bab ii kajian teoretis dan hipotesis tindakan 2.1...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Pengertian Menulis
Pada dasarnya, semua keterampilan dalam bahasa Indonesia penting
untuk dikuasai, tetapi menulis memang harus diakui sebagai sebuah aktivitas yang
sangat berbeda bila dibandingkan dengan berbicara, membaca dan menyimak.
Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan
harus melalui proses pembelajaran sehingga memang diperlukan sebuah proses
panjang untuk menumbuh kembangkan tradisi menulis.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menurut Iskandarwassid
(2008:248) kegiatan menulis dibandingkan dengan tiga kempuan berbahasa yang
lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa
yang bersangkutan sekalipun.
Menurut Langan (dalam Pateda, 2004:76) mengatakan bahwa, untuk
setiap ide yang dikemukakan harus didukung oleh alasan yang cukup. Dengan
kata lain, menulis adalah pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tertulis.
Adapun menurut Wikipedia (diunduh tanggal 08/04/2013), menulis adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan
alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan
menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir
9
Kuno. Pendapat lain menurut Santosa, dkk (2008: 6.14) mengatakan bahwa
menulis dapat dianggap sebagai suatu proses ataupun suatu hasil. Menulis
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah
tulisan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau
muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan suatu simbol
atau lambang bahasa yang dapat dilihat. Dengan demikian, dalam komunikasi
tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat, (1) penulis sebagai
penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau media berupa tulisan,
dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
2.1.1 Tujuan Menulis
Menurut Hugo Harting (dalam Umar, 2007:46), tujuan menulis
sebagai berikut,
1. Tujuan Penugasan (assigment purpose)
Menulis tidak memiliki tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya menulis,
tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas, bukan atas
kemauan sendiri.
2. Tujuan Altruistik (altruistic purpose)
Penulis bertujuan ingin menyenangkan para pembaca, ingin menghilangkan
rasa duka yang mendalam dari pembaca, ingin menolong para pembaca
10
memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup
para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
3. Tujuan Persuasif (persuasive purpose)
Penulis bertujuan untuk mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin
akan kebenaran gagasan atau ide yang diutarakan oleh penulis.
4. Tujuan Informasional (informasional purpose)
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi informasi atau
keterangan pada pembaca.
5. Tujuan pernyataan diri
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri
kepada para pembaca.
6. Tujuan Kreatif (creative purpose)
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai – nilai artistik atau
nilai – nilai kesesuaian dengan membaca tulisan si penulis.
7. Tujuan Pemecahan Masalah (problem solving purpose)
Penulis berusaha memecahkan sesuatu masalah yang dihadapi. Dengan
tulisannya penulis berusaha memberi kejelasan kepada para pembaca tentang
bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
2.1.2 Manfaat Menulis
Menulis bisa saja dianggap sesuatu yang membosankan dan tidak
bermanfaat. Tapi sebetulnya di era informasi ini, kemampuan menulis merupakan
suatu hal yang penting seperti halnya membaca dan berhitung. Oleh karena itu,
tidak heran kalau dalam kurikulum pelajaran sekolah dasar ada mata pelajaran
11
yang dinamakan calistung alias membaca, menulis dan berhitung. Namun,
semakin tinggi pendidikkan kita atau semakin berkembang pekerjaan kita,
tentunya keterampilan menulis harus ikut meningkat.
Banyak manfaat dari menulis mulai dari menulis sesuatu yang sederhana
misalnya menuliskan daftar belanjaan supaya tidak lupa ketika kita sampai di toko
sampai hal yang rumit misalnya membuat skripsi sebagai syarat kelulusan.
Tulisan sederhana ataupun rumit akan tetap bernilai penting apabila kita
merasakan manfaatnya (Ahira : diunduh tanggal 08/04/2013). Berikut beberapa
manfaat dari kegiatan menulis, seperti :
1. Untuk menghilangkan stress. Dengan menulis kita bisa mencurahkan
perasaan sehingga tekanan batin yang kita rasakan berkurang sedikit demi
sedikit sejalan dengan tulisan. Tulisan yang kita buat bisa tentang apa yang
sedang kita rasakan ataupun menuliskan hal lain yang bisa mengalihkan kita
dari rasa tertekan tersebut (stress). Dengan demikian, kesehatan fisik dan
mental kita akan lebih terjaga.
2. Alat untuk menyimpan memori. Karena kapasitas ingatan kita terbatas, maka
dengan menuliskannya, kita bisa menyimpan memori lebih lama. Sehingga
ketika kita membutuhkannya, kita akan mudah menemukannya kembali.
Misalnya, menuliskan peristiwa-peristiwa berkesan di diari, menuliskan
setiap pendapatan dan pengeluaran keuangan, menulis ilmu pengetahuan atau
pelajaran, menuliskan ide/gagasan, menuliskan rencana-rencana, target-target
dan komitmen-komitmen.
12
3. Membantu memecahkan masalah. Ketika kita ingin memecahkan suatu
permasalahan, maka kita bisa membuat daftar dengan menuliskan hal-hal apa
saja yang menyebabkan masalah itu terjadi dan hal-hal apa saja yang bisa
membantu untuk memecahkan masalah tersebut. Cara seperti itu akan lebih
memudahkan kita dalam melihat duduk permasalahan dengan tepat yang pada
akhirnya bisa memberi pemecahan yang tepat pula dalam jangka waktu yang
relatif lebih cepat.
4. Melatih berfikir tertib dan teratur. Ketika kita membuat tulisan khususnya
tulisan ilmiah atau untuk dipublikasikan, maka kita dituntut untuk membuat
tulisan yang sistematis sehingga pembaca bisa mengerti apa yang sebenarnya
ingin kita sampaikan.
5. Sumber penghasilan. Orang pasti selalu membutuhkan bacaan baik itu bacaan
fiksi (cerpen, novel, puisi, dll.) maupun nonfiksi (berita, ilmu pengetahuan,
dll.). Baik bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan atau hanya sekedar
hiburan saja. Bagi orang yang pandai menulis, tentu saja menulis akan
menjadi sumber penghasilannya.
2.1.3 Kegiatan Menulis
Kegiatan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa
tulis yang produktif. Menurut Aminudin, menulis merupakan kegiatan yang
memerlukan kemampuan yang kompleks, antara lain kemampuan berfikir secara
teratur dan logis, kemampuan membahasakan gagasan atau ide-ide secara jelas
dengan menggunakan bahasa yang efektif serta kemampuan menerapkan kaidah
tulis menulis yang baik (dalam Nading, 2011:17).
13
Kemampuan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang serba
modern sekarang ini, sebab komunikasi akan lebih banyak berlangsung secara
tertulis. Kemampuan menulis merupakan ciri dari orang terpelajar atau bangsa
yang terpelajar. Sehubungan dengan itu, ada seorang penulis yang mengatakan
bahwa menulis dipergunakan oleh seorang terpelajar untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi (Nading
2011:18).
Di dalam dunia pendidikan menulis mempunyai arti yang sangat penting.
Siswa yang sering menulis akan menjadi terampil dan terarah kemampuan
berekspresinya sehingga secara tidak langsung akan mempertajam kemampuan
berfikir kalau ia dibimbing dengan baik dan benar. Kemampuan menulis
merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih sehingga
kemampuan menulis akan meningkat.
2.1.4 Pengertian Kemampuan
Spencer and Spencer (dalam Uno, 2008 :129) mendefinisikan
kemampuan sebagai karakteristik yang menonjol dari seseorang individu yang
berhubungan dengan kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau
situasi. R.M Guion dalam Spencer and Spencer mendevinisikan kemampuan atau
kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan
mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan
berlangsung terus dalam periode waktu yang lama (Uno, 2008 : 129). Dari
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan adalah merujuk pada
14
kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan
perilakunya.
Selanjutnya, menurut Chaplin (dalam Setiawan) “ability (kemampuan,
kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan)
untuk melakukan suatu perbuatan”. Sedangkan menurut Robbins, kemampuan
bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan
atau praktek (diunduh tanggal 16/01/2013).
Dari pendapat-pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujutkan melalui tindakannya. Lebih lanjut Robbins
(dalam Setiawan diunduh tanggal 16/01/2013) menyatakan bahwa kemampuan
terdiri dari dua faktor, yaitu;
a. Kemampuan Intelektual (Intectual Ability)
merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental
b. Kemampuan Fisik (Phisical Ability)
merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan
dan karakteristik fisik.
Beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa kemampuan merupakan hal yang
yang sangat penting utnuk dimiliki oleh setiap individu beradaptasi dengan
kehidupan yang semakin kompleks. Seperti yang telah disebutkan di atas,
kemampuan terdiri dari dua faktor, yakni kemampuan intelektual, dan
kemampuan fisik, maka pada penelitian ini lebih difokuskan pada salah satu
15
kemampuan saja, yakni kemampuan intelektual siswa berbahasa khususnya
bahasa tulis yang harus dilatih, diasah dan dikembangkan agar siswa memiliki
kemampuan menulis yang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang penting untuk dikuasai. Siswa diharapkan mampu menulis sebuah cerita
dengan baik, serta mampu menggunakan tanda baca dengan tepat, dan memiliki
banyak kosakata.
2.1.5 Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara
otomatis. Kemampuan itu bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui
tindak pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis
pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan
menulis.
Siswa SD yang baru masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-
huruf. Oleh karena itu pada hakekatnya huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis
maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis
lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah
huruf. Pertama masuk sekolah, mereka dilatih untuk membuat garis-garis tersebut.
Jadi pembelajaran menulis sejak kelas I SD siswa telah diperkenalkan dengan
mumbuat/menulis huruf-huruf atau alfabet latin dan mengaitkannya menjadi kata-
kata (Solhan,dkk. 2007 : 9.4).
Di samping itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar,
misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (merupakan kompetensi dasar
menulis yang harus dikembangkan guru). Di SD kelas tinggi setelah siswa
16
menguasai teknik menulis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan
merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat-kalimat ini dirangkaikan
menjadi paragraf, dan yang terakhir paragraf-paragraf disusun menjadi sebuah
wacana.
Menurut Tarigan (dalam Solhan, dkk. 2007:9.26) ada beberapa teknik
dalam pembelajaran menulis, seperti berikut,
1. Menyusun Kalimat
Menyusun atau membangun kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti menjawab pertanyaan, melengkapi kalimat, memperbaiki susunan
kalimat, memperluas kalimat, substitusi dan transformasi.
2. Memperkenalkan Karangan
Dalam memperkenalkan karangan ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu
baca dan tulis atau simak dan tulis.
3. Meniru Model
Dalam teknik ini guru menyiapkan teknik karangan yang dipakai sebagai
model oleh siswa untuk menyusun karangan. Struktur karangan memang
sama tapi berbeda dalam isi.
4. Karangan Bersama
Teknik ini dimulai dengan pengamatan yang dilakukan oleh siswa
bersama guru
5. Mengisi
Teknik ini dipraktikan dengan cara guru menyiapkan sebuah karangan yang
kata kelima dan setiap kalimat pembangun cerita itu dihilangkan.
17
6. Menyusun Kembali
Suatu karangan yang telah dikacaukan urutan kalimatnya, kemudian
diberikan kepada siswa untuk mengurutkan kembali menjadi sebuah karangan
dengan urutan kalimat yang benar.
7. Menyelesaikan Cerita
Siswa diberi cerita yang belum selesai dan ditugasi menyelesaikan cerita
tersebut menjadi cerita yang utuh.
8. Menjawab Pertanyaan
Siswa diberi pertanyaan dan kalimat-kalimat jawaban siswa tersebut dapat
disusun sebuah cerita, apakah tentang alam sekitarnya, kesenangannya dan
sebagainya.
9. Meringkas Bacaan
Teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa diberi suatu bacaan yang,
kemudian siswa disuruh membaca/mempelajari bacaan tersebut, kemudian
disuruh meringkasnya.
10. Parafrase
Guru memberi karangan puisi yang harus diubah oleh siswa dalam bentuk
prosa atau sebaliknya.
11. Reka Cerita Gambar
Teknik ini bertujuan untuk melatih mengembangkan imajinasi siswa dengan
melihat gambar tunggal atau gambar berseri siswa disuruh menuliskan sebuah
cerita yang ada hubungannya dengan gambar yang diamatinya.
18
2.1.6 Hakikat Menulis
Menulis pada hakikatnya dapat dianggap sebagai proses atau suatu hasil.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sebuah tulisan. Sebenarnya, kegiatan menulis yang menghasilkan sebuah tulisan
sering kali kita lakukan, misalnya mencatat pesan, ataupun menulis memo untuk
teman.
Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari suatu yang tidak tampak sebab
apa yang kita tulis masih berbentuk pikiran, bersifat sangat pribadi. Jika penulis
adalah seorang siswa, guru hendaknya belajar merasakan kesulitan siswa yang
sering dihadapi ketika menulis. Guru yang memahami kesulitan yang sering
dihadapi siswanya ketika menulis akan berpendapat bahwa untuk menulis sebuah
karangan itu tidak harus sekali jadi (Santosa, 2008:6.15).
2.1.7 Pengertian Cerita
Membaca sebuah karya fiksi, novel ataupun cerpen, pada umumnya yang
pertama menarik perhatian orang adalah ceritanya. Faktor cerita inilah yang
mempengaruhi sikap dan selera orang terhadap buku yang akan dibacanya.
Berdasarkan keadaan cerita itu pulalah biasanya orang memandang bahwa buku
tersebut menarik, menyenangkan, mengesankan, atau sebaliknya membosankan
dan berbagai reaksi emosi yang lain.
Foster (1970) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian
yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Pendapat lain menurut Abrams
(1981) cerita adalah sebagai sebuah urutan kejadian yang sederhana dalam urutan
waktu. Sedangkan Kenny (1966) mengartikan cerita sebagai peristiwa-peristiwa
19
yang terjadi berdasarkan urutan waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi
(dalam Nading, 2011:11).
Menurut Filyamma (diunduh tanggal : 10/04/2013) Cerita adalah
rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi)
ataupun tidak nyata (fiksi). Bercerita adalah metode komunikasi universal yang
sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan dalam teks kitab sucipun
banyak berisi cerita-cerita. Pendapat lain menurut Arifin (diunduh tanggal :
10/04/2013) Cerita adalah penuturan tentang suatu kejadian. Dari cerita tersebut,
kita dapat mengetahui di mana, bangaimana, dan apa yang dialami oleh pelaku
cerita dari awal sampai akhir, Pelaku cerita dapat manusia, binatang, maupun,
manusia.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa cerita pada
dasarnya adalah jalinan kejadian yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalamnya
dengan alur serta setting waktu dan tempat yang relevan. Maka di dalam sebuah
cerita yang baik harus ada setidaknya jalinan kejadian yang teratur dan logis,
tokoh yang mengalami kejadian dan keterangan-keterangan. Keterangan ini bisa
berupa keterangan waktu dan tempat maupun keterangan suasana.
Tanpa keterangan-keterangan ini, cerita akan sulit mendeskripsikan diri
kepada pembaca tentang dirinya sendiri. Cerita tidak akan tersampaikan kepada
pembaca dengan baik. Karena pembaca butuh keterangan-keterangan untuk ikut
merasakan bagaimana keadaan di dalam cerita yang sebenarnya.
20
2.1.8 Tujuan Cerita
Melalui sebuah cerita, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai oleh
seorang penulis cerita. Tujuan itu bermacam-macam, seperti menjadikan pembaca
ikut berpikir dan bernalar, membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan,
menjadikan pembaca beropini, menjadikan pembaca mengerti, dan membuat
pembaca terpersuasi oleh isi karangan, atau membuat pembaca senang dengan
menghayati nilai-nilai yang dikemukakan dalam cerita, seperti nilai-nilai
kebenaran, nilai keagamaan, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai
kemanusiaan, nilai etika dan nilai estetika (Suparno. 2008 hal : 3.7).
2.1.9 Manfaat Cerita bagi Siswa
Menurut para ahli pendidikan dalam Filyamma (diunduh tanggal :
10/04/2013) bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa manfaat yang amat
penting, yaitu:
1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai mora dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana Hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia
21
2.1.10 Unsur-Unsur Cerita
Menurut pendapat Umar 2007 (hal : 59) jika kita sebagai calon guru SD
ingin membaca dan mendengarkan suatu cerita dengan baik, kita harus memiliki
pengetahuan tentang unsur-unsur pembentuk cerita, misalnya : (1) Penokohan dan
karakter. (2) alur atau plot. (3) Setting atau latar cerita. (4) point of view, atau
pusat pengisahan. (5) Tema dan (6) Amanat. Dengan demikian pembaca dapat
menikmati cerita itu secara utuh sehingga diperoleh kesenangan, informasi,
warisan kultural, dan keseimbangan wawasan.
2.1.11 Pengertian Media
Menurut Sadiman, dkk (dalam Soeharto, dkk, 2003:98) media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara
haraifiah berarti perantara atau pengantar, yang dapat diartikan bahwa media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. pendapat
lain menurut Aqib (2002:58) Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.
Adapun pendapat menurut Sudrajad (diunduh tanggal 22/01/2013) Dalam
proses pembelajaran, media dapat diartikan sebagai berikut,
1). Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
2). Sarana fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran seperti buku,
film, video, slide, dan sebagainya.
22
3). Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk
teknologi perangkat kerasnya.
Dari beberapa pengertian di atas, baik secara harafiah, maupun dalam
artian yang sebenarnya, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa. Penggunaan media secara kreatif akan
memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak dan meningkatkan
penampilan mereka dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai
dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.1.12 Fungsi Peranan Media Pengajaran
Nana Sudjana (dalam Nading, 2011:25) merumuskan fungsi media
sebagai berikut :
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar.
3. Penggunaan Media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar
melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
4. Penggunaan media dalam pembelajaran lebih dituangkan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap perhatian
yang diberikan guru.
23
5. Penggunaaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
belajar mengajar.
Wirasasmita (dalam Nading, 2011:25) mengemukakan bahwa media
pendidikan mempunyai fungsi edukatif sesuai dengan konotasi yang berkenan
dengan tujuan pendidikan. Media juga dapat dikategorikan sebagai salah satu
stimuli komunikasi, yaitu kekuatan yang digunakan untuk membina, membangun,
atau mendidik manusia dengan tujuan untuk mengubah sikapnya.
Dalam proses pembelajaran media memiliki fungsi yang sangat penting.
Hairuddin, dkk. (dalam Yusuf, 2011:28) mengemukakan bahwa penggunaan
media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan
minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar
serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. penggunaan media juga dapat
membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, penyajian materi/data dengan
menarik, memudahkan menafsirkan data dan memadatkan informasi.
2.1.13 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut Gani (2010:4) Media pembelajaran dibedakan atas media
pandang-dengar (audio-visual), media dengar (audio) dan media pandang (visual).
1. Media Audio-Visual
kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut dengan
media pandang-dengar, seperti televisi, video.
2. Media Audio
24
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
yang artinya hanya dapat di dengar tapi tidak dapat di lihat contohnya seperti
radio, kaset, tape recorder.
3. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan
indera penglihatan seperti gambar buram, gambar tembus pandang. Jenis
media inilah yang sering digunakan oleh guru – guru untuk membantu
menyampaikan isi atau meteri pelajaran. Media ini terdiri dari media yang
tidak dapat diproyeksikan, (gambar diam/mati, grafis, dan realita/model) dan
media yang dapat diproyeksikan.
Mengingat media visual terdiri dari beberapa bentuk seperti yang
disebutkan, penulis memfokuskan pada salah satu bentuk yakni media yang tidak
dapat diproyeksikan (media gambar). Media gambar berupa gambar–gambar yang
disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat,
atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Media gambar ini ada yang tunggal, dan ada pula yang
seri yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
2.1.14 Media Gambar Seri
Menurut Akib (dalam Gani, 2012:23) Gambar seri merupakan gambar
yang ditampilkan secara berurut. Gambar seri merupakan salah satu jenis media
visual yang tidak dapat diproyeksikan, Gambar seri merupakan serangkaian
gambar yang terpisah antara satu dengan yang lain tetapi memiliki satu kesatuan
urutan cerita. Gambar seri akan sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan
25
belum diurutkan. Gambar seri akan memiliki makna setelah diurutkan
berdasarkan pola tertentu atau sesuai dengan urutan sebuah cerita (Warsito dalam
Gani, 2012:23). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diartikan bahwa gambar seri
adalah sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Gambar seri ini sangat mudah untuk didapatkan, banyak tersedia dalam
buku-buku (majalah, surat kabar, dll), mudah dimengerti, tidak mahal, serta
mudah untuk menggunakannya. Penggunaan gambar seri dirasakan sangat tepat
untuk membantu siswa dalam menghubungkan isi cerita dalam bentuk paragraf.
Dengan melihat gambar, siswa dapat menulis cerita yang baik berdasarkan
gambar tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menggunakan media gambar seri dalam
meningkatkan kemampuan siswa Kelas III SDN 3 Bongo Kecamatan Batudaa
Pantai Kabupaten Gorontalo untuk menulis cerita.
2.1.15 Tujuan Penggunaan Media Gambar Seri
Adapun tujuan dari penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran
menulis cerita adalah untuk mempercepat proses belajar mengajar, meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar, dan membuat konsep yang abstrak menjadi lebih
konkret, sehingga dapat membantu siswa menerjemahkan pesan atau ide/gagasan
yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistik. (Gani, 2012:24).
2.1.16 Manfaat Penggunaan Media Gambar Seri
Adapun manfaat dari penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran
menulis menurut Gani (2012:24) adalah :
1). Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu sesuai letak gambar seri
26
2). Membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam
belajar.
3). Dapat menarik perhatian siswa sehingga terdorong untuk lebih giat belajar.
4). Dapat membantu daya ingat siswa, dan
5). Memudahkan siswa dalam menerima pelajaran serta menuangkan ide-ide
serta gagasannya dalam bentuk cerita sesuai gambar seri.
2.1.17 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media Gambar Seri
Adapun kelebihan dari penggunaan media gambar seri, menurut Gani
(2012:25) adalah :
a). Sifatnya kongret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah,
jika dibandingkan dengan bahasa verbal.
b). Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
c). Dapat mengatasi batasan pengamatan kita
d). Dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja, dan untuk semua orang
tanpa memandang umur sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalahpahaman.
e). Harganya murah serta mudah untuk digunakan.
Adapun kelemahan dari penggunaan gambar seri adalah :
1). Hanya menampilkan persepsi indera mata dan ukurannya terbatas hanya
dapat terlihat oleh sekelompok siswa.
2). Gambar diinterpretasikan secara personal, dan subyektif.
3). Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif
dalam pembelajaran.
27
2.1.18 Langkah – Langkah Pembelajaran Media Gambar Seri
Adapun langkah – langkah pembelajaran media gambar seri adalah
sebagai berikut,
1. Menampilkan 4 buah gambar berurutan dan saling berhubungan satu dengan
lainnya.
2. Siswa memperhatikan dan menganalisa contoh cerita berdasarkan rangkaian
media gambar seri.
3. Siswa mengamati rangkaian gambar seri
4. Siswa menulis sebuah cerita berdasarkan masing-masing rangkaian media
gambar seri hingga membentuk satu kesatuan cerita
2.1.19 Kemampuan Siswa Menulis Cerita Melalui Media Gambar Seri
Pada penelitian ini siswa dilatih untuk menulis cerita dengan dibantu oleh
sebuah gambar yang berbentuk gambar seri. Siswa diharapkan mampu
mengurutkan beberapa gambar hingga berurutan dengan baik dan dapat
membentuk satu kesatuan cerita. Setelah itu, siswa diharapkan mampu menulis
cerita dari masing-masing rangkaian gambar yang sudah diurutkan, hingga
membentuk satu kesatuan cerita.
Siswa dikatakan mampu atau berhasil dalam menulis cerita, apabila isi
cerita yang telah dibuat sesuai dengan rangkaian gambar dan saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Selain itu siswa juga harus mampu mengunakan
tanda baca secara tepat, mampu mengekspresikan ide dan memiliki banyak
kosakata.
28
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Adapun kajian penelitian yang relevan dengan masalah pada penelitian
ini adalah penelitian tentang “Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Eksposisi
Melalui Gambar Seri Dengan Teknik Modeling di Kelas VI SDN No. 80 Kota
Tengah Kota Gorontalo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa
menulis paragraf eksposisi melalui gambar seri dapat ditingkatkan dengan teknik
modeling. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah memuaskan, dimana
penggunaan gambar seri dengan teknik modeling dapat meningkatkan
kemampuan siswa menulis paragraf eksposisi.
Penelitian ini dilakukan oleh Anita Sundawati pada Tahun 2008 dalam
bentuk PTK dengan hasil capaian dari observasi awal, tes akhir siklus I dan II
semuanya menunjukan ada kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil
belajar yang diperoleh dari siklus II pada penelitian tersebut mencapai 83% atau
sebanyak 34 orang siswa yang sudah mampu menulis paragraf eksposisi dengan
baik dan sisanya hanya 7 orang siswa yang belum mampu menulis paragraf
eksposisi, dari keseluruhan 41 orang siswa.
Selain kajian penelitian yang disebutkan di atas, ada juga penelitian lain
yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian ini, yakni penelitian
tentang “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi
melalui Penggunaan Media Gambar Seri di Kelas V SDN 01 Mananggu
Kabupaten Boalemo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa dalam
menulis karangan deskripsi dapat ditingkatkan melalui penggunaan media gambar
seri. Adapun hasil yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah
29
memuaskan, dimana penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Penelitian ini dilakukan oleh Sumantri A. Karim pada Tahun 2009 dalam
bentuk PTK, dengan hasil yang dicapai bahwa penggunaan media gambar seri
dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan deskripsi, dimana pada
hasil observasi awal, tes akhir siklus I dan II pada penelitian tersebut mengalami
kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari
siklus II pada penelitian tersebut mencapai 88% atau terdapat 22 orang siswa
yang telah mampu memahami materi atau mampu menulis karangan deskripsi
dengan baik, dan sisanya hanya 3 orang siswa yang belum mampu memahami
materi atau belum mampu menulis karangan deskripsi, dari keseluruhan 25 orang
siswa.
Selain kajian penelitian di atas, kajian penelitian lain yang relevan
dengan masalah pada penelitian ini adalah penelitian tentang “Meningkatkan
Kemampuan Siswa Menulis Karangan Dalam Bentuk Narasi Melalui Media
Gambar Seri Di Kelas III SDN I Biluhu Barat Kecamatan Biluhu Kabupaten
Gorontalo”, dengan permasalahan tentang kemampuan siswa menulis karangan
dalam bentuk narasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan media gambar seri.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah memuaskan, dimana penggunaan
media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan
dalam bentuk narasi.
Penelitian ini dilakukan oleh Yumi Nading pada tahun 2011 dalam
bentuk PTK dengan hasil yang dicapai bahwa penggunaan media gambar seri
30
dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan dalam bentuk narasi
yang terlihat dari hasil tes awal, tes akhir siklus I dan siklus II seluruhnya
menunjukan ada kenaikan/peningkatan. Adapun ketuntasan hasil belajar yang
diperoleh dari siklus II pada penelitian tersebut mencapai 80% atau dari 25 orang
siswa, sebanyak 20 orang siswa telah mampu menulis karangan dalam bentuk
narasi dengan baik, dan sisanya hanya 5 orang siswa yang belum mampu menulis
karangan dalam bentuk narasi dengan baik.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah disebutkan di atas, yang
menjadi hasil kajian pada penelitian tersebut adalah penggunaan media gambar
seri pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia mencapai hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti dalam penelitian ini menggunakan media
gambar seri untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo
Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten Gorontalo menghubungkan isi cerita dalam
bentuk paragraf.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian-kajian di atas, peneliti merumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut, “Jika guru menggunakan media
gambar seri, maka kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo Kec. Batudaa Pantai
Kab. Gorontalo menulis cerita akan meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja
Berdasarkan indikator kinerja, keberhasilan penelitian ini ditetapkan jika
kemampuan siswa kelas III SDN 3 Bongo Kecamatan Batudaa Pantai Kabupaten
Gorontalo menulis cerita minimal 75% dari jumlah 20 orang siswa yang