bab ii kajian teori -...

27
9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Dalam suatu penelitian sangat penting adanya kajian teori , karena kajian teori sangat membantu dalam proses penelitian. Dimana teori ini digunakan peneliti sebagai acuan dengan pegangan agar tidak melenceng dari jalurnya. 2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar IPA merupakan ilmu pengetahuan yang perlu dikuasai dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dan merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. 2.1.1.1 Hakekat IPA Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia“ yang berarti pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science‟. Menurut H.W Fowler (dalam Laksmi Prihartoro, (1986: 13), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala- gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Menurut Semiawan 1999 (Sahono, 2010:7) mendefinisikan IPA sebagai pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, yang mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik yang tidak terbatas pada fakta dan proses saintifik tetapi juga berbagai aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian serta interpretasi. Dengan demikian IPA adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.

Upload: dangmien

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya kajian teori , karena kajian

teori sangat membantu dalam proses penelitian. Dimana teori ini digunakan

peneliti sebagai acuan dengan pegangan agar tidak melenceng dari jalurnya.

2.1.1 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang perlu dikuasai dalam upaya

peningkatan sumber daya manusia dan merupakan salah satu bidang studi yang

menduduki peranan penting dalam pendidikan. Pendidikan IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di

dalam kehidupan sehari hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

2.1.1.1 Hakekat IPA

Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia“ yang berarti pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau

sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science‟.

Menurut H.W Fowler (dalam Laksmi Prihartoro, (1986: 13), IPA adalah

pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-

gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Menurut Semiawan 1999 (Sahono, 2010:7) mendefinisikan IPA sebagai

pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, yang

mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik yang

tidak terbatas pada fakta dan proses saintifik tetapi juga berbagai aplikasi

pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian serta

interpretasi. Dengan demikian IPA adalah produk atau hasil dari proses

penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu.

10

Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas

pada gejala- gejala alam.Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya

kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Sedangkan Menurut suyoso (1998) IPA berasal dari kata SAINS yang

berarti alam.SAINS merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang

bersifat aktif dan dinamis tiada henti- hentinya serta diperoleh melalui metode

tertentu yaitu teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara

universal.

Definisi lain dari sains yaitu cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis sehingga sains bukan hanya penguasaan kemampuan pengetahuan

yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, prinsip – prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari

tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006 : 154)

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hakikat IPA maka dapat

disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang tersusun

secara sistematis yang mempelajari mengenai gejala- gejala alam serta menuntut

adanya sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, menghargai

suatu karya orang lain, mempertanggungjawabkan kebenaran dan menjangkau

kedepan.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata

Pelajaran Ipa di SD / MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

11

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat,

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan,

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam,

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan tingkat yang lebih tinggi.

Menurut Trianto (2010:141-142) pembelajaran IPA bertujuan untuk

menjadikan siswa memiliki:

a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-

langkah metode ilmiah,

b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan

alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah,

c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.

Sedangkan Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa sekolah

dasar ( howe & Jones, 1993 : 7) adalah :

a. Mengembangkan dan mempertahankan keingintahuan tentang dunia/alam di

sekitar mereka.

b. Observasi dan eksplorasi lingkungan di sekitar mereka dan mengorganisir

pengalaman mereka.

c. Mengembangkan keterampilan teknik dan intelektual yang dibutuhkan

untuk belajar lebih jauh lagi tentang sains.

d. Membangun dasar pengalaman untuk memahami konsep penting dalam

sains

e. Menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan kehidupan

mereka sendiri.

12

Tercapainya tujuan pembelajaran IPA seperti yang disebutkan di atas adalah

salah satu elemen yang sangat penting untuk menciptakan suasana belajar dimana

siswa dapat dengan sendirinya menemukan dan membangun sendiri makna dari

belajarnya bagi peserta didik.

2.1.1.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

c. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.2 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Kardi (2003: 3) mendefinisikan inkuiri adalah model pembelajaran yang

dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti masalah dan pertanyaan

berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada proses mencari dan

menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan menemukan sendiri

pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan guru sebagai

fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu

strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses, inkuiri merupakan

sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa,yang mendorong siswa untuk

menyelidiki masalah dan menemukan informasi.

Pembelajaran inkuiri suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri. (W.Gulo 2004 :84 ).

Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaranyang

menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

13

menemukan sendiri jawaban suatu masalah yang dipertanyakan (Hamruni 2012 :

132 ).

Dapat disimpulkan bahwa Pembelajran Inkuiri merupakan proses yang

bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan

pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber informasi lain secara

kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah

diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat

untuk memperoleh data bertujuan mendorong siswa menyelidiki masalah dan

menemukan informasi.

2.1.2.2 Jenis – jenis model pembelajaran inkuiri

Adapun jenis – jenis Model pembelajaran inkuiri ( Hamruni, 2012 : 144)

adalah sebagai berikut :

a. Inkuiri terbimbing ( quide inquiry )

Pembelajran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajran inkuiri yang

dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas

kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak

merumuskan proble atau masalah. Dalam pembelajran inkuiri terbimbing guru

tidak melepas begitu saja kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh siswa,

sehingga siswa berfikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah

tetap mampu mengikuti kegiatan – kegiatan yang sedang dilaksanakan dan

siswa mempunyai hak tinggi dalam memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru

harus memiliki kemampuan mengelola kelas dengan bagus.

b. Inkuiri Bebas ( Free Inkuiry )

Pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang

ilmuan.Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengientifikasi dan

merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama

proses ini, bimbingan guru sangat sedikit diberikan bahkan tidak sama sekali.

Salah satu keuntungan dari belajar dengan model ini adalah adanya

kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah mempunyai alternatif

pemecahan lebih dari satu cara. Pada model ini siswa harus mengidentifikasi

dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan.

14

c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi ( modified free inquiry )

Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian

peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui

pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.Model inkuiri ini merupakan

kolaborasi antara pendekatan inkuiri bebas dan pendekatan inkuiri

terbimbing.Pendekatan inkuiri bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan

memberikan pertanyaan dan mendapat jawaban atas dasar ingin tahu pada diri

siswa.

2.1.2.3 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Mohamad jauhar ( 2011 : 66 )Adapun Langkah - Langkah dalam

pembelajran menggunakan model inkuiri :

a. Orientasi Masalah

Pada tahap ini Guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

yang kondusif seperti menjelaskan topik tujuan, hasil belajar yang akan

dicapai oleh siswa.

b. Merumuskan Masalah

Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung

teka – teki. Persoalan yang menantang yang disajikan dalam memecahkan

teka teki.

c. Merumuskan Hipotesis

Merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan dikaji, dan

harus diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data

Merupakan aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajran inkuiri hal ini sangat penting.

e. Menguji hipotesis

Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.

f. Merumuskan kesimpulan

15

Merupakan proses mendeskrepsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.

Sedangkan menurut Sanjaya (2006 : 201) mengemukakan secara umum bahwa

proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Orietasi Masalah

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak untuk

berpikir memecahkan masalah.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka teki.

c. Mengajukan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di

kaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data

meliputi percodaan atau eksperimen.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Dapat disimpulkan proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri dapat

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Orientasi Masalah

16

Guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim yang kondusif,

menyenangkan seperti menjelaskan topik tujuan, hasil belajar yang akan

dicapai oleh siswa.

b. Merumuskan Masalah

Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung

teka – teki.

c. Merumuskan Hipotesis

Merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang akan dikaji, dan

harus diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan data

Merupakan aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajran inkuiri hal ini sangat penting.

e. Menguji hipotesis

Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir rasional.

f. Merumuskan kesimpulan

Merupakan proses mendeskrepsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil

pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru

mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.

2.1.2.4 Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran model inkuiri

1. KelebihanPembelajranModel Inkuiri (Mohamad Januar 2011:83)

a. Pembelajaran

dapat berpusat kepada siswa, guru sebagai fasilitator dalam penemuan.

b. Membantu

siswa mengembangkan konsep diri yang positif.

c. Meningkatkan

penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas

dengan caranya sendiri.

d. Mengembang

kan bakat indivual secara optimal.

17

e. Menghindarka

n siswa dari cara belajar menghafal.

2. Kekurangan Pembelajran Model Inkuiri

a. Mempersyarat

kan suatu proses persiapan kemampuan berfikir yang dapat dipercaya.

b. Kurang efektif

mengajarkan siswa yang jumlahnya banyak

c. Memerlukan

kualitas yang memadai

d. Kebebasan

yang diberikan kepada siswa tidak semuanya dapat dimanfaatkan secara

optimal

2.1.2.5 Aktifitas dan prosedur Penggunaan Metode inkuiri

Adapun langkah – langkah dalam penggunaan metode inkuiri adalah :

a. Mengidentifik

asi kebutuhan siswa.

b. Pemilihan

pendahuluan terhadap prinsif – prinsif, pengertian, konsep, dan generalisasi

yang akan dipelajari.

c. Pemilihan

bahan dan masalah atau tugas – tugas yang akan dipelajari.

d. Membantu

memperjelas mengenai tugas atau masalah yang akan dipelajari dan peranan

masing – masing siswa.

e. Mempersiapk

an tempat dan alat – alat untuk proses penemuan.

f. Mengecek

tentang permasalahan masalah yang akan dipecahkan dan tugas .tugasnya

dalam pelaksanaan inkuiri.

18

g. Memberikan

kesempatan pada siswa untuk melaksanakan inkuiri dengan melakukan

pengumpulan data dan pengolahan data.

h. Membantu

siswa dengan informasi atau data yang diperlukan oleh siswa untuk

kelangsungan kerja mereka.

i. Membimbing

para siswa menganalisis sendiri dengan pertanyaan mengarah dan

mengidentifikasi proses yang digunakan.

j. Membesarkan

hati dan memuji siswa yang ikut sera dalam proses inkuiri

k. Membantu

siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide atau konsep berdasarkan hasil

penemuan.

2.1.2.6 Metode

digunakan dengan alasan sebagai berikut :

a. Perkembanga

n dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat

b. Belajar tidak

hanya diperoleh dari sekolahan tetapi juga dari lingkungan sekitar.

c. Penanaman

kebiasaan untuk nelajar berlangsung seumur hidup

d. Melatih siswa

untuk melilih kesadaran sendiri

2.1.3 Multimedia Interaktif

Belajar dengan menggunakan indera ganda ( pandang dan dengar ) akan

memberikan keuntungan bagi siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Media ajar multimedia dipandang dapat mengarahkan pengalaman belajar

siswa dari abstrak ke konkret, serta menampilkan stimulus pandang dan stimulus

dengar.

2.1.3.1 Definisi Multimedia

19

Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media.Arti

multimedia yang umumnya dikenal adalah berbagai macam kombinasi grafis,

teks, suara, video dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang

secara bersama – sama menampilkan informasi, pesan,atau isi pelajaran. Konsep

penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan

perangkat keras yang masing – masing tetap menjalankan fungsi utamanya

sebagai biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan

itu.Multimedai bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang

menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Multimedia berbasis

komputer ini sangat menjanjikan untuk penggunanya dalam bidang pendidikan (

Arsyad, 2000 : 169 ).

Multimedia merupakan salah satu dari media pembelajaran dengan

bantuan komputer yang sering disebut Computer Assisted Intruction ( CAI), yang

didefinisikan menurut Hick dan Hyde (Ismaniati2001:22) yaitu media

pembelajaran dimana berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan

komputer. Interaksi tersebut terjadi secara individual, dengan adanya link dan tool

memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan

berkomunikasi.

Sedangkan menurut Miarso (2005:464) mendefinisikan multimedia

merujuk pada berbagai bahan ajar yang membentuk satu unit atau yang terpadu

dan dikombinasikan dalam bentuk modulyang disebut sebagai kit yang dapat

digunakan untuk belajar mandiri atau berkelompok tanpa harus didampingi guru.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakn oleh para ahli dapat

disimpulkan bahwa multimedia gabugnan antara berbagai media (format file)

yang berupa teks, suara, foto atau gambar, seni grafis, animasi, dan elemen video

yang dikemas menjadi file digital yang memiliki link dan tool, digunakan untuk

menyampaikan pesan kepada publik atau pengguna dengan berbantuan komputer.

Dengan menggunakan multimedia, informasi yang disajikan mudah dimengerti

karena banyak indera yang digunakan untuk menyerap infoemasi terutama indra

penglihatan dan pendengaran.

2.1.3.2 Interaktif

20

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “interaktif” mengandung arti

bersifat saling melakukan aksi atau antarhubungan atau saling aktif. Dengan

demikian interaktif dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat aktif, maksudnya

ia didesain agar dapat melakukan perintah balik kepada pengguna untuk

melakukan suatu aktifitas. Dalam pembelajran peserta didik terlibat interaksi dua

arah dengan bahan ajar yang sedang dipelajari.

Menurut Guidelines for Bibliographic Description of Interactive

Multimedia dalam Pedoman Umum Pengembanga Bahan Ajar (2004), bahan ajar

interaktif adalah kombinasi dua arah atau lebih media yang dikendalikan oelh

penggunanya.

Sedangkan menurut wikipedia Interaktif adalah suatu jenis tindakan yang

terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama

lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari

hubungan satu arah pada sebab akibat.

Dari beberapa pegnertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaktif

merupakan kombinasi dua arah atau lebih, yang dapat dilakukan dengan perintah

balik yang dikendalikan oleh objek yaitu pengguna.

2.1.3.3 Definisi Multimedia Interaktif

Berdasarkan pengertian dari multimedia dan interaktif maka dapat

disimpulkan bahwa multimedia interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang

dirancang sedimikian rupa dilengkapi dengan alat pengontrol (tool) yang dpat

dioperasikan oelh pengguna sehingga tampilannya memenuhi fungsi

menginformasikan pesan dan memiliki inteeraktifitas kepada pengguna (user)

sesuai dengan kendali perintah..

Multimedia sendiri terbagi menjadi dua kategori yaitu Multimedia linear

dan Multimedia interaktif.

a. Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat

pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini

berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.

b. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat

pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat

21

memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.contohnya: CD

interaktif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, apabila pengguna

mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini

disebut multimedia interaktif.Karakteristik terpenting dari multimedia interaktif

adalah siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga

dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Multimedia interaktif

menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari:

a. Teks

Merupakan simbol berupa medium visual yang digunakan untuk menjelaskan

bahasa lisan. Teks memiliki berbagai macam jenis bentuk atau tipe (sebagai

contoh: Time New Roman, Arial, Comic San MS), berbagai macam ukuran

dan wana. Satuan dari ukuran suatu teks terdiri dari length dan size.Length

biasanya menyatakan banyaknya teks dalam sebuah kata atau halaman.Size

menyatakan ukuran besar atau kecil suatu huruf.Standar teks memiliki size 10

atau 12 poin.Semakin besar size suatu huruf maka semakin tampak besar

ukuran huruf tersebut.

b. Grafik

Merupakan suatu medium berbasis visual. Seluruh gambar dua dimensi adalah

grafik. Apabila gambar di render dalam bentuk tiga dimensi (3D), biasanya

tetap disajikan melalui medium dua dimensi. Hal ini termasuk gambar yang

disajikan lewat kertas, televisi ataupun layar monitor. Grafik bisa saja

menyajikan kenyataan (reality) atau hanya berbentuk ikonik.Contoh grafik

yang menyajikan kenyataan adalah foto, dan contoh grafik yang berbentuk

ikonik adalah kartun seperti gambar yang biasa dipasang dipintu toilet untuk

membedakan toilet laki-laki dan perempuan.

c. Audio

Audio atau medium berbasis suara adalah segala sesuatu yang bisa didengar

dengan menggunakan indera pendengaran. Contoh: narasi, lagu, sound effect,

back sound.

d. Interaktifitas

22

Interaktivitas bukanlah medium, interaktivitas adalah rancangan dibalik suatu

program multimedia. Interaktivitas mengijinkan seseorang untuk mengakses

berbagai macam bentuk media atau jalur didalam suatu program multimedia

sehingga program tersebut member suatu kepuasan.Interaktivitas dapat dibagi

menjadi dua macam struktur, yakni struktur linear dan struktur non linear.

Struktur linear menyediakan satu pilihan situasi saja kepada pengguna

sedangkan struktur nonlinear terdiri dari berbagai macam pilihan kepada

pengguna.

Selain itu, Green & Brown (2002 :3) menjelaskan terdapat beberapa metode

yang digunakan dalam menyajikan multimedia, yaitu:

a. Berbasis kertas ( Paper-based) contoh: Buku, majalah, brosur

b. Berbasis cahaya (Light-based) contoh : Slide shows, transparasi

c. Berbasis suara (Audio-based) contoh : CD Player, tape recorder, radio

d. Berbasis gambar gerak ( Moving Image, based ): Televisi

2.1.3.4 Pentingnya Multimedia Interaktif

Interaktif berarti sifat yang mempengaruhi. Artinya antara pengguna (user)

dan media (progam) ada hubungan timbal balik, user memberikan respon terhadap

permintaan/tampilan media (progam), kemudian dilanjutkan dengan penyajian

informasi/konsep berikutnya yang disajikan oleh media (progam) tersebut, jadi

user harus berperan aktif.

Seiring berkembangnya jaman, maka penggunaan multimedia sangat

penting, berikut alasan pentingnya multimedia:

a. Multimedia menjadi kegiatan membaca itu dinamis dengan memberikan

dimensi baik pada kata –kata. Apalagi dalam hal penyampaian makna, kata –

kata dalam aplikasi multimedia bisa menjadi pemicu yang digunakan

memperluas cakupan teks untuk memeriksa suatu topik tertentu secara lebih

luas.

b. Multimedia melakukan hal ini bukan hanya dengan menyediakan lebih banyak

teks melainkan juga menghidupkan teks dengan menyertakan bunyi, gambar,

musik, animasi, dan video.

23

c. Kelebihan multimedia adalah menarik indera dan menarik minat, karena

merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Lembaga riset dan

penerbit komputer yaitu Computer Teknologi Riset (CTR) menyatakan bahwa

hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar.

Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar, sedangkan

dari yang dilihat, didengar, dan dilakukan sekaligus orang dapat mengingat

80% maka multimedia sangatlah sensitif efektif.

d. Multimedia menjadi alat yang ampuh untuk pengajaran dan pendidikan serta

meraih keunggulan bersaing.

2.1.3.5 Kelebihan dan kekurangan Multimedia Interaktif

2.1.3.5.1 Kelebihan multimedia interaktif (Deni Darmawan 2012 : 30 )

a. menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara

pandangan, suara dan gerakan.

b. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata. Dengan

bantuan multimedia maka dapat ditampilkan benda-benda seperti kuman,

bakteri, elektron, dll. dengan demikian benda-benda tersebut akan mudah

dipahami oleh siswa.

c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit,da berlangsung cepat

atau lambat. Adanya kemampuan ini maka guru dapat menyajikan melaui

gambar animasi atau movie.

d. Menyajikan suatu benda atau peristiwa yang jauh. melalui multimedia maka

guru dapat menghadirkan obyek-obyek seperti planet, bulan, bintang, salju ke

dalam ruang kelas.

e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya. Dengan kemampuan ini

maka guru dapat menyajikan peristiwa-peristiwa yang berbahaya seperti

ledakan bom, peluncuran roket, letusan gunung berapi, kebakaran, binatang

buas, racun.

f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa. Dengan kemampuan ini maka

pembelajaran dapat berlangsung secara menarik dan meningkatkan motivasi

belajar siswa.

2.1.3.5.2 Kekurangan Media interaktif

24

a. Memerlukan biaya yang relatif tinggi dalam pengadaan, pengembangan

program, pemeliharaan, dan perawatan komputer untuk pembelajaran yang

meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Saat ini

komputer masih merupakan teknologi yang relatif mahal bagi sebagian

masyarakat Indonesia. Untuk memanfaatkan komputer sebagai sarana

pembelajaran interaktif diperlukan sejumlah perangkat keras sebagai fasilitas

pendukung. Oleh karena itu lebih baik mempertimbangkan sebelum

menggunakan komputer perlu mempertimbangan biaya dan manfaat (cost

benefit analysis).

b. Program komputer memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak dengan

spesifikasi yang sesuai (compatability), sehingga terhindar incompability

antara hardware dan software mendisain/merancang dan memproduksi

program komputer untuk pembelajaran (Computer-Assisted Instruction )tidak

mudah, melainkan memerlukan kegiatan intensif yang memerlukan banyak

waktu dan keahlian khusus.

c. Mengalami kendala dalam hal sumber daya manusia, seperti masih tingginya

sikap Computer Illiteracy, sehingga masih ada keengganan dalam

menggunakan komputer sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan

pengetahuan. Untuk itu diperlukan upaya memasyarakatkan penggunaan

komputer sebagai sarana informasi dan komunikasi.

d. Desain yang buruk menyebabkan kebingungan dan kebosanan sehingga pesan

tidak tersampaikan dengan baik.

e. Perkembangan media yang cepat selalu menuntut edukasi bagi pengguna

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) Belajar adalah suatu proses usaya yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Hilgard dan Brower (dalam Oemar Hamalik, 1992:45) mendefinisikan

belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek, dan

25

pengalaman.Tentu saja yang melakukan praktek, beraktifitas dalam hal ini adalah

peserta didik yang dibimbing oleh guru.Thorndike (Sardiman, 2008: 33)

mengatakan dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera deangan

impuls untuk bertindak.Asosiasi yang demikian disebut connecting. Dengan

perkataan lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon,

antara aksi dan reaksi.

Menurut Sanjaya (2005:88), belajar adalah hasil bukan proses. Keberhasilan

belajar diukur dari hasil yang diperoleh.Semakin banyak informasi yang dapat

dihafal maka semakin bagus hasil belajar.Bukan hanya itu, kemampuan

mengungkapkan hasil belajar juga ditentukan oleh kecepatan dan

ketepatan.Semakin cepat dan tepat individu mengungkapkan informasi yang

dihafalnya, semakin bagus hasil belajar.Dengan demikian belajar lebih

berorientasi pada hasil yang harus dicapai.

Menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4) belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya

sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sejalan

dengan pemikiran Kimble dan Garmezy dalam Ali (2008:14), sifat perubahan

perilaku dalam belajar relatif permanen. Dengan demikian belajar dapat

diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat

diuluang-ulang dengan hasil yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan dalam perbuatan

melalui aktifitas, praktek, dan pengalamanmelalui proses seseorang untuk

memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap yang dapat dilakukan

secara berulang-ulang dengan hasil yang sama.

2.1.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hasil akhir yang diperoleh siswa setelah

melakukan proses belajar. Penentuan hasil belajar dilakukan dengan

menggunakan alat yang disebut tes untuk meninjau sejauh mana tingkat

pemahaman dan penguasaan siswa pada materi yang telah diajarkan pada suatu

materi pelajaran.

26

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2012 :

5), hasil belajar berupa :

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap

berupa kemampuan menginternalisasi dan ekstenalisasi nilai-nilai. Sikap

merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Nana Sudjana (2007:3) , hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif,afektif,dan psikomotorik yang dimiliki siwa setelah

menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar merupakan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Horward Kingsley dalam Nana Sudjana (2005:22) membagi tiga macam hasil

belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan

yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil akhir yang berupa

kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

27

Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang teridiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sistesis,

dan evaluasi..

b. Ranah afektif berkenaan dengan nilai dan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisani, dan

internalisasi.

c. Ranah psikomotor berkenaan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan,mengamati)

Dimana ketiga ranah tersebut menurut Srini M. Iskandar (1996:96) ranah

kognitif tetap mendapat penekanan khusus dalam pembelajaran meskipun pakar-

pakar pendidikan IPA memasukkan ranah afektif dan psikomotor. Menurut

Bloom ada 6 tingkatan intelegensi dalam ranah kognitif yaitu:

a. Pengetahuan tentang fakta-fakta dan psrinsip-prinsip, pemahaman

(memahami fakta-fakta dan ide-ide).

b. Menerapkan fakta dan ide pada situasi baru.

c. Analisa (Mememcah konsep lalu menrik kesimpulan pada hal yang sama.

d. Sintesa (mengumpulkan fakta dan ide).

e. Evaluasi (menentukan nilai dari fakta dan ide).

Sedangkan ranah afektif menurut Bloom (Srini M. Iskandar 1996:107)

ranah afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dan apresiasi.Hal

ini erat hubungaannya dengan perasaan murid terhadap pelajaran IPA dan

bagaimana perasaan mempengaruhi mereka.Cara terbaik untuk menilai sikap

dan perasaan (afektif) siswa adalah mengamati secara langsung pada waktu

mereka bekerja atau pada waktu mereka bermain dengan sesama murid, dan

tidak hanya ketika guru mengajar.

Srini M. Iskandar (1996:109) dalam ranah psikomotor menekankan

keterampilan-keterampilan motorik atau keterampilan menangani benda-benda

28

atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan IPA.Untuk ranah

psikomotor, guru dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi tujuan

pembelajaran karena guru mempunyai banyak kesempatan untuk mengamati

keterampilan siswa dalam menangani alat-alat atau benda-benda percobaan.Untuk

penilaian atau asesmen obyektif, spesifik, dan dapat diamati, guru dapat membuat

daftar pengamatan kinerja siswa dan skala penilaiannya.

2.1.4.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam

melakukan aktifitas belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam subjek belajar

(faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar subjek belajar (faktor

eksternal).

Ahmadi dan Joko (2005:104) membedakan faktor internal menajadi dua,

yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.Kondisi fisiologis adalah kondisi

yang berhubungan dengan fisik. Kondisi fisik yang tidak normal, misalnya

kondisi badan yang lemah, keadaan fisik yang cacat (fungsi mata dan

pendengaran tidak berfungsi dengan baik), kurang gizi, dan sebagainya akan

menyebabkan proses dan hasil belajar tidak maksimal. Seseorang yang kondisi

fisiknya normal, misalnya tidak kekurangan gizi, penglihatan, dan

pendengarannya berfungsi dengan baik, dan kondisi fisik lainnya normal akan

sangat membantu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Ini berarti bahwa

kondisi fisik seseorang yang akan belajar sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajarnya. Sedangkan kondisi psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan

dengan (1) minat, (2) kecerdasan, (3) motivasi, (4) bakat, dan kemampuan

kognitif, misalnya persepsi, ingatan, dan kemampuan berpikir.

Faktor eksternal pun akan sangat menentukan tingkat dan pencapaian hasil

belajar seseorang. Beberapa yang termasuk faktor ekternal (lingkungan) tersebut

sebagai berikut.

a. Faktor keluarga.

Situasi dan suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan

seseorang.Misalnya, pendidikan orangtua, keadaan ekonomi, rumah, hubungan

29

dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat

mempengaruhi hasil belajar seseorang.

b. Faktor sekolah.

Secara tidak langsung keadaan sekolah seseorang tempat melaksanakan kegiatan

belajar jugat ikut mempengaruhi hasil belajar seseorang.

c. Faktor masyarakat

Apabila kondisi masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan

memiliki moral yang baik, terutama anak-anak mereka.Hal ini dapat menjadi

pemicu seseorang untuk melakukan belajar.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (2007:158), hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai

faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara

perinci,uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

a. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri peserta didik,yang

mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi :

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berbeda dengan diatas, menurut Ruseffendi (1991:7) mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam 10 macam, yaitu :

kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru,

dan kondisi masyarakat.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri

sudah banyak sekali di lakukan oleh penelitian lain. Sebagai contoh Penelitian

yang dilalukan oleh Siti Maimunah dengan judul “Penggunaan Pendekatan Inkuiri

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Afektif dan Kognitif Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas V SD Negeri Bansari Semester II Tahun Ajaran 2011 / 2012”. Dengan hasil

30

penelitian menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran melalui

pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mat

pelajaran IPA. Hal ini ditunjukan pada mata pelajaran IPA penelitian ini

menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Penelitian Tindakan kelas ini

dilukan dengan 2 siklus, dengan masing-masing siklus 3 pertemuan.Instrument

yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas soal evaluasi untuk

mengukur hasil belajar siswa serta lembar observasi untuk mengukur keaktifan

siswa dengan penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran.Subjek

penelitian ini adalah siswa SD N Bansari kelas V yang berjumlah 27 siswa.Hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil dan keaktifan belajar

siswa yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 71. Pada kondisi

awal pra siklus, hasil dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori

rendah yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 66,78, sedangkan pada

pembelajaran siklus I, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat kekategori

tinggi yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 81,99 dengan pencapaian

ketuntasan belajar sebanyak 85,19 %. Selanjutnya pada siklus II, terjadi

peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata

84,73 dengan pencapaian ketuntasan 100 %. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa penggunaan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa kelas V Mata Pelajaran IPA SD N Bansari dengan adanya

perbandingan peningkatan ketuntasan siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu

sebanyak 14,81 %. Dari analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar

IPA siswa kelas V.

Penelitian lain dilakukan oleh Nyoman Sinta asih dengan judul “Upaya

Peningkatan Unjuk Kerja Siswa melalui Pendekatan Inkuiri dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mata Pelajaran IPS Kelas 4 SD N

1Kaligentong Ampel Boyolali Semester 2 Tahun Ajaran 2012/ 2013”.Penelitian

ini pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat

meningkatkan unjuk kerja siswa mata pelajaran IPS kelas 4 SD N 1 Kaligentong

Ampel Boyolali semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah

31

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah model

spiral dari Kemmis, S. dan Mc Taggart, R dengan menggunakan 3 siklus,

masingmasing siklus terdiri dari 3 tahap yakni 1) perencanaan tindakan, 2)

pelaksanaan tindakan dan pengamatan, dan 3) refleksi. Variabel penelitian ini

menggunakan dua variabel yaitu pendekatan inkuiri dengan model pembelajaran

jigsaw dan unjuk kerja.Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes

(observasi).Adapun instrumen penelitiannya dengan menggunakan rubrik unjuk

kerja dan lembar observasi.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif komparatif yaitu perbandingan antar siklus yang menggunakan tabel

distribusi frekuensi, diagram batang, dan persentase. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya peningkatan unjuk kerja siswa mata pelajaran IPS siswa

kelas 4 di SD N 1 Kaligentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan

kompetensi dasar mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber

daya alam dan potensi lain di daerahnya setelah menggunakan pendekatan inkuiri

dengan jigsaw. Hal ini nampak pada kondisi awal tidak ada pengukuran unjuk

kerja belajar IPS. Setelah memperoleh tindakan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan inkuiri dan model kooperatif tipe jigsaw yang meliputi

aktivitas mengobservasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan,

membuat rekomendasi, membuat laporan, dan presentasi. Maka unjuk kerja siswa

pada kategori tinggi pada siklus I pada tahap observasi mencapai 17% meningkat

56% menjadi 73% pada siklus II dan meningkat 27% menjadi 100% pada siklus

III. Pada tahap merumuskan masalah pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap merumuskan hipotesis pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III. P

ada tahap mengumpulkan data pada siklus I mencapai 23% meningkat 54%

menjadi 77% pada siklus II dan meningkat 23% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap menganalisis data pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap menguji hipotesis pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

32

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap membuat kesimpulan pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 33% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap membuat rekomendasi pada siklus I mencapai 33% meningkat 34%

menjadi 67% pada siklus II dan meningkat 34% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap membuat laporan pada siklus I mencapai 20% meningkat 53%

menjadi 73% pada siklus II dan meningkat 27% menjadi 100% pada siklus III.

Pada tahap presentasi pada siklus I mencapai 37% meningkat 40% menjadi 77%

pada siklus II dan meningkat 23% menjadi 100% pada siklus III. Dalam penelitian

ini hipotesis tindakan terbukti bahwa melalui penggunaan pendekatan inkuiri

dengan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan unjuk kerja siswa

mata pelajaran IPS kelas 4 SD N 1 Kaligentong Ampel Boyolali semester 2 tahun

ajaran 2012/2013. Berdasarkan pada hasil penelitian, maka disarankan untuk

diterapkan dalam pembelajaran IPS SD untuk kompetensi dasar mengenal

aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di

daerahnya, guru mendesain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

inkuiri dengan model pembelajaran jigsaw untuk memperbaiki pembelajaran dan

meningkatkan unjuk kerja siswa.

Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Margono yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menerapkan Metode Inkuiri Pada Siswa

Kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang Semester 2 /

2011-2012” didapatkan hasil bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan hasil

belajar IPA kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Hal

itu terlihat dari data observasi aktivitas siswa siklus I memperoleh persentase

sebesar 71 % kemudian siklus II meningkat menjadi 77,6 %.Pada observasi

keterampilan guru siklus I memperoleh persentase sebesar 72,5 % siklus II

meningkat menjadi 90 %.Untuk hasil belajar siswa siklus I memperoleh rata-rata

nilai tes sebesar 66 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 66 %. Siklus II

meningkat, dengan rata-rata nilai tes menjadi 74 dengan persentase ketuntasan

belajar sebesar 86 %.Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa metode

inkuiri sebagai solusi yang efektif karena terbukti mampu meningkatkan hasil

33

belajar IPA kelas IV SD Negeri Pacet Kecamatan Reban kabupaten

Batang.Disarankan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan

pertimbangan guru khususnya pada mata pelajaran IPA, bahwa metode inkuiri

perlu diterapkan dan dikembangkan karena metode inkuiri dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Hasil belajar IPA kelas V SD Negeri Papringan 03 tergolong rendah. Hal

ini terbukti dari data hasil ulangan harian dan melalui wawancara guru

menyatakan belum menemukan model pembelajaran yang dianggap cocok

diterapkan untuk karakteristik anak sd sekarang ini yang cenderung berbeda –

beda. Dalam melaksanakan pembelajaran tentunya guru harus dapat memilih

model dan metode yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran supaya dapat masuk

ke memori otak siswa.Model konvensional sudah menjadi hal yang biasa

dilakukan guru.Hal ini dapat membuat siswa jenuh dalam mengikuti

pembelajaran, sehingga perlu pemilihan model yang menarik dan dapat

meningkatkan hasil belajar melalui keaktifan siswa.Salah satu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA adalah model pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berbantuan video

pembelajaran.Pendekatan ini dapat digunakan sebagai variasi untuk merangsang

siswa agar menumbuh kembangkan semangat siswa, dengan penyajian

pembelajaran yang menarik.pendekatan inkuiri adalah pembelajaran yang

melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan penyelidikan masalah,

menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, serta membuat kesimpulan dari

hasil yang telah didapatkan.Dalam pembelajaran inkuiri ini siswa dituntut aktif

untuk menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari,

sedangkan hanya sebagai fasilitator yang bertugas merangsang dan mengarahkan

siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Dengan menggunakan

model pembelajaran melalui pendekatan Inkuiri secara benar dan tepat pada suatu

materi pembelajaran diharapkan hasil belajar siswa akan dapat

meningkat.gambaran tersebut secara singkat dapat dilihat pada skema berikut ini.

34

Kondisi

Awal

Guru Menggunakan

metode konvensional dan

media tidak digunakan.

Hasil belajar rendah

35

Gambar 2.1

Kerangaka berfikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah kami uraikan diatas, dapat

dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

Model pembelajaran melalui Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V SD Negeri Papringan 03 tahun pelajaran 2015 / 2016.

Tindakan

Guru : Menggunakan model

pembelajaran melalui pendekatan

inkuiri berbantuan Multimedia

Interaktif

Kondisi Terakhir

Siklus 1

Siklus 2

Ketuntasan Hasil Belajar

Meningkat