bab ii landasan teori 2.1.tarif kamar hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/bab ii.pdfsedangkan...

21
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hotel Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah hotel bersedia memberikan jasa kepada pelanggan. Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan sebagai berikut: (Trisnantoro,2005). 1. Penetapan Tarif untuk Pemulihan Biaya. Biaya yang ditetapkan mampu mengembalikan modal awal yang berupa aset tetap maupun bentuk modal lainya. 2. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Akses pelayanan. Biaya yang ditetapkan bisa memberikan manfaat kepada publik berupa produk berbentuk barang maupun jasa 3. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan. Biaya yang ditetapkan biasa meningkatkan kinerja manajemen untuk memberikan pelayanan kepada komsumen berupa barang maupun jasa. 4. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain. Biaya yang ditetapkan diperuntukan untuk dana pengaman yang nantinya dimanfaatkan untuk keperluan operasional lainya dalam perusahaan.

Upload: vanhanh

Post on 07-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Tarif Kamar Hotel

Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan

ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai

uang tersebut sebuah hotel bersedia memberikan jasa kepada

pelanggan. Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan sebagai

berikut: (Trisnantoro,2005).

1. Penetapan Tarif untuk Pemulihan Biaya.

Biaya yang ditetapkan mampu mengembalikan modal awal

yang berupa aset tetap maupun bentuk modal lainya.

2. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Akses pelayanan.

Biaya yang ditetapkan bisa memberikan manfaat kepada publik

berupa produk berbentuk barang maupun jasa

3. Penetapan Tarif untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan.

Biaya yang ditetapkan biasa meningkatkan kinerja manajemen

untuk memberikan pelayanan kepada komsumen berupa barang

maupun jasa.

4. Penetapan Tarif untuk Tujuan Lain.

Biaya yang ditetapkan diperuntukan untuk dana pengaman

yang nantinya dimanfaatkan untuk keperluan operasional

lainya dalam perusahaan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

12

Daftar tarif kamar hotel biasanya secara regular

dipublikasikan. Daftar tarif ini biasa dikenal dengan The Rack Rate

yaitu suatu sistem tarif kamar hotel yang sudah ditetapkan

berdasarkan kebijakan harga sebagai hasil keputusan manajemen

hotel dan dipublikasikan dalam bentuk leaflet atau brosur yang

tersedia di front office.

2.2. Cara-cara Penetapan Tarif Kamar Hotel

Cara-cara penetapan tarif kamar hotel yang sering digunakan pihak

manajemen hotel dalam penetuan tarif, yakni (yoeti,2007):

a. Target Profit Pricing.

Suatu cara penetapan tarif kamar berdasarkan rata-rata tingkat

hunian kamar hotel yang dapat menjamin pengembalian investasi

yang dilakukan (Based on average occupancy which will provide

an adequate return).

b. Perceived-Value Pricing.

Suatu sistem penetapan tarif kamar hotel berdasarkan nilai atau

manfaat dari produk yang ditawarkan. Perceived-Value Pricing ini

merupakan suatu strategi yang secara umum ditujukan untuk a

specific customer mix.

c. Going Rate.

Penetapan harga kamar berdasarkan permintaan rata-rata sebagai

langkah menghadapi persaingan (keeping peace with the

competition).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

13

d. Price Ranging.

Penetapan tarif kamar hotel berdasarkan pada penentuan tarif

kamar yang tertinggi untuk kamar yang terbaik, kemudian tarif

kamar yang lebih rendah sampai kepada tarif kamar dengan

kualitas terjelek. Cara penetapan tarif kamar semacam ini dianut

oleh hampir kebanyakan hotel sekarang ini.

e. Value –Added Pricing.

Penetapan tarif kamar hotel dengan cara memberikan tarif khusus

atau diskon dalam bentuk paket-paket yang menarik dengan

memberikan bermacam-macam fasilitas yang dapat dinikmati oleh

calon tamu hotel. Dalam menginformasikan tarif kepada tamu

hotel maka dalam tarif kamar yang di informasikan perlu

disampaikan apa saja yang sudah termasuk dalam tarif itu:

Kamar saja (Room Only).

Kamar dan makan pagi (Room and Breakfast).

Kamar dan makan tiga kali (Room and Meals).

Kamar dengan segala kebebasan untuk menggunakan fasilitas

yang ada (Room Plus all recreational facilities).

Kamar dan tiket bebas untuk champagne, opera ticket, shopping

vouchers dan lain-lain.

f. Price Skimming.

Suatu strategi yang diadopsi oleh hotel-hotel yang baru memasuki

pasar dengan menggunakan Well Known Brand Name. Biasanya

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

14

hotel jenis ini menetapkan tarif kamar yang relatif tinggi. Hal ini

disebabkan oleh kualitas kamar yang tersedia dan produk serta

fasilitas lainnya

2.3. Harga Pokok

Dalam akuntansi biaya, biaya merupakan semua pengeluaran yang

sudah terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produksi yang

difasilitaskan seluruh biaya expired tersebut membentuk suatu harga

pokok. Perolehan suatu barang jasa yang ditunda pembebanannya di masa

yang akan datang (Supriyono,2006).

Harga perolehan atau harga pokok (cost) adalah jumlah yang dapat

diukur dalam satuan uang dalam bentuk:

Kas yang dibayarkan, atau

Nilai barang lainnya yang diserahkan atau dikorbankan , atau

Nilai jasa yang diserahkan atau dikorbankan, atau

Hutang yang timbul, atau

Tambahan modal

Dalam rangka pemilihan barang dan jasa yang diperlukan

perusahaan baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi)

maupun pada masa yang akan datang ( harga perolehan yang akan

terjadi).

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

15

Sedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya

barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama

periode akuntansi berjalan”.

Dalam pengertian ini Horngren menjelaskan semua biaya yang melekat dalam

produksi barang akan diakui sebagai harga pokok produksi meskipun biaya

tersebut muncul sebelum periode akuntansi berjalan.

Menurut Mursyidi (2012) “Harga pokok produksi adalah biaya yang telah

terjadi yang dibebankan / dikurangkan dari penghasilan “.

Hal ini menjelaskan jika semua beban yang dikurangkan dari omset atau

penjualan kotor merupakan harga pokok produksi. jadi teori ini jelas menyebutkan

bahwa jika cara menghitung laba kotor dengan mengurangkan omset dengan

harga pokok produksi.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela “Harga pokok produksi adalah

kumpulan biaya produksi dalam proses awal dan dikurangi persedian produk

dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu.

Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada

persediaan produk dalam proses awal dan akhir”.

Dalam definisi ini Bastian Bustami dan Nurlela menjelaskan bahwa harga pokok

produksi berbeda dengan biaya produksi. Namun jika persediaan awal dan

persediaan akhirnya tidak ada maka kedua unsur biaya ini adalah sama.

Dari pengertian pengertian diatas dapat disimpulkan harga pokok adalah

biaya yang terkait dala proses produksi suatu produk baik secara langsung

maupun tidak langsung, yang membentuk harga dasar suatu produk, dan melekat

terjadi sebelum ataupun sesudah produk itu jadi.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

16

2.4. Activity Based Costing (ABC System)

Beberapa pengertian Activity Based Costing yang dikemukakan oleh

beberapa ahli ekonomi:

Menurut Supriyono (2006) “ABC system adalah sistem informasi

yang dapat menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai

pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumber (biaya aktivitas) untuk

mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan)”. Menurut Mowen

(1999) Activity Based Cost System (ABC System) adalah pendekatan

pembebanan biaya yang pada awalnya menggunakan penelusuran

langsung dan penggerakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan

kemudian menggunakan penggerakan untuk membebaskan biaya ke

objek biaya”.

Menurut Mulyadi (2005) “ Activity Based Cost Syatem (ABC

System) adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain

untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam

jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas”.

Dari beberapa pengertian ABC diatas dapat disimpulkan bahwa

ABC System merupakan pendekatan penentuan biaya jasa yang

membebankan biaya ke jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang

disebabkan karena aktivitas. Pendekatan penentuan biaya ini adalah

bahwa jasa sebuah perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang

dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan

timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian

aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan kegunaannya.

Menurut (Supriyono, 2006): Konsep-konsep yang mendasari ABC

System adalah

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

17

1. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan pelanggan akan mengkonsumsi sumber-sumber

daya yang memerlukan uang. Manajer mengidentifikasi

aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan oleh setiap

departemen serta sumber-sumber daya yang dikonsumsinya

dan kemudian memiliki pemicu biaya untuk setiap aktivitas

tersebut. Pemicu biaya haruslah merupakan ukuran yang

terkuantifikasi dari apa yang menyebabkan sumber-sumber

daya tadi digunakan.

2. Biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas

haruslah dibebankan kepada obyek biaya berdasarkan unit

aktivitas yang dikonsumsi oleh obyek biaya tersebut. Pemicu

biaya dipakai untuk mengalokasikan biaya-biaya ke produk dan

jasa.

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan

penerapan sistem ABC System yaitu (Supriyono, 2006):

1. Biaya-biaya berdasar non unit harus merupakan persentase

signifikan dari biaya overhead. Jika biaya-biaya ini

jumblahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah

dalam pengalokasiannya pada tiap produk.

2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasarkan

unit dan aktivitas-aktivitas berdasarkan non unit harus

berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

18

aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama, maka

tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan

untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap

produk.

Menurut (Akbar, 2011):Syarat-syarat penerapan ABC System adalah

1. Diversitas produk perusahaan tinggi.

Disini maksudnya perusahaan memproduksi berbagai macam

produk atau lain produk yang diproses dengan mengunakan fasilitas

manufaktur yang sama. Dengan demikian akan timbul masalah

untuk mengalokasikan atau membebankan sumber daya yang

dikonsumsi masing-masing produk.

2. Menghadapi persaing ketat

Terhadap beberapa perusahaan yang memproduksi produk yang

sama atau sejenis. Dengan adanya persaing maka masing-masing

perusahaan masuk ke dalam persaingan untuk memperbesar pangsa

pasarnya. Dalam keadaan seperti ini, maka informasi tentang harga

pokok produk yang akurat akan lebih mendukung berbagai macam

pengambilan keputusan.

3. Biaya pengukurkan dapat dikatakan rendah.

Agar penerapan ABC system dapat optimal, biaya-biaya pengukuran

untuk menghasilkan informasi biaya aktivitas harus relatif rendah.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

19

Ini berarti biaya perencanaan dan pengoperasian sistem tersebut

harus lebih rendah dari pada manfaat yang diperoleh dari penerapan

sistem tersebut di masa yang akan datang.

2.5. Langkah- Langkah Perhitungan Dalam ABC System

Dalam menjawab rumusan masalah mengenai tarif yang

dibebankan untuk pelanggan maka pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kuantitatif yaitu dengan berbagai perhitungan untuk

menentukan harga pokok jasa sewa kamar. Untuk melakukan perhitungan

penentuan harga pokok jasa sewa kamar dengan ABC system adalah

melakukan tahapan sebagai berikut (Supriyono,2002):

2.5.1. Klasifikasi Aktivitas.

Biaya dibebankan kepada pusat-pusat biaya atau aktivitas yang

mengkonsumsi sumber daya. Penggolongan aktivitas-aktivitas untuk

pembebanan kepada pusat-pusat biaya atau aktivitas adalah sebagai

berikut:

1. Aktivitas berlevel unit (Unit Level Activites).

Aktivitas ini meliputi semua aktivitas yang dilakukan setiap kali satu

unit jasa dihasilkan, yang dapat dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan

yang menggunakan jasa sewa kamar. Aktivitas ini dilakukan untuk

setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proprosional

dengan jumlah unit produksi.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

20

2. Aktivitas berlevel tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities)

Aktivitas ini berhubungan dengan sekelompok produk jasa yang

dihasilkan. Aktivitas dilakukan setiap kelompok unit diproses, tanpa

memperhatikan berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut.

3. Aktivitas berlevel produk atau jasa (Product/Service-Sustaining

Activities).

Aktivitas ini untuk mendukung kelangsungan produk jasa yang

dihasilkan. Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian

pengembangan produk. Aktivitas ini mendukung produksi atau jasa

spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan beberapa batch

atau unit yang diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dilakukan karena

dibutuhkan untuk menopang produksi setiap jenis produk atau jasa

yang berlainan.

4. Aktivitas berlevel pendukung fasilitas (facility–sustaining Activities)

Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan jasa

yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara

keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan

sebab akibatnya dengan jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk

kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses

produksi jasa.

5. Penentuan Cost Driver dan Cost Pool.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

21

Cost driver adalah aktivitas yang menimbulkan biaya. Biaya overhead

akan ditentukan cost driver tiap-tiap aktivitasan dengan menghitung

seluruh kapasitas (cost driver) untuk seluruh jenis sewa kamar dan

masing-masing kelas. Dalam penentuan tarif kelompok yaitu

mengelompokkan aktivitas-aktivitas dalam suatu kelompok biaya (cost

pool) dan menghitung tarif untuk setiap pool atau penentuan unit-unit

cost driver. Tarif kelompok (pool rate) dihitungan dengan rumus “total

biaya untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur (cost

driver) aktivitas kelompok tersebut.

6. Pendesainan ABC System

Biaya yang telah dikumpulkan dalam pusat biaya dibebaskan ke

produk jasa. Tahap ini terdiri dari (Widjaja,2005):

a. Pembebanan biaya overhead ke setiap jenis jasa sewa

kamar yaitu biaya overhead yang dibebankan–tarif

kelompok x unit cost driver yang digunakan.

b. Menghitung biaya overhead per-pelanggan

c. Menghitung harga pokok produk jasa sewa kamar

dengan menjumlahkan biaya overhead tiap tipe kamar

dengan biaya-biaya yang terjadi pada jasa sewa kamar.

d. Menentukan tarif jasa sewa kamar yang sesuai dengan

persentase yang telah ditentuksan oleh hotel, yaitu

dengan mengalikan harga jasa sewa kamar hasil

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

22

perhitungan sistem ABC dengan mark-up yang

ditentukan hotel ditambah harga pokok jasa sewa kamar

hasil perhitungan sistem ABC

e. Untuk mengetahui perbedaan antara tarif sewa kamar

dengan menggunakan sistem ABC dan tarif yang

dibebankan oleh hotel, penulis akan membandingkan

hasil perhitungan antara keduanya. Dari perbandingan

tersebut akan diperoleh selisih perbandingan tarif sewa

kamar. Selisih tersebut akan menunjukkan overcosting

atau undercosting dalam pembebanannya.

2.5.2 Pemilikan Cost Driver Dalam Sistem ABC

Cost drive merupakan faktor utama yang menciptakan

permintaan aktivitas atau mempengaruhi biaya. Cost driver ini

dipergunakan untuk menujukkan biaya yang diserap pada suatu

aktivitas secara signifikan, sebagai contoh adalah biaya aktivitas

pembelian dapat dikaitkan dengan jumlah pesanan. Ada dua faktor

utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan cost driver yaitu:

(Supriyono.2006).

a. Biaya pengukuran.

Dalam sistem ABC, sejumlah cost driver dapat dipilih

dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting

untuk memiliki cost driver yang menggunakan informasi yang

siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

23

ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akhirnya akan

meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok

biaya (coat pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah

kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini, cost driver yang

dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya

hendaknya dipiih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya

pengukuran.

b. Tingkat korelasi antara cost driver dengan konsumsi overhaed

sesungguhnya.

Pada struktur informasi yang ada sebelumnya dapat

digunakan dengan cara lain untuk meminimumkan biaya dalam

memperoleh kuantitas cost driver. Kadang-kadang

dimungkinkan untuk mengganti cost driver yang secara

langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu

cost driver yang secara tidak langsung mengukur penggunaan

itu.

2.5.3 Penerapan Sistem ABC Pada Perusahaan Jasa

Ada beberapa tantangan khusus dalam penerapan ABC

system pada perusahaan jasa di antaranya: (Juliari, 2006, dalam

Akbar, 2011).

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

24

1. Output sulit didefinisikan

Dengan memperhitungkan pemicu biaya, maka output yang

dicari tentu didasarkan pada seberapa banyak aktiva yang

mampu menimbulkan biaya. Selain itu juga adalah

perhitungan setiap jasa sewa yang mampu terjual.

2. Pengendalian aktivitas pada permintaan kurang dapat

didefinisi setiap jasa sewa yang terjual akan menimbulkan

pemicu biaya berupa aktivitas kerja. Keanekaragaman

aktivitas yang beragam mengakibatkan kesesuaian antara

kamar yang terjual dengan biaya pokok kurang dapat

didefinisikan.

3. Cost memiliki proprosi yang tinggi pada seluruh kapasitas

yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output

dengan aktivitas.

Pemindaan harga jual yang berbeda-beda berpengaruh

kepada banyaknya aktivitas kerja yang menjadi pemicu biaya

sehingga sulit untuk menghubungkan proprosionalitas antara cost

(biaya) dengan output tersebut. Sistem Activity Based Costing,

pada awalnya diterapkan pada perusahaan manufaktur. Sistem

ABC menjadikan aktivitas sebagai unit pusat kegiatannya.

Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam

shared database melalui sistem ABC. Oleh karena aktivitas dapat

dijumpai baik di perusahaan manfaktur, jasa dan dagang, serta

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

25

organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba dapat memanfatkan

sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk mengurangi

biaya dan penentuan secara akurat harga pokok produk atau jasa.

Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga

pokok produk atau jasa, namun mencakup perspektif yang lebih

luas, yaitu pengurangan biaya melalui pengelolaan aktivitas.

Perusahaan manfaktur, jasa dan dagang serta organisasi sektor

publik dan organisasi nirlaba berkepentingan untuk mengurangi

biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan

organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang

mampu menyediakan informasi yang akurat. Kegiatan dalam

perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis yang sama dan

dilakukan dengan cara yang serupa. Hal ini berbeda untuk

perusahaan jasa. Perbedaan dasar lainnya antara perusahaan jasa

dan manufaktur adalah pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan

manufaktur, keluaran mudah ditentukan (produk-produk nyata

yang diproduksi), tetapi untuk perusahaan jasa, pendefinisian

keluaran lebih sulit, keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata.

Keluaran harus didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung

harganya.

Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based

Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa,

setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

26

diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing System pada

perusahaan jasa adalah:

a. Identifying and Costing Activities.

Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka

beberapa kesempatan untuk pengoperasian yang efisien.

b. Special Challenger.

Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur

akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa.

Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke

aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi sesuatu

persediaan, karena kepastian yang ada namun tidak dapat

digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.

c. Output Diversity.

Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam

mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa,

diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung

pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau

ditentukan.

2.5.4. Perbandingan Sistem ABC Dengan konvensional

Costing.

Full costing dengan variable costing merupakan sistem

penentuan harga pokok produk konvensional, yang dirancang

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

27

berdasarkan kondisi teknologi manufaktur pada masa lalu, sistem

konvensional ini dirancangan hanya untuk menyajikan informasi

biaya pada tahap produksi saja yang merupakan salah satu dari tiga

tahap proses pembuatan produk. Tahap produksi yang merupakan

pengolahan bahan baku menjadi produk jadi merupakan tahap yang

singnifikan dan merupakan pengorbanan sumber daya yang

material jumlahnya. Namun dalam perkembangan terakhir ini,

tahap desain dan pengembangan produk maupun tahap dukungan

logistik merupakan tahap yang menentukan keunggulan daya saing

jangka panjang perusahaan.

Pada sistem konvensional, biaya overhead diasumsikan

hanya disebabkan cost driver berdasarkan unit. Pada sistem

konvensional, biaya berlevel unit digolongkan sebagai biaya

variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara

proporsional dengan perubahan jumlah produk. Sedangkan

berlevel batch, berlevel pool (penopang) produk, dan berlevel

fasilitas digolongankan ke dalam biaya tetap yaitu biaya yang

jumlah totalnya tidak berubah meskipun terjadi perubahan jumlah

produk. Dalam pendekatan konvensional tersebut, sistem biaya

berdasarkan unit digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead

tetap pada berbagai produk mengalokasikan biaya overhead tetap

kepada poduk antara individual kemudian untuk menghitung biaya

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

28

overhead pabrik yang tetap tersebut ditambahkan dengan biaya

overhead variabel.

Sistem ABC memandang bahwa biaya overhead variabel

dapat dilacak dengan cepat pada berbagai produk secara individual.

Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah

biaya yang dalam sistem tradisional disebut sebagai overhead

variabel. Namun, alokasi biaya overhead tetap dalam sistem

tradisional yang hanya menggunakan cost driver berdasarkan unit

sifatnya sembarang (arbitary) dan mungkin tidak menggambarkan

aktivitas yang sesungguhnya dikonsumsi oleh produk. Sistem ABC

memperbaiki akurasi perhitungan harga pokok dengan mengakui

bahwa banyak biaya overhead tetap berfariabel dalam proporsi

untuk berubah selain berdasarkan folium produk.

2.5.5. Manfaat Sistem ABC

Manfaat sistem ABC menurut (Mulyadi.2005).

a. Menyediakan informasi yang berlimpah tentang aktivitas yang

digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan

jasa bagi customer.

b. Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran

berbasis aktivitas (activity-based budget).

c. Menyediakan informasi biaya untuk memantu implementasi

rencana pengurangan biaya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

29

d. Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan

jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

2.5.6. Kebaikan Dan Kelemahan Sistem ABC

Suatu sistem yang dicapaikan bagaimanapun juga

mempunyai kebaikan dan kelemahan dimana antara keduanya

dapat dijadikan sebagai sesuatu acuan untuk memperbaiki kinerja

suatu sistem tersebut. Adapun kebaikan dan kelemahan dari sistem

ABC adalah sebagai berikut: (winarti,2005).

1. Kebaikan Sistem ABC

ABC system mengatasi adanya distori informasi atas biaya

produk yang dibebankan yang dihasilkan dari sistem

tradisional.

2. ABC system lebih memberikan informasi yang akurat

mengenai biaya-biaya yang muncul dan dibebankan kepada

produk, terutama pada perusahaan volume diversity dan

product diversity.

3. ABC system memampukan manajer untuk melakukan korelasi

atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan sehingga lebih

menghemat waktu dan produksinya.

4. ABC system memberikan data yang akurat bila biaya-biaya

yang muncul di setiap aktivitas adalah sejenis dan bersifat

proprosional terhadap cost driver yang telah ditentukan.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

30

2.6. Penelitian Terdahulu

1. Berdasarkan Jurnal Penelitian “Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel

dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel

Rachmad Jati Caruban) Oleh Ratna Kusumastuti 2015, setelah

dilakukan pengolakasian biaya berdasarkan cost driver masing-

masing, terbentuk harga pokok kamar berdasarkan Activity Based

Costing (ABC) untuk masing-masing jenis kamar. Harga pokok kamar

ini selanjutnya ditambahkan laba yang diinginkan sehingga

membentuk harga jual kamar. Harga jual baru yang terbentuk lebih

tinggi jika dibandingkan dengan harga jual sebelumnya telah

ditetapkan oleh pihak manajemen Hotel Rachmad Jati. Hal ini

dikarenakan dalam pembentukan harga pokok kamar lama, pihak

manajemen tidak memasukan beberapa komponen biaya yang

seharusnya diperhitungkan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Putikadea (2013) yang berjudul

Penentuan harga Pokok Penjualan Kamar “Deluxe” dengan

Menggunakan Metode Activity Based Costing pada Resort G-Land

Joyo’s Camp Tahun 2010, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil

dari perhitungan harga pokok penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp

untuk jenis “Deluxe Room” dengan menggunakan metode Activity

Based Costing sebesar Rp 303.284,26. Selisih antara harga pokok

penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp jenis “Deluxe Room”

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Tarif Kamar Hoteleprints.mercubuana-yogya.ac.id/3017/3/BAB II.pdfSedangkan menurut Horgren (2008) “Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli

31

menggunakan metode Activity Based Costing dengan metode

konvensional sebesar Rp 155.715,74. Hal ini membuktikan bahwa

hasil perhitungan harga pokok penjualan kamar G-Land Joyo’s Camp

“Deluxe Room” dengan mengunakan metode Activity Based Costing

lebih rendah daripada metode konvensional atau dengan kata lain

harga pokok penjualan kamar dengan menggunakan metode yang

diterapkan oleh manajemen G-Land Joyo’s Camp disebut over costing

dikarenakan adanya pembebanan biaya yang menyeluruh per unit

kamar bukan berdasarkan aktivitas yang terjadi.

3. Penelitian lain yang dilakukan oleh Erawati dan Syafitri (2013) tentang

analisis harga pokok produksi sebagai dasar penentuan harga jual,

menjelaskan bahwa selisih perhitungan harga pokok pesanan menurut

perusahaan yang lebih tinggi dibanding hasil perhitungan analisis.

Maka hasil perhitungan harga jual lemari hias medium menurut

perusahaan juga akan tinggi yaitu sebesar Rp 7.513.029 per unitnya.

Sedangkan dari hasil perhitungan analisis harga jual per unit adalah Rp

7.072.599. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketepatan

perhitungan harga pokok produksi akan mempengaruhi secara

signifikan pada harga yang dibebankan kepada konsumen. Akan

mungkin untuk terjadi kekurangan atau kelebihan pembebanan harga

atas produk.