bab ii landasan teori 2.1. bank syariah 2.1.1 ... - bsi
TRANSCRIPT
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bank Syariah 2.1.1. Sejarah Bank Syariah
Bank syariah di Indonesia lahir sejak 1992. Bank syariah pertama di Indonesia
adalah Bank Muamalat Indonesia.Pada tahun 1992 hingga 1999, perkembangan Bank
Muamalat Indonesia masih tergolonga stagnan. Namun sejak adanya krisis moneter
yang melanda indonesia pada 1997 dan 1998. Maka para bankir melihat bahwa Bank
Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu kena dampak krisis moneter. Para bankir
berpikir bahwa BMI satu-satunya bank syariah di indonesia tahan terhadap krisis
moneter. Pada tahun 1999, berdirilah bank syariah mandiri yang merupakan konversi
dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang dibeli
oleh Bank Dagang Negara, kemudian di konversi menjadi bank syariah mandiri, bank
syariah kedua di indonesia.
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank syariah memberikan bebas layanan bunga kepada para
nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal sistem
bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga
yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah.
Menurut Undang-Undang Perbankan Syari’ah No. 21 Tahun 2008: Perbankan
Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
3
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
Menurut Ismail (2014:32) Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya ialah
menyalurkan dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana dalam bentuk jual beli
maupun kerja sama usaha. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak
investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana.
Bank umum syariah adalah bank syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan
akta pendirinya, bukan merupakan bagian dari bank konvensional. Sedangkan, Unit
Usaha Syariah merupakan unit usaha syariah yang masih di bawah pengelolaan bank
konvensional. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negri yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah atau unit syariah.
2.1.2. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
4
Tabel II.1
Beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional:
No. Bank Syariah No. Bank Konvensional
1 Investasi, hanya untuk proyek dan
produk yang halal serta
menguntungkan.
1 Investasi, tidak mempertimbangkan
halal atau haram asalkan proyek
yang dibiayai menguntungkan.
2 Return yang dibayar atau diterima
berasal dari bagi hasil atau
pendapatan lainnya berdasarkan
prinsip syariah.
2 Returnbaik yang dibayar kepada
nasabah penyimpan dana dan
return yang diterima dari nasabah
pengguna dana berupa bunga.
3 Perjanian dibuat dalam bentuk akad
sesuai dengan syariah Islam.
3 Perjanjian menggunakan hokum
positif.
4 Orientasi pembiayaan. Tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat.
4 Orientasi pembiayaan, untuk
memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan.
5 Hubungan antara bank dan nasabah
adalah mitra.
5 Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditur dan debitur.
6 Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
6 Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam dan Komisaris.
5
7 Penyelesaian sengketa, diupayakan
diselesaikan secara musyawarah
antara bank dan nasabah melalui
peradilan agama.
7 Penyelesaian sengketa melaui
pengadilan negeri setempat.
Sumber: Buku Perbankan Syariah, Ismail (2014:38)
2.1.3. Fungsi Utama Bank Syariah
Menurut Ismail (2014:39) Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu,
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan
dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank dan juga memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa perbankan.
1. Penghimpunan Dana Masyarakat
Bank syariah menghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk titipan
dengan menggunakan akad al-Wadi’ah dan dalam bentuk investasi dengan
menggunakan akad al-Mudharabah. Al-Wadi’ah adalah akad antara pihak pertama
(masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama menitipkan
dananya kepada bank, dan pihak kedua, bank menerima titipan untuk dapat
memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi yang diperbolehkan dalam
Islam. Al-Mudharabah merupakan akad antara pihak yang memiliki dana
kemudian menginvestasikan dananya atau disebut juga dengan shahibul maal
dengan pihak kedua atau bank yang menerima dana yang disebut juga dengan
mudharib, yang mana pihak mudharib dapat memnfaatkan dana yang
diinvestasikan oleh shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam
syariah Islam. keamanan atas dana (uang) yang dititipkan atau diinvestasikan di
6
bank oleh masyarakat merupakan faktor yang sangat penting yang menjadi
pertimbangan. Masyarakat akan merasa lebih aman apabila uangnya
diinvestasikan di bank syariah. Dengan menyimpan uangnya di bank, nasabah juga
akan mendapatkan keuntungan berupa return atas uang yang diinvestasikan yang
besarnya tergantung kebijakan masing-masing bank syariah serta tergantung pada
hasil yang diperoleh bank syariah.
Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atas sejumlah dana
yang diinvestasikan di bank. Imbalan yang diberikan oleh bank bisa dalam bentuk
bonus dalam hal dananya dititipkan dengan dengan menggunakan akad al-
Wadi’ah dan bagi hasil dalam hal dana yang diinvestasikan menggunakan akad al-
Mudharabah.
2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dengan menggunakan bermacam-
macam akad, antara lain akad jual beli dan akad kemitraan atau kerjasama usaha.
Dalam akad jula beli, maka return yang diperoleh oleh bank atas penyaluran
dananya adalah dalam bentuk margi keuntungan. Margin keuntungan merupakan
selisih antara harga jual kepada nasabah dan harga beli bank. Pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada nasabah yang menggunakan akad
kerja sama usaha adalah bagi hasil.
3. Pelayanan Jasa Bank
Pelayanan bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya.Berbagai jenis produk pelayanan jasa
yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain: jasa pengiriman uang
7
(transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit,
inkaso, garansi bank dan pelayanan jasa bank lainnya. Pelayanan yang dapat
memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat.
2.1.4. Jenis-jenis Bank Syariah
1. Jenis Bank Syariah Ditinjau Dari Segi Fungsinya
a. Bank Umum Syariah
Bank umum syariah dapat melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalau lintas
pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank umum syariah
disebut juga dengan full branch, karena tidak dibawah koordinasi bank
konvensional, sehingga aktivitasnya terpisah dengan konvensional. Bank umum
syariah dapat dimiliki oleh bank konvensional, akan tetapi aktivitas serta
pelaporannya terpisah dengan induk banknya.
b. Unit Usaha Syariah
Unit usaha syariah merupakan unit usaha yang dibentuk oleh bank
konvensional, akan tetapi dalam aktivitasnya menjalankan kegiatan perbankan
berdasarkan prinsip syariah, serta melaksanakan kegiatan lalu lintas
pembayaran. Aktivitas unit usaha syariah sama dengan aktivitas yang dilakukan
oleh bank umum syariah, yaitu aktivitas dalam menawarkan produk
penghimpunan dana pihak ketiga, penyaluran dana kepada pihak yang
membutuhkan, serta memberikan pelayanan jasa perbankan lainnya. Unit kerja
8
dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa salam lalu lintas pembayaran, BPRS tidak dapat melaksanakan transaksi
lalu lintas pembayaran atau transaksi dalam lalu lintas giral. Fungsi BPRS pada
umumnya terbatas pada hanya penghimpunan dana dan penyaluran.
2. Jenis Bank Syariah Ditinjau Dari Segi Statusnya
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank syariah yang dapat melakukan aktivitas
transaksi ke luar negri atau tramsaksi yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan. Produk yang ditawarkan oleh bank devisa lebih
lengkap dibandingkan produk yang ditawarkan oleh bank non devisa.
b. Bank Non devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan oleh
bank nondevisa masih terbatas pada transaksi dalam negri atau transaksi
dalam mata mata uang rupiah. Bank non devisa dapat mengubah statusnya
menjadi bank devisa apabila telah memenuhi persyaratan menjadi bank
9
devisa. Salah satu persyaratan menjadi bank devisa yaitu telah memperoleh
keuntungan dua tahu terakhir secara berturut-turut.
3. Jenis Bank Syariah Ditinjau Dari segi Levelnya
a. Kantor Pusat
Kantor pusat merupakan kantor yang menjadi pusat dari kantor cabang di
seluruh wilayah Negara maupun kantor cabang yang ada di Negara lain.
Kantor pusat bank tidak melakukan kegiatan dalam melayani produk dan
jasa perbankan kepada masyarakat umum, akan tetapi terbatas pada
pelayanan aktivitas dan transaksi kantor cabang, yang meliputi transaksi
antarkantor seperti transaksi antar kantor pusat dan kantor cabang, transaksi
antarcabang dan transaksi lainya yang tidak dapat dilayani oleh kantor
cabang. Kantor pusat bank syariah berada di wilayah Negara Indonesia.
b. Kantor Wilayah
Kantor wilayah merupakan perwakilan dari kantor pusat yang membawahi
suatu wilayah tertentu. Pembagian kantor wilayah didasarkan pada besar
kecilnya bank maupun wilayah yang menjadi target pemasarannya. Kantor
wilayah tidak melayani transaksi perbankan secara langsung, akan tetapi
sebagai koordinator dari kantor cabang dalam mencapai target
penghimpunan dana, penyaluran dana, maupun pelayanan jasa.
c. Kantor Cabang
Kantor cabang penuh merupakan kantor cabang yang diberi kewenangan
oleh kantor pusat atau kantor wilayah untuk melakukan semua transaksi
10
perbankan. Dengan kata lain, semua transaksi perbankan dapat dilakukan
oleh kantor cabang penuh.
d. Kantor Cabang Pembantu
Kantor cabang pembantu hanya dapat melayani beberapa aktivitas
perbankan. Pada umumnya, kantor cabang pembantu lebih menfokuskan
pasa aktivitas penghimpunan dana pihak ketiga. Dalam hal pembiayaan,
kantor cabang pembantu hanya diberi kewenangan untuk mencari calon
nasabah.
e. Kantor Kas
Kantor kas merupakan kantor cabang yang paling kecil, karena aktivitas
yang dapat dilakukan oleh kantor kas pada mulanya hanya meliputi
transaksi yang terkait dengan tabungan baik setoran dan penarikan. Dalam
perkembangannya, saat ini kantor kas juga dapat melayani secara langsung
produk dan jasa bank yang ditawarkan, misalkan transaksi lalu lintas
pembayaran, transfer, kliring dan transaksi pembayaran lalu lintas giral
lainnya.
2.2. Pengertian Pembiayaan Ijarah
Menurut Ismail (2014:159), Ijarah merupakan kontrak antara bank syariah
sebagai pihak yang menyewakan barang dan nasabah sebagai penyewa dengan
menentukan biaya sewa yang disepakati oleh pihak penyewa.
Dalam transaksi perbankan, bank membeli aset tetap dari supplier kemudian
disewakan kepada nasabah dengan biaya sewa yang tetap hingga jangka waktu
tertentu. Bank dapat membeli aset tetap dari supplier yang ditunjuk oleh bank
11
syari’ah, kemudian setelah aset siap dioperasionalkan, maka aset tetap tersebut
disewakan kepada pihak nasabah.
2.2.1. Jenis-jenis Ijarah Menurut Ismail (2014:160) dalam transaksi keuangan, ijarah dibagi menjadi
dua yaitu ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik. Perbedaan kedua jenis ini terutama
terletak pada kepemilikan aset tetap setelah masa sewa berakhir. Dalam akad ijarah,
aset tetap akan dikembalikan kepada pihak yang menyewakan bila masa sewa
berakhir. Dalam akad ijarah muntahiya bittamlik, aset akan berubah status
kepemilikannya menjadi milik penyewa pada saat masa sewa jatuh tempo.
a. Ijarah
Ijarah dalam perbankan dikenal dengan, yaitu kontrak sewa antara pihak yang
menyewakan dan pihak penyewa, di mana pihak penyewa harus membayar sewa
sesuai dengan perjanjian dan pada saat jatuh tempo, asset yang disewa harus
dikembalikan kepada pihak yang menyewakan. Biaya pemeliharaan atas aset yang
menjadi objek sewa menjadi tanggungan pihak yang menyewakan. Pemilik asset
tetap (objek sewa) adalah lembaga keuangan yang bertanggung jawab atas biaya
pemeliharaan asset tetap yang disewakan selama masa sewa. Aset yang disewakan
tetap menjadi milik lembaga keuangan. Pada saat perjanjian sewa berakhir, maka
pihak yang menyewakan aset tetap akan mengambil kembali kepada pihak lain
atau memperpanjang sewa lagi dengan perjanjian baru.
Dalam transaksi ijarah, akad sewa menyewa dilakukan antara mu’ajjir (lessor) dan
musta’jir (lessee) atas objek sewa (mu’jur) untuk mendapatkan imbalan atas
barang yang disewakan. Bank sebagai lessor yang menyewakan objek sewa, akan
12
mendapat imbalan dari lessee. Imbalan atas transaksi sewa menyewa ini disebut
dengan pendapatan sewa. Pendapatan sewa merupakan bagian dari pendapatan
operasional bank syariah.
b. Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah muntahiya bittamlik disebut juga dengan ijarah wa iqtina adalah perjanjian
sewa antara pihak pemilik asset tetap (lessor) dan penyewa (lessee), atas barang
yang disewakan, penyewa mendapat hak opsi untuk membeli objek sewa pada
masa sewa berakhir.
Ijarah muntahiya bittamlik dalam perbankan dikenal dengan financial lease, yaitu
gabungan antara transaksi sewa dan jual beli, karena pada akhir masa sewa,
penyewa diberi hak opsi untuk membeli objek sewa. Pada akhir masa sewa, objek
sewa akan berubah dari milik lessor menjadi milik lessee.
a. Rukun dan Syarat Ijarah Muntahiya Bittamlik
1. Rukun
a). Penyewa (musta’jir) atau dikenal dengan lessee, yaitu pihak yang menyewa
objek sewa. Dalam perbankan, penyewa adalah nasabah.
b). Pemilik barang (mu’ajjirr), dikenal dengan lessor, yaitu pemilik barang
yang digunakan sebagai objek sewa.
c). Barang/objek sewa (ma’jur) adalah barang yang disewakan.
d). Harga sewa/manfaat sewa (ujrah) adalah manfaat atau imbalan yang
diterima mu’ajjir.
e). Ijab kabul adalah serah terima barang.
2. Syarat
13
a). Kerelaan dari pihak yang melaksanakan akad.
b). Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam islam, dapat
dinilai atau diperhitungkan dan manfaat atas transaksi ijarah muntahiya
bittamlik harus diberikan oleh lessee kepada lessor.
2.2.2. Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik Di Bank Syariah
1. Akad sewa IMBT
5. Bayar kewajiban
pelunasan/pembelian
2. Beli objek sewa
3. Kirim dokumen ke bank 4.Kirim barang ke nasabah
Sumber : Buku Perbankan Syariah, Ismail (2014:163)
Gambar II.1 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Keterangan:
1. Bank syariah dan nasabah melakukan perjanjian dengan akad ijarah
muntahiyah bittamlik.
2. Bank syariah membeli objek sewa dari supplier.
3. Setelah supplier menyiapkan objek sewa, kemudian supplier mengirimkan
dokumen barang yang dibeli ke bank syariah.
BANK MU’AJJIR
NASABAH MUSTA’JIR
SUPPLIER OBJEK SEWA MA’JUR
14
4. Supplier mengirimkan objek sewa kepada nasabah atas perintah dari bank
syariah.
5. Setelah menerima objek sewa, maka nasabah mulai melaksanakan
pembayaran atas imbalan yang disepakati dalam akad.
2.3. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang
memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi bisnis. Dengan
adanya strategi pemasaran, maka implementasi program dalam mecapai tujuan
organisasi dapat dilakukan secara aktif, sadar dan rasional tentang bagaimana suatu
merek atau lini produk mencapai tujuannya dalam lingkungan bisnis yang semakin
turbulen.
Menurut Hasan (2010:119), strategi pemasaran yang efektif memerlukan basis
pengetahuan tentang konsumen, untuk itu marketer perlu melakukan beberapa
hal berikut:
1. Mengoptimalkan riset pemasaran untuk mengetahui keinginan yang paling
dinginkan oleh konsumen.
2. Mengoptimalkan riset mengenai manfaat dan harga produk yang
dinginkan, gaya (style) dan model yang menunjukan presitise ketika
produk diposisikan, respon customerterhadap bauran pemasaran dan
analisis persepsi dan kepuasan pelanggan ketika pelanggan telah
menggunakan produk.
3. Melakukan penyesuaian bauran pemasaran terhadap keinginan customer.
15
Menurut Assauri (2011:168), Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.
2.3.1. Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) merupakan alat bagi pemasaran yang
terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan
sukses. Bauran Pemasaran pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda
dengan bauran pemasaran untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan
karakteristik jasa dan barang sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya.
Menurut Lupiyadi (2006:74), Bauran Pemasaran produk barang mencakup 4P:
product, price, place, dan promotion. Sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut
masih dirasa kurang mencukupi. Para pakar pemasaran menambahkan tiga unsur lagi
:people, process, dan customer service.
Dengan demikian, unsur bauran pemasaran jasa terdiri atas tujuh hal, yaitu:
1. Product (produk)
Jasa seperti apa yang ingin ditawarkan. Produk merupakan keseluruhan konsep
objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Yang perlu
diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari
produk itu saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut
16
the offer. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan
beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen.
2. Price (harga)
Bagaimana strategi penentuan harga strategi penentuan harga sangat signifikan
dalam pemberian nilai kepada konsumen dan mempengaruhi citra produk, serta
keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan harga juga berhubungan dengan
pendapatan dan turut mempengaruhi penawaran atau saluran pemasaran. Akan
tetapi hal terpenting adalah keputusan dalam penentuan harga harus konsisten
dengan strategi pemasaransecara keseluruhan. Dalam memutuskan strategi
penentuan harga harus diperhatikan tujuan dari penentuan harga itu sendiri yaitu
bertahan, memaksimalkan laba, memaksimalkan penjualan, pengembalian atas
investasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga adalah
positioning (pemosisian) jasa, sasaran perusahaan, tingkat persaingan, siklus hidup
jasa, elastisitas permintaan, struktur biaya, sumber daya yang digunakan, kondisi
ekonomi secara umum dan kapasitas jasa.
3. Promotion (promosi)
Bagaimana promosi yang harus dilakukan hal yang perlu diperhatikan dalam
promosi adalah pemilihan bauran promosi. Bauran promosi terdiri atas:
a. Iklan (advertising)
Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran
terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah pengetahuan konsumen
tentang jasa yang ditawarkan, membujuk calon konsumen untuk membeli atau
menggunakan jasa tersebut, dan membedakan diri perusahaan satu dengan
17
perusahaan lain yang mendukung positioning jasa. Beberapa tujuan periklanan
yaitu iklan yang bersifat memberiinformasi, iklan membujuk, iklan pengingat
dan iklan pemantapan.Ada beberapa pilihan media yang dapat digunakan untuk
melakukan pengiklanan, antara lain surat kabar, majalah, radio, televisi, papan
reklame dan surat langsung.
b. Penjualan Perseorangan (Personel Selling)
Penjualan perseorangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pemasaran jasa, karena:
1. Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting.
2. Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan oleh mesin.
3. Orang merupakan bagian dari produk jasa.
Sifat penjualan perorangan dikatakan lebih luwes karena tenaga penjualan dapat
secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan
perilaku masing-masing calon pembeli.Selain itu, tenaga penjualan juga dapat
segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan,
sehingga dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian di tempat pada saat itu
juga.
c. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya.
Point of sales promotion terdiri atas brosur, lembar informasi, dan lain-lain.
Promosi penjualan dapat diberikan kepada:
18
1. Konsumen, berupa penawaran cuma-cuma, sampel, demo produk, kupon,
pengembalian tunai, hadiah, kontes, dan garansi.
2. Perantara, berupa barang cuma-cuma, diskon, advertising allowances, iklan
kerja sama, distribution contests, penghargaan.
3. Tenaga penjualan, berupa bonus, penghargaan, contest, dan hadiah untuk
tenaga penjualan terbaik.
d. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
melibatkan upaya untuk menstimulasi minat positif dalam organisasi dan
produknya dengan memberikan rilis berita, mengadakan konferensi pers,
menyelenggarakan event khusus dan mensponsorikegiatan yang bisa diliput
media yang dilakukan oleh pihak ketiga.
e. Informasi dari mulut ke mulut (word of month)
Rekomendasi dari pelanggan lain biasanya dianggap lebih dipercaya
ketimbang kegiatan promosi yang berasal dari perusahaan dan dapat sangat
memengaruhi keputusan orang lain untuk menggunakan (atau menghindari)
suatu jasa. Kenyataannya, makin besar resiko yang dirasakan pelanggan dalam
membeli suatu jasa, makin aktif mereka mencari dan mengandalkan berita
mulut ke mulut (word of mounth) untuk membantu pengambilan keputusan
mereka.
f. Pemasaran Langsung
Kategori ini mencakup seperti surat, email, dan pesan teks. Saluran-saluran ini
memberikan potensi pesan personal yang dikirimkan kepada segmen terbatas
yang disasar secara khusus.Strategi langsung seperti ini cenderung berhasil
19
saat pemasar memiliki basis data informasi yang rinci mengenai pelanggan
dan calon pelanggan.
4. Place (tempat)
Bagaimana sistem penyampaian jasa yang akan diterapkan Tempat dalam jasa
merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi,
dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada
konsumen dan dimana lokasi yang strategis.
5. People (orang)
Jenis kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa.
Untuk mencapai kualitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk menyadari
pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam
memenuhi kebutuhannya.
6. Process (proses)
Bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut proses merupakan gabungan
semua aktivitas, umumnya terdiri atas prosedur, jadwal pekerjaan,
mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di mana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen.
Proses dapat dibedakan dalam dua cara yaitu:
a. Kompleksitas (complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan
tahapan proses.
b. Keragaman (divergence), berhubungan dengan adanya perubahan dalam
langkah-langkah atau tahapan proses.
7. Customer Service (layanan konsumen)
20
Tingkat jasa yang bagaimana yang akan diberikan konsumen. Layanan
konsumen meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat
termasuk pelayanan pra transaksi, saat transaksi dan pasca transaksi. Kegiatan
sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan transaksi dan sesudah
transaksi, karena itu kegiatan pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga
konsumen memberikan respons yang positif dan menunjukkan loyalitas yang
tinggi.
Menurut Kartajaya dkk (2006:177), 4P sebagai marketing-mix yang elemen-
elemennya adalah Product (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion
(promosi) yang diperkenalkan oleh Jerome McCarthy. Product dan Price adalah
komponen dari tawaran (offers), sedangkan Place dan Promotion adalah komponen
dari akses (access).
Karena itu, marketing mix yang dimaksud adalah bagaimana
mengintegrasikan tawaran dari perusahaan dengan akses yang tersedia. Bagi
perusahaan syariah, untuk komponen tawaran (offer), Produk dan harga haruslah
didasari dengan nilai kejujuran dan keadilan, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah,
kualitas produk harus sesuai yang ditawarkan. Jadi, sangat dilarang bila perusahaan
menyembunyikan kecacatan dari produk-produk yang mereka tawarkan. Sedangkan
dalam menentukan harga, perusahaan haruslah mengutamakan nilai keadilan. Jika
kualitas produknya bagus, harganya tentu bisa tinggi. Sebaliknya, jika seseorang telah
mengetahui keburukan yang ada di balik produk yang ditawarkan, harganya pun
harus disesuaikan dengan kondisi produk tersebut. Komponen akses (access) sangat
berpengaruh terhadap bagaimana usaha dari perusahaan dalam menjual produk dan
harganya. Promosi bagi perusahan yang berlandaskan syariah haruslah
21
menggambarkan secara riil apa yang ditawarkan dari produk-produk atau service-
service perusahaan tersebut. Promosi yang tidak sesuai dengan kualitas atau
kompetensi, contohnya promosi yang menampilkan imajinasi yang terlalu tinggi bagi
konsumennya adalah termasuk dalam praktik penipuan dan kebohongan. Untuk itu,
promosi yang semacam tersebut sangat dilarang dalam syariah marketing. Dalam
menentukan place atau saluran distribusi, perusahaan harus mengutamakan tempat-
tempat yang sesuai dengan target market sehingga dapat efektif dan efisien. Sehingga,
pada intinya, dalam menentukan marketing-mix, proses integrasi terhadap offer dan
access, harus didasari oleh prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran.