konsep keluarga

54
BAB II KONSEP DASAR ` A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007): a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing – masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya” b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan”. c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga”

Upload: pkm-selajambe

Post on 18-Dec-2014

56 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: konsep keluarga

BAB II

KONSEP DASAR

`

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli

(Sudiharto, 2007):

a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka

saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masing

– masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya”

b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap

dalam keadaan saling bergantungan”.

c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan

tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan

emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari

keluarga”

5

Page 2: konsep keluarga

d. Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut :

“Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang

selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta

lingkungannya.

2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)

a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena

ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan

anak – anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga asal (Family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat

asal seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah

keluarga yang lain ( karena hubungan darah ), misalnya kakek, nenek,

bibi, paman, sepupu.

d. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu

keluarga inti.

e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena

perceraian dan / atau kematian pasangan yang dicintai.

f. Keluarga komposit ( composite family), adalah keluarga dari perkawinan

poligami dan hidup bersama.

6

Page 3: konsep keluarga

g. Keluarga kohabitasi ( cohabitation), adalah dua orang menjadi satu

keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia

bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur.

Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.

h. Keluarga inses ( incest family), seiring dengan masuknya nilai – nilai

global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk

keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan

ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.

Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai- nilai budaya, jumlah

keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita

cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.

i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan

perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan

keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

3. Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota

keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan

anak – anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan,

menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah –

masalah kesehatan.

7

Page 4: konsep keluarga

4. Peran Keluarga ( Friedman, 1998)

a. Peran formal

1) Peran parenteral dan perkawinan

Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang

membentuk posisi sosial sebagai suami – ayah dan ibu – istri :

a) Peran sebagai provider (penyedia)

b) Pran sebagai pengatur rumah tangga

c) Peran perawatan anak

d) Peran sosialisasi anak

e) Peran rekreasi

f) Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal)

g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)

h) Peran seksual

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan

perkawinan yang kokoh. Anak – anak terutama dapat mempengaruhi

hubungan perkawinan yang memuaskan menciptakan situasi dimana

suami – istri membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara

suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas

perkembangan yang vital dari keluarga.

8

Page 5: konsep keluarga

b. Peran informal

1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat diantara para

anggota, menghibur dan menyatukan kembali pendapat.

2) Inisiater – kontributor : Mengemukakan dan mengajukan ide – ide

baru atau cara – cara mengingat masalah – masalah atau tujuan –

tujuan kelompok.

3) Pendamai ( Compromiser) : Merupakan salah satu bagian dari konflik

dan ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan

mengakui kesalahannya atau menawarkan penyelesaian “setengah

jalan”

4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan

mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan –

kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau

keakraban.

5. Fungsi Keluarga ( Friedman, 1998 )

a. Fungsi afektif

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan psiko social fungsi efektif ini merupakan sumber energi

kebahagiaan keluarga.

9

Page 6: konsep keluarga

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota.

Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku

melalui hubungan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber

daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti

kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, dll.

e. Fungsi keperawatan kesehatan

Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat

dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :

1) Keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

masalah kesehatan.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan

4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan

suasana rumah yang sehat.

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

tepat.

10

Page 7: konsep keluarga

B. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Stroke, atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak

(Smeltzer, 2001).

Stroke hemoragic adalah defisit neurologis yang disebabkan karena

perdarahan intra cerebral akibat dari ruptur pembuluh darah serebral /

perdarahan jaringan otak. Kejadian saat melakukan defisit / saat aktif juga

terjadi saat istirahat (Black, 1997).

Gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan

peredaran darah otak, dimana secara mendadak (beberapa detik) atau

secara cepat (beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan

daerah fokal diotak yang terganggu (Djunaedi W, 1992).

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang

lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu

serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak),

dan diensefalon (Satyanegara, 1998).

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan

korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus

frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab

11

Page 8: konsep keluarga

untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis yang berperanan pada

kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih

tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik

untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung

korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan

menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi

oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya

adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus

gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk

mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula

oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata

merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,

pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.

Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras

kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan

desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,

epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan

12

Page 9: konsep keluarga

pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum

dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan

menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau

tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus

berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.

Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem

susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan

emosi (Sylvia A. Price, 1996).

b. Sirkulasi darah otak

Otak menerima 17% curah jantung dan menggunakan 20 %

konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan

arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus

Willisi (Satyanegara, 1998).

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis

komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk

ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,

menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior

memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus

dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan

bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,

termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media

13

Page 10: konsep keluarga

mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis

korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia

sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui

foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.

Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris

terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang

menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-

cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,

pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri

posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,

sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan

organ-organ vestibular (Sylvia A. Price, 1995).

Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok

vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus

rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak di permukaan

hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis superior dan

sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis,

dicurahkan menuju ke jantung (Harsono,1996).

14

Page 11: konsep keluarga

3. Etiologi

a. Perdarahan intra serebral

Perdarahan intra serebral paling banyak disebabkan hipertensi,

penyakit darah seperti hemophilia, leukemia, trombositopeni,

pemakaian antikoagulan dalam jangka lama. Malformasi dan tumor

otak yang berkembang cepat.

b. Perdarahan subara criteria hasilnoid

Perdarahan subara criteria hasilnoid disebabkan oleh rupture

aneurisma intracranial trauma, perdarahan intra serebral hipertensi,

anomaly artero venosa, gangguan perdarahan dan lain- lain.

Adapun factor resiko terjadinya stroke adalah :

1) Hipertensi

2) Kolesterol tinggi

3) Obesitas

4) Penyakit kardiovaskuler

5) Merokok

6) Kontrasepsi oral

7) Penyalahgunaan obat (terutama kokain)

8) Pengkonsumsi alcohol

9) Penyakit diabetes militus

10) Faktor usia (diatas 60 tahun)

11) Jenis kelamin

15

Page 12: konsep keluarga

12) Ras

13) Riwayat keturunan keluarga

4. Patofisiologi

Jenis stroke ada 2 macam yaitu :

Iskhemic stroke, yaitu merupakan jenis stroke yang lebih banyak

terjadi. Iskhemik stroke terjadi jika aliran darah ke otak terhambat atau

tersumbat. Arterosklerosis yaitu keadaan dimana terjadi pengkakuan dan

penyempitan pembuluh darah, merupakan salah satu penyebab iskhemik

stroke. Penyempitan pembuluh darah menuju sel- sel otak menyebabkan

aliran darah dan pasokan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu,

endapan zat- zat lemak tersebut dapat lepas dalam bentuk gumpalan-

gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak,

sehingga sel- sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi.

Yang kedua Hemoragik stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga terjadi perdarahan diotak.

Umumnya terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi, hampir 70%

kasus hemoragik stroke terjadi pada penderita hipertensi (tekanan darah

tinggi). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada pembuluh

darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh

darah rentan pecah. Namun demikian, stroke hemoragik juga dapat terjadi

pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti biasanya pembuluh

darah pecah karena lonjakan tekanan pembuluh darah yang terjadi secara

16

Page 13: konsep keluarga

tiba- tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya Karena factor makanan dan

factor emosional, pecahnya pembuluh darah menyebabkan pasokan nutrisi

dan oksigen berkurang dan akhirnya sel – sel disekitarnya mati.

Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai

cadangan oksigen. Trombus, emboli dan perdarahan akan menyebabkan

aroksia atau hipoksia di otak sehingga metabolisme otak terganggu,

kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi.

Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan

menimbulkan hipoksia dan menyebabkan iskemi otak. Iskemi yang

singkat ( kurang dari 10 – 15 menit) menyebabkan defisit sementara, dan

iskemi yang lama akan menyebabkan sel mati permanen dan menjadi

infals otak yang disertai oedema otak. Sedangkan apabila trombos emboli

dan perdarahan terjadi di otak dan pecah maka akan terjadi stroke

hemoragik ( C.Long, 1995).

5. Manifestasi Klinik

a. Kehilangan kesadaran

b. Kejang – kejang

c. Gambaran respinatori

d. Kekakuan leher

e. Foto phobia

f. Shock

Komplikasi stroke hemoragik

17

Page 14: konsep keluarga

-

-

Hipertensi

Diabetes militus

6. Penatalaksanaan

Uji Laboratorium dan Diagnostik

a. Fungsi lumbal.

Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan

lumbal menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau

perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan

adanya proses inflamasi.

b. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur.

c. CT Scan

Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi henatoma, adanya

jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.

d. MRI (magnetic Imaging Resonance)

Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi

serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak.

e. USG Dopler.

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (Masalah sistem

karotis).

18

Page 15: konsep keluarga

f. EEG

Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark

sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

g. Terapi konsevatif

Memperbaiki keadaan umum, pemberian vasodilator, anti agregasi

trombosit

h. Terapi pembedahan

Endarterektomi membentuk kembali pembuluh darah.

7. Komplikasi

a. Hidrosepalus

b. Disritmia

c. Afasia

d. Hemiparese/ paraparese

8. Pengkajian Fokus

a. Pengkajian Primer

1) Airway

a) Reflek menelan menurun

b) Adanya sumbatan / obstruksi oleh lendir

c) Lidah jatuh

d) Ngorok

19

Page 16: konsep keluarga

2) Breathing

a) Penggunaan otot bantu pernafasan

b) Frekuensi pernafasan meningkat

c) Batuk produktif

d) Bunyi nafas ronkhi

3) Circulation

a) Peningkatan frekuensi nadi

b) Hipertensi

c) Ekstremitas dingin

d) Cyanosis

e) CRT > 3 detik

f) Turgor jelek

4) Dissability

a) Reaksi pupil (ukuran, reaksi terhadap cahaya, kesamaan respon)

b) Tingkat kesadaran (Kewaspadaan : respon terhadap panggilan,

iritabilitas, letargi dan rasa mengantuk, orientasi terhadap diri

sendiri dan orang lain)

c) Wajah asimetris

d) Afasia

e) Disarthria

f) Reflak patologis positif

20

Page 17: konsep keluarga

b. Pengkajian Sekunder

2) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

(1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

(2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar

dimengerti, kadang tidak bisa bicara

(3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi

bervariasi

b) Pemeriksaan integumen

(1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat

dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di

samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus

terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA

Bleeding harus bed rest 2-3 minggu

(2) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

(3) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c) Pemeriksaan kepala dan leher

(1) Kepala : bentuk normocephalik

(2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah

satu sisi

(3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

21

Page 18: konsep keluarga

d) Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar

ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan

tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.

e) Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang

lama, dan kadang terdapat kembung.

f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g) Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h) Pemeriksaan neurologi

(1) Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII

central.

(2) Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah

satu sisi tubuh.

(3) Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

(4) Pemeriksaan refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan

menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan

22

Page 19: konsep keluarga

muncul kembali didahuli dengan refleks patologis (Jusuf

Misbach, 1999).

9. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik kerusakan berhubungan dengan keterlibatan

neuromuskuler kelemahan.

b. Gangguan komunikasi kerusakan verbal berhubungan dengan

kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kelemahan

umum, kehilangan tonus otot oral.

c. Resiko perubahan nutrisi berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler.

10. Fokus intervensi

1) Gangguan mobilitas fisik kerusakan berhubungan dengan

keterlibatan neuromuskuler kelemahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kekuatan

dan fungsi bagian yang terkena akan meningkat.

Kriteria hasil :

a) Pasien akan memperlihatkan posisi yang optimal dan fungsi yang

dibuktikan dengan adanya kontraktur.

b) Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang memungkinkan untuk

melakukan aktifitas.

23

Page 20: konsep keluarga

Intervensi :

c) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas.

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan.

d) Atur posisi pasien senyaman mungkin (setiap 2 jam).

Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.

e) Letakkan pada posisi telungkup satu kaki.

Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi panggul.

f) Latih pasien untuk melakukan gerakan aktif / pasif.

Rasional : Meningkatkan sirkulasi.

g) Kolaborasi dengan ahli fisiologis untuk pergerakan.

Rasional : Untuk menemukan kebutuhan yang menjaga dalam

keseimbangan dan kekuatan.

2) Gangguan komunikasi kerusakan verbal berhubungan dengan

kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kelemahan

umum, kehilangan tonus otot oral.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam

gangguan komunikasi pasien dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a) Pasien dapat mengekspresikan perasaannya.

b) Pasien dapat mengidentifikasi pemahaman tentang masalah

komunikasi yang dapat menggunakan sumber – sumber yang

tepat.

24

Page 21: konsep keluarga

Intervensi :

a) Kaji tingkat keterampilan bicara pasien.

b) Anjurkan pasien mengucapkan suara sederhana.

Rasional : Mengidentifikasi adanya disartria sesuai komponen

motorik dari bicara.

c) Libatkan keluarga untuk komunikasi verbal.

Rasional : Mengurangi isolasi social.

d) Kolaborasi dan konsultasi psikologis.

Rasional : Mengkaji kemampuan bicara dan sensori, motorik dan

kognitif.

3) Resiko perubahan nutrisi berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7x24 jam nutrisi

pasien adekuat sesuai dengan kebutuhan.

Kriteria hasil : Pasien makan habis 1 porsi.

Intervensi :

a) Kaji ketidakmampuan menelan.

Rasional : Intervensi nutrisi / pilihan rute makan ditentukan oleh

faktor – faktor ini.

b) Letakkan kepala lebih tinggi pada waktu makan, setelah makan.

Rasional : Membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan

kemampuan untuk menelan.

25

Page 22: konsep keluarga

c) Beri makan perlahan, mulai dari makanan lunak sampai

minuman cukup.

Rasional : Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan

tanpa adanya distraksi.

d) Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan nasa gastric tube

(NGT) sesuai indikasi.

e) Rasional : Untuk memberikan cairan dan pengganti makanan.

26

Page 23: konsep keluarga

C. Konsep Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,

dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri – ciri seks

sekunder, tercapai fasilitas dan terjadi perubahan – perubahan

psikologik dan kognitif. (http://keperawatankomunitas.blogspot .

com/2009/02/remaja-dan-permasalahannnya.html/23/08/09)

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari kanak-

kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah

12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia

sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia

remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka

ia masih digolongkan dalam kelompok remaja.

(http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_

dosen/1a%20MAKALAH%20AULIA-1.pdf/23/08/09)

2. Tugas perkembangan masa remaja

a. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara

lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin.

b. Memperoleh peranan sosial.

c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif.

d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.

27

Page 24: konsep keluarga

e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri

sendiri.

f. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan.

g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan

berkeluarga.

h. Mengembangkan dan membentuk konsep – konsep moral.

3. Remaja Dan Keluarga

Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi

perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan

sosial pertama, yang meletakan dasar –dasar kepribadian remaja.

Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam keluarga

juga berpengaruh bagi remaja.Pola asuh orang tua sangat besar

pengaruhnya bagi remaja. Pola asuh otoriter, demokratik ataupun

permisif memberikan dampak yang berbeda bagi remaja. Orang tua

yang menerapkan pola asuh otoriter dimana orang tua menerapkan

disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturan –

aturannya membuat remaja menjadi frustasi.Sebaliknya pola asuh

yang permisif dimana orang tua memberikan kebebasan kepada

anak namun kurang disertai adanya batasan –batasan dalam

berperilaku, akan membuat anak mengalami kesulitan dalam

mengendalikan keinginannya. Pola asuh demokratik yang

28

Page 25: konsep keluarga

mengutamakan adanya dialog antara remaja dan orang tua akan

lebih menguntungkan bagi remaja.

Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi

perkembangan remaja. Komunikasi yang terbuka dimana masing –

masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan

akan memberikan kekompakan dalam keluarga sehingga hal

tersebut juga akan sangat membantu anak remajanya dalam proses

pencarian identitas diri.

4. Karakteristik Masa Remaja

Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki

karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode

perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

a. Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki

dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang

terjadi pada masa ini.

b. Masa remaja adalah masa peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-

sifat kekanak- kanakannya dan harus mempelajari pola-pola

perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan

meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya.

29

Page 26: konsep keluarga

c. Masa remaja adalah periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara

cepat, peubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi

terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.

d. Masa remaja adalah usia bermasalah

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani

baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini

disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-

anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang

tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa

menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka

dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu

oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-

kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya

memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari

identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku

sebisa mungkin sama dengan kelompoknya.

f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan

Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan

lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak

30

Page 27: konsep keluarga

masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara

mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para

remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya

dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk

memecahkan masalahnya.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara

kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain

sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai dia

sendiri.

h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap

dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype

remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati

dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti

orang dewasa sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk

memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan

status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-

obatan bahkan melakukan hubungan seksual.

(http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dos

en/1a%20MAKALAH%20AULIA-1.pdf/23/08/09 )

31

Page 28: konsep keluarga

5. Cara-cara orang tua untuk menangani masalah remaja

Adanya tanda-tanda kesalahan penyesuaian diri remaja tentu saja

menuntut penanganan yang cepat dan tepat, mengingat masa ini

merupakan masa penting yang menentukan individu pada masa

berikutnya. Penanganan atas permasalahan remaja sangat

bervariasi dan tergantung dari konteks dan latar belakang

permasalahannya, dan juga upaya-upaya ini idealnya merupakan

hasil kerjasama orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait.

Secara umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua

untuk mencegah dan menangani munculnya permasalahan ini,

antara lain :

a. Memahami dan mendengarkan keluhan remaja dengan penuh

perhatian, pengertian dan kasih sayang.

b. Memberikan penghargaan terhadap prestasi studi/prestasi

sosial, seperti olahraga, kesenian atau perbuatan-perbuatan baik

yang ditunjukkan remaja baik di sekolah maupun di lingkungan

masyarakat

c.

d.

Banyak berdiskusi tentang berbagai hal yang terjadi di

lingkungan sosial maupun lingkungan sekolahnya serta

orientasi masa depan yang akan direncanakan remaja.

Realistis dan bersikap objektif terhadap anak, sehingga

idealnya orang tua mengetahui kapasitas anak dan

mendiskusikan target apa yang ingin dicapai.

32

Page 29: konsep keluarga

e. Mulai menyertakan remaja dalam pengambilan keputusan

keluarga. Hal ini mendidik anak untuk ikut bertanggung jawab

dan melatih mereka dalam proses problem solving dan decision

making.

f. Mendukung ide-ide remaja yang positif.

g. Mengawasi kegiatan dan lingkungan sosial remaja secara

proporsional, tidak terlalu ketat atapun terlalu longgar.

h. Jika ada indikasi ketidakberesan yang serius, baik dalam segi

fisik ataupun psikologis yang cukup mencolok segera

konsultasikan dengan tenaga ahli seperti dokter atau psikolog.

33