bab ii konsep keluarga

47
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengertian Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1969; Mubarak dkk., 2006). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,1998; Suprajitno, 2004). Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah dalam kedekatan yang konsisten dan berhubungan erat.(Heivi,1981, Mubarak dkk, 2006). Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998; Mubarak et al, 2006). Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawatan professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga

Upload: lilik-ugd

Post on 31-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO,

1969; Mubarak dkk., 2006).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

keluarga (Friedman,1998; Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam

satu rumah dalam kedekatan yang konsisten dan berhubungan erat.

(Heivi,1981, Mubarak dkk, 2006).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang

terdiri kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Depkes RI, 1998; Mubarak et al, 2006).

Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawatan

professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien

dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai lingkup dan wewenang dan tanggung jawab. Salah satu praktik

keperawatan adalah asuhan keperawatan keluarga (Suprajitno, 2004).

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada

klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan

metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik

keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Suprajitno, 2004).

6

7

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan

yang diberikan melalui praktik keperawatan-keperawatan dengan

sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah

kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan (Suprajitno, 2004).

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

kesehatan keluarga.

3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota

keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh atau

yang membutuhkan bantuan/asuhan keperawatan.

4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan (fisik, psikis dan

sosial) sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan

keluarga.

5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya

Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu atau sarana

pelayan kesehatan lainnya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.

3. Prinsip Asuhan keperawatan keluarga

a. Bekerjasama secara kolektif dengan keluarga.

b. Mulai sesuai dengan kemampuan keluarga.

c. Sesuai NCP (Nurse Care Plannning) dengan tahap perkembangan

keluarga.

d. Terima dan akui struktur keluarga.

e. Menekankan pada kemampuan keluarga.

8

4. Sasaran

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga

yang rawan kesehatan yaitu keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah

kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah individu

sebagai anggota dan keluarga itu sendiri.

5. Persiapan pemberian asuhan keperawatan

a. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta

menentukan kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah,

melalui seleksi kasus di Puskesmas sesuai prioritas.

b. Menetapkan jadwal kunjungan

1) Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan

dikunjungi.

2) Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu

kunjungan dan kehadiran anggota keluarga pengambil

keputusan.

c. Menyiapkan perlengkapan lapangan

1) Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/anggota keluarga)

dari rekaman kesehatan keluarga di Puskesmas dan

pencatatan lain yang ada kaitannya dengan klien tersebut.

2) Membuat catatan singkat tentang masalah klien dan keluarga

sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga.

3) Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain

yang diperlukan.

4) Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi peralatan dan

obat-obatan sederhana.

5) Alat bantu penyuluhan.

6. Metodologi proses keperawatan

Metodologi proses keperawatan merupakan metodologi

penyelesaian masalah kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan

pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi kesehatan dan

9

keperawatan meliputi:

a. Tahap pengkajian

Pengkajian adalah tahap ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga

yang dan merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga (Suprajitno, 2004).

1) Metode pengumpulan data

a) Wawancara.

b) Observasi fasilitas dalam rumah.

c) Pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga.

d) Data sekunder (hasil laboratorium, hasil foto rongent, dll).

2) Hal-hal yang dikaji keluarga

a) Data umum

(1) Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan

pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga yang

terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK,

umur, pendidikan dan status imunisasi dari masing-

masing anggota keluarga serta genogram.

(2) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta

kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe

keluarga tersebut.

(3) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait

dengan kesehatan.

(4) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

(5) Status sosial ekonomi keluarga

10

Ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya,

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga

serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

(6) Aktivitas rekreasi keluarga

Tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi

tertentu, namun dengan menonton televisi dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas keluarga.

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

(2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan

yang terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.

(3) Riwayat keluarga inti

Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota dan sumber pelayanan yang

digunakan keluarga.

c) Pengkajian lingkungan

(1) Karakteristik rumah

Identifikasi rumah meliputi luas, tipe, jumlah

ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi,

peletakan perabotan rumah tangga, sarana

pembuangan air limbah dan kebutuhan mandi, cuci, dan

kakus (MCK), sarana air bersih, air minum yang

digunakan dan denah rumah.

(2) Karakteristik tetangga

Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan

komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,

lingkungan fisik, aturan penduduk setempat dan budaya

11

yang mempengaruhi kesehatan.

(3) Mobilitas geografi keluarga

Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah

tempat.

(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan

keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga

yang ada.

(5) Sistem pendukung keluarga

Meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat,

fasilitas fisik, psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas-fasilitas sosial atau dukungan

masyarakat setempat.

d) Struktur keluarga

(1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar

anggota keluarga.

(2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.

(3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

(4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut

keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

e) Fungsi keluarga

(1) Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan memiliki keluarga, dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,

12

kehangatan pada keluarga dan keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

(2) Fungsi sosial

Bagaimana hubungan dalam keluarga dan sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau

budaya perilaku.

(3) Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian dan perlindungan terhadap anggota keluarga

yang sakit, pengetahuan keluarga mengenai sehat

sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan

tugas perawatan keluarga, yaitu:

(a) Mengenal masalah kesehatan.

(b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat.

(c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

(d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat.

(e) Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di

masyarakat.

(4) Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan

jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan

keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota

keluarga.

(5) Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam

upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.

f) Stressor dan koping keluarga

13

(1) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

Stressor jangka pendek yaitu yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan dan jangka panjang

yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

(2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau

stressor.

(3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

(4) Strategi adaptasi disfungsional

Adaptasi disfungsi yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

g) Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan

terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang

dirumuskan data yang terkumpul dan berupa rumusan tentang

respons klien terhadap masalah kesehatan serta faktor penyebab

(etiologi) yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang

perlu diatasi dengan tindakan/intervensi keperawatan (Suprajitno,

2004).

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan

keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi

keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual, risiko

maupun sejahtera di mana perawat memiliki kewenangan dan

tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-

sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber

daya keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi:

14

problem atau masalah, etiologi atau penyebab, sign atau tanda

(Mubarak, 2006).

1) Tipologi dari diagnosis keperawatan

a) Diagnosis aktual

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai

tanda dan gejala dari gangguan kesehatan di mana

masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan

bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.

b) Diagnosis risiko/risiko tinggi

Masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi

tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat

terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat

bantuan perawat.

c) Diagnosis potensial (wellness/sejahtera)

Suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatan-nya

dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat ditingkatkan.

2) Contoh perumusan diagnosis keperawatan

a) Contoh diagnosis aktual

(1) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada

ibu B keluarga bapak Am yang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

yang nyaman untuk istirahat dan tidur.

(2) Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas gerak pada

anak Des keluarga bapak Rm yang berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi

(menata) lingkungan yang aman untuk latihan berjalan

anak Des.

b) Contoh diagnosis risiko/risiko tinggi

15

(1) Risiko terjadinya serangan ulang yang berbahaya pads

lansia Er keluarga bapak Li yang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan (Puskesmas) yang dekat dengan

tempat tinggal keluarga.

(2) Risiko tinggi konflik antara orang tua dan anak remaja

keluarga bapak Kar yang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

komunitas yang tepat bagi anak remaja-nya.

c) Contoh diagnosis potensial (wellnes/sejahtera)

(1)Potensial peningkatan kesejahteraan ibu Ju yang sedang

hamil keluarga bapak Man.

(2)Potensial peningkatan status kesehatan balita keluarga

bapak Kin.

3) Skoring (penilaian) diagnosis keperawatan

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis

keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan

skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan maglaya (1978)

yang dikutip oleh Suprajitno (2004).

a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat.

b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikaitkan

dengan bobot.

Skor yang diperoleh X bobot

Skor tertingi

c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama

dengan jumlah bobot, yaitu 5).

Tabel 1. Skoring (penilaian) diagnosis keperawatan

16

No. Kriteria Skor Bobot1. Sifat masalah

Skala : Tidak/kurang sehat 3Ancaman kesehatan 2 1

Keadaan sejahtera 12. Kemungkinan masalah dapat

DiubahSkala : Mudah 2

Sebagian 1 2Rendah 0

3. Potensial masalah untukDicegahSkala : Tinggi 3

Cukup 2 1Rendah 1

4. Menonjolnya masalahSkala : Masalah berat, harus

segera ditangani 2Ada masalah tetapitidak perlu ditangani 1 1Masalah tidakDirasakan 0

c. Perencanaan keperawatan keluarga

Perencanaan asuhan keperawatan adalah acuan tertulis yang

terdiri dari berbagai intervensi keperawatan (Suprajitno, 2004).

Rencana keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan

tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan

dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan atau

masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

mengembangkan keperawatan keluarga:

1) Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.

2) Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan

dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.

3) Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan

falsafah instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan

17

pada daerah tersebut tidak memungkinkan pemberian

pelayanan cuma-cuma maka perawat harus

mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun

perencanaan.

4) Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini

sesuai dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama

keluarga bukan untuk keluarga.

5) Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis, selain

berguna untuk perawat juga berguna untuk anggota tim

kesehatan lainnya khususnya dalam mengingat perencanaan

yang telah disusun dan dapat membantu dalam mengevaluasi

perkembangan masalah keluarga.

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana

keperawatan keluarga:

1) Menentukan sasaran atau global

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan

akhir yang akan dicapai melalui segala upaya dan harus

ditentukan bersama keluarga.

2) Menentukan tujuan atau objektif

Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat

diukur, dapat dicapai, realistik dan ada batasan waktu.

3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan.

Dalam keperawatan kesehatan keluarga tindakan yang

dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan

sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya ketidaksanggupan

dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.

4) Menentukan kriteria dan standar kriteria

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan

untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar

menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk

18

membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan

keperawatan telah tercapai.

d. Tahapan pelaksanaan keperawatan keluarga

Pelaksanaan merupakan bagian aktif dalam asuhan

keperawatan, yaitu perawat melakukan tindakan sesuai rencana di

mana tindakan tersebut berbagai upaya memenuhi kebutuhan

dasar klien (Suprajitno, 2004).

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses

keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan

untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan

perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup :

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan, juga mendorong sikap emosi yang sehat terhadap

masalah.

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat dengan cara: mengidentifikasi konsekuensi tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang

dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsekuensi tiap

tindakan.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan cara: mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan

mengawasi keluarga melakukan perawatan.

4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana

membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara: menemukan

sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan

melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

19

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dengan cara: mengenalkan fasilitas kesehatan yang

ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat

keluarga untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan :

1) Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau

mendapatkan informasi tetapi keliru.

2) Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga

mereka melihat masalah hanya sebagian.

3) Keliru tidak dapat mengaitkan antara informasi yang diterima

dengan situasi yang dihadapi.

4) Keluarga tidak mau menghadapi situasi.

5) Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga

atau sosial.

6) Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku.

7) Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran atau

tujuan upaya keperawatan.

8) Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat pula diakibatkan

oleh faktor-faktor yang berasal dari petugas, antara lain :

1) Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau

petugas kaku dan kurang fleksibel.

2) Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian

terhadap faktor-faktor sosial budaya.

3) Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau

menggunakan bermacam-macam teknik dalam mengatasi

masalah yang rumit.

e. Tahap evaluasi

20

Evaluasi, merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna, apakah tujuan dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan

lain (Suprajitno, 2004).

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan,

dilakukan penelitian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/

belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai.

1) Macam-macam evaluasi

a) Evaluasi kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas atau

jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah dikerjakan.

Evaluasi kuantitatif sering dipakai dalam kesehatan karena

lebih mudah dikerjakan bila dibandingkan dengan evaluasi

kualitatif. Pada evaluasi kuantitatif jumlah kegiatan dianggap

dapat memberikan hasil yang memuaskan. Contoh: jumlah

keluarga yang dibina.

b) Evaluasi kualitatif

Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat

difokuskan pada salah satu dari 3 dimensi yang saling

terkait, yaitu:

(1) Struktur atau sumber

Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan

tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan

dalam pelaksanaan kegiatan.

Dalam upaya keperawatan ini menyangkut antara

lain:

(a) Kecakapan atau kualifikasi perawat

(b) Minat atau dorongan

(c) Waktu atau tenaga yang dipakai

(d) Macam dan banyaknya peralatan yang dipakai.

(e) Dana yang tersedia.

21

(2) Proses

Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu

penyuluhan kesehatan yang diberikan lansia dengan

masalah nutrisi.

(3) Hasil

Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya

kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-

tugas kesehatan-nya.

2) Luasnya evaluasi

Evaluasi sebagai proses dipusatkan pada pencapaian

tujuan dengan memperhatikan keberhasilan dari tindakan

keperawatan yang telah diberikan.

a) Efisiensi atau ketepatgunaan

Evaluasi ini dikaitkan dengan sumber daya yang

digunakan. Misalnya uang, waktu, tenaga atau bahan.

b) Appropriateness atau kecocokan

Evaluasi ini dikaitkan dengan kesesuaian antara

tindakan keperawatan yang dilakukan dengan pertimbangan

profesional.

c) Adequaoy atau kecukupan

Evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapan tindakan

keperawatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau

hasil yang diinginkan.

B. Konsep Dasar Asma Bronkhiale

1. Anatomi fisiologi sistem pernafasan

22

Gambar 2. Anatomi system pernafasan(sumber http//www.google.com/image)

Sistem pernapasan terdiri dari:

a. Hidung

Hidung adalah saluran yang pertama, mempunyai 2 lubang

(cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di

dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu clan kotoran-kotoran yang masuk ke dalam lubang

hidung.

Fungsi hidung terdiri dari:

1) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

2) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-

bulu hidung

3) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

4) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir

(mukosa) atau hidung. (Syaifuddin, 1997)

b. Faring

Faring merupakan tempat persimpangan jalan pernafasan dan

23

jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tengkorak dibelakang

rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Faring dibagi dalam 3 bagian, yaitu:

1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang

disebut nasofaring

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium

disebut orofaring

3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring

c. Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di

bawahnya. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh sebuah

empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang--

tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

menutupi laring.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan, antara lain:

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adam's apple), sangat

jelas terlihat pada pria

2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

4) Kartilago epiglotis (1 buah)

d. Trakea

Merupakan lanjutan dari faring yang clibentuk oleh 16 – 20

cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti

kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang

berbulu getar yang disebut set bersilia, hanya bergerak ke arah

luar. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan bends-benda

asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan.

Trakea dipisahkan oleh karina menjadi bronkus kiri dan bawah.

e. Bronkus

24

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea, terbagi menjadi 2

bagian yaitu kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih

besar dari bronkus kiri. Bronkus bercabang-cabang. Cabang yang

lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujungnya terdapat

gelembung pare atau alveoli.

f. Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian

besar terdiri dari gelembung-gelembung. Paru-paru dibagi menjadi

2 yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri

yang terdiri dari 2 lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada atau

kavum mediastinum. (Syaifuddin, 1997).

Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak

mengandung oksigen dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru;

cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkhial,

bercabang dan bercabang lagi sampai menjadi arteriola halus;

arteriola itu membelah-belah dan membentuk jaringan kapiler dan

kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.

Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis

dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat baris tunggal.

Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli

hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas

berlangsung dengan difusi, yang merupakan fungsi pernafasan.

Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi sampai menjadi

pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena pulmonaris

meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke

atrium kiri jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui

aorta.

Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteria bronkhialis

membawa darah berisi oksigen langsung dari aorta torasika ke

paru-paru guna memberi makan dan mengantarkan oksigen ke

dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini

25

membentuk plexus kapiler yang tampak jelas dan terpisah dari

yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi

beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu ke dalam vena

pulmonaris. Sisa darah itu diantarkan dari setiap paru-paru oleh

vena bronkhialis dan ada yang dapat mencapai vena kava

superior. Maka dengan demikian paru-paru mempunyai

persediaan darah ganda.

Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua,

yaitu pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam

fisura dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain.

Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru-paru

dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam

dinding dada. Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis,

bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan

bagian yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini

diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran

suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri

subklavia.

Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit exsudat

untuk meminyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas

bergerak. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan

yang lain erat bersentuhan. Ruang atau rongga pleura itu hanyalah

ruang yang tidak nyata; tetapi dalam keadaan tidak normal, udara

atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya

menjadi jelas. (Evelin C. Pearce, 2000)

Proses terjadinya pernafasan (respirasi) terbagi dalam 2

bagian yaitu inspirasi (menarik nafas untuk mengambil udara yang

mengandung oksigen ke dalam tubuh) dan ekspirasi

(menghembuskan nafas untuk mengeluarkan udara yang

mengandung karbondioksida). Proses pernafasan terjadi karena

26

adanya perbedaan tekanan antara rongga pleuran dan paru-paru.

(Syaifuddin, 1997).

2. Pengertian

Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus

terhadap berbagai macam rangsangan, yang mengakibatkan

penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan

derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat

pengobatan,(Tjen Daniel, 1991).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,

reveraibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara

hiperaktif terhadap stimulus tertentu (Brunner dan Suddart, 2000).

Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang

melibatkan berbagai sel inflamasi. dari penyakit ini adalah

hiperaktifitas bronkus dalam berbagai tingktan, obtruksi jalan nafas

dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) (Arif Mansjoer,, 2000).

3. Penyebab

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan faktor

presipitasi timbulnya serangan asma yaitu :

a. Faktor predisposisi

Genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,

meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang

jelas.

b. Faktor presipitasi

1) Allergen, berupa :

a) In halan, yang masuk melalui salurn pernafasan seperti :

debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri,

polusi.

27

b) Ingestan yang masuk melalui mulut, seperti :

makanan/minuman dan obat-obatan.

c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti

perhiasan logam dan jam tangan, sengatan binatang.

2) Perubahan cuaca (musim kemarau dan musim hujan )

3) Stress (fisik dan psikis)

4) Lingkungan kerja (polisi lalu lintas, laboraturium hewan, pabrik

tekstil, dan lain-lain )

5) Infeksi saluran pernafasan (virus dan bakteri)

6) Olahraga yang berat.

4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita asma

adalah :

a. Sesak nafas

b. Batuk

c. Rasa dada tertekan

d. Ada suara tambahan saat nafas dihembuskan (mengi/wheezing)

e. Pengeluaran secret/dahak

f. Gelisah

g. Susah tidur

h. Tidak nafsu makan

5. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit asma antara lain

adalah :

a. Status asmatikus

b. Atelektasis

c. Hipoksia

d. Pnemuthorak

e. Emfisema

f. Dehidrasi

28

g. Deformitas thorak

h. Gagal nafas

6. Patofisiologi

Asma akibat alergi bergantung pada respon IgE yang

dikendalikan oleh limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi

antara antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast.

Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma bersifat airborne.

Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode

waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma. Namun dilain

kasus terdapat pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah

kecil alergen masuk kedalam tubuh sudah dapat mengakibatkan

eksaserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi fase akut

asma adalah aspirin, bahan pewarna sepeti tartazin, antagonis beta-

aadrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom khusus pada sistem

pernafasan yang sangat sensitif terhadap aspirin terjadi pada orang

dewasa, namun dapat pula dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah

ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor parineal lalu menjadi

rninosinusitis hiperplastik dengan polip nasal dan akhirnya diikuti

dengan munculnya asma progesif.

Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya

dengan menggunakan obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk

terapi ini, toleransi saling akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi

nonsteroid. Mekanisme terhadap terjadinya bronkospasme oleh

aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin

berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara

khusus oleh aspirin.

Antagonis beta-adrenergik merupakan hal yang biasanya

menyebabkan obstruksi jalan nafas pada pasien asma, demikain juga

dengan pasien lain dengan peningkatan reaktivitas jalan nafas. Oleh

29

karena itu antagonis beta adrenergik harus dihindarkan pada pasien

tersebut. Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen

sanitasi dan pegawet dalam dunia industri makanan dan farmasi juga

dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang

sensitif. Senyawa sulfat tersebut adalah kalium metabisulfat, kalium

dan natrium bisulfat, dan sulfat klorida. Pada umumnya tubuh akan

terpapar setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung

senyawa tersebut seperti salat, buah segar, kentang, dan anggur.

Faktor penyebab yang sudah disebutkan di atas ditambah

dengan sebab internal pasien akan mengakibatkan dikeluarkannya

subtansi pereda alergi yang sebetulnya merupakn mekanisme tubuh

dalam menghadapi serangan, yaitu dikeluarkannya histamin,

bradikinin, anafilaktikosin. Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan 3

gejala seperti berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas

kapiler dan penigkatan sekresi mukus seperti terlihat pada gambar

tersebut.

30

Gambar 3. Skema patofisiologi asma bronkhiale(Brunner dan suddart, 2001)

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan adalah :

a. Laboratorium

1) Analisa gas darah

2) Sputum

3) Sel esosionit

4) Pemeriksaan dara rutin dan kimia

Pencetus serangan(alergen, emosi/stress,

obat-obatan dan infeksi)

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif

(histamin, bradikinin dan anafilatoksin)

Permeabilitas kapiler

- Kontraksi otot polos

- Edema mukosa- hipersekresi

Hipoksia, hiperkapnia

Obstruksi jalan nafas

HipoventilasiDistribusi tak merata

dg sirkulasi darah paru-paru, gangguan difusi gas di alveoli

bronkospasme

Kontraksi otot polos

Kerusakan pertukaran gas

Bersihan jalan nafas tidak

efektifKetidakseimbangan

nutrisi

Produksi mukus

terhambat

Sekresi mukosa

meningkat

31

b. Radiologi

c. Pemeriksaan Spirometri

d. Tes provokasi bronkus

e. Pemeriksaan tes kulit

f. Elektrokardiografi

g. Scanning paru

h. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik

8. Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma adalah :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera

b. Mengenal dan mengindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan

serangan asma.

c. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya

mengenai penyakit asma baik pengobatannya maupun tentang

perjalanan penyakitnya.

Pengobatan pada asma bronkiale terbagi 2 yaitu :

a. Pengobatan Non-farmakologik

1) Memberi penyuluhan

2) Menghindari faktor pencetus

3) Pemberian cairan

4) Fisioterafi

5) Beri O2 bila perlu

b. Pengobatan farmakologik

1) Bronkodilator

Terbagi dalam 2 golongan yaitu :

a) Simatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

(1) Orsiprenalin (alupent)

(2) Fenoterol (brotec)

(3) Terbutalin (bricasma)

32

Obat-obatan golongan simtomatik tegolong dalam bentuk

tablet , sirup, suntkan dan semprodtan. Yang berupa

semprotan : MDI (Metered Dose Inhaler). Ada juga yang

berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin Dishaler dan

Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (Alupent,

Berotec, Brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khususn

diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat

halus) untuk selanjutnya dihirup.

b) Santin

Nama Obat :

(1) Aminofilin (American Supp)

(2) Aminofilin (Euphilin Retard)

(3) Teofilin (Amilex)

Efek dari teofilin sama dengan golongan sipatomimetik,

tetapi cara kerja berbeda.sehingga bila kedua obat ini

dikombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : bentuk suntikan teofilin/aminofilin di

pakai pada serangan asma akut, dan di suntikan perlahan-

lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering

merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya

sebaiknya diminum setelah makan itulah sebabnya

penderita yang mempunyai sakit lambung berhati-hati bila

minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria

ini digunakan jika penderita karena suatu hal tidak dapat

minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).

2) Kromalin

Kromalin bukan brokodilator tetapi merupakan obat pencegah

serangan asma. Manfaatnya adalah penderita asma alergi

terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-

sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat

setelah pemakaian satu bulan.

33

3) Krotolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.

Biasanya diberikan dengan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan

obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

C. Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronkial

Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode

proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5

tahap, yaitu pengkajian, diagnosa, keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2001).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber mengidentifikasi status kesehatan klien

(Nursalam, 2001)

a. Identitas klien

Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat,

statua perkawinan, pekerjaan.

b. Keluhan utama

Keluhan utama mengenai sesak nafas, bernafas terasa berat

pada dada dan keluhan susah untuk melakukan pernafasan.

c. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan

keluhan, terutama sesak nafas yang hebat dan kemudian diikuti

dengan gejala lain yaitu wheezing, penggunaan otot bantu

pernafasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, serta

perubahan tekanan darah.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit yang pernah diderita klien atau keluarga pada masa lalu

adanya penyakit keturunan seperti Hipertensi, jantung, DM, atau

penyakit menukal seperti TBC yang pernah diderita keluarga juga

34

seperti infeksi saluran nafas atas, sakit tenggorokan, amandel,

sinusitis, polip hidung, riwayat serangan asma frekuensi, waktu,

alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan asma serta

riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala

asma.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji dengan riwayat

penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota

keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih

ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan (Hood Alsagaf,

1993)

f. Aktivitas

Mengkaji adanya ketidakmampuan melakukan aktivitas karena

sulit bernafas, adanya penurunan kemampuan/peningkatan

kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

g. Pernafasan

Sesak nafas pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas

atau latihan, ada bunyi nafas tambahan, adanya batuk berulang,

adanya alat bantu pernafasan.

h. Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

jantung, warna kulit atau membran mukosa, kemerahan atau

berkeringat.

i. Integritas ego

Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah.

j. Asupan nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan,

penurunan berat badan karena anoreksia.

k. Hubungan sosial

Keterbatasan mobilitas fisik, susah bicara dan adanya

ketergantungan pada orang lain.

35

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,

membatasi, mencegah dan merubah (Capernito, 2001).

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme

b. Malnutrisi berhubungan dengan anoreksia

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen (spasme brokus)

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya imunitas

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/

salah mengerti

3. Perencanaan keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi masalah yang diidentifikasi pada

diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan

diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi

(Nursalam, 2001).

a. Ketidaefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi

kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.

Intervensi :

1) Kaji warna dan, kekentalan dan jumlah sputum

Rasional :

Karakteristik sputum dapat menunjukan berat ringannya

obstruksi.

2) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol

batuk

36

Rasional :

Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektivitas serta

menimbulkan frustasi

3) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi

Rasional :

Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan

sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelaksis

4) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan

Rasional :

Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menujukan

keberhasilan

5) Lakukan fisioterafi dada dengan teknik drainage postural,

perkusi dan fibrasi dada

Rasional :

Fisioterafi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret

6) Motivasi klien untukperawatan mulut

Rasional :

Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan

mencegah bau mulut.

b. Malnutrisi berhubungan dengan anoreksia

Intervensi :

1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat

kerusakan makanan.

Rasional :

Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena

dispnea.

2) Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali pakai

Rasional :

37

Rasa tidak enak dapat menurunkan nafsu makan dan dapat

menyebabkan mual muntah dengan peningkatan kesulitan

nafas.

3) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

Rasional :

Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan.

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen (spasme brokus)

Intervensi :

1) Kaji secara rutin kulit dan membran mukosa

Rasional :

Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan

sianosis sentral mengidentifikasi beratnya hipoksia.

2) Palpasi fremitus

Rasional :

Penurunan getaran fibrasi diduga adanya pengumpulan

cairan/udara

3) Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional :

Takikardi, disrimia, dan perubahan tekanan darah dapat

menunjukan efek hipoksia.

4) Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi dan

toleransi pasien.

Rasional :

Dapat memperbaiki dan mencegah memburuknya hipoksia.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya imunitas

1) Awasi suhu

Rasional :

Demam dapt terjadi karena infeksi atau dehidrasi

2) Diskusikan kebutuhan nutrisi yang adekuat

38

Rasional :

Mal nutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan

menurunkan tahanan terhadap infeksi.

3) Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan

untuk pewarna gram, kultur/sensifitas.

Rasional :

Untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan

terhadap berbagai mikrobal.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/

salah mengerti

Intervensi :

1) Jelaskan tentang penyakit Klien

Rasional :

Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan

partisipasi pada rencana pengobatan

2) Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang

tidak diinginkan

Rasional :

Penting bagi pasien memahami perbedaan antara

mengganggu dan merugikan.

3) Tunjukan teknik penggunaan inhaler

Rasional :

Pemberian pengobatan yang tepat meningkatkan

keefektifannya.

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah rencana inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan dan ditujukan untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. (Lyer et al dalam Nursalam, 2001)

39

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan

perencanaan yang dibuat sebelumnya dengan mengupayakan rasa

aman, nyaman dan mempertimbangkan keselamatan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor

"kealpaan" yang terjadi selama tahapan pengkajian, analisis,

perencanaan dan pelaksanaan tindakan. (Ignatavicius dan Bayne

dalarn Nursalarn, 2001)