bab ii kajian teori a. motivasi belajar 1. pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/bab 2.pdf ·...

36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16 BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motif (motive) dan motivasi (motivation) pada mulanya menjadi topik dan psikologi yang kemudian meluas kebidang-bidang lain seperti dalam bidang pendidikan dan manajemen. Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu. 14 Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung mengandung sesuatu yang kompleks, yakni motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berpengaruh dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. 14 Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993) h.56

Upload: duongminh

Post on 29-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. MOTIVASI BELAJAR

1. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motif (motive) dan motivasi (motivation) pada mulanya menjadi

topik dan psikologi yang kemudian meluas kebidang-bidang lain seperti

dalam bidang pendidikan dan manajemen.

Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang

kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk

bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab

seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu.14

Hal

ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald, motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung

mengandung sesuatu yang kompleks, yakni motivasi akan menyebabkan

terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan

berpengaruh dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,

untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong

karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

14

Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1993) h.56

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Motivasi mempunyai tiga komponen pokok, antara lain :

a. Menggerakkan, dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada

individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan

kecenderungan mendapat kesenangan.

b. Mengarahkan, berarti motivasi mengarahkan tingkah laku, dengan

demikian ia menyediakan sesuatu orientasi tujuan. Tingkah laku

individu diarahkan terhadap sesuatu.

c. Menopang, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah

laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah

dorongan-dorongan dan kekuatan individu.15

Menggerakkan, mengarahkan, dan menopang adalah serangkaian

komponen motivasi yang saling berhubungan, karena komponen itulah yang

mampu mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang menjadi suatu

kebutuhannya, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan pengertian belajar, dalam kamus bahasa Indonesia, secara

etimologis belajar mempunyai arti “berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu”16

Sedangkan menurut ahli psikologi bahwa belajar sebagai perubahan

yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut menghambat

atau tidak menghambat proses adaptasi seseorang terhadap kebutuhan-

15

Abdul Rahman Shaleh dan Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Prespektif Islam

(Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 132 16

W.J.S. poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)h.22

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya sedangkan para ahli

pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia

kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang

lain.17

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa tidak

berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-

sebabnya, sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak

senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini

bearti pada diri siswa tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang

afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau

kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu di lakukan daya upaya yang

dapat menemukan sebab musibahnya kemudian mendorong seorang siswa

mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan

kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tubuh motivasi pada dirinya

atau singkatnya perlu diberikan motivasi.

Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau

perolehan belajar. Pembelajaran yang tinggi motivasi, umumnya baik

perolehan belajarnya. Sebaliknya pembelajaran yang rendah motivasinya,

rendah pula perolehan belajarnya. Demikian juga pembelajaran yang sedang-

17

Bahruddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2007) h. 13

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

sedang saja motivasinya, umumnya perolehan belajarnya juga sedang-

sedang saja.

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam

belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Oleh karena itu,

motivasi belajar sangat penting dalam peningkatan perolehan belajar. Bahwa

orang yang sukses disegala bidang, lebih banyak disebabkan oleh tingginya

motivasi yang mereka punya.18

Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak atau psikis di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi

mencapai suatu tujuan.

Motivasi merupakan peristiwa mental yang tidak dapat kita amati,

namun terdapat beberapa indikator yang mengindikasikan keberadaan

motivasi belajar dalam diri peserta didik, antara lain :

a. Durasi kegiatan : lama kemampuan siswa menggunakan waktu untuk

belajar.

b. Frekuensi kegiatan : seberapa sering siswa belajar.

c. Persistensi siswa : ketepatan siswa dan juga kelekatan siswa pada tujuan

belajar yang ingin dicapai.

d. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapai kesulitan.

e. Pengabdian dan pengorbanan siswa dalam belajar.

18

Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996)h. 104-105

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

f. Tekun menghadapi tugas.

g. Tingkat aspirasi siswa yang hendak dicapai dengan kegiatan belajar.

h. Tingkatan kualifikasi prestasi.19

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno. Indikator motivasi belajar dapat

digolongkan sebagai berikut :

a. Adanya ketekunan dan keinginan siswa untuk berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan siswa untuk belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita untuk masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kondisi yang menarik dalam kegiatan belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.20

Keke T. Aritonang dalam jurnal pendidikan penabur merumuskan juga

indikator-indikator motivasi belajar, yaitu :

a. Ketekunan dalam belajar (Subvariabel)

1) Kehadiran disekolah (Indikator)

2) Mengikuti PBM di kelas (Indikator)

3) Belajar dirumah (Indikator)

b. Umet dalam menghadapi kesulitan (Subvariabel)

1) Sikap menghadapi kesulitan (Indikator)

19

Abin Syamsuddin, Psikologi Kependidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) h. 40 20

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 163

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

2) Usaha mengatasi kesulitan (Indikator)

c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar (Subvariabel)

1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran (Indikator)

2) Semangat dalam mengikuti PBM (Indikator)

d. Berprestasi dalam belajar (Subvariabel)

1) Keinginan untuk berprestasi (Indikator)

2) Kualifikasi hasil (Indikator)

e. Mandiri dalam belajar (Subvariabel)

1) Menyelesaikan tugas / PR (Indikator)

2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran (Indikator)

2. Macam-macam Motivasi Belajar

Secara garis besar, motivasi dapat dibedak menjadi dua macam, yaitu

motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut

“motivasi intrinsik” sedangkan motivasi yang berasala darai luar diri

seseorang disebut “motivasi ekstrinsik”.21

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau fungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.22

21

Syaiful Bahri Darajah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002) h. 115 22

Amir Daien Indarkusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973)h.163

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Motivasi intrinsik memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,

yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-

satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar,

tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin

menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik

dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri

dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya,

maka ia secara sadar alkan melakukan suatu kegiatan yang tidak

memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi

intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseoran yang

tidak memiliki motivasi sulit sekali melakukan aktifitas belajar terus

menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju

dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang

positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan

dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang.

Oemar Hamalik mengemukakan bahwa motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dari luar, karena dalam setiap diri seseorang sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu23

Jadi motivasi intrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam,

tersirat baik dalm tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Kebanyakan

teori pendidikan modern mengambil motivasi intrinsik sebagai dorongan

bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini tidak

mengherankan, karena keinginan untuk menambah pengetahuan dan

untuk melacak merupakan faktor intrinsik pada semua orang.24

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar.25

Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik

menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar

(resides in some factor outside the learning situasion). Siswa belajar

karena hendak mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan

sebagainya.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motifasi yang tidak diperlukan

dan tidak baik dalam pendidikan. Akan tetapi motifasi ekstrinsik

diperlukan siswa agar mau belajar. Berbagai cara bisa dilakukan agar

23

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,2001) h. 162 24

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar (Jakarta: Rajawali Press, 1991)h. 216 25

Sardiman,Interaksi Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)h.90

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

anak termotivasi untuk belajar. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk

motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa akibatnya motivasi ekstrinsik

bukan berfungsi sebagai pendorong tetapi menjadi anak malas belajar.

Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi

ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses

interaksi edukatif dikelas.

Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi

ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik

perhatian siswa atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua.

Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang

negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku siswa. Diakui,

angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dengan

merangsang siswa untuk giat belajar, sedangkan ejekan, celaan,

hukuman yang menghina, sindiran kasar dan sebagainya berpengaruh

negatif dengan renggangnya hubungan guru dengan anak didik.

Jadi motivasi ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor dari luar,

dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain.

Motivasi ekstrinsik bila berupa penghargaan, pujian, hadiah dan

hukuman. Ketika kita memberikan penghargaan dan hukuman

sebelumnya ita harus mengetahui kapan itu digunakan. Dalam memberi

hadiah dan hukuman ada beberapa arahan sebagai berikut :

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

1) Dalam memberikan penghargaan atau hukuman itu disesuaikan

dengan umur peserta didik

2) Hadiah (reward) diberikan dalm waktu tertentu agar perasaan siswa

menjadi senang sedangkan hukuman cukup diberikan sekali saja

agar supaya anak tidak terbiasa dengan hukuman, bila hukuman

sering diberikan ditakutkan hukuman tersebut tidak ada

pengaruhnya.

3) Jangan terlalu sering memberikan hadiah (reward) atau hukuman

(punishment) satu jenis karena itu bisa menghilangkan nilai dalam

pandangan anak

4) Ketika menjanjikan hadiah (reward) atau hukuman (punishment)

jangan ditentukan karena bisa menyulitkan kita sendiri

5) Ketika memberikan hadiah (reward) dan hukuman (punishment)

siswa harus mengetahui mengapa ia mendapatkannya.26

3. Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu, motivasi itu

perlu dalam proses belajar agar menjadi optimal, makin tepat motivasi yang

diberikan maka hasilnya makin berhasil pula pelajarannya (motivasion is an

essensial condition of learning).

26

A. Santhut Khatib, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, Dan Spiritual Anak Dalam Keluarga

Muslim (Yogyakarta: Mitra Pustaka,1998) h. 166

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Menurut Cecco, ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar

mengajar, yaitu :

a. Fungsi membangkitkan

Dalam pendidikan, ini dapat diartikan sebagai kesiapan atau

perhatian umum peserta didik yang diusahakan oleh guru untuk

mengikutsertakan peserta didik dalam belajar. Fungsi ini menyangkut

tanggung jawab yang terus menerus untuk mengatur tingkat yang

membangkitkan untuk menghindarkan peserta didik dari luapan

emosional.

b. Fungsi harapan

Tenaga pengajar memeihara atau mengubah harapan keberhasilan

atau kegagalan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional.

Harapan menyangkut riwayat keberhasilan dan kegagalan peserta didik,

oleh sebab itu guru harus bisa melindungi peserta didik yang riwayat

kegagalannya yang lama telah mempengaruhi tingkat aspirasinya.

Sumber motivasi utama dalam kegiatan apapun yang dilakukan adalah

perasaan dan keyakinan bahwa setiap kegiatan sanggup dilaksanakan,

fungsi harapan menghendaki agar guru mempunyai pengetahuan yang

cukup tentang kegagalan dan keberhasilan.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

c. Fungsi intensif

Intensif merupakan obyek atau simbol tujuan yang digunakan untuk

menambah kegiatan ini. Intensif bisa berupa hasil-hasil tes, pujian, dan

dorongan yang diucapkan atau tertulis, angka-angka.

d. Fungsi disiplin

Fungsi ini menghendaki agar guru mengontrol tingkah laku yang

menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah. Hukuman

menunjuk kepada suatu perangsang yang ingin dihindari oleh peserta

didik. Kombinasi hukuman dan hadiah yang mendalam sebagai teknik

disiplin disebut restitusi.27

4. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman, mengatakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada

pada diri seseorang sebagai berikut :

a. Tekun dalam menghadapai tugas atau dapat bekerja secara terus

menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai

b. Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas

atas prestasi yang diperoleh

c. Suka bekerja sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain

d. Tidak cepat bosan

e. Dapat mempertahankan pendapatnya

27

Abd. Rohman Abror, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta:PT. Tiara Wacana, 1993) h. 115-116

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

f. Tidak mudah terpengaruh, senang mencari dan memecahkan masalah.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.28

B. KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK PEMBERIAN

REWARD DAN PUNISHMENT

1. Pengertian Konseling Behavioral

Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang

pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran

psikologi behavioritik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang

tampak.

Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya pemberian

bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan disini dalam pengertian

sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang

dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan

mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.29

Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena

keduanya merupakan sebuah keterkaitan. Konseling merupakan bagian inti

28

Ibid.,h.102 29

Yusuf dan Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung:Rosdakarya. 2005),h. 9

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan

masalah secara pribadi.30

Sedangkan pengertian behavioral / behaviorisme adalah suatu

pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah

tingkah laku, tanpa mengaitkan konsep-konsep mengenai kesadaran dan

mentalitas.31

Dari pengertian konseling dan behaviorisme yang dipaparkan diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling behavioral

adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor

kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku

(behavioral), dalam hal memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta

penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh klien.

Menurut krumboltz & Thoresen konseling behavioral adalah suatu

proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,

emosional dan keputusan tertentu.32

30

Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan ( Teori&Konsep ).( Yogyakarta : Penerbit

Kota Kembang. 1988 ). h.25 31

JP Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi ( terj. Kartini Kartono ).( Jakarta :

Raja Grapindo. 2002 ), h. 54 32

Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan ( Teori&Konsep ).( Yogyakarta : Penerbit

Kota Kembang. 1988 ). H. 187

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

2. Ciri-ciri dan Tujuan konseling Behavioral

Setiap terapi dalam konseling mempunyai ciri-ciri tertentu, tetapi

tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya,

dalam hal ini ditandai oleh:

1. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik.

2. Kecermatan dan uraian tujuan-tujuan treatment.

3. Penaksiran prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan

masalah

4. Penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, sangat jelas bahwa konseling behavioral

secara konsisten menaruh perhatian pada perilaku yang tampak. Tujuan

konseling harus cermat, jelas dan dapat dicapai dengan prosedur tertentu.

Kecermatan penentuan tujuan sangat membantu konselor dan klien dalam

memilih prosedur perlakuan yang tepat, dan sekaligus mempermudah

mengevaluasi keberhasilan konseling.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan konseling

behavioral adalah mencapai tujuan tanpa mengalami perilaku simptomatik,

kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat

membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang/mengalami konflik dengan

kehidupan sosial.

Secara khusus tujuan konseling behavioral yaitu mengubah perilaku

salah dalam penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu

menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.33

3. Hakikat Manusia Dalam Konseling Behavioral

Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan

mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan

diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.

Menurut Muhammad Surya dalam bukunya menjelaskan tentang

hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristik sebagai berikut : dalam

teori ini menganggap manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada

lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministik dan

sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya. Manusia memulai

kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, interaksi

ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk

kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya

penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.34

Dapat kita simpulkan bahwa perilaku manusia adalah efek dari

lingkungan, pengaruh yang paling kuat, maka itulah yang akan membentuk

pribadi individu.35

33

Latipun. Psikologi konseling.(Malang:UMM Press:2004 )h.113-114 34

Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan ....h. 186 35

Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan.....h.188

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

Pribadi sehat dan sakit dalam pandangan teori konseling behavioral

adalah sebagai berikut :

1) Pribadi sehat

Dalam pandangan teori ini kepribadian individu yang sehat adalah

sebagai berikut;

a) Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.

b) Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi

kebutuhan.

c) Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau

bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.

d) Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang

dihadapi.

e) Mempunyai self control yang memadai

2) Pribadi bermasalah

Kepribadian yang dipandang bermasalah menurut teori ini adalah

sebagai berikut;

a) Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

b) Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar

atau lingkungan yang salah.

c) Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam

menanggapi lingkungan dengan tepat.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

d) Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai

dengan lingkungan

e) Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai, yang

kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan

4. Metode-metode Konseling Behavioral

Terdapat beberapa pendekatan atau metode yang diteapkandalam

konseling behavioral. Krumboltz memberikan empat kategori pendekatan

konseling behavioral : 1). Operant learning, 2). Social modeling, 3).

Cognitive learning, 4). Emotional learning.

1) Operant Learning : pendekatan ini merupakan adaptasi dari dua teori

dua teori kondisioning dari pavlov dan skinner, pendekatan ini

memfokuskan pada penguatan (Reinforcement), dalam pembentukan

perilaku klien yang dikehendaki.

2) Social modeling : Pendekatan belajar sosial bertolak dari pendapat

bandura tentang tiga sistem terpisah namun merupakan system

pengatur yang saling berkaitan, tiga aspek tersebut adalah : 1).

Peristiwa stimulus eksternal, 2). Penguat eksternal, dan yang paling

penting adalah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaannya

pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu

perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

3) Cognitive learning : metode ini merupakan metode pengajaran secara

verbal, kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran.

Pendekatan ini terdiri atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan

kepada perubahan-perubahan ide yang tidak rasional.

4) Emotional learning : emosional learning diterapkan pada individu

yang mengalami kecemasan. Pelaksanaannya dilakukan dalam situasi

rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan

kecemasan bersama suatu rangsangan yang menyenangkan.

5. Teknik Konseling Behavioral

1. Desentisasi sistematik (Systematic desensitization )Desentisasi

sistematik, teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan

bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan dan

respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan

respon yang antagonistik (keadaan relaksasi).

2. Latihan Asertif (Assertive training), yaitu konseling yang menitik

beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang

tidak sesuai dalam menyatakannya (misalnya: ingin marah tetapi tetap

berespon manis). Pelaksanaan teknik ini ialah dengan role playing

(bermain peran).

3. Terapi Aversi (Aversion therapy ), Teknik ini bertujuan untuk

menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

positif. Dalam hal ini konselor dapat menerapkan punishment (sangsi)

dan reward (pujian/hadiah) secara tepat dan proposional terhadap

perubahan perilaku klien.

4. Terapi implosif dan pembanjiran, Teknik ini terdiri atas pemunculan

stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan.

Teknik pembanjiran ini tidak menggunakan agen pengkondisian balik

maupun tingkatan kecemasan. Terapis memunculkan stimulus-stimulus

penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha

mempertahankan kecemasan klien.

5. Pekerjaan Rumah (Home work), Teknik ini berbentuk suatu

latihan/ tugas rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri

terhadap situasi tertentu, caranya dengan memberikan tugas rumah

(untuk satu minggu), misalnya: tidak menjawab apabila klien dimarahi

ibunya atau bapaknya.

6. Pengertian Reward Dan Punishment

Reward (ganjaran) dan Punishment (hukuman) merupakan suatu

bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioritik.

Menurut teori behavioritik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.36

36

Ibid. h. 20

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang

berarti penghargaan atau hadiah.37

Sedangkan reward (ganjaran) menurut

istilah ada beberapa pendapat yang akan dikemukakan sebgai berikut,

diantaranya adalah :

Menurut M. Ngalim Purwanto “reward (ganjaran) ialah alat untuk

mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perubahan

atau pekerjaaannya mendapat penghargaan.”38

Peranan reward (ganjaran) dalam proses pengajaran cukup penting

terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan

perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis,

diantaranya reward (ganjaran) biasanya dapat menimbulkan motivasi belajar

siswa, dan reward (ganjaran) juga memiliki pengaruh postif dalam

kehidupan siswa.

Manusia selalu mempunyai cita-cita, harapan dan keinginan. Inilah

yang dimanfaatkan oleh teknik reward (ganjaran). Maka dengan teknik ini,

seseorang mengerjakan perbuatan baik atau mecapai suatu prestasi tertentu

dan diberikan suatu reward yang menarik sebagai imbalan. Dengan

demikian seseorang akan melakukan suatu perbuatan baik untuk mencapai

suatu prestasi.

37

John M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta : Gramedia,2011), h. 485 38

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 182

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata

Punishment yang berarti law (hukuman) atau siksaan.39

Sedangkan menurut

istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan

tentang punishment (hukuman), diantaranya adalah sebagai berikut :

Menurut Roestiyah “Punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan

yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannnya

untuk pelanggaran dan kejahatan, bermaksud memperbaiki kesalahan anak.

”40

Menurut M. Ngalim Purwanto “Punishment (ganjaran) adalah

penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang

(orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran,

kejahatan atau kesalahan. ”41

Menurut Ahmadi dan Uhbiyati dalam bukunya yang berjudul Ilmu

Pendidikan “Punishment (hukuiman) adalah suatu perbuatan, diamana kita

secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, baik dari

segi kejasmanian maupun dari segi kerohanian orang lain itu mempunyai

kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita, oleh karena itu maka kita

mempunyai tanggung jawab untuk membimbingnya dan melindunginya.”42

39

John M.Echols dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta : Gramedia,2011), h. 486 40

Y. Roestiyah. Didaktik Metodik, (Jakarta : Rineka Cipta,1978), h. 63 41

M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006),

h. 186 42

Abu Ahmadi dan Abu Uhbiyati. Ilmu Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h.150

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat menarik kesimpulan,

bahwa punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang kurang

menyenangkan, yang berupa penderitaan yang diberikan kepada siswa secara

sadar dan sengaja, sehingga sadar hatinya untuk tidak mengulanginya lagi.

Punishment (hukuman) sebagai alat pendidikan, meskipun

mengakibatkan penderitaan bagi siswa yang terhukum, namun dapat juga

menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat aktivitas belajar

siswa (meningkatkan motivasi belajar siswa). Ia berusaha untuk selalu dapat

memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar dapat terhindar dari bahaya

hukuman.43

Dengan adanya punishment (hukuman) itu diharapkan supaya

siswa dapat menyadari kesalahan yang diperbuatnya, sehingga siswa

menjadi berhati-hati dalam mengambil tindakan.

Dalam memberikan punishment (hukuman) guru tidak boleh bertidak

sewenang-wenang, punishment (hukuman) yang diberikan harus bersifat

pedagogis dan bukan kaarena balas dendam. Punshment (hukuman) bisa

dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan akan

perbuatan yang telah dilakukannya.

Disamping itu punishment (hukuman) juga mempunyai dampak

sebagai berikut :

a. Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini adalah akibat dari

hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab.

43

Ibid ...., h. 156

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

b. Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai menyembunyikan

pelanggaran.

c. Dapat memperbaiki tingkah laku si pelanggar.

d. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan bersalah, oleh

karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan punishment

(hukuman) yang tela diberikan.

e. Akibat yang lain adalah memperkuat kemauan si pelanggar untuk

menjalankan kebaikan.44

Setelah mengetahui tentang akibat dari punishment (hukuman) maka

tujuan yang ingin dicapai dengan adanya punishment (hukuman) adalah agar

siswa yang melakukan pelanggaran dapat memperbaiki perbuatan dan

tingkah lakunya yang tidak baik dan diharapkan untuk tidak mengulangi

pelanggaran yang pernah dilakukan.

Punishment (hukuman) merpakan alat pendidikan yang tidak

menyenangkan, bersifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi

motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa. Siswa yang

pernah mendapat punishment (hukuman) karena tidak mengerjakan tugas,

maka ia akan berusaha untuk tidak memperoleh punishment (hukuman) lagi.

Ia berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya agar

44

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. ..., h. 189

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

terhindar dari bahaya punishment (hukuman). Hal ini berarti bahwa ia di

dorong untuk selalu belajar.45

Dalam dunia pendidikan penerapan Punishment (hukuman) tidak lain

hanyalah untuk memperbaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik.

Punishment (hukuman) di sini sebagai alat pendidikan untuk memperbaiki

pelanggaran yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam. Supaya

punishment (hukuman) bisa menjadi alat pendidikan, maka seorang guru

sebelum memberikan punishment (hukuman) pada siswa yang melakukan

pelanggaran sebaiknya guru memperhatiakan syarat-syarat punishment

(hukuman) yang bersifat pedagogis sebagai berikut :

a. Tiap-tiap punishment (hukuman) hendaknya dapat dipertanggung

jawabkan. Ini berarti punishment (hukuman) itu tidak boleh sewenang-

wenang.

b. Punishment (hukuman) itu sedapat-dapatnya bisa memperbaiki.

c. Punishment (hukuman) tidak boleh bersifat ancaman atau dendam yang

bersifat perseorangan.

d. Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah.

e. Tiap-tipa punishment (hukuman) harus diberikan dengan sadar dan

suadah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.

f. Bagi si terhukum (siswa), punishment (hukuman) itu hendaknya dapat

dirasakan sendiri sebagai kedukaan atua penderitaan yang sebenarnya.

45

Amir Daien Indrakusuma, Penantar Ilmu Pendidikan (Surabaya : Usaha Nasional, 1973), h. 165

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

g. Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatya

punishment (hukuman) badan itu dilarang oleh negara.

h. Punishment (hukuman) tidak boeh merusak hubungan baik antara si

pendidik dengan siswa.

i. Adanya kesanggupan memberikan maaf dari si pendidik, sesudah

menjatuhkan punishment (hukuman) dan setelah siswa itu

mengintropeksi kesalahannya.46

Disamping itu, siswa harus diberikan kepercayaan kembali serta

harapan bahwa siswa itupun akan sanggup dan mampu berbuat baik seperti

teman-teman yang lain.

7. Macam-macam Reward dan Punishment

a. Reward (Ganjaran)

Adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya siswa.

Reward (Ganjaran) yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacam-

macam, secara garis besar reward (ganjaran) dapat dibedakan menjadi

empat macam, yaitu :

1. Pujian

Pujian adalah suatu bentuk reward (ganjaran) yang paling

mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti : baik,

bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-

46

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. ..., h.191-192

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

kata yang bersifat sugesti. Misalnya : “Nah, lain kali akan lebih baik

lagi.”

2. Penghormatan

Reward (ganjaran) yang berupa penghormatan ini dapat

berbentuk dua macam pula. Pertama, perbentuk semacam

penobatan. Yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan

dan ditampilkan dihadapan teman-temannya.

3. Hadiah

Yang dimaksud dengan hadiah disini ialah reward (ganjaran)

yang berbentuk pemberian yang berupa barang. Reward (ganjaran)

yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward (ganjaran)

materil, yaitu hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari alat-

alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku, dan lain

sebagainya.

4. Tanda penghargaan

Jika hadiah adalah reward (ganjaran) yang berupa barang,

maka tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan

barang-barang tersebut, seperti halnya pada hadiah. Melainkan,

tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenangnya”,

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

disebut juga reward (ganjaran) simbolis. Reward (ganjaran)

simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda sertifikat.47

Dari empat macam reward (ganjaran) tersebut diatas, penulis

menyimpulkan bahwa dalam penerapannya seorang guru dapat memilih

bentuk dari macam-macam reward (ganjaran) yang cocok dengan siswa

dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi

siswa atau situasi dan kondisi keuangan,bila hal itu menyangkut

masalah keuangan.

Dalam memberikan reward (ganjaran) seorang guru hendaknya

dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward (ganjaran),

seorang guru harus selalu ingat akan maksud reward (ganjaran) dari

pemberian reward (ganjaran) itu. Seorang siswa yang pada suatu ketika

menunjukkan hasil lebih baik dari pada biasanya, mungkin sangat baik

diberi reward (ganjaran). Dalam hal ini seorang guru hendaknya

bijaksana, jangan sampai reward (ganjaran)menimbulkan iri hati pada

siswa yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat

reward (ganjaran).

Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang maksud

reward (ganjaran), serta macam-macam reward (ganjaran) yang baik

diberikan kepada siswa, ternyata bukanlah soal yang mudah. Ada

47

Amir Daien Indrakusuma, Penantar Ilmu Pendidikan....... h. 159-161

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru sebelum

memberikan reward (ganjaran) pada siswa, yaitu :

1. Untuk memberi reward (ganjaran) yang pedagogis perlu sekali guru

mengenal betul-betul murid-muridnya dan tahu menghargai dengan

tepat. Reward (ganjaran) dan penghargaan yang salah dan tidak

tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.

2. Reward (ganjaran) yang diberikan kepada seorang anak janganlah

hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang

lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak

mendapat reward (ganjaran).

3. Memberi reward (ganjaran) hendaknya hemat. Terlalu kerap atau

terus-menerus memberi reward (ganjaran) dan pengargaan akan

menjadi hilang arti reward (ganjaran) itu sebagai alat pendidikan.

4. Janganlah memberikan reward (ganjaran) dengan menjanjikan lebih

dahulu sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya apalagi

bagi reward (ganjaran) yang diberikan kepada seluruh kelas.

Reward (ganjaran) yang telah dijanjikan terlebih dahulu, hendaklah

akan membuat anak-anak berburu-buru dalam bekerja dan akan

membawa kesukaran-kesukaran bagi beberapa orang anak yang

kurang pandai.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

5. Pendidik harus berhati-hati memberikan reward (ganjaran), jangan

sampai reward (ganjaran) yang diberikan kepada anak-anak

diterimanya sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan.

b. Punishment (Hukuman)

Macam-macam punishment (hukuman) yang akan diberikan berikut

ini bukanlah macam-macam usaha atau perlakuan yang dijalankan oleh

pendidik dalam menghukum anak-anak. Dimuka telah dikatakan bahwa

dalam hal menghukum tidak ada “buku resep” tertentu yang telah

terbukti kemanjurannya.

Yang dimaksud dengan macam-macam punishment (hukuman) itu

ialah yang berikut ini.

a. Ada pendapat yang membedakan punishment (hukuman) itu

menjadi dua macam, yaitu :

1) Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan

maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman

ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi

pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum

pelanggaran itu dilakukan. Misalnya seorang dimasukkan atau

ditahan di dalam penjara, (selama menantikan keputusan

hakim), karena perkara tersebut ia ditahan preventif dalam

penjara.

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

2) Hukuman korektif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan

maksud memperbaiki karena anak telah melanggar ketertiban

atau berbuat sesuatu yang buruk, misalnya : celaan, ancaman,

hukuman.

8. Tujuan Reward dan Punishment

a. Tujuan Reward (Ganjaran)

Mengenai masalah reward (ganjaran), perlu peneliti bahas tentang

tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran). Hal ini

dimaksudkan,agar dalam berbuat sesuatu bukan karena perbuatan

semata-mata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan

perbuatannya, karena dengan adanya tujuan akan memberi arah dalam

melangkah.

Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (ganjaran)

adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang bersifat intrinsik dari

motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan,

maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa it sendiri. Dan dengan

reward (ganjaran) itu juga diharapkan dapat membanguan suatu

hubungan yang positif antara guru dengan siswa, karena reward

(ganjaran) itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa cinta dan

kasih sayang seorang guru kepada siswa.

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Jadi dari beberapa penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa maksud dari reward (ganjaran) itu yang terpenting bukanlah hasil

yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru

bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih

keras pada siswa. Seperti halnya telah disinggung diatas, bahwa reward

(ganjaran) disamping merupakan pendidikan reprensif yang

menyenangkan, reward (ganjaran) juga dapat menjadi pendorong atau

motivasi bagi siswa-siswi untuk belajar lebih baik lagi.

b. Tujuan Punishment (Hukuman)

Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap

aktivitas, karena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti apa-

apa, dan akan menimbulkan keugian serta kesia-siaan. Sehubungan

dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka

tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk

menjaga kehormatan guru atau sebaliknya agar guru itu ditaati oleh

siswa, akan tetapi tujuan punishment (hukuman) yang sebenarnya adalah

agar siswa yang melanggar merasa jera dan tidak akan mengulangi lagi.

Tujuan pemberian punishment (hukuman) ada dua macam, yaitu

tujuan dalam jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka

pendek adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

tujuan jangka panjang adalah untuk mengajar dan mendorong siswa agar

dapat menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah.48

Maksud dari seorang guru memberikan punishment itu bermacam-

macam, hal ini sangat erat hubungannya dengan pendapat orang tentang

teori-teori punishment (hukuman), maka tujuan pemberian punishment

berbeda-beda sesuai dengan teori punishment (hukuman) yang ada.

1. Teori pembalasan

Teori inilah yang tertua. Menurut teori pembalasan,

punishment (hukuman) diadakan sebagai pembalasan dendam

terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang.

Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan disekolah.

2. Teori perbaikan

Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan untuk

membasmi kejahatan. Maksud dari punishment (hukuman) ini

adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat

kesalahan lagi.

3. Teori perlindungan

Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.

Dengan adanya punishment (hukuman) ini, masyarakat dapat

48

Charles Schaefer. Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak (Jakarta: Kesain

Blanc,1986),h.91

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh

pelanggar.

4. Teori ganti rugi

Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan untuk

mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita akibat dari

kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu. punishment (hukuman)

ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintah.

5. Teori menakut-nakuti

Menurut teori ini, punishment (hukuman) diadakan unyuk

menimbulkan perasaan takut keada si pelanggar dari perbuatannya

yang melanggar itu sehingga ia akan takut melakukan perbuatan itu

dan mau meninggalkannya.

Setelah penulis mengetahui tujuan dari punishment (hukuman)

dalam pendidikan diatas maka kita sebagai calon pendidik harus

mengetahui punishment (hukuman) yang cocok untuk diterapkan dalam

dunia pendidikan.

C. PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK

PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Pembahasan dalam hal ini merupakan rangkuman dari uraian yang telah

penuis paparkan pada pembahasan didepan, yaitu memadukan antara konseling

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

behavioral dengan teknik pemberian reward dan punishment dengan motivasi

belajar siswa.

Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,

sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi

belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau

pengalaman belajar untuk membantu individu untuk mengubah perilakunya agar

dapat memecahkan masalahnya.49

Behaviorisme menitik beratkan pada perilaku individu. Perilaku individu

ada karena adanya stimulus (Rangsangan Eksternal). Secara khusus tujuan

konseling behavioral mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-

cara memperkuat perilaku yang diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak

diharapkan serta dan membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.50

Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori konseling yang

pada saat ini. Konseling behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran

psikologi behavioritik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang

tampak. Banyak teknik yang dimiliki oleh paham behavioral dalam menangani

permasalahan yang dihadapi, salah satunya yaitu menggunakan teknik pemberian

reward dan punishment.

Kita telah mengetahui bahwa reward dan punishment merupakan alat

pendidikan represif. Reward merupakan alat motivasi, alat yang bisa

49

Muhamad Surya. Dasar-dasar Konseling Pendidikan ....h. 184

50 Latipun. Psikologi konseling.(Malang:UMM Press:2011 )h.90

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian ...digilib.uinsby.ac.id/2191/5/Bab 2.pdf · Contohnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

menimbulkan motivasi ekstrinsik. Dengan reward dapat dijadikan alat

pendorong bagi siswa untuk belajar yang baik, lebih giat lagi. Sedangkan

punishment merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan yang bersifat

negatif, namun meskipun demikian dapat juga menjadi alat motivasi , alat

pendorong untuk mempergiat belajarnya siswa.51

Degan adanya reward diharapkan agar siswa lebih giat belajar, belajar

lebih baik dan tekun. Dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya

untuk mencapai prestasi belajar dengan motivasi belajar yang tinggi. Sedangkan

punishment bertujuan untk memperlancar jalannya proses pelaksanaan

pendidikan, dapat juga menjadi alat pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih

baik. Dengan demikian adanya reward da punishment bertujuan agar siswa

motivasi belajarnya lebih tinggi lagi.

Dengan demikian siswa yang memiliki masalah dalam belajarnya seperti

tidak tekun dalam menghadapi tugas dan tidak pernah mengerjakan tugas, maka

ketika guru/ konselor memberikan ia punishment (hukuaman) dalam artian

punishment hukuman itu tidak bersifat punishment (hukuman) fisik seperti

pemberian tugas tambahan dan ketika ia sudah bisa menyelesaiakan tugas yang

diberikan oleh guru, siswa tersebut diberi reward (hadiah) dengan hal itu secara

perlahan-lahan siswa akan mengubah perilaku/kebiasan buruknya dan ia akan

termotivasi untuk belajar yang lebih giat.

51

Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional,1973),h. 164-165