bab ii metode pembelajaran edutainment dan...

24
BAB II METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT DAN PRESTASI BELAJAR A. Kajian Teori 1. Pengertian Metode Pembelajaran Edutainment Edutainment adalah akronim dari kata education dan entertainment. Education artinya pendidikan dan entertainment artinya hiburan. Education dalam “The Routledge Dictionary of Quotationsmemiliki beberapa arti, antara lain : a. Menurut Robert frost : “ Education is the ability to listen to almost anything without losing your temper or your self confidence b. Menurut Oscar Wilde (1854-1900) : “ Education is an admirable thing, but it is well to remember from time to time that nothing that is worth knowing can be taught c. Menurut George Savile, Lord Halifax (1633-1695) : “ Education is what remains when we have forgotten all that we have been taught” ( Andrews, 1987: 79). Dengan demikian edutainment memiliki arti pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan secara terminology, edutainment as a form of entertainment that is designed to be educational. Juga bisa diartikan bahwa edutainment allows children to learn through play. Sedangkan secara epistemologis edutainment dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati proses pembelajaran yang rileks, menyenangkan dan bebas dari tekanan, baik fisik maupun psikis ( Setiawan, 2010). Sejak dahulu, para ahli memandang arti penting bermain bagi anak- anak. Seperti yang dikemukakan oleh Filosof Plato bahwa bermain dapat dijadikan media belajar yang baik. Begitu pula Aristoteles berpendapat 7

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT DAN PRESTASI

    BELAJAR

    A. Kajian Teori

    1. Pengertian Metode Pembelajaran Edutainment

    Edutainment adalah akronim dari kata education dan

    entertainment. Education artinya pendidikan dan entertainment artinya

    hiburan. Education dalam “The Routledge Dictionary of Quotations”

    memiliki beberapa arti, antara lain :

    a. Menurut Robert frost : “ Education is the ability to listen to almost

    anything without losing your temper or your self confidence

    b. Menurut Oscar Wilde (1854-1900) : “ Education is an admirable thing,

    but it is well to remember from time to time that nothing that is worth

    knowing can be taught “

    c. Menurut George Savile, Lord Halifax (1633-1695) : “ Education is what

    remains when we have forgotten all that we have been taught” (

    Andrews, 1987: 79).

    Dengan demikian edutainment memiliki arti pendidikan yang

    menyenangkan. Sedangkan secara terminology, edutainment as a form of

    entertainment that is designed to be educational. Juga bisa diartikan bahwa

    edutainment allows children to learn through play. Sedangkan secara

    epistemologis edutainment dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang

    memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat dan menikmati

    proses pembelajaran yang rileks, menyenangkan dan bebas dari tekanan,

    baik fisik maupun psikis ( Setiawan, 2010).

    Sejak dahulu, para ahli memandang arti penting bermain bagi anak-

    anak. Seperti yang dikemukakan oleh Filosof Plato bahwa bermain dapat

    dijadikan media belajar yang baik. Begitu pula Aristoteles berpendapat

    7

  • bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan

    mereka tekuni nanti. Menurut dia, bermain memiliki nilai praktis, yakni

    sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu

    pada anak (Pedak, 2009: 145).

    Bermain merupakan metode belajar dalam kesadaran anak untuk

    menjadikannya orang yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan.

    Orang tua atau guru yang melarang anak atau peserta didiknya bermain,

    berpotensi mengacaukan perkembangan anak atau peserta didiknya.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode Edutainment

    adalah suatu metode pembelajaran berbasis kompetensi yang aktif dan

    efisien, dirancang melalui suatu prinsip permainan dengan menggunakan

    alat peraga yang bisa menghibur. Konsep itu meliputi dua kepentingan

    anak-anak yakni bermain dan belajar.

    2. Karakteristik Edutainment

    Karakteristik dasar edutainment berupaya agar pembelajaran yang

    terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada

    tiga asumsi yang menjadi landasannya (Sutrisno, 2005: 31-32). yaitu :

    a. Perasaan positif (senang/gembira) akan mempercepat pembelajaran,

    sedangkan perasaan negatif seperti sedih, takut, terancam dan merasa

    tidak mampu, akan memperlambat belajar atau bahkan bisa

    menghentikannya sama sekali. Dan upaya menciptakan kondisi ini,

    maka konsep edutainment mencoba memadukan dua aktivitas yang

    tadinya terpisah dan tidak berhubungan, yakni pendidikan dan hiburan

    atau belajar dan bermain.

    b. Jika seseorang mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya jitu,

    maka ia akan membuat loncatan prestasi belajar secara berlipat ganda,

    hal ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan yang

    menggembirakan bagi kalangan pendidik.

    c. Apabila setiap pembelajaran dapat dimotivasi dengan tepat dan diajar

    dengan cara yang benar, cara yang menghargai gaya belajar dan

  • modalitas mereka, maka mereka semua akan dapat mencapai hasil

    belajar maksimal dan optimal.

    Pendekatan yang digunakan adalah membantu siswa untuk bisa

    mengerti kekuatan dan kelebihan mereka, sesuai dengan gaya belajar

    mereka masing-masing. Peserta didik akan diperkenalkan dengan cara dan

    proses belajar yang benar, sehingga mereka akan belajar secara benar sesuai

    gaya belajar mereka masing-masing.

    Berdasarkan kajian terhadap berbagai literatur, maka ada beberapa

    teori belajar yang relevan dan mendukung konsep edutainment, (Anonim

    2010) yaitu :

    a. Teori Pembelajaran Aktif ( Active Learning Theory).

    Teori ini menyatakan bahwa belajar hendaknya melibatkan

    multiindera dan dilaksanakan dengan menggunakan variasi metode

    pembelajaran.

    b. Teori Belajar Akselerasi (The Accelerated Learning Theory).

    Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran itu harus dirancang agar

    berlangsung secara tepat, menyenangkan, dan memuaskan.

    c. Teori Revolusi Belajar (The Learning Revolution Theory).

    Pada teori ini lebih menekankan pada suasana yang kondusif, yakni

    suasana relaks, tidak tegang, dan bebas dari tekanan.

    d. Teori Belajar Quantum (Quantum Learning Theory).

    Penekanan teori ini terdapat pada pencapaian ketenangan dan

    berfikiran positif sebelum belajar.

    e. Teori Belajar dengan bekerjasama (Cooperatif Learning).

    Teori ini berdasar pada konsep pembelajaran yang berdasarkan

    pada penggunaan kelompok-kelompok kecil siswa, sehingga mereka

    dapat menjalin kerja sama untuk memaksimalkan kelompoknya dan

    masing-masing melakukan pembelajaran.

    f. Teori Kecerdasan Majemuk.

    Teori ini dikemukakan oleh Howard Gardner, yang menyatakan

    bahwa ada keberagaman otak yang meliputi kecerdasan verbal/linguistic,

  • musical/ritmis, logis/matematis, visual/spasial, jasmaniah/kinestetik,

    intrapersonal/interpersonal, dan naturalis (Anonim 2010).

    3. Konsep Edutainment

    Berdasarkan enam konsep (teori) belajar tersebut, maka bisa

    ditemukan beberapa prinsip yang menjadi konsep edutainment (Syaiful

    2000: 23). yaitu :

    a. Konsep edutainment adalah suatu rangkaian pendekatan dalam

    pembelajaran untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara

    proses mengajar dan proses belajar, sehingga diharapkan bisa

    meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

    b. Konsep dasar edutainment, seperti halnya konsep belajar akselerasi,

    berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana

    yang kondusif dan menyenangkan.

    c. Konsep edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang

    dirancang dengan jalinan yang efisien, meliputi diri peserta didik, guru,

    proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.

    d. Proses dan aktivitas pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang

    menakutkan, tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam interaksi

    edukatif yang terbuka dan menyenangkan.

    Berdasarkan empat konsep edutainment yang melandasi berbagai

    praktek pembelajaran yang menyenangkan, maka karakteristis pembelajaran

    yang menyenangkan itu antara lain : Adanya lingkungan belajar nyaman

    dan mendukung suasana pembelajaran yang gembira dan menyenangkan,

    materi pembelajaran yang relevan dan bermakna, pembelajaran bersifat

    sosial, membuat jalinan kerjasama diantara siswa, hakikat belajar adalah

    memahami dan menciptakan sendiri makna dan nilai yang dipelajari dan

    menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari proses belajar .

    4. Media Pembelajaran dalam Metode Edutainment

    Menurut Oemar Hamalik sebagaimana yang dikatakan oleh Bovee

    (1997: 23) dalam bukunya Hujair AH. Sanaki bahwa media adalah sebuah

    alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Sedangkan media

  • pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan

    bahan ajar(Sanaki, 2009: 3).

    Menurut Sanaki, 2009: 38-39 Adapun media pembelajaran yang

    digunakan dalam metode edutainment antara lain :

    a. Alat-alat audio - visual , alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,

    yaitu: media proyeksi (overhead projector, slide, film dan LCD), media

    non - proyeksi (papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan planel,

    komik, bagan, diagram, gambar, grafik dan lain-lain), benda tiga

    dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, peta, globe,

    pameran dan museum.

    b. Media yang menggunakan teknik atau masinal, yaitu slide, film strif,

    film rekaman, radio, televisi, VCD, laboratorium elektronik, perkakas

    otoinstruktif, ruang kelas otomatis, internet, dan komputer.

    c. Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar. Dalam proses

    pembelajaran pendidikan agama Islam, contoh dan kelakuan pengajar

    dimaksud adalah memberi uswatun khasanah kepada pembelajar.

    5. Pendekatan Pembelajaran Edutainment

    Dalam metode pembelajaran edutainment, terdapat beberapa

    pendekatan belajar yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intelektual atau

    lebih dikenal dengan istilah SAVI. Ke empat cara belajar ini harus ada agar

    berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar

    yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara

    simultan. Adapun dalam pengelolaan dengan menggunakan cara belajar

    SAVI ini,( Everline Siregar dan Hartini Tara, 2010: 34). yaitu:

    a. Cara Belajar Somatic.

    Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh (soma).

    Jadi, belajar somatic berarti belajar dengan menggunakan indra

    peraba, Anesthetic, praktis yang melibatkan fisik dan menggunakan

    serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Atau dikenal dengan

    istilah Kinesthetic (gerakan). Somatic disini juga dinamakan dengan

    “learning by moving and doing” (belajar dengan belajar dan

  • bergerak) jadi cara belajar somatic adalah pola pembelajaran yang

    lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan

    melakukan.

    Untuk merangsang pikiran tubuh, ciptakanlah suasana belajar

    yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan

    aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran

    memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan

    aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik, akan membantu

    pembelajaran pada setiap peserta didik. Jadi antara tubuh dan otak

    (pikiran) adalah satu dan harus saling mengiringi, karena pikiran

    tersebar di seluruh tubuh dan terbukti tubuh tidak akan bergerak jika

    pikiran tidak beranjak.

    Somatic melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya

    aktivitas belajar. Duduk terlalu lama, baik di dalam kelas maupun di

    depan komputer akan dapat menghasilkan tenaga. Akan tetapi jika

    berdiri, bergerak kesana kemari, dan melakukan sesuatu secara fisik

    dari waktu ke waktu membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki

    sirkulasi otak dan meningkatkan pembelajaran.

    b. Cara Belajar Auditori.

    Auditori adalah belajar berbicara dan mendengarkan atau dikenal

    dengan istilah “Learning By Talking And Learning”. Jadi belajar

    auditif adalah cara belajar yang menekankan pada aspek pendengaran.

    Peserta didik akan cepat belajar jika materi yang disampaikan dengan

    ceramah atau alat yang dapat didengar.

    Pikiran Auditori yang kita miliki akan lebih kuat dari pada yang

    kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan

    informasi Auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat

    suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita

    menjadi aktif.

    Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi seluruh auditori

    yang kuat dalam diri siswa, maka usahakan mencari cara untuk

  • mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.

    Suruh mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara,

    atau dengan membaca keras-keras secara dramatis. Dengan cara ini

    setidaknya siswa lebih mudah mengingat dan dapat belajar dengan

    cepat jika materinya disampaikan secara belajar auditori. Karena

    dengan belajar auditori dapat merangsang kortes (selaput otak),

    indera dan motor (serta area otak lainnya) untuk memadatkan dan

    mengintegrasikan pembelajar (siswa).

    c. Cara belajar visual.

    Visual disini diartikan belajar dengan mengamati dan

    menggambarkan atau disebut dengan istilah “Learning By Observing

    And Picturing”. Adapun cara belajar siswa adalah cara belajar yang

    menekankan pada aspek penglihatan. Peserta didik akan cepat

    menangkap materi pelajaran jika disampaikan dengan tulisan atau

    melalui gambar.

    Ketajaman visual sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya

    bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk

    memproses informasi visual dari pada semua indera yang lain.

    Faktanya orang-orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk

    mempelajari teknis dan ilmiah memperoleh nilai 12 % lebih baik

    untuk ingatan jangka pendek dibanding dengan mereka yang tidak

    menggunakan pencitraan, dan 2 % lebih baik untuk ingatan jangka

    panjang. Dalam hal ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang

    usia, etnis, gender atau gaya belajar yang dipilih.

    Setiap orang terutama pembelajaran visual lebih mudah belajar

    jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah

    atau sebuah buku atau program komputer. Bagi pelajar visual belajar

    paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata,

    diagram, peta gagasan, gambar dan gambaran dari segala macam hal

    ketika merek sedang belajar. Teknik-teknik lain yang bisa dilakukan

    semua orang terutama siswa dengan keterampilan siswa yang kuat

  • adalah dengan mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta

    membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna

    dari apa yang dicontohkan.

    Visual mencakup melihat, menciptakan dan mengintegrasikan

    segala macam citra komunikasi visual lebih kuat dari pada komunikasi

    verbal karena manusia mempunyai lebih banyak peralatan di kepala

    mereka untuk memproses informasi visual dari pada indera lainnya.

    d. Cara belajar intelektual

    Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran

    dalam pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan

    untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan

    makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah

    bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan

    membangun diri.

    Jadi intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana

    yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman

    mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru

    bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang di gunakan pikiran untuk

    mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi

    pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan. Peserta didik akan

    menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian

    rupa sehingga ia mempunyai kesempatan untuk membuat suatu

    refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang

    dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi

    yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.

    Intelektual juga disebut dengan “Learning By Program And

    Reflecting” maksudnya yaitu belajar dengan pemecahan masalah. Jadi

    cara belajar intelektual adalah cara belajar yang lebih menekankan

    pada aspek penalaran atau logika. Dan peserta didik akan cepat

    menangkap materi jika pembelajaran dirancang dengan menekankan

    pada aspek mencari solusi pemecahan. Jika dalam pelatihan belajar

  • sisi intelektual belajar dilibatkan maka kebanyakan orang dapat

    menerima pelatihan yang banyak memasuki unsur bermain, tanpa

    merasa pelatihan tersebut dangkal, kekanak-kanakan atau hambar.

    Pada intinya belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI

    (Somatic, Auditori,Visual dan Intelektual) diterapkan dalam suatu

    peristiwa pembelajaran.

    Jadi dalam pembelajaran eduataiment sangat diperlukan

    pendekatan SAVI, agar pembelajaran yang sejati dapat berlangsung

    dan dapat meningkatkan pembelajaran pada semua peserta didik.

    6. Langkah-langkah Pembelajaran dengan metode Edutainment

    Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode

    edutainment adalah sebagai berikut (Abdul Azis Wahab, 2007 :35) :

    a. Guru menyiapkan alat-alat audio Visual untuk memutar film yang

    berkaitan dengan materi pembelajaran.

    b. Kelas didisain yang bagus sehingga peserta didik merasa nyaman.

    c. Guru memutarkan film untuk peserta didik serta memberikan

    penjelasan tentang film tersebut.

    d. Setelah selesai pemutaran film, siswa dibagi menjadi beberapa

    kelompok untuk mendiskripsikan tentang film yang telah ditayangkan

    dengan diiringi musik

    e. Nama kelompok dibuat sesuai dengan materi yang terkait, misalnya

    tokoh yang ada dalam film yang ditayangkan.

    f. Demonstrasi, siswa diajak bermain misalnya dengan Snowball

    Throwing (Melempar bola salju) dengan cara setiap kelompok

    menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu

    kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang berwarna -

    warni yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap

    kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke

    kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.

    Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang

    terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab

  • pertanyaan dari bola tersebut. Atau boleh juga dilaksanakan dengan

    permainan lainnya seperti Role Play, Card Sort, debat berantai atau

    lainnya. Karena pada dasarnya metode Edutainment merupakan

    bentuk nyata dari model PAIKEM.

    g. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok merangkum

    materi.

    7. Manfaat Metode Edutainment

    Menurut Vogotsky (1986: 24) sebagaimana dikutip oleh Ratna

    Megawangi, bermain dan aktivitas yang bersifat konkrit dapat

    memberikan momentum alami bagi anak untuk belajar sesuatu yang

    sesuai dengan tahap perkembangan umurnya (age – apropriate), dan

    kebutuhan spesifik anak (individual needs ) bermain adalah cara yang

    paling efektif untuk mematangkan perkembangan anak pada usia dini

    (Pre- operational thinking ), dan pada masa sekolah dasar (concrete

    operational thinking).

    Metode edutainment sebagai suatu metode pembelajaran yang

    dirancang melalui suatu prinsip permainan dengan menggunakan alat

    peraga yang bisa menghibur dapat mengfungsikan kedua belahan otak

    kanan dan otak kiri secara seimbang. Karena secara anatomis, otak kanan

    dan otak kiri memiliki perbedaan yang berakibat pada perbedaan fungsi

    dan cara kerja di antara keduanya.( Abul Majid, 2005: 23).

    8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Edutainment

    Secara umum kelebihan dan kekurangan metode edutainment,

    yaitu memungkinkan diperolehnya beberapa hal berikut: (Sagala 2006:25)

    a. Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan

    positive indepedence, dimana konsolidasi yang di pelajari hanya dapat

    diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar.

    b. Setiap siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar

    harus dapat memberikan penilaian terhadap setiap siswa, sehingga

    terdapat individual accountability.

  • c. Dalam proses pembelajaran ditingkatkan kerja sama yang tinggi,

    sehingga akan memupuk social skill.

    Dengan demikian, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan,

    sehinggapenguasaan materi juga akan meningkat. Sedangkan

    Secara umum kekurangan metode edutainment adalah sebgai berikut:

    a. Proses belajar cenderung menekankan aspek fun sehingga dalam

    proses pembelajaran harus menghibur.

    b. Dalam proses pembelajaran cenderung identik dengan hiburan dan

    permainan.

    c. Dalam proses pembelajaran kurang menekankan pentingnya

    komunikasi dan interaksi langsung

    B. Prestasi Belajar Siswa

    Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang

    dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan

    berbagai tantangan yang harus dihadapi. Penilaian terhadap hasil belajar

    siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar

    inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh

    W.S.Winkel (1983: 55) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa

    menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan

    pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya

    perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh

    siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.

    Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang

    telah dicapainya dalam belajar.

    Sedangkan J.P. Chaplin (1981: 5) dalam Dictionary of Psychology

    berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan satu tingkat khusus dari

    kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat tertentu dari

    kecakapan / keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau akademis. Secara

    pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu tingkat khusus

    perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh

  • guru-guru, melalui tes-tes yang dibakukan, atau melalui kombinasi kedua

    hal tersebut. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah

    dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

    Adapun menurut Purwadarminta (1996: 787) dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai ( dari hasil

    yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya ). Sedangkan prestasi

    belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang

    siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku raport sekolah.

    Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

    prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa

    berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah

    pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di

    dalam buku laporan yang disebut raport.

    1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

    Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

    perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa

    yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan

    yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan

    prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah

    kemampuannya.

    Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

    yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 233), secara

    garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar

    dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

    eksternal.

    a. Faktor internal

    Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

    mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Sumadi Suryabrata (2004:

    233), Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

    1) Faktor fisiologis

  • Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor

    yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

    2) Kesehatan badan

    Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

    memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan

    fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

    menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara

    kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan

    pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

    Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

    meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang

    teratur.

    3) Pancaindera

    Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

    belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan

    dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang

    peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting,

    karena sebagian besar hal - hal yang dipelajari oleh

    manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan

    demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan

    cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap

    pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi

    belajarnya di sekolah.

    b. Faktor Psikologis

    Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi

    belajar siswa, antara lain adalah :

    1) Intelligensi

    Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

    mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang

    dimiliki siswa. Menurut Alfred Binet dalam buku Triantoro

    Safaria (2008: 44) hakikat inteligensi adalah kemampuan

  • untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk

    mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu,

    dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

    Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar

    seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi

    tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi

    belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki

    taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki

    prestasi belajar yang rendah (Muhibbin Syah, 2003: 134).

    Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan

    taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,

    juga sebaliknya.

    2) Sikap

    Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

    merupakan faktor yang menghambat siswa dalam

    menampilkan prestasi belajarnya. Menurut W.S. Winkel

    (1983: 163) sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara

    positif ( menerima ) atau secara negatif ( menolak ) trhadap

    suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai

    objek yang berharga ( menolak ). Sikap siswa yang positif

    terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal

    yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

    3) Motivasi

    Menurut Mohamad Surya yang dikutip oleh Sardiman

    (2004: 91) motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk

    menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan

    perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan

    tertentu. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan

    aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara

    ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Memberikan

    motivasi kepada seseorang siswa untuk melakukan sesuatu

  • atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awalnya akan

    menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan

    ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.

    4) Kecakapan Kreatif

    Semua orang memiliki potensi kreatif, meskipun tidak

    semuanya dapat mengembangkan dan menggunakannya secara

    penuh. Setiap orang memiliki kapasitas untuk melakukannya,

    bahkan kita sering mengizinkan banyak hal berada di jalan

    berpikir kreatif. Dalam mempelajari matematika, kemampuan

    menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika

    memerlukan kemampuan berpikir secara kreatif. Untuk

    membuktikan suatu soal dalam matematika diperlukan

    kemampuan berpikir kreatif. Salah satu indikator yang dapat

    digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu proses belajar

    mengajar adalah prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa

    dalam matematika akan meningkat jika siswa menguasai

    konsep dari pokok-pokok bahasan dalam matematika.

    Sedangkan untuk menguasai konsep pokok bahasan dalam

    matematika diperlukan adanya kemampuan berpikir kreatif.

    c. Faktor eksternal

    Menurut Muhibbin Syah (2003: 137) Selain faktor-faktor yang

    ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di luar diri yang dapat

    mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

    1) Faktor lingkungan sosial

    Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

    administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi

    semangat belajar seorang siswa, yang pada akhirnya dapat

    mempengaruhi prestasi belajar siswa.

    Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi

    kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat

    orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga,

  • dan demografi keluarga ( letak rumah ), semuanya dapat

    memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar

    dan hasil yang dicapai oleh siswa.

    2) Faktor lingkungan nonsosial

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah

    gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga

    siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

    belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut

    menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

    Contoh: Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta

    perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana

    umum untuk kegiatan remaja ( seperti lapangan voli ) akan

    mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang

    sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan

    perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap

    kegiatan belajar siswa.

    2. Pengukuran Prestasi Belajar

    Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan

    yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses

    belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar

    bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan

    yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi

    belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam

    suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata (2004:

    296) bahwa raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh

    guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa

    tertentu.

    Suharsimi Arikunto (1996: 10) menyebutkan bahwa ada beberapa

    fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :

    a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

  • Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk

    mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Menurut

    Suharsimi Arikunto (1996: 10) penilaian itu sendiri mempunyai

    berbagai tujuan, antara lain:

    1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

    2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

    3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

    4) Memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan

    sebagainya.

    b. Penilaian berfungsi diagnostik

    Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup

    memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan

    mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab-

    musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian,

    sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang

    kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab

    kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya

    (Suharsimi Arikunto, 1996: 11).

    c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan ( placement )

    Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat,

    adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan

    cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul

    maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya

    sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap

    kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa

    bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila

    disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan

    karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan, yang bersifat

    individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan

    yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah

    pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti

  • di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan

    suatu penilaian.

    d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

    Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu

    program berhasil diterapkan (Suharsimi Arikunto, 1996: 12).

    Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di sekolah-sekolah

    tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk mengetahui apakah

    program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau

    tidak pada siswa tersebut.

    Raport semenjak Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengambil

    nilai dari angka 10 sampai dengan 100. Nilai-nilai di bawah 50 berarti tidak

    baik atau buruk, sedangkan nilai-nilai di atas 50 berarti cukup baik, baik dan

    sangat baik. Dalam penelitian ini pengukuran prestasi belajar menggunakan

    penilaian sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif), yaitu nilai-nilai

    raport pada akhir masa semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Hal itu

    dikarenakan nilai raport merupakan gabungan dari beberapa nilai yang

    diperoleh dari beberapa penilaian selama satu semester, sehingga dapat

    menggambarkan berbagai aspek penguasaan siswa terhadap penguasaan

    materi pembelajaran.

    C. Kajian Penelitian yang Relevan

    Beberapa penelitian relevan yang mendukung penelitian ini adalah

    penelitian skripsi Nunik Nurdikasari yang berjudul Hubungan kompetensi

    guru dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi kelas

    VIII di Madrasah Tsanawiyah PUI Cisako Kabupaten Kuningan tahun

    pelajaran 2006/2007. Disimpulkan bahwah guru IPS ekonomi memiliki

    kompetensi yang baik yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar . hal

    ini dibuktikan dengan hasil penelitian menunjukan data baik yaitu sebesar

    76%. Tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi adalah

    sebesar 69,42. Hal tersebut dapat dilihat dari perhitungan nilai rata-rata.

    Dengan demikian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi

  • memenuhi standar ketuntasan belajar mengajar. Hubungan kompetensi guru

    dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS ekonomi kelas VIII

    memiliki hubungan (korelasi) yang lemah atau rendah. Hal ini dapat dilihat

    dari harga korelasi variabel X (kompetensi guru) dengan variabel Y (prestasi

    belajar siswa) yaitu sebesar 0,362 terletak pada rentang 0,20-0,40. Berarti

    variabel kompetensi guru(X) mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata

    pelajaran IPS ekonomi (Y) sebesar 13.10% sedangkan sisanya dipengaruhi

    oleh faktor-faktor lain.

    Penelitian skripsi Siti Rohmawati yang berjudul “Penerapan Metode

    Edutainment Untuk Meningkatkan Respon Siswa Dalam Pembelajaran IPS

    Terpadu (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri Malangjiwang 01 Colomadu,

    surakarta Tahun pelajaran 2009/2010. Dalam Skripsi tersebut disimpulkan

    bahwa penggunaan metode Edutainment dalam pembelajaran Ips terpadu

    dapat meningkatkan respon belajar IPS terpadu siswa. Hal ini dapat dilihat

    dari : 1) kemampuan siswa mengerjakan soal Ips terpadu sebelum diadakan

    tindakan sebesar 11,66% dan sesudah tindakan mencapai 56,86 %. 2)

    kemampuan siswa memberikan tanggapan sebelum adanya tindakan sebesar

    19,33 % dan sesudah tindakan mencapai 62,74 % . 3) kemampuan siswa

    dalam mengajukan ide/tanggapan sebelum tindakan sebesar 20,33 % dan

    sesudah tindakan mencapai 68,63 %. 4) kemampuan siswa dalam membuat

    kesimpulan materi sebelum tindakan sebesar 23,33 % dan sesudah tindakan

    mencapai 80,39 %. 5) kemampuan siswa dalam memanfaatkan sumber

    belajar yang ada sebelum tindakan mencapai 15 % dan sesudah tindakan

    mencapai 72,54 %.

    Penelitian skripsi oleh Kurniasari dengan judul “Pengaruh Motivasi

    Berprestasi dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS Ekonomi

    Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Bantul Tahun Ajaran 2009/2010”. hasil

    penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan antara

    Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi siswa kelas XI

    IPS SMA Negeri 2 Bantul, dibuktikan =0,417 dengan p-value sebesar

    0,000, = 0,174, thitung =5,383 lebih besar dari ttabel =1,655. Persamaan

  • dengan penelitian ini sama- sama mengukur variabel Kemandirian Belajar

    terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi, sedangkan perbedaannya yaitu tempat

    dan tahun penelitian, serta tidak mengukur variabel Motivasi Berprestasi

    terhadap Prestasi Belajar IPS ekonomi.

    D. Kerangka Pikir

    Pendidikan merupakan suatu proses yang pasti akan dilalui oleh setiap

    manusia di dunia ini, baik melalui pendidikan formal, non-formal mapun

    informal. Kita tentunya sering mendengar kata “pendidikan”, kita juga

    paham akan pentingnya pendidikan dalam hidup manusia (Rosalin Elin,

    2008: 28).

    Salah satu tujuan dari adanya pendidikan adalah merubah sikap

    manusia yang tidak baik menjadi sikap yang lebih baik lagi. Dalam

    hubungannya dengan alam, manusia hendaknya mengikuti aturan yang sudah

    ada Ini berarti bahwa pendidikan mampu membentuk suatu kepribadian yang

    dihasilkan dari proses pembelajaran yang baik kepada manusia dari kecil

    hingga dewasa. Dalam pembelajaran terjadi proses internalisasi yang dapat

    menumbuhkan suatu pandangan, wawasan, pengetahuan dan pemahaman

    kepada manusia dalam berpikir, bertindak dan memutuskan suatu masalah

    sesuai dengan kerangka pengetahuan yang didapatkannya (Ahmad Fauzi,

    2012: 24).

    Di sisi lain, pendidikan yang dibekali dengan banyaknya berbagai teori

    dan materi yang mendidik dalam proses pembelajaran telah mampu

    membentuk suatu karakter manusia yang memiliki kepribadian tersendiri.

    Teori-teori yang membahas pendidikan akan membantu manusia untuk

    memahami dan menelaah serta mengaplikasikan perbuatan secara nyata

    (Ahmad Fauzi, 2012: 27).

    Kompetensi guru masih rendah perlu dikembangkan secara terprogram,

    berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan profesional yang diharapkan

    berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi,

    teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, pengelolaan

  • pembelajaran untuk menyusun Rencana pembelajaran dengan memperhatikan

    indikator. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan pada

    saat proses belajar mengajar berlangsung. Untuk itu seorang guru dituntut

    untuk dapat memilih, menetapkan serta mampu menggunakan metode

    pengajaran yang tepat yang sesuai dengan situasi dan kondisi dimana

    terjadinya kegiatan belajar mengajar. Semakin cepat, lancar dan efektif

    pengajaran yang disiplin, semakin efektif pula pencapaian tujuan pengajaran

    (Wardani, 2003: 18).

    Oleh karena itu kecakapan dan kepandaian dalam menentukan metode

    menjadi hal yang pokok dalam proses belajar mengajar sehingga guru mampu

    memperlakukan siswa dengan layak. Salah satu metode pengajaran yang

    digunakan adalah metode pengajaran edutainment (Usman, 2002:17).

    Menurut Sutrisno dalam bukunya “Revolusi Pendidikan di Indonesia”

    bahwa edutainment berasal dari kata “education (pendidikan) dan

    entertainment (hiburan)”. Jadi edutainment dari segi bahasa berarti

    pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. Sedangkan dari segi

    terminology, edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain

    sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat

    dikombinasikan secara harmonis sehingga pembelajaran terasa

    menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan biasanya dilakukan

    dengan humor, permainan (game), bermain peran (role-play), dan

    demonstrasi. Tetapi dapat juga dengan rasa senang-senang dan mereka

    menikmatinya.

    Menurut Mohammad Sholeh Hamid,S.Pd dalam bukunya yang berjudul

    metode edutainment (2011: 23). Adapun penerapan dari konsep pembelajaran

    yang menyenangkan dan menghibur atau edutainment, selayaknya kepada

    para guru untuk memperhatikan modalitas belajar siswanya. Sehingga

    seorang guru harus memiliki berbagai macam metode dan strategi untuk

    dapat mewakili secara keseluruhan akan keberagaman modalaitas belajar

    siswanya. Akan tetapi pada dasarnya, sebuah proses pembelajaran akan

  • berlangsung baik jika berada dalam kondisi yang baik dan menyenangkan

    agar bisa meningkatkan kompetensi.

    Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

    dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Anonim,

    2003: 5)

    Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

    menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Guru wajib memiliki kualifikasi

    akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

    kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan (Anonim, 2005: 8).

    Dalam dunia pendidikan, guru merupakan faktor vital dalam

    pelaksanaan pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna terhadap

    masa depan anak didik.

    Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003. guru adalah pendidikan

    profesional dengan tugas utama mendididk, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

    pendidikan formal, serta pada jalur pendidikan dasar dan pendidikan

    menengah, teramsuk pendidikan anak usia dini.

    Untuk mewujudkan semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung

    jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Undang-Undang Republik

    Indonesia No 14 tahun 2005 pada pasal 35 disebutkan beban kerja guru

    mencakup kegiaatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

    pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik,

    serta melaksanakan tugas tambahan (Anonim, 2005: 21)

    Standar kompetensi guru meliputi 3 komponen yaitu : 1) pengelolaan

    pembelajaran, 2) pengembangan potensi dan 3) penguasaan akademik

    (Anonim, 2003: 11). Masing-masing komponen kompetensi mencangkup

    seperangkat pengetahuan guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki

    sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian tersebut senantiasa

    melekat pada setiap kompenen kompetensi yang menunjang profesi guru,

    agar bisa meningkatkan prestasi belajar siswa.

  • Yang akan dijelaskan pada diagram berikut ini:

    Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam pendidikan

    memerlukan metode pembelajaran yang tepat, seperti metode pembelajaran

    edutainment. Karena dalam pembelajaran terdapat berbagai macam kegiatan

    yang harus dilakukan diantaranya, merencanakan pembelajaran,

    melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, membimbing dan melatih

    peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan agar tercipta sustu

    pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dan bisa meningkatkan

    hasil pembelajaran siswa sehingga bisa mendapatkan prestasi belajar yang

    memuaskan.

    E. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban semetara terhadap rumusan masalah

    penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

    kalimat pertanyaan (Suharsimi Arikunto, 1992: 62).

    PENDIDIKAN

    METODE

    PEMBELAJARAN

    EDUTAINMENT

    PROSES BELAJAR

    MENGAJAR

    HASIL PEMBELAJARAN

    PRESTASI BELAJAR

  • Ha : terdapat hubungan positif yang signifikan antara hubungan metode

    pembelajaran edutainment dengan prestasi belajar pada mata pelajaran

    IPS ekonomi siswa kelas X di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.

    Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan metode

    pembelajaran edutainment dengan prestasi belajar pada mata pelajaran

    IPS ekonomi siswa kelas X di MA Madinatunnajah Kota Cirebon.