bab ii landasan teori 2.1. konsep diri 2.1.1. pengertian...

12
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Fitts (1971) Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam diri individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Definisi yang diberikan Fitts tentang konsep diri adalah : “... the self as seen, perceived, and experienced by him. This is a perceived self or individuals self concept. (diri sebagai sesuatu yang dilihat, dipahami, dan dialami oleh individu. Inilah yang diterima dan ditangkap diri atau konsep diri dari seorang individu). Fitts (1971) mengungkapkan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan memahami perilakunya. Jika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya, maka hal ini menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya sebagaimana ia lakukan terhadap obyek-obyek lain yang ada dalam kehidupannya. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap perilaku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan dan memahami perilaku seseorang. Pada umumnya perilaku individu berkaitan dengan gagasan tentang dirinya sendiri.

Upload: leduong

Post on 04-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Diri

2.1.1. Pengertian Konsep diri

Fitts (1971) Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang,

karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam diri

individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Definisi yang diberikan Fitts

tentang konsep diri adalah : “... the self as seen, perceived, and experienced by

him. This is a perceived self or individuals self concept. (diri sebagai sesuatu yang

dilihat, dipahami, dan dialami oleh individu. Inilah yang diterima dan ditangkap

diri atau konsep diri dari seorang individu).

Fitts (1971) mengungkapkan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh

yang kuat terhadap perilaku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang

akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan memahami perilakunya. Jika

individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan

penilaian serta membentuk abstraksi pada dirinya, maka hal ini menunjukkan

suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya

sendiri untuk melihat dirinya sebagaimana ia lakukan terhadap obyek-obyek lain

yang ada dalam kehidupannya. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap perilaku

seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah

meramalkan dan memahami perilaku seseorang. Pada umumnya perilaku individu

berkaitan dengan gagasan tentang dirinya sendiri.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

8

Konsep diri merupakan pandangan, asumsi serta kesan siswa tentang karakteristik

yang dimilikinya baik secara fisik maupun psikis, penerimaan, penilaian,

penghargaan dan keyakinan yang terdapat dalam diri siswa yang dipengaruhi oleh

lingkungan sosialnya.

2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep diri

Menurut Fitts ( dalam Agustiani, 2006 ) konsep diri seseorang dapat di

pengaruhi oleh faktor berikut :

a) Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan

positif dan perasaan berharga, pengalaman dalam diri yang yang memberi

pengaruh yang positif bagi diri individu.

b) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain,

kemampuan yang yang ada dalam diri yang dapat dihargai orang lain.

c) Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang

sebenarnya, pengembangan diri yang dilakukan individu sebagai bukti bahwa

individu mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

2.1.3 Pengukuran Konsep Diri

Metode yang umum dipakai untuk mengukur konsep diri yang dibuat oleh

beberapa penulis , yaitu:

1) Skala

Skala konsep diri ini dibuat oleh William H. Fitts (1971) yang dikembangkan

dari teori Fitts yang bernama TSCS (Tennessee Self Concept Scale). Cara

menjawab tiap item adalah dengan meminta subyek merespons masing-

masing pertanyaan dengan menyetujui item yang bersangkutan berlaku

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

9

padanya atau memberi ciri baginya yang terdapat pada skala yang ditetapkan

dengan biasanya terdiri atas tiga, lima atau bahkan lebih. Skor-skor ini

biasanya diberi label dari ‘tidak pernah’ atau ‘jarang’ pada satu sisi dari

kontinum skala ini sampai ‘amat sering’ atau ‘seringkali’. Skor dari penilaian

ini kemudian dipakai sebagai bobot-bobot berupa angka-angka untuk

mendapatkan skor total bagi semua item.

2) Teknik Q-Sort

Teknik penyortiran-Q dikembangkan Stevenson yang digunakan sangat luas

untuk pemberian indeks konsep diri adalah kelompok 100 item rujukan diri

yang berasal dari protokol-protokol penyembuhan. Item-item yang

menjelaskan kepribadian ini cenderung menjadi pernyataan-pernyataan tegas

yang umum dan tidak spesifik menurut keadaannya, misalnya ‘Saya malu’,

disortir oleh subyek ke dalam sembilan tumpukan yang disusun pada sebuah

kontinum sesuai dengan derajat kepada makna subyek mengklaim tumpukan-

tumpukan kartu tersebut merupakan karakteristik dirinya sendiri. Subjek

tersebut dipaksa oleh intruksi untuk menempatkan sejumlah item yang

spesifik dan ke dalam masing-masing tumpukan agar menghasilkan suatu

distribusi kuasi normal dari item-item. Item ini dapat disortir lagi ke dalam

sembilan tumpukan karakteristik idealnya bagi dirinya, atau tentang

bagaimana dia meyakini orang-orang lain memandangnya.

3) Metode respons yang tidak berstruktur dan bebas

Dalam metode-metode ini subyek diminta untuk menyediakan bahan-bahan

mengenai dirinya sendiri, biasanya dengan melengkapi kalimat-kalimat yang

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

10

diberikan atau membuat sebuah ringkasan. Pertama subjek diberi sejumlah

pernyataan yang tidak lengkap yang diminta untuk melengkapinya. Nilai dari

respons yang bebas atau teknik-teknik yang tidak berstruktur terletak di

dalam penyingkiran pembatasan yang diadakan oleh teknik skala penilaian.

Dimana subyek dipaksakan untuk memilih di antara alternatif-alternatif yang

terbatas pada pertanyaan-pertanyaan, yang menyebabkan subjek tersebut

memberikan respons yang wajar terhadap dirinya yaitu bahwa klasifikasi

respons-respons menjadi sangat sulit. Kualitas proyektif dari respons-respons

yang diperoleh berarti bahwa prosedur penghitungan skor terletak pada

sebagian besar penilaian subjektif dari orang yang mengadakan penghitungan

skor itu sendiri meskipun penerapan kategori-kategori yang diseleksi lebih

dulu . Orang yang penghitungan skor masih harus memutuskan jika respons-

respons cocok kedalam sebuah kategori atau ke dalam yang lainnya. Validitas

sukar untuk diketahui dengan pasti dan validitas permukaan sering-sering

merupakan satu-satunya bentuk yang didahulukan

4) Teknik proyektif

Teknik proyektif digunakan untuk mengukur konsep diri yang dibawah sadar

(uncounsious self concept). Fiedman, Mussen dan Jones, Linton dan Graham,

Mereka memberikan alasan bahwa sejumlah pengukuran dari lapangan

fenomenologi memberikan sebuah inventori variabel-variabel yang tidak

lengkap di mana tingkah laku subjek didasarkan dan beberapa karakteristik

subjek yang penting tidak tersedia bagi kesadarannya. Para teoris

menunjukkan bahwa proses belajar yang paling penting terjadi dengan pra-

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

11

verbal, dan kebutuhan untuk mempertahankan sebuah konsep diri yang positif

mungkin membawa kepada penolakan dan represi.

5) Daftar Checklist

Dengan metode ini individu semata-mata mengecek kata-kata sifat ataupun

pernyataan-pernyataan yang sesuai yang menjelaskan dirinya sendiri. Hanya

item-item tersebut dicek yang berlaku pada subyek tersebut. Pada hakikatnya

suatu skala respons ya/tidak. Pengecekan semuanya atau tidak ada

pengecekan mencegah setiap penentuan derajat keterlibatan dari item-item

terhadap individu. Jadi skala penilaian tipe Likert lebih disukai karena

memberikan lebih banyak data.

2.1.4 Meningkatkan Konsep Diri

Menurut Fitts (1971) menyatakan bahwa ada empat aspek yang dapat

meningkatkan konsep diri, adalah sebagai berikut :

a. Aspek Kritik Diri

Jika ingin memiliki rasa mampu yang realistik, individu harus terbuka dengan

kelemahan diri. Individu harus bersedia menerima umpan balik dari orang

lain sebagai suatu kritik yang membangun, bukan kritik menghancurkan.

b. Aspek Penghargaan Diri

Berdasarkan label-label dan simbol-simbol yang ada dan diberikan pada

dirinya, seorang individu akan membentuk penghargaan diri terhadap dirinya.

Semakin baik label atau simbol yang ada pada dirinya, maka akan semakin

baik pula penghargaan yang diberikannya pada diri sendiri jika individu

memiliki label-label atau simbol-simbol yang kurang baik pada dirinya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

12

c. Aspek Integrasi Diri

Menunjuk pada kemampuan individu dalam membuat kesesuaian anatara

penilain dan kenyataan yang ada. Jika kesesuaian ini terpenuhi, individu yang

bersangkutan dapat dikatakan memiliki integrasi diri yang baik, karena ia

mencoba realistik dalam memberi penilaian.

d. Aspek Keyakinan Diri

Aspek ini menggambarkan sejauh mana keyakinan indvidu dalam menilai

dirinya sendiri. Individu yang tidak yakin akan dirinya, siapa dan bagaimana

keadaannya, akan mempunyai konsep diri yang tidak tepat. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu keyakinan diri yang kuat bahwa penilain yang diberikan

sudah tepat sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, dibutuhkan keyakinan

bahwa penilaian tersebut sudah dilengkapi dengan keterbukaan akan

kelemahan diri agar konsep diri yang terbentuk menjadi tepat.

2.2.5. Aspek-aspek Konsep Diri

Aspek- aspek konsep diri menurut Fitts (1971) adalah sebagai berikut :

1. Konsep Diri Fisik Konsep diri fisik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap keadaan dirinya secara fisik.

2. Konsep Diri Pribadi Konsep diri pribadi berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap keadaan pribadinya.

3. Konsep Diri Sosial Konsep diri sosial berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan skitarnya.

4. Konsep Diri Moral Etik Konsep diri moral etik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap dirinya sendiri yang dilihat dari standar perimbangan nilai-moral dan etika.

5. Konsep diri keluarga berarti perasaan dan harga diri seorang individu terhadap kedudukannya sebagai anggota keluarga.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

13

6. Konsep Diri Akademik Konsep diri akademik berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian terhadap dirinya berdasarkan akademik.

2.2 Bimbingan Pribadi

2.2.1 Pengertian Bimbingan Pribadi

Bimbingan Pribadi merupakan layanan untuk membantu para individu

dalam mengembangkan diri, pemahaman diri dan pengarahan diri yang meliputi

aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. (Depdiknas, 2007)

Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu

agar memperoleh pemahaman dan pengarahan diri. Bimbingan pribadi memberi

bantuan agar setiap individu dapat menemuka dirinya, sehingga mereka mampu

memilih, merencanakan dan memutuskan secara bijaksana. Program

pengembangan diri berpusat pada pemenuhan kebutuhan akan rasa aman,

mencintai dan dicintai, harga diri serta kebebasan mengaktualisasi dirinya.

Bimbingan pribadi di sekolah diarahkan untuk memantapkan kepribadian

dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah

dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian

pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi

serta ragam permasalahan yang dialami individu.

2.2.2. Kebutuhan Bimbingan Pribadi

Kebutuhan bimbingan pribadi (Depdiknas, 2007) adalah sebagai berikut :

(1) Kebutuhan untuk mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya. (2) Kebutuhan untuk mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

14

(3) Kebutuhan untuk mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut. (4) Kebutuhan untuk memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri. (5) Kebutuhan untuk menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat. (6) Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya. (7) Kebutuhn untuk mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

2.2.3. Aspek-aspek Bimbingan Pribadi

Secara khusus bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu individu agar

dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek-aspek

dibawah ini (Depdiknas, 2007) :

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak mneyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.

d. Memiliki pemahaman dan peenrimaan diri secara objektif dn konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. f. Memiliki kemampuan utnuk melakukan pilihan secara sehat. g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai

orang lain, tidk melecehkan martabat atau harga dirinya. h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk

komitmen terhadap tugas atau kewajibannya. i. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Dari ke 9 aspek diatas masing-masing aspek memiliki beberapa indikator. Adapun

indikator yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

15

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

a. Baik dan santun b. Orang saleh c. Orang yang jujur d. Puas dengan Tuhan e. Selalu pergi ke tempat ibadah f. Tidak suka berbohong untuk menutupi kesalahan g. Agama panduan sehari-hari h. Melakukan hal yang benar i. Melakukan perubahan saat menyadari telah melakukan kesalahan j. Tidak menggunakan kecurangan demi mendapatkan kebaikan k. Tidak Melakukan hal buruk

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain.

a. Saling menghormati. b. Memilihara hak sebagai umat beragama tertentu. c. Memilihara kewajibab sebagai umat beragama d. Memberi selamat kepada umat beragama lain yang merayakan hari

besar agamanya. e. Menjaga ketenangan di lingumgan tempat ibadah orang lain.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara

yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak mneyenangkan (musibah).

a. Memahami hal-hal yang menyenangkan. b. Memahami hal-hal buruk yang terjadi. c. Mampu bersikap positi dalam merespon keadaan yang

menyenangkan. d. Mampu bersikap positi dalam merespon keadaan yang tidak

menyenangkan. 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dn konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.

Pemahamanan diri (Fisik) a. Tubuh dalam keadaan sehat b. Penampilan rapi dan menarik c. Suka dengan tubuh yang sekarang d. Merawat tubuh dengan baik e. Berhati-hati dengan penampilan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

16

Pemahaman diri (Psikis)

a. Bepikir abstrak. b. Berperan sesuai dengan jenis kelamin. c. Mengendalika diri.

Penerimaan diri (Fisik)

a. Berat badan b. Tinggi badan c. Percaya diri dengan penampilan d. Menerima keadaan tubuh e. Merasa senang dengan tubuh

Penerimaan diri (psikis) a. Bepikir abstrak. b. Berperan sesuai dengan jenis kelamin c. Mengendalikan diri.

5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain

a. Mengahargai diri sendiri. b. Menghargai orang lain. c. Bersikap baik dengan orang lain. d. Tidak menganggap diri hina. e. Membuka diri terhadap orang lain. f. Percaya dengan kemampuan diri. g. Percaya akan kempuan orang lain. h. Ramah terhadap orang lain.

6. Memiliki kemampuan utnuk melakukan pilihan secara sehat.

a. Membuat rencana b. Menetapkan tujuan c. Tidak terburu-buru. d. Memikirkan baik buruknya sebuah pilhan. e. Berpikir positif.

7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang

lain, tidk melecehkan martabat atau harga dirinya.

a. Menghormati orang lain. b. Tidak melecehkan martabat atau harga diri orang lain.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

17

8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

terhadap tugas atau kewajibannya.

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri. b. Tanggung jawab sebagai seorang siswa c. Tanggung jawab sebagai seorang anak. d. Tanggung jawab terhadap sebuah tugas

9. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

a. Tidak terburu-buru. b. Berpikir matang-matang c. Bersikap tenang. d. Mengetahui konsekuensi dari keputusan itu. (Rambu-rambu

pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, 2007)

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Puspita (2004) di Balai Pemulihan Sosial Pamardi Putra

dengan sampel sebanyak 65 orang menyimpulkan bahwa di lapangan

menunjukkan, bahwa proses bimbingan pribadi yang diberikan dibalai pemulihan

dan dilanjutkan di keluarga memberi hasil yang positif terhadap perubahan diri

individu sesuai dengan tujuan bimbingan pribadi. Temuan ini sesuai dengan yang

dilakukan Masril (1997) di SMA Surabaya pada siswa kelas XI dengan hasil ada

hubungan yang berkorelasi signifikan antara program bimbingan dan konseling

dengan berdasarkan karakteristik konsep diri.

Sedangkan penelitian Bagio (1999) di SLBN A Bandung dengan hasil

pelaksanaan program bimbingan dan konseling di tingkat lanjutan pertaman

disana belum memenuhi kebutuhan perkembangan siswa termasuk dalam hal

perkembangan konsep diri.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1787/3/T1_132007006_BAB II.pdf · keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

18

Sawiri (2007) meneliti Hubungan antara kemanfaatan layanan bimbingan

pribadi dengan konsep diri siswa kelas X SMA Theresiana Salatiga dengan hasil

tidak ada hubungan yang signifikan antara kemanfaatan layanan bimbingan

pribadi dengan konsep diri siswa kelas X SMA Theresiana Salatiga dengan hasil

rxy = 0,136 dengan nilai p=0,228 > 0,05.

2.4. Hipotesis

• Ada hubungan yang signifikan antara kebutuhan bimbingan pribadi

dengan konsep diri siswa kelas XI SMK Teknologi dan Industri Kristen

Salatiga.

• Semakin tinggi kebutuhan bimbingan pribadi maka akan semakin tinggi

juga konsep diri siswa SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.