bab ii kajian teori -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Dalam suatu penelitian sangat penting adanya kajian teori , karena kajian
teori sangat membantu dalam proses penelitian. Dimana teori ini digunakan
peneliti sebagai acuan dengan pegangan agar tidak melenceng dari jalurnya.
2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang perlu dikuasai dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia dan merupakan salah satu bidang studi yang
menduduki peranan penting dalam pendidikan. Pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di
dalam kehidupan sehari hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
2.1.1.1 Hakekat IPA
Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia“ yang berarti pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science‟.
Menurut H.W Fowler (dalam Laksmi Prihartoro, (1986: 13), IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-
gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Menurut Semiawan 1999 (Sahono, 2010:7) mendefinisikan IPA sebagai
pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, yang
mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik yang
tidak terbatas pada fakta dan proses saintifik tetapi juga berbagai aplikasi
pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian serta
interpretasi. Dengan demikian IPA adalah produk atau hasil dari proses
penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.
10
Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan
tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala- gejala alam.Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Sedangkan Menurut suyoso (1998) IPA berasal dari kata SAINS yang
berarti alam.SAINS merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang
bersifat aktif dan dinamis tiada henti- hentinya serta diperoleh melalui metode
tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara
universal.
Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kemampuan pengetahuan
yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari
tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006 : 154)
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hakikat IPA maka dapat
disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang tersusun
secara sistematis yang mempelajari mengenai gejala- gejala alam serta menuntut
adanya sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, menghargai
suatu karya orang lain, mempertanggungjawabkan kebenaran dan menjangkau
kedepan.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata
Pelajaran Ipa di SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
11
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat,
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam,
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan,
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan tingkat yang lebih tinggi.
Menurut Trianto (2010:141-142) pembelajaran IPA bertujuan untuk
menjadikan siswa memiliki:
a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-
langkah metode ilmiah,
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan
alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah,
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.
Sedangkan Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa sekolah
dasar ( howe & Jones, 1993 : 7) adalah :
a. Mengembangkan dan mempertahankan keingintahuan tentang dunia/alam di
sekitar mereka.
b. Observasi dan eksplorasi lingkungan di sekitar mereka dan mengorganisir
pengalaman mereka.
c. Mengembangkan keterampilan teknik dan intelektual yang dibutuhkan
untuk belajar lebih jauh lagi tentang sains.
d. Membangun dasar pengalaman untuk memahami konsep penting dalam
sains
e. Menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kehidupan
mereka sendiri.
12
Tercapainya tujuan pembelajaran IPA seperti yang disebutkan di atas adalah
salah satu elemen yang sangat penting untuk menciptakan suasana belajar dimana
siswa dapat dengan sendirinya menemukan dan membangun sendiri makna dari
belajarnya bagi peserta didik.
2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
c. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Kardi (2003: 3) mendefinisikan inkuiri adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan
berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan
menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri
pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu
strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses, inkuiri merupakan
sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa,yang mendorong siswa untuk
menyelidiki masalah dan menemukan informasi.
Pembelajaran inkuiri suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. (W.Gulo 2004 :84 ).
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaranyang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
13
menemukan sendiri jawaban suatu masalah yang dipertanyakan (Hamruni 2012 :
132 ).
Dapat disimpulkan bahwa Pembelajran Inkuiri merupakan proses yang
bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan
pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara
kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah
diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat
untuk memperoleh data bertujuan mendorong siswa menyelidiki masalah dan
menemukan informasi.
2.1.2.2 Jenis – jenis model pembelajaran inkuiri
Adapun jenis – jenis Model pembelajaran inkuiri ( Hamruni, 2012 : 144)
adalah sebagai berikut :
a. Inkuiri terbimbing ( quide inquiry )
Pembelajran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajran inkuiri yang
dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas
kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak
merumuskan proble atau masalah. Dalam pembelajran inkuiri terbimbing guru
tidak melepas begitu saja kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
sehingga siswa berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah
tetap mampu mengikuti kegiatan – kegiatan yang sedang dilaksanakan dan
siswa mempunyai hak tinggi dalam memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru
harus memiliki kemampuan mengelola kelas dengan bagus.
b. Inkuiri Bebas ( Free Inkuiry )
Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang
ilmuan.Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengientifikasi dan
merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama
proses ini, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama sekali.
Salah satu keuntungan dari belajar dengan model ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah mempunyai alternatif
pemecahan lebih dari satu cara. Pada model ini siswa harus mengidentifikasi
dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan.
14
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi ( modified free inquiry )
Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian
peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.Model inkuiri ini merupakan
kolaborasi antara pendekatan inkuiri bebas dan pendekatan inkuiri
terbimbing.Pendekatan inkuiri bertujuan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan
memberikan pertanyaan dan mendapat jawaban atas dasar ingin tahu pada diri
siswa.
2.1.2.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Mohamad jauhar ( 2011 : 66 )Adapun Langkah - Langkah dalam
pembelajran menggunakan model inkuiri :
a. Orientasi Masalah
Pada tahap ini Guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
yang kondusif seperti menjelaskan topik tujuan, hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka – teki. Persoalan yang menantang yang disajikan dalam memecahkan
teka teki.
c. Merumuskan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan dikaji, dan
harus diuji kebenarannya.
d. Mengumpulkan data
Merupakan aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajran inkuiri hal ini sangat penting.
e. Menguji hipotesis
Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
15
Merupakan proses mendeskrepsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
Sedangkan menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa
proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Orietasi Masalah
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk
berpikir memecahkan masalah.
b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka teki.
c. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di
kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data
meliputi percodaan atau eksperimen.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Dapat disimpulkan proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi Masalah
16
Guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim yang kondusif,
menyenangkan seperti menjelaskan topik tujuan, hasil belajar yang akan
dicapai oleh siswa.
b. Merumuskan Masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka – teki.
c. Merumuskan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan dikaji, dan
harus diuji kebenarannya.
d. Mengumpulkan data
Merupakan aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajran inkuiri hal ini sangat penting.
e. Menguji hipotesis
Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Merupakan proses mendeskrepsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
2.1.2.4 Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran model inkuiri
1. KelebihanPembelajranModel Inkuiri (Mohamad Januar 2011:83)
a. Pembelajaran
dapat berpusat kepada siswa, guru sebagai fasilitator dalam penemuan.
b. Membantu
siswa mengembangkan konsep diri yang positif.
c. Meningkatkan
penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas
dengan caranya sendiri.
d. Mengembang
kan bakat indivual secara optimal.
17
e. Menghindarka
n siswa dari cara belajar menghafal.
2. Kekurangan Pembelajran Model Inkuiri
a. Mempersyarat
kan suatu proses persiapan kemampuan berfikir yang dapat dipercaya.
b. Kurang efektif
mengajarkan siswa yang jumlahnya banyak
c. Memerlukan
kualitas yang memadai
d. Kebebasan
yang diberikan kepada siswa tidak semuanya dapat dimanfaatkan secara
optimal
2.1.2.5 Aktifitas dan prosedur Penggunaan Metode inkuiri
Adapun langkah – langkah dalam penggunaan metode inkuiri adalah :
a. Mengidentifik
asi kebutuhan siswa.
b. Pemilihan
pendahuluan terhadap prinsif – prinsif, pengertian, konsep, dan generalisasi
yang akan dipelajari.
c. Pemilihan
bahan dan masalah atau tugas – tugas yang akan dipelajari.
d. Membantu
memperjelas mengenai tugas atau masalah yang akan dipelajari dan peranan
masing – masing siswa.
e. Mempersiapk
an tempat dan alat – alat untuk proses penemuan.
f. Mengecek
tentang permasalahan masalah yang akan dipecahkan dan tugas .tugasnya
dalam pelaksanaan inkuiri.
18
g. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk melaksanakan inkuiri dengan melakukan
pengumpulan data dan pengolahan data.
h. Membantu
siswa dengan informasi atau data yang diperlukan oleh siswa untuk
kelangsungan kerja mereka.
i. Membimbing
para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan mengarah dan
mengidentifikasi proses yang digunakan.
j. Membesarkan
hati dan memuji siswa yang ikut sera dalam proses inkuiri
k. Membantu
siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide atau konsep berdasarkan hasil
penemuan.
2.1.2.6 Metode
digunakan dengan alasan sebagai berikut :
a. Perkembanga
n dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
b. Belajar tidak
hanya diperoleh dari sekolahan tetapi juga dari lingkungan sekitar.
c. Penanaman
kebiasaan untuk nelajar berlangsung seumur hidup
d. Melatih siswa
untuk melilih kesadaran sendiri
2.1.3 Multimedia Interaktif
Belajar dengan menggunakan indera ganda ( pandang dan dengar ) akan
memberikan keuntungan bagi siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Media ajar multimedia dipandang dapat mengarahkan pengalaman belajar
siswa dari abstrak ke konkret, serta menampilkan stimulus pandang dan stimulus
dengar.
2.1.3.1 Definisi Multimedia
19
Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media.Arti
multimedia yang umumnya dikenal adalah berbagai macam kombinasi grafis,
teks, suara, video dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang
secara bersama – sama menampilkan informasi, pesan,atau isi pelajaran. Konsep
penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan
perangkat keras yang masing – masing tetap menjalankan fungsi utamanya
sebagai biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan
itu.Multimedai bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang
menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Multimedia berbasis
komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunanya dalam bidang pendidikan (
Arsyad, 2000 : 169 ).
Multimedia merupakan salah satu dari media pembelajaran dengan
bantuan komputer yang sering disebut Computer Assisted Intruction ( CAI), yang
didefinisikan menurut Hick dan Hyde (Ismaniati2001:22) yaitu media
pembelajaran dimana berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan
komputer. Interaksi tersebut terjadi secara individual, dengan adanya link dan tool
memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan
berkomunikasi.
Sedangkan menurut Miarso (2005:464) mendefinisikan multimedia
merujuk pada berbagai bahan ajar yang membentuk satu unit atau yang terpadu
dan dikombinasikan dalam bentuk modulyang disebut sebagai kit yang dapat
digunakan untuk belajar mandiri atau berkelompok tanpa harus didampingi guru.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakn oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa multimedia gabugnan antara berbagai media (format file)
yang berupa teks, suara, foto atau gambar, seni grafis, animasi, dan elemen video
yang dikemas menjadi file digital yang memiliki link dan tool, digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada publik atau pengguna dengan berbantuan komputer.
Dengan menggunakan multimedia, informasi yang disajikan mudah dimengerti
karena banyak indera yang digunakan untuk menyerap infoemasi terutama indra
penglihatan dan pendengaran.
2.1.3.2 Interaktif
20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “interaktif” mengandung arti
bersifat saling melakukan aksi atau antarhubungan atau saling aktif. Dengan
demikian interaktif dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat aktif, maksudnya
ia didesain agar dapat melakukan perintah balik kepada pengguna untuk
melakukan suatu aktifitas. Dalam pembelajran peserta didik terlibat interaksi dua
arah dengan bahan ajar yang sedang dipelajari.
Menurut Guidelines for Bibliographic Description of Interactive
Multimedia dalam Pedoman Umum Pengembanga Bahan Ajar (2004), bahan ajar
interaktif adalah kombinasi dua arah atau lebih media yang dikendalikan oelh
penggunanya.
Sedangkan menurut wikipedia Interaktif adalah suatu jenis tindakan yang
terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama
lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat.
Dari beberapa pegnertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaktif
merupakan kombinasi dua arah atau lebih, yang dapat dilakukan dengan perintah
balik yang dikendalikan oleh objek yaitu pengguna.
2.1.3.3 Definisi Multimedia Interaktif
Berdasarkan pengertian dari multimedia dan interaktif maka dapat
disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang
dirancang sedimikian rupa dilengkapi dengan alat pengontrol (tool) yang dpat
dioperasikan oelh pengguna sehingga tampilannya memenuhi fungsi
menginformasikan pesan dan memiliki inteeraktifitas kepada pengguna (user)
sesuai dengan kendali perintah..
Multimedia sendiri terbagi menjadi dua kategori yaitu Multimedia linear
dan Multimedia interaktif.
a. Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.
b. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat
21
memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.contohnya: CD
interaktif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, apabila pengguna
mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini
disebut multimedia interaktif.Karakteristik terpenting dari multimedia interaktif
adalah siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga
dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Multimedia interaktif
menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari:
a. Teks
Merupakan simbol berupa medium visual yang digunakan untuk menjelaskan
bahasa lisan. Teks memiliki berbagai macam jenis bentuk atau tipe (sebagai
contoh: Time New Roman, Arial, Comic San MS), berbagai macam ukuran
dan wana. Satuan dari ukuran suatu teks terdiri dari length dan size.Length
biasanya menyatakan banyaknya teks dalam sebuah kata atau halaman.Size
menyatakan ukuran besar atau kecil suatu huruf.Standar teks memiliki size 10
atau 12 poin.Semakin besar size suatu huruf maka semakin tampak besar
ukuran huruf tersebut.
b. Grafik
Merupakan suatu medium berbasis visual. Seluruh gambar dua dimensi adalah
grafik. Apabila gambar di render dalam bentuk tiga dimensi (3D), biasanya
tetap disajikan melalui medium dua dimensi. Hal ini termasuk gambar yang
disajikan lewat kertas, televisi ataupun layar monitor. Grafik bisa saja
menyajikan kenyataan (reality) atau hanya berbentuk ikonik.Contoh grafik
yang menyajikan kenyataan adalah foto, dan contoh grafik yang berbentuk
ikonik adalah kartun seperti gambar yang biasa dipasang dipintu toilet untuk
membedakan toilet laki-laki dan perempuan.
c. Audio
Audio atau medium berbasis suara adalah segala sesuatu yang bisa didengar
dengan menggunakan indera pendengaran. Contoh: narasi, lagu, sound effect,
back sound.
d. Interaktifitas
22
Interaktivitas bukanlah medium, interaktivitas adalah rancangan dibalik suatu
program multimedia. Interaktivitas mengijinkan seseorang untuk mengakses
berbagai macam bentuk media atau jalur didalam suatu program multimedia
sehingga program tersebut member suatu kepuasan.Interaktivitas dapat dibagi
menjadi dua macam struktur, yakni struktur linear dan struktur non linear.
Struktur linear menyediakan satu pilihan situasi saja kepada pengguna
sedangkan struktur nonlinear terdiri dari berbagai macam pilihan kepada
pengguna.
Selain itu, Green & Brown (2002 :3) menjelaskan terdapat beberapa metode
yang digunakan dalam menyajikan multimedia, yaitu:
a. Berbasis kertas ( Paper-based) contoh: Buku, majalah, brosur
b. Berbasis cahaya (Light-based) contoh : Slide shows, transparasi
c. Berbasis suara (Audio-based) contoh : CD Player, tape recorder, radio
d. Berbasis gambar gerak ( Moving Image, based ): Televisi
2.1.3.4 Pentingnya Multimedia Interaktif
Interaktif berarti sifat yang mempengaruhi. Artinya antara pengguna (user)
dan media (progam) ada hubungan timbal balik, user memberikan respon terhadap
permintaan/tampilan media (progam), kemudian dilanjutkan dengan penyajian
informasi/konsep berikutnya yang disajikan oleh media (progam) tersebut, jadi
user harus berperan aktif.
Seiring berkembangnya jaman, maka penggunaan multimedia sangat
penting, berikut alasan pentingnya multimedia:
a. Multimedia menjadi kegiatan membaca itu dinamis dengan memberikan
dimensi baik pada kata –kata. Apalagi dalam hal penyampaian makna, kata –
kata dalam aplikasi multimedia bisa menjadi pemicu yang digunakan
memperluas cakupan teks untuk memeriksa suatu topik tertentu secara lebih
luas.
b. Multimedia melakukan hal ini bukan hanya dengan menyediakan lebih banyak
teks melainkan juga menghidupkan teks dengan menyertakan bunyi, gambar,
musik, animasi, dan video.
23
c. Kelebihan multimedia adalah menarik indera dan menarik minat, karena
merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Lembaga riset dan
penerbit komputer yaitu Computer Teknologi Riset (CTR) menyatakan bahwa
hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar.
Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar, sedangkan
dari yang dilihat, didengar, dan dilakukan sekaligus orang dapat mengingat
80% maka multimedia sangatlah sensitif efektif.
d. Multimedia menjadi alat yang ampuh untuk pengajaran dan pendidikan serta
meraih keunggulan bersaing.
2.1.3.5 Kelebihan dan kekurangan Multimedia Interaktif
2.1.3.5.1 Kelebihan multimedia interaktif (Deni Darmawan 2012 : 30 )
a. menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara
pandangan, suara dan gerakan.
b. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata. Dengan
bantuan multimedia maka dapat ditampilkan benda-benda seperti kuman,
bakteri, elektron, dll. dengan demikian benda-benda tersebut akan mudah
dipahami oleh siswa.
c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit,da berlangsung cepat
atau lambat. Adanya kemampuan ini maka guru dapat menyajikan melaui
gambar animasi atau movie.
d. Menyajikan suatu benda atau peristiwa yang jauh. melalui multimedia maka
guru dapat menghadirkan obyek-obyek seperti planet, bulan, bintang, salju ke
dalam ruang kelas.
e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya. Dengan kemampuan ini
maka guru dapat menyajikan peristiwa-peristiwa yang berbahaya seperti
ledakan bom, peluncuran roket, letusan gunung berapi, kebakaran, binatang
buas, racun.
f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Dengan kemampuan ini maka
pembelajaran dapat berlangsung secara menarik dan meningkatkan motivasi
belajar siswa.
2.1.3.5.2 Kekurangan Media interaktif
24
a. Memerlukan biaya yang relatif tinggi dalam pengadaan, pengembangan
program, pemeliharaan, dan perawatan komputer untuk pembelajaran yang
meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Saat ini
komputer masih merupakan teknologi yang relatif mahal bagi sebagian
masyarakat Indonesia. Untuk memanfaatkan komputer sebagai sarana
pembelajaran interaktif diperlukan sejumlah perangkat keras sebagai fasilitas
pendukung. Oleh karena itu lebih baik mempertimbangkan sebelum
menggunakan komputer perlu mempertimbangan biaya dan manfaat (cost
benefit analysis).
b. Program komputer memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan
spesifikasi yang sesuai (compatability), sehingga terhindar incompability
antara hardware dan software mendisain/merancang dan memproduksi
program komputer untuk pembelajaran (Computer-Assisted Instruction )tidak
mudah, melainkan memerlukan kegiatan intensif yang memerlukan banyak
waktu dan keahlian khusus.
c. Mengalami kendala dalam hal sumber daya manusia, seperti masih tingginya
sikap Computer Illiteracy, sehingga masih ada keengganan dalam
menggunakan komputer sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan. Untuk itu diperlukan upaya memasyarakatkan penggunaan
komputer sebagai sarana informasi dan komunikasi.
d. Desain yang buruk menyebabkan kebingungan dan kebosanan sehingga pesan
tidak tersampaikan dengan baik.
e. Perkembangan media yang cepat selalu menuntut edukasi bagi pengguna
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) Belajar adalah suatu proses usaya yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Hilgard dan Brower (dalam Oemar Hamalik, 1992:45) mendefinisikan
belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek, dan
25
pengalaman.Tentu saja yang melakukan praktek, beraktifitas dalam hal ini adalah
peserta didik yang dibimbing oleh guru.Thorndike (Sardiman, 2008: 33)
mengatakan dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera deangan
impuls untuk bertindak.Asosiasi yang demikian disebut connecting. Dengan
perkataan lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon,
antara aksi dan reaksi.
Menurut Sanjaya (2005:88), belajar adalah hasil bukan proses. Keberhasilan
belajar diukur dari hasil yang diperoleh.Semakin banyak informasi yang dapat
dihafal maka semakin bagus hasil belajar.Bukan hanya itu, kemampuan
mengungkapkan hasil belajar juga ditentukan oleh kecepatan dan
ketepatan.Semakin cepat dan tepat individu mengungkapkan informasi yang
dihafalnya, semakin bagus hasil belajar.Dengan demikian belajar lebih
berorientasi pada hasil yang harus dicapai.
Menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4) belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sejalan
dengan pemikiran Kimble dan Garmezy dalam Ali (2008:14), sifat perubahan
perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian belajar dapat
diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat
diuluang-ulang dengan hasil yang sama.
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan dalam perbuatan
melalui aktifitas, praktek, dan pengalamanmelalui proses seseorang untuk
memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap yang dapat dilakukan
secara berulang-ulang dengan hasil yang sama.
2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hasil akhir yang diperoleh siswa setelah
melakukan proses belajar. Penentuan hasil belajar dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut tes untuk meninjau sejauh mana tingkat
pemahaman dan penguasaan siswa pada materi yang telah diajarkan pada suatu
materi pelajaran.
26
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2012 :
5), hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap
berupa kemampuan menginternalisasi dan ekstenalisasi nilai-nilai. Sikap
merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Nana Sudjana (2007:3) , hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif,afektif,dan psikomotorik yang dimiliki siwa setelah
menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil akhir yang berupa
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
27
Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang teridiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis,
dan evaluasi..
b. Ranah afektif berkenaan dengan nilai dan sikap yang terdiri dari lima aspek
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisani, dan
internalisasi.
c. Ranah psikomotor berkenaan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan,mengamati)
Dimana ketiga ranah tersebut menurut Srini M. Iskandar (1996:96) ranah
kognitif tetap mendapat penekanan khusus dalam pembelajaran meskipun pakar-
pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut
Bloom ada 6 tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif yaitu:
a. Pengetahuan tentang fakta-fakta dan psrinsip-prinsip, pemahaman
(memahami fakta-fakta dan ide-ide).
b. Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru.
c. Analisa (Mememcah konsep lalu menrik kesimpulan pada hal yang sama.
d. Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide).
e. Evaluasi (menentukan nilai dari fakta dan ide).
Sedangkan ranah afektif menurut Bloom (Srini M. Iskandar 1996:107)
ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi.Hal
ini erat hubungaannya dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan
bagaimana perasaan mempengaruhi mereka.Cara terbaik untuk menilai sikap
dan perasaan (afektif) siswa adalah mengamati secara langsung pada waktu
mereka bekerja atau pada waktu mereka bermain dengan sesama murid, dan
tidak hanya ketika guru mengajar.
Srini M. Iskandar (1996:109) dalam ranah psikomotor menekankan
keterampilan-keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda-benda
28
atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA.Untuk ranah
psikomotor, guru dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan
pembelajaran karena guru mempunyai banyak kesempatan untuk mengamati
keterampilan siswa dalam menangani alat-alat atau benda-benda percobaan.Untuk
penilaian atau asesmen obyektif, spesifik, dan dapat diamati, guru dapat membuat
daftar pengamatan kinerja siswa dan skala penilaiannya.
2.1.4.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
melakukan aktifitas belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam subjek belajar
(faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar subjek belajar (faktor
eksternal).
Ahmadi dan Joko (2005:104) membedakan faktor internal menajadi dua,
yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.Kondisi fisiologis adalah kondisi
yang berhubungan dengan fisik. Kondisi fisik yang tidak normal, misalnya
kondisi badan yang lemah, keadaan fisik yang cacat (fungsi mata dan
pendengaran tidak berfungsi dengan baik), kurang gizi, dan sebagainya akan
menyebabkan proses dan hasil belajar tidak maksimal. Seseorang yang kondisi
fisiknya normal, misalnya tidak kekurangan gizi, penglihatan, dan
pendengarannya berfungsi dengan baik, dan kondisi fisik lainnya normal akan
sangat membantu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Ini berarti bahwa
kondisi fisik seseorang yang akan belajar sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Sedangkan kondisi psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan
dengan (1) minat, (2) kecerdasan, (3) motivasi, (4) bakat, dan kemampuan
kognitif, misalnya persepsi, ingatan, dan kemampuan berpikir.
Faktor eksternal pun akan sangat menentukan tingkat dan pencapaian hasil
belajar seseorang. Beberapa yang termasuk faktor ekternal (lingkungan) tersebut
sebagai berikut.
a. Faktor keluarga.
Situasi dan suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan
seseorang.Misalnya, pendidikan orangtua, keadaan ekonomi, rumah, hubungan
29
dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat
mempengaruhi hasil belajar seseorang.
b. Faktor sekolah.
Secara tidak langsung keadaan sekolah seseorang tempat melaksanakan kegiatan
belajar jugat ikut mempengaruhi hasil belajar seseorang.
c. Faktor masyarakat
Apabila kondisi masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan
memiliki moral yang baik, terutama anak-anak mereka.Hal ini dapat menjadi
pemicu seseorang untuk melakukan belajar.
Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007:158), hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara
perinci,uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
a. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri peserta didik,yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi :
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
Berbeda dengan diatas, menurut Ruseffendi (1991:7) mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam 10 macam, yaitu :
kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model
penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru,
dan kondisi masyarakat.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri
sudah banyak sekali di lakukan oleh penelitian lain. Sebagai contoh Penelitian
yang dilalukan oleh Siti Maimunah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Inkuiri
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Afektif dan Kognitif Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas V SD Negeri Bansari Semester II Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Dengan hasil
30
penelitian menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran melalui
pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mat
pelajaran IPA. Hal ini ditunjukan pada mata pelajaran IPA penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Penelitian Tindakan kelas ini
dilukan dengan 2 siklus, dengan masing-masing siklus 3 pertemuan.Instrument
yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas soal evaluasi untuk
mengukur hasil belajar siswa serta lembar observasi untuk mengukur keaktifan
siswa dengan penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran.Subjek
penelitian ini adalah siswa SD N Bansari kelas V yang berjumlah 27 siswa.Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil dan keaktifan belajar
siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 71. Pada kondisi
awal pra siklus, hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori
rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 66,78, sedangkan pada
pembelajaran siklus I, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat kekategori
tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 81,99 dengan pencapaian
ketuntasan belajar sebanyak 85,19 %. Selanjutnya pada siklus II, terjadi
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata
84,73 dengan pencapaian ketuntasan 100 %. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD N Bansari dengan adanya
perbandingan peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu
sebanyak 14,81 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
IPA siswa kelas V.
Penelitian lain dilakukan oleh Nyoman Sinta asih dengan judul “Upaya
Peningkatan Unjuk Kerja Siswa melalui Pendekatan Inkuiri dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPS Kelas 4 SD N
1Kaligentong Ampel Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran 2012/ 2013”.Penelitian
ini pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan unjuk kerja siswa mata pelajaran IPS kelas 4 SD N 1 Kaligentong
Ampel Boyolali semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah
31
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model
spiral dari Kemmis, S. dan Mc Taggart, R dengan menggunakan 3 siklus,
masingmasing siklus terdiri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan tindakan, 2)
pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan 3) refleksi. Variabel penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran
jigsaw dan unjuk kerja.Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes
(observasi).Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan rubrik unjuk
kerja dan lembar observasi.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif komparatif yaitu perbandingan antar siklus yang menggunakan tabel
distribusi frekuensi, diagram batang, dan persentase. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan unjuk kerja siswa mata pelajaran IPS siswa
kelas 4 di SD N 1 Kaligentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan
kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber
daya alam dan potensi lain di daerahnya setelah menggunakan pendekatan inkuiri
dengan jigsaw. Hal ini nampak pada kondisi awal tidak ada pengukuran unjuk
kerja belajar IPS. Setelah memperoleh tindakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan inkuiri dan model kooperatif tipe jigsaw yang meliputi
aktivitas mengobservasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan,
membuat rekomendasi, membuat laporan, dan presentasi. Maka unjuk kerja siswa
pada kategori tinggi pada siklus I pada tahap observasi mencapai 17% meningkat
56% menjadi 73% pada siklus II dan meningkat 27% menjadi 100% pada siklus
III. Pada tahap merumuskan masalah pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap merumuskan hipotesis pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III. P
ada tahap mengumpulkan data pada siklus I mencapai 23% meningkat 54%
menjadi 77% pada siklus II dan meningkat 23% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap menganalisis data pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap menguji hipotesis pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
32
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap membuat kesimpulan pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap membuat rekomendasi pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%
menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 34% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap membuat laporan pada siklus I mencapai 20% meningkat 53%
menjadi 73% pada siklus II dan meningkat 27% menjadi 100% pada siklus III.
Pada tahap presentasi pada siklus I mencapai 37% meningkat 40% menjadi 77%
pada siklus II dan meningkat 23% menjadi 100% pada siklus III. Dalam penelitian
ini hipotesis tindakan terbukti bahwa melalui penggunaan pendekatan inkuiri
dengan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan unjuk kerja siswa
mata pelajaran IPS kelas 4 SD N 1 Kaligentong Ampel Boyolali semester 2 tahun
ajaran 2012/2013. Berdasarkan pada hasil penelitian, maka disarankan untuk
diterapkan dalam pembelajaran IPS SD untuk kompetensi dasar mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya, guru mendesain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
inkuiri dengan model pembelajaran jigsaw untuk memperbaiki pembelajaran dan
meningkatkan unjuk kerja siswa.
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Margono yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menerapkan Metode Inkuiri Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang Semester 2 /
2011-2012” didapatkan hasil bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar IPA kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Hal
itu terlihat dari data observasi aktivitas siswa siklus I memperoleh persentase
sebesar 71 % kemudian siklus II meningkat menjadi 77,6 %.Pada observasi
keterampilan guru siklus I memperoleh persentase sebesar 72,5 % siklus II
meningkat menjadi 90 %.Untuk hasil belajar siswa siklus I memperoleh rata-rata
nilai tes sebesar 66 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 66 %. Siklus II
meningkat, dengan rata-rata nilai tes menjadi 74 dengan persentase ketuntasan
belajar sebesar 86 %.Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa metode
inkuiri sebagai solusi yang efektif karena terbukti mampu meningkatkan hasil
33
belajar IPA kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban kabupaten
Batang.Disarankan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan
pertimbangan guru khususnya pada mata pelajaran IPA, bahwa metode inkuiri
perlu diterapkan dan dikembangkan karena metode inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berfikir
Hasil belajar IPA kelas V SD Negeri Papringan 03 tergolong rendah. Hal
ini terbukti dari data hasil ulangan harian dan melalui wawancara guru
menyatakan belum menemukan model pembelajaran yang dianggap cocok
diterapkan untuk karakteristik anak sd sekarang ini yang cenderung berbeda –
beda. Dalam melaksanakan pembelajaran tentunya guru harus dapat memilih
model dan metode yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran supaya dapat masuk
ke memori otak siswa.Model konvensional sudah menjadi hal yang biasa
dilakukan guru.Hal ini dapat membuat siswa jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga perlu pemilihan model yang menarik dan dapat
meningkatkan hasil belajar melalui keaktifan siswa.Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA adalah model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berbantuan video
pembelajaran.Pendekatan ini dapat digunakan sebagai variasi untuk merangsang
siswa agar menumbuh kembangkan semangat siswa, dengan penyajian
pembelajaran yang menarik.pendekatan inkuiri adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan masalah,
menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, serta membuat kesimpulan dari
hasil yang telah didapatkan.Dalam pembelajaran inkuiri ini siswa dituntut aktif
untuk menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari,
sedangkan hanya sebagai fasilitator yang bertugas merangsang dan mengarahkan
siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan
model pembelajaran melalui pendekatan Inkuiri secara benar dan tepat pada suatu
materi pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan dapat
meningkat.gambaran tersebut secara singkat dapat dilihat pada skema berikut ini.
34
Kondisi
Awal
Guru Menggunakan
metode konvensional dan
media tidak digunakan.
Hasil belajar rendah
35
Gambar 2.1
Kerangaka berfikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah kami uraikan diatas, dapat
dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
Model pembelajaran melalui Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Negeri Papringan 03 tahun pelajaran 2015 / 2016.
Tindakan
Guru : Menggunakan model
pembelajaran melalui pendekatan
inkuiri berbantuan Multimedia
Interaktif
Kondisi Terakhir
Siklus 1
Siklus 2
Ketuntasan Hasil Belajar
Meningkat