bab ii kajian teori -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan atau
kecakapan. Berkaitan dengan pernyataan tersebut Mc.
Ashan (1981), Kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya.
Untuk hal apa dia dapat melakukan dengan baik
perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Depdiknas (2002:1) kompetensi merupakan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Sementara Mulyasa mengungkapkan kompetensi
bukan hanya mengandung pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap, tetapi yang penting disini adalah penerapan
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen mendefinisikan kompetensi sebagai
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35
(1): “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
10
kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati”. UU No. 13/2003
tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10) “Kompetensi
adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan”
Dari teori di atas kompetensi diartikan sebagai
kemampuan untuk mengimplementasikan segala
kemampuan pengetahuan, keterampilan serta sikap
yang dimiliki di lingkungan kerja yang dimiliki sehingga
menghasilkan sesuatu dalam waktu tertentu sesuai
standar yang dipersyaratkan. Dengan demikian
kompetensi seorang guru menunjukkan kualitas guru
yang menjalankan fungsinya sebagai guru.
2.1.1 Penilaian Kinerja Guru
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara menyeluruh dalam periode tertentu
selama melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan seperti standar hasil kerja,
target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan disepakati bersama (Rivai dan
Basri, 2005:14). Menurut Mulyasa (2004: 136) Kinerja
adalah prestasi kerja, pelakasanaan kerja, pencapaian
hasil kerja, atau unjuk kerja. Nawawi (2005:234)
menjelaskan kinerja sebagai hasil pelaksanaan suatu
11
pekerjaan. Jadi dari beberapa pengertian tersebut
kinerja merupakan perbuatan atau perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas yang dapat diamati orang
lain melalui hasil.
Kriteria seorang guru dapat melaksanakan
kinerjanya secara efektif dipengaruhi: sikap positif;
iklim kelas yang kondusif; harapan besar akan
keberhasilan siswa; berkomunikasi dengan jelas;
mengelola waktu secara efektif; penggunaan struktur
pembelajaran yang jelas; metode pembelajaran; ide-ide
si swa; dan pertanyaan yang bervariatif hal ini diukur
dengan penilaian.
Menurut Peraturan Mentri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009:
Penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap-
tiap butir kegiatan utama guru dalam pembinaan karier,
kepangkatan, dan jabatannya. Sistem penilaian kinerja guru dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru
dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran
penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam ujung kinerjanya. Penilaian kinerja guru dilakukan terhadap
kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran,
pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan
pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang
dijadikan dasar untuk penilaian kinerja adalah kompetensi pedagogik, professional,social, dan
kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007.
12
2.1.2 Tenaga Pendidik
Guru adalah pendidik yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Undang-undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Guru merupakan tenaga professional yang
mempunyai tugas, fungsi dan peran penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, sebagian
besar ditentukan oleh guru. Tugas, fungsi, dan peran
dapat terwujud sesuai dengan aturan diperlukan
penilaian kinerja guru yang menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang
pendidikan.
2.2 Penelitian Tindakan Sekolah
Robert Rapoport (1970) dalam David Hopkins
(2011:87) menyatakan penelitian tindakan bertujuan
untuk memberikan kontribusi langsung pada problem-
problem praktis masyarakat dalam situasi-situasi
problematik dan pada tujuan-tujuan ilmu sosial dengan
13
turut berkolaborasi (bersama masyarakat) dalam
kerangka etis yang disepakati antar satu sama lain.
Definisi lainnya menurut Stephen Kemmis (1983)
dalam David Hopkins ( 2011:87) penelitian tindakan
merupakan salah satu bentuk penyelidikan refleksi-diri
yang dilaksanakan oleh para partisipan dalam situasi-
situasi social (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan rasonalitas dan keadilan.
Mulyasa (2010:10) penelitian Tindakan Sekolah
merupakan upaya kinerja system pendidian dalam
mengembangkankan manajemen sekolah agar menjadi
lebih produktif, efektif, dan efisien. Penelitian Tindakan
Sekolah dapat diartikan persoalan pendidikan yang
dihadapi di sekolah. Penelitian Tindakan Sekolah harud
dilandasi oleh (1) dirasakan adanya masalah pada
sebuah system pendidikan atau manajemen sekolah, (2)
prestasi kerja (achiemnet) system pendidikan dan
manajemen sekolah menurun atau tidak optimal
sehingga menghambat peningkatan mutu.
Penelitian tindakan sekolah (PTS) bertujuan
untuk melakukan suatu pendekatan terhadap proses
pendidikan mulai dari rencana pengembangan sekolah,
implementasi kebijakan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, serta evaluasi dan pengawasan terhadap
man, money, material, method, and mechine di tingkat
satuan pendidikan yang memposisikan guru,
pengawas, dan kepala sekolah, beserta komite sekolah
14
dan dewan pendidikan sebagai hakim terbaik terhadap
keseluruhan manajemen dan aktivitas sekolah.
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) memberikan peluang
kepada pengawas dan kepala sekolah untuk berkreasi
serta mengambangkan kompetensinya serta mandiri
dalam mengembangkan manajemen sekolah sehingga
terjadi peningkatan kualitas pendidikan yang
berkesinambungan (continous quality improvement).
Stinger (1996:9) dalam Mulyasa (2010:9) mengartikan
penelitian tindakan sebagai “disciplined inquiri
(research) which seeks focused efforts to improve the
quality of people’s organizational, community and family
lives”. Penelitian tindakan dapat diartikan sebagai
upaya memperbaiki kondisi dan memecahkan berbagai
persoalan pendidikan yang dihadapi sekolah.
2.2.1 Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto (2006:2) tiga kata yang dapat
menjelaskan PTK yaitu: 1) Kata penelitian, mengarah
pada suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencermati
suatu objek dengan cara serta aturan metodologi
tertentu agar diperoleh data atau informasi yang
berguna dalam meningkatkan mutu mengenai suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2)
Kata Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Penelitian yang berbentuk rangkaian siklus
15
kegiatan yang objeknya adalah siswa. 3) Kata Kelas,
menunjuk pada sekelompok siswa yang menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama dan dalam
waktu yang sama. Penggabungan pengertian dari tiga
kata tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencermati
kegiatan belajar berupa tindakan yang dimunculkan di
dalam kelas secara bersama.
Supardi dalam Arikunto, dkk (2006:4)
menyatakan pada intinya PTK merupakan suatu
penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas
dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan.
PTK merupakan upaya guru untuk memperbaiki
keadaan yang kurang memuaskan dan atau untuk
meningkatkan mutu pelajaran di kelas agar selalu
mengalami peningkatan. Dengan demikian PTK adalah
penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki
atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan
upaya perbaikan dilakukan dengan melaksanakan
tindakan sehingga muncul jawaban atas permasalahan
yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari guru di
kelas.
2.2.2 Pentingnya Pembuatan PTK
Keputuran Menteri Negara Pendayagunaan
Apatur Negara Nomor 84 Tahun tentang Jabatan
Fungsional Guru dan angka kreditnya telah mengatur
16
kenaikan pangkat atau jabatan guru. Kemudian
Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomer 16 Tahun 2009 di atas
menggariskan bahwa guru dengan golongan/ ruang
III/b yang akan naik jabatan/pangkatnya menjadi guru
dengan golongan/ruang III/c dipersyaratkan untuk
mengumpulkan paling sedikit 4 (empat) angka kredit
dari sub-unsur publikasi ilmiah dan/ atau karya
inovatif. Dari peraturan tersebut dijelaskan bahwa
seorang guru harus membuat PTK sebagai syarat
kenaikan pangkat. Sehingga kesejahteraan guru
tergantung dari keaktifan pembuatan PTK.
Uraian di atas menjelaskan bagaimana PTK
sangat berpengaruh bagi kenaikan pangkat guru. Guru
yang merencanakan, melakukan, mengevaluasi apakah
pembelajaran yang selama ini telah dilakukan sudah
mendekati, telah berjalan ataukah jauh dari
keefektifan. Semua akan nampak pada hasil prestasi
dan motivasi anak dalam proses maupun penilaian
pembelajaran.
Guru dapat mengetahui kekurangan maupun
kelemahan kelas yang diampunya dan berusaha
meningkatkannya dengan PTK. Guru menghadapi
peserta didik sehingga diharapkan mampu mencarikan
solusi permasalahan yang dihadapi peserta didiknya.
Guru mampu menambah wawasan serta berkompeten
17
untuk menjadikanya bahan kajian pendidikan tahun
berikutnya.
2.2.3 Workshop Penyusunan Proposal PTK
Workshop adalah suatu perkumpulan orang-
orang yang bersifat ilmiah dalam wadah yang
sederhana dilakukan antara para pakar atau pembicara
untuk pembahasan masalah sederhana yang
berhubungan dengan pelaksanaan bidang keahlian
untuk membahas dan mencari solusi dari suatu
permasalahan sehingga menghasilkan suatu produk
yang dapat dimanfaatkan oleh peserta sebagai salah
satu alternate. Workshop adalah suatu pertemuan
ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk
menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988:403).
Selanjutnya Harbinson (1973:52) berpendapat dalam
pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan
sebagai proses pengalihan keterampilan dan
pengetahuan yang dilakukan di luar system
persekolahan bersifat lebih heterogen dan kurang
terbakukan dan tidak berkaitan antara satu dengan
yang lainnya karena berbeda tujuan.
Sedangkan pendapat lain dari Nadler (1970:40-
41) pendidikan dan pelatihan (workshop) merupakan
sesuatu yang berbeda. Pelatihan adalah sesuatu yang
digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja dalam
menghadapi tugas atau kerja. Bertujuan
18
mengintroduksikan tingkah laku sehingga dapat
menghasilkan tingkahlaku yang diharapkan.
Sedangkan definisi dari pendidikan adalah kegiatan
yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia untuk memperbaiki keseluruhan kemampuan
dalam tugas yang saat ini dijalankan.
Feldman dan Arnold (1983:83) berpendapat
seringkali program pelatihan yang mengutamakan teori
telah kurang mengarah kepada kebutuhan. Sehingga
yang dibutuhkan bukan sejumlah teori melainkan hal-
hal yang bersifat lebih praktis dan mudah
diimplementasikan di lapangan untuk mengembangkan
kecakapan-kecakapan. Peter Drucker (dalam Bambang
Kusriyanto, 1993:118) menunjukan bahwa orang
Jepang yang diberikan workshop secara terus menerus
akan lebih bertanggungjawab dalam melakukan
pekerjaandan mengoperasikan alat-alat yang di
gunakan.
Dari beberapa pendapat dapat dipahami
mengenai makna pendidikan dan pelatihan (workshop)
adalah suatu alat yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan
seseorang dalam tim sekolah maupun beberapa tim
sekolah dalam menyusun proposal PTK demi
mempermudah kenaikan pangkat dan penilaian kinerja
guru.
19
2.3 Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian Nani Mediatati (2015) yang
berjudul Peningkatan Kompetensin Menyusun
Proposal Penelitian Tindakan Kelas melalui
Model Pelatihan Partisipatif Bagi Guru Guru di
SMP Negeri 2 Ampel Kabupaten Boyolali. Hasil
penelitian dan pembahasan menunjukan
adanya peningkatan kemampuan menyusun
proposal PTK guru guru di SMP Negeri 2
Ampel. Penelitian ini menggunakan model
pelatihan partisipatif dengan pendampingan
intensif. Hasil observasi menunjukan
keseriusan, antusias, kemauan , dan keatifan
yang tinggi dalam penyusunan Proposal PTK.
b. Penelitian Dwi Ampriyati (2015) yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Menyusun Proposal
PTK Melalui Pendampingan di Kalangan Guru
SD Negeri Rejowinangun Utara 1 Kota
Magelang. Dari simpulan menunjukan
terjadinya peningkatan kemampuan guru
untuk menyusun PTK melalui pendampingan
di kalangan Guru SD Negeri Rejowinangun
Utara 1 Kota Magelang. Teknik analisi yang
digunakan adalah model Bogdan. Alternatip
pemecahan masalah adalah dengan
20
pendampingan praktik penyusunan proposal
penelitian tindakan kelas.
c. Penelitian oleh tim pengembang SMAN 1
Tenjo Kab. Bogor (2010) dengan judul “Upaya
Peningkatan Kompetensi Guru dalam
Menyusun Silabus dan RPP melalui Supervisi
Akademik yang berkelanjutan di SMAN 1 Tenjo
Kab. Bogor” penelitian ini dapat
meningkatkan kompetensi guru melalui
supervisi dapat meningkatkan penyusunan
silabus dan RPP secara berkelanjutan di SMA
N 1 Tenjo. Penelitian menunjukan perbedaan
hasil silabus dan RPP dari sebelum supervisi
dan sesudah supervisi.
d. Penelitian dari Emi Yulianty (2010) yang
berjudul “Upaya meningkatkan kualitas
Kompetensi Guru SMA Negeri 1 Bandung
dalam Menyusun dan Mengembangkan
Silabus serta Pembuatan RPP melalui
Wokshop” menunjukan dilatarbelakangi oleh
masih banyaknya guru yang belum paham
hubungan antara silabus dan RPP dan
bagaimana cara menyusunnya maka peneliti
memilih metode workshop sebagai solusi
permasalahan. Hasil penelitian menunjukan
21
bahwa setelah diadakan workshop sebanyak
4 siklus terjadi peningkatan. Penilaian
melalui rubik penilaian silabus dan RPP.
Berasarkan hasil penelitian peneliti
merekomendasikan workshop dalam MGMP.
e. Penelitian Amy D. Herschell dkk (2014) yang
berjudul “ Protocol for a statewide rendomzied
controlled trial to compare three training
models for implementing an evidence-based
treatment “ ada tiga macam training yaitu
Learning Collaborative (LC), Cascading Model
(CM) dan Distance Education (DE) yang dapat
diimplementasikan pada interaksi antara
anak dan orangtua. Penelitian bertujuan
untuk membangun pengetahuan tentang
hasil dari training, untuk mengetahui cara
mengimplementasikan hasil dan mengetahui
perbedaan dari ketiga jenis model training.
f. Penelitian oleh Gregory S.C. Hine (2013) dari
The University of Notre Dame Australia yang
berjudul “The importance of action research in
teacher education programs” menjelaskan
bagaimana menjadi seorang guru professional
dengan membuat penelitian tindakan.
Penelitian ini menjelaskan penelitian
22
tindakan sangat baik dilakukan oleh guru,
staf administrasi sekolah dan pengendalian
dalam pembelajaran dan pengajaran.
Penelitian ini dilakukan di dua tepat yaitu di
Amerika serikat dan di Australia.
Berkaitan hasil penelitian terdahulu dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi
guru dapat dilakukan penelitian tindakan. Penelitian
yang mudah dan sangat dekat dengan dunia guru
adalah penelitian tindakan karena guru dapat
melakukannya di lingkungan sekolah. Sedangkan
workshop adalah salah satu metode yang dapat
dilakukan dalam penelitian tindakan sekolah.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan beberapa pendapat penelitian
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
bahwa penyusunan proposal PTK melalui workshop
PTK dengan model siklus, dan metode kolaborasi
mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menyusun proposal PTK. Kemampuan menyusun
proposal PTK dapat dilihat pada kemampuan
menyusun judul, pendahuluan, landasan teori, dan
prosedur penelitian.
23
2.5 Standar Keberhasilan PTS
Tujuan penelitian dapat dilihat dari ketercapaian
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Indikator
keberhasilan tersebut dicapai melalui tindakan siklus I
dan siklus II. Setelah mengikuti kegiatan tersebut
diharapkan guru dapat :
1. Membuat judul PTK yang relevan
2. Menentukan rumusan masalah
3. Proposal PTK dengan skor minimal 70