bab ii kajian teoretis 2.1 hakekat berbicara 2.1.1...

25
6 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 Pengertian Berbicara Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan, telah disebutkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas,2006:1) bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama. (KBBI, 2005:165). Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Menurut Fuji (2013) Keterampilan berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa dalam bentuk lisan. Keterampilan ini melatih siswa untuk mengeluarkan ide/pendapat melalui alat ucapnya. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal

Upload: volien

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Hakekat Berbicara

2.1.1 Pengertian Berbicara

Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab

di dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain.

Bahkan, telah disebutkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

(Depdiknas,2006:1) bahwa hakikat pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah

menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi

laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra

berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama. (KBBI, 2005:165).

Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran,

melisankan sesuatu yang dimaksudkan.

Menurut Fuji (2013) Keterampilan berbicara adalah salah satu

keterampilan berbahasa dalam bentuk lisan. Keterampilan ini melatih siswa untuk

mengeluarkan ide/pendapat melalui alat ucapnya. Dengan berbicara manusia

dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu tidak jauh-jauh

dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi

dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di

antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal

menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi non verbal

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

7

menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan

sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien,dan efektif.

Menurut Tarigan (2006 :15) Berbicara adalah kemampuan dalam

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Di dalam kegiatan berbicara

terdapat lima unsur yang terlibat yaitu: Pembicara, Isi pembicaraan, Saluran,

Penyimak (pendengar), dan Tanggapan dari penyimak. Perkuliahan.com (2011)

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan

siswa dan di dahului dengan proses menyimak.

Menurut Suhartono (2005 : 21) Berbicara merupakan bentuk perilaku

manusia yang memanfaatkan faktor – factor fisik, psikologis, neurologis,

semantik, dan linguistik. Pertama, faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan

bunyi bahasa, seperti kepala, tangan, dan roman muka yang dimanfaatkan dalam

berbicara. Kedua, faktor psikologis dapat mempengaruhi terhadap kelancaran

berbicara. Oleh karena itu stabilitas emosi tidak hanya berpengaruh terhadap

kualitas suara tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.

Dari beberapa defenisi tersebut di atas, apapun defenisi dan siapa pun yang

mengemukakannya semua mengacu dan memberi penekanan kepada kemampuan

menggunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik dengan memberikan sentuhan

gaya (seni) didalam penyampaiannya dengan tujuan untuk memikat/menggugah

hati pendengarnya dan mengerti dan memahami pesan yang disampaikannya.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

8

2.1.2 Prosedur Kegiatan Berbicara

Di dalam kegiatan berbicara ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

sebelum berbicara diantanya : The_jar (2012)

a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.

b. Membatasi pokok pembicaraan.

c. Mengumpulkan bahan-bahan.

d. Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan)

e. Melakukan Presentasi

Kemampuan berbicara siswa bervariasi, mulai dari taraf baik atau lancar,

sedang gagap atau kurang. Kenyataan tersebut sebaiknya dijadikan landasan

berbicara di sekolah. Pengajaran berbicarapun harus berlandaskan konsep dasar

berbicara sebagai sarana berkomunikasi. Menurut Ozie Jaak Bah (2012) Di dalam

kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:

a. Pembicara

b. Isi pembicaraan

c. Saluran

d. Penyimak, dan

e. Tanggapan penyimak

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup Sembilan

hal, yakni:

1. Berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,

2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi,

3. Berbicara adalah ekspresi kreatif,

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

9

4. Berbicara adalah tingkah laku,

5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,

6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,

7. Berbicara sarana memperluas cakrawala,

8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,

9. Berbicara adalah pancaran kepribadian.

2.1.3 Jenis-Jenis Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan

berbagai jenis berbicara. Antara lain : diskusi, percakapan, pidato menjelaskan,

pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya. Ismayanti Said (2013) Berdasarkan

pengamatan minimal ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi

berbicara. Kelima landasan tersebut adalah :

a. Situasi.

Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan

tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula

bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut

berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus

berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal

banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi : (1) tukar pengalaman,

(2) percakapan, (3) menyampaikan berita, (4) menyampaikan pengumuman, (5)

bertelepon, dan (6) memberi petunjuk. Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

10

formal meliputi : (1) ceramah, (2) perencanaan dan penilaian, (3) interview, (4)

prosedur parlementer, dan (5) bercerita.

b. Tujuan.

Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar

ataupun penyimak. Pada umumnya tujuan setiap orang berbicara adalah untuk

menghibur, menginformasikan, menstimulasikan (memotivasi), meyakinkan, atau

menggerakkan pendengarnya.

c. Metode penyampaian.

Ada empat cara yang bisa digunakan siswa dalam menyampaikan

pembicaraannya, antara lain: (1) penyampaian secara mendadak, (2) penyampaian

berdasarkan catatan kecil, (3) penyampaian berdasarkan hafalan, dan (4)

penyampaian berdasarkan naskah.

d. Jumlah penyimak.

Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah

peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi

misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang

(kelompok besar).

e. Peristiwa khusus.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai

kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus,

istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun,

perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu

berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis, (1) pidato presentasi,

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

11

(2) pidato penyambutan, (3) pidato perpisahan, (4) pidato jamuan (makan malam),

(5) pidato perkenalan, dan (6) pidato nominasi (mengunggulkan).

Dalam artikel lentera kecil (2011) jenis berbicara sebagai berikut: bicara

berdasarkan tujuan, situasi, berdasarkan cara penyamaian, dan berbicara

berdasarkan jumlah pendengar.

Berbicara dapat di lakukan dimana saja kapan saja namun harus

disesuaikan dengan situasi, bagaimana cara penyampaian, tujuan, dan berdasarkan

pendengar atau penyimak.

2.1.4 Keefektifan Berbicara

Berbicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang melibatkan

beberapa faktor di antaranya, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan

mempraktikkan, motivasi, dan bimbingan. Apabila salah satu faktor tidak dapat

dikuasai dengan baik, akan terjadi kelambatan dan mutu bicara akan menurun.

Semakin tinggi kemampuan seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik

pula penampilan dan penguasaan berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah

kemampuan seseorang untuk menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula

penguasaan berbicaranya. Akan tetapi, sangat sulit bagi kita untuk menilai faktor-

faktor itu karena sulit diukur.

Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung dapat diamati

dalam konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan berbicara dapat

dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji kemampuan siswa dalam

mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang mereka

ketahui dan dapat mereka lakukan) pada berbagai situasi nyata dan konteks

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

12

tertentu. Louanne Johnson (2004 : 47) Penilaian kinerja mempunyai dua

karakteristik dasar yaitu: (1) siswa diminta untuk mendemonstrasikan

kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu

aktivitas (perbuatan), misalnya berpidato, (2) produk dari penilaian kinerja lebih

penting dari pada kinerja (performancenya). Penilaian mengenai apakah yang

akan dinilai itu produk atau kinerjanya akan sangat bergantung pada karakteristik

domain yang diukur. Dalam bidang sastra, misalnya acting dan menari, kinerja

dan produknya sama penting.

Menurut Nurgiyantoro, (2005: 156) Penilaian mengenai kemampuan

kinerja dapat juga dilakukan dengan menggunakan seperti skala penilaian (rating

scale). Walaupun cara ini serupa dengan checklist, tapi skala penilaian

memungkinkan penilai menilai kemampuan siswa secara kontinyu tidak lagi

dengan model dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini sama – sama

berdasarkan pada beberapa kumpulan keterampilan atau kemampuan kerja yang

hendak diukur checklist hanya memberikan dua katagori penilaian, sedangkan

skala penilaian memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak ada

tiga jenis skala penilaian, yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic rating

scale, dan (3) descriptive rating scale. Selain itu, ada pula alat penilaian dalam

berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen

tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini adalah

deskripsi masing-masing komponen.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

13

a. Tekanan.

1) Ucapan sering tak dapat dipahami.

2) Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan

pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang.

3) Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan

menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalah pahaman.

4) Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak

menyebabkan kesalah pahaman.

5) Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan standar.

6) Ucapan sudah standar.

b. Tata bahasa.

1) Penggunaan tata bahasa hampir selalu tidak tepat.

2) Ada kesalahan dalam pemgunaan pola-pola pokok secara tetap yang

selalu mengganggu komunikasi.

3) Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat

yang dapat mengganggu komunikasi.

4) Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu,

tetapi tidak mengganggu komunikasi.

5) Sedikit terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.

6) Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan

wawancara.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

14

c. Kosakata.

1) Penggunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang paling

sederhana sekalipun.

2) Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal

(waktu, makanan, transportasi, keluar).

3) Pemilihan kosakata sering tidak tepart dan keterbatasan

penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam masalah

sosial dan profesional.

4) Penggnaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah

tertentu, tetapui penggunaan kosakata umum terasa berlebihan.

5) Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum

tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial.

6) Penggunaan kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat sekali.

d. Kelancaran.

1) Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.

2) Pembicaraan sangat lambat dan kurang efektif kecuali untuk kalimat

pendek dan rutin.

3) Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.

4) Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata kadang-

kadang tidak tepat.

5) Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang efektif.

6) Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

15

e. Pemahaman.

1) Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.

2) Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan

dan pengulangan.

3) Memahami percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu

masih perlu penjelasan dan pengulangan.

4) Memahami percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang

mesih perlu pengulangan dan penjelasan.

5) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang

bersifat kedaerahan (bahasa daerah).

6) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal dan kedaerahan.

2.1.5 Aspek – aspeek yang di nilai dalam berbicara

Menurut Burhan (2005 : 94) ada beberapa aspek yang dinilai pada saat

anak berbicara diantaranya sebagai berikut:

a. Ketepatan pengucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat

mengalihkan perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang

digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya

bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan,

dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok,

dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

16

Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya,

pengucapan untuk akhiran kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita

belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai

oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian

juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang

mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya. Pengucapan bunyi-bunyi

bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang

menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian

pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh.

b. Ketepatan intonasi

Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan

merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,

dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.

Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menim-

bulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang.

Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata.

Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua

dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya

kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu

kedengarannya janggal.

c. Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas

maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

17

akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah

dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif

daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal dari bahasa

asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,

namun menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus

disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara

(pendengar).

d. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar

menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara

terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-

bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya

menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu

cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya.

Buguruesde (2012) Aspek lainya yang dinilai didalam berbicar terdiri atas aspek

kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas ucapan atau lafal,

tekanan kata, nada, dan irama persendian, koskata atau ungkapan dan versi

kalimat atau struktur kalimat. Aspek non kebahasaan terdiri dari kelancaran

penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban semangat dan sikap. Dari

pendapat di atas penilaian dapat dilakukan dengan melihat struktur kalimat,

pilihan kata, intonasi, dan kelancara.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

18

2.1.6 Manfaat Berbicara

Menurut Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki

keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial

maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial

antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu

menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan - pertanyaan, menyampaikan

fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Berbicara adalah

bagaian dari keterampilan dari berbahasa berikut manfaat dari berbicara.

Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa akan dapat menyampaikan ide,

pikiran, gagasan, dan perasaannya kepada siswa lain. Manfaat berbicara

diantaranya adalah sebgai berikut :

1. Diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung

perasaan lawan bicara.

2. Mempunyai banyak sahabat sebab dapat berkomunikasi dengan baik dan

menarik

3. Dapat menyumbangkan fikiran yang berharga bagi teman-teman yang

memerlukan berkat kepandaiannya menyampaikan gagasan dan cara

pemecahannya.

4. Mempunyai kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan

kemampuan berbicara dengan orang yang dipimpinnya.

5. Mempunyai peluang yang lebih sukses dalam mencari ilmu dan

memberikan ilmu kepada siswa lain.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

19

6. Mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang

ada kaitannya dengan siswa lain karena kemampuannya berbicara atau

berkomunikasi.

Sementara itu menurut Luthfi Bachtiar (2012) Berbicara sebagai suatu

keterampilan berbahasa, berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi, berbicara

sebagai seni dan ilmu. Berdasarkan kenyataan sehari-hari, maka manfaat

kemampuan berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang siswa. Dengan

demikian, kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil

berbicara sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak.

2.1.7 Langkah – langkah Dalam Berbicara

Slamet Suyanto (2005 : 172) menyatakan bahwa untuk melatih siswa

berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang

memungkinkan siswa berinteraksi dengan teman atau siswa lain. Guru dapat

mendisain berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa mengungkapkan ide,

perasaan, dan emosinya. Implikasi didalam berbicara Produksinya berupa ujaran-

ujaran yang sesuai dengan situasi sosial, situasi sosial itu berhubungan dengan

dengan langkah: (a) siapa yang berbicara, (b) dengan siapa berbicara, (c) apa yang

dibicarakan, (d) bagaimana membicarakan, (e) kapan dan di mana dibicarakan,

dan (f) menggunakan media apa dalam membicarakan. Sementara itu menurut

Rahmat (2013) Guru menjadi model untuk siswa, Menerapkan pembelajaran

dengan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik) dan adanya

langkah penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Dari langkah –

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

20

langkah ini siswa dan guru mampu memposisikan dirinya didalam proses

pembelajaran yang dijalankan.

2.1.8 Tujuan berbicara

Menurut Moelichatoen (2005 ; 85) tujuan berbicara pada siswa :

a) Menguasai bahasa reseptif. Mendengarkan dan memahami apa yang di

dengar meliputi ; memahami perintah, menjawab pertanyaan mengikuti

urutan peristiwa.

b) Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi : menguasai kata – kata baru,

menggunakan pola bicara orang dewasa.

c) Berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, berbicara sendiri atau

berbicara kepada orang lain.

d) Keasikan menggunakan bahasa. Bahan dan peralatan yang dapat digunakn

dalam kaitan pengembangan keterampilan bahasa adalah segala sesuatu

yang dapat mengembangkan gambaran mental tentang apa yang didengar

seperti suara angin, mobil dsb.

Seorang pembicara pada dasarnya terdiri dari empat hal yang diperlukan

dalam menyatakan pendapatnya kepada siswa lain. Pertama, sang pembicara

merupakan suatu kemauan, suatu maksud, yang diinginkannya dimiliki oleh siswa

lain, yaitu suatu pikiran. Kedua, sang pembicara adalah pemakai bahasa,

membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara

adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, yang menyampaikan

maksud dan kata-katanya kepada siswa lain melalui suara. Tujuan berbicara

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

21

adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan, sesuatu hal pada

pendengarnya.

2.2 Hakikat Medode Diskusi

2.2.1 Pengertian Metode Diskusi

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau

metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos

(jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk

mencapai tujuan tertentu.

Kata “Diskusi” berasal dari bahasa latin yaitu “Discussus” yang berarti “to

examine” “Invertigate” ( Memerisa / menyelidiki ). Dalam pengertian umum

diskusi ialah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang

berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau

sasaran yang sudah tertentu melalui secara tukar menukar informasi ( Information

Sharing), mempertahankan pendapat (Self Maintenance), atau pemecahan masalah

( Problem Solving ). Menurut Teacher Creative corner tentang diskusi ( 2011)

Diskusi adalah proses interaksi tingkat tertinggi yang merangsang daya fikir,

logika, kritis dan santun. Dalam kegiatan ini sejelek apapun pendapat, sanggahan

dan klarifikasi siswa adalah hal yang maha baik dalam memulai suatu sikap peka

terhadap lingkungan dan isu-isu tertentu dalam mencari jalan keluar. Dimana

sudah barang tentu merupakan kreatifitas yang sangat layak mendapat

penghargaan.

Menurut Nana Sudjana (2004 :79) Diskusi pada dasarnya ialah tukar

menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

22

maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti

tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan

bersama. Disamping itu menurut M. Atar Semi (2009 : 10) Diskusi adalah suatu

percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran pikiran antra dua orang atau

lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan atau kecocokan dalam usaha

memecahkan masalah yang dihadapi. Sementara itu menurut Muchlisin (2013)

Metode diskusi adalah cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana guru

memberikan kesempatan kepada para siswa/ kelompok-kelompok siswa yang

mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat

kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Metode diskusi ini sangat tepat untuk memberikan motivasi dan semangat belajar

tinggi kepada siswa.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan metode diskusi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2007: 12) mengemukakan kelebihan

dan kekurangan metode diskusi :

a. Kelebihan metode diskusi :

1) Melatih siswa untu berbicara mengemukanan pendapat.

2) Menyadarkan siswa bahwa berdiskusi mereka saling mengemukakan

pendapat secara kontruktif sehingga dapat di peroleh keputusan yang

lebih baik.

3) Membiaskan siswa untuk mendengarkan pendapat siswa lain sekalipun

berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

23

4) Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai

jalan dan bukan dengan satu jalan (satu jawaban saja).

b. Kekurangan metode diskusi :

1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

2) Peserta diskusi dapat informasi yang terbatas.

3) Dapat dikuasai oleh siswa – siswa yang suka berbicara dan

4) Biasanya siswa menghendaki pendekatan yang lebih formal.

Sementara itu Menurut Subroto (2002 : 185) ada beberapa kelebihan dan

kelemahan metode diskusi, kelebihan metode diskusi yakni : Metode diskusi

melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar. Setiap siswa dapat

menguji pengetahuan dan penguasaan pada bahan pelajarannya masing-

masing. Metode diskusi dapat menumbuh dan mengembangkan cara berpikir dan

sikap ilmiah. Dengan mengajukan dan mempertahanka pendapatnya dalam diskusi

diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan)

diri sendiri. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap

sosial dan sikap demokratis para siswa.

Sedangkan kelemahannya adalah diskusi tidak dapat diramalkan

sebelumnya mengenai bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan

siswa dan partisipasi anggota-anggotanya dalam diskusi. Suatu diskusi

memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari

sebelumnya. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa

yang menonjol. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, akan tetapi

hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. Diskusi

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

24

yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa

dikejar-kejar waktu.

Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi

sehingga hasilnya tidak bermanfaat. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa

sudah berani mengemukakan pikiran mereka maka biasanya sulit untuk

membatasi pokok masalahnya. Sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani

mengemukakan pendapatnya. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan

mempengaruhi setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

2.2.3 Manfaat Metode diskusi

Menurut Sofyan Mustari (2012) manfaat dari diskusi (1) siswa dapat

memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab

dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit. (2) siswa dapat

menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan,

dan bersikap tertentu. (3) siswa dapat menganalisis bersama suatu masalah dan

mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan

yang tepat. (4) siswa dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari siswa

lain, dapat belajar dari siswa lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap,

cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain. (5) siswa dapat saling

mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai. (6) siswa dapat

belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat siswa lain.

(7) siswa dapat belajar berorganisasi baik sebagai anggota maupun staf pimpinan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

25

Diskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara

pemecahannya. Sementara itu menurut Wina Sanjaya, (2007 : 53). manfaat lain

dari berdiskusi diantaranya adalah :

1. Siswa dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah

atau sebab-sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang

sulit.

2. Siswa dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan,

kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.

3. Siswa dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-

alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.

4. Siswa dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain,

dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara

bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.

5. Siswa dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling

menghargai.

6. Siswa dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai

pendapat orang lain.

7. Siswa dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf

pimpinan.

Dengan berdiskusi manfaat yang didapat buka saja untuk guru namun juga

kepada siswa sebagai peserta dalam diskusi tersebut.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

26

2.2.4 Langkah-Langkah Pengunaan Metode Diskusi

Menurut Wina Sanjaya, (2007 : 156) langkah – langkah Penggunaan

metode diskusi yakni adanya persiapa, pelaksanan, dan menutup diskusi. Dalam

hal ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan guru sebelum diskusi

dilakukakan seperti:

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan

pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.

2. Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok diskusi, memilih

pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan sebagainya (bila

perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan sebagainya.

3. Para siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing sedangkan guru

berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk menjaga serta

memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok

berpartisipasi aktif supaya diskusi berjalan dengan lancar.

4. Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil

diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa (terutama bagi

kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap

laporan-laporan tersebut.

5. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan para guru mengumpulkan

hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah siswanya mencatat untuk

fail kelas.

Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan

diskusi berjalan dengan baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi:

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

27

1. Penunjuk jalan

Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai

kemajuan di dalam diskusi. Guru merumuskan jalannya diskusi andaikata terjadi

penyimpangan dari masalah. Apabila guru mengalami dalam diskusi terjadi

jawaban buntu, maka guru meluangkan jalan bagi siswa sehingga diskusi berjalan

dengan lancar.

2. Pengatur lalu lintas

Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota

diskusi, guru menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini

biasanya diadakan urutan-urutannya atau terjamin, guru menjaga supaya diskusi

jangan hanya semata-mata dikuasai oleh siswa - siswa yang gemar berbicara, guru

terhadap siswa yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya ia

berani mengeluarkan pendapatnya.

3. Diding penangkis

Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang

diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan

yang harus diberikan kepadanya. Dia hanya boleh menjawab pertanyaan yang

tidak dapat dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan agar semua peserta

diskusi dapat menjawabnya. Sementara itu Wawan Suandi (2013) (1) Guru

mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan

seperlunya, Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan ditentukan

bersama-sama oleh guru dan siswa. (2) Dengan pimpinan guru para siswa

membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi. (3) Para

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

28

siswa berdiskusi dalam kelompok, sedangkan guru menjaga ketertiban dan dapat

memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok

dapat berpartisipasi aktif dan agardiskusi berjalan lancar. (4) Kemudian tiap

kelompok melaporkan hasil diskusinya. (5) Akhirnya para siswa mencatat hasil

diskusi,dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok. Dengan

menggunakan metode diskusi ini siswa dapat mengembangkan sikap toleransi,

demokrastis, berpikir kritis, sistematis dalam memecahkan suatu persoalan.

2.2.5 Tujuan Penggunaan Metode Diskusi

. Di dalam setiap diskusi yang di laksana memiliki tujuan menurut Sibage

(2013) diantaranya:

a. Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan

pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada

pendapat siswa lain (Siswa dilatih berpikir dan memecahkan masalah

sendiri).

b. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, dalam hal ini siswa

melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang

suatu masalah bersama.

d. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi

dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.

Menurut Shvoong.com tentang tujuan metode diskusi digunakan (2011)

Melalui metode diskusi tujuan pengajaran selain untuk mencari dan menemukan

jawaban yang benar dan setepat-tepatnya juga dimaksudkan untuk : a) Dapat

menemukan cara baru yang ditempuh dalam menyelesaikan masalah yang

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

29

dihadapi bersama. b) Mengumpulkan fakta dan pendapat-pendapat dari para

peserta atau pihak yang diminta keterangan. c) Merumuskan hasil diskusi dan

kemungkinan tindak lanjut yang dapat direalisasikan. Dari pendapat diatas tujuan

diskusi adalah melatih siswa dan mampu memeberi motivasi di dalama proses

pembelajaran.

2.2.6 Kajian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini :

Apson Matandatu (2010), dalam skripsinya yang berjudul

“Meningkatkan Kemampuan berbicara melalui Metode diskusi pada siswa kelas V

SD Inpres Kelapa Lima Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuato ” Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa metode diskusi dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini Nampak pada hasil siklus

dengan rincian pada obserfasi awal 5 orang (38%), siklus I 7 orang (54%) dan

siklus II 10 orang (77%) dengan jumlah siswa 13 orang. Hasil penelitian dengan

penelitian yang saya lakukan tidak berbeda karena memiliki kesamaan akan tetapi

perbedaannya adalah pada jenjang kelas penelitian yang dilakukan berbeda. Saya

melakukan penelitian di kelas IV. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Apson Matandatu di kelas V.

Rita Musa (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan

kemanpuan berbicara melalui metode simulasi pada siswa kelas IV SDN

POHUATO. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam 2 siklus. Metode yang dilakukan adalah deskriftif kualitatif dengan data

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Berbicara 2.1.1 ...eprints.ung.ac.id/2548/5/2013-1-86206-151411300-bab2... · menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi,

30

yang di peroleh yakni data obserfasi awal kemampuan bicara siswa hanya 25% 6

orang dari 25 setelah dilaksanakan siklus I terjadi peningkatan 35% atau 11 orang

dan pada siklus kedua kemampuan siswa meningkat menjadi 81% atau 21 orang

siswa yang meningkat kemampuan bicaranya melalui metode simulasi.

Raimun Eraku (2010), dalam skripsinya yang berjudul “Meningkatkan

Kemampuan berbicara siswa melalui Metode bermain peran di kelas IV SD

Milangodaa Kecamatan Popayato Timur Kabupaten Pohuato”. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa Metode bermain peran dapat digunakan untuk meningkatkan

keterampilan berbicara siswa. Hal ini Nampak pada hasil siklus dengan rinciann

pada obserfasi awal 11 orang (44%), siklus I 15 orang (63%) dan siklus II 21

orang (85%) dengan jumlah siswa 25 orang. Hasil penelitian dengan yang saya

lakukan tidak jauh berbeda karena memiliki kesamaan, akan tetapi perbedaannya

adalah penelitian menggunakan metode bermain peran sementara saya

menggunakan metode diskusi.

Dari tiga penelitian tentang berbicara masing – masing memiliki metode

penelitian yang berbeda. Jika Apson Matandatu dalam skripsinya yang berjudul

meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode diskusi pada siswa keas V

penelitian saya mengacu pada kemampuan siswa berbicara menggunakan metode

diskusi di kelas IV SD, Rita Musa dengan metode simulasi dan Raimun Eraku

dengan metode bermain peran maka peneliti dengan metode diskusi.