bab ii kerangka teori, hasil penelitian dan analisis · 2020. 6. 29. · 14 bab ii kerangka teori,...

46
14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepala Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. a. Tugas Kepolisian Tugas Kepolisan menurut Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah; 1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat 2) Menegakan hukum; dan 3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Upload: others

Post on 15-Aug-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

14

BAB II

KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kerangka Teori

1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri

melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman,

dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepala Negara Republik Indonesia

selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.

a. Tugas Kepolisian

Tugas Kepolisan menurut Pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor

2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah;

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2) Menegakan hukum; dan

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

15

Pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

memberikan penjelasan bahwa, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

Page 3: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

16

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia;

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta melakukan tugas lain sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. 1

b. Wewenang Kepolisian

Wewenang kepolisian menurut Pasal 15 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian negara Republik Indonesia menjelaskan

bahwa, dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang;

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan;

1) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum;

2) Mencegah dan menanggulangi ketertiban umum;

1 Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik

Indonesia (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4168).

Page 4: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

17

3) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan pepecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

4) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administrative kepolisian;

5) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan;

6) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

7) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

8) Mencari keterangan dan barang bukti;

9) Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

10) Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

11) Memberikan bantuan pengamanan dalam siding dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;

12) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Pasal 16 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

menjelaskan bahwa, dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia

berwenang untuk;

1) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

2) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

Page 5: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

18

3) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka

penyidikan;

4) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa

tanda pengenal diri;

5) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

7) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

8) Mengadakan penghentian penyidikan;

9) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang

berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau

mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka

melakukan tindak pidana;

11) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri

sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk

diserahkan kepada penuntut umum; dan

12) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Ayat (2) tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf l adalah tindakan

penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagaimana

berikut:

Page 6: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

19

1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut

dilakukan;

3) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;

4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

5) Menghormati hak asasi manusia.

Pasal 17 menjelaskan bahwa “Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia

menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia,

khususnya di daerah hukum pejabat yang bersangkutan ditugaskan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.” Pasal 18 ayat (1) dan (2) menjelaskan bahwa “untuk

kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.”

Ayat (2) “Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dpat

dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.”

Pasal 19 menjelaskan bahwa “Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum

dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak

asasi manusia dan ayat (2) “dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana

Page 7: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

20

dimaksud dalam ayat (1). Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan

tindak pencegahan.2

c. Fungsi Kepolisian

Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan bahwa “fungsi kepolisian adalah

salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat”. Pasal 3 pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang dibantu oleh:

1) Kepolisan khusus.

2) Penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau

3) Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

Pasal 4 menjelaskan bahwa “Kepolisian negara Republik Indonesia bertujuan

untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan

dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pasal (5) ayat (1)

menjelaskan bahwa “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara

yang berperang dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

2 Ibid, Pasal 15,16,17,18 dan 19.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

21

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Dan ayat (2)

“Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan

satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)3

2. Penyelidikan dan Penyidikan

a. Penyelidikan

Secara umum penyelidikan atau dengan kata lain sering disebut penelitian

adalah langkah awal atau upaya awal untuk mengidentifikasi benar dan tidaknya suatu

peristiwa pidana itu terjadi. Dalam perkara pidana, penyelidikan atau penelitian itu

adalah langkah-langkah untuk melakukan penelitian berdasarkan hukum dan peraturan

perundang-undangan untuk memastikan apakah peristiwa pidana itu benar-benar

terjadi atau tidak terjadi. Adapun penyelidikan menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP adalah

sebagai berikut.

Penyelidikan adalah serangkaian tindak penyelidikan untuk mencari dan

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini.

Jadi menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 KUHAP di atas, penyelidikan adalah

tindakan atas nama hukum untuk melakukan penelitian, apakah perkara dimaksud

benar-benar merupakan peristiwa pelanggaran terhadap hukum pidana atau bukan

3 Ibid, Pasal 2,3,4.dan 5.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

22

merupakan pelanggaran terhadap hukum pidana. Sangat jelaslah bahwa Pasal 1 angka

5 KUHAP memberikan tugas kepada aparatur negara di bidang penegakan hukum

untuk melakukan upaya ketika ada peristiwa melalui laporan, pengaduan atau karena

diketahui sendiri oleh apparat penegak hukum karena kewajibannya. Upaya itu adalah

upaya untuk mengidentifikasi apakah peristiwa itu memenuhi syarat dan masuk dalam

kategori peristiwa pidana atau bukan merupakan peristiwa pidana.

Peristiwa itu merupakan peristiwa pidana apabila sesuai dengan persyaratan

Pasal-Pasal dalam KUHP atau dalam ketentuan-ketentuan yang terdapat di luar KUHP.

Penyelidikan terhadap perkara pidana itu antara lain dilakukan dengan cara mencari

keterangan di lapangan tentang apa kata orang terhadap peristiwa hukum yang

dimasalahkan, bisa juga dilakukan secara langsung di tempat yang diduga ada

kaitannya dengan peristiwa yang diduga merupakan peristiwa pelanggaran hukum, dan

bisa juga dengan cara melakukan cross cek atas dugaan perkara itu dengan berbagai

peraturan yang terkait. Pasal 1 angka 5 KUHAP memberikan pengertian tentang

penyelidikan, yaitu yang berupa mencari pembuktian dan keterangan tentang

keterpenuhan tindak atau peristiwa pidana menurut hukum atau peraturan perundang-

undangan yang berlaku, keterpenuhan adanya peristiwa pidana itu antara lain dapat

diukur sebagai berikut.

1) Adanya laporan dan/atau pengaduan tentang dugaan peristiwa pidana

kepada aparatur negara penegak hukum.

2) Adanya dugaan peristiwa pidana yang terjadi pada waktu atau saat yang

mudah dipahami oleh akal sehat (waktu tertentu).

Page 10: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

23

3) Adanya pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan atas dugaan peristiwa

pidana itu.

4) Adanya tempat atau lokasi kejadian yang jelas dan pasti atas dugaan

peristiwa pidana itu.

Jenis-jenis tindakan dalam penyelidikan yang dilakukan aparat hukum untuk

mengetahui pada tahap awal, apakah peristiwa itu merupakan peristiwa pidana atau

Bukan merupakan peristiwa pidana, harus terlebih dahulu dilakukan tindakan hukum

yang berupa penyelidikan. Penyelidikan yang dapat dilakukan antara lain dapat berupa

tindakanmendengarkan informasi yang beredar di masyarakat, atau keterangan-

keterangan apa saja yang diucapkan atau disampaikan oleh masyarakat tentang

peristiwa yang sedang terjadi dan melakukan pengecekan secara langsung terhadap

objek yang diduga ada hubungannya dengan peristiwa yang sedang terjadi. Tindakan-

tindakan itu dimaksudkan untuk mensinkronkan dengan aturan hukum mana yang

cocok dengan peristiwa itu.

Proses penyelidikan dinamakan dengan tindakan hukum karena dalam

penyelidikan itu terdapat tindakan-tindakan yang ditujukan untuk pengungkapan

peristiwa hukumnya yang ditandai dengan adanya surat perintah dari penyidik yang di

dalamnya juga terdapat kewenangan yang harus dihormati oleh setiap orang. Dalam

penyelidikan, untuk mengidentifikasi apakah peristiwa itu merupakan peristiwa pidana

atau bukan merupakan peristiwa pidana, antara lain dengan cara sebagai berikut.

Page 11: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

24

1) Menentukan siapa pelapor atau pengaduannya artinya, untuk menentukan

siapa pelapor atau pengaduan dalam perkara pidana biasanya relative tidak

mengalami kesulitan, karena pelapor atau pengaduan akan dating ke kantor

polisi untuk melaporkan atau mengadukanperistiwa yang diduga

merupakan peristiwa pidana.

2) Menentukan peristiwa apa yang dilaporkan artinya, untuk mengidentifikasi

apakah peristiwa itu merupakan peristiwa pelanggaran hukum tertentu,

perlu dilakukan upaya penyelidikan, artiya upaya atau tindakan

penyelidikan itu untuk mengumpulkan keterangan tertentu dari berbagai

pihak yang dianggap mengerti karena melihat, mendengarkan, dan mengerti

secara langsung peristiwa itu.

3) Dimana peristiwa itu terjadi artinya, tindakan selanjutnya masih dalam

rangka penyelidikan terhadap peristiwa hukum itu untuk menentukan

tempat perkara itu terjadi (locus delicty).

4) Kapan peristiwa itu terjadi artinya, dalam peristiwa tertentu, waktu kejadian

(tempos delicty) yang mendekati ketepatan waktunya sangat penting untuk

mengungkap peristiwa pelanggaran hukum itu.

5) Menentukan siapa pelaku dan korban atau pihak yang dirugikan artinya,

menentukan atau mengidentifikasi siapa pelaku dan siapa korbannya.4

4 Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2010,

hlm, 18-29.

Page 12: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

25

b. Penyidikan

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP (Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana) menjelaskan tentang Penyidikan yang

berbunyi sebagai berikut.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi

dan guna menemukan tersangkanya.

Dalam ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 KUHAP di atas,

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah setiap tindakan

penyidikan untuk mencari bukti-bukti yang dapat meyakinkan atau mendukung

keyakinan bahwa perbuatan pidana atau perbuatan yang dilarang oleh ketentuan

pidana itu benar-benar telah terjadi. Upaya oleh polisi yang penyidik itu untuk

mencari dan mengungkap keterangan atau informasi tentang peristiwa yang diduga

sebagai tindak pidana atau peristiwa kejahatan yang diduga dilakukan oleh seseorang

yang belum diketahui identitas pelaku. Informasi-informasi atau bahan keterangan itu

yang mampu menjelaskan tentang peristiwa yang diduga merupakan peristiwa pidana

(kriminal). Informasi itu bukan saja hanya terbatas kepada kiblat ketentuan yang ada

dalam rumusan peraturan perundang-undangan saja, tetapi lebih kepada penyidik

harus mampu membongkar pelanggaran hukum yang sebenarnya. Pasal 1 angka 2

KUHAP menjelaskan bahwa penyidik Polri bertugas dan berkewajiban untuk

Page 13: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

26

membuat terang tentang dugaan tindak pidana yang terjadi, pengertian membuat

terang tentang tindak pidana harus dipahami bahwa Polri yang penyidik itu bukan

harus menyatakan bahwa dugaan tindak pidana itu harus tetap dinyatakan sebagai

tindak pidana, tetapi Polri yang penyidik itu bertugas berdasarkan ketentuan peraturan

hukum yang berlaku menyatakan berdasarkan hasil penyidikannya bahwa perkara itu

adala peristiwa pidana

berdasarkan bukti permulaan yang cukup, atau bukan merupakan tindak pidana

setelah mendapatkan bahan keterangan yang cukup bahwa perkara itu bukan dalam

ranah (wilayah) pidana, tetapi dalam ranah perkara lain. Penyidikan adalah langkah

Panjang yang harus dilakukan oleh Polri yang penyidik, langkah aplikasi pengetahuan

tentang dua wilayah hukum, yaitu wilayah hukum yang normatif dan wilayah hukum

yang progresif sosiologis. Wilayah hukum yang normatif diartikan bahwa polisi yang

penyidik itu hanya ikut serangkaian peraturan perundang-undangan. Serangkaian

aturan hukum atau perundang-undangan itulah yang menjadi target atau ukuran

selesainya proses hukum di tingkat penyidikan. Wilayah hukum normatif hanyalah

cabang atau hanya sebagai rumusan yang sederhana tentang tujuan hukum yang

sebenarnya, yaitu tujuan hukum yang lebih logis dan mampu menjangkau rasa

keadilan dan dapat menyejahterakan masyarakat yang sebenarnya dari pada sekedar

rumusan peraturan perundang-undangan itu sendiri.5

5 Ibid, hlm, 32-37.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

27

3. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”, di dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa

sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak pidana

disinonimkan dengan delik yang berasal dari Bahasa Latin yakni kata delictum. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut:

“delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan

pelanggaran terhadap undang-unang tindak pidana”

Berdasarkan rumusan yang ada maka delik (strafbaar feit) memuat beberapa unsur

yakni;

1) Suatu perbuatan manusia;

2) Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.

3) Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan.

6

Menurut Simons tindak pidana adalah suatu tindakan atau perbuatan yang diancam

dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum dan dilakukan

dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab. Pembentukan

undang-undang kita telah menggunakan perkataan “stafbaar feit”, maka timbullah

dalam doktrin berbagai pendapat tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan

6 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm 47-8.

Page 15: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

28

“strafbaar feit” tersebut. Strafbaar feit sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu

saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai

perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan saran-saran

yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.7 Di dalam tindak pidana tersebut

terdapat unsur-unsur tindak pidana, yaitu

a) Unsur objektif

Unsur yang terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya

dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan di mana tindakan-tindakan si pelaku itu

harus dilakukan. Terdiri dari;

1) Sifat melanggar hukum.

2) Kualitas dari si pelaku.

Misalnya keadaan sebagai pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan

menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris

dari suatu perseroan terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

3) Kausalitas

Yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan suatu

kenyataan sebagai akibat.

b) Unsur subjektif.

7 Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar, Penerbit Refika Aditama,

Bandung, 2011, hlm 97,98 dan 100.

Page 16: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

29

Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku atau yang dihubungkan

dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung di

dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari:

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa).

2) Maksud pada suatu percobaan, seperti ditentukan dalam Pasal 53 ayat (1)

KUHP.

3) Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan-kejahatan

pencurian, penipuan, pemerasan dan sebaginya.

4) Merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam Pasal 340 KUHP,

yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu.

5) Perasaan takut seperti terdapat di dalam Pasal 308 KUHP.

Salah satu unsur utama tindak pidana yang bersifat objektif adalah sifat

melawan hukum. Hal ini dikaitakn pada asas legalitas yang tersirat pasa Pasal 1 ayat 1

KUHP. Dalam Bahasa Belanda melawan hukum itu adalah wederrechtelijk (weder =

bertentangan dengan, melawan; recht = hukum). Dalam menentukan perbuatan itu

dapat dipidana, pembentukan undang-undang menjadikan sifat melawan hukum

sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini, rumusan undang-undang akan menjadi

terlampau luas. Selain itu, sifat dapat dicela kadang-kadang dimasukkan dalam

rumusan delik, yaitu rumusan delik culpa.

Pompe, mengatakan bahwa untuk dapat dipidananya seorang yang telah dituduh

melakukan tindak pidana, ada ketentuan di dalam hukum acara.

Page 17: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

30

1) Tindak pidana yang dituduhkan atau didakwakan itu harus dibuktikan.

2) Tindak pidana itu hanya dikatakan terbukti jika memenuhi semua unsur

yang terdapat di dalam rumusannya8

4. Teori Alat Bukti

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuata,

dimana dengan alat-alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian

guna menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang

telah dilakukan terdakwa. Adapun alat bukti yang sah menurut KUHAP Pasal 184 ayat

(1) yakni;

a. Keterangan saksi

Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP adalah salah satu alat bukti dalam perkara

pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana

yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan mnyebut

alasan dari pengetahuannya itu.

b. Keterangan ahli

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang

diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.

c. Surat

8 Teguh Prasetyo, Op Cit, hlm 50, 51 dan 67.

Page 18: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

31

Menurut Pasal 187 KUHAP, surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat

(1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah

berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum

yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan

tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya

sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.

Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau

surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana

yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian

sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan

keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara

resmi dan padanya;

Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat

pembuktian yang lain.

d. Petunjuk

Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan yang karena

penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan

tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya, hal ini seperti apa yang tercantum dalam Pasal 188 ayat (1)

KUHAP.

e. Keterangan Terdakwa

Page 19: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

32

Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP menentukan “keterangan terdakwa

ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan

yang dilakukan atau ia ketahui sendiri atau alami sendiri” dan dalam Pasal

189 ayat (4) sudah dinyatakan bahwa “keterangan terdakwa saja tidak

cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang

didakwakan kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti

lainnya”9

5. Tindak Pidana Fidusia

Tindak pidana fidusia adalah Tindakan yang jika dilakukan oleh kedua belah

pihak yang tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati atau yang tidak sesuai

dengan peraturan yang berlaku yang dimana peraturan tersebut sebagai dasar dalam

perjanjian dalam fidusia.

Terdapat 2 (dua) Pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana dalam UU

Fidusia, antara lain;

Pasal 35

“setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan

atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan yang

jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian

9 Rohma Pertiwi, Hukum Pembuktian Pada Hukum Acara Pidana, 14 Mei 2018,

https://www.kompasiana.com/rohma89244/5af8e1e8ab12ae361c237f62/hukum-pembuktian-pada-

hukum-acara-pidana?page=all, dikunjungi pada tanggal 24 Juni 2019 pukul 23.54.

Page 20: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

33

Jaminan Fidusia dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun

dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000

(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah).

Pasal 36

“pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda

yang menjadi objek Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari

penerima Fidusia dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 35 lebih memfokuskan pada proses lahirnya perjanjian Fidusia, artinya

tindak pidana tersebut terjadi pada saat sebelum adanya perjajian Fidusia atau setidak-

tidaknya menjadi penyebab lahirnya perjanjian Fidusia. Unsur setiap orang dalam Pasal

35 bersifat umum tidak hanya diartikan untuk pihak pemberi fidusia (debitor) atau

pihak penerima fidusia (kreditor) saja, bahkan pihak ketiga di luar para pihak yang

melakukan perjanjian jaminan tersebut pun bisa terkena dengan ketentuan Pasal 35

diatas. Jika dilihat dari kandungan Pasal 35 diatas, maka mirip denga tindak pidana

Penipuan dalam Pasal 378 KUHP karena memiliki kandungan penyesatan sehingga

orang lain mau melakukan perbuatan tertentu untuk mengikatkan perjanjian Fidusia

dengannya. Pembentukan Undang-undang memberikan sebuah patokan bahwa jika hal

ini sebelumnya menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan

Page 21: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

34

secara menyesatkan, maka pihak yang lain dalam perjanjian Fidusia tidak mungkin

mau untuk menyepakatinya. Kondisi yang digambarkan dalam rumusan Pasal 35 UU

Fidusia di atas adalah suatu perbuatan yang ditunjukan untuk mengelabui pihak lain

sehingga ia tergerak untuk membuat perjanjian jaminan secara Fidusia atau

setidaknya keadaan-keadaan yang tidak diketahui oleh salah satu pihak tersebut akan

menjadi penghalang terjadinya perjanjian jaminan jika hal itu diketahui lebih awal

sebelum disepakatinya perjanjian tersebut. Dan Pasal 36 UU Fidusia hanya ditujukan

bagi pemberi fidusia yang dalam hal ini debitor atau pihak ketiga pemilik barang yang

dijaminkan dengan Jaminan fidusia. Penunjukkan subjek hukum kepada pemberi

fidusia karena meskipun hak kepemilikannya telah dialihkan kepada pihak kreditor

(Penerima Fidusia) namun objek Jaminan Fidusia tetap berada dalam kekuasaan si

pemilik barang atau si debitor sendiri, sehingga ketentuan Pasal 36 UU Fidusia

bermaksud untuk melindungi kepentingan penerima fidusia dari tindakan curang si

pemberi fidusia, pengaturan seperti ini sangat berguna mengingat objek Jaminan

Fidusia pada umumnya adalah benda bergerak yang mudah untuk dialihkan kepada

pihak lain, meskipun Jaminan Fidusia menganut prinsip droit de suite, sehingga

kemanapun benda tersebut berpindah tangan kreditor penerima Fidusia tetap dapat

melakukan eksekusi pelunasan piutangnya, namun jika objeknya dialihkan dan

kemudian tidak lagi di ketahui dimana keberadaanya maka hal ini akan menimbulkan

kesulitan bagi kreditor penerima fidusia unutk melakukan eksekusi sebagaimana

ditentukan dalam Pasal 29 UU Fidusia. Pasal 36 UU Fidusia baru bisa diterapkan jika

perjanjian fidusia itu telah memenuhi ketentuan Pasal 11 ayat (1) jo Pasal 14 ayat (3)

Page 22: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

35

UU Fidusia tentang kewajiban pendaftaran, karena fidusia dianggap telah lahir jika

telah dilakukan pendaftaran dan dicatat dalam Buku Pendaftaran Fidusia. Pendaftaran

Fidusia juga merupakan titik mangsa hak kebendaan dalam Jaminan Fidusia itu lahir

dengan ditandai terbitnya sertifikat fidusia.

Perjanjian fidusia sebagaimana yang dimuat dalam Akta Jaminan Fidusia baru

menimbulkan hak dan kewajiban saja bagi para pihak yang membuat sebagaimana

perjanjian obligatoir pada umumnya. Ketentuan Pasal 36 UU Fidusia memuat ancaman

pidana 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah),

sedangkan jika kita bandingkan dengan ketentuan Pasal 372 KUHP mencantumkan

ancaman pidana yang lebih berat yaitu 4 (empat) tahun penjara. Pasal 36 dirumuskan

dalam bentuk delik formil artinya tindak pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal

tersebut dianggap telah terbukti jika unsur yang dirumuskan telah terpenuhi terlepas

apakah kreditor (Penerima Fidusia) telah mengalami kerugian atas tindakan yang

dilakukan oleh si pemberi jaminan atau tidak, dan sebaliknya si Pemberi Fidusia tidak

dapat menghindar dengan mengatakan bahwa ia tetap melaksanakan prestasinya

dengan baik meskipun telah mengalihkan objek Jaminan Fidusia yang ada dalam

kekuasaannya.

Banyak timbul kasus dalam praktik dimana debitor yang mengalihkan benda

Jaminan Fidusia namun ternyata Jaminan Fidusia itu belum terdaftar, kemudian debitor

dipidanakan dengan ketentuan Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan, padahal menjadi

sebuah keanehan jika Pasal 372 KUHP dapat diterapkan terhadap pengalihan benda

fidusia yang tidak didaftarkan karena tindakan mengalihkan benda fidusia yang telah

Page 23: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

36

didaftarkan saja hanya diancam denga pidana 2 (dua) tahun penjara berdasarkan Pasal

36 UU Fidusia, sedangkan mengalihkan benda fidusia yang tidak didaftarkan justru

diancam dengan ketentuan pidana yang lebih berat yaitu 4 (empat) tahun penjara

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 372 KUHP. Mengalihkan benda jaminan fidusia

yang tidak didaftarkan oleh Penerima Fidusia tidak dapat dipidana dengan ketentuan

Pasal 372 KUHP karena sebelum fidusia itu didaftarkan, hak milik terhadap benda

tersebut belum

beralih atau dengan kata lain hak kebendaan dalam Jaminan Fidusia belum

lahir, sehingga hak kepemilikan mutlak masih berada di tangan debitor. Dalam

perjanjian fidusia penyerahan hak milik dari debitor kepada kreditor tidak diikuti

dengan penyerahan barangnya secara nyata karena penyerahan barang dalam perjanjian

fidusia dilakukan berdasarkan prinsip constitutum possessorium sehingga segi

kebendaan dalam perjanjian fidusia ditentukan oleh pendaftaran jaminan tersebut di

kantor pendaftaran fidusia.10

B. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Kasus Tindak Pidana Fidusia Yang Ditangani Oleh Satreskrim

Polres Salatiga

Dari hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis dalam kasus tindak pidana

dibidang fidusia melalui wawancara yang dilakukan di Polres Salatiga. Dari seluruh

informasi yang didapat, penulis mendapatkan secara mendalam dengan mewawancari

10 D.Y Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Mandar

Maju, Bandung, 2015, hlm 145-151.

Page 24: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

37

beberapa unit Reskrim yang ada di Polres Salatiga. Gambaran kasus tindak pidana

fidusia yang ditangani oleh Satreskrim Polres Salatiga

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis mengenai kasus tindak

pidana fidusia penulis mendapatkan kasus tindak pidana dibidang fidusia yang

ditangani oleh Satreskrim Polres Salatiga yaitu;

1) Pada tahun 2016 Kepolisian mendapatkan laporan bahwa telah terjadi

tindak pidana fidusia dimana dengan sengaja memalsukan, mengubah,

menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara

menyesatkan, jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak

melahirkan perjanjian Fidusia dan atau pemberi Fidusia yang mengalihkan,

menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi objek Jaminan

Fidusia yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari

penerima Fidusia, sebagaimana dimaksud dalam Unsur Pasal 35 dan 36 RI

No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang dilakukan oleh Apriliani

dengan cara tersangka Apriliani telah memberikan keterangan secara

menyesatkan dalam hal sebelum akad kredit dan mengalihkan,

memindahtangankan, menggadaikan I UNIT KBM TOYOTA YARIS E

M/T tahun 2015. Yang melaporkan dari Pihak PT Andalan Finace Salatiga

pada hari selasa tanggal 15 Maret 2016.

2) Data atau kasus yang diterima oleh kepolisian hanya tahun 2016 di tahun

2017 dan 2018 tidak ada laporan yang masuk di Polres Salatiga atau nihil.

Page 25: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

38

2. Gambaran Tindakan Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana

Fidusia

Dalam menangani kasus Tindak Pidana Fidusia kepolisian melihat terlebih

dahulu, apabila ada yang melaporkan terkait tindak pidana fidusia pihak kepolisian

selalu memastikan bahwa yang melaporkan dari pihak kreditur atau leasing tidak

mungkin seorang debitur akan melaporkan terkait fidusia karena debitur akan

melaporkan ke kepolisian terkait hilangnya objek jaminan fidusia dan pencurian atau

pihak debiturlah yang mengingkari suatu perjanjian tersebut. Dari situlah kepolisian

dalam menangani kasus tindak pidana fidusia selalu melihat dan menimbang (selective

prioritas) dikarnakan banyak laporan yang diterima oleh kepolisian bahwa debitur

yang mengingkari kesepakatan perjanjian dan tidak sesuai dengan Undang-undang

fidusia atau pihak krediturlah yang melakukan perjanjian tidak sesuai dengan Undang-

undang fidusia.

Terkadang kreditur yang tidak sesuai dengan Undang-undagn fidusia bahwa

kreditur mengetahui jika sutau perikatan melalui jaminan fidusia antara pihak kreditur

dan pihak debitur harus didaftarkan sesuai dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun

1999 Tentang Jaminan Fidusia, namun disisi lain kreditur merasa bahwa kreditur kenal

dengan pihak debitur atau pihak kreditur melihat bahwa pihak debitur baik maka dari

situ pihak kreditur mengambil keputusan tidak di daftarkannya perjanjian jaminan

fidusia tersebut, jika terjadi sesuatu terhadap perjanjian tersebut dimana pihak debitur

mengingkari suatu perjanjian, dimana perjanjian jaminan fidusia tersebut kreditur

mempercayai debitur dan tidak didaftarkan jaminan fidusia tersebut dan pihak kreditur

Page 26: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

39

melapor ke kepolisian maka tindakan kepolisian akan memeberitahukan kepada pihak

kreditur bahwa dalam laporan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang sesuai

dengan Pasal 6 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.

Sebaliknya dengan debitur sebelum masuknya laporan debitur pihak ke

kepolisian akan melihat dan menimbang (selective proritas), terkadang tidak sesuai

dengan perjanjian yang sudah di sepakati atau tidak sesuai dengan aturan fidusia bahwa

didalam aturan fidusia sudah jelas tidak diperbolehkan memindah tangani dan tidak

diperboleh menggadaikan atau menyewakan objek jaminan fidusia. Tindakan yang

akan dilakukan oleh kepolisian adalah tidak serta merta menerima laporan seperti

penjelasan diatas.

Tentunya pihak kepolisian tetap harus menerima laporan atau aduan terlebih

dahulu dari debitur atau kreditur setelah ada laporan atau aduan masuk kepolisian akan

mengkaji terlebih dahulu untuk bukti-buktinya, untuk sertifikat jaminan fidusianya,

untuk keterlambatan angsurannya dan somasinya. Dan ketika mekalukan penyelidikan

dan diduga ditemukan tindak pidananya kepolisian akan melanjutkan kepenyidikan dan

bisa dikenakan Pasal 35 ataupun 36 Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang

Jaminan Fidusia.

Artinya pihak kepolisian akan melihat dan menimbang (selective prioritas)

benar atau tidak laporan atau aduan tersebut sesuai dengan apa yang dialami oleh

pelapor atau benar tidak objek jaminan tersebut di gadaikan atau jaminan fidusia

Page 27: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

40

tersebut sudah didaftarkan. Karena pihak kepolisian tidak serta-merta langsung

dibuatkan laporan, namun akan dibuatkan laporan pengaduan yang berfungsi untuk

dilakukannya penyelidikan terhadap laporan tersebut dan kekepolisian dituntut untuk

melakukan proses ke tingkat tinggi penyidikan sesuai dengan Perkap.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyelidikan dan penyidikan

yang dilakukan oleh Kepolisian Polres salatiga dalam kasus tindak pidana fidusia yaitu;

1. Kepolisian Polres Salatiga harus menerima laporan atau aduan terlebih

dahulu.

2. Kepolisian Polres salatiga melihat terlebih dahulu apabila ada yang

melaporkan terkait tindak pidana fidusia.

3. Kepolisian Polres salatiga selalu melihat dan menimbang (selective

prioritas) terlebih dahulu.

4. Kepolisian Polres Salatiga akan mengkaji terlebih dahulu untuk bukti-

buktinya, sertifikat jaminan fidusianya, keterlambatan angsurannya dan

somasinya.

5. Kepolisian Polres salatiga tidak serta merta langsung dibuatkan laporan.

6. Kepolisian Polres Salatiga akan membuat laporan aduan untuk melakukan

penyelidikan terhadap laporan tersebut. Bertujuan untuk menemukan

pristiwa yang diduga sebagai tindak pidana supaya bisa dilakukan ke

proses lebih lanjut yaitu penyidikan.

7. Setelah ditemukan dugaan tindak pidana Kepolisian Polres Salatiga akan

melanjutkan kepenyidikan. Guna untuk mencari bukti dan mengumpulkan

Page 28: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

41

bukti agar terungkap pristiwa tentang tindak pidana dan menemukan

tersangka.

3. Contoh Kasus Tindak Pidana Fidusia Yang Ditangani Oleh Satreskrim

Polres Salatiga

Sesuai dengan data atau kasus yang penulis dapatkan dari Satreskrim Polres

Salatiga Sampul Berkas Perkara No. pol.: BP/ 105/ X/ 2017/ Reskrim. Telah terjadi

dugaan perkara pidana dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau

dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, jika hal tersebut

diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Fidusia dan atau pemberi

Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi

obyek jaminan Fidusia yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari

penerima Fidusia, sebagaimana dimaksud dalam Unsur Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-

undang Republik Indonesia Nomor. 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia, pihak

yang melaporkan yaitu dari pihak PT Andalan Finance Salatiga pada hari selasa tanggal

15 Maret 2016.

Benar pada waktu dan tempat kejadian tersebut diatas telah terjadi tindak

pidana dugaan tindak pidana dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan

atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, jika hal tersebut

diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian Jaminan Fidusia dan atau

pemberi Fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan benda yang

menjadi obyek jaminan Fidusia yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih

Page 29: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

42

dahulu dari Penerima Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan atau Pasal 36

Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

yang dilakukan oleh Apriliani dengan cara tersangka Apriliani telah mengajukan

pembiayaan sesuai dengan surat perjanjian pembiayaan konsumen nomor:

2794/J/94/150513 tanggal 30 Oktober 2015 antara PT Andalan Finance yang

berkedudukan di kantor Salatiga dengan sodari. Apriliani alamat Salam RT 04 RW 01

Kel. Randu acir Kec. Argomulyo Kota Salatiga- dengan obyek 1 (satu) nit Kbm Toyota

New Yaris E M/T tahun 2015 warna putih No. Ka. MHFKT9F35F6053261 No. Sin

1NZ-Z260058 atas nama STNKnya Apriliani alamat Salam Rt 004 Rw 001 Kel. Randu

acir Kec. Argomulyo Kota salatiga. Dengan nilai pembiayaan sebesar Rp.364.940.000,

-(tiga ratus enam puluh empat juta Sembilan ratus empat puluh ribu rupiah). Dan telah

terdaftar sebagaimana sertifikat Jaminan Fidusia Nomor W13.00622229. AH. 05.01

Tahun 2015 tanggal 16 November 2015 yang dibuat di Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia kantor wilayah Jawa Tengah Kantor Pendaftaran

Jaminan Fidusia.

Setelah dilakukan penyidikan ditemukan perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh tersangka Apriliani dari sejak awal telah mempunyai niat atau sudah

melakukan perbuatan telah mengalihkan, memindahtangankan, menggadaikan dalam

hal ini tanpa seijin atau sepengetahuan sipenerima jaminan fidusia atau tanpa

persetujuan tertulis terlebih dahulu dari sipenerima fidusia. Akibat perbuatan sodara

Apriliani pihak Andalan Finance mengalami kerugian sebesar Rp.364.940.000, -(tiga

ratus enam puluh empat juta Sembilan ratus empat puluh ribu rupiah). Maksud dan

Page 30: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

43

tujuan tersangka melakukan menghilangkan dan menggadaikan obyek jaminan adalh

untuk mendapatkan uang. Atas perbuatan tersangka Apriliani tersebut telah melanggar

sebagaimana dimaksud dalam unsur Pasal 35 dan Pasal 35 Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Indentitas tersangka

Apriliani Tempat lahir di Salatiga, tanggal 15 Oktober 1984, Umur 31 tahun, Agama

Islam, Pekerjaan Ibu rumah tangga, Pendidikan terakhir SMP Lulus, Jenis Kelamin

Perempuan, Suku Jawa, Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Kp. Salam Rt 004 Rw

001 Kel. Randu acir Kec. Argomulyo Kota Salatiga.

Seperti telah dipaparkan diatas tentang kasus tindak pidana fidusia, penulis

mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai bapak M. Zaenul Bahtiyar, SH, MH,

dengan jabatan anggota unit I Reskrim. Beliau menjelaskan kronologi terkait kasus

diatas bahwa tersangka telah memberikan keterangan menyesatkan dalam hal sebelum

dilakukannya akad kredit. Marketing dari pihak pembiayaan melakukan survey dan

kemudian oleh tersangka ini dinyatakan kebohoongan terkait tersangka mengatakan

bahwa dia mempunyai usaha sapi dengan omset yang didapatkan hamper Rp.

50.000.000 (lima puluh juta rupiah) perbulannya dan dia tidak punya tanggungan kredit

lainnya dan sebagainya. Lalu tersangka mengatakan mempunyai cabang untuk

pemotongan atau penyembelihan sapi dan mempunyai Gudang sendiri.

Memang sebelumnya dia pernah mempunyai usaha yang bergerak dibidang

penyembelihan sapi, terkait penyelidikan yang telah dilakukan tersangka sudah tidak

beroprasi lagi. Dengan kebohongan-kebohongan yang telah disampaikan tersangka

sehingga pihak pembiayaan akhirnya menerima dan timbulah surat perjanjian tersebut.

Page 31: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

44

Dari apa yang tersangak sampaikan tujuannya untuk memenuhi syarat-syarat yang

diminta oleh leasing dengan berbagai cara dia melengkapi syarat tersebut dengan cara

memberikan keterangan menyesatkan supaya syarat-syarat yang diberikan oleh pihak

leasing diterima oleh leasing, sehingga data-data yang disajikan oleh tersangka ini

tidaklah benar.

Akhirnya setelah terjadi pembiayaan dan tersangka mengambil barang tersebut

tak lama kemudian barang tersebut dipindahtangankan tanpa seijin pihak perusahaan

atau pemberi pembiayaan, dan akhirnya barang tersebut digadaikan oleh tersangka dan

hasil gadai tersebut telah di terimah dan hasil dari gadainya habis dia gunakan. Biaya

setiap bulan yang dilakukan oleh tersangka tidak dilakukan. Dengan hal ini pihak

kreditur selaku pembiayaan melakukan somasi beberapa kali tetapi tidak ada itikad

baik dari tersangka. Akhirnya pihak kreditur atau pembiayaan dengan bukti-bukti yang

dibuktikan dengan surat akhirnya melaporkan ke Polres Salatiga.

Setelah dilakukan penyelidikan ditemukan dugaan tindak pidana, dalam kasus

ini tindakan kepolisian melakukan undangan klarifikasi terhadap saksi-saksi,

melakukan pemeriksaan terhadap ahli-ahli kemenkumham terkait sertifikat fidusia

karena sertifikat fidusia dikeluarkan oleh kemenkumham yang menyatakan sah atau

tidaknya dan yang menyatakan terdaftanya atau tidaknya. Saksi-saksi yang telah

diundang untuk memberikan klarifikasi terhadap kasus ini diantaranya sebagai berikut

Page 32: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

45

1. Saksi Perdana N. bekerja sebagai karyawan swasta sebagai penagih ketika

objek jaminan yang sudah jatuh tempo tidak melakukan pembayaran

beberapa kali. (bagian somasi)

2. Saksi Wentri W bekerja sebagai karyawan swasta sebagai bagian

pengecekan data-data yang terkait tersangka Apriliani memberikan

penjelasan menyesatkan dan beliau melakukan pengecekan terhadap

penjelasan menyesatkan yang dilakukan tersangka Apriliani.

3. Saksi Toib bekerja sebagai karyawan PT andalan Finance sebagai bagian

head collection sama seperti saksi Perdana N.

4. Saksi Kusru R bekerja sebagai karyawan swasta sebagai bagian bimbingan

marketing setelah dilakukan pengecekan.

5. Saksi Rif’an pekerjaan swasta dalam kasus ini diduga sebagai pelantara

tersangka yang bertujuan tuk menggadaikan objek jaminan fidusia

6. Saksi Adianto pekerjaan karyawan swasta dalam kasusu ini sebagai cabang

dari PT Andalan Finance.

7. Saksi Meindra W pekerjaan wiraswasta dalam kasus ini sebagai dealer untuk

pemesanan mobil kepada debitor

8. Saksi Wahyu W pekerjaan buruh dalam kasus ini sebagai suami dari

tersangka Apriliani

9. Saksi Oni pekerjaan sebagai Pegawai Lapas (PNS) dalam kasus ini sebagai

pihak ke 3 yang menerima hasil kejahatan tersebut dari tersangka Apriliani

dan saksi Oni menggadaikan lagi objek jaminan tersebut kepada orang lain

Page 33: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

46

beliau mendapatkan info dari saksi Rif’an selaku pelantara dari tersangka

Apriliani bahwa Apriliani ingin menggadaikan mobil tersebut.

10. Saksi Setyawati pekerjaan PNS dalam kasus ini sebagai saksi ahli dari

kemenkumham terkait sertifikat fidusia yang telah diterbitkan melalui

mekanisme yang benar.

Dalam hal ini objek jaminan fidusianya tidak ditemukan, dikarenakan tersangka

menggadaikan kepada orang lain dan pihak kepolisian berusaha memanggil yang

bersangkutan dan pihak kepolisian sudah berhasil mengamankan namun objek jaminan

tersebut dipindah tangankan lagi sehingga sampai orang yang tidak dikenal

menghilang. Karena perbuatanya tersangka kita berusaha untuk memproses sampai

selesai dan dia bisa dikenakan pertanggungjawaban penggelapan objek jaminan fidusia

dan telah melanggal Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-undang Republik Indonesia Nomor

24 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Satreskrim Polres Salatiga, penulis

mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai beberapa anggota kepolisian terkait

tindak pidana di bidang fidusia. Dari beberapa Unit yang menjelaskan tentang

penyidikan terhadap tindak pidana di bidang fidusia sesuai dengan judul skripsi diatas

yaitu;

a. Solekhan, SH, MH, dengan jabatan Kanit I Reskrim Polres Salatiga, beliau

menjelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian fidusia yang sesuai

dengan Pasal 1 ayat 1 dan 2 UU Fidusia No. 42 Tahun 1999 yang

Page 34: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

47

menjelaskan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas

dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa enda yang hak kepemilikannya

dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dan jaminan

fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun

yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak

tanggungan sebagaima dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia,

sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya. Menurut

beliau UU Fidusia dibentuk berawalnya dari suatu perikatan dan utang

piutang, dimana seorang debitur ingin memiliki suatu barang yang tidak

mempunyai modal sehingga memilih lembaga pembiayaan untuk

membiayai barang tersebut dan terjadilah suatu perikatan dan utang piutang.

Dasar hukum tindak pidana fidusia adalah Undang-undang RI Nomor 42

Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Cara menangani

kasus tindak pidana fidusia beliau mengatakan bahwa jika ada laporan yang

berkaitan dengan UU fidusia kepolisian akan melihat dan menimbang

(selective prioritas) terlebih dahulu apakah benda jaminan fidusia tersebut

sudah terdaftar atau belum, dan untuk dilakukannya penyelidikan sesuai

dengan perkap minimal 2 alat bukti tercukupi sesuai dengan KUHP 184.

Kendala yang dihadapi oleh kepolisian dalam melakukan penyelidikan yaitu

dimana barang tersebut sudah tidak ada lagi atau sudah menghilang, orang

yang terkait dengan perjanjian tersebut tidak ada atau melarikan diri. Nilai

Page 35: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

48

kerugian dalam tindak pidana fidusia ini tergantung dari barang tersebut

yang di laporkan atau disengketakan.

b. M. Zaenul Bahtiyar. SH, M.H dengan jabatan anggota Unit I Rekrim Polres

Salatiga, beliau menjelaskan mengenai tindak pidana fidusia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 yaitu setiap orang

yang dengan sengaja memalsukan, menghilangkan atau dengan cara apapun

memberikan keterangan secara menyesatkan yang jika dalam hal tersebut

diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan perjanjian jaminan fidusi,

untuk ancamannya diatur dalam Pasal 35 dan 36 undang-undang fidusia.

Tindakan kepolisian dalam menangani kasus tindak pidana fidusia yang

tentunya dari pihak kepolisian tetap kita harus menerima aduan terlebih

dahulu dari debitur atau kreditur setelah ada aduan masuk kita kaji terlebih

dahulu untuk bukti-buktinya untuk sertifikat jaminan fidusianya untuk

keterlambatan angsurannya, somasinyadan ketika memang sudak dicek ada

dugaan debitur mengalihkan kita menerima pengaduan itu, ketika

melakukan penyelidikan dan diduga ditemukan timdak pidananya

dilanjukan kepenyidikan bisa dikenakan Pasal 35 ataupun 36. Dasar hukum

tindak pidana fidusia undang-undang nomor 42 tahun 1999.

Page 36: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

49

C. ANALISIS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan pembahasan yang

telah dijelaskan diatas dalam analisis ini penulis akan menganalisis data-data yang telah

dikumpulkan sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penyidikan

terhadap tindak pidana di bidang fidusia (studi kasus di Satreskrim Polres Salatiga).

Mengenai tindak pidana fidusia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia telah mengatur ketentuan-ketentuan pidana yaitu

Pasal 35 menjelaskan bahwa “setiap orang yang dengan sengaja memalsukan,

mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara

menyesatkan, jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan

perjanjian Jaminan Fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 10.000.000.- (sepuluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp.100.000.000.- (seratus juta rupiah). Dari penjelasan

Pasal 35 diatas unsur-unsur yang terkait dengan tindak pidana fidusia ialah

1. Unsur setiap orang

Dari penjelasan Pasal 35 tersebut menyebutkan “setiap orang” artinya

bahwa setiap orang bisa melakukan perjanjian jaminan tersebut, bukan

hanya kreditor atau debitor saja melainkan diluar dari perjanjian antara

kreditor dan debitor yaitu pihak ketiga dari perjanjian tersebut bisa

dikenakan Pasal 35 ini.

2. Dengan sengaja

Page 37: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

50

Artinya bahwa jika seseorang melakukan perbuatan yang merugikan orang

lain yang pada dasarnya perbuatan tersebut memang sudah direncanakan

atau sudah ada niat untuk melakukan perbuatan yang bisa merugikan orang

lain.

3. Memalsukan

Artinya bahwa perbuatan yang tidak sesuai dengan kebenaran yang

sesungguhnya.

4. Mengubah

Artinya sama seperti unsur memalsukan dimana yang seharusnya perbuatan

itu menjadi sebuah kesalahan namun di ubah sedemikian rupa menjadi

benar.

5. menghilangkan

Artinya bahwa jika seseorang membuang barang yang sedang dicari oleh

kepolisian dalam sebuah pembuktian.

6. Memberikan keterangan secara menyesatkan

Artinya memberika keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang

dialami supaya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dari pihak lain.

Dan pasal yang mengatur tentang ketentuan pidana yaitu Pasal 36 yang

menjelaskan bahwa “pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau

menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari

penerima fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda

Page 38: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

51

paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dari penjelasan pasal tersebut

pasal ini ditujukan kepada pemberi fidusia (debitor) yang jika melakukan tindakan

yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjian dalam perjanjian fidusia tersebut. Usur

dari Pasal 36 yaitu

1. Pemberi Fidusia

Artinya bahwa dari unsur ini lebih memfokuskan kepada pihak debitur yang

mempunyai utang kepada kreditor

2. Mengalihkan

Artinya bahwa seseoarang tidak boleh memindahkan barang yang belum

sepenuhnya milik diri sendiri kepada orang lain.

3. Menggadaikan

Artinya bahwa seseorang tidak boleh menggadaikan barang yang belum

sepenuhnya milik diri sendiri atau masih memilik utang atas barang tersebut

kepada pihak yang diutangkan.

4. Atau menyewakan benda yang menjadi obek jaminan fidusia

Artinya bahwa seseoarang tidak diperbolehkan menyewakan benda yang

masih menjadi objek jaminan fidusia.

Dari penjelasan diatas mengenai tindak pidana fidusia dan unsur-unsur yang

terdapat dalam pasal-pasal yang mengatur mengenai tindak pidana fidusia. Sesuai

dengan hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai kasus yang

ditangani oleh Satreskrim Polres Salatiga

Page 39: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

52

Bahwa kasus yang ditangani oleh pihak Kepolisian Polres Salatiga yang penulis

dapatkan telah memenuhi unsur Pasal 35 yang sudah dijelaskan diatas. Jika dilihat dari

unsur Pasal 35 yang menyebutkan “memberikan keterangan secara menyesatkan”

sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan oleh penulis sebelumnya mengenai kasus ini,

bahwa memang betul tersangka yang bernama Apriliani telah memberikan keterangan

yang menyesatkan kepada pihak kreditor yang bertujuan supaya tersangka Apriliani

bisa mendapatkan apa yang dia inginkan atau supaya dengan memberikan keterangan

menyesatkan yang dilakukan tersangka perjanjian tersebut bisa diterima oleh pihak

kreditor.

Artinya bahwa tindakan yang sudah dilakukan oleh tersangka Apriliani dengan

memberikan keterangan yang menyesatkan tidak dibenarkan didalam Pasal 35 tersebut,

di karenakan Pasal 35 lebih memperhatikan pembuatan munculnya sebuah perjanjian

fidusia sebelum perjanjian fidusia itu disepakati oleh kedua belah pihak. Jika dilihat dari

tindakan tersebut maka tindakan tersebut sama seperti tindak pidana penipuan yang

diatur dalam Pasal 378 KUHP yang mempunyai maksud menyesatkan pihak lain atau

orang lain yang bertujuan untuk pihak lain atau orang lain mau melakukan kesepakatan

dalam perjanjain tersebut.

Dari penjelasan diatas mengenai unsur Pasal 35 Undang-undang Nomor 42

Tahun 1999 memang tindakan yang dilakukan tersangka Apriliani sudah memenuhi

unsur yang terdapat Pasal 35 tersebut.

Page 40: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

53

Sedangkan jika dilihat dari unsur Pasal 36 Undang-undang Nomor 42 Tahun

1999. Jika dilihat dari penjelasan Pasal 36 menyebutkan kata “menggadaikan” dimana

dalam kasus ini tersangka Apriliani telah menggadaikan objek jaminan fidusia sesuai

dengan apa yang sudah penulis kemukakan di dalam hasil penelitian. Tindakan yang

dilakukan dengan cara “menggadaikan” objek jaminan fidusia sudah merupakan

tindakan yang bertentangan dengan atauran yang mengatur, dalam hal ini yang

dimaksud aturan yang mengatur adalah Pasal 36 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia.

Kepolisian Polres Salatiga menyatakan bahwa tersangka Apriliani telah

melakukan perbuatan menggadaikan objek jaminan tersebut kepada pihak ketiga diluar

dari perjanjian yang telah disepakati oleh PT Andalan Finance Salatiga. Pernyataan

tersebut merupakan hasil dari laporan PT Andalan Finance Salatiga dan saksi yang

bernama Rif’an dan Oni yang menjelakan kepada pihak kepolisian bahwa tersangka

Apriliani memang benar telah menggadaikan objek jaminan fidusia tersebut.

Hasil dari penyidikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polres Salatiga,

bahwa tersangka Apriliani telah melakukan tindak pidana yang tidak sesuai dengan

Pasal 36 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tersebut.

Menurut pihak Kepolisan Polres Salatiga dalam menangani kasus ini tersangka

Apriliani sudah memenuhi unsur Pasal 36 Undang-undang Jaminan Fidusia dan

Kepolisian Polres Salatiga menetapkan bahwa tersanga Apriliani telah melanggar Pasal

36 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999. Tidak hanya Pasal 36 saja yang disangkakan

Page 41: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

54

dalam kasus ini menurut Kepolisian Polres Salatiga juga mempersangkakan Pasal 35

Undang-undagn jaminan fidusia yang telah memenuhi unsur-unsur tersebut, jadi dalam

kasus ini Kepolisian Polres Salatiga mempersangkakan Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-

undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia kepada tersangka Apriliani.

Kepolisian Polres Salatiga menggunakan Pasal 35 dan Pasal 36 tersebut

dikarenakan kepolisian mendapatkan bukti-bukti dari pihak pembiayaan dan setelah

melakukan penyidikan ditemukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Pasal 35

dan Pasal 36 tersebut. Dari kasus ini tindakan yang dilakukan oleh tersangka Apriliani

yang tidak sesuai dengan Pasal 35 tersebut dan telah memenuhi unsur sebagai berikut

1. Unsur memberikan keterangan secara menyesatkan

Kepolisian Polres Salatiga mendapatkan penjelasan dari pihak PT Andalan

Finance Salatiga yang dalam hal ini selaku pelapor bahwa Sodara Apriliani

(tersangka) telah memberikan keterangan secara menyesatkan sebelum

akad kredit berupa kebohongan terkait penjelasan tersangka Apriliani yang

memberikan penjelasan kepada PT Andalan Finance Salatiga bahwa sodara

Apriliani mempunyai usaha sapi dengan omset yang didapatkan hamper Rp.

50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pebulannya dan dia tidak mempunyai

tanggungan kredit lainnya dan sebagainnya. Lalu tersangka mengatakan

mempunyai cabang pemotongan atau penyembelihan sapi dan mempunyai

Gudang sendiri. Memang sebelumnya dia pernah mempunyai usaha yang

bergerak dibidang penyembelihan sapi, namun sudah tidak beroprasi lagi.

Page 42: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

55

Selanjutnya pemenuhan unsur dari Pasal 36 meliputi;

1. Unsur menggadaikan

Dari unsur yang terdapat pada Pasal 36 tersebut penulis menjelaskan.

Dimana setelah dilakukannya penyidikan Kepolisian Polres Salatiga

menemukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Pasal 36 tersebut atau bisa

dibilang telah menemukan perbuatan melawan hukum yang dimana telah

dilakukan oleh Apriliani atau tersangka dengan cara menggadaikan benda

yang menjadi objek jaminan fidusia berupa 1 (satu) unit Kbm Toyota New

Yaris E M/T tahun 2015 yang berwarna putih.

Dalam penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Polres Salatiga dalam kasus

ini pihak kepolisian tidak menemukan benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang

telah digadaikan oleh tersangka Apriliani dan tersangka Apriliani ditahan dengan

alasan bahwa tersangka Apriliani sudah memenuhi unsur Pasal 36 dan Pasal 35.

Jika dilihat kembali unsur dari Pasal 36 yang sudah dijelaskan oleh penulis

diatas yang menyebutkan kata “menggadaikan”. Dalam kasus yang ditangani oleh

Kepolisian Polres Salatiga yang dimana menyatakan bahwa tersangka Apriliani telah

memenuhi unsur Pasal 36 yang menyebutkan “menggadaikan”. Kepolisian

menyatakan bahwa telah memenuhi unsur Pasal 36 dikarenakan kepolisian

mendapatkan keterangan dari saksi yang bernama Rif’an dan Oni yang menjelaskan

bahwa tersangka Apriliani telah menggadaikan objek jaminan tersebut.

Page 43: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

56

Mengenai objek jaminan fidusia pihak kepolisian tidak mendapatkan barang

yang menjadi objek jaminan tersebut. Artinya bahwa barang yang menjadi objek

jaminan itu sangat penting dalam menyatakan bahwa tersangka Apriliani telah

memenuhi unsur Pasal 36 Undang-Undang jaminan Fidusia atau dalam hal

membuktikan bahwa tersangka Apriliani telah melakukan tindak pidana menggadaikan

objek jaminan tersebut. Dalam kasus ini pihak Kepolisian Polres Salatiga tidak ada

barang sitaan untuk bisa memenuhi unsur Pasal 36 dan atau untuk menyatakan bahwa

tersangka telah melakukan perbuatan tindak pidana menggadaikan, melainkan

kepolisian hanya menyita dokumen-dokumen perjanjian fidusia saja.

Penyidikan yang dilakukan Kepolisian Polres Salatiga yang menyatakan bahwa

tersangak Apriliani memenuhi unsur Pasal 36 menurut pendapat penulis kurang tepat

dikarenakan pihak Kepolisian Polres Salatiga tidak mendapatkan atau tidak

menemukan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan Kepolisian Polres Salatiga

juga tidak melakukan sitaan terhadap barang yang menjadi objek jaminan fidusia

tersebut yang telah digadaikan oleh tersangka.

Tersangka Apriliani tidak memenuhi unsur Pasal 36 Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 dengan alasan penulis berpendapat bahwa pihak Kepolisian Polres

Salatiga yang telah melakukan penyidikan namun tidak menemukan benda yang

menjadi objek jaminan fidusia dan pihak kepolisian mengatakan bahwa tersangka

Apriliani telah melakukan tindakan menggadaikan objek jaminan fidusia.

Page 44: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

57

Penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Polres Salatiga dalam kasus tindak

pidana fidusia dengan tersangka Apriliani yang kurang professional dalam

pengembangan penyidikan.

Bahwa seharunya kepolisian mampu mengembangkan penyidikan secara

mendalam dan penyidik harus lebih profesional dalam menemukan barang bukti yang

barang bukti itu sebagai hasil dari perbuatan tindak pidana fidusia dan ketika penyidik

itu mempersangkakan Pasal 36 penyidik harus memiliki barang bukti itu sesuai dengan

Pasal 1 angka 2 KUHAP harus mencari bukti-bukti supaya jelas bahwa tersangka

memang betul telah melakukan tindak pidana menggadaikan.

Pasal 1 angka 2 KUHAP mengenai pengertian penyidikan yang menyebutkan

kata “mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”. Artinya bahwa

dalam kasus Apriliani penyidikan yang dilakukan oleh Kepolisian Polres Salatiga

untuk menyatakan bahwa tersangka Apriliani telah menggadaikan objek jaminan

fidusia harus disertai dengan barang bukti dari hasil tindak pidana tersebut, jika barang

bukti itu tidak ditemukan maka hasil dari penyidikan yang dilakukan oleh penyidik

yang tidak dapat menemukan objek jaminan fidusia tersebut, sehingga unsur dari Pasal

36 Undang-Undang jaminan Fidusia tidak terpenuhi dalam kasus Apriliani.

Dalam kasus Apriliani Kepolisian Polres Salatiga dalam melakukan penyidikan

hanya mendapatkan alat bukti yang berupa dokumen-dokumen perjanjian jaminan

fidusia antara Apriliani dengan PT. Andalan Finance Salatiga dan keterangan saksi

Page 45: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

58

yang bernama Rif’an dan Oni, dari alat bukti tersebut memang tersangka Apriliani telah

memenuhi unsur dari Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia, namun jika dilihat

dari unsur Pasal 36 Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak cukup dengan alat bukti

yang berupa dokumen-dokumen perjanjian jaminan fidusia dan keterangan saksi saja

melainkan harus disertai dengan barang bukti yang berupa 1 (satu) Unit Kbm Toyota

New Yaris yang digadaikan oleh Apriliani tetapi tidak ditemukan. Padahal persangkaan

fidusia Pasal 36 harus ada barang bukti yang telah digadaikan.

Jadi tindak pidana fidusia ini sebenarnya bisa dilakukan oleh orang yang

memberi fidusia atau orang yang menerima fidusia, dalam kasus ini yang melakukan

tindak pidana fidusia adalah orang yang memberi fidusia, sehingga Kepolisian Polres

Salatiga dalam melakukan penyidikan kasus ini harus lebih kerja keras lagi dalam

pengembangan penyidikan dan penyidik harus lebih professional lagi dalam

melakukan penyidikan dan menemukan barang bukti supaya dapat menyatakan bahwa

tersangka memenuhi unsur-unsur tindak pidana dalam pasal-pasal yang di

persangkakan.

Page 46: BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS · 2020. 6. 29. · 14 BAB II KERANGKA TEORI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Kerangka Teori 1. Tugas, Wewenang dan Fungsi Kepolisian

59