditekankan adalah

21

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral…ibid hlm 66

Page 26: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

113

anak memiliki pengalaman yang beranekaragam dalam masalah

sosial. Anak juga harus dihadapkan pada permasalahan moral

dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan demikian

beragamnya permasalahan moral, beragamnya sudut pandang

dalam memecahkan masalah moral akan merangsang

perkembangan moral anak menuju ke tahap yang lebih tinggi.

Nilai-nilai dari kehidupan manusia yang oleh Kohlberg

dipercaya sebagai nilai-nilai universal bagi seluruh manusia adalah:

hukum dan aturan (law and rules), hati nurani (conscience), kasih

sayang (personal roles of affection), kewibawaan (authority),

keadilan (civil right), perjanjian, kepercayaan, dan keadilan

(contract, trust, and justice exchange), hukuman (punishment),

nilai-nilai hidup (the value of life) hak milik (property right and

values), dan kebenaran (truth).

Bagi Kohlberg, prinsip yang paling inti bagi perkembangan

pertimbangan moral dalam pendidikan adalah keadilan. Keadilan,

penghargaan utama terhadap nilai dan persamaan derajat,

merupakan tolok ukur yang mendasar dan universal. Penggunaan

keadilan sebagai prinsip, menjamin kebebasan dalam

berkeyakinan, menggunakan konsep moralitas yang dapat

dibenarkan secara filosofis dan didasarkan atas fakta psikologis

dari perkembangan manusia.22

22

John de Santo & Agus Cremers, Tahap-tahap Perkembangan Moral…ibid hlm 67

Page 27: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

114

4. Materi Pendidikan Moral

Kohlberg menggunakan cerita untuk mengetahui

perkembangan moral seorang anak. Cerita tentang Heinz

merupakan salah satu dari sebelas cerita yang dibuat Kohlberg

untuk menyelidiki sifat dasar dari pemikiran moral. Setelah

membaca kisah tersebut, anak-anak yang diteliti oleh Kohlberg

menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilemma moral.

Berdasarkan jawaban-jawaban anak-anak terhadap dilema

moral tersebut, Kohlberg mengembangkan tiga tingkat

perkembangan moral yang masing-masing terdiri dari dua tahap.

Konsep yang penting dalam memahami perkembangan moral

adalah internalisasi yaitu perubahan perkembangan dari perilaku

yang awalnya dikontrol secara eksternal menjadi perilaku yang

dikontrol secara internal.23

Kohlberg beranggapan bahwa tingkatan dan tahapan moral

tersebut merupakan sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia

anak. Pada usia 9 tahun anak akan menggunakan cara pra

konvensional ketika dihadapkan pada dilemma moral. Dimasa

remaja awal, anak akan bernalar secara lebih konvensional.

Sebagian besar remaja bernalar pada tahap 3 dengan menggunakan

indikasi tahap 2 dan 4. Pada dewasa awal individu akan bernalar

menggunkan tahap pasca konvensional.

23

John W. Santrock. Adolescence, … ibid, hlm 304

Page 28: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

115

Perkembangan moral Kohlberg memiliki sifat/karakter

khusus, diantaranya:

a. Perkembangan setiap tahap-tahap selalu berlangsung dengan cara

yang sama, dalam arti si anak dari tahap pertama berlanjut ke tahap

kedua.

b. Bahwa orang (anak) hanya dapat mengerti penalaran moral satu

tahap di atas tahap dimana ia berada.

c. Bahwa orang secara kognitif memiliki ketertarikan pada cara

berfikir satu tahap di atas tahapnya sendiri.

Kohlberg menekankan pada pendidikan moral yang

menggunakan system „kurikulum tersamar‟, dimana dia

menekankan bahwa pengajar atau guru dalam hal ini mampu

mewujudkan suatu kondisi pribadi yang mencerminkan moral

terhadap peserta didik. Dalam proses penelitiaannya Kohlberg,

dkk. mengambil sampel anak-anak dan remaja. Sebagai sebuah

realita, dimana fase tersebut merupakan fase yang tepat dalam

mengambil sebuah kesimpulan guna menemukan teori moral yang

mendekati teori moral yang ideal. Kohlberg mengantisipasi atas

nuansa relativitas moral yang pada saat ini didominasi oleh kaum

Durkheimian, dan para psikologi yang beraliran relativisme

ekstrem. Makanya, dalam kondisi ini dia lebih mengambil jalan

tengah. Menurutnya, bahwa dalam proses perkembangan moral

disini, dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan keluarga sebagai

Page 29: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

116

sebuah faktor dominan dalam membentuk moralitas si anak. Maka,

pendidikan umum moralitas yang ditekankan Kohlberg sangat

diutamakan.

5. Pendidik Dan Peserta Didik

Menurut Kohlberg pendekatan yang baik yang harus

dilakukan untuk memahami perilaku moral harus didasari

pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan moral.

Dijelaskan pula bahwa tujuan pendidikan moral adalah untuk

mendorong individu-individu untuk mencapai tahapan- tahapan

moral selanjutnya. Dalam keadaan ini maka guru tidak hanya

menyajikan materi pelajaran kepada siswa, akan tetapi secara terus

menerus harus dapat mendorong perkembangan berpikir dan

perubahan – perubahan perilaku menuju tahap perkembangan yang

lebih tinggi. Yang penting sebagai guru harus mengajarkan tentang

nilai-nilai moral.

Kohlberg mencoba merevisi dan memperluas teori

perkembangan moral yang di jelaskan oleh Piaget. Dalam

perluasan teori ini Kohlberg tetap menggunakan pendekatan dasar

Piaget yaitu menghadapkan anak-anak dengan serangkaian cerita-

cerita yang menyangkut tentang moral. Namun cerita-cerita yang

di kembangkan Kohlberg kira-kira lebih kompleks dari cerita-cerita

yang di gunakan oleh Piaget.

Page 30: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

117

6. Perkembangan Moral

Kohlberg menyatakan bahwa proses perkembangan

penalaran moral merupakan sebuah proses alih peran, yaitu proses

perkembangan yang menuju ke arah struktur yang lebih

komprehensif, lebih terdiferensiasi dan lebih seimbang

dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Melihat pentingnya

perkembangan penalaran moral dalam kehidupan manusia, maka

berbagai penelitian psikologi di bidang ini dilakukan. Lawrence

Kohlberg, memperluas penelitian Piaget tentang penalaran aturan

konvensi sosial, menjadi tiga tingkat penalaran moral yang terdiri

dari prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional.

Perkembangan moral anak terbentuk melalui fase-fase atau

periode-periode seperti halnya perkembangan aspek-aspek lainya.

Tiap fase perkembangan mempunyai cirri-ciri moralitas yang telah

dapat dicapai oleh anak, sekalipun dalam hal ini tidak ada

perbedaan atas batas-batas yang jelas dan lebih bergantung pada

setiap individu dari pada norma-norma umunya yang terjadi pada

anak-anak.

Tahap-tahap perkembangan penalaran moral dibagi menjadi

3 tingkat, yang terdiri dari prakonvensional, konvensional, dan

pascakonvensional. Tiga tingkat tersebut kemudian dibagi atas

enam tahap.24

24

Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm 80

Page 31: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

118

a. Penalaran Prakonvensional, menurut Kohlberg adalah tingkatan

terendah dalam teori perkembangan moral. Pada tingkatan ini

individu belum memperlihatkan adanya internalisasi dari nilai-nilai

moral, penalaran moral dikontrol oleh hadiah dan hukuman

eksternal.

Tahap 1. Moralitas heteronom (heteronom morality), adalah

orientasi pada hukuman dan rasa hormat yang tidak

dipersoalkan terhadap kekuasaan yang lebih tinggi. Akibat fisik

tindakan, terlepas arti atau nilai manusiawinya menentukan

sifat baik dan sifat buruk dari tindakan itu.25

Sebagai contoh,

anak-anak berfikir bahwa mereka harus mentaati orang dewasa

karena orang dewasa mengatakan mereka harus taat.

Tahap 2. Individualism, tujuan instrumental, dan pertukaran

(individualism, instrumental purpose, and exchange), adalah

tahap kedua dari perkembangan moral prakonvensional.

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang secara

instrumental memuaskan kebutuhan individu sendiri dan

kadang-kadang kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia

dipandang sebagai hubungan timbal balik, unsur kewajaran dan

persamaan pembagian. Orang bersikap ramah kepada orang

lain supaya orang lain juga bersikap manis kepada kita.

25

Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm 81

Page 32: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

119

b. Penalaran Konvensional menurut Kohlberg adalah penalaran

tingkat kedua atau menengah dalam teori perkembangan.

Internalisasi yang dilakukan bersifat menengah. Individu –

individu mengikuti standart-standart tertentu (internal), namun

standart-standart itu ditetapkan oleh orang lain (eksternal),

misalnya oleh orang tua atau pemerintah.

Tahap 3. Orientasi “anak manis”. Perilaku yang baik adalah

perilaku yang menyenangkan atau yang membantu orang lain

dan yang disetujui oleh mereka.26

Ditahap ini anak-anak yang sekarang memasuki usia remaja

melihat moralitas lebih dari pada hanya urusan-urusan

sederhana. Mereka percaya manusia mestinya hidup menurut

harapan keluarga dan komunitas dan bertindak dengan cara-

cara yang baik. Tingkah laku yang baik berarti memiliki motif

dan perasaan antar pribadi yang baik seperti kasih, empati, rasa

percaya dan kepedulian pada orang lain.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya terdapat kemiripan ketiga

tahapan pertama Kohlberg dan dua tahapan Piaget. Pada

mereka terdapat suatu pergeseran dari kepatuhan tak bersyarat

menuju pandangan yang relativistic dan kepedulian akan motif-

motif yang baik. Namun bedanya, menurut Kohlberg

pergeseran ini terjadi dalam tiga tahapan, bukan dua.

26

Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm 81

Page 33: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

120

Tahap 4. Moralitas sistem sosial (social system morality)

Orientasi terhadap otoritas, peraturan yang pasti dan

pemeliharaan tata aturan sosial. Perbuatan yang benar adalah

menjalankan tugas, memperlihatkan rasa hormat terhadap

otoritas dan pemeliharaan tata aturan sosial tertentu demi tata

aturan itu sendiri. Orang mendapatkan rasa hormat dengan

berperilaku menurut kewajibanya.27

Dalam tahap ini penilaian moral didasarkan pada pemahaman

mengenai keteraturan sosial hokum, keadilan dan tugas.

Contohnya, remaja berpikir agar komunitas dapat bekerja

secara efektif, maka komunitas perlu dilindungi oleh hokum

yang ditaati oleh para anggotanya.

c. Penalaran Pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dalam teori

perkembangan moral menurut Kohlberg. Pada tingkat ini moralitas

sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-

standar orang lain. Individu mengenali kembali alternatif pelajaran-

pelajaran moral, mengeksplorasi pilihan-pilihanya dan kemudian

menentukan aturan-aturan moral personalnya. Tingkat ini terdiri

dari dua tahap yaitu:

Kontrak sosial atau kegunaan dan hak-hak individu pada tahap

ini individu bernalar bahwa berbagai nilai, hak dan prinsip

perlu melandasi atau melampaui hokum. Seseorang

27

Lawrence. Kohlberg. Tahap-tahap Perkembangan Moral….ibid. hlm 82

Page 34: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

121

mengevaluasi validitas dari hokum yang ada, dan sistem sosial

dapat dinilai menurut sejauh mana system sosial tersebut

menjamin dan melindungi hak-hak dan nilai-nilai individu.

Prinsip etika universal menurut Kohlberg dalam tahap ini

seseorang mengembangkan sebuah standart moral berdasarkan

hak-hak manusia universal. Ketika dihadapkan pada sebuah

konflik antara hokum dan suara hati, seseorang bernalar bahwa

suara hati sebaiknya diikuti, meskipun keputusanya mungkin

memiliki risiko.

Kohlberg memliki keyakinan bahwa tahap-tahap ini

merupakan sebuah rangkaian dan berkaitan dengan usia. Sebelum

usia 9 tahun, sebagian besar anak menggunakan cara

prakonvensional ketika dihadapkan pada dilemma moral. Dimasa

awal remaja, mereka bernalar secara lebih konvensional. Sebagian

besar remaja bernalar pada tahap 3 yaitu timbale balik dan relasi.

Dimasa dewasa awal sejumlah individu bernalar ditahap

pascakonvensional.

Semua perubahan dalam penalaran moral yang berlangsung

antara masa remaja akhir dengan masa dewasa awal tampaknya

berlangsung secara gradual. Sebuah studi menemukan bahwa

ketika orang-orang yang berusia antara 16 hingga 19 tahun serta

antara 18 hingga 25 tahun diminta bernalar mengenai dilema moral

dalam kehidupan nyata dan diberi kode sesuai dengan tahapan

Page 35: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

122

kohlber, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam

penalaran moral mereka.28

7. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Moral

a. Kesempatan mengambil peran

Perkembangan penalaran moral meningkat ketika seseorang

terlibat dalam situasi yang memungkinkan seseorang mengambil

perspektif sosial seperti situasi dimana seseorang sulit untuk menerima

ide, perasaan, opini, keinginan, kebutuhan, hak, kewajiban, nilai dan

standar orang lain.

Pergaulan dengan teman sebaya lebih dapat membuat individu

memainkan perannya dibanding dengan keluarga dirumah. Hal ini

menjadi lebih penting karena lebih berpengaruh akibat adanya

kesempatan mengambil peran.29

b. Situasi moral

Setiap lingkungan sosial dikarakteristikkan sebagai hak dan

kewajiban yang fundamental yang didistribusiakan dan melibatkan

keputusan. Dalam beberapa lingkungan, keputusan diambil sesuai

dengan aturan, tradisi, hukum, atau figur otoritas (tahap 1). Dalam

lingkungan yang lain, keputusan didasarkan pada pertimbangan pada

system yang tersedia (tahap 4 atau lebih tinggi). Tahap penalaran

moral ditunjukkan oleh situasi yang menstimulasi orang untuk

menunjukkan nilai moral dan norma moral.

28

John W. Santrock. Adolescence. … ibid hlm 307 29

Mohammad Iksan. Konsep moral menurut Kohlberg dan al-ghazali: sebuah studi perbandingan,

… ibid hlm 159

Page 36: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

123

c. Konflik moral kognitif

Konflik moral kognitif merupakan pertentangan penalaran moral

seseorang dengan penalaran orang lain. Dalam beberapa studi, subjek

bertentangan dengan orang lain yang mempunyai penalaran moral

lebih tinggi maupun lebih rendah. Anak yang mengalami pertentangan

dengan orang lain yang memiliki penalaran moral yang lebih tinggi

menunjukkan tahap perkembangan moral yang lebih tinggi dari pada

anak yang berkonfrontasi dengan orang lain yang memiliki tahap

penalaran moral yang sama dengannya.

Kohlberg mengemukakan bahwa penalaran moral seseorang

dipengaruhi oleh guru. Guru adalah model moral pada tahap

perkembangan kognitif yang tinggi dan berinteraksi dengan guru

merupakan pengalaman sosio-moral tersendiri yang ada di lingkungan

sekolah yang berpengaruh terhadap perkembangan moral.

d. Keluarga

Kohlberg (dalam Janssens, 1992) memandang bahwa pengaruh

utama dari keluarga adalah pada diskusi antara orang tua dengan anak

mengenai nilai-nilai dan norma, dari pada pengalaman anak sendiri

akan disiplin, hukuman, dan hadiah dari orangtua. Interaksi antara

orangtua dan anak dalam berbagai situasi menunjukkan 3 faktor umum

di atas. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi penalaran moral

anak.

Page 37: BAB III KONSEP PENDIDIKAN MORAL MENURUT LAWRENCE …sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB314136210011.pdfTeori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi oleh hasil kerja psikologi

124

Perkembangan moral seseorang anak banyak dipengaruhi dari

lingkungan dimana dia tinggal. Anak akan memperoleh nilai-nilai

moral dari lingkungan di tempat mereka tinggal, anak akan

memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungan terutama dari orang

tuanya. Anak akan belajar mengenai nilai-nilai dan perilaku sesuai

dengan nilai yang diperoleh. Peran orang tua dalam pembentukan

moral anak sangat penting.

e. Pendidikan

Kohlberg juga menyatakan bahwa penalaran moral dipengaruhi

oleh tahap perkembangan kognitif yang tinggi (seperti pendidikan) dan

pengalaman sosiomoral. Pendidikan adalah prediktor yang kuat dari

perkembangan penalaran moral, karena lingkungan pendidikan yang

lebih tinggi menyediakan kesempatan, tantangan dan lingkungan yang

lebih luas yang dapat merangsang perkembangan kognitif.