bab ii kerangka teori - perpustakaan digital...

22
- 10 - BAB II KERANGKA TEORI Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 sudah mempredikisi Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah satunya adalah laju kebutuhan terhadap sumber daya air dan potensi ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyuplai air. Derajat kelangkaan air semakin meningkat. Sementara pertumbuhan penduduk yang pesat disertai dengan pola hidup yang semakin menuntut penggunaan air yang berlebihan makin menambah penggunaan air. Indonesia adalah merupakan negara yang kaya air dan menduduki urutan ke 5 diantara negara-negara kaya air setelah Brazil, Rusia, Cina dan Kanada. Namun jumlah yang berlimpah tersebut ketersediaannya sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Pulau Jawa yang jumlah penduduknya 65 % dari total penduduk Indonesia, hanya memiliki 4,5 % dari jumlah potensi air tawar secara nasional. Jumlah ketersediaan air tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bagi penduduknya, maka di pulau yang terpadat penduduknya selalu mengalami defisit air. 2.1. Air Tanah Yang dimaksud air tanah ialah air yang terdapat di dalam ruang antara butir-butir tanah yang terdapat dalam retakan batuan di dalam tanah. Air yang tertahan oleh butir-butir tanah dapat digolongkan menjadi: 1. Air kimia. Air ini merupakan suatu persenyawaan dengan butir-butir, oleh karena itu air ini tidak dapat dipergunakan oleh tanaman maupun orang. 2. Air hidroskopik atau air hidrasi, yaitu air yang membentuk selaput yang terikat pada butir-butir yang hidrofil. Humus merupakan suatu koloid yang hidrofil sehingga dapat menahan banyak air hidrasi.

Upload: voquynh

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 10 -

BAB II KERANGKA TEORI

Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 sudah

mempredikisi Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis

air pada tahun 2025. Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan air. Salah

satunya adalah laju kebutuhan terhadap sumber daya air dan potensi

ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam

menyuplai air.

Derajat kelangkaan air semakin meningkat. Sementara pertumbuhan penduduk

yang pesat disertai dengan pola hidup yang semakin menuntut penggunaan air

yang berlebihan makin menambah penggunaan air.

Indonesia adalah merupakan negara yang kaya air dan menduduki urutan ke 5

diantara negara-negara kaya air setelah Brazil, Rusia, Cina dan Kanada. Namun

jumlah yang berlimpah tersebut ketersediaannya sangat bervariasi menurut tempat

dan waktu. Pulau Jawa yang jumlah penduduknya 65 % dari total penduduk

Indonesia, hanya memiliki 4,5 % dari jumlah potensi air tawar secara nasional.

Jumlah ketersediaan air tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air

bagi penduduknya, maka di pulau yang terpadat penduduknya selalu mengalami

defisit air.

2.1. Air Tanah

Yang dimaksud air tanah ialah air yang terdapat di dalam ruang antara butir-butir

tanah yang terdapat dalam retakan batuan di dalam tanah. Air yang tertahan oleh

butir-butir tanah dapat digolongkan menjadi:

1. Air kimia. Air ini merupakan suatu persenyawaan dengan butir-butir, oleh

karena itu air ini tidak dapat dipergunakan oleh tanaman maupun orang.

2. Air hidroskopik atau air hidrasi, yaitu air yang membentuk selaput yang

terikat pada butir-butir yang hidrofil. Humus merupakan suatu koloid yang

hidrofil sehingga dapat menahan banyak air hidrasi.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-11 -

3. Air kapiler, yaitu air yang mengisi rongga-rongga antar butir tanah. Air ini

menyelimuti butiran-butiran tanah setelah air grafitasi turun. Air inilah

yang biasa dikenal dengan air tanah. Sifat-sifat air kapiler:

- terikat di antara kapasitas lapangan dan koefisien hidroskopis

- tegangannya 1-31 atmosfir

- berfungsi sebagai larutan tanah

- bergerak dengan cara penyusutan selaput dari tebal ke tipis.

4. Air gravitasi, yaitu air yang terus menghilang dari lapisan tanah yang

kemampuan menahan air sudah mencapai maksimum. Air ini bergerak

kelapisan tanah oleh pengaruh gaya gravitasi bumi.

Berdasarkan sifatnya yang dapat ditembus atau tidaknya oleh air, lapisan tanah

dapat dibedakan menjadi lapisan permeable dan lapisan impermeable. Lapisan

permeabel adalah lapisan tanah yang dapat ditembus oleh air, yang terbentuk dari

hasil endapan pasir atau kerikil, sedangkan lapisan impermeabel adalah lapisan

yang kedap air sehingga air tidak akan mampu melewati lapisan ini.

Lapisan permeable yang jenuh air disebut lapisan pengandung air atau lebih

dikenal dengan istilah akuifer. Air tanah yang terdapat di dalam akuifer dibedakan

mejadi dua macam yaitu akuifer bebas (air tanah bebas; akuifer tidak tertekan)

adalah air tanah yang tidak tertutup oleh lapisan impermeable, sedangkan akuifer

tertekan (air tanah dalam) adalah air tanah yang tertutup oleh lapisan

impermeabel, dimana di atas dan di bawah akuifer ini dibatasi oleh lapisan yang

kedap air. Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter.

Membicarakan masalah air tanah di wilayah DKI Jakarta, maka tidak dapat lepas

dari konteks masalah hidrologi dalam arti keseluruhan. Masalah hidrologi di

wilayah Jakarta akan dipengaruhi oleh proses-proses hidrogeologi yang

berlangsung di daerah-daerah lainnya, selain proses di daerah itu sendiri. Jika satu

daerah mengalami perubahan maka akan menyebabkan terjadinya perubahan di

daerah lainnya, sehingga semuanya merupakan satu kesatuan sistem sumberdaya

air. Dengan demikian untuk mengetahui masalah hidrologi yang terdapat di

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 12 -

Wilayah Pengembangan Selatan Jakarta, pendekatan yang dapat dilakukan salah

satunya adalah dengan melihat semua permasalahan yang berkaitan dengan

hidrologi, hidrogeologi dan lingkungan secara makro di DKI Jakarta.

2.1.1. Dampak pengambilan Air Tanah

Air tanah secara nyata menjadi komponen dari daur hidrologi dan oleh karenanya

banyak perencanaan pembangunan dalam melaksanakan kegiatannya seringkali

kurang mengantisipasi timbulnya dampak egatif terhadap lingkungan sumberdaya

air tanah. Untuk itu, pertimbangan lebih baik terhadap pencagaran sumberdaya air

tanah harus lebih diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan pembangunan

(perumahan, industri, gedung bertingkat dan kegiatan lainnya yang merubah

bentang lahan).

Ketika air tanah dipompa keluar melalui sumur-sumur, maka terjai cone of

depression, yaitu melengkungnya permukaan air tanah disekitar sumur ke arah

sumur atau pipa yang digunakan untuk mengambil air tanah. Semakin besar laju

pengambilan air tanah, maka semakin besar lengkungan permukaan air tanah yang

terjadi di sekitar sumur samapai tercapai keseimbangan baru dengan masuknya air

hujan dari daerah resapan (catchment area). Demikian seterusnya, keseimbangan

baru akan selalu tercapai sepanjang suplai air mencukupi. Tetapi ketika laju

pengambilan air tanah dari banyak sumur terlalu besar dibandingkan suplai air,

maka lengkungan-lengkungan permukaan air tanah dari satu sumur ke sumur

lainnya akan menyebabkan terjadinya penurunan tinggi muka air tanah secara

permanen.

Untuk usaha konservasi air tanah, besarnya pengambilan air tanah untuk aktivitas

industri tersebut seharusnya dikurangi. Pemanfaatan air permukaan perlu lebih

ditingkatkan, sementara pemanfaatan air tanah diusahakan bersifat suplemen,

terutama ketika berlangsung musim kemarau panjang sehingga secara keseluruhan

ketersediaan air tanah sepanjang tahun cukup memadai.

Akibat dari tidak seimbangnya antara pengambilan dan pengisian kembali air

tanah, menyebabkan berkurangnya cadangan air tanah. Dengan makin

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-13 -

berkurangnya cadangan air tanah akan berdampak terhadap lingkungan. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka dampak yang terjadi adalah :

a. turunnya tinggi muka air tanah

b. intrusi air laut

c. terjadi penurunan permukaan tanah

d. berkurangnya kuantitas dan kualitas air tanah.

Air tanah berkaitan erat dengan air permukaan. Menurut hukum Darcy, apabila

penurunan tinggi muka air tanah terus berlanjut akibat pengambilan air tanah

secara berlebihan, maka besar kemungkinan terjadinya rembesan air sungai ke

dalam tanah. Apabila aliran sungai cukup besar, maka rembesan tersebut tidak

terlalu berpengaruh terhadap debit sungai. Tetapi bila tanah tersebut mempunyai

tingkat permeabilitas yang besar, sementara bahan pencemaran yang terjadi pada

sungai yang bersangkutan cukup tinggi, dikhawatirkan pencemaran air sungai

tersebut memberikan pengaruh terjadinya pencemaran air tanah.

2.1.2. Peraturan Air Tanah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air

adalah merupakan peraturan yang dibuat untuk mengatur pengelolaan sumber

daya air. Dalam undang–undang tersebut dinyatakan bahwa air tanah merupakan

salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat

mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Dari

pernyataan tersebut adalah bahwa pemerintah menyadari bahwa air adalah

merupakan air merupakan sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya karena

mempunyai siklus tata air yang relative tetap. Namun disadari bahwa jumlah air

tetap sedangkan jumlah penggunanya semakin banyak, Untuk itu air harus dijaga

kelestariannya karena apabila adanya kerusakan dalam siklus air tersebut akan

memberikan dampak negatif yang luas bagi kehidupan di bumi karena air adalah

merupakan sumber utama bagi kehidupan di bumi. Kerusakan lingkungan air

tersebut apabila telah parah akan sulit dilakukan perbaikannya, sedangkan

kebutuhan air semakin meningkat sesuai dengan makin bertambahnya jumlah

manusia di muka bumi.

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 14 -

Inti dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber

daya air adalah mengatur pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Yang

dimaksud dengan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan adalah

pengelolaan sumber daya air yang memperhatikan keseimbangan ekosistem dan

kemampuan daya dukung lingkungannya. Pengelolaan Sumber daya Air tidak

hanya ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang tetapi juga termasuk

generasi yang akan datang.

Air tanah yang merupakan sumberdaya yang harus dijaga kelestariannya, namun

di dalam peraturan pemerintah mengenai pajak daerah masih menjadikan barang

komoditas yang murah untuk menarik minat investor. Hal inipun menjadi hal

yang krusial pada saat air tanah semakin krisis.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan pembangunan kota Jakarta di segala

bidang dan pertambahan penduduk, makin meningkat pula kebutuhan masyarakat

terhadap pemakaian air khususnya air bawah tanah yang dilakukan dengan cara

pemboran, penggalian atau penurapan, sehingga dapat menimbulkan dampak

negative terhadap kelestarian sumber daya air bawah tanah dan lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dibuat peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 tanggal 8 Juni 2005. Tentang

Pembuatan Sumur Resapan di Propinsi DKI Jakarta. Peraturan ini dikeluarkan

sebagai upaya untuk melestarikan air tanah dengan cara membuat sumur resapan

yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan curahan air

hujan untuk menambah kandungan air tanah. Berdasarkan peraturan ini, setiap

pemohon IMB wajib membuat sumur resapan yang spesifikasi teknis dan

pengawasannya dilakukan oleh oleh Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan

berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Kota.

2.1.3. Pengelolaan Air tanah

Pengelolaan airtanah adalah segala upaya yang mencakup inventarisasi,

pengaturan, pemanfaatan, perijinan dan pengendalian serta pengawasan dalam

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-15 -

rangka konservasi tanah. Untuk pengelolaan airtanah yang menjamin

keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian airtanah harus diterapkan secara terus

menerus mengingat sumberdaya airtanah saat ini telah menjadi terbatas dan

dampak dari pengambilan airtanah yang berlebihan telah menyebabkan kerusakan

ekosistem lingkungan.

Apabila memperhatikan dampak sumberdaya air dan lingkungan yang terjadi di

DKI Jakarta dimana dampak tersebut mempunyai kecenderungan yang semakin

meningkat dari waktu ke waktu, maka upaya pengelolan airtanah sudah

merupakan kebutuhan yang mutlak. Salah satu metode pengelolaan airtanah

adalah dengan melakukan rekayasa dimana dapat dilakukan dengan berbagai

metode, antara lain dengan metode :

a. Injeksi

Cara ini banyak digunakan di negara maju yaitu memompakan air bersih ke

dalam tanah dengan maksud untuk menambah cadangan air tanah. Metode ini

membutuhkan biaya yang mahal mengingat selain diperlukan purifikasi juga

energi untuk memompa air masuk ke dalam tanah. Metode ini telah dilakukan

di Beijing, Bangkok dan California.

b. Imbas

Metode ini dilakukan dengan membendung sungai sehingga akan terjadi

kenaikan muka airtanah di daerah hulu dan air akan meresap menambah

tampungan airtanah di sampingnya.

c. Ditch and Furrow

Metode ini dilakukan dengan mengalirkan air pada suatu parit yang dangkal,

dasar rata dan jarak yang rapat untuk memperoleh bidang kontak yang luas

dengan permukaan tanah.

d. Pipa Porus

Air dari sungai dialirkan dengan pipa yang porous menyamping ke arah kiri-

kanan sungai sehingga diyakini bahwa tidak akan terjadi base flow melalui

pipa tersebut.

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 16 -

e. Genangan,

Metode genangan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

Telaga/ situ/ embung/ kolam yang akan berfungsi sebagai retarding basin

Saluran irigasi dan drainase yang dapat berfungsi sebagai peresapan air

apabila tidak dilapisi dengan bahan yang kedap air.

Daerah irigasi merupakan daerah pengisian airtanah mengingat selain air

berevapotranspirasi air juga berinfiltrasi ke dalam tanah.

f. Sumur resapan

Sumur resapan yaitu sistem resapan yang dapat menampung air hujan, baik

dari permukaan tanah maupun dari air hujan yang disalurkan melalui atap

bangunan, dapat berbentuk sumur, kolam dengan resapan, saluran porous,

saluran resapan dan sejenisnya.

Wilayah Pengembangan Selatan Jakarta yang menerima curah hujan lebih kurang

sebesar 2000 mm/tahun sebenarnya sangat menguntungkan dalam proses imbuhan

air tanah secara alami, dimana pada saat musim hujan terjadi pengisian dan

penggantian (replenishment) airtanah yang terjadi ada musim kemarau sehingga

akuifer akan mendapat cadangan air. Secara alamiah kondisi tanahnya juga

menguntungkan karena tanahnya mempunyai tingkat infiltrasi sedang dengan

kedalaman muka airtanahnya 4,5 – 9,0 meter.

Masalah yang timbul adalah di daerah telah berkembang, akibatnya pengisian

kembali airtanah pada musim hujan terhambat karena adanya perubahan

lingkungan. Daerah yang seharusnya merupakan daerah resapan air tertutup

bangunan sehingga menjadi kedap air. Padahal daerah tersebut hingga Puncak

merupakan daerah yang mensuplai airtanah sebesar 37 juta m3/tahun di wilayah

sebelah utaranya. Jumlah airtanah sebesar itu tentunya akan menyusut apabila

eksploitasi air tanah dan pemanfaatan lahan seperti saat ini terus berlangsung

maka besar kemungkinan tidak sampai tahun 2000 deposit airtanah akan defisit

untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Dengan demikian maka WPS Jakarta

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-17 -

harus tetap dipertahankan sebagai kawasan resapan air jika DKI Jakarta tidak

ingin kehilangan airtanah yang berpotensi tersebut.

Selama tahun 1988-1992 jumlah lahan yang berubah fungsi dari lahan terbuka

menjadi lahan tertutup untuk lahan permukiman dan industri di DKI Jakarta

mencapai luas 10.491 hektar atau kira-kira seperenam luas DKI Jakarta (64.356

hektar). Dengan demikian tiap tahun rata-rata sekitar 2.612 hektar lahan terbuka

berubah menjadi lahan tertutup. Akibatnya terhadap kondisi hidrologi adalah

semakin besarnya koefisien aliran permukaan dan semakin kecilnya infiltrasi dan

perkolasi ke dalam airtanah. Sebagai gambaran, daerah semula padang rumput

dengan koefesien aliran sebesar 0.1 yang berarti 90% air hujan yang turun akan

mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam airtanah, dan 10% dari air hujan

tersebut menjadi aliran permukaan (run-off). Selanjutnya apabila daerah yang

dibangun tersebut ditutup semen, diperkeras dan diaspal maka koefisien alirannya

berubah menjadi 0,9. Artinya 90% dari air hujan yang turun akan langsung

menjadi aliran permukaan dan hanya 10% yang meresap ke dalam tanah. Maka

tidaklah mengherankan apabila banjir semakin besarnya intensitasnya, bahkan di

beberapa tempat yang dulunya tidak pernah mengalami banjir sekarang rutin

terjadi banjir pada saat musim penghujan.

2.2. Sumur Resapan

Pemerintah provinsi DKI Jakarta, sejak 17 Juni 2005 memberlakukan Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 tentang Perubahan

Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 115 Tahun

2001 tentang Pembuatan Sumur Resapan. Peraturan ini pada intinya mengajak

masyarakat untuk membuat sumur resapan di halaman rumah masing-masing,

Mal, Pasar, Perkantoran, Industri, Hotel, Sekolah, Kampus, Tempat Ibadah,

Rumah Sakit, Puskesmas dan lain sebagainya. Tindakan pertama yang dilakukan

oleh pemerintah Provinsi untuk menerapkan kebijakan mengenai pembuatan

sumur resapan pada bangunan-bangunan baru, yaitu dengan mengeluarkan izin

pembangunannya apabila adanya rencana pembangunan sumur resapan.dalam

gambar rencana.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 18 -

2.2.1. Pengertian dan Fungsi Sumur resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat

untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk

memasukkan air kedalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk

menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian konstruksi dan

kedalamannya berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air

tanah. Sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.

Penerapan sumur resapan ini dalam kehidupan sehari-hari penting artinya.

Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebagai

pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah.

Penurunan muka air tanah yang banyak terjadi akhir-akhir ini dapat teratasi

dengan bantuan sumur resapan. Tanda-tanda penurunan muka air tanah terlihat

dari keringnya sumur dan mata air pada musim kemarau serta timbulnya banjir

pada musim penghujan. Masalah tersebut akibat dari perubahan lingkungan

sebagai akibat dari proses pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan,

berupa pembukaan lahan, penebangan hutan serta pembangunan pemukiman dan

industri yang tidak terkendali yang menyebabkan berkurangnya ruang terbuka

hijau dan situ-situ yang merupakan daerah resapan air hujan.

Salah satu strategi atau cara pengendalian banjir, baik untuk mengatasi banjir dan

kekeringan adalah dengan sumur resapan. Sumur resapan ini merupakan upaya

memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah untuk menambah cadangan air

untuk digunakan pada saat dibutuhkan dan memperkecil aliran permukaan

sehingga menghindari dari penggenangan aliran permukaan secara berlebihan

yang menyebabkan banjir. Namun upaya ini akan berfungsi apabila adanya peran

serta masyarakat untuk menerapkannya. Karena peran sumur resapan akan tidak

berarti bila hanya beberapa penduduk saja yang menerapkannya.

Secara teknis petunjuk pembuatan sumur resapan sudah dibuat standar sesuai

dengan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 17 Tahun 1992 baik untuk perumahan

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-19 -

tinggal maupun kelompok. Namun demikian petunjuk teknis tersebut tidak dapat

diterapkan di sembarang tempat. Sistem pembuatan sumur resapan harus

memperhatikan kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang terdapat di tempat

tersebut.

Di WPS Jakarta meliputi kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Pasar

Rebo, Ciracas dan Cipayung tidak di kesemua wilayah metodenya sama. Aspek

fisik yaitu tinggi muka airtanah (pisometri) dan permeabilitas tanah harus

diketahui terlebih dahulu, sebab apabila aspek ini diabaikan maka justru akan

menimbulkan masalah baru seperti banjir. Di daerah Jabotabek, harga koefesiensi

permeabilitas (K) yang bervariasi tergantung dari struktur lapisan tanahnya. Dari

pengukuran koefesien permeabilitas memperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.2 Koefesien Permeabilitas Tanah di Daerah Sekitar Jakarta

Lokasi Kedalaman (m) K (cm/hari)

Pondok Gede 16,3 – 17,5 13,40 24,5 – 25,5 64,52 25,5 – 26,5 31,96 58,3 – 60,2 81,56 117,5 – 118,5 22,43 Serpong 30,0 – 31,0 0,105 37,1 – 41,0 1,897 105,0 – 109,0 0,163 137,0 – 141,0 0,163 189,0 – 193,0 0,740 Parung Badak 57,6 – 60,0 14,00 77,0 – 79,0 1,68 112,0 – 124,45 1,58 124,4 – 188,4 19,7 240,0 – 244,0 1,18

Sumber : BPPT (1994)

Secara umum permeabilitas tanah di WPS mempunyai tingkatan rendah hingga

agak cepat (<13 cm/hari), maksudnya tanah tersebut mempunyai kemampuan

untuk meloloskan air ke dalam tanah sebesar kurang dari 13 cm/hari.

Besaran resapan untuk sebuah sumur resapan dapat dihitung dengan

pendekatan sebagai berikut (Suyono S dan Kensaku T, 1997) :

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 20 -

Q = 4 kSr …………………………………….. (2.1)

Dimana : Q = debit air yang diresapkan k = koefisien permeabilias S = besar penurunan muka air r = jari-jari sumur

Dengan menggunakan pendekatan tersebut pembuatan sumur resapan dapat

dilakukan dengan dimensi/ ukuran yang bervariasi. Dimensi yang baik umumnya

berdiameter 1 meter sedangkan kedalamannya disesuaikan dengan kedalaman

muka airtanah. Penelitian yang pernah dilakukan di Jakarta Selatan memperoleh

koefisien permeabilitas sebesar 13 cm/hari maka apabila dibuat sumur resapan

dengan diameter 1 meter dan kedalaman antara 1-12 meter akan memberikan

debit yang berbeda-beda.

Tabel 2.3 Besarnya Debit Sumur Resapan Berdasarkan Kedalaman Tanah

Kedalaman (meter) Debit Sumur Resapan (liter/hari)

1 125,8 2 251,6 3 377,4 4 503,2 5 629,0 6 754,8 7 880,6 8 1.006,4 9 1.132,2 10 1.258,0 11 1.138,8 12 1.509,6

Sumber : Dinas Pertambangan DKI, 1995

Penetapan jumlah dan volume sumur resapan sesuai dengan kondisi permeabilitas

tanahnya telah terdapat pedomannya, baik dari Pemda DKI maupun dari

Departemen Pekerjaan Umum dan untuk langkah-langkah pembuatannya secara

garis besar memperhatikan aspek fisik yaitu tinggi muka airtanah, permeabilitas,

jarak dan sistem penampungannya.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-21 -

2.2.2. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan

Dalam rencana pembuatan sumur resapan perla diperhitungkan faktor iklim,

kondisi air tanah, kondisi tanah, tata guna lahan, dan kondisi sosial ekonomi

masyarakat.

1. Faktor iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan sumur resapan. Faktor-faktor yang perlu mendapatkan

perhatian adalah besarnya curah hujan. Semakin besar curah hujan di suatu

wilayah berarti semakin besar sumur resapan yang diperlukan.

2. Kondisi Air Tanah. Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur

resapan perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar

memerlukan suplai air melalui sumur resapan. Sebaliknya pada lahan yang

muka air tanahnya dangkal (1-3 meter), sumur resapan ini kurang efektif

dan tidak akan berfungsi dengan baik. Terlebih pada daerah rawa dan

pasang surut, seperti daerah bagian utara DKI Jakarta sumur resapan tidak

efektif, pada daerah tersebut justru memerlukan saluran drainase

pembuangan.

3. Kondisi Tanah. Keadaan tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya

daya resap tanah terhadap air hujan. Konstruksi sumur resapan harus

mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sebagi contoh tanah berpasir dan

poros lebih mampu merembeskan air hujan dengan cepat. Tabel 2.1 di

bawah ini menyajikan hubungan antara beberapa tipe tekstur tanah dengan

kecepatan merembeskan air hujan kedalam tanah (infitrasi).

Tabel 2.1. hubungan kecepatan infiltrasi dan tekstur tanah

Tekstur Tanah

Kecepatan Infiltrasi

(mm per jam)

Keterangan

Pasir berlempung 25 - 50 Sangat cepat

Lempung 12,5 - 25 cepat

Lempung berdebu 7,5 - 15 sedang

Lempung berliat 0,5 – 2,5 lambat

Liat < 0,5 Sangat lambat

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 22 -

Sumber : Sitanala Arsyad, 1976

4. Kondisi Lingkungan. Pembangunan sumur resapan harus memperhatikan

kondisi lingkungan. Hal ini perlu dilakukan karena kemampuan alam untuk

memurnikan air sangat terbatas dan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Karena itu upaya penting yang dilakukan adalah pencegahan masuknya air

limbah, banjir ke dalam badan air dan atau ke dalam lapisan tanah.

2.3. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Air Perkotaan

Kota merupakan ekosistem yang tidak lengkap, karena pada ekosisitem ini proses

dekomposisi tidak dapat berlangsung dengan sempurna, maka pemerintah harus

menyediakan air bersih dan air minum bagi masyarakat. Pengadaan air bersih,

pada umumnya dilakukan dengan cara mengolah air permukaan yang diambil dari

sumbernya, misalnya sungai atau waduk yang digunakan sebagai resevoir air.

Selain itu dapat pula dengan cara mengolah sumber mata air menjadi air bersih

akan jauh lebih murah karena kemurniannya lebih tinggi daripada air permukaan,

tetapi mata air tidak selalu ada di dekat kota. Oleh karena itu pilihan utama di

dalam penyediaan air bagi penduduk kota adalah pembangunan instalasi

pengolahan air bersih yang menggunakan air sungai/waduk.

Konsep sumberdaya air kota pada dasarnya mengikuti prinsip daur hidrologi.

Konsep ini merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global,

tetapi berlaku juga untuk skala regional. Sesungguhnya mudah dipahami betapa

pentingnya untuk menjaga kualitas air, karena kemampuan alam untuk

memurnikan air sangat terbatas dan membutuhkan waktu yang sangat lama,

Karena itu upaya penting yang harus dilakukan adalah pencegahan masuknya air

limbah ke dalam badan air dan atau kedalam lapisan tanah. Infrastruktur dan

aktivitas kota menghasilkan berbagai macam limbah sehingga menimbulkan

dampak terhadap badan air dan kualitas air. Dampak tersebut pada tingkat

selanjutnya menimbulkan dampak lanjutan terhadap biota air dan kesehatan

manusia. Dengan demikian dapat dipahami betapa eratnya kaitan antara

penyediaan air bersih kota dengan aspek kesehatan lingkungan.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-23 -

Selain aktivitas di dalam kota, berbagai kegiatan yang berlangsung di bagian hulu

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas

sumber air untuk perkotaan. Permasalahan kualitas yang terjadi adalah banyak

aliran sungai yang sebelum masuk daerah perkotaan telah membawa bahan-bahan

pencemar karena menampung limbah berbagai kegiatan di daerah hulu.

Begitupulu dengan masalaa kuantitas yang sering terjadi adalah terjadinya

perebutan air antara daerah perkotaan dan pertanian.

2.3.1. Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih

Persoalan Pemenuhan kebutuhan air bersih di megapolitan merupakan masalah

yang dihadapi oleh hampir semua megapoitan di negara berkembang. Semakin

banyak penduduk yang tinggal di Megapolitan selalu diikuti oleh meningkatnya

kebutuhan air bersih sementara suplai air bersih sangat terbatas adanya. Dari

waktu ke waktu pemerintah selalu berusaha untuk mencari kemungkinan-

kemungkinan baru untuk menambah supali air bersih di daerah megapolitan

dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan air bersih pada masa yang akan

datang. Disamping memeanfaatkan sumber-sumber air yang berasal dari daerah

pegunungan, Pemerintah mencari peluang untuk memanfaatkan air tanah yang

ada. Keberadaan suplai air tanah yang berasal dari pegunungan selalu menghadapi

persoalan kerusakan lingkungan yang dibuat oleh manusia, sehingga konservasi

dan preservasi mata air yang ada mengalami hambatan yang tidak kecil, padahal

kelestarian mata air sangat ditentukan oleh kelestarian vegetasi penutup yang

dalam hal ini berupa hutan di daerah pegunungan.

Daerah bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) atau yang terletak di bagian yang

mempunyai elevasi wilayah yang lebih tinggi berfungsi sebagai daerah tangkapan

air hujan (catchment area). Makin terpeliharanya vegetasi penutup berarti makin

baik pula kemampuan wilayah dalam hal konservasi air yang ada demi menjaga

keberlangsungan munculnya mata air dibagian hulu tersebut atau cadangan air

tanah dan hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh penduduk yang bertempat

tinggal di bagian lebih rendah, khususnya kawasan Megapolitan. Makin

meningkat jumlah penduduk, peluang pengrusakan lingkungan khususnya

penebangan hutan sebagai vegetasi penutup catchment area semakin besar.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 24 -

Megapolitan yang berlokasi di daerah pantai, kendala dalam memanfaatkan air

tanah bertambah dengan ancaman intrusi air laut ke bagian daratan. Penyusupan

air laut ini ternyata makin lama makin jauh ke arah darat sebagai akibat

pemompaan air tanah yang melebihi dari kemampuan pengisian kembali air tanah.

2.3.2. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Tantangan terbesar dalam pengelolaan sumberdaya air adalah mempertahankan

keseimbangan antara pemenuhan air bagi kebutuhan hidup manusia dan

ketersediaan sumberdaya air. Pengalolaan DAS diharapkan dapat memberikan

kerangka kerja ke arah tercapainya pembangunan yang berkelanjutan.

Pengelolaan DAS tidak selalu memberikan penyelesaian yang menyeluruh

terhadap konflik-konflik yang timbul sebagai konsekuensi perkembangan

pertumbuhan ekonomi dengan usaha-usaha perlindungan lingkungan. Tetapi,

dengan pengelolaan DAS dapat memberikan suatu kerangka kerja yang praktis

dan logis serta menunjukkan mekanisme kerja yang jelas untuk penyelesaian

masalah-masalah kompleks yang timbul oleh adanya kegiatan pembangunan.

Dalam pelaksanaannya pengelolaan DAS akan bertumpu pada aktivitas-aktivitas

yang berdimensi biofisik seperti pengendalian erosi, penghutanan kembali

(reboisasi) lahan-lahan kritis, serta berdimensi regulasi atau kelembagaan seperti

insentif dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Dimensi

sosial dalam pengelolaan DAS lebih diarahkan pada pemahaman kondisi sosial

budaya setempat dan menggunakan kondisi tersebut sebagai pertimbangan untuk

merencanakan strategi aktivitas pengelolaan DAS yang berdaya guna tinggi serta

efektif. Keseluruhan rangkaian kegiatan-kegiatan tersebut masih dalam kerangka

kerja yang mengarah pada usaha-usaha tercapainya keseimbangan antara

pemenuhan kebutuhan manusia dengan kemampuan sumberdaya alam untuk

mendukung kebutuhan manusia tersebut secara lestari.

Kerangka pemikiran pengelolaan DAS dalam hal ini akan melibatkan tiga dimensi

pendekatan analisis (Standar) untuk pengelolaan DAS seperti dikemukakan oleh

Hufschmidt (1986). Dengan kombinasi ketiga unsur utama tersebut diharapkan

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-25 -

diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang proses dan mekanisme pengelolaan

DAS. Ketiga dimensi pendekatan analisis pengelolaan DAS tersebut adalah :

1. Pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah

perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi berkaitan erat.

2. Penglolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan DAS

melalui kelembagaan yang relevan dan terkait.

3. pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing

berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik.

Pengalaman selama ini yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan

pengelolaan DAS seringkali dibatasi oleh batas-batas yang bersifat

politis/administrasi (negara, provinsi, kabupaten). Padahal kita sadar bahwa

kekuatan alam seperti banjir, kekeringan, erosi, pencemaran air berlangsung

menurut batas-batas daerah aliran sungai. Pembangkit listrik tenaga air, saluran-

saluran air dan irigasi akan mempengaruhi dan sekaligus dipengaruhi oleh

proses-proses alamiah yang berlangsung di dalam DAS. Beberapa aktivitas

pengelolaan DAS yang diselenggarakan di daerah hulu seperti pengelolaan lahan

yang mendorong terjadinya erosi, hal ini dapat menimbulkan dampak di hilir

(dalam bentuk pendangkalan sungai atau saluran irigasi karena pengendapan

sendimen yang berasa dari erosi di daerah hulu).

Peristiwa degradasi lingkungan ini jelas mengabaikan penetapan batasan-batasan

politis atau administrasi, sebagai batas pengelolaan. Dengan demikian, DAS dapat

dimanfaatkan sebagai satuan perencanaan dan pengelolaan (sumberdaa alam)

yang logis dari sisi pandang pengelolaan lingkungan. Meskipun demikian, batas-

batas politis atau administrasi juga bersifat lois dari sisi pandang politis.

Untuk mencapai pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan

ekonomi dan perlingungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini

diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut

Selama ini pengalaman yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan

pengelolaan DAS seringkali dibatasi oleh batas-batas yang bersifat

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 26 -

politis/administrative (Negara,propinsi, kabupaten), dan oleh karenanya, batas-

batas ekosistem alamiah kurang banyak dimanfaatkan. Padahal kita sadar bahwa

kekuatan alam seperti banjir dan tanah longsor tidak mengenal batas-batas politis.

Sebaliknya bahwa aliran air (banjir), tanah longsor, erosi, migrasi ikan dan

organisme akuatis lainnya serta pencemaran air berlangsung menurut batas-batas

daerah aliran sungai (ekologis). Pembangkit listrik tenaga air, saluran-saluran

irigasi, dan jaringan transportasi (darat dan air) akan mempengaruhi dan sekaligus

dipengaruhi oleh proses-proses alamiah yang berlangsung didalam DAS.

Beberapa aktifitas Pengelolaan DAS yang diselenggarakan didaerah hulu seperti

kegiatan pengelolaan lahan yang mendorong terjadinya erosi, pada gilirannya,

dapat menimbulkan dampak di daerah hilir ( dalam bentuk pedangkalan sungai

atau saluran irigasi karena pengendapan sedimen yang berasal dari erosi didaerah

hulu). Peristiwa degradasi lingkungan ini jelas mengabaikan penetapan batas-

batas politis sebagai batas pengelolaan sumberdaya alam. Dengan demikian,

daerah aliran sungai dapat dimanfaatkan sebagai satuan perencaan dan

pengelolaan (sumberdaya alam) yang logis dari sisi pandang pengelolaan

lingkungan. Meskipun demikian, batas-batas politis/administratif juga bersifat

logis dari sisi pandang politis/administratif.

Untuk tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan kegiatan pembangunan

ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini

diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui

penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu ke dalam

kenyataan-kenyataan ekonomi dan sosial. Inilah tantangan formulasi kebijakan

yang harus dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan ingin diwujudkan. Untuk ilustrasi, berikut ini

dikemukakan contoh bagaimana penyelarasan sisi pandang sistem ekonomi dan

sistem politik diwujudkan melalui konsep pengelolaan DAS yang komprehensif

seperti dilaporkan oleh Brooks et al. (1994).

Bangsa polinesia yang tinggal dikepulauan Hawaii pada waktu iti telah mencoba

menyelaraskan dua kepentingan yang seringkali berbenturan, yaitu sistem politik

dan ekonomi kedalam prinsip-prinsip yang umumnya berlaku dalam suatu daerha

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-27 -

aliran sungai. Mereka mendefinisikan DAS sebagai wilayah pengelolaan yang

membentang daerah-daerah puncak pengunungan hingga kedaerah pantai dan

bahkan ke lokasi terumbu karang (coral reefs) diluar batas alamiah suatu DAS.

Kepala-kepala suku masing-masing mempunyai akses dan otoritas terhadap DAS

yang berada diwilayahnya masing-masing. Mereka memandang masing-masing

wilayah DAS tersebut sebagai wilayah politik, ekonomi dan lingkungan yang

dapat menyediakan makanan, air, dan sumberdaya alam lainnya bagi kelanjutan

kehidupan warga yang tinggal didalam wilayah DAS tersebut. Mereka mengelola

daerah hulu, terutama daerah dengan kemiringan lereng besar sebagai hutan dan

mengusahkan tanaman pangan pada tempat-tempat yang dianggap tidak atau

kurang rentan terhadap erosi dan tanah longsor. Mereka memanfaatkan saluran-

saluran irigasi untuk mengairi ladang-ladang tanaman pangan yang terletak

didaerah hilir serta mengelola ladang pertanian sedemikian rupa sehingga tidak

mencamari ikan dan makluk lain yang hidup dalam karang berumbu dilautan

bebas. Mereka beranggapan bahwa pengelolaan sumberdaya alam dengan bijakan

dapat mencegah atau mengurangi terjadinya pencemaran dan erosi, dan dengan

demikian, memberikan keuntungan sosial dan politis didaerah tersebut.

Konsep pengelolaan DAS yang baik perlu didukung oleh kebijakan yang

dirumuskan dengan baik pula. Dalam hal ini kebijakan yang berkaitan dengan

pengelolaan DAS seharusnya mendorong dilaksanakannya praktek-pratek

pengelolaan lahan yang kondusif terhadap pencegahan degradasi tanah dan air.

Harus selalu disadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk rehabilitasi DAS jauh

lebih mahal daripada biaya yang dikeluarkan untuk usaha-usaha pencegahan dan

perlindungan DAS. Sasaran dan prinsip-prinsip dalam pengelolaan DAS

memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan

dalam skala DAS yang melibatkan sumber daya lahan dan air. Lebih jauh,

kerangka kerja ini dapat membantu menyatukan atau menyelaraskan pengelolaan

sumber daya alam yang mempunyai dimensi biofisik dan sosial-ekonomi serta

membantu menghindari timbulnya permasalahan-permasalahan lingkungan.

Dalam konteks ini, praktek-praktek pengelolaan lahan dan konservasi tanah dan

iar merupakan ”alat” dari kerangka kerja tersebut di atas. Praktek-praktek tersebut

di atas meliputi aktivitas yang berdimensi keteknikan (perubahan tataguna lahan

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 28 -

dan penutpan tajuk) yang diharapkan dapat mencapai sasatan dan tujuan dari

pengelolaan DAS yang telah ditentukan.

Pengelolaan DAS dapat dibedakan menjadi beberapa langkah sesuai dengan tugas

dan wewenang yang dimiliki oleh lembaga-lembaga yang terkaid dengan

kegiatan pengelolaan DAS tersebut. Langkah-langkah ini dapat dikenali dengan

cara menganalisis program pengelolaan DAS sebagai serial kegiatan yang saling

berkaitan untuk menghasilkan sasaran tertentu dan dengan aktivitas pengelolaan

tertentu.

Misalnya, sebagai aktivitas pertama, seluruh wilayah DAS dibagi menjadi

beberapa tipe tataguna lahan utama (saat ini dan yang akan diusulkan), antara lain

hutan (produksi, lindung, suaka alam), pertanian, perkebunan, pertambangan,

transportasi, pemukiman dan lain-lain. Untuk setiap tipe tataguna lahan,

kemungkinan akan ada lebih dari satu penggunaan. Sebagai aktivitas kedua, untuk

setiap unit operasi tataguna lahan tertentu, perlu dikembangkan aktivitas

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di daerah tersebut. Untuk bidang

pertanian, aktivitas meliputi, antara lain, tipe dan rotasi tanaman pangan, jumlah

dan periode pemberian ”input”, metode praktek pertanian, serta perbuatan dan

perbaikan teknik konservasi tanah dan air. Untuk pengusahaan hutan produksi,

aktivitas meliputi pemilihan jenis pohon, teknik pemanenan pohon serta prosedur

pengangkutannya.

Akhirnya, untuk mengurangi kemungkinan timbulnya dampak negatif di daerah

hilir, suatu paket aktivitas pengelolaan daerah hilir perlu dilaksanakan. Kegiatan

ini meliputi usaha-usaha vegetatif dan mekanik untuk konservasi tanah dan air

yang meliputi perbaikan saluran, perlindungan pinggir sungai melalui penanaman

vegetasi, dan lain-lain.

2.3.3. Kompensasi

Pada umumnya, upaya merehabilitasi hutan dan lahan yang dilakukan selama ini

lebih berorientasi pada target, baik melalui pendekatan struktural fisik maupun

vegetatif. Sedangkan partisipasi masyarakat, aspek sosial kelembagaan, dan

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-29 -

kesejahteraan masyarakat lokal belum mendapat perhatian yang proporsional.

Dari segi pembiayaan, dana untuk melaksanakan kegiatan semacam ini biasanya

berasal dari pemerintah, sehingga dengan demikian seringkali dipahami sebagai

kegiatan yang cost – centered.

Pada akhir dekade tahun 2000-an, pendekatan pengelolaan lingkungan atau

sumberdaya alam termasuk sumberdaya hutan yang berorientasi pada permintaan

pasar meningkat sebagaimana layaknya semua sektor di bidang ekonomi lainnya.

Aspek pemasaran atau aspek ekonomi secara umum selalu bertumpu kepada

sektor swasta dan merekalah yang diharapkan dapat berperan secara aktif. Di sisi

lain, diharapkan pemerintah dapat menyiapkan perangkat atau mekanisme

pengelolaannya sehingga lingkungan dan sumberdaya alam (termasuk

sumberdaya hutan) dapat dikelola secara lestari. Selain itu, pemerintah dan

masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat diharapkan siap dengan

personil pengelola kompensasi jasa lingkungan yang kapasitasnya memadai.

Keterbatasan tersedianya dana dan kemampuan atau kapasitas pengelolaan

membuat kerusakan lingkungan semakin parah. Sebagai respon terhadap

permasalahan tersebut maka lahir berbagai gagasan inovatif misalnya dalam

bentuk pembayaran jasa lingkungan (Payment for Environmental Services atau

PES).

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan termasuk di dalamnya jasa air adalah

salah satu inovasi pengelolaan lingkungan secara lestari yang cukup dikenal di

berbagai belahan dunia. Hal ini sangat beralasan karena 20% penduduk dunia

kekurangan akses terhadap fasilitas air bersih dan separuh penduduk dunia

kekurangan akan fasilitas kesehatan (Cosgrove dan Rijsberman, 2000). Menurut

Landell-Mills dan Porras (2002), perkembangan pemasaran jasa air di dunia

diakibatkan memang adanya permintaan pasar (52%), karena adanya peraturan

pemerintah (28%), adanya penawaran (8%) dan hal-hal lainnya (12%).

Implementasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan di suatu wilayah perlu

diintegrasikan dengan perencanaan spasial (spatial planning) disertai dengan

adanya kesepakatan lintas sektoral, provinsi dan nasional. Diperlukan pula adanya

konsultasi bottom-up dalam penyusunan proses dan besaran kompensasi hingga

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

- 30 -

didapatkan kesesuaian atau equilibrium willingness-to-accept dan willingness-to-

pay.

Kompensasi terhadap jasa lingkungan bukan suatu jawaban universal untuk

memerangi kemiskian di pedesaan (termasuk kemiskinan di sekitar kawasan

konservasi dan kawasan hutan) dan degradasi lingkungan. Agar berfungsi sebagai

instrumen yang berharga untuk memperkuat strategi-strategi peningkatan

penghidupan masyarakat, maka skema kompensasi sebaiknya menjadi bagian dari

strategi pembangunan daerah yang lebih luas.

Dengan demikian, secara umum pasar jasa lingkungan dapat pula diartikan

sebagai kesempatan bagi masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar kawasan

konservasi serta kawasan hutan untuk meningkatkan taraf hidup mereka (ICRAF

et al., 2005). Selain itu, mekanisme ini juga ditujukan untuk meningkatkan modal

sosial dan pengakuan atas hak masyarakat dalam mengelola dan mengakses

sumberdaya alam atau hutan (recognition).

2.4. Kebijakan publik

Kebijakan publik adalah merupakan serangkaian tindakan atau kegiatan yang

diusulkan oleh Pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terjadi

hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan

(kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna

dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Carl Friedrich,

1967;79)

Tiga teori pengambilan keputusan yang menitikberatkan pada langkah atau

kegiatan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan :

a. Teori Rasional

Model teori ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai

maximum social gain berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus

memilih kebijakan yang memberikan manfaat optimum bagi masyarakat.

Model ini mengatakan bahwa proses formulasi kebijakan haruslah didasarkan

pada keputusan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya.

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI - Perpustakaan Digital ITBdigilib.itb.ac.id/files/disk1/666/jbptitbpp-gdl-bennymarga-33277-3... · Umumnya akuifer tertekan ini keberadaanya lebih dari 40 meter

-31 -

b. Model Inkremental

Model inkremental adalah merupakan kritik terhadap model Rasional. Para

pembuat kebijakan tidak pernah melakukan proses seperti yang dipersyaratkan

oleh pendekatan rasional karena mereka (pembuat kebijakan) tidak memiliki

cukup waktu, intelektual maupun biaya. Ada kekhawatiran muncul dampak yang

tidak diinginkan akibat kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya.

Model ini melihat bahwa kebijakan publik merupakan variasi atau kelanjutan dari

kebijakan di masa lalu. Model ini dapat dikatakan sebagai model

pragmatis/praktis. Pendekatan ini diambil ketika pegambil kebijakan berhadapan

dengan keterbatasan waktu, ketersediaan informasi dan kecukupan dana untuk

melakukan evaluasi kebijakan secara komprehensif (Riant Nugroho, 2006).

Kebijakan ini umumnya baik, namun dalam dunia yang berubah dengan cepat,

kebijakan inkremental sama dengan menggunakan SIM A untuk mengandarai

pesawat.

c. Model Mixed Scanning Theory.

Model ini merupakan upaya menggabungkan antara model rasional dan model

inkremental. Inisiatornya adalah pakar sosiologi organisasi, Amitai Etzioni tahun

1967. Pada dasarnya, model ini adalah model yang menyederhanakan masalah