bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjuan bank umum syariah 2.1.1
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjuan Bank Umum Syariah
2.1.1 Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.Gagasan untuk
mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak
pertengahan tahun 1970-an. Bank syariah atau bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.Bank
syariah sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1992, yaitu dengan
beroperasinya Bank Muamalat Indonesia. Usaha perbankan berdasarkan
prinsip syariah ini mengalami pertumbuhan pesat sejak ditetapkannya Undang-
Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, serta Undang-Undang No.23
tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia merupakan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa
perbankan/keuangan yang sehat juga memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Pengertian prinsip syariah itu sendiri telah ditetapkan dalam Undang-
Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun
1992 tentang perbankan yaitu :
“ Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dan pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan antara barang yang disewakan pihak bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina).”
15
Dalam menjalankan perannya, bank syariah berlandaskan pada UU
Perbankan No.7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992
tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil yang kemudian dijabarkan dalam
S.E. BI No. 25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993, yang pada pokoknya
menetapkan hak-hak antara lain :
1. Bahwa bank berdasarkan bagi hasil adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat yang melakukan usaha semata-mata berdasarkan prinsip
bagi hasil.
2. Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah prinsip bagi hasil yang
berdasarkan syariah.
3. Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas
Syariah.
4. Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya semata-
mata berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan usaha
yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil. Sebaliknya, bank umum atau
bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan kepada
prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip bagi hasil.
Menurut Sudarsono (2003:22) pengertian Bank Syariah adalah :
“ Lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan
kredit atau jasa lain dalam lalu lintas permbayaran serta peredaran
uang, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinisip syariah.”
Sehingga bank syariah dapat disimpulkan sebagai bank yang kegiatan
usahanya didasari oleh prinsip-prinsip syariah.
16
2.1.2 Sumber Dana Bank Syariah
Sumber dana bank syariah dapat diperoleh dari empat sumber, yaitu
modal,titipan,investasi dan investasi khusus. Sumber dana bank syariah sama
dengan bank umum konvensional yaitu berasal dari masyarakat berupa
simpanan terdiri dari :
1. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah
2. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah
3. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaq atau Prinsip
Mudharabah muqqayadah yang risikonya ditanggung oleh bank
4. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaq atau Prinsip
Mudharabah muqqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank.
Dalam penghimpunan dana Bank Syariah terdapat 2 prinsip yaitu :
1. Prinsip Al-Wadiah
Al-wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau
meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan
dijaga. Dari aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip kehendaki. Teknis perbankan:
a. Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro.
b. Wadiah dhamamah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam wadiah
amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang
dititipi.
c. Sedangkan dalam hal wadiah dhamamah pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut.
d. Karena wadiah yang diterapkan dalam produk giro perbankan ini juga
disifati dengan yad dhamamah, maka implikasi hukumannya sama dengan
17
qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang, dan
bank bertindak sebagai yang dipinjami.
2. Prinsip Al- Mudharabah
Dalam mengapilikasikan mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak
sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
(pengelola).Dana tersebut digunakan bank untuk melakukan pembiayaan
mudharabah atau ijarah.Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagihasilkan
berdasarkan nisbah yang disepakati. Bila bank menggunakannya untuk
melakukan pembiayaan mudharabah, makan bank bertanggung jawab atas
kerugian yang terjadi.
2.1.3 Penyaluran Dana Bank Syariah
Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan berbagai metode, seperti
jual-beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman dan investasi khusus. Dalam
mencari keuntungan Bank Syariah memberikan jasanya dalam bentuk sistem
pembiayaan yaitu:
1. Prinsip Jual-Beli
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli
dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan
barang. Dalam pembiayaan bank syariah prinsip jual-beli terdiri dari :
a. Bai’ al-Murabahah
Murabahah adalah jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam
murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada
pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.
18
b. Bai’ As-Salam
As-Salam yaitu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih
berada) dalam tanggungan dengan pembayaran disegerakan.Salam
adalah transaksi jual-beli dimana barang yang diperjual-belikan belum
ada.Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dilakukan tunai.
c. Bai’ Al-Istishna
Bai’ Al-istishna merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-
salam.Biasanya, jenis ini dipergunakan di bidang manufaktur.Dengan
demikian, ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’
as-salam.Produk istishna menyerupai produk salamnamun dalam
istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
(termin) pembayaran.
2. Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.Ijarah berarti lease contract
dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah
lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan
peralatan kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya
yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).
3. Prinsip Bagi Hasil
Produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
terdiri dari al-musyarakah dan al-mudharabah , berikut pengertiannya :
a. Al-Musyarakah
Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Musyarakah
adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
19
danadengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyakarah
pemilikan dan musyarakah akad (kontrak).Musyarakah pemilikan
tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat
pemilikan atau aset oleh dua orang atau lebih.Sedangkan musyarakah
akad tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju
bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan
berbagi keuntungan dan kerugian.
b. Al-Mudharabah
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola,
si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
20
Gambar 2.1
Skema Al-Mudharabah
Perjanjian bagi hasil
Sumber : Heri Sudarsono, 2012.
Terdapat dua jenis Mudharabah yaitu :
a. Al-Mudharabah Mutlaqah
Yaitu salah satu jenis mudharabah dimana mudharib (bank) diberikan
hak yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh shahibul maal
(nasabah). Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak
ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Sehubungan dengan penggunaan uang nasabah oleh bank, maka kepada
nasabah penabung diberikan nisbah (bonus) atau bagi hasil atas
penggunaan tabungan tersebut. Besarnya nisbah atau uang bagi hasil
masing-masing bank tidak sama, tergantung kebijakan dari pihak bank
dalam memberikan besarnya nisbah tersebut.
Nasabah Bank
Proyek / Usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
21
b. Al-Mudharabah Muqayyadah
Yaitu suatu bentuk akad mudharabah dimana pemilik
dana/nasabah/shahibul maal memberikan batasan-batasan tertentu atas
pemanfaatan atau pengelolaan dananya. Bank/mudharib hanya bisa
mengelola dana tersebut dengan batasan-batasan yang ditetapkan oleh
pemilik dana/nasabah/shahibul maal , misalnya pembatasa waktu, jenis
usaha, tempat usaha, atau jenis pelayanan tertentu. Terdapat dua
macam investasi khusus yaitu Al-mudharabah Muqayyadah on Balance
Sheet dan Al-mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet. Al-
Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet merupakan simpanan
khusus (restricted investment) dimana pemilik dana dapat menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Sedangkan Al-
Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet merupakan penyaluran
danamudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank
bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha.
2.1.4 Implementasi Al-Mudharabah
Al-Mudharabah biasanya biasanya diterapkan pada produk-produk
pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi perhimpunan dana, al-mudharabah
diterapkan pada :
2.1.4.1 Tabungan Al-Mudharabah
Produk perbankan syariah yang termasuk produk perhimpunan dana adalah
tabungan. Berdasarkan Undang-Undang No.1/1998 tentang perubahan atas
Undang-Undang no.7/1992 tentang perbankan yang dimaksud dengan
tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat
yang dipersamakan dengan itu.
22
Dalam teknik perbankan, hasil pengelolaan modal pembiayaan
mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara, yaitu perhitungan dari
pendapatan proyek (revenue sharing) dan perhitungan dari keuntungsn proyek
(profit sharing). Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad,
pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal
menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpanan pihak
nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Bank
berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah.
Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah.Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional
telah mengeluarkan fatwa bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan
yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah.Perhitungan bagi hasil
tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang
dihitung disetiap akhir bulan dan awal buku bulan berikutnya.
Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai
berikut :
Hari Bagi Hasil x Saldo Rata-Rata Harian x Nisbah Bagi Hasil
Hari Kalender Bersangkutan
Sumber : Wiroso, 2005.
Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan tersebut, hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
a. Hasil Perhitungan bagi hasil dalam rangka satuan bulat, tanpa mengurangi
hak nasabah. Pembulatan ke atas untuk nasabah dan pembulatan ke bawah
untuk bank.
b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat.
23
2.1.4.2 Deposito Mudharabah
Berdasarkan Undang-Undang No.10/1998 yang dimaksud dengan deposito
berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank
yang bersangkutan.Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah
deposito yang dijalankan dengan prinsip syariah.Dalam hal ini Dewan
Pengawas Syariah Nasional yang berdasarkan prinsip mudharabah.
Basis perhitungan bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah adalah bagi
hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku.Namun tidak termasuk tanggal
pembukaan deposito yang bersangkutan dan tanggal jatuh temponya.
Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Hari Bagi Hasil x Nominal Deposito x Nisbah Bagi Hasil
Hari Kalender Bersangkutan
Sumber : Wiroso, 2005.
Perhitungan dan pembayaran bagi hasil untuk individu pemilik deposito
mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Dilakukan ulang setiap tanggal pembukuan deposito mudharabah.
2. Dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa Tabungan
dan Deposito mudharabah mempunyai beberapa ketentuan, yakni :
a. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlah tunai bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
24
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
Besaran bagi hasil antara nasabah dan pihak bank pun berbeda-beda.
Berikut adalah presentase bagi hasil yang akan didapatkan pihak nasabah dan
pihak bank :
Tabel 2.1
Presentase Bagi Hasil antara Nasabah dengan Pihak Bank
Jangka Waktu Nisbah (%)
1 Bulan 50 : 50
2 Bulan 50,5 : 49,5
3 Bulan 51 : 49
6 Bulan 52 : 48
12 Bulan 54 : 46
2.1.5 Akad Pelengkap
Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan
untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
akad ini. Berikut akad-akad pelengkapnya :
1. Al- Hiwalah
Al – hiwalah adalah memindahkan hutang dari tanggungan orang yang
berhutang (muhil) menjadi tanggungan orang yang berkewajiban
membayar hutang (muhal alaih).Dalam konsep hukum perdata, hiwalah
adalah serupa dengan lembaga pengambilalihan utang
25
(schuldoverneming),atau lembaga pelepasan utang atau penjualan utang
(debt sale), atau lembaga penggantian kreditor atau penggantian debitor.
2. Ar – Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis.Tujuan akad rahn adalah untuk memberi
jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan.
3. Al – Qardh
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.
4. Al – Wakalah
Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama
kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan.
5. Al – Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung
jawab orang lain sebagai jaminan.
2.1.6 Jasa Perbankan
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada
nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa
perbankan tersebut antara lain berupa :
26
1. Al – Sharf
Sharf adalah penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau
transaksi jual-beli.Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta dengan
valuta lainnya.
2. Al – Ijarah (sewa)
Ijarah adalah akad yang dilakukan antara bank dan nasabah dimana pihak
bank menyewakan barang, sedangkan pemeliharaan atas barang yang
disewa dilakukan berdasarkan kesepakatan.
2.1.7 Prinsip Operasional Bank Syariah
Dalam operasional bank syariah menganut prinsip – prinsip yang berlaku
sebagai berikut :
1. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara Bank dan
Nasabah.
2. Prinsip Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah
pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat
dengan mitra usaha. Hal tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan
keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana maupun Bank.
3. Prinsip Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan,
nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen
bank.
27
4. Universitalitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku,
agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam
sebagai rahmatan lil’alamin.
2.1.8 Dewan Pengawas Syariah
Unsur yang membedakan bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengawasi
operasionalisasi bank dan produk-produk agar sesuai dengan ketentuan
syariah.Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang
ditempatkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank.Anggota DPS
harus terdiri dari pakar-pakar dibidang syariah muamalah yang juga memiliki
pengetahuan umum di bidang perbankan.
Adapun fungsi Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah sebagai berikut :
1. Mengawasi jalannya operasionalisasi bank sehari-hari, agar sesuai dengan
ketentuan syariah.
2. Membuat pernyataan secara berkala bahwa bank yang diawasinya telah
berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
3. Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang
diawasinya.
Bank yang akan membentuk DPS dalam rangka perubahan kegiatan usaha
atau membuka kantor cabang syariah untuk pertama kali dapat menyampaikan
permohonan penempatan anggota DPS kepada DSN, Majelis Ulama Indonesia.
2.1.9 Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah bagian dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai
syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan
pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana.Anggota DSN
terdiri dari para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait
28
dengan perekonomian syariah muamalah.Anggota DSN ditunjuk dan diangkat
oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.
Fungsi Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah sebagai berikut :
1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan
syariah.
2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh
lembaga keuangan syariah.
3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai
Dewan Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah.
4. Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika lembaga yang
bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.
Kantor-kantor cabang syariah dari bank umum konvensional pada dasarnya
merupakan unit yang mempunyai karakteristik kegiatan usaha yang berbeda,
serta mempunyai pencatatan pembukuan yang terpisah dari kantor-kantor
konvensionalnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu unit kerja khusus yang
disebut dengan Unit Usaha Syariah (UUS) yang berfungsi sebagai kantor
induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada di kantor pusat
bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu tingkat di
bawah direksi.
2.2 Inflasi
2.2.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata – rata, dan harga adalah
tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa
(Mankiw, 2006:75).
Menurut Bank Indonesia (2011) inflasi merupakan kecenderungan harga-
harga barang dan jasa termasuk faktor-faktor produksi, diukur dengan satuan
mata uang, yang semakin menaik secara umum dan terus-menerus.Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
29
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
2.2.2 Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi menurut tingkat keparahan atau laju Inflasi:
1. Inflasi ringan (creeping inflation)
Adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10 % setahun, sehingga inflasi ini
tidak begitu dirasakan.Inflasi ini sering disebut juga inflasi yang merayap,
dan tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional.Seperti pada
tahun 2004 lalu di Indonesia laju inflasi di bawah 10 %, sehingga
perekonomian Indonesia pada posisi yang stabil.
2. Inflasi sedang
Adalah inflasi yang lajunya antara 10%-30% setahun. Pada tingkatan ini
mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu signifikan,
dan jika tidak segera diatasi akan menjadi inflasi berat.
3. Inflasi berat
Inflasi yang lajunya berada pada batas antara 30%-100% setahun. Pada
tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan
sulit dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi berat pada tahun
1998. Pada waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.
4. Hiperinflasi
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena dapat terjadi secara besar-besaran
dan jika diukur berada di atas 100% setahun. Di Indonesia pada tahun 1966
pernah mengalami inflasi sebesar 600%, hal ini disebab-kan pencetakan
uang baru secara besar-besaran untuk menutup defisit anggaran pada waktu
itu.
30
Inflasi berdasarkan penyebabnya sebagai berikut :
1. Inflasi permintaan (demand inflation)
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam
barang terlalu kuat.
2. Inflasi penawaran (cost inflation)
Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi atau berkurangnya
penawaran agregatif.
Sedangkan inflasi berdasarkan asalnya sebagai berikut :
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang disebabkan adanya peristiwa ekonomi dalam negeri, misalnya
terjadi defisit anggaran belanja negara yang secara terus-menerus, kemudian
pemerintah memerintahkan Bank Indonesia untuk mencetak uang baru
dalam jumlah besar.Atau misalnya karena panen yang gagal secara
menyeluruh.
2. Inflasi yang berasal luar negeri (imported inflation)
Yaitu penularan melalui harga barang impor. Inflasi ini umumnya terjadi di
negara berkembang yang mana sebagaian besar bahan baku dan peralatan
dalam unit produksinya berasal dari luar negeri. Misalnya di Jepang terjadi
inflasi, sedangkan bahan-bahan untuk keperluan industri perakitan mobil,
elektronik, foto, tekstil, farmasi dan lain-lain Indonesia mengimpor dari
Jepang.
2.2.3 Teori Inflasi
Secara garis besar 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing
menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu :
1. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari :
a. Jumlah uang yang beredar
31
b. Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga
(expectationI)
Inti dari teori ini adalah :
a. Inflasi hanya bisa terjadi bila ada penambahan volume uang yang beredar
(berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral).
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan
oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di
masa mendatang.
2. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar
batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah
proses perebutan bagia rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana
permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (timbulnya inflationary gap).
3. Teori Strukturalis
Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara
Amerika Latin.Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari
strukur perekonomian yang sedang berkembang.Karena inflasi dikaitkan
dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya
bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini
disebut juga teori inflasi jangka panjang.
Kesimpulan dari teori strukturalis yaitu :
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negara-negara
yang sedang berkembang.
2. Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan
menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi
32
tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar
juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan
berhenti dengan sendirinya (juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).
Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab yang
paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural. Sering
dijumpai bahwa ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan
harga/moneter pemerintah sendiri.
2.2.4 Hubungan Inflasi terhadap Simpanan Mudharabah
Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan
terus menerus. Sedangkan indikator harga yang paling sering digunakan
sebagai acuan oleh pelaku ekonomi dalam melakukan keputusan ekonominya
adalah Indeks Harga Konsumen memiliki pangsa yang kecil, Bank Syariah
masih dipengaruhi oleh Bank Umum konvensional. Apabila inflasi terjadi,
maka akan adanya ketidakpastian kondisi perekonomian suatu negara akan
mengakibatkan masyarakat lebih menggunakan dananya untuk konsumsi.
Tingginya harga dan pendapatan yang tetap membuat masyarakat tidak
mempunyai kelebihan dana untuk disimpan atau diinvestasikan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Perkembangan
inflasi pada perbankan syariah devisa yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2012 selama 8 triwulan yang memiliki nilai rata-rata inflasi
terbesar di triwulan pertama pada periode 2011 dan memiliki nilai rata-rata
inflasi terendah di triwulan pertama pada periode 2012. Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Tri Rhoni Utomo pada tahun 2013.
33
2.3 Suku Bunga
2.3.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah
(yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (Kasmir, 2008: 135).
Tingkat bunga sangat berpengaruh bagi pemegang saham yang akan
menerbitkan sekuritas,ekuitas,atau hutang nya. Banyak yang menentukan naik
turunnya suku bunga. Bisa dari pendapatan nasional,jumlah uang beredar, atau
dari inflasi.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan “Liqudity
Preference Theory of Interest”. Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan
oleh preference dan supply of money.Liquidity preference adalah keinginan
memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,
berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan
pada pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga
merupakan balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut
mengorbankan liquidity preferencenya (permintaan uang).
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat
bunga. Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga
ini dapat diterangkan Keynes, diamengatakan bahwa masyarakat mempunyai
pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana
tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada suatu
keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik
(harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan
34
menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini, tindakan
yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan mendapatkan
uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku bunga naik.
Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang karena
masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan
datang.
2.3.3 Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang
penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan intervensi rupiah. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan
Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan
sistem diskonto.
Tujuan penerbitan SBI adalah sebagai otoritas moneter dalam memelihara
kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer
(uang kartal dan uang giral) di Bank Indonesia yang berlebihan dapat
mengurangi kestabilan nilai rupiah. Sertifikasi Bank Indonesia (SBI)
diterbitkan dan dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
2.3.4 Karakteristik SBI
Karakteristik dari Sertifikasi Bank Indonesia (SBI) yang dimuat dalam
leaflet Bank Indonesia, adalah sebagai berikut :
1. Jangka waktu maksimum 12 bulan.
2. Denominasi, dari yang terendah Rp. 50 juta sampai dengan yang tertinggi
Rp. 100 milyar.
3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp. 50 juta.
4. Pembelian SBI didasarkan dengan nilai tunai yang diperoleh dengan rumus
sebagai berikut :
Nilai TunaiNilai Nominal x 360
360 Tingkat Diskonto x Jangka Waktu
35
5. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa nilai diskonto yang dibayar di muka,
yang diperoleh dengan rumus berikut :
6. Pajak penghasilan atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15%.
2.3.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Tabungan Mudharabah
Suku bunga mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat
keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian.
Ia mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam
mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam
rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi
pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada
proyek baru atau perluasan kapasitas.
Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa tingkat suku bunga SBI tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap rata-rata tingkat bagi
hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Perkembangan tingkat suku
bunga SBI konstan dan akan terus mengalami kenaikan. Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Cintia Indrawati (2012) dan Ana
Maryana (2010).
2.4 Nilai Tukar (Kurs)
2.4.1 Pengertian Nilai Tukar
Nilai tukar (kurs) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk dari kedua
negara untuk saling melakukan perdagangan. Terdapat dua jenis kurs, yaitu
kurs rill dan kurs nominal (Mankiw, 2006:128).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang adalah
harga dari mata uang dari suatu negara terhadap mata uang negara lain yang
dipergunakan dalam melakukan perdagangan antara kedua negara tersebut
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai
36
dimana nilainya ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata
uang.
2.4.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar
Jenis-jenis Kurs terdapat macam-macam, sebagai berikut :
1. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter
tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri
terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat
aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya
penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi
penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa
mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang
berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan
kembali ke kurs tetap nya. Dalam kur tetap ini, bank sentral melakukan
intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.
2. Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar
valuta.Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat
ekonomi moneter dan fiskal yang ada.Jadi dalam pasar valuta ini tidak
murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.
3. Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan
bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistim nilai
tukar ini akan menyerahkan sleuruhnya kepada pasar untuk mencapai
kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi
dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah.
37
2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Nilai Tukar
Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar
mata uang antara 2 negara menurut Jason Van Bergen :
1. Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai
tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya
beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara
lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah
adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada
menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya
lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner
dagangnya.
2. Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat.Dengan
merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi
inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan
menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor
domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar.
Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral
menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan
suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang
negara tersebut.
3. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual
beli barang dan jasa.Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila
negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya
dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner
dagang.Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang
38
negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara
tersebut terhadap negara partnernya melemah.Keadaan sebaliknya disebut
surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap
negara partner dagang.
4. Hutang publik (Public debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai
proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan.Jika anggaran
defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan
menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual
bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang
yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga
peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung
memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Ratio harga ekspor dan harga impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar
mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan
jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga
meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat
dari harga ekspor.
6. Kestabilan politik dan ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang
bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak
stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan
politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor,
yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara
tersebut.
39
2.4.4 Hubungan Nilai Tukar terhadap Tabungan Mudharabah
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diduga mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dana pihak ketiga bank syariah termasuk didalamnya tabungan
mudharabah. Dana pihak ketiga perbankan syariah sensitif terhadap fluktuasi
nilai tukar rupiah. Dan kecenderungan meningkatnya dana pihak ketiga sejalan
dengan kecenderungan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Sebaliknya ketika menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar,
mencerminkan stabilitas perekonomian yang semakin menurun akan 28 risiko
dalam menjalankan usahanya, sehingga para investor yang sebelumnya
menanamkan modalnya ke pasar uang beralih ke dunia perbankan. Dari
penelitian terdahulu, terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar
rupiah per dollar AS terhadap pertumbuhan harga saham properti secara
parsial. Tidak hanya berpengaruh pada harga saham, nilai tukar juga bisa
berpengaruh pada tabungan mudharabah .Hal ini diperkuat oleh penelitian
Endang Purnamasari (2012).
40