bab ii teorisasi tentang proses internalisasi nilai...

40
25 BAB II TEORISASI TENTANG PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PENDIDIKAN A. Pengertian Proses Internalisasi Nilai Secara etimologi, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia “Internalisasi diartikan sebagai penghayatan pendalaman penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya” 1 Internalisasi adalah proses penanaman atau pembinaan nilai nilai tanpa ada pemaksaan dan intimidasi supaya mengikuti nilai nlai yang diajarkan, penerimaan dan pelaksanaannya dilakukan secra sukarela (ikhlas) sangat tepat bila diimplementasikan dalam pembinaan agama. Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai nilai religious (agama) yang dipadukan dengan nilai nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam kerangka psikologis “Internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam 1 Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta:Balai Pustaka, 1989),336

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 25

    BAB II

    TEORISASI TENTANG PROSES INTERNALISASI NILAI

    DALAM PENDIDIKAN

    A. Pengertian Proses Internalisasi Nilai

    Secara etimologi, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah

    bahasa Indonesia akhiran –isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi

    dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

    “Internalisasi diartikan sebagai penghayatan pendalaman penguasaan secara

    mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya”1

    Internalisasi adalah proses penanaman atau pembinaan nilai – nilai tanpa

    ada pemaksaan dan intimidasi supaya mengikuti nilai – nlai yang diajarkan,

    penerimaan dan pelaksanaannya dilakukan secra sukarela (ikhlas) sangat tepat bila

    diimplementasikan dalam pembinaan agama. Jadi teknik pembinaan agama yang

    dilakukan melalui internalisasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati

    nilai – nilai religious (agama) yang dipadukan dengan nilai – nilai pendidikan

    secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga

    menjadi satu karakter atau watak peserta didik.

    Dalam kerangka psikologis “Internalisasi diartikan sebagai penggabungan

    atau penyatuan sikap, standar tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam

    1Depdikbud,Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta:Balai Pustaka, 1989),336

  • 26

    kepribadian”. Freud yakin bahwa “ Superego, atau aspek moral kepribadian

    berasal dari internalisasi sikap- sikap parental (orang tua)”.2

    “Internalisasi yaitu penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai

    sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran akan kebenaran

    atau nilai yang diwujudkan di sikap dan prilaku”.3Sedangkan menurut Prof.

    Mulyasa “Internalisasi yaitu upaya menghayati dan mendalami nilai, agar

    tertanam dalam diri setiap manusia. “4

    Proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau

    anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi5

    Lebih lanjut diperjelas penelititahap-tahap teknik internalisasi adalah.

    a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar

    menginformasikan nilai – nilai yang baik dan kurang baik kepada

    siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal

    b. Tahap transaksi nilai, yakni suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

    melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan guru

    bersifat interaksi timbal balik. Kalau pada tahap transformasi,

    komunikasi masih dalam bentuk satu arah, yakni guru yang aktif.

    Tetapi dalam transaksi ini guru dan siswa sama – samamemiliki sifat

    yang aktif. Tekanan dari komunikasi ini masih menampilkan sosok

    fisiknya daripada sosok mentalnya. Dalam tahap ini guru tidak hanya

    menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan buruk, tetapi juga

    2James P.Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), 256. 3Depdikbud. Op.Cit, 439

    4E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter (Bandung:Rosda, 2012),167 5Muhaimin.Strategi Belajar Mengajar.(Citra Media:Surabaya,1996), 153.

  • 27

    terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang

    nyata, dan siswa diminta memberikan respons yang sama, yakni

    menerima dan mengamalkan nilai itu;

    c. Tahaptransinternalisasi,: tahap ini jauh lebih dalam dari sekedar

    transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapan siswa bukan

    lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya).

    Demikian juga siswa merespons kepada guru bukan hanya

    gerakan/penampilan fisiknya, melainkan sikap mental dan

    kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam

    transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-

    masing terlibat secara aktif.6

    Teori Internalisasi7” sasarannya sampai kepada tahap kepemilikan nilai

    yang menyatu dalam kepribadian siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau

    mewatak”.

    Teknik – teknik internalisasi bisa dilakukan dengan peneladanan,

    pembiasaan, penegakkan aturan dan pemotivasian.

    a. Peneladanan

    Nabi Muhammad merupakan teladan bagi umat manusia sebagai mana

    Allah Berfirman8

    6Ibid 7 Adang Heriawan, dkk..Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis, (Banten: LP3G,2012), 168.

    8AL-Qur’an, 33:21

  • 28

    “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

    baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

    (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

    b. Pembiasaan

    Inti pendidikan yang sebenarnya adalah akhlak yang baik. “Akhlak

    yang baik itu dicapai dengan antara lain dengan keberagaman yang baik,

    keberagaman yang baik itu dicapai dengan pembiasaan”. 9

    Menurut A. Mujib Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam

    pembinaan dan pembentukkan peserta didik.10

    “Upaya ini dilakukan

    mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah. Keimanan dalam

    hati bersifat dinamis dan orang yangawam arti bahwa senantiasa

    mengalami fluktuasi yang sejalandengan pengaruh – pengaruh dari luar

    maupun dari dalam dirinya”. “Pembiasaan merupakan upaya untuk

    melakukan stabilitasi dan pelembagaan nilai – nilai keimanan dalam

    peserta didik yang diawali dengan aksi rohani (shaum, salat) dan aksi

    jasmani”11

    . Ibrahim Aminimenyatakan bahwa “Orang – orang yang

    terbiasa melakukan perbuatan – perbuatan tertentu ia tidak akan merasa

    terbebani lagi”.12

    Pada awalnya memang sulit untuk membiasakan

    perbuatan baik tetapi lama kelamaan bila dilakoni dengan ketekunan dan

    kesabaran ia akan dengan senang hati dan penuh kecintaan melakukan hal

    itu. Sayyidina Ali mengatakan bahwa kebiasaan tabiat kedua .Pembiasaan

    9Ahmad Tafsir.Ilmu Pendidikan Islami (Bandung:Rosda, 2012),231. 10Aan Hasanah.Disertasi “Pendidikan Karakter Berbasis Islam”. (Bandung:UIN Sunan Gunung Djati), 120 11Ibid, 129 12Ahmad Tafisr.Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung:Rosdakarya, 2008), 78

  • 29

    adalah metode efektif dalam mendidik, Pendidikan sebetulnya adalah

    proses pembiasaan. Menurut Ibrahim Amini dalam pembiasaan “Motivasi

    kesadaran dan niat tetap eksis dan bahkan menguat”.13

    Kebiasaan berbuat

    baik akan menguat keinginan berbuat baik, kebiasaan berbuat baik akan

    menguat keinginan berbuat baik, kebiasaan meninggalkan perbuatan buruk

    akan menguat keinginan untuk meninggalkanya perbuatan buruk . Orang

    yang terbiasa melakukan sesuatu ia tetap memiliki motivasi .

    “Pembiasaan dapat dilakukan dengan program dalam pembelajaran

    dan tidak terprogram dalam pembelajaran dengan perencanaan khusus

    dalam waktu tertentu seperti.14

    a. Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri

    pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam setiap pembelajaran.

    b. Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran.

    c. Biasakan belajar secara berkelompok untuk menciptakan

    masyarakat belajar

    d. Guru harus membiasakan diri harus menjadi model dalam setiap

    pembelajaran.

    e. Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran.

    Adapun pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilakukan sebagai

    berikut.

    a. Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara,

    bendera, senam, salat berjamaah, pemeliharaan kebersihan.

    13Ibid, 78 14E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter (Bandung:Rosda, 2012), 167

  • 30

    Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus

    seperti : perilaku memberi salam, membuang sampah pada

    tempatnya.

    b. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari –

    hari seperti ; berpakaian rapih berbahasa yang baik, dating tepat

    waktu.

    c. Penegakan Aturan

    “Penegakan aturan merupakkan aspek yang harus diperhatikan

    dalam pendidikan terutama pendidikan karakter (akhlak). Pada

    proses awal pendidiakn (akhlak) penegakan aturan merupakan

    Setting Limitdimana ada batasan yang tegas dan jelas mana yang

    harus dan tidak harus dilakukan, mana yang boleh dan tidak boleh

    dilakukan peserta didik”.15

    Peraturan yang dikeluarkan sekolah merupakan aspek pertama

    yang harus ada dalam upaya pengembangan suasana sekolah yang

    kondusif. Salah satu dari peraturan ini adalah”Tata tertib sekolah

    yang memuat hak, kewajiban, sangsi dan penghargaan bagi siswa,

    kepala sekolah, guru dan karyawan. Tata tertib ini hendaknya

    mencerminkan nilai – nilai ketaqwaan”. 16

    Penegakkan aturan merupakan “Alat untuk menegakan

    kedisiplinan Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai

    dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasioanal,

    15Aan Hasanah.Op.Cit.130 16Ahmad Tafsir, Op.Cit.115

  • 31

    yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin perlu

    berpedoman pada hal tesebut, yakni dari, oleh untuk peserta didik”.

    17

    Membina disiplin siswa harus mempertimbangkan berbagai situasi,

    dan memahami factor – factor yang mempengauhinya. Oleh karena

    itu Mulyasa memberikan “Saran – saran kepada guru untuk

    melakukan hal – hal sebagai berikut, diantaranya” .18

    1) Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh

    kepada aturan.

    2) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan

    dengan sebaik- baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.

    3) Mempelajari nama – nama siswa secara langsung, seperti

    melalui daftar hadir.

    4) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana, tidak

    bertele- tele.

    5) Mempelajari pengalaman siswa disekolah melalui kartu

    kumulatif.

    d. Pemotivasian .

    Motivasi kegiatan belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak di

    dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan

    memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat

    17E. Mulyasa, Op.CIt, 172 18Ibid, 173

  • 32

    tercapai”.19

    Diantara “Teknik untuk menimbulkan motivasi siswa

    adalah hadiah dan hukuman”.

    Pembinaan akhlak pemotivasian dapat dilakukan dengan targhib dan

    tarhib, perumpamaan, mauizah, kisah. “Targhib adalah janji yang disertai bujukan

    untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan nikmat. Sedangkan Tarhib adalah

    ancaman melalui hukuman disebabkan oleh terlaksananya sebuah kesalahan”.20

    Targhib dan tarhib ini kalau di pendidikan barat dikenal dengan imbalan

    dan hukuman. Namun ada perbedaan antara metode targhub dan tarhib dengan

    imbalan dan hukuman. Perbedaan tersebut sebagai berikut21

    .

    1. Targhib dan Tarhib lebih kuat pengaruhnya dari pada methode hukuman imbalan karena Targhib dan Tarhib bersuber dari langit (

    transenden ) sehingga mengandung aspek keimanan. Sedangkan

    metode hukuman – imbalan hanya bersandarkan sesuatu yang duniawi

    sehingga tidak mengandung aspek iman

    2. Secara operasional, Targhib dan Tarhib lebih mudah dilaksanakan karena ada dalam Al – Qur’an dan hadits sedangkan hukuman imbalan

    guru harus mencari sendiri.

    3. Targhib dan Tarhib lebih universal, oleh karena itu dapat digunakan di mana saja dan oleh siapa saja, sedangkan hukuman dan imbalan harus

    disesuaikan dengan tempat dan orang tertentu.

    4. Namun hukuman dan imbalan lebih nyata dan langsungwaktu itu juga, sedangkan Targhib dan Tarhib kebanyakan gaib dan diterima di

    akherat.

    Jadi dikaitkan dengan perrkembangan manusia, proses internalisasi harus

    berjalan sesuai dengan tugas – tugas perkembangan. Internalisasi merupakan

    sentral proses perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis pada

    perolehan atau perubahan diri manusia, termasuk didalamnya pempribadian

    makna (nilai) atau implikasi respon terhadap makna.

    19AM. Sardiman.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.(Jakarta:Rajawali Press:2000) ,100 20

    Abdurrahman, An-Nahlawi.Pendidikan Islam di RUmah, Sekolah, Masyarkat.(Jakarta:Gema Insani:1995),296 21Ahmad Tafsir.Op.CIt,218

  • 33

    B. Proses Internalisasi dan Tahapan dalam Menginternalisasikan Nilai

    Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dipandang sebagai suatu

    usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan atau materi adan

    nilai – nilai yang terkandung di dalamnya perubahan tingkah laku siswa setelah

    menerima dan mengikuti pembelajaran dinamakan dengan hasil belajar.

    Hasil belajar atau bentuk perubahan yang diharapkan meliputi 3 aspek, yaitu.

    1. Aspek kognitif, meliputi perubahan – perubahan dalam segi penguasaan

    pengetahuan dan perkembangan. Keterampilan / kemampuan yang

    diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.

    2. Aspek afektif, meliputi perubahan – perubahan dalam segi sikap mental,

    perasaan dan kesadaran.

    3. Aspek psikomotor, meliputi perubahan – perubahan dalam segi bentuk –

    bentuk motorik

    Proses intetnalisasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama islam, secara

    tidak langsung akan membicarakan hasil belajar dalam aspek afektif. karena aspek

    afektif aspek yang merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap mental,

    perasaan dan kesadarn siswa dan hasil belajar pada aspek ini diperoleh melalui

    proses intenalisasi.

    Hasil belajar dalam aspek ini terdiri dari lima tahapan.

    1. Penerimaan

    Penerimaan adalah kesediaan siswa untuk mendengarkan dengan

    sungguh – sungguh terhadap bahan pelajaran tanpa melakukan penilaian,

    berprasangka, atau menyatakan sesuatu sikap terhadap pengajaran tersebut.

  • 34

    2. Memberikan respon dan jawaban

    Berkenaan dengan respon – respon yang terjadi karena menerima atau

    mempelajari suatu materi. Dalam hal ini siswa diberi motivasi agar

    menerima secara aktif, ada partisipasi atau keterlibatan siswa dalam

    menerima pelajaran yang merupakan pangkal dari belajar sambal berbuat.

    3. Penilaian

    Penilain di sini menunjuk pada asal artinya, yaitu bahwa sesuatu

    memiliki nilai atau harga. Dalam hal ini, tingkah laku siswa dikatakan

    bernilai atau berharga, jika tingkah laku itu dilakukan secara tetap dan

    konsisten.

    4. Pengorganisasian Nilai

    Untuk memiliki sesuatu nilai atau sikap diri yang tegas jelas terhadap

    sesuatu harus dilalui proses pilihan terhadap nilai – nilai proses pilihan

    terhadap berbagai nilai – nilai yang sama – sama relevan diterapkan atas

    sesuatu.

    Nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value (bahasa Inggris)

    (moral value) (Mustari Mustafa, 2011:15). “Dalam kehidupan sehari-hari, nilai

    merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna

    bagi manusia. Dalam pembahasan ini nilai merupakan kualitas yang berbasis

    moral.

  • 35

    Dalam filsafat, istilah ini digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak

    yang artinya keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan”.22

    Max Scheler mengatakan nilai merupakan kualitas yang bergantung dan

    tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Sedangkan menurut Ahmad

    Tafsir meletakan pembahasan nilai setelah membahas teori pengetahuan dan teori

    hakikat yang merupakan sistematika dalam pembahasan filsafat.

    Teori lainnya, seperti yang dikemukakan oleh teori Nicolai Hartman,

    bahwa nilai adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan

    benda yang menjadi pendukungnya”. Ngalim Purwanto (1987) menyatakan bahwa

    nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika,

    kepercayaan, dan agama yang dianutnya. Semua itu memengaruhi sikap,

    pendapat, dan pandangan individu yangselanjutnya tercermin dalam cara

    bertindak dan bertingkah laku dalam memberikan penilaian”.23

    Nilai menurut Zakiyah dan Rusdiana “adalah segala hal yang berhubungan

    dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruk yang diukur oleh agama,

    tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat”.24

    Dalam pandangan Fuad Farid Isma’il dan Abdul Hamid Mutawalli (2012:

    240)” makna nilai diartikan sebagai standar atau ukuran (norma) yang digunakan

    untuk mengukur segala sesuatu”.25

    Linda (1995) “mengatakan secara garis besar nilai dibagi menjadi

    dua kelompok yaitu nilai nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai

    memberi. Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia

    22 Qiqi Yulianti Zakiyah, dan Rusdiana.Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. (Bandung:Pustaka Setia,2014), 14. 23

    Ibid, 14. 24Ibid, 15. 25 Zaim Elmubarok,Membumikan Pendidikan Nilai,(Bandung:Alfabeta), 21.

  • 36

    kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan

    orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran,

    keberanian, cinta damai, keandalan diri potensi, disiplin, tahu batas,

    kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu

    dipraktikan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang

    diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia,

    dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih, sayang, peka, tidak egois, baik hati,

    ramah, adil, dan murah hati”.26

    Nilai-nilai itu semua telah diajarkan pada anak-anak sekolah dasar sebab

    nilai-nilai tersebut menjadi pokok bahasan dalam Pendidikan Agana Islam dan

    Kewarganegaraan. Jadi, sebenarnya perilaku-perilaku yang diinginkan dan

    dimanifestasikan dalam kehidupan sehari – harigenerasi muda bangsa ini telah

    cukup tertampung dalam pokok – pokokbahasan dalam pendidikan nilai yang

    sekarang berlangsung. Persoalannya ialah bagaimana cara mengajarkannya agar

    mereka terbiasa berperilaku sesuai dengan nilai – nilaiyang dimaksud. Dan sesuai

    dengan norma agama Islam, tujuan Pendidikan Nasional, perilakunya tidak

    bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.

    C. Pengertian Nilai dan Cakupanya

    Pengertian nilai dan cakupanya yang peneliti bahas disesuai dengan pokok

    bahasan adalah dari segi agama, social, budaaya, dan filsafat dengan uraian

    sederhana sebagai berikut.

    1. Agama

    Agama menurut asbabunnuzul dibawa oleh para nabi dan rasul

    yang merupakan utusan Allah swt, kemudian disebut agama samawi,

    26Ibid,7.

  • 37

    selain itu ada juga orang yang membawa ajaran dianggap memiliki

    pengetahuan dan kebijaksanaan melebihi orang biasa pada umumnya dan

    ajarannya memberikan pencerahan kepada masyarakat memiliki pengikut

    cukup banyak dan berkeyakinan ajarannya benar, sehingga banyak

    penganut agama berbeda – beda menurut latar belakangnya masing -

    masing, umumnya dipengaruhi oleh agama yang dianut keluarga atau

    orang tuanya secara turun – temurun sebagaimana agama yang diakuai

    oleh pemerintah Indonesia.

    Agama berasal dari dua kata yaitu a artinya tidak dan gama artinya

    kacau, jadi arti agama adalah pedoman hidup manusia yang berakal sehat

    supaya hidupnya tidak kacau, sedang nilai agama adalah pedoman hidup

    yang berharga, berguna, dan berkualitas tidak berubah sering perubahan

    zaman serta tidak membuat bimbang penganutnya. Berkaitan dengan

    tersebut yang berguna dan kualitasnya tetap terjaga sampai akhir zaman

    hanya agama Islam sebab yang menjaga kemurnian ajaran agama Islam

    Allah swt Yang Maha Menjaga. Oleh sebab itu agama Islam harus

    diajarkan melalui pendidikan dengan cakupan nilai agama yang baik dan

    benar serta murni tanpa memasukkan ego dan kepentingan selain menjaga

    kualitas dan kemurnian ajaran agama Islam.

    “Cakupan nilai – nilai pendidikan agama Islam meliputi nilai

    aqidah, syari’ah, dan akhlak dapat disampai sebagai berikut”.27

    27

    Qiqi Yulianti Zakiyah, dan Rusdiana.Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung:Pustaka Setia,2014),144.

  • 38

    a. Nilai aqidah (keyakinan) berhubunan secara vertical dengan

    Allah swt. (Hablun Min Allah)

    b. Nilai syari’ah (pengalaman) implementasi dari aqidah,

    berhubungan secara horizontal dengan manusia (Hablum Min

    an – Nas)

    c. Nilai akhlaq (etika vertical horizontal) yang merupakan aplikasi

    dari aqida dan muamalah.

    Pandangan dan ego manusia harus diabaikan, sehingga kemurnian

    kualitas agama Islam yang universal dan sumber dari aqidah Islam tetap

    terjaga sampai akhir zaman. Demi keselamatan umat Islam dan kejayaan

    bangsa dan negara Indonesia tercinta.

    2. Sosial

    Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri,

    terbukti ketika Allah swt menciptakan Adam, kemudian di tempatkan

    dalam surga, ternyata Adam tidak merasa nyaman sehingga Allah swt

    mencipatkan hawa untuk menemani Adam. Pengertian sosial adalah

    kegiatan interaksi saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

    baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani.

    Menurut Alvin L. Bertnard “nilai adalah suatu kesadaran yang

    disertai emosi yang relative lama hilangnya terhadap suatu objek,

    gagasan, atau orang”28

    . Pengertian tersebut menjelaskan bahwa nilai

    adalah segala sesuatu yang berharga dan akan dipertahankan supaya

    28www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-sosial.html?m=1diakses 30 Desember 2016 pukul

    21.20

    http://www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-sosial.html?m=1

  • 39

    keberadaannya tetap aman dan terjaga sehingga tidak ada yang berani

    menggangu keberadaannya nilai tersebut. Menurut Robin Williams29

    ”nilai

    sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui

    konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga, nilai-nilai social

    dijunjung tinggi oleh banyak orang”.

    Uraian tersebut menunjukkan cakupan kegiatan sosial ditinjau dari

    segi kebutuhan hidupyang mengharuskan manusiaberinteraksi secara real

    untuk memenuhi kebuttuhan secara umum sebagai manusia yang normal

    supaya memperoleh kesejahteraan ketingkat yang diinginkan sesuai

    dengan kemampuannya sebagai berikut.

    a. Kebutuhan rohani seperti tolong – menolong, egaliter,

    kesetiakawanan, tenggang rasa, teloransi, kebersamaan, rasa

    aman, dan saling menasihati tentang hak dan kesabaran.

    b. Kebutuhan jasmani seperti sandang, pangan, dan papan

    Kenyataannya kebutuhan rohani dan jasmani tidak dapat dipisahkan sebab

    keduanya saling berkaitan, seperti orang yang membeli rumah atau kenderaan

    bermotor penjual harus dapat memberikan jaminan bahwa produk yang dijual

    dijamin keamanannya, bahkan untuk meningkatkan rasa aman produk tersebut

    diasuransikan. Rumah atau kendaraan bermotor adalah kebutuhan jasmani sedang

    rasa aman adalah kebutuhan rohani.

    Keadaan tersebut menciptakan interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhan

    yang disebut kegiatan ekonomi dari kegiatan sederhana sampai kompleks yang

    29www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-sosial.html?m=1diakses 30 Desember 2016 pukul

    21.20

    http://www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-sosial.html?m=1

  • 40

    melibat banyak orang dan teknologi modern. Oleh sebab itu manusia tidak boleh

    ego sentris dan mengutamakan pandangannya sendiri.

    3. Budaya

    Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, sehingga

    manusia melakukan interaksi dengan manusia lain untuk memperoleh

    pertolongan atau menunjukkan kemampuan dan karyanya, sehingga

    melahirkan budaya. Nilai budaya adalah semua hasil budi daya manusia yang

    melibatkan kompetensi citpa, rasa, dan karsa serta berguna untuk

    kesejahteraan umat manusia baik berupa karya fisik maupun non fisik dan

    berharga . Makin besar manfaat hasil budaya tersebut makin tinggi nilai

    budayanya, sehingga budaya manusia terus aktif berkembang sesuai dengan

    kemampuandan kebutuhannya.

    Menurut Koentjaningrat bahwa“nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi

    yang hidup dalam alam pikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai

    hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu

    masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak”.30

    Oleh karena

    itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam

    menentukan alternative, cara-cara alat-alat, dan tujuan-tujuan pembuatan alat

    atau bangunan yang tersedia.

    Uraian tersebut menunjukan bahwa budaya itu sebab adanya kebutuhan

    dan kebiasaan hidup dalam masyarakat yang bersifat aktif sesuai dengan

    perkembangan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Oleh sebab itu cakupan

    30Koentjaningrat.Sejarah Teori Antropology. (Jakarta:UIPress,1987), 85.

  • 41

    budaya dapat dilihat dari segi alamiah dan non alamiah dengan uraian sebagai

    berikut.

    a. Almiah muncul dan terciptanya budaya sebab kebiasaan masyarakat

    tersebut yang relatif sederhana dan bersifat tradisional

    b. Non almiah muncul dan terciptanya budaya sebab kebutuhan untuk

    mengatasi kesulitan hidup relatif kompleks dan bersifat modern

    Budaya ada sebab adanya kebiasaan dan kebutuhan manusia untuk mengatasi

    kesulitan hidup supaya hidup lebih berwarna dan sejahtera tidak mengutamakan

    ego belaka oleh sebab itu budaya harus menjaga tradisi juga harus rela menerima

    perbedaan dan masukan dari budaya lain. Budaya yang mengutamakan ego

    umumnya lambat untuk berkembang dan berinovasi.

    4. Filsafat

    Harold Titus, mengemukakan bahwa filsafat pendidikan

    “merupakan salah satu ilmu terapan. Ia adalah cabang ilmu pengetahuan

    yang memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan hidupan dan penghidupan manusia pada

    umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik dan guru khususnya”.31

    Kehidupan bermasyarakat dan bernegara memiliki nilai – nilai

    yang dianut atau kepercayaan kepada suatu hal yang memiliki nilai

    dikatakan memiliki nilai jika nilai itu berharga, bermutu, menunjukan

    kualitas, dan berguna bagi manusia dalam memecahkan masalah yang

    sedang dihadapi, sedang nilai dalam arti filsafat, istilah berharga

    31www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-filsafat.html?m=1diakses 30 Desember 2016

    pukul 21.20

    http://www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-nilai-filsafat.html?m=1

  • 42

    digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya

    keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan.

    Filsafat yang merupakan “pandangan hidup, membahas masalah

    tujuan hidup manusia yang akan digunakan, sebagai dasar pelaksanaan

    aktif dalam berpikir, berperasaan, bertindak (tingkah laku). Cara demikian

    ini berlaku dalam proses pendidikan”.32

    Filsafat pendidikan Islam mempunyai landasan dasar Al – Qur’an

    dan Sunah Rasul yang harus ditetapkan dan menjawab segala masalah

    pendidikan, dengan memperhatikan Al – Qur’an surat 96:1 – 5 didapat

    “cakupan masalah – masalah filsafat pendidikan yang pokok meliputi

    masalah kenyataan, pengetahuan, dan nilai yang akan diuraikan oleh

    peneliti sebagai berikut”.33

    a. Masalah Kenyataan

    Allah menyuruh umat manusia untuk mencari hakikat segala sesuatu yang

    dihadapinya, tentang Khalik, makluk, danalam semesta. Masalah ini

    dibahas dalam cabang filsafat disebut metafisik.

    b. Masalah Pengetahuan

    Surat terbut di atas mengandung pengertian, bahwa dengan ilmu

    pengetahuan umat manusia akan memperoleh kemajuan dan peningkatan

    kesejahteraan hidup lahir batin. Allah Maha Pendidik, mengajarkan

    kepada manusia apa – apa yang belum mereka ketahui. Masalah ini bahas

    dalam cabang filsafat disebut epistemologi membahas bagaimana suatu 32

    H. Soekarno dan Ahmad Supardi.Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.(Bandung:Angkasa, 2001),14.

    33Ibid, 15.

  • 43

    materi dapat diterima akal manusia. Ilmu logika sangat membantu

    pemecahannya.

    c. Masalah Nilai

    Surat tersebut juga mengandung makna tentang nilai. Nilai ilmu

    pengetahuan harus berasaskan keagamaan, sebab setiap ilmu pengetahuan

    akan memberikan pengaruhnya terhadap watak dan sikap tingkah laku

    orang yang menguasanya. Nilai atau norma tingkah laku akan dijadikan

    pegangan dan pedoman dalam kehidupan. Nilai sangat erat hubunngannya

    dengan ilmu etika. Cabang filsafat yang membahas masalah nilai disebut

    aksiologi.

    Ternyata selain agama masalah sosial, budaya, dan filsafat mempengaruhi

    terbentuknya berbagai organisasi keagamaanyang unik di IndonesiaNahdatul

    Ulama ( NU ) organisasai Islam yang berbasis di desa yang terkenal dengan kaum

    sarungan, Muhammaddiyyah oraganisasi Islam yang berbasis di kota, dan tidak

    terkecuali As – Sunnah Kota Cirbon sebagai organisasi keagamaan yang unik.

    D. Pengertian Pendidikan

    Pendidikan secara alamiah dan perintah Allah adalah tanggung jawab orang

    tua sebagai penerima amanat yang ditakdirkan memiliki anak untuk memelihara

    dan mendidiknya supaya menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak.

    Pengertian pendidikan secara umum adalah upaya sadar yang dilakukan oleh

    orang dewasa memanusiakan manusia supaya menjadi manusia yang berguna

  • 44

    untuk lingkungannya. Sebab pengertian pendidikan terlalu luas maka perlu adanya

    batasan.

    Pendidikan Agama Islam “sebagai usaha sadar , yakni suatu kegiatan

    bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara berencana dan

    sadar atas tujuan yang hendak dicapai”.34

    Mengingat luasnya pengertian

    pendidikan dalam konteks ilmu social maka perlu adanya batas supaya konteks

    tepat sesuai sasaran.

    Di bawah ini dikemukakan beberapa batasan“pendidikan sebagai proses

    transformasi budaya, dan sebagai proses penyiapan warga negara,pendidikan

    berdasarkan fungsinya diuraikan lebih rinci sebagai berikut”.35

    1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

    Proses transformasi budaya, pendidikan diartti sebagai kegiatan pewarisan

    budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah

    berada di dalam suatu lingkungan budaya tertenu. Di dalam lingkungan

    masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan –

    kebiasaan tertentu, larangan – larangan dan anjuran, dan ajaran tertentu

    seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal – hal tersebut mengenai

    banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makan, istirahat, bekerja,

    perkawinan, bercocok tanam, dan seterusnya.

    2. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

    34Muhaimin, M.A. et. Al.Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2002), 76. 35Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo.Pengantar Pendidikan. (Bandung:Pusat Perbukuan

    Depdiknas, 2013), 33 – 35.

  • 45

    Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu

    kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi

    warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik bersifat relatif, bergantung

    kepada tujuan nasional dari masing – masng bangsa, oleh sebab masing –

    masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda - beda. Seperti

    contohnya negara Indonesia memiliki falsafah hidup dan sekaligus

    menjadi dasar negara yaitu Pancasila.

    E. Karakteristik Pendidik Berkarakter

    Secara umum, karakter pendidik berkarakter adalah.

    1. Mengharap rida Allah

    2. Jujur dan amanat

    3. Komitmen dalam ucapan dan tindakan

    4. Adil

    5. Berakhlak mulia

    6. Rendah hati

    7. Berani

    8. Menciptakan nuansa keakraban

    9. Sabar dan mengekang hawa nafsu

    10. Baik dalam tutur kata

    11. Tidak egois

  • 46

    Guru harus menyadari bahwa “pendidikan karakter yang efektif memerlukan

    pendekatan komprehensif dan fokus kepada guru sebagai role model”.36

    Hal – hal

    yang perlu diperhatikan guru adalah.

    a. Bersahabat

    b. Memotivasi

    c. Menginspirasi

    d. Demokratis

    e. Membangun optimis dan percaya diri

    f. Berkomunikasi efektif

    g. Dicintai dan dirindukan

    h. Menjadi teladan karakter (akhlak mulia)

    F. Hubungan Akhlak dan Nilai dalam Pendidikan

    Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab yang sudah di Indonesiakan, yang

    juga diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan. Kata َأْخَلاُق adalah jamak

    taksir dari kata ٌُخُلك.

    Para Ulama Ilmu Akhlak merumuskan definisinya dengan berbeda – beda

    tinjauan yang dikemukakannya, antara lain :

    Al Qurtuby mengatakan :

    َما ُهىَيأ ُخُذ ِبِه ا إل ْنَسا ُن َنْفَسُه ِمَن ْاأَلَدِب ُيَسَّمى ُخُلًما ِلَأَنُه َيِصْيُر ِمَن اْلِخْلَمِة ِفْيِه

    36Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie.Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama dan

    Budaya Bangsa.(Bandung:Pustaka Setia,2013), 135.

  • 47

    Artinya: “Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab – kesopanannya

    disebut akhlaq, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.”

    Imam Al-Ghazali mengatakan :

    “Akhlaq adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang

    dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud

    untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu

    tindakan yang terpuji menurut ketentuan akan dan norma agama, dinamakan

    akhlaq yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat maka

    dinamakan akhlaq yang buruk”.

    Ya’kub (1983) menyatakan37

    perkataan “Akhlak” berasal dari bahasa Arab

    jama’ dan “khuluqun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai,

    tingkah laku atau tabiat. Rumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang

    memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dan makhluk serta antara

    makhluk dan makhluk”.

    Sebenarnya, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk

    mendefinisikan kata “akhlaq”, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan

    pendekatan terminologik (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal

    dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata al-akhlaqa-

    yukhliqu-ikhlaqan”, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala-yuf’ilu-

    if’alan, berarti as-sajiyah (perangai), ath-thabia’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar),

    al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din

    (agama). Kata “akhlaq” juga isim masdar dari kata “akhlaqa”, yaitu “ikhlaq”.

    37Abdul Majid, dan Dian Andayani.Pendidikan Karakter Perspektif Islam. (Bandung:Remaja

    Rosdakarya), 9.

  • 48

    Berkenaan dengan ini, timbulah pendapat bahwa secara linguistik, akhlaq

    merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar

    kata. Kata “akhlaq” secara etimologis, berasal dari bahasa Arab, yaitu “khalaqa”,

    kata asalnya adalah “khuluqin”, berarti adat perangai, atau tabiat. Secara

    terminologis, dapat dikatakan bahwa “akhlak merupakan pranata perilaku manusia

    dalma segala aspekkehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan

    dengan etika atau moral”.38

    Akhlak bisa dikatakan sebagai” pendidikan moral dalam diskursus

    pendidikan Islam. Telaah lebih dalam terhadap konsep akhlak yang telah

    dirumuskan oleh para tokoh pendidikan Islam masa lalu seperti Ibnu

    Miskawih, Al – Qabisi, Ibn Sina, Al – Ghazali, dan Al – Zarnuji,

    menunjukkan bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah

    terbentuknya karakter positif dalam perilaku anak didik. Karakter positif

    ini tiada lain adalah penjelmaan sifat – sifat mulia Tuhan dalam kehidupan

    manusia”.39

    Akhlak mulia dapat menjadi panduan hidup agar kita tidak salah

    melangkah yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.” Akhlak

    merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,

    perasaan, bawaan, kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak

    akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian”.40

    Dari kelakuan itu

    lahirlah perasaan moral yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga

    ia mampu membedakan mana yang baik dan mana jahat, mana yang bermanfaat

    dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

    Pendidikan akhlak mulia menjadi penting yang di dalamnya terdapat nilai – nilai

    38

    Beni Ahmad Saebani, dan Abdul Hamid,Ilmu Akhlak, (Bandung:Pustaka Setia),13-14. 39Ibid, 10. 40 Daradjat Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta: CV. Ruhama), 10 .

  • 49

    agama Islam berintegrasi ke setiap mata pelajaran mengingat jam pelajaran agama

    cukup singkat.

    Akhlak secara umum dibagi menjadi dua macam, yaitu.

    1. Akhlak terpuji atau akhlak mulia yang disebut dengan al-akhlaq al-

    mahmudah atau al – akhlaq al – karimah.

    2. Akhlak tercela atau akhlak yang dibenci, yakni disebut akhlaq al-

    mazmumah.

    Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang dikehendaki oleh Allah swt dan

    dicontohkan oleh Rasulullah saw. Akhlak ini dapat diartikan sebagai akhlak orang

    – orangyang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Adapun akhlak yang tercela

    adalah yang dibenci oleh Allah swt, sebagaimana akhlak orang-orang kafir, orang

    – orangmusyrik, dan orang – orangmunafik.

    G. Indonesia di Tengah Krisis Karakter Bangsa

    Kekaburan visi dan kelemahan karakter bangsa menjadi beban nasional yang

    berat ketika terakumulasi dengan berbagai persoalan internal yang kompleks pada

    tubuh bangsa ini, seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, keterbelakangan,

    korupsi, kerusakan lingkungan, hutang luar negeri, dan perilaku elite yang tidak

    menunjukkan keteladanan dan dampak krisis global dalam berbagai aspek

    kehidupan. “Akibatnya bangsa ini kehilangan daya tahan dan kemandiriannya.

    Jika dibiarkan, keadaan tersebut menjadi gumpalan masalah yang besar, Indonesia

    tidak hanya kehilangan peluang untuk tumbuh menjadi bangsa dan negara yang

  • 50

    sukses mengukir kejayaan perdaban, tetapi sebaliknya akan semakin terpuruk di

    hadapan bangsa-bangsa lain”.41

    Menurut Anif Punto Utomo dalam Republika (24 Juli 2011), bangsa ini lemah

    dalam karakter. “Karakter bangsa adalah sekumpulan karakter individu di sebuah

    negara. Sebuah bangsa melalui pemimpinnya dapat membentuk karakter individu

    yang mumpuni, yang akan membawa bangsa dalam mewujudkan kesejahteraan

    sebagai cita-cita paling ideal bangsa ini”.

    Melihat betapa rendahnya karakter bangsa ini, pendidikan karakter menjadi

    sangat penting. Bahkan, Kementerian Pendidikan Nasional pun merancang

    kurikulum pendidikan karakter pendidikan karakter bagi siswa. Pendidikan

    karakter ini sebaiknya ditanamkan sejak dini, semenjak masih sekolah.

    Solusi dari krisis karakter bangsa Indonesia tidak cukup hanya menjadi

    penyesalan. Ikhtiar bangkit untuk kembali menata karakter bangsa yang unggul

    dan berjiwa kepemimpinan menjadi prasyarat bagi kejayaan bangsa.

    Kaum terpelajar merupakan aset masa depan bangsa Indonesia. Menyiapkan

    mereka dengan karakter unggul dan berjiwa kepemimpinan berarti menyiapkan

    sesosok manusia berkarakter kuat yang dapat memberi contoh dan teladan bagi

    rakyat yang dipimpinnya. Apabila para pelajar dan mahasiswa diabaikan

    pendidikan karakternya, kegagalan bangsa ini semakin dekat. Karena bangsa ini

    dipimpin oleh pemimpin yang berkarakter buruk dan korup.

    41 Anas Salahudin, dan Irwanto Alkriencieche.Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama &

    Budaya Bangsa. (Bandung: Pustaka Setia), 30.

  • 51

    H. Istilah Pendidikan dalam Konteks Islam

    Istilah pendidikan dalam konteks Islam mengacu pada” istilah al-tarbiyah,

    al-ta’did, dan al-ta’lim dengan uraian sebagai berikut”.42

    1. Al – Tarbiyah

    Al – Tarbiyah“berasal dari kata Rabb memiliki pengertian dasar

    menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,

    mengatur, dan menjaga. Kata rabb yang terdapat dalam Surat Al-Fatihah

    berikut”.43

    Artinya: ”Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

    Mempunyai makna yang berkonotasi dengan istilah al-Tarbiyah,

    sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata

    yang sama. Maka Allah adalah Pendidik Yang Maha Agung bagi seluruh

    alam semesta.

    Pengertian pendidikan Islam dalam istilah”al-Tarbiyah terdiri atas

    empat unsur pendekatan yaitu”.44

    a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)

    b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

    c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

    d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

    42 Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibani.Falsafa Pendidikan Islam. (Jakarta: Bulan Bintang,

    1979), 41. 43 Al-Qur’an, 1:2 44Ibid,41.

  • 52

    Penggunaan istilah Al-Tarbiyah menunjuk makna pendidikan Islam

    dapat dipahami dengan merujuk firman Allah yang menggambarkan

    adanya hubungan antara tugas kependidikan orang tua terhadap anaknya

    dengan Tuhan sebagai Rabb (Maha Pendidik) terdapat Firman-Nya45

    ا ٗ َوٱخِۡفضۡ َلُهَّما َجَناَح ٱلُذِّل ِمَن ٱلَرحَّۡمِة َوُلل َّرِب ٱّرَۡحّمُۡهَّما َكَّما َّرَبَياِني َصِغير٢٤

    Artinya : ”Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

    penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

    keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil.”

    Allah memberikan pendidikan kepada sekalian makhluk termasuk

    manusia, antara lain dengan cara menganugerahkan sejumlah potensi yang

    dengan potensi dimaksud manusia menjadi berkemampuan untuk dididik

    dan mendidik. Potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia, antara

    lain.

    1) Mengajarkannya pandai bicara.46

    Artinya: “Mengajarnya pandai berbicara”

    2) Mengajarkan kepada Nabi Adam segala nama.47

    45

    Al-Qur’an, 17:24 46 Al-Qur’an, 55:4 47 Al-Qur’an, 2:31

  • 53

    Artinya: ”Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-

    benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat

    lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika

    kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

    3) Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahui48

    Artinya” Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”

    2. Istilah al-Ta’lim

    Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai

    ilmu

    pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan

    tertentu. Merujuk dalam firman Allah49

    Artinya: ”Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat

    kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu

    yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan

    48 Al-Qur’an, 96:5 49 Al-Qur’an, 2:130

  • 54

    mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan

    kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

    Makna al-Ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang

    lahiriyah akan tetapi mencakup” pengetahuan teoritis, mengulang secara

    lisan, pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan,

    perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk

    berperilaku”.50

    Manusia sebagai perekayasa dan penemu (inventor), sedangkan

    Allah sebagai Maha Pencipta. Oleh karena itu, agar manusia tidak

    kebablasan dalam mengagungkan hasil rekayasa teknologi yang mereka

    miliki, manusia harus menyadari ketergantungannya kepada Maha

    Pencipta sehingga terhindar dari becana, Allah memperingatkan. Firman

    Allah51

    Artinya : ” Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah

    menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di

    lautan dengan perintah-Nya. dan dia menahan (benda-benda) langit jatuh

    ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar

    Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

    50

    Abdul Fattah Jalal.Azas-Azas Pendidikan Islam, Terj. Noer Ali.(Bandung: CV. Diponegoro, 1988), 29–30.

    51 Al-Qur’an, 22:65

  • 55

    Ternyata kemampuan IPTEK manusia tak lebih dari sekedar upaya

    untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas yang telah dianugrahkan oleh

    Yang Maha Pengasih. Produk IPTEK manusia bukan sesuatu yang sama

    sekali baru dari bahan baku ciptaan sendiri. Baik dalam bidang Ilmu

    Pengetahuan Alam, maupun dalam bidang sosial dan humaniora. Ilmu

    Pengetahuan Alam yang mereka yakini sebagai hasil kajian terhadap

    hukum alam (nature law) secara murni, ternyata hakikatnya adalah bagian

    dari Taqdir Allah. Firman52

    Artinya : ”Dan matahari berjalan ditempat peredarannya.

    Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

    Sedangkan yang mereka namakan ilmu – ilmusosial dan humaniora juga

    tak lebih dari usaha untuk mengungkapkan konsep Sunnantullah semata.

    3. Istilah al-Ta’dib

    Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur

    angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat –

    tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.

    Rasul sebagai Pendidikan Agung dalam pandangan pendidikan

    Islam sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia

    menyempurnakan akhlak.53

    52 Al-Qur’an, 36:38 53 Al-Qur’an, 33:21

  • 56

    Artinya : ” Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

    teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

    Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

    Dengan menempatkan Rasul sebagai sosok teladan, maka

    mematuhi ajarannya termasuk sikap kecintaan kepada Allah.54

    Artinya : ” Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,

    ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."

    Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

    Firman Allah tersebut mengambarkan proses pelimpahan tanggung

    jawab dan wewenang pendidikan dari kholiq kepada makhlukadalah

    berproses melalui tugas kerasulan. Selanjutnya Rasulullah saw

    meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua orang

    tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai

    pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk

    54 Al-Qur’an, 3:31

  • 57

    kewajiban orang tua terhadap anak. Kewajiban tersebut garis besarnya

    mencakup.

    a. Memelihara dan membimbing anak antara lain dengan cara.

    1) Memelihara sejak dari masa menyusui55

    Artinya : ” Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya

    selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan

    penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian

    kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani

    melainkan menurut kadar kesanggupannya, janganlah seorang ibu

    menderita kesengsaraan karena anaknya, dan seorang ayah

    sengsara karena anaknya, dan demikian pula kewajiban waris.

    Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

    kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas

    keduanya, dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

    maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

    pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu kepada Allah

    dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu

    kerjakan.”

    2) Tidak membunuhnya karena takut miskin56

    55 Al-Qur’an, 2:233

  • 58

    Artinya : ” Kemudian saya akan mendatangi mereka dari

    muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri merek dan

    Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”

    3) Memperlakukan yang laki – laki dan perempuan sama57

    Artinya : ”Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur

    hidup – hidup ditanya,”

    4) Memelihara, membimbing, dan mendidik anak agar berakhlaq

    mulia, yakni ; tidak menyekutukan Allah, berbakti dan santun

    kepada ibu bapak, berbuat baik, menegakkan amar ma’ruf nahi

    munkar, sabar, tidak sombong, dan lemah lembut dalam

    pergaulan.58

    56

    Al-Qur’an, 17:31 57 Al-Qur’an, 81:8 58 Al-Qur’an, 31:15

  • 59

    Artinya : ”Dan jika keduanya memaksamu untuk

    mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu

    tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah

    keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali

    kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan

    kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”

    b. Memberikan pendidikan ahklak kepada keluarga dan anak, antara lain.

    1) Tata krama berpakaian59

    Artinya : ”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,

    anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:

    "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

    mereka", yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

    dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah

    Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

    Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat

    menutup kepala, muka dan dada.

    59 Al-Qur’an, 33:59

  • 60

    2) Menghindari perbuatan buruk yang melanggar tuntunan Allah

    yang mengakibatkan keluarga mendapat azab nereka60

    Artinya” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

    dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

    manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

    dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

    kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

    Pendidikan Islam menempatkan peran dan fungsi para

    orang tua pada titik strategis. Mereka dinilai sebagai peletak dasar

    – dasar bagi pendidikan anak – anaknya. Hakikatnya para orang tua

    telah mengawali kegiatan pendidikan manusia secara umum, yaitu

    melalui upaya membimbing putra – putri mereka agar menjadi

    pengabdi Allah dan sekaligus pengemban tugas ke khalifah-Nya di

    muka bumi. Walaupun kemudian tugas dan wewenang tersebut

    diserahkan kepada para guru, sebenarnya para guru memperoleh

    kewenangan mendidik, adalah atas dasar adanya pelimpahan dari

    orang tua.

    60 AL-Qur’an, 66:6

  • 61

    Dengan pendekatan tersebut, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing

    ke arah pengenalan dan pengakuan terhadapAllah yang tepat dalam tatanan wujud

    dan kepribadiannya.

    Dari ketiga istilah tersebut para ahli pendidikan memformulasikan pengertian

    pendidikan Islam antara laindisampaikan oleh “ Al-Syaibaniy, Muhammad Fadhil

    al-Jamaly, Ahmad D. Marimba, dan Ahmad Tafsir” 61

    diuraikan lebih lanjut oleh

    peneliti dengan rincian sebagai berikut.

    1. Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses

    mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,

    masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses dilakukan dengan cara

    pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi

    diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

    2. Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai

    upaya mengembangkan, mendorong, mengajak peserta didik hidup lebih

    dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang

    mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan berbentuk pribadi peserta

    didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal,

    perasaan, maupun perbuatannya.

    3. Ahmad D. Marimba; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah

    bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

    perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

    kepribadiannya yang utama (insan kamil) .

    61Abdul Fattah Jalal.Azas-Azas Pendidikan Islam, Terj. Noer Ali.(Bandung: CV. Diponegoro, 1988),30

  • 62

    4. Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang

    diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

    dengan ajaran Islam.

    Kata “Islam” dalam pendidikan Islam” menunjukkan warna

    pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang

    Islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. Pembahasan pendidikan

    tentang apa pendidikan menurut Islam terutama didasarkan atas keterangan

    Al – Qur’an dan hadis, kadang – kadang diambil juga pendapat para pakar

    pendidikan Islam”.62

    Konferensi internasional tentang pendidikan Islam yang pertama

    (1979) ternyata tidak juga berhasil menyusun definisi penidikan yang dapat

    disepakati mereka (Al-Attas, 1979:157). Mengapa definisi pendidikan susah

    dirumuskan?

    1. Sulitnya merumuskan definisi pendidikan yang dapat disebut sebagai

    kegiatan pendidikan;

    2. Luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.

    Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat “dibagi tiga: (1) kegiatan

    pendidikan oleh diri sendiri, (2) kegiatan pendidikan oleh lingkungan, dan (3)

    kegiatan pendidikan oleh orang lain terhadap orang tertentu.”63

    Pernyataan tersebut

    menunjukkan bahwa kewajiban memperbaiki kualitas hidup melalui pendidikan

    adalah kewajiban terhadap oleh individu terhadap dirinya sendiri, kegiatan

    pendidikan oleh lingkungan yang dimaksud orang tua dan masyarakat yang

    62Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010), 22. 63Ibid, 26

  • 63

    berkepentingan terhadap pendidikan, dan kegiatan pendidikan oleh orang lain

    terhadap orang tertentu yang dimaksud adalah guru yang berkecimpung dalam

    dunia pendidikan, mendidik peserta didik supaya menjadi generasi penerus yang

    berkualitas memiliki kecerdasan motorik, kecerdasan intelektual, kecerdasan

    spritual, kecerdasan sosial, dan kecerdasan emosinal. “Adapun binaan pendidikan

    dalam garis besarnya mencakup tiga daerah: (1) daerah jasmani, (2) daerah akal,

    (3) daerah hati. Tempat pendidikan juga ada tiga yang pokok: (1) di dalam rumah

    tangga, (2) di masyarakat, (3) di sekolah”.64

    Binaan atau bimbingan pendidikan meliputi tiga daerah (aspek) terdiri dari.

    1. Jasmani dengan dibinanya jasmani dengan benar dan baik maka akan

    diperoleh jasmani yang sehat dan kaut serta memiliki kecerdasan

    bergerak sesuai harapan dari pembinaan yang diperoleh.

    2. Akal adalah aspek penting dalam diri manusia. Oleh sebab itu pembinaan

    akal sangat penting supaya akalnya dapat berfungsi optimal melalui

    pendidikan dan olah akal dengan bimbingan orang yang profesinal,

    sehingga menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak.

    3. Hati merupakan aspek pentingnya sebagai pemandu akal supaya tidak

    melanggar norma agama, masyarakat, dan negara. Pembinaan hati

    melalui implementasi internalisasi nilai – nilai akhlakul karimah,

    sehingga peserta didik terbiasa melakukan perbuatan yang terpuji.

    Berkaitan dengan tempat pendidikan di dalam rumah tangga adalah

    kewajibann orang tua peserta didik terhadap anaknya, di masyarakat adalah

    64Ibid, 26.

  • 64

    kewajiban warga masyarakat dan pemerintah sebagai regulator pendidikan, serta

    di sekolah adalah kewajiban guru sebagai orang tua kedua yang memberikan

    pencerahan ilmu pengatahuan. Dalam pengertian yang lebih luas Ahmad

    Tafsir merumuskan” pendidikan secara luas pendidikan ialah pengembangan

    pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud

    pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri,

    pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek

    mencakup jasmani, akal, dan hati”.65

    65Ibid, 56.