bab ii kajian teoretis dan hipotesis tindakan 2.1...

21
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar. Terkait dengan pengertian belajar, beberapa ahli mendefinisikannya sebagai berikut, Hamalik (2003:36) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hadiat (2006:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki tingkah laku ke arah yang baik melalui proses belajar yang dilakukan secara kontinu. Berdasarkan definisi ini jelas bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan sebagainya. Terkait dengan belajar Thorndike dengan S-R Bond Theorynya (dalam Hamalik 2003: 44) menyusun hukum-hukum belajar sebagai berikut : a) Hukum Pengaruh (The law of effect). Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya. b) Hukum Latihan (The law exercise). Atau prinsip use and 8

Upload: ngominh

Post on 08-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar. Terkait dengan

pengertian belajar, beberapa ahli mendefinisikannya sebagai berikut, Hamalik

(2003:36) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Hadiat (2006:1) mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki tingkah laku ke

arah yang baik melalui proses belajar yang dilakukan secara kontinu. Berdasarkan

definisi ini jelas bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu

hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada

itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan.

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang

menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah

latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan sebagainya.

Terkait dengan belajar Thorndike dengan S-R Bond Theorynya (dalam

Hamalik 2003: 44) menyusun hukum-hukum belajar sebagai berikut : a) Hukum

Pengaruh (The law of effect). Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah

tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan

penggunaannya. b) Hukum Latihan (The law exercise). Atau prinsip use and 8

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

disuse. Apabila hubungan ini sering dilatih, maka ia akan jadi kuat (Fixed). c)

hukum kesediaan/kesiapan (The Law of readiness). Apabila suatu ikatan (Bond)

siap untuk berbuat, Perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak

siap maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan/terganggu.

Hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi

dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut : 1) Anak harus mampu membuat

berbagai jawaban terhadap stimulus (mulitiple responses). 2) Belajar

Bimbing/arahkan ke suatu tingkatan yang penting melalui sikap anak itu sendiri.

3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap

stimulus yang lain (Bukan stimuli yang semula), yang oleh Thorndike disebut

dengan ”Perubahan Asosiatif” (associative shifting). 4) Jawaban-jawaban

terhadap situasi yang baru dapat dibuat apabila anak melihat adanya analogi

dengan situasi-situasi terdahulu. 5) Anak dapat mereaksi secara selektif terhadap

faktor-faktor yang esensial di dalam situasi (prepotent element) itu.

Sementara itu dalam formulasi yang lain belajar Menurut Psikologi

Gestalt. Dalam aliran ini ada istilah yang artinya sama ialah field, pattera,

organisme, closure, integration, wholistic, configuration, dan gestalt. Karena itu

psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory.

Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang

berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu

dan saling berinteralisi atau satu sama lain.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

Pandangan ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar.

Beberapa pokok yang perlu mendapat perhatian antara lain ialah : 1) Timbulnya

kelakukan adalah berkat interaksi antara individu di mana lingkungan di mana

faktor apa yang telah memiliki (natural endowment) lebih menonjol. 2) Bahwa

individu berada dalam keadaan keseimbangan dinamis, adanya gangguan terhadap

keseimbangan itu akan mendorong timbulnya kelakukan. 3) Mengutamakan segi

pemahaman (insight). 4) Menekankan kepada adanya situasi sekarang,

dimana individu menemukan dirinya. 5) yang utama dan pertama ialah

keseluruhan, dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diidentifikasi beberapa unsur

penting yang termuat dalam definisi belajar sebagai berikut : 1) Belajar pada

dasarnya merupakan suatu proses mental dan emosional yang terjadi secara sadar,

2) Belajar adalah mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara

individu dan lingkungannya baik lingkungan fisik/psikhis maupun lingkungan

sosial, 3) Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku seseorang baik dari sisi

pengetahuan, ketrampilan motorik dan penguasaan nilai (sikap). Dengan demikian

maka belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan

perubahan tingkah laku pada diri seseorang pada aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik, sebagai hasil dari kegiatan yang diperoleh melalui serangkaian

interaksi antara individu dengan lingkungannya.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA

2.1.2.1 Pembelajaran IPA

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. IPA sifatnya alami, sesuai dengan

prinsip pembelajarannya yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan

membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini

menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan

pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses

diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses

bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses

yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar

misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,

mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi

misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun

hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa

ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi

ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan

teori-teori baru.

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran

merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah

melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang

diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki

pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara

induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu

memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga

perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD

telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.

Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan

pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA,

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan

formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan

penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan

masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam Kurikulum

KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang

terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses

kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan

demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling

berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau

penemuan konsep IPA.

2.1.2.2 Hakikat Hasil Belajar

Wahyuningsih (2009 : 1) mengemukakan bahwa hasil belajar tidak dapat

dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses,

sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Dalam

konteks ini belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam

bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam

berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan

suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut

sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami

kegagalan di dalam proses belajar.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin

dicapai. Untuk meningkatkan hasil belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi

internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam

diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi

eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang

belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

Terkait dengan hasil belajar. Istilah hasil belajar berasal dari dua kata yaitu

hasil dan belajar. Terkait dengan hasil Sunarto (2009 : 1) mengemukakan bahwa

hasil adalah produk yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan.

Terkait pengertian hasil belajar, Gagne (dalam Sunarto, 2009 : 1)

menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :

kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan

keterampilan. Bloom (dalam Sunarto, 2009:1) bahwa hasil belajar dibedakan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa hasil merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat

dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, hasil

dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran.

Winkel (dalam Anneahira, 2009 : 2) mengemukakan bahwa hasil belajar

merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka hasil

belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah

melaksanakan usaha-usaha belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa hasil

belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan

usaha-usaha belajar.

Hasil belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap

peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes

atau instrumen yang relevan. Jadi hasil belajar adalah hasil pengukuran dari

penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun

kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Hasil belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik

yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses

pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Surya (dalam Wordpress, 2008 : 3) mengemukakan bahwa hasil belajar

akan tampak dalam (a) kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru,

sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar,

(b) keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya

motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti

dan kesadaran yang tinggi, (c) pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan,

dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif

sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar, (d) berfikir

asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya

dengan menggunakan daya ingat, (e) berfikir rasional dan kritis yakni

menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab

pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why), (f) sikap yakni

kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk

terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan, (g)

inhibisi (menghindari hal yang mubazir), (h) apresiasi (menghargai

karya-karya bermutu, dan i) perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan

dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was

dan sebagainya.

Hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes

evaluasi hasil belajar. Menurut Sutisna (2009 : 1) bahwa evaluasi artinya

penilaian terhadap keberhasilan siswa mencapai tuuan yang telah ditetapkan

dalam sebuah program. Dalam konteks ini evaluasi dilakukan dalam bentuk tes

hasil belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang

dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes hasil belajar berupa tes yang disusun

secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam

menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan

pendidikan formal tes hasil belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif,

tes sumatif.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Koperatif

Zuh dan Prasetya (2008:1) mengemukakan bahwa pembelajaran koperatif

adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu

struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran

siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil.

Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha

individual.

Model pembelajaran koperatif berkembang dari kebiasaan pendidikan

yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek,

pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang koperatif dan menghormati

adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam. Model

pembelajaran koperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar

pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta

keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.

Model pembelajaran koperatif bertumpu pada kerja kelompok kecil,

berlawanan dengan pembelajaran klasikal (satu kelas penuh), dan terdiri 6 (enam)

tahapan pokok: menentukan tujuan dan pengaturan, memberi informasi kepada

siswa melalui presentasi atau teks, menyusun siswa dalam kelompok belajar,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

menentukan kelompok dan membantu kelompok belajar, menguji atau melakukan

tes untuk mengetahui keberhasilan dari tugas-tugas kelompok, penghargaan baik

terhadap prestasi individu maupun kelompok. Diperlukan lingkungan

pembelajaran yang koperatif dari pada kompetitif dalam hal tugas-tugas dan

penghargaan. Dasar-dasar teoretis dan empiris mendukung penggunaan model

pembelajaran koperatif untuk tujuan pendidikan berikut: mendapatkan tingkah

laku koperatif, hasil kerja teoreitis dan memperbaiki hubungan-hubungan yang

tidak harmonis.

Perencanaan tugas berkaitan dengan pembelajaran koperatif, yang me-

nekankan pada pengorganisasian siswa untuk kelompok kerja kecil, dan

menggunakan materi pembelajaran yang beragam untuk digunakan selama

kelompok-kelompok kerja (kelompok belajar) berlangsung.

Empat variasi dari pendekatan dasar dalam pembelajaran koperatif yang

dapat digunakan adalah: Kelompok belajar siswa (STAD), JIGSAW, GI, dan

Pendekatan Struktural. Tak peduli pendekatannya, pembelajaran koperatif

dicirikan dengan kerja siswa dalam kelompok kecil, dan berorientasi pada adanya

penghargaan kelompok.

Memimpin pembelajaran koperatif mengubah peranan guru dari sebagai

pusat pembicara atau pembicara utama menjadi choreographer dalam aktivitas

kelompok kecil. Kelompok kerja kecil menimbulkan suatu tantangan pengelolaan

bagi guru. Guru harus membantu siswa melakukan transisi di dalam kelompok

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

kecil mereka, mengatur kelompok kerja mereka, dan mengajarkan keterampilan

penting, yakni keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.

Assesmen atau tugas-tugas evaluasi menggantikan pendekatan tradisional

kompetitif dalam model pembelajaran lain dengan penghargaan individual dan

kelompok. Cara-cara lain (seperti surat berita, presentasi kelompok) perlu ada

sebagai penghargaan dan penyelesaian koperatif siswa. Pembelajaran koperatif

merupakan paradigma pembelajaran yang menekankan pada aktivitas anak untuk

saling bekerjasama dengan temannya dalam memahami konsep pembelajaran

yang disajikan guru. Slavin dalam Karuru (2002:3) mengemukakan bahwa

pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran koperatif

secara ekstensif, atas dasar teori bahwa anak akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan

konsep-konsep itu dengan temannya.

Menurut Thomson, et al dalam Karuru (2002:3) bahwa pembelajaran

koperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di

dalam pembelajaran koperatif anak belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang

terdiri dari 4 atau 5 anak, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok

heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku

Hal ini bermanfaat untuk melatih anak menerima perbedaan pendapat dan bekerja

dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran koperatif

diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

kepada teman sekelompok dengan baik, anak diberi lembar kegiatan yang berisi

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995:14)

Menurut Ibrahim (2000 : 6) mengemukakan bahwa unsur – unsur dasar

pembelajaran koperatif adalah sebagai berikut :

1. Anak dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan bersama “.

2. Anak bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti

milik mereka sendiri.

3. Anak haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama.

4. Anak haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara

anggota kelompoknya.

5. Anak akan dievaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Anak berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk

belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Anak akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok koperatif.

Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model koperatif dapat

memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a. Anak bekerja dalam kelompok secara koperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

b. Kelompok dibentuk dari anak yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin berbeda – beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada penghargaan secara

individu.

Menurut Slavin (Mukarto (2006:1) bahwa pembelajaran koperatif adalah

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas

dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk

memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran koperatif

adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa

bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan

teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari

sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi

teman yang lain. Jadi Pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran koperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk

menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara koperatif,

2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa

ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4)

penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Dalam pembelajaran koperatif, dua atau lebih individu saling tergantung

satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim (2000:3)

mengemukakan bahwa siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan

hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota

berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang

bekerja dalam situasi pembelajaran koperatif didorong untuk bekerjasama pada

suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk

menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran koperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting. Menurut Ibrahim (2000:3 tujuan

pertama pembelajaran koperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih

mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki

orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran

koperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain

perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting

ketiga dari pembelajaran koperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya,

mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Menurut Ibrahim, (2000 : 7) pembelajaran koperatif memiliki dampak

yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu

memberikan peningkatan kemampuan memahami materi yang signifikan. Cooper

(dalam Ibrahim, 2000 : 6) mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran

koperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara

aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan

siswa terhadap materi pembelajaran.

Dalam pembelajaran koperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi

anak juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan

koperatif. Keterampilan koperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan

kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas

anggota kelompok selama kegiatan. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa

pembelajaran koperatif merupakan suatu model pembelajaran yang merupakan

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi tertentu.

2.1.4 Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan

Hasil belajar Dalam Bumi dan alam semesta pada Pembelajaran IPA

Model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan hasil belajar dalam

bumi dan alam semesta pada pembelajaran IPA didasarkan pada asumsi bahwa

belajar akan bermakna apabila siswa dapat menyatu dengan lingkungan

belajarnya. Kegiatan belajar demikian disebut belajar aktif dan kreatif. Melalui

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

konteks ini siswa belajar dari pengalamannya dengan lingkungan belajarnya dan

mengintegrasikan apa yang dipelajarinya dengan apa yang sudah ada pada dirinya.

Pembelajaran koperatif menurut Tatiek (2002: 131) sangat cocok dipakai

untuk memotivasi siswa untuk belajar, terutama bahan pelajaran yang dipelajari

kurang menarik. Pada pembelajaran IPA banyak hal atau konsep yang perlu

diketahui misalnya peraturan daerah, sistem pemerintahan untuk sistem

pemerintahan, siswa perlu mengenal tugas kepala daerah, sumber pendapatan

belanja daerah. Aspek ini perlu menjadi masukan mereka sejak awal, sehingga

kemungkinan besar di antara mereka akan ada yang berpikir secara inovatif untuk

menaikkan taraf kesejahteraan hidup rakyat di masa mendatang.

Pembelajaran koperatif dalam IPA dapat dilakukan dengan menggunakan

model koperatif tipe STAD. Pembelajaran koperatif dengan tipe Student Team

Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran koperatif

yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan

empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin

dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis

mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan

diterapkan dalam pembelajaran IPA.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tipe STAD, dilakukan beberapa hal

sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

a) Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok.

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar

jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok koperatif.

Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah

maksimal 4-6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada:

(1). Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)

Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat

pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari

siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang. (2). Jenis kelamin, latar

belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

b) Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut : (1) Pendahuluan,

di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan

menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa

tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. (2) Pengembangan,

Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa

dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan

hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah.

Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain. (3)

Praktek terkendali Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi

dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak

untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam

memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

c) Kegiatan kelompok, Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai

bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga

digunakan untuk melatih koperatif. Guru memberi bantuan dengan

memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.

d) Evaluasi, Dilakukan selama 45 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa

yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi

digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai

nilai perkembangan kelompok.

e) Penghargaan kelompok, Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan

pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti

kelompok baik, hebat dan super.

f) Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok. Satu periode

penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai

skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar

siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.

Pembelajaran koperatif tipe STAD yang digunakan dalam pembelajaran

IPA akan mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran ini karena siswa

belajar secara kelompok dan masing-masing anggota kelompok memiliki

kewajiban untuk bekerja dan memahami materi dengan baik agar dapat

memberikan kontribusi bagi nilai kelompok. Dengan demikian maka siswa akan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

memiliki kemampuan individu yang baik dan akan member kontribusi yang

positif bagi kelompoknya.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan Hasil belajar Siswa dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu diantaranya:

1. Sudrajat tahun 2007 dalam tesisnya yang berjudul penerapan model

kooperative STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Cikarang Jababeka Bekasi

menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperative tipe STAD mampu

meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil

belajar siswa secara signifikan melalui 2 siklus penelitian.

2. Rahmat Miolo tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul, meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami materi IPA dengan menggunakan tipe

STAD pada siswa kelas VI SDN 2 Modelidu menyimpulkan bahwa

kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan

menggunakan tipe STAD.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hal-hal dalam kajian teoritis tersebut, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika digunakan pembelajaran koperatif tipe

STAD maka hasil belajar pada materi bumi dan alam semesta di kelas IV MIM

Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo akan meningkat”.

2.4 Indikator Kinerja

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/6150/5/2012-1-86206-151408011-bab2-27082012013828.pdf · 3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik

Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: “Apabila 85%

dari jumlah siswa sudah memiliki hasil belajar yang baik pada materi bumi dan

alam semesta, atau meningkat dari 47.62% menjadi 85,71% atau dari 10 orang

siswa menjadi 18 orang siswa dari jumlah 21 orang siswa.