bab ii kerangka teoritisrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/t2_942010006_bab ii.pdf ·...

15
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kepemimpinan Siagian (2002) mengemukakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja, baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Terry menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan kegiatan atau aktivitas untuk mencapai tujuan. Terry juga mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas pemegang kewenangan dan pengambil keputusan. Pada dasarnya teori kepemimpinan itu menjelaskan tentang peran para pemimpin mempengaruhi orang lain dalam hubungan kepemimpinannya di organisasi (Soetomo W. E, 2009). Kebanyakan para peneliti lebih cenderung berfokus pada satu aspek kepemimpinan dengan variable- variabel yang terbatas. Akibat fokus kepemimpinan itu, maka para ahli mengelompokkan kepada 4 kategori, yaitu: 1. ciri kepemimpinan, 2. kekuatan pendekatan kepemimpinan, 3. sikap kepemimpinan, 4. gaya kepemimpinan.

Upload: hakien

Post on 23-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

��

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Kepemimpinan Siagian (2002) mengemukakan bahwa

kepemimpinan memainkan peranan yang dominan,

krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk

meningkatkan produktivitas kerja, baik pada tingkat

individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat

organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat

mempengaruhi moral kepuasan kerja, keamanan,

kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi

suatu organisasi.

Terry menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah

keseluruhan kegiatan atau aktivitas untuk mencapai

tujuan. Terry juga mengemukakan bahwa

kepemimpinan adalah aktivitas pemegang kewenangan

dan pengambil keputusan.

Pada dasarnya teori kepemimpinan itu

menjelaskan tentang peran para pemimpin

mempengaruhi orang lain dalam hubungan

kepemimpinannya di organisasi (Soetomo W. E, 2009).

Kebanyakan para peneliti lebih cenderung berfokus

pada satu aspek kepemimpinan dengan variable-

variabel yang terbatas. Akibat fokus kepemimpinan itu,

maka para ahli mengelompokkan kepada 4 kategori,

yaitu: 1. ciri kepemimpinan, 2. kekuatan pendekatan

kepemimpinan, 3. sikap kepemimpinan, 4. gaya

kepemimpinan.

Page 2: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

��

Yukl (1994) mengatakan bahwa kepemimpinan

itu melibatkan proses pengaruh sosial yang

pengaruhnya dengan sengaja dilakukan terhadap

banyak orang untuk membuat aktivitas organisasi.

Bennis (1989) menegaskan bahwa pemimpin itu

melakukan “hal yang benar” dan berfokus pada yang

dipimpin.

Lebih lanjut Hanson (1996) mengatakan bahwa

kepemimpinan itu lebih berkonsentrasi pada visi yang

strategis dan ketrampilan membuat pengikutnya secara

aktif menjalankan tugas, sehingga visi organisasi itu

tercapai. Dengan adanya pemahaman di atas, maka

kepala sekolah perlu belajar kepemimpinan agar

mereka: a. mampu menilai kelebihan dan kekurangan

dirinya dalam memimpin, b. mampu menggunakan

pengaruh secara tepat dan secara positif agar dapat

mengendalikan kemampuan organisasi yang

dipimpinnya, c. dan juga mampu melihat kembali nilai

dan kepercayaan diri dalam hubungan dengan dirinya

dan organisasi yang dipimpin (Soetomo W.E,2009)

Anwar (2003) mengatakan bahwa kepemimpinan

adalah perilaku pemimpin dalam memimpin,

mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada

yang dipimpin ( mengelola sebuah institusi) agar

mencapai tujuan yang diharapkan.

Fungsi pemimpin menunjukkan adanya berbagai

aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh seorang

kepala dalam upaya menggerakan karyawan, dan

anggota masyarakat agar bisa berbuat sesuatu untuk

melaksanakan program-program yang telah disusun.

Page 3: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

Anwar (2003) juga mengatakan bahwa untuk

memungkinkan tercapainya tujuan kepemimpinan

pendidikan disekolah, terdapat tiga fungsi yang perlu

diperhatikan, yaitu :

1. Fungsi dalam membantu kelompok dalam

merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai

dan dijadikan pedoman untuk menentukan kegiatan

yang akan dilakukan.

2. Fungsi dalam menggerakkan guru-guru, karyawan,

siswa, dan anggota masyarakat untuk

menyukseskan program pendidikan disekolah.

3. Fungsi menciptakan sekolah sebagai suatu

lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis,

dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat

bekerja dengan penuh produktivitas dan

memperoleh kepuasan kerja guru tinggi. Ini berarti

bahwa pemimpin mesti dapat menciptakan iklim

organisasi yang dapat mendorong produktivitas

pendidikan yang tinggi dan kepuasan kerja yang

maksimal.

Kemampuan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi orang lain didukung oleh kelebihan yang

dimiliki pemimpin itu, baik yang bersifat pribadi

maupun yang berkaitan dengan keluasan pengetahuan

dan pengalamannya dan mendapat pengakuan dari

orang yang dipimpin. Menurut Lezotte (1993) sekolah

yang efektif tercipta karena kepemimpinan yang

diterapkan disekolah dan diarahkan pada proses

pemberdayaan guru, sehingga kinerja guru lebih

Page 4: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

berdasarkan pada prinsip-prinsip dan konsep bersama

dan bukan merupakan instruksi dari pimpinan.

Jika defenisi-defenisi tersebut disimak dengan

cermat akan tersirat adanya kesamaan mengenai 4 hal

yang hendak dikemukakan yaitu: 1. Seorang pemimpin

harus mempunyai kemampuan mengatur, mengelola

dan mempengaruhi orang lain, 2. Kepatuhan bawahan

merupakan elemen penting dalam menjalankan

kepemimpinan, 3. Kemampuan pemimpin mengubah

“egosentrisme” para bawahan menjadi “organisasi-

sentrisme”, 4. Adanya pimpinan dan bawahan yang

bekerja sama dalam suatu organisasi.

Peningkatan mutu sekolah memerlukan

perubahan kultur organisasi yang mendasar tentang

bagaimana individu-individu dan kelompok memahami

pekerjaan dan peranannya dalam sebuah organisasi

sekolah. Kultur sekolah terutama dihasilkan oleh

kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah wajib

memahami bahwa sekolah sebagai suatu sistem

organik. Kepala sekolah harus mampu berperan sebagai

pemimpin (leader) dibandingkan dengan manager.

Nawawi (2003) mengatakan bahwa sebagai leader kepala

sekolah berkewajiban : a. Mengarahkan daripada

mendorong atau memaksa, b. Menyandarkan pada

kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan

dengan bersandar pada kekuasaan atau surat tugas, c.

Menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf

administrasi, bukan menciptakan rasa takut, d.

Menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu

daripada menunjukkan bahwa kepala sekolah tahu

Page 5: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

sesuatu, e. Mengembangkan suasana antusias bukan

mengembangkan suasana yang menjemukan, f.

Memperbaiki kesalahan yang ada daripada menimpakan

kesalahan pada seseorang yang bekerja dengan penuh

kesungguhan.

Agar kepemimpinan kepala sekolah partisipatif,

ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. Sifat dan

gaya seorang pemimpin itu antara lain dalam

menggalang hubungan baik dengan orang-orang yang

dipimpin (Admodiwirio & Totosiswanto, 2002).

Contohnya (1) Pemimpin itu memberikan orientasi pada

kualitas, (2) Bekerja dengan landasan hubungan

kemanusiaan yang baik, (3) Memahami masyarakat

sekitarnya, (4) Memiliki sikap mental yang baik, (5)

Berkepentingan dengan staf dan sekolah, (6) Melakukan

kompromi untuk mencapai kesepakatan, (7)

Mempertahankan stabilitas, (8) Mampu mengatasi

stress, (9) Menciptakan struktur yang mapan agar

sesuatu bisa terjadi, yaitu mentolerir adanya kesalahan,

tidak menciptakan konflik pribadi, memimpin melalui

pendekatan yang positif, tidak mendahului orang-orang

yang dipimpinnya, mudah dihubungi oleh orang, dan

memiliki keluarga yang serasi.

Dari pemahaman di atas, maka kepala sekolah

adalah seorang pemimpin pendidikan yang mempunyai

tugas untuk membuat perencanaan,

mengorganisasikan, mengkoordinasikan, mengawasi,

dan menyelesaikan seluruh kegiatan pendidikan

disekolahnya dalam usaha mencapai suatu tujuan

pendidikan dan pengajaran. Kesimpulannya bahwa

Page 6: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

kepala sekolah memiliki tujuh peran yaitu kepala

sekolah sebagai educator, manajer, advisor, supervisor,

leader, innovator, dan motivator (Mulyasa, 2004)

Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih

memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian

tujuan organisasi. Kepemimpinan yang berpola untuk

mementingkan pelaksanaan kerjasama, berkeyakinan

bahwa dengan kerjasama yang intensif, efektif, dan

efisien, semua tugas dapat dilaksanakan secara

optimal. Namun jika hasilnya tidak seperti yang

diharapkan, tidak ada pilihan lain, selain mengganti

pelaksananya tanpa menghiraukan siapa orangnya.

B. Partisipatif Partisipatif sering didefinisikan sebagai

keterlibatan mental, pikiran, dan emosional atau

perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorong untuk memberikan sumbangan kepada

kelompok dalam usaha mencapai tujuan, serta turut

bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan

(Santoso, 1988) Jadi dari pengertian ini ada

keterlibatan mental, pikiran, dan emosi yang harus

dipadukan dalam usaha mendorong sesuatu untuk

mencapai tujuan.

Pengertian partisipatif berasal dari bahasa asing

bentuk kata kerja “participare” (latin) artinya berperan

serta atau menjadi terlibat (Hornby, 1988). Partisipatif

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : partisipatif yang

bersifat swakarsa atau swasembada (Swakarsa yang

berarti keikutsertaan dan peran sertanya atas

Page 7: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

kesadaran serta kemauan sendiri), dan yang kedua

adalah partisipatif yang bersifat dimobilsasikan

(Dimobilisasikan yang artinya keikutsertaan atau

berperan sertanya seseorang atas dasar pengarahan

orang lain). Dengan demikian kata “partisipatif”

mengandung semangat demokrasi yang bersifat

terangsang positif dan sukarela (Ndraka, 1990)

Dari pengertian-pengertian di atas bahwa

partisipatif adalah keterlibatan secara aktif dalam

suatu kegiatan pembangunan sehingga hakikat

partisipatif adalah merupakan tingkah laku balas

(respon) terhadap program atau kegiatan pembangunan

sebagai rangsangan. Jadi partisipatif lebih cenderung

berperan serta atau keterlibatannya pada

pembangunan atau kegiatan (W.S Winkel, 1982)

Atas dasar pemikiran inilah maka partisipatif yang

memiliki artian wujud keterlibatan para siswa pada

peran sertanya atau keikutsertaan pada suatu kegiatan

sebagai respon atau rangsangan dari kegiatan tersebut.

Partisipatif mengandung nilai dan strategi serta sarana

bukan hanya untuk mencapai tujuan, melainkan juga

merupakan tujuan. Partisipatif sebagai suatu nilai

merupakan tumpuan demokrasi. Partisipatif

mengisyaratkan wujud kerjasama dengan banyak pihak

dan di dalam kerjasama itu seseorang

mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan

segenap dan sebatas kemampuan. Sebagai strategi

berpartisipatif berarti turut menentukan arah dan cara

mencapai suatu tujuan.

Page 8: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

��

Dari pengertian teoritis seperti tersebut di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

partisipatif adalah peran serta atau keterlibatan secara

swakarsa dari seseorang atau sekelompok karena

keinginan untuk menjaga agar tingkat kegiatan

tersebut berhasil dengan optimal.

C. Kepemimpinan Partisipatif Zhang (2005) mendefenisikan kepemimpinan

partisipatif sebagai persamaan kekuatan dan sharing

dalam pemecahan masalah dengan bawahan dan

melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum

membuat keputusan. Kepemimpinan partisipatif

berhubungan dengan penggunaan berbagai prosedur

keputusan yang memperbolehkan pengaruh orang lain

mempengaruhi keputusan pemimpin.

Kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-

usaha seorang pemimpin untuk mendorong dan

memudahkan partisipasi oleh orang lain dalam

membuat keputusan-keputusan yang tidak dibuat oleh

pemimpin itu sendiri (Yulk, 2002). Adapun aspek-aspek

dalam kepemimpin partisipatif mencakup konsultasi,

pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan,

desentralisasi dan manajemen yang demokratis.

Dari definisi- definisi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah

kegiatan yang dapat mencapai tujuan dalam organisasi

yang melibatkan peran anggotanya baik secara mental

maupun emosional.

Page 9: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

��

D. Manajemen Berbasis Sekolah Secara bahasa, Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen,

berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses

menggunakan sumber daya secara efektif untuk

mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis

yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga

untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk

menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan

makna leksikal tersebut, maka MBS dapat diartikan

sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan

pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau

pembelajaran.

Dalam konteks manajemen pendidikan menurut

MBS berpusat pada sumber daya yang ada di sekolah

itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan

paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula

diatur oleh birokrasi di luar sekolah, menuju

pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah

itu sendiri.

Pada hakekatnya MBS merupakan desentralisasi

kewenangan yang memandang sekolah secara

individual. Sebagai bentuk alternatif, sekolah dalam

program desentralisasi bidang pendidikan, maka

otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola

sumberdaya dengan mengalokasikannya sesuai dengan

prioritas kebutuhan, di samping itu agar sekolah lebih

tanggap terhadap kebutuhan setempat.

Secara umum manajemen berbasis sekolah dapat

diartikan sebagai model manajemen yang memberikan

Page 10: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong

pengambilan keputusan parsitipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa,

kepala sekolah, karyawan,orangtua siswa, dan

masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah

berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Demikian

juga, dengan pengambilan keputusan partisipatif, yaitu

pelibatan warga sekolah secara langsung dalam

pengambilan keputusan, maka rasa memiliki warga

sekolah dapat meningkat (Mulyasa, 2009).

Hasbullah (2007: 80) meneyebutkan manajemen

berbasis sekolah pada dasarnya dimaksudkan untuk

mengurangi peran pemerintah dalam penyelenggaraan

pendidikan, tetapi memberikan kesempatan pada

masyarakat seluas-luasnya dan memberikan kontribusi

berupa gagasan dan pelaksanaan pendidikan di tempat

mereka masing-masing.

Manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk

adanya otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi

masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah

lebih leluasa dalam mengelola sumber daya, dengan

mengalokasikan dana sesuai dengan prioritas

kebutuhan serta agar sekolah lebih tanggap terhadap

kebutuhan setempat. Masyarakat dituntut

partisipasinya agar mereka lebih memahami,

membantu serta mengontrol pengelolaan pendidikan.

Kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah

harus pula dilakukan oleh sekolah. Menurut Slamet

(2002: 2) bahwa “manajemen berbasis sekolah” adalah

Page 11: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang

dilakukan secara otonomi oleh sekolah melalui

sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan

sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan

melibatkan semua kelompok dalam kerangka

kepentingan yang terkait dengan sekolah secara

langsung dalam proses pengambilan keputusan.

Tujuan penerapan MBS adalah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, baik

itu menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas

kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru

maupun tenaga kependidikan lainnya, dan kualitas

pelayanan pendidikan secara umum.

MBS merupakan strategi peningkatan kualitas

pendidikan melalui otoritas pengambilan keputusan

dari pemerintah daerah ke sekolah. Pada hakekatnya

MBS merupakan desentralisasi kewenangan yang

memandang sekolah secara individual. Sebagai bentuk

alternative sekolah dalam program desentralisasi bidang

pendidikan, maka otonomi diberikan agar sekolah dapat

leluasa mengelola sumber daya dengan

mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan,

MBS menyediakan layanan pendidikan yang

komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan

masyarakat sekolah setempat. Karena siswa biasanya

datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan

tingkat sosial, salah satu perhatian Sekolah harus

ditujukan pada asas pemerataan (peluang yang sama

untuk memperoleh kesempatan dalam bidang sosial,

ekonomi, dan politik) Di lain pihak, sekolah juga harus

Page 12: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

meningkatkan efisiensi, partisipasi, dan mutu serta

bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.

Ciri-ciri MBS, bisa diketahui antara lain dari sudut

sejauh mana sekolah dapat mengoptimalkan

kemampuan manajemen Sekolah, terutama dalam

pemberdayaan sumber daya yang ada menyangkut

Sumber Daya Kepala Sekolah dan Guru, partisipasi

masyarakat, pendapatan daerah dan orang tua,juga

anggaran sekolah. Secara konsepsional MBS

diharapkan membawa dampak terhadap peningkatan

kerja Sekolah seperti mutu, efisiensi manajemen

keuangan, pemerataan kesempatan, dan pencapaian

tujuan politik suatu bangsa, lewat perubahan kebijakan

desentralisasi di berbagai aspek seperti politik, edukatif,

administrasi,manajemen dan anggaran pendidikan.

Aspek-aspek yang menjadi bidang garapan Sekolah

meliputi: perencanaan dan evaluasi program Sekolah,

pengelolaan kurikulum yang bersifat inklusif,

pengelolaan KBM, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan

perlengkapan dan peralatan, pengelolaan keuangan,

pelayanan siswa, hubungan Sekolah-masyarakat, dan

pengelolaan iklim Sekolah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Agama dan Keagamaan Depdiknas (2001) lebih

mendapatkan kata kunci diberlakukannya MBS, yaitu

terletak pada empat komponen :

1. Pelimpahan dan Pembagian Wewenang Desentralisasi kewenangan dilakukan dengan

cara pelimpahan wewenang kepada kepala sekolah,

Page 13: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

guru, dan oran tua untuk mengambil keputusan.

Untuk mengoperasikan pelimpahan wewenang

tersebut dibutuhkan adanya pembagian kewenangan

yang jelas antara dewan sekolah, pemerintah

maupun para pelaksana pendidikan di Sekolah.

2. Informasi Dua Arah dan Tanggung Jawab Untuk Kemajuan

Informasi bersifat dua arah, yaitu top down

(dari atas ke bawah) dan botom up (dari bawah ke

atas) yang berisi tentang ide, isu-isu dan gagasan

pelaksanaan pelaksanaan tugas serta kinerja,

produktivitas sikap pegawai. Informasi yang dua arah

akan memungkinkan terjadinya proses komunikasi

yang dialogis dan efektif sehingga semua pihak yang

terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan dapat

berbagi informasi dalam upaya pengambilan

keputusan atau perbaikan-perbaikan

penyelenggaraan pendidikan.

3. Bentuk dan Distribusi Penghargaan Penghargaan dalam bentuk penggajian, insentif

maupun penghargaan non material dalam bentuk

internal (produk kerja, kepuasan kerja) maupun

bentuk penghargaan eksternal (pujian, uang, dan

penghargaan lainnya) akan terdistribusikan secara

tepat terhadap individu-individu sesuai dengan

kontribusi, partisipasi dan tingkat keberhasilannya di

dalam pelaksanaan tugas yang diembannya.

Page 14: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

4. Penetapan Standar Pengetahuan dan Keterampilan

Berkaitan erat dengan penetapan standar

kompetensi yang variatif sesuai dengan tuntutan

yang ada serta memberikan peluang kepada pihak-

pihak pelaksana pendidikan untuk senantiasa

meningkatkan kompetensinya secara mandiri dengan

penuh kesadaran dan bertanggung jawab terhadap

kinerja yang dihasilkannya.

Pentingnya peran pemimpin dalam Manajemen

Berbasis Sekolah tidak terlepas dari 1) pelimpahan

dan distribusi kewenangan, 2) mekanisme

pembuatan keputusan, 3) proses penetapan

kebijakan, 4) melakukan pengawasan, 5) memberikan

motivasi dan membangun suasana kerja yang

kondusif.

Beberapa faktor yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi MBS antara lain : sosialisasi

peningkatan kualitas pendidikan oleh pemerintah dan

seluruh stakeholder pendidikan, gerakan Peningkatan

Kualitas Pendidikan Yang Dicanangkan Pemerintah,

potensi Kepala Sekolah, organisasi Formal dan informal,

organisasi Profesi

Pada buku pedoman implementasi manajemen

berbasis Sekolah yang diterbitkan oleh Pendidikan

Agama dan Keagamaan Jakarta, 2002. bahwa faktor

pendukung keberhasilan MBS terdiri dari:

kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik,

keadaan sosial ekonomi dan penghayatan masyarakat

Page 15: BAB II KERANGKA TEORITISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2977/3/T2_942010006_BAB II.pdf · ada beberapa sifat dan gaya kepemimpinan. ... masyarakat yang tinggi dan dalam kerangka

���

terhadap pendidikan, dukungan pemerintah. Serta

profesionalisme.