bab ii kajian teori dan kerangka pikir a. kajian teori 1. filediantaranya untuk istilah memijit...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
1.1 Definisi Penerjemahan
Definisi tentang penerjemahan sudah banyak dikemukakan oleh Para pakar
penerjemahan. Nida (1975:33) menyatakan definisi penerjemahan “translating
consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalence to
the message of the source language, first in terms of meaning and secondly in terms
of style.” Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Bell (1991:5) bahwa
“translation is the expression in the target language of what has been expressed in
source language, preserving two aspects, which are semantic and stylistic
equivalence.” Kedua definisi di atas menunjukkan bahwa penerjemahan
memfokuskan tidak hanya kesepadanan makna, tetapi juga bentuk.
Sementara itu, Catford (1965:20) memberikan definisi penerjemahan sebagai
“translation is the replacement of textual material in one language (Source Language
/ SL) by equivalent textual material in another language (Target language / TL)”.
Dalam definsi tersebut, Catford memfokuskan kesepadanan antara Teks bahasa
sumber dan Teks bahasa sasaran.
Definisi lain tentang penerjemahan dinyatakan oleh Newmark (1981:7) yang
menyatakan bahwa “translation is a craft consisting of the attempt to replace a
written message and/or statement in another language”. Menurutnya penerjemahan
hanya memfokuskan pada pengalihan pesan tertulis dan/atau pernyataan tanpa
memperhatikan bentuk yang digunakan dalam teks.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah
pengalihan pesan dari satu bahasa ke bahasa yang lain yang sepadan dengan
memperhatikan makna dan bentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1.2 Teknik Penerjemahan
Tujuan penerjemah menerapkan berbagai teknik penerjemahan adalah mencari
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi pada saat menerjemahkan dan mencari
padanan yang lebih dekat dengan bahasa sasaran. Machali (2009:107) menyatakan
bahwa “teknik adalah hal yang bersifat praktis dan diberlakukan terhadap tugas
tertentu (dalam hal ini tugas penerjemahan)”. Molina dan Albir (2002: 499-500)
memaparkan teknik penerjemahan, sebagai berikut:
1. Adaptasi (adaptation)
Teknik adaptasi adalah teknik yang digunakan untuk mengganti unsur
budaya BSu pada BSa. Teknik ini seringkali digunakan dengan tujuan agar
menghasilkan terjemahan yang berterima pada teks BSa.
Contoh penerapan teknik adaptasi yaitu:
BSu: Massage
BSa: Pijat
Di dalam BSu, istilah massage seringkali digunakan dalam banyak hal,
diantaranya untuk istilah memijit orang bahkan hewan peliharaan. Sedangkan
pada BSa, istilah massage kemudian diadaptasi menjadi pijat.
2. Amplifikasi (Amplification)
Teknik amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan
cara memparafrase istilah implisit yang terdapat pada BSu ke dalam BSa.
Contoh penerapan teknik amplifikasi adalah sebagai berikut:
BSu: Giordany Gold Age-Defying Foundation.
BSa: Giordany Gold Age-Defying Foundation untuk semua jenis kulit.
Pada contoh di atas, penerjemah bermaksud untuk menyatakan kegunaan
produk tersebut. Namun, penerjemah tidak tepat di dalam menerjemahkan
maksud Perusahaan. Produk tersebut sebenarnya merupakan produk yang
seharusnya digunakan untuk orang dewasa, jadi bukan untuk konsumsi remaja.
Jadi, pernyataan untuk semua jenis kulit tidak tepat untuk menggantikan makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dari Age-defying . Alternatif penerjemahannya adalah Alas bedak Giordany Gold
Anti Penuaan Dini.
3. Peminjaman (Borrowing)
Teknik peminjaman adalah teknik yang digunakan oleh penerjemah
dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari BSu pada BSa dari segi fonetik
maupun morfologi. Molina dan Albir membedakan Teknik peminjaman menjadi 2
(dua), yaitu:
a. Teknik peminjaman murni (pure borrowing)
Di dalam menerjemahkan teks BSu ke dalam BSa, penerjemah
memilih untuk tetap mempertahankan teks BSu pada teks BSa.
Contoh penerapan teknik peminjaman murni (pure borrowing) adalah sebagai
berikut:
BSu: Facial
BSa: Facial
BSu: Eyeliner
BSa: Eyeliner
Kedua contoh diatas tidak menunjukkan perbedaan antara keduanya.
Kata yang terdapat di dalam BSu sama dengan kata yang terdapat di dalam
BSa. Meskipun tetap mempertahankan bentuk asli, tingkat kualitas
penerjemahan tersebut tetap tergolong sebagai penerjemahan yang akurat dan
berterima. Namun bagi sebagian orang, penerjemahan tersebut tidak terbaca.
b. Teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi (naturalized borrowing)
Teknik peminjaman ini memperhatikan dari segi fonetik dan
morfologi.
Contoh penerapan teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi adalah:
BSu: Secretary
BSa: Sekretaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Dari kedua contoh di atas, dapat diketahui bahwa penerjemahan
dengan menggunakan teknik peminjaman yang telah dinaturalisasi berkaitan
langsung dengan segi fonetiknya.
4. Calque (Calque)
Teknik penerjemahan calque adalah teknik penerjemahan kata demi kata
dan juga menggunakan aspek peminjaman di dalamnya.
Contoh penerapan teknik calque adalah sebagai berikut:
BSu: Effective against and perspirant deodorant
BSa: Efektif mengurangi keringat dan bau badan berlebih
Pada kalimat di atas, penggunaan teknik calque dapat ditunjukkan pada
frasa effective against yang diterjemahkan menjadi Efektif mengurangi.
Penerjemahan frasa tersebut menggunakan kata demi kata. Sedangkan, teknik
peminjaman terdapat pada kata effective yang diterjemahkan menjadi efektif.
BSu: This Shampoo contains extract of apple
BSa: Sampo ini mengandung ektrak buah apel
Contoh kedua dari kalimat di atas juga menggunakan teknik penerjemahan
kata demi kata. Kemudian ditunjukkan pula teknik peminjaman yang terdapat
pada kata extract dalam BSu yang diterjemahkan menjadi ektrak dalam BSa.
5. Kompensasi (Compensation)
Teknik penerjemahan ini digunakan ketika penerjemah memindahkan
unsur bahasa atau pengaruh stilistika dari tempat dan satuan tertentu dari bahasa
sumber ke tempat dan satuan lainnya dalam bahasa sasaran.
Contoh penerapan teknik kompensasi adalah sebagai berikut:
BSu: A pair of trousers
BSa: Sebuah celana panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pada contoh di atas, penerapan teknik kompensasi dapat ditunjukkan
dengan kata a pair of yang berarti sepasang diganti dengan kata sebuah di dalam
BSa.
6. Deskripsi (Description)
Teknik penerjemahan deskripsi adalah teknik penerjemahan yang
digunakan untuk mengganti istilah atau ungkapan yang terdapat dalam BSu
dengan deskripsi dari segi bentuk atau fungsinya dalam BSa.
Berikut adalah contoh penerapan teknik deskripsi:
BSu: Chemical peeling
BSa: Chemical peeling, yaitu perawatan wajah dengan cara memijat yang
dilakukan dengan tujuan untuk menghaluskan dan meremajakan kulit dari
jerawat, pigmentasi, pori – pori besar dan lain sebagainya.
(http://cantik-kecantikan.blogspot.com/2009/05/chemical-peeling.html)
7. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
Teknik kreasi diskursif adalah teknik yang digunakan dengan tujuan untuk
menghasilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga pada BSa karena sama
sekali berbeda dari BSu dan keluar konteks.
Berikut adalah contoh penerapan teknik kreasi diskursif yang diambil dari
blog Winoto:
BSu: Grease
BSa: Vaseline
Dalam tulisan blognya, Winoto mengatakan bahwa orang Argentina
mengganti istilah Grease yang merupakan judul film musikal terkenal yang
terdapat dalam BSu menjadi Vaseline dalam BSa (Spanyol) yang merupakan
merk petroleum jelly yang digunakan sebagai bahan dasar pelembab kulit. Dari
contoh di atas jelas terlihat bahwa kata yang terdapat dalam BSu tidak ada
kaitannya dengan kata dalam BSa atau bisa disebut makna yang dihasilkan keluar
konteks. Sebagai alternatif penerjemahannya, kata Grease dapat diterjemahkan
menjadi Grasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Contoh lain penerapan teknik kreasi diskursif adalah sebagai berikut:
BSu: Die Hard
BSa: Die Slowly
Contoh di atas juga merupakan terjemahan yang menyimpang dari BSu.
Die Slowly yang berarti mati perlahan jelas mempunyai tingkat ekspresi yang
berbeda dengan frasa Die Hard. Sehingga, kesannya penerjemahan yang
dihasilkan terasa aneh atau janggal dan jelas penerjemahan seperti contoh di atas
tidak berterima dan tidak terbaca dalam BSa.
8. Pemadanan yang Lazim (Established Equivalence)
Teknik ini diterapkan dengan cara mengganti istilah di dalam BSu dengan
istilah sehari-hari yang terdapat di dalam kamus pada BSa.
Contoh penerapan teknik pemadanan lazim adalah sebagai berikut:
BSu: Facial treatment
BSa: Perawatan wajah
Di dalam bahasa kedokteran, penggunaan istilah facial tentu sudah tidak
asing lagi. Namun, tidak ada salahnya untuk mengganti kata facial dengan kata
yang mempunyai padanan yang lebih tepat dalam BSa yang berhubungan dengan
wajah.
9. Generalisasi (Generalization)
Teknik generalisasi digunakan oleh penerjemah untuk menghilangkan
penggunaan istilah yang sifatnya khusus. Jadi, penerjemah menggunakan istilah
umum atau yang lebih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan yang
berterima dan terbaca dalam BSa.
Contoh penggunaan teknik generalisasi adalah sebagai berikut:
BSu: Skin Care Salve
BSa: Krim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pada contoh di atas, kata Salve yang berarti salep untuk menyembuhkan
luka di kulit diterjemahkan secara umum ke dalam BSa menjadi Krim. Padahal
dalam BSa, istilah krim banyak jenisnya dan tidak hanya digunakan untuk kulit
saja, ternasuk diantaranya krim keju yang bisa dimakan. Jadi, klausa pada contoh
di tas lebih baik diterjemahkan menjadi krim wajah.
10. Amplifikasi Lingusitik (Lingusitic Amplification)
Teknik amplifikasi linguistik adalah teknik penerjemahan yang digunakan
dengan cara menambahkan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini
seringkali diterapkan ketika pengalihan bahasa secara konsekutif atau sulih suara
(dubbing).
Contoh penerapan teknik amplifikasi linguistik, yaitu:
BSu: May I?
BSa: Bolehkah saya menggunakan kosmetik ini?
Pada contoh di atas jelas terlihat bahwa adanya penambahan unsur-unsur
linguistik berfungsi untuk memperjelas maksud pembicaraan dan menghindari
terjadinya kesalahpahaman atau kebingungangan.
11. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Teknik penerjemahan kompresi linguistik adalah teknik penerjemahan
yang digunakan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks BSa.
Teknik penerjemahan jenis ini seringkali ditemukan dalam penerjemahan film
(subtitling).
Contoh penerapan teknik kompresi linguistik adalah sebagai berikut:
BSu: I want you to understand.
BSa: Pahamilah!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pada contoh di atas, penerjemah menerapkan teknik kompresi linguistik
dengan memadatkan unsur-unsur linguistik dalam BSu tanpa mengurangi pesan
yang disampaikan dalam BSa.
12. Modulasi (Modulation)
Teknik penerjemahan modulasi digunakan untuk mengubah sudut
pandang, fokus, atau kategori kognitif BSu dalam BSa.
Contoh penerapan teknik Modulasi adalah sebagai berikut:
BSu: Gently massage over wet skin, avoid eye area with water
BSa: Pijatkan secara lembut pada kulit yang telah dibasahi lalu bilas sampai
bersih.
Penerapan teknik modulasi pada contoh di atas terlihat pada frasa wet skin
yang berbentuk aktif dalam BSu kemudian diterjemahkan menjadi kulit yang
telah dibasahi yang berbetuk pasif dalam BSa.
13. Partikularisasi (Particularization)
Teknik partikularisasi menekankan pada penggunaan istilah yang lebih
khusus dalam BSa.
Contoh penerapan teknik partikularisasi adalah sebagai berikut:
BSu: Sabun wajah
BSa: Facial foam
Kata sabun pada Bsu diterjemahkan menjadi foam dalam BSa. Kata
tersebut mengalami penyempitan makna karena kata foam yang sebenarnya
mempunyai makna busa.
14. Reduksi (Reduction)
Teknik reduksi adalah teknik yang berfungsi untuk memadatkan teks BSu
dalam BSa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Contoh penerapan teknik reduksi adalah sebagai berikut:
BSu: Whitening day lotion. A light SPF 15 daily moisturizer.
BSa: Lotion pelembab dengan SPF 15.
Frasa Whitening day lotion pada BSu hanya diterjemahkan menjadi Lotion
pelembab pada BSa. Tentu saja, penerjemahan tersebut mengalami reduksi. Kata
whitening di dalam BSu tidak diterjemahkan ke dalam BSa karena SPF 15 sudah
menunjukkan adanya kandungan whitening (pemutih).
15. Penerjemahan Harfiah (Literal translation)
Penerjemahan harfiah sama artinya dengan menerjemahkan kata demi
kata.
Contoh penerjemahan harfiah adalah sebagai berikut:
BSu: I decide to cut my hair.
BSa: Aku putuskan untuk memotong rambutku.
Di dalam menenerjemahkan kata pada BSu, penerjemah menerjemahkan
keseluruhan kata demi kata dalam BSa.
16. Substistusi (Substitution)
Teknik substitusi adalah teknik penerjemahan dengan mengganti unsur
linguistik yang ada pada BSu ke dalam unsur paralinguistik (berhubungan dengan
isyarat tubuh) pada BSa.
Contoh penerapan teknik substitusi adalah sebagai berikut:
BSu: She nods her head
BSa: Ia menyetujui.
Di dalam menerjemahkan frasa nods her head, penerjemah memilih
menerjemahkan dengan cara menggantinya dengan ungkapan lain pada BSa yang
memiliki makna sama dengan BSu. Di dalam budaya BSa, frasa nods her head
(mengangguk) memiliki makna menyetujui atau menyatakan pendapat yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
17. Transposisi (Transposition)
Teknik transposisi adalah teknik yang digunakan untuk mengubah
kategori gramatikal atau bisa juga dikatakan pergeseran kategori, struktur, dan
unit termasuk diantaranya pergeseran nomina jamak menjadi tunggal dan
sebaliknya, pergeseran nomina dalam BSu menjadi verba dalam BSa, dan
sebagainya.
Contoh penerapan teknik transposisi adalah sebagai berikut:
BSu: Use only as directed.
BSa: Gunakan sesuai petunjuk.
Kata directed yang terdapat dalam BSu pada contoh di atas merupakan
jenis kata kerja bentuk ke-3 dan kata tersebut kemudian diterjemahkan menjadi
petunjuk yang berupa kata benda dalam BSa.
18. Variasi (variation)
Teknik variasi adalah teknik yang mengganti unsur linguistik ke
paralinguistik yang mempengaruhi aspek variasi linguistiknya, yang berupa gaya
bahasa, dialek sosial, dan dialek geografis.
Berikut adalah contoh penerapan teknik variasi:
BSu: What‟s up, bro?
BSa: Apa kabar, bro?
Pada contoh di atas jelas terlihat bahwa pemakaian teknik variasi yaitu
lebih sering digunakan pada saat dialek sosial yang lebih sering digunakan oleh
para remaja.
1.3 Penilaian Kualitas Terjemahan
Nababan (2003:85) menyatakan bahwa penilaian kualitas terjemahan perlu
dilakukan karena penilaian kualitas terjemahan ini akan memberikan manfaat
untuk penerjemah, produsen, dan konsumen. Penilaian kualitas terjemahan
tersebut meliputi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
House (dalam Yuwono, 2010:20) menyatakan bahwa, “the essence of
translation lies on the preservation of „meaning‟ across two different languages.”
Pendapat yang sama dinyatakan oleh Sadtono (1985:9) bahwa seorang penerjemah
seharusnya mempertahankan makna suatu teks yang ia terjemahkan. Jadi, penerjemah
harus berusaha menghasilkan makna yang sama pada bahasa sasaran dengan yang ada
pada bahasa sumber. Bahkan, Ia menilai bahwa hal terpenting dalam menerjemahkan
adalah cara menyampaikan makna yang sepadan dalam bahasa sasaran, bukan cara
mempertahankan bentuk asli dari bahasa sumber.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa keakuratan adalah hal
terpenting dalam penerjemahan agar diperoleh terjemahan yang bagus. Oleh karena
itu, penerjemah harus mempertahankan pesan atau makna teks bahasa sumber yang
akan diterjemahkan ke dalam teks bahasa sasaran.
Penilaian kualitas yang kedua adalah keberterimaan. Aspek ini berkaitan
dengan kealamiahan terjemahan dalam bahasa sasaran. Menurut Dewi (dalam
Yuwono 2010:20), penerjemah dapat memproduksi, mengadaptasi, atau bahkan
menulis kembali pernyataan yang telah dinyatakan dalam teks bahasa sumber, tidak
hanya menerjemahkannya.
Keterbacaan merupakan aspek ketiga dalam penilaian kualitas terjemahan.
Richards dkk (dalam Yuwono 2010:20) menyatakan bahwa keterbacaan terjemahan
menunjukkan seberapa mudahnya teks terjemahan tersebut dapat dipahami. Oleh
sebab itu, seorang penerjemah harus mampu menghasilkan terjemahan yang baik
untuk membantu pembaca bahasa sasaran dalam hal ini konsumen untuk memahami
teks terjemahan dengan mudah.
2. Pragmatik
Beberapa pakar pragmatik mendefinisikan pragmatik sebagai berikut:
a. Yule (1996:3):
“Pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a
speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader). It has, consequently,
more to do with the analysis of what people mean by their utterances than what the
words or phrases in those utterances might mean by themselves. Pragmatics is the
study of speaker meaning.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dengan demikian, menurut Yule (1996:3) Pragmatik didefinisikan sebagai studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis), dan ditafsirkan oleh
mitra tutur (atau pembaca).
b. Widjana & Rohmadi (2011:4):
“Pragmatics is distinc from grammar, which is the study of the internal
structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to
communicate”.
Dengan kata lain, Menurut Widjana & Rohmadi (2011:4) Pragmatik merupakan
ilmu tentang cara bahasa digunakan untuk berkomunikasi.
c. Dascal (2003:293):
“that at the very least pragmatics is the comprehensive study of language use.
The most important use of language is for the purposes of communication between
human beings, and that of achieving this purpose requires that they reach some sort
of understand.”
Dari definisi di atas, Dascal (2003) berpendapat bahwa tujuan yang paling
penting dari bahasa yaitu untuk tujuan komunikasi antar manusia. Sedangkan untuk
mencapai tujuan tersebut manusia harus saling memahami pesan yang
dikomunikasikan.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan
studi yang mempelajari tentang makna atau pesan yang disampaikan oleh penutur
kepada mitra tutur untuk mencapai tujuan komunikasi yang hakiki.
Tidak hanya mengkaji makna internal dari sebuah tuturan, tetapi peran konteks
sangat penting dalam kajian pragmatik (Mey dalam Nadar, 2009:3). Sementara itu,
Leech (1983:13) menegaskan bahwa konteks adalah latar belakang pemahaman
penutur dan mitra tutur, sehingga mempermudah mitra tutur memahami pesan yang
disampaikan oleh penutur.
Gadzar (dalam Nadar 2009:5) tentang beberapa kajian Pragmatik: “Pragmatics
is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts and
aspects of discourse structure.” Pernyataan Gadzar tersebut menegaskan bahwa
objek kajian pragmatik mencakup deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur, dan
aspek-aspek struktur wacana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Tindak Tutur
Tindak tutur adalah suatu tuturan atau ujaran yang merupakan satuan fungsional
dalam komunikasi. Seperti yang dinyatakan oleh Hurford, et.al, (2007: 260-261) berikut
ini:
“When a speaker, in appropriate circumstances, makes an utterance containing a
referring expression, he carries out a certain act, an act of referring. Referring is
typically a linguistics act, but we shall see that it is possible to carry out all sorts of
other acts using language.”
Dari pernyataan di atas, Hurford, et.al. (2007: 260-261) menyatakan bahwa ketika
penutur menuturkan sesuatu, tentunya disertai dengan ekspresi-ekspresi tertentu yang
secara tidak langsung ia juga melakukan tindakan. Austin (dalam Thomas, 1995:49)
membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lebih
jauh, Hurford, et.al. (2007: 270) menyatakan bahwa ada 3 jenis kalimat yakni deklaratif,
interogatif, dan perintah dimana jika dikaitkan dengan konsep tindak tutur, jenis kalimat
deklaratif merujuk pada tindak tutur asertif, jenis interogatif untuk bertanya, dan jenis
kalimat perintah merupakan tindak tutur menyuruh.
3.1 Tindak Lokusi (Locutionary act)
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu. Berikut adalah
contoh Tindak Lokusi dalam film The Queen yang disampaikan oleh Sekretaris
pribadi Tuan Tony Blair kepada Tuan Tony Blair:
BSu: I've got a copy of the Queen's speech.
BSa: Aku terima pidato Ratu.
Dari contoh di atas Sekretaris pribadi Tuan Blair hanya memberitahukan
kepada Tuan Tony Blair bahwa ia telah menerima pidato Ratu Elizabeth.
3.2 Tindak Ilokusi (Illocutionary act)
Tindak Ilokusi adalah tindak tutur yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Seperti yang dijelaskan oleh Hurford, et.al. (2007: 273) sebagai berikut:
“The Illocutionary act (or simply the Illocution) carried out by a speaker
making an utterance is the act viewed in terms of the utterance‟s significance
within a conventional system of social interaction.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Di bawah ini adalah contoh Tindak Ilokusi yang terdapat dalam film
The Queen yang disampaikan oleh Ratu Elizabeth kepada Pangeran Phillip:
BSu: Just make sure the boys never hear you talk like that.
BSa: Jangan sampai anak-anak mendengarmu bicara begitu.
Dalam tindak tutur di atas, Ratu Elizabeth tidak hanya memberitahukan
kepada Pangeran Phillip, tetapi sekaligus ia melarang suaminya untuk mengatakan
kepada cucunya bahwa Ibunya yaitu Putri Diana lebih menyebalkan ketika meninggal
daripada hidup.
3.3 Tindak Perlokusi (Perlocutionary act)
Tindak Perlokusi adalah tindak tutur yang ditujukan untuk mempengaruhi
mitra tutur untuk melakukan apa yang dimaksudkan oleh penutur.
Berikut pernyataan Hurford, et.al. (2007):
“The perlocution of an utterance is the causing of a change to be brought about,
perhaps unitentionally, through, or by means of, the utterance (Latin per „through,
by means of‟). The point of carefully distinguishing the perlocutionary aspect of
the speect act from others is that perlocutions can often be accidental, and thus
bear a relatively unsystematic relationship to any classification of sentence types.”
Dari pernyataan di atas Hurford, et.al. menyatakan bahwa tindak perlokusi
merupakan tindak tutur dari penutur yang menyebabkan perubahan tindakan mitra
tutur yang dilakukan secara tidak sadar.
Berikut adalah contoh tindak perlokusi dalam film The Queen:
Elizabeth : I think I‟m going to walk back. I don‟t feel like stalking.
(Aku mau pulang jalan kaki saja. Aku tak ingin berburu.)
Prince Charles : Oh, are you sure?
(Ibu tak apa-apa?)
Elizabeth : I’ll take the dogs.
(Aku bawa anjingnya.)
Percakapan antara Pangeran Charles dan Ibunya terjadi dalam perjalanan
hendak berburu. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Ratu Elizabeth mengurungkan
niatnya untuk pergi berburu. Pada kenyataannya pernyataan Ratu Elizabeth tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mengimplikasikan bahwa dirinya yakin untuk kembali pulang ke Istana karena ia
sudah kehilangan niatan untuk berburu.
3. Implikatur Percakapan
Grice (1975) berpendapat bahwa di dalam melaksanakan prinsip kerja sama,
penutur harus mematuhi 4 maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim
kualitas, maksim hubungan, dan maksim cara.
3.1. Maksim Kuantitas:
1. Buatlah percakapan yang informatif seperti yang diminta (dengan maksud
pergantian percakapan yang sedang berlangsung).
2. Jangan membuat percakapan lebih infornatif dari yang diminta.
Di bawah ini adalah contoh pelanggaran maksim kuantitas:
Prince Phillip : What was she doing in Paris? I thought she was supposed to
be in London.
(Sedang apa dia di Paris? Kupikir dia sedang berada di
London.)
Elizabeth : You know what she's like.
(Kau tahu dia seperti apa.)
(Data 23/ EL/A/00:13:54)
Percakapan di atas terjadi antara Ratu Elizabeth dan suaminya yang
masih membicarakan tentang Putri Diana. Pangeran Phillip menanyakan
kepada isterinya, Ratu Elizabeth terkait kegiatan Diana ketika di Paris. Akan
tetapi, jawaban Ratu Elizabeth tidak memberikan informasi yang cukup.
Sehingga, jawaban Ratu Elizabeth tersebut dianggap melanggar maksim
kuantitas karena Ratu Elizabeth kurang memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh Pangeran Phillip. Kemudian, dari jawaban singkat yang
diberikan oleh Ratu Elizabeth You know what she's like yang diterjemahkan
menjadi Kau tahu dia seperti apa mengimplikasikan bahwa ia sangat tidak
suka kepada Putri Diana.
3.2. Maksim Kualitas: Cobalah untuk membuat suatu informasi yang benar.
1. Jangan mengatakan sesuatu yang anda yakini adalah salah.
2. Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berikut adalah contoh pelanggaran maksim kualitas:
Tony Blair : I'm so sorry, sir. And if there's anything I or my government can
do…
(Perdana Menteri. Aku turut berdukacita. Katakan jika aku dan
pemerintahanku dapat membantu.)
Prince Charle : They stood up as we drove past in cafés..in restaurants. Removed
their hats.
(Mereka berdiri saat kita lewat, di kafe, restoran, melepas topi.)
This was Paris. One of the busiest cities in the world and you
could hear a pin drop.
(Ini Paris, salah satu kota tersibuk di Dunia dan kota ini sunyi
sekali.)
Tony Blair : I imagine it will be the same here.
(Kubayangkan di sini juga sama.)
(Data42/ PC/A/00:27:49)
Percakapan di atas terjadi antara Tuan Blair dan Pangeran Charles. Pangeran
Charles baru saja tiba di Inggris sepulangnya dari Paris membawa peti jenazah mantan
istrinya, Putri Diana. Pernyataan dari Pangeran Charles di atas telah melanggar
maksim kualitas karena pada kenyataannya ia tidak melihat Paris yang ramai.
3.3. Maksim Relevan
Berikut adalah contoh pelanggaran maksim relevan::
Robin Janvrin : I'm sorry to disturb, Ma'am, but I‟ve the Prime Minister for you.
From his constituency.
(Maaf mengganggu, Yang Mulia. Yang Mulia. Perdana Menteri
menelepon dari kantornya.)
The Queen’s Mother : Lucky you.
(Itu urusanmu.)
Elizabeth : Thank you, Robin.
I'll take it in the study.
(Terima kasih, Robin. Kuterima di ruang kerja.)
(Data31/QM/A/00:20:46)
Percakapan di atas terjadi antara Robin Janvrin, sekretaris pribadi Ratu Elizabeth
dengan Ratu Elizabeth dan Ibunya. Janvrin menghampiri Ratu Elizabeth yang sedang
menikmati makan pagi bersama Pangeran Phillip dan Ibunya. Janvrin mengatakan kepada
Ratu Elizabeth bahwa ada telefon masuk untuk Ratu dari Tuan Blair. Kemudian, Ibu Ratu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Elizabeth mengatakan Lucky you. Jadi, respon Ibu Ratu Elizabeth tersebut
mengimplikasikan sebaliknya bahwa Ratu Elizabeth sedang tidak beruntung. Maksim
relevan juga dilangggar oleh Ibu Ratu Elizabeth. Ia merespon hal yang tidak sesuai
dengan informasi yang diberikan oleh Janvrin.
3.4. Maksim Cara: Cerdiklah.
1. Hindarkan ungkapan yang tidak jelas.
2. Hindarkan ketaksaan.
3. Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu).
4. Buatlah secara urut/teratur.
Berikut adalah contoh pelanggaran maksim cara:
Prince Charles : The palace would still prefer to see it as a private funeral.
(Istana masih ingin mengadakan pemakaman tertutup.)
What are your feelings on that?
(Apa pendapatmu?)
Tony Blair : I...I think that would present us with difficulties.
(Aku…kupikir itu akan menimbulkan masalah.)
(Data43/TB/A/00:27:55)
Percakapan di atas masih terjadi antara Tuan Blair dan Pangeran Charles.
Pangeran Charles kemudian menanyakan pendapat Tuan Blair bahwa keluarga Kerajaan
masih menginginkan pemakaman tertutup untuk Putri Diana. Kemudian, Tuan Blair
merespon I...I think that would present us with difficulties yang diterjemahkan
Aku…kupikir itu akan menimbulkan masalah. Respon Tuan Blair tersebut yang
membingungkan dan tidak jelas dianggap melanggar maksim cara. Pernyataan Tuan Blair
tersebut pada kenyataannya mengandung makna implisit yaitu harapan rakyat Inggris
untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Putri Diana dengan menyelenggarakan
pemakaman terbuka berbeda dengan pemikiran keluarga Kerajaan yang menginginkan
pemakaman tertutup.
5. Penerjemahan dan Pragmatik
Penerjemahan dan pragmatik merupakan dua ilmu linguistik yang saling
berkaitan. Kajian Pragmatik erat kaitannya dengan konteks yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
penyampaian pesan atau makna. Lebih jauh Konteks yang dimaksud adalah segala latar
belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang
menyertai dan mewadai sebuah pertuturan atau disebut juga dengan konteks situasi tutur.
Sedangkan definisi Penerjemahan menurut Larson (1984:2) yaitu:
translation consists of studying the lexicon,grammatical structure, communication
situation, and cultural context of the source language text, analyzing it in order to
determine its meaning, and then reconstructing this samemeaning using the lexicon and
grammatical structure which are appropriate in the receptor language and its cultural
context.
Dari definisi tersebut Larson mengungkapkan bahwa penerjemahan merupakan proses
pengalihan pesan dari BSu ke dalam BSa dengan menggunakan struktur gramatikal dan
leksikon yang sesuai dalam BSa dan konteks budayanya.
Jadi, dapat disimpulkan jelas bahwa konteks dalam kajian pragmatik sangat berperan
dalam penerjemahan.
6. Penerjemahan Subtitle
Menurut Fong (dalam Bannon, 2009:91), “subtitles represent and re-present dialogue,
which is speech, as writing; in this sense, subtitling is a cross-media transference of meaning
and message: the process involves a double conversation, traversing from one language to
another and from one medium to another.”
Kemudian Shuttleworth dan Cowie (1997:161) menyatakan bahwa “Subtitle is a term
used to refer to one of the two main methods of language transfer used in translating types of
mass-audio visual communication such as film and television. It can be defined as a process
of providing synchronized captions for film and television dialogue.”
Menurut Shuttleworth dan Cowie (1997:161) subtitle adalah istilah yang digunakan
untuk salah satu dari dua metode pengalihan bahasa yang digunakan dalam penerjemahan tipe
komunikasi audio visual misalnya film dan televisi.
Lebih jauh, Baker (1998:244-245) menyatakan bahwa “Subtitles are transcriptions of
film or TV dialogue, presented simultaneously on the screen. It consists of one or two lines of
an average maximum length of 35 characters. As a rule, subtitles are placed at the bottom of
the picture and are either centered or left-aligned.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Menurut Baker (1998:244-245) menyatakan bahwa subtitle adalah salinan dialog film
atau TV, yang ditampilkan secara berurutan di layar. Subtitle terdiri dari satu sampai dua baris
yang panjangnya sampai 35 karakter.
“The subtitle-translator needs to consider some requirements in transferring subtitle. S/he
needs to consider about the space and time. Normally, one line of subtitle contains of 35-
40 characters and maximum two lines at once appearing. Then, the subtitles normally
appear 0.25 second after the utterance start. They will be on screen during 3-6 seconds
and will be removed no more than 2 seconds after the utterance finishes” (Bannon,
2009:94).
Seorang penerjemah subtitle perlu mempertimbangkan beberapa hal dalam
menerjemahkan subtitle. Ia harus mempertimbangkan ruang dan waktu. Pada umumnya, satu
baris terdiri 35-40 karakter dan maksimal dua baris dalam satu kali tampilan. Subtitle tersebut
akan muncul di layar selama 3-6 detik dan akan ganti tidak lebih dari 2 detik setelah
percakapan selesai. (Bannon, 2009:94)
7. Sekilas tentang Film The Queen
Film The Queen ini mengangkat sistem pemerintahan monarki yang dipimpin oleh
Ratu Elizabeth dan Tony Blair sebagai Perdana Menteri. Ratu Elizabeth sebagai Pemegang
kekuasaan tertinggi menentukan dan menunjuk calon Perdana Menteri, menentukan kebijakan
Pemerintahan yang akan dilaksanakan oleh Perdana Menteri. Sebagai Perdana Menteri
terpilih, Tony Blair melaksanakan kebijakan Pemerintahan Ratu Elizabeth dan meminta Ratu
untuk memberikan nasihat serta bimbingan untuk menjalankan tugasnya.
Konflik antara Ratu Elizabeth dan Tony Blair terjadi saat meninggalnya Putri Diana.
Tony Blair menyarankan Ratu Elizabeth untuk memberikan pernyataan resmi terhadap
meninggalnya Putri Diana mengingat Putri Diana populer dimata Masyarakat atas kegiatan
sosial yang dilakukannya, seperti mengunjungi daerah-daerah konflik, memberikan perhatian
terhadap anak-anak dengan gizi buruk, dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Namun, Ratu
Elizabeth menolak untuk memberikan pernyataan karena Putri Diana sudah tidak lagi
dianggap menjadi bagian dari keluarga Kerajaan. Selain itu, Tony Blair berpendapat untuk
menyelenggarakan pemakaman terbuka sebagai penghormatan terakhir terhadap Putri Diana,
tetapi Ratu juga tidak menyetujui karena pemakaman tersebut dianggap sebagai masalah
pribadi yang tidak perlu dipublikasikan secara luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Masyarakat kecewa dengan sikap Ratu Elizabeth yang tidak menghargai mendiang
Putri Diana. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pernyataan resmi dari Ratu Elizabeth
dan tidak adanya simbol kerajaan yang menunjukkan duka cita seperti dikibarkannya bendera
setengah tiang. Sementara itu, ucapan bela sungkawa mengalir deras dari berbagai kalangan
baik dari Masyarakat, artis, komunitas, hingga Kepala Negara seperti Nelson Mandela dan
Bill Clinton. Hal ini menunjukkan Putri Diana sangat populer dan dikagumi oleh banyak
orang karena prestasi dan rasa sosialnya yang tinggi.
Sebagai Perdana Menteri, Tony Blair tidak henti-hentinya menyarankan Ratu
Elizabeth untuk menunjukkan sikap simpatik keluarga Kerajaan terhadap meninggalnya Putri
Diana. Namun, pihak Kerajaan masih tetap berpegang teguh pada aturan Kerajaan yang masih
ssangat kaku. Semakin hari keadaan menjadi semakin kritis dengan banyaknya kecaman dari
Masyarakat. Hingga akhirnya Tony Blair mengingatkan Ratu Elizabeth bahwa hasil
pemungutan suara mengindikasikan 70% rakyat yakin tindakan yang dilaksanakan Ratu
Elizabeth akan menghancurkan Kerajaan. Pada akhirnya, Ratu Elizabeth mengikuti saran
Tony Blair diantaranya untuk mengibarkan bendera setengah tiang di atas Istana Buckingham
dan semua rumah Kerajaan, untuk sesegera mungkin meninggalkan Balmoral dan menuju
London serta memberikan penghormatan terakhir secara langsung pada peti jenazah Putri
Diana. Selain itu, memberikan pernyataan lewat siaran langsung Televisi pada rakyat dan
seluruh Dunia.
Setelah Ratu Elizabeth mengikuti semua saran Tony Blair, Ratu Elizabeth menjadi
terbuka dengan pemikiran-pemikiran baru yang lebih modern. Tony Blairpun juga kagum
dengan sikap Ratu Elizabeth yang kuat, berani, dan rendah hati. Ratu Elizabeth mempunyai
pendirian kuat, tetapi masih bisa menerima pemikiran baru.
8. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Sari (2007) dengan judul An
Analysis of Implicatures In Request Expression in Drama Entitled A Raisin In The Sun
by Lorraine Hansberry. Penelitiannya membahas strategi request dan pelanggaran maksim
yang dilakukan oleh beberapa tokoh dalam drama A Raisin in the Sun. Dari hasil
penelitiannya ditemukan adanya lima strategi request yaitu Hinting strategy,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ability/Willingness, Suggestory formulae, Wishes, Desires/Needs. Selain itu, dalam
peneliannya ditemukan adanya pelanggaran maksim relevan, kualitas, dan kuantitas.
Mulyani (2010) dengan judul penelitian An Analysis of Flouting Maxims in
“Forest Gump” Film Based on Grice’s Cooperative Principle (A Pragmatics Approach)
membahas tentang jenis maksim yang dilanggar, prinsip kerjasama yang terlibat, dan sebab-
sebab adanya pelanggaran maksim. Penelitiannya menunjukkan adanya pelanggaran terhadap
maksim kuantitas, kualitas, relevan, dan cara.
Penelitian relevan yang sejenis dilakukan oleh Mahasiswa Pascasarjana UNS yaitu
Sumardiono (2011) dengan judul penelitian Kajian Terjemahan Ujaran Yang
Mengandung Implikatur Pada Novel The Da Vinci Code. Penelitian tersebut membahas
tentang jenis-jenis implikatur dan pola pergeseran daya pragmatis pada terjemahan yang
terkandung dalam ujaran. Selain itu, penelitiannya juga mengkaji teknik- teknik penerjemahan
yang diterapkan serta kualitas terjemahan meliputi tingkat keakuratan dan keberterimaan
dalam kaitannya dengan teknik yang diterapkan.
Dari hasil penelitian tersebut didapat empat jenis implikatur berdasarkan ilokusi tak
langsung yang ditimbulkannya, yaitu asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Beberapa data
ditemukan mengalami pergeseran daya pragmatis dan sebagian lainnya tidak. Disamping itu,
ada 13 (tiga belas) teknik yang digunakan oleh penerjemah. Sebagian besar teknik yang
diterapkan tidak mengubah daya pragmatis ujaran, sedangkan beberapa teknik diantaranya
teknik penambahan, penghapusan, dan eksplisitasi mengakibatkan pergeseran daya pragmatis.
Dari hasil penelitiannya, tingkat kualitas keakuratan memiliki hasil yang lebih tinggi yaitu
rata-rata 2,86 daripada kualitas keberterimaan yaitu rata-rata 2,85.
Penelitian juga mengacu pada karya Kuncara (2012) yaitu Analisis Terjemahan
Tindak Tutur Direktif pada Novel Sang Godfather karya Maria Puzo. Di dalam
penelitiannya, Ia membahas fungsi tindak tutur ilokusi direktif dalam novel The GodFather
dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, teknik yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan tindak tutur tersebut, teknik yang paling dominan digunakan penerjemah dan
kualitas terjemahan yang dihasilkan. Dari 152 data yang diteliti, ditemukan delapan fungsi
ilokusi direktif. Fungsi memerintah 76 data (50%), menyarankan 22 data (14,4%), meminta
17 data (11,1%), memohon 11 data (7,2%), melarang 10 data (6,6%), menasihati 9 data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(5,9%), membujuk 4 data (2,7%), menyilakan 3 data (2%). Sedangkan, teknik penerjemahan
yang digunakan yaitu teknik harfiah 80 kali (32,8%), peminjaman murni 50 kali (20,5%),
transposisi 33 kali (13,5%), reduksi 28 kali (11,5%), penambahan 16 kali (6,6%), modulasi 14
kali (5,7%), partikularisasi 7 kali (2,9%), adaptasi 6 kali (2,5%), amplifikasi linguistik 5 kali
(0,8%), penghilangan 2 kali (0,4%), padanan lazim, deskripsi, dan generalisasi masing-
masing 1 kali (0,4%). Dari 12 teknik penerjemahan yang digunakan, teknik penerjemahan
yang dominan digunakan adalah teknik harfiah yaitu 80 kali (32,8%). Kemudian, terjemahan
tersebut menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami.
Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam Komik Amazing
Journey dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Wisudawanto
(2012) meneliti tentang jenis dan fungsi ilokusi yang terdapat dalam tuturan tokoh Spongebob
dalam komik Amazing Journey dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, teknik
penerjemahannya, serta dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas
keakuratan dan keberterimaan terjemahan tuturan tokoh Spongebob tersebut. Penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat empat jenis tindak ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, dan
ekspresif. Sedangkan Teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam
menerjemahkan yaitu kombinasi dua teknik (58 data), literal (51 data), peminjaman murni (17
data), kalke (12 data), kombinasi tiga teknik (11 data), peminjaman naturalisasi (6 data),
modulasi (6 data), padanan lazim (1 data), dan variasi (1 data). Kemudian, analisis kualitas
keakuratan dan keberterimaannya dinilai tinggi yaitu lebih dari 85%.
Dari kelima review di atas, ditemukan ruang yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
penelitian lebih jauh yang menjadikan penulisan ini berbeda dengan karya sebelumnya
dengan menggunakan sumber data yang berbeda selain komik dan novel yaitu film untuk
mengkaji terjemahan tindak tutur yang mengandung pelanggaran maksim. Adapun persamaan
antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dan kelima review di atas yaitu sama- sama
mengkaji tentang tindak tutur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
9. Kerangka berpikir
Subtitle film The Queen dalam
bahasa sumber
Tuturan yang mengandung
pelanggaran maksim
Keakuratan Keberterimaan
Rater
Kualitas terjemahan
Subtitle film The Queen dalam
bahasa sasaran
Jenis pelanggaran
maksim
Teknik