bab ii landasan teorieprints.unisnu.ac.id/1553/3/bab ii.pdf · stevenson (1989 ) antropometri...
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perancangan Produk
Perancangan produk merupakan kegiatan untuk membuat suatu barang
atau produk yang baru. Perancangan produk terdiri dari serangkaian kegiatan yang
berurutan dan saling terkait dan perancangan adalah hal yang penting dilakukan
sebelum mwlakukan proses produksi. Dalam aktivitas perancangan dimulai dari
akhir dan berakhir diawal, artinya fokus dari semua aktivitas perancangan adalah
suatu deskripsi produk (Rosnani Ginting:2013).
2.2 Kursi Boncengan Anak
Kursi merupakan salah satu fasilitas yang digunakan untuk duduk. Seiring
dengan perkembangan zaman kursi tidak hanya diciptakan bagi orang dewasa
tetapi kursi juga untuk kursi anak. Kursi anak dapat berkembang lagi menjadi
kursi boncengan anak untuk kendaraan para orang tua.
Manfaat dari kursi bonceng anak sendiri adalah memudahkan para orang tua
untuk mengajak anak mereka berkendara agar orang tua tidak perlu lagi
menggendong anak mereka. Kursi bonceng anak yang beredar dipasaran memiliki
dua bentuk berdasarkan bahan yang digunakan diantaranya :
a. Kursi bonceng anak berbahan dari stanliess
b. Kursi bonceng anak berbahan dari rotan
Jenis kursi bonceng berdasarkan bahan yang digunakan seperti gambar 2.1
berikut:
6
Gambar 2.1 Jenis-jenis Kursi Bonceng Anak
Sumber: Data Primer yang Diperoleh (2017)
2.3 Quality Function Deployment
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara untuk
meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen
kemudian menghubungkanya dengan ketentuan teknis untuk menghasilan suatu
barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan
(Rosnani Ginting, 2013). Aplikasi QFD difokuskan pada desain produk,
produktivitas dan evaluasi terhadap suatu produk.Suatu organisasi yang
mengimplementasikan QFD dapat memberikan informasi mengenai produktivitas
dan kualitas produk, mengurangi biaya, dan mengurangi waktu pengembangan
produk
2.3.1 Tujuan Quality Function Deployment (QFD)
Tujuan QFD adalah memenuhi keinginan konsumen dengan cara
merancang produk baru agar dapat berkompetisi dan bersaing dengan produk dari
kompetitor. QFD berguna untuk memastikan bahwa suatu perusahaan. QFD.
7
berguna untuk memastikan bahwa suatu perusahaan memperhatikan
kebutuhan
konsumen sebelum membuat perancangan produk baru.
2.3.2 Manfaat Quality Function Deployment (QFD)
Adapun manfaat dari QFD sebagai berikut:
1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan.
2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain.
3. Menganalisis kinerja produk.
4. Menurangi banyaknya perubahaan desain setelah dikeluarkan dengan
memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan.
5. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan
menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan.
2.3.3 Focus Group Discussion
Pendekatan focus group discussion memungkinkan seorang peneliti
menggali kebutuhan dasar konsumen secara kelompok diskusi sehingga dapat
diketahui motif, kecenderungan pikiran dan emosi responden dari sekelompok
orang yang telah ditentukan.
2.3.4 Teknik Sampling
Untuk tahap pebgumpulan data suatu penelitian, diperlukan proses sampling
terhadap data yang dibutuhkan. Terdapat dua metode teknik sampling yang
umumnya digunakan dalam penelitian yaitu metode non probabilistik dan
probabilistik.
8
1. metode prbabilistik.
a. Judgement sampling
Untuk pengambilan sampel dengan cara ini diperlukan tenaga ahli yang akan
menentukan anggota populasi yang akan menjadi anggota sampel.
b. Quota Sampling
Sampel yang diambil dalam teknik ini adalah sekelompok anggota populasi
yang mempunyai karakteristik yang sama.
c. Systematic Sampling
Systematic Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anngota populasi yang telah dberi nomor urut.
2. Metode Non Probanilistik
a. Simple Random Sampling
Sampel yang diambil secara acak, yaitu setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara yang
umum digunakan adalah dengan menggunakan tabel acak, atau dapat juga
digunakan cara undian.
2.3.5 Voice of Customer (VOC)
Voice of Customer (VOC) merupakan istilah yang digunakan untuk
melambangkan proses mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan atau
diharapkan oleh konsumen mengenai suatu produk. VOC biasanya digunakan
ketika akan membuat produk baru. Beberapa manfaat dari VOC antara lain:
1. Dapat menciptakan produk yang sesuai (atau melebihi) dengan harapan,
kebutuhan dan permintaan pasar.
9
2. Mendapatkan “arah” untuk melakukan pengembangan produk.
3. Mengurangi resiko produk gagal karena tidak sesuai dengan permintaan pasar.
4. Mendapatkan detail permintaan konsumen.
5. Sebagai “softmarketing” bagi produk yang akan dibuat.
Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan “suara
pelanggan” adalah dengan cara:
1. Wawancara dilakukan oleh interviewer terhadap pelanggan mengenai
kebutuhan pelanggan terhadap suatu produk
2. Focus Group Discussion Interviewer memfasilitasi diskusi kelompok
pelanggan, interviewer kemudian akan mengamati dan merekan jalannya
diskusi kelompok tersebut.
3. Observasi produk pada saat digunakan. Dilakukan dengan mengamati
pelanggan ketika menggunakan produk atau ketika melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan.
3.3.1 Pengumpulan dan Penentuan Kebutuhan Pelanggan
Tahapan penggunaan QFD menurut Marimin (2004), sebagai berikut:
1. Mendengarkan suara konsumen dengan menentukan harapan pelanggan, yang
dilakukan dengan cara:
a. . Penentuan konsumen ahli yang akan dilibatkan dalam identifikasi dan
rating harapan pelanggan.
b. Wawancara dengan konsumen ahli, hasil wawancara berupa atribut
kualitas, kemudian dilakukan pembobotan menggunakan perbandingan
berpasangan. Hasilnya berupa bobot dikonversikan ke ranking.
10
2. Membuat matriks proses yang ada dalam perusahaan.
3. Menentukan hubungan keterkaitan antara atribut dengan karakteristik proses
dengan nilai yang telah ditetapkan.
4. Menentukan kepuasan konsumen dan juga perbandingan kinerja perusahaan.
Untuk kepuasan konsumen dengan perhitungan (Husein Umar, 2005)
:
(N1x1)+(N2x2)+(N3x3)+(N4x4)+(N5x5)
(Jumlah responden)
N1 = Jumlah responden dengan jawaban “sangat tidak memuaskan”
N2 = Jumlah responden dengan jawaban “tidak memuaskan”
N3 = Jumlah responden dengan jawaban “cukup”
N4 = Jumlah responden dengan jawaban “memuaskan”
N5 = Jumlah responden dengan jawaban “sangat memuaskan”
2.3.6 Voice of Engineering (VOE)
Voice of Engineering (VOE) memuat karakteristik teknis (Technical
Reqruitment), yang merupakan gambaran produk atau jasa yang direncanakan
untuk dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Biasanya
technical reqruitment ini diturunkan dari kebutuhan pada tahap 1 yaitu VOC.
Karakteristik teknis dapat diartikan sebagai kumpulan keinginan terhadap suatu
produk atau proses yang ditetapkan oleh organisasi yang juga menunjukan suara
atau keinginan dari perusahaan selaku pembuat produk (Voice of Engineering).
11
Dalam VOE ini akan ditentukan nilai target spesifikasi produk yang
mampu dibuat oleh perusahaan. Hubungan antara VOC dan VOE ditentukan
dalam House of Quality (HoQ) dengan bobot hubungan Kuat = 9, Sedang = 3,
Lemah = 1.
2.4 House of Quality (HOQ)
QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu matriks yang sistematis,
menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merencanakan produk yang
berkualitas (Rosnani Ginting,2013). QFD menerjemahkan selera konsumen
kedalam bentuk atribut-atribut produk yang disesuaikan dengan karaakteristik
teknis. Dasar dari QFD adalah TQM (Total Quality Manajement). Dalam QFD
menggunakan suatu matriks yang disebut sebagai House of Quality, dimana
matriks ini dapat menterjemahkan keinginan konsumen kedalam karakteristik
desain. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses
pengembangan produk sedini mungkin. Langkah-langkah dalam membangun
QFD (Rosnani Ginting,2013):
1. Mengidentifikasi keinginan konsumen kedalam atribut-atribut produk
Pada tahap ini akan diuji sampai sejauh mana tingkat kepuasan konsumen
terhadap suatu produk.
2. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari atribut-atribut dengan
memberikan bobot persentase pada masaing-masing atribut. dengan
menggunakan skala prioritas.
12
3. Mengevaluasi atribut-atribut dari produk pesaing, keterangan mengenai
atribut yang diprioritaskan peaing dikaji.
4. Membuat matriks perlawan antara atribut produk dengan karakteristik. pada
tahap ini dimasukkan kedalam suatu matriks, dimana atribut diletakknvertikal
pada tepi sebelah kiri, sedangkan karakteristik teknis diletakkan horisontal
pada tepi atas.
5. Mengidentifikasi karakteristik teknik dan aribut produk, untuk menyatukan
hubungan yang terjadi antara karakteristik teknis dan atribut, biasanya
menggunakan skor, dimana skor yang tertinggi menggambarkan tingkat
kemudahan yang tinggi karakteristik teknis yang paling berpengaruh pada
kepuasan konsumen dan sebaliknya.
6. Mengidentifikasi interaksi yang relevan diantara karakteristik teknis, dalam
matrik HOQ, besaran diletakkan pada bagian atap.
7. Menentukan gambaran target yang ingin dicapai untuk karakteristik teknis.
Gambar 2.2 House of QualitySumber: Rosnani Ginting(2013)
Standar performasi produk
kolerasi setiappasang karakteristik
teknik
Nilai hasil perbangdingan terhadapproduk
Atribut produk yang ditetapkankonsumen
Menunjukkan perbandinganproduk rancangan terhadap
produk pesaing
Nilai kepentingan dari tiap karakteristik
Matrik hubungan antara karakteristikteknis dan atribut produk
13
Tahap implementasi pembuatan House of Quality dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Penyusunan Voice of Customer, dengan melakukan wawancara dan
penyebaran kuisioner kepada konsumen untuk memperoleh atribut (suara
pelanggan).
2. Penentuan tingkat kepentingan konsumen terhadap produk yang merupakan
tingkatan/nilai kepentingan dari masing-masing factor yang dianggap mampu
memenuhi kepuasan konsumen.
3. Evaluasi kualitas produk dibandingkan dengan produk pesaing yang
kompetitif, produk competitor dalam hal ini akan menjadi produk referensi
atau benchmark.
4. Penyusunan technical requirements berdasarkan voice of engineer yang
merupakan kemampuan teknis yang dimiliki oleh perusahaan untuk
memenuhi Customer Needs.
5. Penyusunan Relationship Matrix, menunjukan hubungan antara respon teknis
dengan customer needs. Relasi hubungan yang terjadi dikategorikan dalam 3
jenis yaitu :
Hubungan sangat kuat dengan skor 9
Sedang dengan skor 3
Tidak ada hubungan dengan skor 1
6. Penyusunan Co-relationships, digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
antara masing-masing Technical Requirements. Jenis hubungan ini adalah :
14
Korelasi positif kuat
Korelasi positif lemah
Korelasi negatif kuat
Korekasi negatif lemah
7. Penyusunan Planning Matrix, yang terdiri dari:
Importance to customers
Merupakan kolom yang berisi tingkat kepentingan dari kebutuhan
pelanggan tersebut bagi konsumen. Nilai pada kolom ini diisi
berdasarkan hasil yang diperoleh dari identifikasi kebutuhan pelanggan
melalui kuisioner. Nilainya bias merupakan nilai absolut, nilai relatif dan
nilai ordinal.
Customer satisfaction performance
Merupakan penilaian atau persepsi konsumen mengenai bagaimana
performansi produk atau jasa mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
tersebut.
Goal
Merupakan nilai tujuan yang ditetapkan oleh tim pengembang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Dinyatakan dalam nilai dengan skala
yang sama dengan level performance.
Improvement ratio
Merupakan nilai perbandingan yang diperlukan untuk perbaikan dari
kondisi produk saat ini hingga mampu memenuhi tujuan (goal) yang
telah ditetapkan. Dirumuskan sebagai: (Cohen,1995)
15
Improvement Ratio =
Sales point
Sales point merupakan informasi mengenai kemampuan atau daya
tarik suatu atribut yang ada pada produk atau jasa mendukung nilai jual
produk. Nilai untuk sales point adalah:
1,1 : Tidak ada titik penjualan (daya jual rendah)
1,2 : Titik penjualan menengah (daya jual sedang)
1,5 : Titik penjualan kuat (daya jual tinggi)
Raw weight
Nilai Raw Weight untuk tiap-tiap kebutuhan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Raw weight = (Importance to customer) x(improve. Ratio) x (Sales
Point)
Kebutuhan dengan nilai raw weight yang lebih tinggi merupakan
kebutuhan yang lebih penting untuk dikembangkan dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Normalized raw weight
Merupakan nilai proporsi bobot dari raw weight dari tiap-tiap kebutuhan
terhadap total raw weight. Nilainya dihitung dengan rumus:
Normalized raw weight =
16
2.5 Antropometri
Antropometri merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari tentang
dimensi tubuh manusia, pentingnya antropometri karena perlunya kesesuaian
antara rancangaan yang dibuat dengan dimensi tubuh pengguna. Menurut
Stevenson (1989) antropometri adalah kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik manusia, bentuk serta penerapan dari data tersebut
digunakan untuk penanganan masalah desain.
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal:
1. Perancangan areal kerja.
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi atau meja
komputer, dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik
Dalam merancang produk harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur.
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
2. Suku bangsa.
Setiap bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik
fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
17
3. Sosio ekonomi.
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia.
4. Posisi tubuh.
5. Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi posisi tubuh pada saat akan
melakukan aktivitas tertentu yaitu struktural dan funcional body dimension.
6. Pakaian.
Tebal atau tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang
berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula.
7. Jenis pekerjaan.
Jenis pekerjaan mewajibkan adanya persyaratan dalam menyeleksi dimensi
tubuh manusia seperti tinggi, berat badan, dan lain-lain.
8. Kehamilan.
Faktor kehamilan pada wanita merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi variabilitas dan antropometri. Terutama tebal perut dan tebal
dada.
9. Cacat tubuh.
Dimana data antropometri di sini akan diperlukan untuk perancangan produk
bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu).
2.5.1 Pengukuran Data Antropometri
Data antropometri dalam penelitian diperoleh dari pengukuran dimensi
tubuh manusia. Adapun data-data ukuran dimensi tubuh yang digunakan adalah
terlihat seperti gambar berikut:
18
19
Gambar 2.3 Dimensi Tubuh Manusia D1 sampai dengan D36
Sumber: Antropometri Indonesia (2014)
20
Keterangan dimensi tubuh manusia D1 sampai D36 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Keterangan Dimensi Tubuh dalam Antropometri
Dimensi Keterangan Dimensi Dimensi Keterangan Dimensi
D1Dimensi tinggi tubuh padaposisi berdiri
D19Dimensi lebar pinggul dalam posisiduduk
D2Dimensi tinggi mata padaposisi berdiri
D20Dimensi tebal dada dalam posisiduduk
D3Dimensi tinggi bahu padaposisi berdiri
D21Dimensi tebal perut dalam posisiduduk
D4Dimensi tinggi siku padaposisi berdiri
D22Dimensi panjang lengan atas dalamposisi duduk
D5 Dimensi tinggi pinggul D23 Dimensi panjang lengan bawahdalam posisi duduk
D6Dimensi tinggi tulang ruaspada posisi berdiri
D24Dimensi panjang rentang tangan kedepan
D7Dimensi tinggi ujung jaripada posisi berdiri D25
Dimensi panjang bahu-genggamantangan ke depan dalam posisiberdiri
D8Dimensi tinggi dalam posisiduduk
D26Dimensi panjang kepala
D9Dimensi tinggi mata dalamposisi duduk
D27 Dimensi lebar kepala
D10Dimensi tinggi bahu dalamposisi duduk
D28 Dimensi panjang tangan
D11Dimensi tinggi siku dalamposisi duduk
D29 Dimensi lebar tangan
D12Dimensi tebal paha dalamposisi duduk
D30 Dimensi panjang kaki
D13Dimensi panjang lututdalam posisi duduk
D31 Dimensi lebar kaki
D14Dimensi panjang poplitealdalam posisi duduk
D32Dimensi panjang rentangan tanganke samping dalam posisi berdiri
D15Dimensi tinggi lutut dalamposisi duduk
D33Dimensi panjang rentangan sikudalam posisi berdiri
D16Dimensi tinggi poplitealdalam posisi duduk
D34Dimensi panjang genggamantangan ke atas dalam posisi berdiri
D17Dimensi lebar sisi bahudalam posisi duduk
D35Dimensi panjang genggamantangan ke atas dalam posisi duduk
D18Dimensi lebar bahu bagianatas dalam posisi duduk
D36Dimensi panjang genggamantangan ke depan dalam posisiberdiri
Sumber: Antropometri Indonesia (2014)
21
2.5.2 Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Data Antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannnya..
Gambar 2.4 Distribusi Normal
Sumber: Antropometri Indonesia (2014)
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan
umum diterapkan seperti pada Gambar 2.4. Apabila kita akan mempergunakan
ukuran dengan persentil 95th dalam sebuah perancangan. Dalam statistik,
distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, x ) dan
simpangan standardnya (standard deviation) dari data yang ada. Dengan persentil,
maka yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase
tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut.
Pemakaian nilai-nilai yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometri dapat dijelaskan dalam Tabel 2.2.
1,96 σX
N(X,Xσ)
1,96 σX
2,5%2,5%
97,5th percentile2,5th percentile
95%
x
22
Tabel 2.2. Macam Perhitungan Persentil
Presentil PerhitunganPersentil ke-1 x - 2,325 x
Persentil ke-2,5 x - 1,96 xPersentil ke-5 x - 1,645 xPersentil ke-10 x - 1,28 x
Persentil ke-50 xPersentil ke-90 x + 1,28 xPersentil ke-95 x + 1,645 xPersentil ke-97,5 x + 1,96 x
Persentil ke-99 x + 2,325 xSumber : Bambang Suhardi (2015)
2.5.3 Pengujian Data
1. Pengujian Data dengan Menggunakan software SPSS
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17.
Dalam pengujian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, adapun
prosedur pengujian adalah sebagai berikut
1) Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
2) Statistik uji : Uji Kolmogorof-Smirnov
3) = 0,05
4) Daerah kritis : H0 ditolak jika Sig. <
23
b. Uji validitas
Uji validitas dilakukan menggunakan uji kolerasi person product
moment adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis:
a) Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai tabel, maka angket
dinyatakan valid.
b) Jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka angket
tersebut dinyatakan tidak valid.
2) Statistik uji : uji kolerasi person product moment
3) Signifikansi = 0.05
c. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas dilakukan dengan uji kolerasi alpha cronbach’s
adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis
a) Jika nilai alpha lebih besar dari r tabel maka angket reliabel
atau konsisten.
b) Jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka angket tidak
reliabel atau tidak konsisten.
2) Statistik uji: alpha cronbach’s
3) Signifikansi = 0.05
24
2. Uji Keseragaman Data
Langkah pertama dalam test keseragaman data adalah menghitung
besarnya rata-rata setiap observasi. Untuk nilai rata-rata dapat dihitung
sebagai berikut : ( Muhammad Choirul Zulfa, 2008)
x =n
xn
ii
1
Dimana :
x : nilai rata-rata
x : data hasil pengukuran
n : banyaknya pengukuran yang dilakukan
Langkah selanjutnya adalah menentukan standar deviasi, besarnya standar
deviasi dapat dihitung sebagai berikut :
2
1
1
)(
n
xxn
ii
Dimana : σ : standar deviasi
x : data hasil pengukuran
x : nilai rata-rata
n : banyaknya pengukuran yang dilakukan
Selanjutnya adalah menentukan batas kendali atas (BKA) dan batas
kendali bawah (BKB) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BKA = x + k.σ
25
BKB = x – k.σ
Dimana : x : Rata-rata data hasil pengamatan
σ : Standar deviasi
k:Harga indeks yang besarnya tergantung convidence
level, yaitu jika :
CL = 68% - 94,99%, maka k = 1
CL = 95% - 98,99%, maka k = 2
CL = 99% - 100%, maka k = 3
3. Uji Kecukupan Data
Test kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan
sebagai berikut :
2
n
1jj
2n
1jj
n
1j
2j
)x(
)x()xN(s
k
'
N
Dimana : x : data hasil pengukuran
N : Banyaknya pengukuran
S : Tingkat kepercayaan
k : Harga indeks yang besarnya tergantung confidence
level, yaitu jika :
CL = 68% - 94,99%, maka k = 1
CL = 95% - 98,99%, maka k = 2
CL = 99% - 100%, maka k = 3
26
2.6 Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu sebagai perbandingan untuk penelitian yang
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Chrisdiyanto telah melakukan
penelitian pada tahun 2014 yang berjudul “Perencanaan dan Pengembangan Meja
Belajar Lipat Multifungsi yang Ergonomi dengan Metode QFD“. Fokus penelitian
ini adalah perancangan ulang meja lipat yang ergonomis dan efisien. Perancangan
ulang meja lipat yang dilakukan peneliti adalah berdasarkan data antropometri
konsumen dan berdasarkan keinginan konsumen.
Denny Nurkertamanda, dkk telah melakukan penelitian pada tahun 2006
yang berjudul “Perancang Meja dan Kursi Anak Menggunakan Metode Quality
Function Deployment (QFD) dengan pendekatan Antropometri dan Bentuk Fisik
Anak“. Penelitian Denny Nurkertamanda, dkk dilakukan berdasarkan bentuk fisik
anak sebagai dasar pengembangan dan menggunakan data antropometri untuk
merancang ulang meja dan kursi anak berdasarkan antropometri.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Maduretno Oktavia pada
tahun 2007 dengan judul “ Pengembangan Produk Kursi Penderita Patah Tulang
pada Aktivitas Kebelakang denga Menggunakan Metode QFD Ditinjau dari
Aspek Ergonomi”. Penelitian ini menghasilkan kursi roda yang nyaman dan
ukuran kursi roda sesuai dengan antropometri tubuh manusia.
Penelitian yang dilakukan sekarang adalah melakukan perancangan kursi
bonceng anak yang sesuai dengan antropometri tubuh anak selain itu
meningkatkan keselamatan anak saat orang tua berkendara menggunakan kursi
tersebut.
27
Beberapa hal yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan penelitian terdahulu, disajikan dalam bentuk tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perbandingan antara Kajian Terdahulu
No Namapeneliti,
tahun
Judul Permasalahanyang dihadapi
Alat Analisis Hasil
1. BayuChrisdiyanto,2014
Perencanaan danPengembanganMeja BelajarLipatMultifungsiyang Ergonomidengan MetodeQFD
Desain mejabelajar kurangmemperhatikannilai ergonomi,dan lebihmengutamakandesain bentukyang simple,sehingga fungsiutama dari mejabelajar tersebutterabaikan.
MetodeQualityFuctionDeployment(QFD)
Menghasilkan mejalipat yang ergonomidan multifungsisesuai keinginankonsumen denganmemperhatikanantropometri tubuhmanusia.
2. DennyNurkertamanda, dkk, 2006
Perancang Mejadan Kursi AnakMenggunakanMetode QualityFunctionDeployment(QFD) denganpendekatanAntropometridan Bentuk FisikAnak
Kursi dan mejayang tidak sesuaiukuran tubuh anakyang dapatmengakibatkananak cepatmengalamikelelahan.
MetodeQualityFuctionDeployment(QFD) danantropometri.
Dihasilkanrancangan meja dankursi anak sesuaidengan antropometritubuh anak sehinggaanak tidak mudahmengalamikelelahan.
3 MaduretnoOktavia,2007
PengembanganProduk KursiPenderita PatahTulang padaAktivitasKebelakangdengaMenggunakanMetode QFDDitinjau dariAspek Ergonomi
Kuri roda bagipenderita patahtulang, sulitdigunakan padasaat mereka inginkebelakang.
MetodeQualityFuctionDeployment(QFD)
Dihasilkanrancangan kursi rodayang sesuai dengankeinginan konsumenberdasarkan QfDDan antropometritubuh konsumen.