bab ii landasan teori 2.1. penilaian kinerja 2.1.1 ... - bsi
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penilaian Kinerja
2.1.1. Pengertian Penilaian Kinerja
Menurut Mondy (2008:257) mengemukakan bahwa “Penilaian kinerja
(performance appraisal) adalah sistem formal untuk menilai dan mengevaluasi
kinerja tugas individu dan tim”.
Menurut Marwansyah (2012:228) mengemukakan bahwa “Penilain kinerja
(performance appraisal) adalah sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan
mengevaluasi kinerja seseorang atau kelompok.”
Menurut Mangkuprawira (2011:231) mengemukakan bahwa “Penilaian
kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja
pekerjaan seseorang”.
Menurut Riani (2013:55) mengemukakan bahwa “Penilaian kinerja dilakukan
terhadap seseorang atau per kelompok atau divisi usaha dalam dengan maksud untuk
mencapai terget kinerja perusahaan secara persama-sama”.
Menurut Widodo (2015:131) mengemukakan bahwa “Penilaian kinerja
(performance appraisal) adalah suatu evaluasi terhadap tingkat kinerja seseorang”.
Menurut Kasmir (2016:184) mengemukakan bahwa “Penilaian kinerja
merupakan suatu sistem yang dilakukan secara periodik untuk meninjau dan
mengevaluasi kinerja individu”.
8
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian penilaian kinerja maka
dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah proses dimana seseorang dinilai
baik perusahaan maupun organisasi untuk mencapai target.
2.1.2. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Mangkuprawira (2011:232) mengemukakan bahwa penilaian
karyawan memiliki manfaat yang ditinjau dari beragam perspektif pengembangan
perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut.
a. Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermanfat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personal
dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan siapa yang
seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk upah dan bonus
yang didasarkan pada sistem merit.
c. Keputusan Penempatan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan, biasanya didasarkan pada kinerja masa
lalu dan antisipatif.
d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melalukan pelatihan
kembali. Setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan diri.
9
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Unpam balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karier
spesifik karyawan
f. Defisiensi Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam
prosedur penempatan staf di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal. Al
demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan menyewa
karyawan, pelatihan, dan keputusan konseling.
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebagai sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang
keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan tersebut.
i. Kesempatan Kerja yang Sama
Penilaian kinerja yang akurat yang secara aktual menghitung kaitannya dengan
kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah sesuatu
yang bersifat diskriminasi.
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan pekerjaan,
seperti keluarga, finansial, kesehatan, atau masalah-masalah lainnya. Jika masalah-
masalah tersebut tidak diatasi melalui penilaian, departemen SDM mungkin
mampu menyediakan bantuannya.
10
k. Umpan Balik pada SDM
Kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana
baiknya fungsi departemen SDM diterapkan.
2.1.3. Metode Penilaian Kinerja
Menurut Mangkuprawita (2011:238) mengemukakan bahwa “Metode atau
teknik penilaian kinerja karyawan dapat digunakan dengan pendekatan yang
berorientasi masa lalu dan masa depan. Dalam praktiknya tidak ada satupun teknik
yang paling sempurna. Pasti ada saja keunggulan dan kelemahannya. Yang jauh lebih
penting adalah bagaimana meminimumkan masalah-masalah yang mungkin didapat
pada setiap teknik yang digunakan.
1. Metode Berorientasi Masa Lalu
Pendekatan-pendekatan berorientasi masa lalu memiliki kekuatan dalam hal
kinerja yang telah terjadi dan untuk beberapa hal mudah untuk diukur. Kelemahan
yang jelas dari teknik ini adalah kinerja tidak dapat diubah. Akan tetapi, manakala
kinerja masa lalu dievaluasi, para karyawan memperoleh umpak balik yang
diperbarui ke kinerja yang lebih baik. Berikut ini adalah uraian teknik-teknik
penilaian jenis ini.
a. Skala Penilaian
Penilaian kinerja ini sarat dengan evaluasi subjektit atas kinerja individual
dengan skala dari terendah sampai tertinggi. Penilaian banyak didasarkan pada
opini penilai, dan di banyak kasus kriteria tidak langsung terkait pada kinerja
pekerjaan.
11
b. Daftar Periksa
Metode daftar periksa mensyaratkan penilaian untuk menyeleksi kata-kata atau
pernyataan yang menggambarkan kinerja dan karakteristik karyawan. Metode
ini dibuat sedemikian rupa dengan dengan memberikan bobot tertentu pada
setiap hal (item) yang terkait dengan derajat kepentingan dari item tersebut.
Misalnya, yang menyangkut aspek-aspek kerajinan bekerja, memelihara alat-
alat kantor dengan baik, kerja sama yang kooperatif, karyawan memiliki
rencana kerja sampai derajat perhatian petunjuk yang diberikan atasan untuk
kaitannya dengan pelaksanaan di lapangan, dan sebagainya.
c. Metode Pilihan yang Dibuat
Metode pilihan yang dibuat mensyaratkan penilai untuk memilih pernyataan
paling umum dalam setiap pasangan pernyataan tentang karyawan yang dinilai.
Sering kedua pasangan penyataan itu mengandung unsur-unsur positif dan
negatif. Spesialis SDM biasanya memberi kode pada setiap item pada formulir
ke dalam kategori yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti kemampuan
belajar, dan hubungan antarpersonal. Kemudian keefektifan dapat dihitung
untuk tiap kategori dengan menambahkan jumlah waktu yang diisi oleh para
penilai. Hasilnya kemudian menunjukkan aspek-aspek apa saja yang
membutuhkan perbaikan lebih jauh. Di sini penyelia sebagai penilai, sementara
para bawahan atau kelompok karyawan tertentu menyediakan evaluasinya.
d. Metode Kejadian Kritis
Metode ini mensyaratkan penilai untuk mencatat pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan perilaku bagus dan buruk yang tertaik dengan kinerja
12
pekerjaan. Biasanya pernyataan tentang kejadian kritis tersebut dicatat oleh
para penyelia selama periode evaluasi untuk setiap bawahan. Kejadian yang
dicatat termasuk penjelasan singkat tentang apa yang telah dan kapan itu
terjadi. Misalnya, kejadian yang baik meliputi berhasil dalam memadamkan
kebakaran kecil, membantu kawan kerja yang mengalami kecelakaan,
membereskan arsip yang tidak teratur, dan sebagainya.
e. Metode Catatan Prestasi
Sangat dekat dengan metode kejadian kritis adalah metode pencatatan prestasi
yang digunakan utamanya oleh kalangan profesional. Bentuk catatan berbagai
prestasi meliputi aspek-aspek publikasi, pidato, peran kepemimpinan, dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan pekerjaan profesional.
2. Penilaian Berorientasi Masa Depan
Penilaian berorientasi masa depan berfokus pada kinerja masa depan dengan
mengevaluasi potensi karyawan atau merumuskan tujuan kinerja masa depan.
Dalam praktiknya, banyak pendekatan berorientasi masa lalu, meliputi sebuah
bagian bagi penyelia dan karyawan untuk mencatat rencana masa depannya. Ada
empat pendekatan yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja masa depan,
yaitu sebagai berikut.
a. Penilai Diri
Apa yang dilakukan para karyawan untuk mengevaluasi diri dapat menjadi
teknik evaluasi yang bermanfaat, jika tujuan dari penilaian adalah untuk
mengembangkan diri lebih jauh. Manakala penilaian diri digunakan untuk
menentukan hal-hal apa saja yang dibutuhkan untuk perbaikan, mereka dapat
13
membantu para pengguna merumuskan tujuan personal untuk masa depan.
Risikonya adalah karyawan akan menjadi amat toleran atau amat kritisterhadap
kinerjanya. Jika penilaian diri digunakan di antara pekerja beragam dan bahkan
berskala internasional, spesialis SDM haruslah sadar tentang perbedaan budaya
yang dapat mengarahkan pada evaluasi yang di atas atau di bawah kinerja
sebenarnya dan rencana masa depan. Dengan jelas, penilaian kinerja dapat
digunakan dengan pendekatan evaluasi apa pun, baik pendekatan berorientasi
masa lalu atau masa depan. Dimensi penting dari penilaian diri adalah
keterlibatan karyawan dalam komitmen proses perbaikan kinerja.
b. Pengelolaan Berdasarkan Tujuan
Inti pokok dari pendekatan pengelolaan berdasarkan tujuan, meliputi tujuan-
tujuan yang secara objektif dapat diukur dan bersana-sama diakui oleh
karyawan dan manajer. Karena karyawan memperoleh hak untuk terlibat
dalam merumuskan tujuannya, harapannya adalah bahwa para karyawan akan
dimotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Lebih dari itu, karena
mereka dapat mengukur kemajuan mereka, para karyawan dapat menilai
perilaku mereka untuk menjamin tercapainya tujuan. Akan tetapi, untuk
menilai upaya mereka, para karyawan harus menerima umpan balik kinerja
menurut waktu.
c. Penilaian Psikologis
Beberapa perusahaan memperkerjakan ahli psikologi industri, baik sebagai
pekerja penih atau paruh waktu (menurut kebutuhan). Apabila psikolog
digunakan untuk evaluasi, mereka menilai potensi individu masa depan, dan
14
buka kinerja individu masa lalu. Penilaian biasanya mengandung wawancara
mendalam, tes psikologi, diskusi dengan penyelia, dan telah ulang dari
evaluasi yang lainnya. Psikolog kemudian menulis hasil laporan tentang
kemampuan intelektual karyawan, emosi, motivasi, dan karakteristik lain yang
terkait dengan pekerjaan yang termasuk potensi individu dan dapat
memperkirakan kinerja masa depan. Estimasi oleh psikolog dapat berhubungan
dengan pekerjaan spesifik yang terbuka untuk seseorang yang
dipertimbangankan atau mungkin penilaian global dari potensi masa depan
seseorang. Dari evaluasi ini, keputusan penempatan dan pengembangan dapat
dibuat untuk membentuk karier seseorang.
d. Pusat-pusat Penilaian
Pusat pusat penilaian merupakan metode lain untuk menilai potensi masa
depan, tetapi tidak menyadarkan diri hanya pada seseorang psikolog. Pusat-
pusat penilaian adalah bentuk penilaian terhadap karyawan yang standar, yang
mengandalkan pada beragam tipe evaluasi dan penilai yang ganda. Tipe ini
biasanya digunakan untuk para manajer tampil dengan potensi untuk
melakukan pekerjaan yang lebih bertanggung jawab. Sering para anggota
dalam kelompok pertama bertemu di hotel atau fasilitas pelatihan. Selama
mereka tinggal, mereka secara individu dievaluasi.
15
2.1.5. Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Yani (2012:119) suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja
didasarkan pada data alasan pokok, yaitu :
1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa
lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan
datang.
2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu keryawan
memperbaiki kinerja, merencakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan karier
dan memperkuat hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan
karyawannya.
Berdasarkan uruaian di atas, tujuan penelitian kinerja karyawan pada dasarnya
meliputi :
1. Untuk mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini.
2. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya kenaikan gaji, gaji pokok, kenaikan gaji
istimewa, insentif uang.
3. Mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.
4. Untuk pembeda antar karyawan satu dengan yang lain.
5. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam:
a. Penugasan kembali, seperti mutasi atau transfer, rotasi pekerjaan.
b. Promosi, kenaikan jabatan.
c. Training dan latihan.
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Meningkatkan etos kerja.
16
2.2.Manajemen Kinerja
2.2.1. Pengertian Manajemen Kinerja
Menurut Sedarmayanti (2007:261) mengemukakan bahwa “Manajemen
kinerja adalah proses menyeluruh untuk mengamati kinerja karyawan, dalam
hubungannya dengan persyaratan jabatan, jangka waktu tertentu”.
Menurut Mondy (2008:256) mengemukakan bahwa “Manajemen kinerja
(performance management) adalah proses berorintasi tujuan yang diarahkan untuk
memastikan bahwa proses-proses keorganisasian ada pada tempatnya untuk
memaksimalkan produktivitas para karyawan, tim, dan akhirnya, organisasi”.
Menurut Marwansyah (2012:229) mengemukakan bahwa “Manajemen kinerja adalah proses menyeluruh untuk mengamati kinerja seseorang karyawan – dalam hubungannya dengan persyaratan jabatan – selama jangka waktu tertentu (yakni, menjelaskan apa yang diharapkan dari karyawan, menetapkan tujuan, memberikan bimbingan langsung tentang bagaimana melakukan pekerjaan, menyimpan dan mengakses informasi tentang kinerja) dan kemudian membuat penilaian tentang kinerja itu”.
Menurut Riani (2013: 63) mengemukakan bahwa “Manajemen kinerja adalah
proses yang mengkonsolidasi penetapan tujuan, penilaian kinerja, dan pengembangan
sistem tunggal yang bertujuan untuk memastikan bahwa kinerja pegawai mendukung
dan sesuai dengan tujuan stragetis perusahaan”.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai manajemen kinerja maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen kinerja adalah aktivitas untuk memastikan bahwa
sasaran organisasi telah dicapai secara konsisten dalam cara-cara yang efektif dan
efisien.
17
2.3. Guru
2.3.1 Pengertian Guru
Menurut Asmani (2011:17) mengemukakan bahwa “Guru adalah figur
inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya”.
Menurut Naim (2011:1) mengemukakan bahwa “Guru adalah sosok yang rela
mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan mendidik siswa”.
Menurut Aqib (2009:2) mengemukakan bahwa “Guru adalah pemimpin utama
yang menjadi tulang punggung atau kekuatan yang menjadi andalan dalam
mengemban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya”.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai guru maka dapat disimpulkan
bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan orang tua kedua disekolah”.
2.3.2. Fungsi dan Tugas Guru
Menurut Asmani (2011:39) selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan
yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru antara lain :
1. Educator (pendidik)
Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran
yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama.
Membaca, menulis berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap
masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.
18
2. Leader (pemimpin)
Guru juga sebagai pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai,
mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran
yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis,
egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan.
Seorang guru suka mengedepankan musyawarah dengan murid-muridnya untuk
mencapai kesepakatan bersama yang dihargai semua pihak. Ia juga harus suka
mendengar aspirasi murid-muridnya mengenai pembelajaran yang disampaikan,
walau itu berupa kritik pedas sekalipun.
3. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan
persoalan mudah, ia membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus
menerus, dan evaluasi rutin.
4. Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat
dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup
keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat
tantangannya. Tidak ada kata menyerah sampai titik darah penghabisan. Allah
selalu menyayangi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya dan
berjanji memberikan jalan kesuksesan. Allah tidak akan mengubah seseorang
sebelum orang itu berusaha keras mengubah nasibnya sendiri.
19
5. Administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai
melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan,
surat instruksi kepala sekolah, dan lain-lain. Urusan yang ada dilingkup
pendidikan formal biasanya memakai prosedur administrasi yang rapi dan tertib.
Dalam mengajar, guru harus mengabsen terlebih dahulu, mengisi jurnal kelas
dengan lengkap, mulai dari nama, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan
tanda tangan. Ia juga harus membuat laporan berkala sesuai dengan sistem
administrasi sekolah.
6. Evaluator
Sebaik apa pun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi
dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi
ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses
pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau orang lain,
misalkan kepala sekolah, guru yang lain, dan murid-muridnya.
2.3.2. Tanggung Jawab Guru
Menurut Asmani (2011:55) dalam melakukan fungsi dan tugasnya mulianya
di atas, seorang guru harus melandasinya dengan tanggung jawab yang besar dalam
dirinya, tanggung jawab yang didasari oleh kebutuhan finansial belaka, tapi tanggung
jawab peradaban yang besar bagi kemajuan negeri tercinta, Indonesia. Ia juga harus
sadar bahwa kesuksesannya menjadi harga mati bagi bagi lahirnya kader-kader
20
bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, ia all out harus menekuni profesinya
dengan penuh kesungguhan dan kerja keras.
Ia harus mengembangkan ilmunya terus menerus untuk memberikan yang terbaik
kepada murid-muridnya, agar semangatnya mereka terbakar untuk menjadi aktor
pengubah sejarah bangsa. Tanggung jawab lahir batin ini harus muncul dari dari
kesadaran atas sucinya mengebankan amanah agama, masyarakat, bangsa.
Keberhasilannya ditunggu jutaan rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan ke
arah yang lebih cerah di masa depan.