bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjuan bank umum syariah 2.1.1

27
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.Gagasan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Bank syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.Bank syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah ini mengalami pertumbuhan pesat sejak ditetapkannya Undang- Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, serta Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Pengertian prinsip syariah itu sendiri telah ditetapkan dalam Undang- Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yaitu : “ Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan antara barang yang disewakan pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).”

Upload: hakhue

Post on 05-Feb-2017

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

14 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.Gagasan untuk

mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak

pertengahan tahun 1970-an. Bank syariah atau bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.Bank

syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan

beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Usaha perbankan berdasarkan

prinsip syariah ini mengalami pertumbuhan pesat sejak ditetapkannya Undang-

Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, serta Undang-Undang No.23

tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di

Indonesia merupakan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa

perbankan/keuangan yang sehat juga memenuhi prinsip-prinsip syariah.

Pengertian prinsip syariah itu sendiri telah ditetapkan dalam Undang-

Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun

1992 tentang perbankan yaitu :

“ Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan antara barang yang disewakan pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

15  

Dalam menjalankan perannya, bank syariah berlandaskan pada UU

Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992

tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil yang kemudian dijabarkan dalam

S.E. BI No. 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993, yang pada pokoknya

menetapkan hak-hak antara lain :

1. Bahwa bank berdasarkan bagi hasil adalah bank umum dan bank

perkreditan rakyat yang melakukan usaha semata-mata berdasarkan prinsip

bagi hasil.

2. Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah prinsip bagi hasil yang

berdasarkan syariah.

3. Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas

Syariah.

4. Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya semata-

mata berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan usaha

yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil. Sebaliknya, bank umum atau

bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan kepada

prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip bagi hasil.

Menurut Sudarsono (2003:22) pengertian Bank Syariah adalah :

“ Lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan

kredit atau jasa lain dalam lalu lintas permbayaran serta peredaran

uang, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinisip syariah.”

Sehingga bank syariah dapat disimpulkan sebagai bank yang kegiatan

usahanya didasari oleh prinsip-prinsip syariah.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

16  

2.1.2 Sumber Dana Bank Syariah

Sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari empat sumber, yaitu

modal,titipan,investasi dan investasi khusus. Sumber dana bank syariah sama

dengan bank umum konvensional yaitu berasal dari masyarakat berupa

simpanan terdiri dari :

1. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah

2. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah

3. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaq atau Prinsip

Mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank

4. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaq atau Prinsip

Mudharabah muqqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank.

Dalam penghimpunan dana Bank Syariah terdapat 2 prinsip yaitu :

1. Prinsip Al-Wadiah

Al-wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau

meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan

dijaga. Dari aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari

satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus

dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Teknis perbankan:

a. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang

diterapkan pada produk rekening giro.

b. Wadiah dhamamah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam wadiah

amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang

dititipi.

c. Sedangkan dalam hal wadiah dhamamah pihak yang dititipi (bank)

bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh

memanfaatkan harta titipan tersebut.

d. Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini juga

disifati dengan yad dhamamah, maka implikasi hukumannya sama dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

17  

qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, dan

bank bertindak sebagai yang dipinjami.

2. Prinsip Al- Mudharabah

Dalam mengapilikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak

sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib

(pengelola).Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan

mudharabah atau ijarah.Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk

melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan

berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank menggunakannya untuk

melakukan pembiayaan mudharabah, makan bank bertanggung jawab atas

kerugian yang terjadi.

2.1.3 Penyaluran Dana Bank Syariah

Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan berbagai metode, seperti

jual-beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman dan investasi khusus. Dalam

mencari keuntungan Bank Syariah memberikan jasanya dalam bentuk sistem

pembiayaan yaitu:

1. Prinsip Jual-Beli

Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan

menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli

dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan

barang. Dalam pembiayaan bank syariah prinsip jual-beli terdiri dari :

a. Bai’ al-Murabahah

Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam

murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada

pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

18  

b. Bai’ As-Salam

As-Salam yaitu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih

berada) dalam tanggungan dengan pembayaran disegerakan.Salam

adalah transaksi jual-beli dimana barang yang diperjual-belikan belum

ada.Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan

pembayaran dilakukan tunai.

c. Bai’ Al-Istishna

Bai’ Al-istishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-

salam.Biasanya, jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur.Dengan

demikian, ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’

as-salam.Produk istishna menyerupai produk salamnamun dalam

istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali

(termin) pembayaran.

2. Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.Ijarah berarti lease contract

dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah

lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan

peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya

yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).

3. Prinsip Bagi Hasil

Produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil

terdiri dari al-musyarakah dan al-mudharabah , berikut pengertiannya :

a. Al-Musyarakah

Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Musyarakah

adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

19  

danadengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai

dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyakarah

pemilikan dan musyarakah akad (kontrak).Musyarakah pemilikan

tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat

pemilikan atau aset oleh dua orang atau lebih.Sedangkan musyarakah

akad tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju

bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan

berbagi keuntungan dan kerugian.

b. Al-Mudharabah

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha

secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal

selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya

kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola,

si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

20  

Gambar 2.1

Skema Al-Mudharabah

Perjanjian bagi hasil

Sumber : Heri Sudarsono, 2012.

Terdapat dua jenis Mudharabah yaitu :

a. Al-Mudharabah Mutlaqah

Yaitu salah satu jenis mudharabah dimana mudharib (bank) diberikan

hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal

(nasabah). Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan

dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan

mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak

ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

Sehubungan dengan penggunaan uang nasabah oleh bank, maka kepada

nasabah penabung diberikan nisbah (bonus) atau bagi hasil atas

penggunaan tabungan tersebut. Besarnya nisbah atau uang bagi hasil

masing-masing bank tidak sama, tergantung kebijakan dari pihak bank

dalam memberikan besarnya nisbah tersebut.

Nasabah Bank

Proyek / Usaha

Pembagian Keuntungan

Modal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

21  

b. Al-Mudharabah Muqayyadah

Yaitu suatu bentuk akad mudharabah dimana pemilik

dana/nasabah/shahibul maal memberikan batasan-batasan tertentu atas

pemanfaatan atau pengelolaan dananya. Bank/mudharib hanya bisa

mengelola dana tersebut dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh

pemilik dana/nasabah/shahibul maal , misalnya pembatasa waktu, jenis

usaha, tempat usaha, atau jenis pelayanan tertentu. Terdapat dua

macam investasi khusus yaitu Al-mudharabah Muqayyadah on Balance

Sheet dan Al-mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet. Al-

Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan

khusus (restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan

syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Sedangkan Al-

Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran

danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank

bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara

pemilik dana dengan pelaksana usaha.

2.1.4 Implementasi Al-Mudharabah

Al-Mudharabah biasanya biasanya diterapkan pada produk-produk

pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi perhimpunan dana, al-mudharabah

diterapkan pada :

2.1.4.1 Tabungan Al-Mudharabah

Produk perbankan syariah yang termasuk produk perhimpunan dana adalah

tabungan. Berdasarkan Undang-Undang No.1/1998 tentang perubahan atas

Undang-Undang no.7/1992 tentang perbankan yang dimaksud dengan

tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat tertentu tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat

yang dipersamakan dengan itu.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

22  

Dalam teknik perbankan, hasil pengelolaan modal pembiayaan

mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara, yaitu perhitungan dari

pendapatan proyek (revenue sharing) dan perhitungan dari keuntungsn proyek

(profit sharing). Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad,

pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpanan pihak

nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Bank

berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak

mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah.

Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang

dijalankan berdasarkan prinsip syariah.Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional

telah mengeluarkan fatwa bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan

yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.Perhitungan bagi hasil

tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang

dihitung disetiap akhir bulan dan awal buku bulan berikutnya.

Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai

berikut :

Hari Bagi Hasil x Saldo Rata-Rata Harian x Nisbah Bagi Hasil

Hari Kalender Bersangkutan

Sumber : Wiroso, 2005.

Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan tersebut, hal-hal yang perlu

diperhatikan antara lain :

a. Hasil Perhitungan bagi hasil dalam rangka satuan bulat, tanpa mengurangi

hak nasabah. Pembulatan ke atas untuk nasabah dan pembulatan ke bawah

untuk bank.

b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

23  

2.1.4.2 Deposito Mudharabah

Berdasarkan Undang-Undang No.10/1998 yang dimaksud dengan deposito

berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank

yang bersangkutan.Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah

deposito yang dijalankan dengan prinsip syariah.Dalam hal ini Dewan

Pengawas Syariah Nasional yang berdasarkan prinsip mudharabah.

Basis perhitungan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah adalah bagi

hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku.Namun tidak termasuk tanggal

pembukaan deposito yang bersangkutan dan tanggal jatuh temponya.

Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Hari Bagi Hasil x Nominal Deposito x Nisbah Bagi Hasil

Hari Kalender Bersangkutan

Sumber : Wiroso, 2005.

Perhitungan dan pembayaran bagi hasil untuk individu pemilik deposito

mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Dilakukan ulang setiap tanggal pembukuan deposito mudharabah.

2. Dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa Tabungan

dan Deposito mudharabah mempunyai beberapa ketentuan, yakni :

a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik

dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai

macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Modal harus dinyatakan dengan jumlah tunai bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

24  

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan

menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan yang bersangkutan.

Besaran bagi hasil antara nasabah dan pihak bank pun berbeda-beda.

Berikut adalah presentase bagi hasil yang akan didapatkan pihak nasabah dan

pihak bank :

Tabel 2.1

Presentase Bagi Hasil antara Nasabah dengan Pihak Bank

Jangka Waktu Nisbah (%)

1 Bulan 50 : 50

2 Bulan 50,5 : 49,5

3 Bulan 51 : 49

6 Bulan 52 : 48

12 Bulan 54 : 46

2.1.5 Akad Pelengkap

Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun

ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.Meskipun tidak

ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan

untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan

akad ini. Berikut akad-akad pelengkapnya :

1. Al- Hiwalah

Al – hiwalah adalah memindahkan hutang dari tanggungan orang yang

berhutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban

membayar hutang (muhal alaih).Dalam konsep hukum perdata, hiwalah

adalah serupa dengan lembaga pengambilalihan utang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

25  

(schuldoverneming),atau lembaga pelepasan utang atau penjualan utang

(debt sale), atau lembaga penggantian kreditor atau penggantian debitor.

2. Ar – Rahn

Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan

atas pinjaman atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan

tersebut memiliki nilai ekonomis.Tujuan akad rahn adalah untuk memberi

jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan

pembiayaan.

3. Al – Qardh

Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan.

4. Al – Wakalah

Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama

kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.

5. Al – Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan

tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung

jawab orang lain sebagai jaminan.

2.1.6 Jasa Perbankan

Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada

nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa

perbankan tersebut antara lain berupa :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

26  

1. Al – Sharf

Sharf adalah penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau

transaksi jual-beli.Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan

valuta lainnya.

2. Al – Ijarah (sewa)

Ijarah adalah akad yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana pihak

bank menyewakan barang, sedangkan pemeliharaan atas barang yang

disewa dilakukan berdasarkan kesepakatan.

2.1.7 Prinsip Operasional Bank Syariah

Dalam operasional bank syariah menganut prinsip – prinsip yang berlaku

sebagai berikut :

1. Prinsip Keadilan

Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan

pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara Bank dan

Nasabah.

2. Prinsip Kemitraan

Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah

pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat

dengan mitra usaha. Hal tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan

keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah

pengguna dana maupun Bank.

3. Prinsip Keterbukaan

Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan,

nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen

bank.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

27  

4. Universitalitas

Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku,

agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam

sebagai rahmatan lil’alamin.

2.1.8 Dewan Pengawas Syariah

Unsur yang membedakan bank syariah dan bank konvensional adalah

keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi

operasionalisasi bank dan produk-produk agar sesuai dengan ketentuan

syariah.Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang

ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank.Anggota DPS

harus terdiri dari pakar-pakar dibidang syariah muamalah yang juga memiliki

pengetahuan umum di bidang perbankan.

Adapun fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi jalannya operasionalisasi bank sehari-hari, agar sesuai dengan

ketentuan syariah.

2. Membuat pernyataan secara berkala bahwa bank yang diawasinya telah

berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

3. Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang

diawasinya.

Bank yang akan membentuk DPS dalam rangka perubahan kegiatan usaha

atau membuka kantor cabang syariah untuk pertama kali dapat menyampaikan

permohonan penempatan anggota DPS kepada DSN, Majelis Ulama Indonesia.

2.1.9 Dewan Syariah Nasional

Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah bagian dari Majelis Ulama

Indonesia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai

syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan

pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana.Anggota DSN

terdiri dari para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

28  

dengan perekonomian syariah muamalah.Anggota DSN ditunjuk dan diangkat

oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.

Fungsi Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah sebagai berikut :

1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan

syariah.

2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh

lembaga keuangan syariah.

3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai

Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah.

4. Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang

bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.

Kantor-kantor cabang syariah dari bank umum konvensional pada dasarnya

merupakan unit yang mempunyai karakteristik kegiatan usaha yang berbeda,

serta mempunyai pencatatan pembukuan yang terpisah dari kantor-kantor

konvensionalnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu unit kerja khusus yang

disebut dengan Unit Usaha Syariah (UUS) yang berfungsi sebagai kantor

induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada di kantor pusat

bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu tingkat di

bawah direksi.

2.2 Inflasi

2.2.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata – rata, dan harga adalah

tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa

(Mankiw, 2006:75).

Menurut Bank Indonesia (2011) inflasi merupakan kecenderungan harga-

harga barang dan jasa termasuk faktor-faktor produksi, diukur dengan satuan

mata uang, yang semakin menaik secara umum dan terus-menerus.Kenaikan

harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

29  

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

2.2.2 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi menurut tingkat keparahan atau laju Inflasi:

1. Inflasi ringan (creeping inflation)

Adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10 % setahun, sehingga inflasi ini

tidak begitu dirasakan.Inflasi ini sering disebut juga inflasi yang merayap,

dan tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional.Seperti pada

tahun 2004 lalu di Indonesia laju inflasi di bawah 10 %, sehingga

perekonomian Indonesia pada posisi yang stabil.

2. Inflasi sedang

Adalah inflasi yang lajunya antara 10%-30% setahun. Pada tingkatan ini

mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu signifikan,

dan jika tidak segera diatasi akan menjadi inflasi berat.

3. Inflasi berat

Inflasi yang lajunya berada pada batas antara 30%-100% setahun. Pada

tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan

sulit dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi berat pada tahun

1998. Pada waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.

4. Hiperinflasi

Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena dapat terjadi secara besar-besaran

dan jika diukur berada di atas 100% setahun. Di Indonesia pada tahun 1966

pernah mengalami inflasi sebesar 600%, hal ini disebab-kan pencetakan

uang baru secara besar-besaran untuk menutup defisit anggaran pada waktu

itu.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

30  

Inflasi berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :

1. Inflasi permintaan (demand inflation)

Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam

barang terlalu kuat.

2. Inflasi penawaran (cost inflation)

Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya

penawaran agregatif.

Sedangkan inflasi berdasarkan asalnya sebagai berikut :

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang disebabkan adanya peristiwa ekonomi dalam negeri, misalnya

terjadi defisit anggaran belanja negara yang secara terus-menerus, kemudian

pemerintah memerintahkan Bank Indonesia untuk mencetak uang baru

dalam jumlah besar.Atau misalnya karena panen yang gagal secara

menyeluruh.

2. Inflasi yang berasal luar negeri (imported inflation)

Yaitu penularan melalui harga barang impor. Inflasi ini umumnya terjadi di

negara berkembang yang mana sebagaian besar bahan baku dan peralatan

dalam unit produksinya berasal dari luar negeri. Misalnya di Jepang terjadi

inflasi, sedangkan bahan-bahan untuk keperluan industri perakitan mobil,

elektronik, foto, tekstil, farmasi dan lain-lain Indonesia mengimpor dari

Jepang.

2.2.3 Teori Inflasi

Secara garis besar 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing

menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu :

1. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari :

a. Jumlah uang yang beredar

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

31  

b. Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga

(expectationI)

Inti dari teori ini adalah :

a. Inflasi hanya bisa terjadi bila ada penambahan volume uang yang beredar

(berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral).

b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan

oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di

masa mendatang.

2. Teori Keynes

Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar

batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah

proses perebutan bagia rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang

menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh

masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana

permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-

barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).

3. Teori Strukturalis

Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara

Amerika Latin.Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari

strukur perekonomian yang sedang berkembang.Karena inflasi dikaitkan

dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya

bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini

disebut juga teori inflasi jangka panjang.

Kesimpulan dari teori strukturalis yaitu :

1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara-negara

yang sedang berkembang.

2. Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan

menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

32  

tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar

juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan

berhenti dengan sendirinya (juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).

Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab yang

paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural. Sering

dijumpai bahwa ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan

harga/moneter pemerintah sendiri.

2.2.4 Hubungan Inflasi terhadap Simpanan Mudharabah

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan

terus menerus. Sedangkan indikator harga yang paling sering digunakan

sebagai acuan oleh pelaku ekonomi dalam melakukan keputusan ekonominya

adalah Indeks Harga Konsumen memiliki pangsa yang kecil, Bank Syariah

masih dipengaruhi oleh Bank Umum konvensional. Apabila inflasi terjadi,

maka akan adanya ketidakpastian kondisi perekonomian suatu negara akan

mengakibatkan masyarakat lebih menggunakan dananya untuk konsumsi.

Tingginya harga dan pendapatan yang tetap membuat masyarakat tidak

mempunyai kelebihan dana untuk disimpan atau diinvestasikan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, inflasi adalah indikator untuk melihat

tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Perkembangan

inflasi pada perbankan syariah devisa yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

periode 2011-2012 selama 8 triwulan yang memiliki nilai rata-rata inflasi

terbesar di triwulan pertama pada periode 2011 dan memiliki nilai rata-rata

inflasi terendah di triwulan pertama pada periode 2012. Hal ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Tri Rhoni Utomo pada tahun 2013.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

33  

2.3 Suku Bunga

2.3.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan

prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah

(yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah

kepada bank (Kasmir, 2008: 135).

Tingkat bunga sangat berpengaruh bagi pemegang saham yang akan

menerbitkan sekuritas,ekuitas,atau hutang nya. Banyak yang menentukan naik

turunnya suku bunga. Bisa dari pendapatan nasional,jumlah uang beredar, atau

dari inflasi.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity

Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan

oleh preference dan supply of money.Liquidity preference adalah keinginan

memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,

berjaga-jaga dan motif spekulasi.

Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan

pada pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga

merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut

mengorbankan liquidity preferencenya (permintaan uang).

Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat

bunga. Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga

ini dapat diterangkan Keynes, diamengatakan bahwa masyarakat mempunyai

pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana

tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada suatu

keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik

(harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

34  

menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini, tindakan

yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan mendapatkan

uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik.

Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena

masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan

datang.

2.3.3 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah Keputusan

Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang

penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan intervensi rupiah. Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan

Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan

sistem diskonto.

Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai otoritas moneter dalam memelihara

kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer

(uang kartal dan uang giral) di Bank Indonesia yang berlebihan dapat

mengurangi kestabilan nilai rupiah. Sertifikasi Bank Indonesia (SBI)

diterbitkan dan dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

2.3.4 Karakteristik SBI

Karakteristik dari Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) yang dimuat dalam

leaflet Bank Indonesia, adalah sebagai berikut :

1. Jangka waktu maksimum 12 bulan.

2. Denominasi, dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan yang tertinggi

Rp. 100 milyar.

3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya

dengan kelipatan Rp. 50 juta.

4. Pembelian SBI didasarkan dengan nilai tunai yang diperoleh dengan rumus

sebagai berikut :

Nilai TunaiNilai Nominal x 360

360 Tingkat Diskonto x Jangka Waktu

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

35  

5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar di muka,

yang diperoleh dengan rumus berikut :

6. Pajak penghasilan atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.

2.3.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Tabungan Mudharabah

Suku bunga mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat

keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian.

Ia mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam

mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam

rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi

pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada

proyek baru atau perluasan kapasitas.

Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa tingkat suku bunga SBI tidak

terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap rata-rata tingkat bagi

hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Perkembangan tingkat suku

bunga SBI konstan dan akan terus mengalami kenaikan. Hal ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Cintia Indrawati (2012) dan Ana

Maryana (2010).

2.4 Nilai Tukar (Kurs)

2.4.1 Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar (kurs) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk dari kedua

negara untuk saling melakukan perdagangan. Terdapat dua jenis kurs, yaitu

kurs rill dan kurs nominal (Mankiw, 2006:128).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang adalah

harga dari mata uang dari suatu negara terhadap mata uang negara lain yang

dipergunakan dalam melakukan perdagangan antara kedua negara tersebut

Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

36  

dimana nilainya ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata

uang.

2.4.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar

Jenis-jenis Kurs terdapat macam-macam, sebagai berikut :

1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter

tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri

terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat

aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya

penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi

penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa

mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang

berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan

kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap ini, bank sentral melakukan

intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

2. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar

valuta.Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat

ekonomi moneter dan fiskal yang ada.Jadi dalam pasar valuta ini tidak

murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.

3. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)

Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan

bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistim nilai

tukar ini akan menyerahkan sleuruhnya kepada pasar untuk mencapai

kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi

dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

37  

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Nilai Tukar

Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar

mata uang antara 2 negara menurut Jason Van Bergen :

1. Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara

Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai

tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya

beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara

lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah

adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada

menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya

lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner

dagangnya.

2. Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara

Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat.Dengan

merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi

inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan

menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor

domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar.

Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral

menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan

suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang

negara tersebut.

3. Neraca perdagangan

Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual

beli barang dan jasa.Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila

negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya

dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner

dagang.Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

38  

negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara

tersebut terhadap negara partnernya melemah.Keadaan sebaliknya disebut

surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap

negara partner dagang.

4. Hutang publik (Public debt)

Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai

proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan.Jika anggaran

defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan

menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual

bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang

yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga

peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung

memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

5. Ratio harga ekspor dan harga impor

Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar

mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan

jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga

meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat

dari harga ekspor.

6. Kestabilan politik dan ekonomi

Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang

bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak

stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan

politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor,

yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara

tersebut.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

39  

2.4.4 Hubungan Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan dana pihak ketiga bank syariah termasuk didalamnya tabungan

mudharabah. Dana pihak ketiga perbankan syariah sensitif terhadap fluktuasi

nilai tukar rupiah. Dan kecenderungan meningkatnya dana pihak ketiga sejalan

dengan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.

Sebaliknya ketika menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar,

mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan 28 risiko

dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya

menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan. Dari

penelitian terdahulu, terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar

rupiah per dollar AS terhadap pertumbuhan harga saham properti secara

parsial. Tidak hanya berpengaruh pada harga saham, nilai tukar juga bisa

berpengaruh pada tabungan mudharabah .Hal ini diperkuat oleh penelitian

Endang Purnamasari (2012).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah 2.1.1

40