bab ii kajian pustaka, konsep, landasan teori, … ii.pdf · english language. penelitian ini...

36
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL PENELITIAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bagian ini terdapat lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut ini merupakan kajian dari penelitian-penelitian tersebut. Penelitian pertama adalah penelitian Swardiani (2007) yang berjudul The Use of Draw a Story Technique to Improve Students’ Ability in Writing Descriptive Paragraph: a Classroom Based Action Research at Grade Eight of SMP N 1 Sukasada. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan terdapat 36 peserta didik yang diplih sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan adalah draw a story technique untuk meningkatkan keterampilan menulis peserta didik. Sebelum mengimplementasikan teknik tersebut dalam proses pembelajaran, tes praobservasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik, khususnya pada kemampuan menulis teks deskriptif. Selanjutnya, hasil tes, yaitu prates, tes pertama dan tes kedua dibandingkan untuk mengetahui peningkatan yang dialami oleh peserta didik dalam menulis teks deskriptif. Berdasarkan hasil ketiga tes tesebut, terdapat peningkatan nilai-nilai dari prates hingga tes kedua yang dilakukan. Pada prates ditemukan bahwa persentase nilai rerata peserta didik hanya 43,83%. Kemudian pada tes pertama, persentase nilai rerata peserta didik meningkat menjadi 56,25%. Selanjutnya pada tes kedua persentase nilai rerata peserta didik meningkat menjadi 66,25%. 10

Upload: doandung

Post on 09-Mar-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL

PENELITIAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Pada bagian ini terdapat lima penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini. Berikut ini merupakan kajian dari penelitian-penelitian tersebut.

Penelitian pertama adalah penelitian Swardiani (2007) yang berjudul The

Use of Draw a Story Technique to Improve Students’ Ability in Writing

Descriptive Paragraph: a Classroom Based Action Research at Grade Eight of

SMP N 1 Sukasada. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan terdapat 36

peserta didik yang diplih sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan adalah

draw a story technique untuk meningkatkan keterampilan menulis peserta didik.

Sebelum mengimplementasikan teknik tersebut dalam proses pembelajaran, tes

praobservasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik,

khususnya pada kemampuan menulis teks deskriptif. Selanjutnya, hasil tes, yaitu

prates, tes pertama dan tes kedua dibandingkan untuk mengetahui peningkatan

yang dialami oleh peserta didik dalam menulis teks deskriptif. Berdasarkan hasil

ketiga tes tesebut, terdapat peningkatan nilai-nilai dari prates hingga tes kedua

yang dilakukan. Pada prates ditemukan bahwa persentase nilai rerata peserta didik

hanya 43,83%. Kemudian pada tes pertama, persentase nilai rerata peserta didik

meningkat menjadi 56,25%. Selanjutnya pada tes kedua persentase nilai rerata

peserta didik meningkat menjadi 66,25%.

10

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

11

Berdasarkan hasil kajian pada penelitian yang dilakukan oleh Swadiani

(2007), ditemukan tiga persamaan dengan penelitian ini, seperti keterampilan

yang dikaji adalah keterampilan menulis pada teks deskriptif. Selain itu, penelitian

sejenis pertama dan penelitian ini juga melakukan dua kali tes, yaitu pre-test dan

post test. Selanjutnya, subjek penelitian adalah sama, yaitu peserta didik kelas

VIII pada jenjang SMP. Di sisi lain, terdapat pula tiga perbedaan antara penelitian

yang dilakukan oleh Swadiani dan penelitian ini. Pertama, dilihat dari metode

penelitian, Swadiani menggunakan metode penelitian tindakan kelas melalui dua

siklus pada satu kelas yang berjumlah 36 peserta didik, sedangkan penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksperimen yang menggambil dua kelas sebagai

subjek penelitian yang nantinya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

experimental group dan control group. Kedua, strategi yang diterapkan untuk

menunjang penelitian masing-masing. Dalam penelitian itu Swadiani memilih

draw a story technique, sedangkan peneltian ini memilih strategi tell and show

sebagai strategi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Yang terakhir,

jika dilihat dari sisi linguistiknya, penelitian yang dilakukan oleh Swadiani tidak

terlalu memfokuskan aspek linguistik sebagai objek penelitiannya, sedangkan

penelitian ini lebih difokuskan pada kajian linguistik dengan menggunakan teori

analisis wacana, khususnya penanda kohesi yang mendukung koherensi teks akan

dapat diterapkan di kelas.

Penelitian kedua yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Ginting dan Sitanggang (2012) yang berjudul

Improving Students’ Achievement in Writing Descriptive Paragraph through

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

12

Semantic Mapping Technique. Penelitian tersebut juga merupakan penelitian

tindakan kelas yang mengambil subjek peserta didik kelas IX sebanyak 30 orang

di SMP St. Petrus Medan. Pada penelitian tindakan kelas ini empat elemen dari

Lewin (1994) dalam Ginting dan Sitanggang (2012:7) digunakan sebagai

landasan, yaitu, planning, acting, observing, and reflecting. Berdasarkan hasil

penelitian itu diketahui bahwa terdapat tahapan peningkatan pada hasil teks

deskriptif dari tes orientasi, tes pertama, hingga tes kedua, yaitu tes yang

dilakukan setelah diterapkannya semantic mapping technique di dalam kelas. Hal

ini dibuktikan dengan perolehan nilai rerata pada tes orientasi yang hanya sebesar

52,50, lalu meningkat hingga mencapai nilai rerata 62,04 pada tes pertama yang,

dan diakhiri dengan tes kedua yang menunjukkan nilai rerata sebesar 71,25.

Penelitian sejenis kedua yang dilakukan oleh Ginting dan Sitanggang (2012)

memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Penelitian Ginting dan

Sitanggang serta penelitian ini sama-sama menjadikan keterampilan menulis teks

deskriptif menjadi objek penelitian. Selanjutnya, Ginting dan Sitanggang

menggunakan dua kali tes selama penelitian, yaitu pre-test dan post-test. Dua kali

pemberian tes ini juga dilakukan dalam penelitian ini. Namun, yang menjadi

pembeda antara penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Ginting dan

Sitanggang adalah metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode eksperimen, sedangkan penelitian sejenis kedua tersebut

menerapkan penelitian tindakan kelas pada satu kelas yang berjumlah 30 peserta

didik. Dari sisi subjek penelitian, walaupun terdapat persamaan pada tingkat

satuan pendidikan, perbedaan ditemukan pada jenjang kelas yang dipilih. Pada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

13

penelitian itu, Ginting dan Sitanggang memilih kelas IX, sedangkan penelitian ini

memilih kelas VIII sebagai subjek penelitian. Selanjutnya, terdapat pula

perbedaan pada teknik atau strategi yang diimplementasikan. Pada penelitian ini

kegiatan pembelajaran berjalan dengan mengimplementasikan langkah-langkah

strategi tell and show, sedangkan Ginting dan Sitanggang menggunakan teknik

semantic mapping. Sama halnya dengan penelitian sejenis pertama sebelumnya,

Ginting dan Sitanggang tidak terlihat memberikan perhatian khusus pada sisi

linguistik sebagai dasar penelitiannya, sedangkan penelitian ini berusaha untuk

membangun sebuah fondasi penelitian dari pemahaman analisis wacana, yang

hasilnya dapat diterapkan dan diajarkan kepada peserta didik melalui strategi tell

and show.

Penelitian ketiga merupakan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2013)

yang berjudul “Perbandingan Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Deskriptif

Siswa Kelas X SMK Jurusan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan (TOKR) dan

Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Berdasar pada Kemampuan Berpikir Analisis

Sintesis di Bidang Program Keahlian”. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang melihat perbandingan antara kohesi dan koherensi pada karangan

deskriptif peserta didik SMK Jurusan TOKR dan RPL. Pengumpulan data

penelitian ini dilakukan dengan menelaah kohesi dan koherensi karangan peserta

didik dengan metode normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karangan

deskriptif Jurusan RPL lebih baik daripada peserta didik di Jurusan TOKR.

Persentase kesalahan kohesi dan koherensi sebesar 36,77% yang berasal dari

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

14

Jurusan TOKR, sedangkan persentase 23,87% menunjukkan kesalahan kohesi dan

koherensi pada karangan deskriptif peserta didik di Jurusan RPL.

Berdasarkan hasil pemaparan yang dilakukan terhadap penelitian sejenis

ketiga yang dilakukan oleh Palupi (2013) di atas, ditemukan sebuah persamaan

dan beberapa perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama

mengkaji penanda kohesi dan koherensi pada teks deskriptif peserta didik. Akan

tetapi, hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Palupi adalah

penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji analisis wacana (penanda kohesi

dan koherensi) sehingga dapat diterapkan dan diajarkan secara langsung melalui

penggunaan sebuah strategi kepada peserta didik. Di pihak lain Palupi lebih fokus

pada bagaimana perbandingan kohesi dan koherensi dalam teks deskriptif antara

peserta didik dari dua bidang program keahlian. Selain itu, penelitian Palupi

merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan kohesi dan koherensi pada

teks peserta didik, sedangkan pada penelitian ini, pemahaman koherensi dan

kohesi diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di kelas yang tentunya juga

didukung dengan penerapan strategi tell and show.

Penelitian keempat merupakan jurnal internasional dari penelitian Javed dkk.

(2013) yang berjudul A Study of Students’ Assessment in Writing Skills of the

English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai

kemampuan peserta didik dalam menulis. Subjek penelitian ini adalah peserta

didik kelas X sekolah menengah di Pakistan berjumlah 440 yang diambil dari

sebelas sekolah yang berbeda. Penelitian ini difokuskan pada kelengkapan kata,

pembuatan kalimat, pemahaman, tata bahasa, dan tulisan peserta didik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

15

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwakemampuan peserta didik dalam

aspek pemahaman lebih baik dibandingkan dengan keempat aspek lainnya. Selain

itu, penelitian ini juga membandingkan antara kemampuan peserta didik laki-laki

dan perempuan. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kedua gender tersebut dalam menulis sebuah

teks.

Penelitian sejenis keempat yang ditelaah adalah penelitian Javed dkk. (2013).

Pada penelitian sebelumnya, mereka melakukan penilaian terhadap hasil tulisan

peserta didik, tetapi pada penelitian ini lebih difokuskan pada teks deskriptif

sebagai objek penelitian. Selain itu, penelitian yang dilakukan Javed dkk.

mencakup subjek yang lebih luas, sedangkan penelitian ini lebih fokus kepada

satu sekolah dan memilih dua kelas sebagai subjeknya.

Penelitian terakhir merupakan jurnal internasional oleh Siburian (2013) yang

berjudul Improving Students’ Achievement on Writing Descriptive Text Through

Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Subjek penelitian ini adalah peserta didk kelas VIII. Dalam

upaya meningkatkan kemampuan peserta didik menulis teks deskriptif, teknik

think pair share diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil

yang diperoleh, terdapat kenaikan nilai rerata peserta didik. Pada tes pertama, nilai

rerata peserta didik hanya menunjukkan angka 66,44. Akan tetapi, pada tes kedua

setelah dilakukan tindakan yang disertai dengan penerapan teknik think pair

share, terdapat kenaikan pada nilai rerata peserta didik menjadi 78,12. Pada tes

terakhir, nilai rerata peserta didik mencapai 87,56. Berdasarkan hasil observasi,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

16

Siburian menemukan juga bahwa peserta didik menunjukkan sikap dan respons

yang baik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.

Berdasarkan hasil kajian, penelitian Siburian (2013) memiliki persamaan

dengan penelitian ini. Sama halnya dengan tiga penelitian pertama sebelumnya

yang memperhatikan teks deskriptif peserta didik, penelitian Siburian dan

penelitian ini juga menjadikan teks deskriptif sebagai objek penelitian. Selain itu,

subjek yang digunakan pada penelitian Siburian dan penelitian ini adalah peserta

didik kelas VIII pada jenjang SMP. Yang menjadi perbedaan antara penelitian

Siburian dan penelitian ini adalah penelitian ini mengambil konsep analisis

wacana yang terintegrasi dengan proses pembelajaran melalui strategi tell and

show. Hal lainnya adalah rubrik yang digunakan pada penelitian ini juga mengacu

pada penanda kohesi yang mendukung koherensi dalam sebuah teks deskriptif.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa komponen-komponen yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

metode penelitian, subjek penelitian (mengambil dua kelas, yaitu experimental

group dan control group), pengimplementasian strategi tell and show pada

kegiatan belajar mengajar. Di samping itu juga, terdapat pengintegrasian konsep

analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang mendukung koherensi pada teks

deskriptif ke dalam proses pembelajaran.

2.2 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat empat konsep dasar yang melandasi penelitian

ini, yaitu menulis, teks deskriptif, strategi tell and show, serta experimental group

dan control group. Berikut ini merupakan pemaparan keempat konsep tersebut.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

17

2.2.1 Menulis

Konsep menulis dipahami berbeda-beda oleh para ahli. Walaupun demikian,

konsep-konsep yang dikemukakan memiliki maksud yang hampir sama. Beberapa

pandangan dari para ahli tentang definisi menulis yang dijabarkan sebagai berikut.

1) Coulmas (2003:1) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah sistem

pencatatan bahasa dengan cara membubuhkan tanda-tanda di atas suatu

permukaan agar dapat terlihat.

2) Hà (2011) berpendapat bahwa menulis merupakan cara untuk menyampaikan

sebuah pesan yang mengandung makna tertentu.

3) Tarigan (1995:117) dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012:3)

menjelaskan kata ‘menulis’ memiliki arti ‘mengekspresikan’ suatu informasi,

gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan secara tertulis.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi menulis, maka dapat

disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang mengekspresikan

gagasan atau ide yang tertuang dalam bentuk goresan atau tanda berupa huruf di

atas kertas yang susunannya membentuk beberapa kata hingga tersusun sebuah

kalimat yang bermakna sehingga pembaca dapat memahami inti sari dari pesan

yang ingin disampaikan oleh penulisnya.

Selanjutnya, Tompkins (1994) menguraikan tahapan dalam proses menulis

menjadi lima tahap. Tahapan-tahapan tersebut diidentifikasi melalui serangkaian

penelitian tentang proses menulis. Lima tahapan dalam proses menulis yang

teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud adalah meliputi pre-writing (pra-

menulis), drafting (penyusunan konsep), revising (perbaikan), editing

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

18

(penyutingan), dan publishing (penerbitan). Berikut ini merupakan penjabaran tiap

tahapan tersebut.

1) Pre-writing (pramenulis)

Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan gagasan dan informasi

serta mencoba untuk membuat suatu kerangka yang nantinya akan

dikembangkan menjadi tulisan. Di sini peserta didik akan mulai mencari dan

menentukan arah serta bentuk tulisannya. Melalui kegiatan pramenulis ini,

guru dapat mengetahui seberapa luas wawasan yang dimiliki peserta didik

mengenai hal atau topik yang dibahas.

2) Drafting (penyusunan konsep)

Penyusunan konsep adalah suatu tahapan yang dilakukan oleh peserta

didik untuk mengorganisasikan dan mengembangkan ide yang telah

dikumpulkan melalui kegiatan pre-writing dalam bentuk draf kasar. Pada

tahapan ini peserta didik menulis dan menyaring tulisan mereka melalui

sejumlah konsep. Aktivitas dalam tahap ini meliputi tiga hal, yaitu menulis

draf kasar, menulis konsep utama, dan menekankan pada pengembangan isi.

3) Revising (perbaikan)

Pada tahapan ini peserta didik melihat kembali tulisannya untuk

kemudian ide tulisan tersebut ditambah, diganti, atau dihilangkan sebagian.

Sebagai contoh, dalam menulis suatu cerita, peserta didik dapat mengubah

watak pelaku yang semula jahat menjadi baik atau peserta didik juga dapat

menyelipkan peristiwa lain dalam rangkaian cerita yang disusunnya. Revising

atau perbaikan ini bukanlah penyempurnaan tulisan, melainkan upaya

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

19

penyesuaian kebutuhan dengan cara menambah, mengganti, menghilangkan,

dan menyusun kembali bahan tulisan.

4) Editing (penyuntingan)

Penyutingan merupakan proses penyempunaan tulisan sampai bentuk

akhir. Peserta didik menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi

ejaan dan kesalahan lainnya yang mungkin tanpa disadari dilakukannya

5) Publishing (penerbitan)

Pada tahap akhir proses penulisan ini peserta didik memublikasikan hasil

tulisan mereka, menerima pendapat dan komentar yang diberikan teman atau

siswa lain. Pada tahap publikasi, peserta didik memublikasikan hasil

tulisannya dengan cara saling berbagi hasil tulisan (sharing). Kegiatan

sharing ini dapat dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk

membacakan hasil tulisannya secara bergiliran di depan kelas.

Sebuah tulisan yang baik hendaknya mudah dimengerti sehingga maksud

yang ingin disampaikan mudah dipahami. Dalam menulis sebuah teks, penulis

akan melihat struktur teks. Struktur tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk

membangun sebuah teks yang sistematis. Dengan kata lain, bila dikaitkan dengan

jenisnya, setiap teks memiliki struktur yang berbeda. Terkait dengan

pembelajaran, terutama aspek menulis dalam bahasa Inggris, seorang peserta didik

harus mengetahui topik, jenis teks, dan struktur teks tertentu.

Berdasarkan teori dan tahapan menulis yang telah dipaparkan, penelitian ini

mengarah pada kegiatan menulis yang dilakukan oleh peserta didik, khususnya

teks berbentuk deskriptif. Dalam implementasinya, peserta didik diajak untuk

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

20

berlatih dan mengembangkan ide-ide yang diperoleh dari latihan-latihan tersebut.

Selanjutnya, peserta didik menulis teks deskriptif sehingga teks yang dihasilkan

lebih koheren dengan memperhatikan penanda kohesi dalam teks tersebut.

2.2.2 Teks Deskriptif

Berdasarkan modul yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan berjudul “Modul Bahasa Indonesia: Keterampilan Menulis”

(2012:8), diketahui bahwa teks deskriptif adalah tulisan yang berisi tentang

beberapa pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat,

suasana, atau keadaan.

Selanjutnya, berdasarkan modul dari Board of Studies NSW (1998:85), dapat

dipahami bahwa teks deskriptif memiliki fokus pada ciri-ciri suatu benda yang

memiliki dua struktur umum, yaitu identification dan description. Berikut ini

merupakan pemaparan tentang struktur teks deskriptif.

1) Identification merupakan bagian yang mengidentifikasi fenomena yang

dideskripsikan, seperti seseorang yang terkenal, binatang, atau tempat wisata.

2) Description lebih menggambarkan bagian, kualitas, ataupun karakteristik

khusus objek tersebut, seperti warna kulit, potongan rambut, jenis hidung,

atau berat badan seseorang. Dalam teks deskriptif, jenis tense yang digunakan

biasanya bersifat present tense (simple present tense).

Akhirnya, penelitian ini memperhatikan penulisan teks deskriptif sesuai

dengan struktur umumnya yang diintegrasikan dengan strategi yang digunakan

dalam proses pembelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

21

2.2.3 Strategi Tell and Show

Menurut Peha (2003:33), strategi tell and show merupakan cara yang dapat

digunakan untuk mengajarkan sebuah teks deskriptif kepada peserta didik. Terkait

dengan penerapannya dalam proses pembelajaran, strategi ini juga dapat

membantu peserta didik untuk mengumpulkan ide-ide pendukung dalam teks

deskriptif mereka. Berikut ini merupakan keunggulan dari penerapan strategi tell

and show.

1) Melatih peserta didik untuk merinci suatu hal yang akan dideskripsikan serta

fokus pada ciri kebahasaan bahasa yang sesuai dengan teks tertentu.

2) Lebih efisien dalam membantu peserta didik saat membuat sebuah teks

karena mereka telah mendata hal-hal yang penting untuk dipaparkan.

3) Membantu pembaca untuk mengetahui gambaran mental dari peserta didik

dan memahami inti atau gagasan yang ingin disampaikan dalam teks tersebut.

Akan tetapi, terdapat kelemahan pada strategi tell and show. Salah satu

kelemahan strategi ini adalah hanya dapat digunakan untuk mengajarkan beberapa

jenis teks saja, seperti teks deskriptif dan naratif yang mengedepankan

kesistematisan dan gambaran suatu tokoh atau binatang. Selanjutnya, strategi ini

akan berjalan lebih efektif jika didukung dengan media pembelajaran, seperti flash

card. Oleh karena itu, media pembelajaran seperti power point dan flash card

digunakan dalam penelitian ini untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.

Dalam implementasinya, terdapat beberapa langkah utama yang perlu

diperhatikan. Langkah-langkah penerapan strategi tell and show yang digunakan

dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

22

1) Memberikan sebuah kalimat sederhana (tentang suatu benda, seseorang,

binatang, atau tempat) yang harus dideskripsikan oleh peserta didik dan

mereka harus menulisnya dalam kolom TELL.

2) Peserta didik memvisualisasikan suatu benda, seseorang, atau tempat yang

diberikan.

3) Peserta didik menulis ciri-ciri dan kebiasaan (jika menyangkut seseorang

ataupun binatang) pada kolom VISUALIZE AND LIST.

4) Peserta didik menulis teks deskriptif secara utuh pada kolom SHOW sesuai

dengan ciri-ciri atau kebiasaan yang telah ditulis sebelumnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan

strategi tell and show, maka berikut ini adalah template yang digunakan dalam

penelitian ini.

TELL

Sentence given by the

teacher

VISUALIZE AND LIST

1) Identification

2) Description (Characteristics and Behaviors)

SHOW

(Identification)………………………………………….……………

…………………

(Description)………………………………………………………….

……………………………………………………………………………….....

..............................................................................................................

……………………………………………………………………………….....

..............................................................................................................

Gambar 2.1 Model template yang diadaptasi dari Peha (2003:36)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

23

2.2.4 Experimental Group dan Control Group

Dalam sebuah penelitian eksperimen ini, khususnya post-test only control

group design yang dikemukakan oleh Fraenkel and Wallen (1993), terdapat dua

kelas atau kelompok yang digunakan sebagai subjek penelitian, yaitu

experimental group dan control group. Berikut ini adalah pemaparan tentang

kedua kelompok tersebut.

1) Experimental group adalah kelompok yang mendapatkan serangkaian

tindakan dalam proses belajar mengajar berdasarkan strategi yang diajukan

atau diuji coba.

2) Control group adalah kelompok yang mendapatkan serangkaian tindakan

dengan menerapkan strategi konvensional atau strategi yang biasa digunakan

oleh guru.

Dalam penelitian ini, peserta didik di experimental group belajar menyusun

teks deskriptif melalui penerapan strategi tell and show, sedangkan control group

diajar dengan strategi konvensional yang biasa digunakan oleh guru bahasa

Inggris di kelas tersebut.

2.3 Landasan Teori

Pada bagian ini terdapat empat landasan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Keempat landasan teori yang dimaksud adalah teori pembelajaran

konstruktivisme, metode task-based learning, teori analisis wacana, dan tata

bahasa dalam teks deskriptif.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

24

2.3.1 Teori Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran merupakan kegiatan dalam upaya meraih pengetahuan.

Menurut Brown (2000:7), pembelajaran merupakan suatu proses dalam

memeroleh atau mendapatkan pengetahuan terhadap subjek atau keterampilan

yang dipelajari melalui belajar, pengalaman, atau instruksi. Selain itu, Brown juga

menambahkan bahwa pembelajaran akan menjadi sebuah perubahan perilaku

yang relatif tetap jika latihan tepat dilakukan secara berulang-ulang.

Faktanya adalah proses pembelajaran dewasa ini lebih fokus kepada peserta

didik (student-centred). Sebagai peserta didik, mereka dituntut untuk menggali

informasi dan memperoleh pengetahuan dari aktivitas yang telah dilakukan. Salah

satu teori yang berterima dengan tujuan tersebut adalah konstruktivisme. Menurut

Bell dan Karhoff (2006:4), suatu proses belajar akan muncul ketika peserta didik

menyatu serta terlibat aktif di dalam kelas yang aktivitas-aktivitasnya menekankan

pada isi dan keterampilan sesuai dengan apa yang sedang dipelajari. Dengan kata

lain, proses pembelajaran akan menjadi efektif ketika peserta didik berpartisipasi

secara aktif ke dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini menggunakan teori

konstruktivisme, yaitu kegiatan berpusat pada peserta didik. Hal ini bertujuan

untuk mendorong peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam menggali

informasi sehingga proses pembelajaran lebih efektif terutama kepada peserta

didik itu sendiri. Melalui penerapan teori ini, peserta didik juga diharapkan

mendapatkan pengalaman belajar lebih banyak dan mampu menggali potensi-

potensi yang dimiliki secara maksimal.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

25

2.3.2 Metode Task-based Learning

Dalam proses pengajaran, guru dituntut untuk menggunakan metode

pengajaran keterampilan menulis yang dapat mendorong minat dan memotivasi

pembelajar agar keterampilan menulisnya dapat meningkat. Metode pengajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis antara lain

adalah pembelajaran berbasis tugas (task-based learning). Aplikasi task-based

learning pada proses belajar mengajar adalah guru memberikan tugas-tugas yang

berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai, yakni tujuan komunikatif.

Selanjutnya, menurut Willis (2004:26--27), task-based learning terdiri atas

enam jenis tugas yang dapat diterapkan seperti berikut ini.

1) Pembuatan Daftar

Proses kegiatan ini meliputi dua hal, yakni seperti di bawah ini.

(1) Brainstorming, yaitu peserta didik membagi pengetahuan dan

pengalaman mereka pada teman-teman di kelas atau pada kelompoknya.

(2) Pencarian fakta, yaitu peserta didik mencari tahu sesuatu dengan

bertanya dan merujuk pada buku. Hasil kegiatan ini berupa draft

pemikiran.

2) Pengaturan dan Penyortiran

Tugas ini terdiri atas empat proses utama, yaitu seperti berikut.

(1) Mengurutkan (sequencing items) merupakan perbuatan atau peristiwa

yang berurutan secara logis atau kronologis

(2) Memberi level (ranking items) berhubungan dengan nilai-nilai individu

atau kriteria yang spesifik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

26

(3) Mengategorikan (categorizing items) merupakan pengelompokan sesuai

dengan kategorinya.

(4) Mengklasifikasikan (classifying items in different ways) dilakukan saat

pengategorian tidak diberlakukan.

3) Perbandingan

Bagian ini bermaksud untuk mengidentifikasikan tujuan atau maksud yang

sama dan/atau yang berbeda.

4) Pemecahan Masalah

Tugas-tugas pemecahan masalah menuntut pengetahuan intelektualitas

peserta didik dan kekuatan pikiran. Tugas-tugas tersebut menarik dan

menyenangkan untuk dipecahkan. Proses-proses pengerjaan dan waktu yang

diberikan sangat bervariasi tergantung pada jenis dan kompleksitas masalah.

5) Saling Berbagi Pengalaman Pribadi

Tugas-tugas ini mendorong peserta didik untuk membagi pengalaman mereka

dengan peserta didik lain.

6) Tugas Kreatif

Tugas-tugas tersebut juga memiliki lebih banyak tingkat kesulitan

dibandingkan dengan tugas-tugas lainnya dan dapat dilakukan

pengombinasian beberapa jenis tugas.

Berdasarkan pemaparan teori konstruktivisme sebelumnya, diketahui bahwa

terdapat keterkaitan dengan metode task-based learning yang dapat membantu

jalannya proses belajar peserta didik di dalam kelas. Penerapan teori

konstruktivisme sebagai teori pembelajaran akan memudahkan guru dalam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

27

menilai situasi belajar yang cocok dengan peserta didik dan memberikan

kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pengetahuan dari usaha mereka

sendiri. Dalam implementasinya, peserta didik mendapatkan kesempatan

mengekspresikan diri terkait dengan sesuatu yang akan dideskripsikan.

Di sisi lain dilihat dari jenis penugasan yang diberikan terkait dengan jenis

teks deskriptif, terdapat dua jenis tugas, yaitu pembuatan daftar (listing) serta

pengaturan dan penyortiran (ordering and sorting). Selanjutnya, terdapat pula

tahapan-tahapan dalam menulis yang perlu diperhatikan di dalamnya dan

penerapannya ke dalam proses pembelajaran.

2.3.3 Teori Analisis Wacana

Analisis wacana memiliki fokus pada bahasa. Salah satu diantaranya

berbentuk tulisan sehingga para pembaca dapat memahami dengan baik setiap

kata-kata yang menyusunnya (Gee, 1999:85). Menurut Arifin (2012:48), terdapat

dua komponen penting dalam sebuah wacana jika dilihat dari sisi strukturnya,

yaitu kohesi dan koherensi.

2.3.3.1 Kohesi

Dalam menulis sebuah teks, peranan kohesi tidak dapat dilepaskan begitu

saja. Hal ini terjadi karena terdapat sekumpulan sumber yang dapat dijadikan

sebagai pembentuk hubungan yang melebihi dari sekadar tata bahasa dalam

sebuah teks (Halliday, 1994:311). Selanjutnya, Widdowson (2007:46)

menyatakan bahwa terdapat penanda kohesi yang dapat menghubungkan bagian-

bagian sebuah teks agar menjadi utuh. Oleh karena itu, kohesi dapat dikatakan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

28

sebagai ‘katalis’ dari bagian-bagian teks yang membuat teks tersebut menjadi utuh

dan mudah dipahami oleh pembaca.

Menurut Halliday dan Hasan (1976), terdapat dua jenis kohesi, yaitu kohesi

gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal memiliki fokus yang lebih pada

teks deskriptif. Oleh karena itu, penelitian ini hanya fokus pada komponen kohesi

gramatikal.

Dalam kohesi gramatikal terdapat empat penanda, yaitu referensi, substitusi,

elipsis, dan konjungsi. Berikut ini merupakan pemaparan dari tiap-tiap penanda

yang terdapat pada kohesi gramatikal.

1) Referensi

Referensi digunakan untuk mempermudah pembaca dalam memahami

informasi sesuai dengan konteks atau situasi. Terdapat dua jenis referensi, yaitu

endofora dan eksofora. Berbeda dengan endofora, eksofora tidak berperan

dalam kohesi secara tekstual. Dalam bahasa Inggris, terdapat beberapa contoh

yang dapat digunakan seperti penggunaan kata ganti I, you, they, we, she, he,

dan it. Selain itu, juga terdapat serta kata sifat untuk menyatakan kepunyaan,

seperti my, your, their, our, her, his, dan its.

Contoh: This is a bear. It has a big body. Its fur is brown.

2) Substitusi

Substitusi lebih menekankan pada hubungan kata-kata. Dalam teks deskriptif,

substitusi yang biasanya muncul adalah substitusi yang bersifat nominal.

Contoh: There are some beautiful birds in the zoo. One of them has a big peak.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

29

3) Elipsis

Elipsis merupakan sesuatu yang melesap dalam sebuah teks. Berikut ini contoh

elipsis.

Contoh: (a) The pandas like to eat bamboo.

(b) They like to swim in a pool.

(c) The pandas like to eat bamboo and swim in a pool.

Elipsis terjadi pada kata ganti they dan like dalam kalimat (b) sehingga kalimat

(c) menjadi The pandas like to eat bamboo and swim in a pool. Elipsis ini

terjadi karena kata ganti they dalam kalimat (b) mengacu pada the pandas

dalam kalimat (a), sedangkan kata kerja like melesap karena kata kerja serupa

sudah digunakan pada kalimat (a) sehingga kalimat (c) menjadi lebih efektif.

4) Konjungsi

Konjungsi digunakan untuk menghubungkan satu proposisi dengan proposisi

lain agar ide, baik dalam satu kalimat maupun antarkalimat, dapat terhubung

dengan baik. Pada teks deskriptif, terdapat beberapa konjungsi yang biasanya

ditemukan, seperti and, and also, or, in the other words, in fact, only, but, then,

because, dan next.

2.3.3.2 Koherensi

Penyusunan sebuah teks tentunya memiliki tujuan untuk menuangkan ide atau

gagasan para penulisnya. Oleh karena itu, kalimat-kalimat yang menyusun teks

tersebut hendaknya dipaparkan dengan sistematis sehingga mudah dipahami oleh

para pembaca. Bila dikaitkan dengan hal tersebut, maka keselarasan penyampaian

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

30

ide menjadi hal yang perlu diperhatikan, yang dalam konteks ini adalah koherensi

teks itu sendiri.

Menurut Martin (2001:35), koherensi merupakan aspek yang penting dalam

sebuah teks agar mudah dipahami oleh pembacanya. Jorgensen dan Philips

(2002:75) menyatakan bahwa kekoherensian pada sebuah teks hendaknya dijaga

dan diperhatikan oleh penulis agar ide yang dipaparkan mudah ditangkap oleh

pembacanya. Selanjutnya, Zaimar dan Harahap (2009:85) menambahkan bahwa

koherensi merupakan keterkaitan antara unsur-unsur pada wacana, seperti susunan

ide atau gagasan dan hubungan antargagasan tersebut. Dengan kata lain, koherensi

mempermudah pembaca untuk memahami makna pada suatu wacana. Oleh karena

itu, setiap penulis perlu mencermati dengan baik langkah-langkah penyusunan ide

ataupun gagasan dalam sebuah teks agar inti teks yang dibuat menjadi jelas atau

tidak membingungkan para pembaca.

Selanjutnya, terdapat tiga macam koherensi pada sebuah wacana, yaitu

sebagai berikut.

1) Koherensi pada Tataran Klausa dan Kalimat

Berikut adalah contoh koherensi pada tataran klausa.

(1) Panda eats bamboo.

(2) Bamboo eats Panda.

Kalimat (1) di atas berterima karena memang ada kesesuaian antara kata

‘eats’ dan ‘Panda’ yang merupakan seekor binatang besar yang gemar memakan

bambu. Sebaliknya, kalimat (2) tidak berterima karena tidak terdapat kesesuaian

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

31

makna yang terjalin antara kata ‘bamboo’ dan ‘eats’ karena yang seharusnya

dimakan adalah bambu bukan seekor panda.

2) Koherensi pada Tataran Wacana

Koherensi pada tataran wacana (antarkalimat) sangat erat berkaitan dengan

konsep yang dipaparkan. Berikut ini adalah pemaparan tentang koherensi jenis ini.

(1) Kontinuitas Konsep dan Relasi yang Relevan

Zaimar dan Harahap (2009:87) menyatakan bahwa pada sebuah wacana

yang ditampilkan bukan hanya kesesuaian antarmakna kata, melainkan juga

keberlangsungan antarkonsep yang relevan. Dalam upaya memberikan

penjelasan terperinci, disajikan contoh kontinuitas konsep dan relasi yang

relevan dalam sebuah teks berikut ini.

The giant panda lives in the forest areas in the central China. It is

black and white. It has a short body, short, strong legs and big teeth. It

weighs about 150 kilograms. Its main diet is bamboo and it eats for about 12

a day. Pandas live for about 25 years in the wild. There are fewer than 1,000

pandas in the wild and only 100 in zoos. It is an endangered species.

Adapted from: Can Do: Student’s Book 1

Pada contoh di atas, konsep ‘the giant panda’, ‘bamboo’, dan ‘an

endangered species’ memiliki hubungan yang erat karena panda merupakan

hewan herbivora yang gemar memakan ‘bamboo’. Di samping itu, panda juga

merupakan salah satu spesies di dunia yang terancam populasinya.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

32

(2) Perkembangan

Perkembangan sebuah wacana harus disertai dengan penambahan unsur

semantik yang selalu diperbaharui. Hal ini dapat dilihat, baik dari urutan

kalimat yang digunakan maupun pada urutan yang berkaitan satu sama lain.

Selanjutnya, sebuah teks deskriptif disajikan dalam upaya menjelaskan bagian

perkembangan seperti berikut ini.

Uluru National Park is Australia’s top tourist attraction. There are

more than 170 different animal species in the park, including wild dogs and

kangaroos, lizards, snakes, spiders, and parrots.

The most famous place in our park is Ayers Rock, also known as

Uluru. It is 348 metres high and nine kilometres in diameter. The rock can

change colour depending on the time of day. It is a fantastic experience to

watch this.

There are many spectacular walks in the park but you must always

be prepared! Here are some important rules when walking in the park; you

must carry water, you must not touch the snakes, you must read every sign,

and you must not light fires.

Adapted from: Can Do: Students: Student’s Book 1

Wacana di atas dapat dikatakan memiliki koherensi yang baik karena

dalam wacana tersebut tidak hanya terdapat keindahan objek wisata tersebut,

tetapi juga peraturan-peraturan yang berlaku untuk menjaga kelestariannya.

(3) Tidak Terdapat Kontradiksi

Sebuah wacana yang koheren hendaknya tidak menunjukkan kontradiksi

di dalamnya. Dalam proses penyusunannya, hendaknya susunan ide-ide yang

digunakan saling mendukung satu sama lain.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

33

(4) Terdapat Identitas Individual

Dalam sebuah teks terdapat sebuah hal penting yang dapat membuatnya

menjadi koheren, yaitu identitas individual. Dengan kata lain, identitas

individual merupakan segala hal yang mampu menjelaskan inti dari sebuah

teks dan memiliki acuan yang jelas terhadap konsep-konsep yang dipaparkan.

(5) Perlunya Seleksi ‘Fakta’ yang akan Ditampilkan

Dalam upaya membangun koherensi dalam sebuah teks, perlu adanya

perhatian terhadap pemilihan atau penyeleksian “fakta” yang akan

ditampilkan. Hal ini penting karena fakta yang dipaparkan dapat saja meluas

sehingga dapat menimbulkan kejenuhan bagi pembacanya. Oleh karena itu,

penggunaan fakta-fakta yang relevan akan membuat sebuah teks menjadi

lebih efektif.

3) Koherensi pada Wacana Deskriptif

Dalam wacana deskriptif umumnya terdapat hubungan antara ruang dan

waktu. Hal ini menandakan bahwa objek yang dideskripsikan dapat dilihat dari

adanya perubahan ruang dan waktu.

Contoh : Crocodile lives in the river.

Berdasarkan contoh di atas, diketahui bahwa setiap orang biasanya memiliki

pandangan yang hampir serupa, yaitu seekor buaya hidup di sungai. Hal ini

mengindikasikan bahwa ketika mendeskripsikan sesuatu, seseorang pasti melihat

apa, di mana, dan kapan hal tersebut terjadi atau ditemukan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

34

Selanjutnya, dalam sebuah teks, tanda baca juga perlu diperhatikan untuk

menentukan apakah teks tersebut memilki koherensi yang baik. Mullik (2010:1)

menyatakan bahwa tanda baca dan ejaan penting dalam sebuah hasil tulisan

karena akan memudahkan pembaca untuk memberikan penafsiran. Terkait dengan

hal tersebut, Greco dkk. (2006:1) menyatakan bahwa tanda baca merupakan

simbol dari bahasa itu sendiri. Berdasarkan modul dari Universitas Lincoln

(2013:3), dapat dipahami bahwa tanda baca dapat membantu para pembaca untuk

memahami makna sebuah kalimat. Penggunaan tanda baca sangat penting dalam

menjelaskan makna dari apa yang telah ditulis. Dalam teks deskriptif tanda yang

biasanya ditemukan adalah tanda titik (.), koma (,), dan huruf kapital untuk

memulai sebuah kalimat. Di sisi lain, menurut Deparment of Education and

Training (1998:7) ‘belajar’ untuk menulis yang baik juga meliputi ‘belajar’ untuk

memperhatikan ejaan. Dalam bahasa Inggris, tujuan ejaan adalah sebagai berikut.

(1) Untuk membangun sebuah makna.

(2) Untuk memberikan makna yang mudah dimengerti oleh pembaca.

Sehubungan dengan itu, dalam menilai koherensi pada teks, keberadaan tanda

baca dan ejaan juga mendapatkan perhatian khusus dalam penelitian ini. Artinya,

tidak hanya membantu dalam penyusunan rubrik penilaian, tetapi juga pemaparan

data. Dengan kata lain, pemaparan hasil teks deskriptif peserta didik menjadi lebih

jelas dan akurat.

Berdasarkan pemaparan tentang analisis wacana yang meliputi aspek penanda

kohesi dan koherensi, maka dapat dirumuskan model linguistik. Model linguistik

yang dirancang berikut ini digunakan sebagai cakupan materi dalam pembelajaran

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

35

agar menjadi lebih fokus serta menjadi acuan dalam menyusun rubrik penilaian

yang sesuai. Berikut ini adalah gambar model linguistik yang dipaparkan.

Gambar 2.2 Model Linguistik

Dalam implementasinya pada penelitian ini, pemahaman tentang penanda

kohesi yang mendukung pula meningkatnya koherensi pada sebuah teks menjadi

elemen dalam pengajaran yang tentu saja dikaitkan dengan teks deskriptif. Elemen

tersebut berupa ciri kebahasaan teks deskriptif yang meliputi tata bahasa dan

struktur umum teks deskriptif dijelaskan lebih terperinci pada strategi yang

digunakan pada bagian berikutnya.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

36

2.3.4 Tata Bahasa dalam Teks Deskriptif

Setiap bahasa tentu memiliki ciri ketatabahasaan yang berbeda-beda, tidak

terkecuali bahasa Inggris. Pada bahasa Inggris, jenis tata bahasa dikategorikan ke

dalam tiga golongan waktu sesuai dengan konteks kapan bahasa itu digunakan

seperti berikut ini (Seaton dan Mew, 2007).

1) Present Tense

Tense jenis ini digunakan untuk mengungkapkan suatu fakta atau kebenaran

dan kegiatan sehari-hari.

2) Past Tense

Tense jenis ini digunakan dalam mengungkapkan kejadian yang terjadi pada

masa lampau. Selain itu, tense ini juga digunakan pada sebuah cerita, dongeng,

atau hikayat.

3) Future Tense

Tense ini digunakan dalam menyatakan hal-hal yang belum terjadi, tetapi akan

terjadi, seperti menyatakan sebuah rencana.

Terkait dengan penggunaannya dalam teks deskriptif, jenis tense yang

ditemukan adalah present tense, terutama simple present tense. Hal ini disebabkan

oleh teks deskriptif merupakan teks yang mendeskripsikan sesuatu, yang tentu

saja mengungkapkan fakta di dalamnya. Selain itu, teks deskriptif juga dapat

digunakan untuk menyatakan kegiatan yang rutin berlangsung dan pernyataan itu

diutarakan dalam bentuk tulisan. Berikut ini adalah pola simple present tense

menurut Seligson (2012:100--102).

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

37

1) Pola dasar simple present tense (verbal sentence)

1.

Affirmative (+)

a. I/ You/ They/ We + V1 (Infinitive)

I Live in Denpasar.

b. She/ He/ It + V1 (-s atau –es)

She Lives in Denpasar.

2.

Negative (-)

a. I/ You/ They/ We + do not/ don’t +V1

I do not Live in Denpasar.

b. She/ He/ It + does not +V1

She does not Live in Denpasar.

3.

Interrogative (?)

a. Do + I/ you/ they/ we + V1 (?)

Do You live in Denpasar ?

b. Does + she/ he/ it + V1 (?)

Does She live In Denpasar ?

2) Pola dasar simple present tense (nominal sentence)

1.

Affirmative (+)

a. I + am

I am thirteen years old.

b. You/ They/ We + are

They Are thirteen years old.

c. She/ He/ It + is

He Is thirteen years old.

2.

Negative (-)

a. I + am + not

I Am Not thirteen years old.

b. You/ They/ We + are + not

They Are Not thirteen years old.

c. She/ He/ It + is + not

He Is Not thirteen years old.

3.

Interrogative (?)

a. Are you/ they/ we (?)

Are They thirteen years old. ?

b. Is she/ he/ it (?)

Is He thirteen years old. ?

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

38

Selanjutnya, dalam penelitian ini penggunaan tata bahasa dalam teks

deskriptif ini berposisi sebagai pendukung dalam analisis koherensi. Selain itu,

penilaian terkait dengan penggunaan tata bahasa juga digunakan dalam

menentukan apakah proses pembelajaran menulis teks deskriptif berjalan baik

atau tidak. Berdasarkan teori pembelajaran bahasa yang bersinergi dengan metode

pembelajaran, maka strategi tell and show digunakan untuk memberikan

gambaran jelas tentang bagaimana menyusun teks yang tidak hanya koheren,

tetapi juga dari segi penggunaan tata bahasanya.

Berdasarkan pemaparan tentang konsep dan landasan teori, dapat disimpulkan

bahwa teori pembelajaran konstruktivisme sesuai dengan metode task-based

learning. Sehubungan dengan itu, strategi tell and show dapat diimplementasikan

ke dalam proses belajar mengajar, terutama pada kegiatan menulis teks deskriptif.

Dengan kata lain, dalam implementasinya di dalam kelas, strategi tell and show

dijadikan salah satu elemen penting dari proses pembelajaran yang diberikan

dalam kurun waktu tertentu hingga nantinya didapatkan hasil karya peserta didik

berupa teks deskriptif. Bersamaan dengan penggunaan strategi tell and show

tersebut, juga terjadi pemahaman tentang penanda kohesi yang dapat membantu

sebuah teks deskriptif peserta didik menjadi koheren. Di samping itu, juga

diintegrasikan pemahaman tentang bentuk simple present tense agar proses

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Di pihak lain, pemberian pujian

juga dilakukan untuk meningkatkan motivasi peserta didik dan mendapatkan

respons yang lebih baik dalam bentuk teks deskriptif.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

39

Dalam upaya mendukung analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan

analisis konstrastif tentang penggunaan kata ganti dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris. Hal ini dilakukan untuk membantu dalam menganalisis penyebab

kesalahan yang ditemukan dalam teks deskriptif peserta didik. Berikut ini

dikemukakan kata ganti yang ditemukan dalam bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris.

Tabel 2.1 Kata Ganti yang Terdapat pada Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris

Sebagai subjek Sebagai objek Menyatakan

kepemilikan

Aku

(Kata ganti orang

pertama tunggal)

I Me My

Kamu

(Kata ganti orang kedua

tunggal atau jamak) You You Your

Engkau

(Kata ganti orang kedua

tunggal)

Mereka

(Kata ganti orang ketiga

jamak)

They Them Their

Kami

(Kata ganti orang

pertama jamak) We Us Our

Kita

(Kata ganti orang

pertama jamak)

Dia, Ia

(Kata ganti orang ketiga

tunggal)

She Her Her

He Him His

It It Its

Penggunaan kata ganti dalam bahasa Indonesia tidak memperhatikan gender

subjek atau objek, sedangkan dalam mempelajari bahasa Inggris, peserta didik

harus memperhatikan gender agar kata ganti yang digunakan tepat. Sebagai

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

40

contoh, dalam bahasa Indonesia terdapat kata ganti Dia atau Ia, yaitu kata ganti

orang ketiga tunggal untuk menunjukkan subjek, baik laki-laki maupun

perempuan. Di sisi lain, dalam bahasa Inggris, terdapat kata ganti he, yaitu kata

ganti orang ketiga tunggal untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it untuk

benda dan binatang.

Hal lainnya adalah dalam bahasa Inggris terdapat perbedaan kata ganti jika

digunakan sebagai subjek dan objek pada sebuah kalimat, tetapi tidak ditemukan

dalam bahasa Indonesia. Kata ganti yang dapat digunakan sebagai objek dalam

bahasa Inggris, yaitu me, you, them, us, her, him, dan it. Selanjutnya, terdapat

pula kata ganti dalam bahasa Inggris yang digunakan untuk menyatakan

kepemilikan, seperti my, your, their, our, her, his, dan its.

Dengan kata lain, berdasarkan topik teks deskriptif yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu kebun binatang, maka kata ganti yang menjadi permasalahan

bagi peserta didik adalah kata ganti they, them, their, she, her, he, him, his, it, dan

its. Hal ini terjadi karena peserta didik masih dipengaruhi oleh penggunaan kata

ganti dalam bahasa pertama mereka, yaitu bahasa Indonesia ketika mereka belajar

bahasa Inggris. Salah satu ketentuan dalam menggunakan kata ganti bahasa

Inggris, yaitu harus memperhatikan gender subjek kalimat.

Selain melihat sumber kesulitan yang dapat dialami peserta didik dalam

menggunakan kata ganti saat belajar bahasa Inggris, kesulitan juga dapat dihadapi

oleh peserta didik ketika menyusun sebuah kalimat yang dalam penelitian ini

adalah persesuaian kata kerja pada simple present tense. Dalam bahasa Inggris

persesuaian kata kerja berimplikasi pada perubahan infleksional pada verba.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

41

Perubahan infleksional tersebut terjadi dengan cara menambahkan akhiran –s atau

–es pada kata kerja. Hal tersebut sangat berbeda dengan bahasa Indonesia karena

tidak mengenal adanya inflectional morphemes –s dan –es. Selain itu, dalam

bahasa Indonesia tidak dikenal persesuaian verba untuk bentuk jamak dan tunggal

seperti dalam bahasa Inggris. Perbandingan persesuaian kata kerja antara bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris (dalam simple present tense) tersebut dipaparkan ke

dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Perbandingan Persesuaian Verba dalam Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

I + infinitive

Ø

You + infinitive

We + infinitive

They + infinitive

She + infinitive {-s/ -es}

He + infinitive {-s/ -es}

It + infinitive {-s/ -es}

Berdasarkan tabel 2.2 di atas, diketahui bahwa bahasa Inggris memiliki

persesuaian verba berdasarkan subjek yang digunakan, sedangkan dalam bahasa

Indonesia tidak terdapat persesuaian verba untuk subjek jamak dan tunggal.

Khususnya pada kalimat dalam bahasa Inggris yang menggunakan kata ganti

orang ketiga tunggal, terdapat inflectional morphemes, yaitu penambahan akhiran

–s atau –es pada kata dasar. Dengan kata lain, sumber kesulitan peserta didik

dalam menyusun kalimat berbentuk simple present tense adalah pada persesuaian

verba, baik gender maupun number, subjek yang digunakan.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

42

2.4 Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

penelitian eksperimen yang berbasis metode kuantitatif. Penelitian ini

menggunakan dua kelas VIII di SMP Negeri 1 Denpasar. Berdasarkan pemaparan

pada bagian konsep dan teori sebelumnya, dapat dipahami bahwa langkah-

langkah yang dilaksanakan dapat dirumuskan ke dalam bagan seperti berikut ini.

Gambar 2.3 Model Penelitian

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

43

Berdasarkan bagan penelitian di atas, berikut ini dipaparkan lebih terperinci

langkah-langkah yang diambil dalam penelitian.

1) Penelitian ini berlandaskan analisis wacana yang mengandung penanda

kohesi dalam upaya meningkatkan kualitas teks deskriptif peserta didik.

Penanda kohesi menjadi fokus utama penelitian ini karena penanda kohesi

dipandang sangat penting dalam membuat sebuah teks menjadi lebih koheren

sehingga lebih mudah dipahami.

2) Model penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilengkapi dengan

pemaparan secara kuantitatif dan kualitatif. Pemaparan secara kuantitatif

digunakan untuk memaparkan hasil penelitian berupa angka yang dituangkan

ke dalam tabel dan diagram batang, sedangkan secara kualitatif, hasil

penelitian tersebut dideskripsikan agar lebih mudah dipahami.

3) Penelitian ini diawali dengan pemberian pre-test terkait dengan keterampilan

menulis peserta didik di Kelas VIII. Pelaksanaan pre-test ini juga menjawab

rumusan masalah yang pertama, yaitu untuk mengetahui bagaimana

penggunaan penanda kohesi yang mendukung koherensi teks tersebut.

4) Penentuan experimental group dan control group dilakukan dengan cara

melihat nilai rerata keterampilan menulis dari dua kelas yang hampir serupa

sebelum mengadakan pre-test dan mengundi (lottery) kelas yang ditetapkan

menjadi experimental group dan control group.

5) Dalam experimental group, teori belajar konstruktivisme diturunkan ke dalam

metode task-based learning, strategi tell and show hingga penerapannya pada

treatment yang diberikan di dalam kelas.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

44

6) Dalam control group, pembelajaran menggunakan teori, metode, dan strategi

yang biasa (konvensional) digunakan oleh guru pengajar.

7) Penanda kohesi yang mendukung koherensi teks deskriptif juga dapat dilihat

dari penggunaan tanda baca, ejaan, dan didukung dengan penggunaan tata

bahasa yang sesuai dengan metode dan strategi yang diterapkan di tiap-tiap

kelas. Hal ini dilakukan untuk menyamaratakan unsur kebahasaan yang akan

diajarkan karena nantinya penelitian eksperimen ini akan melihat pengaruh

strategi tell and show terhadap kualitas teks deskriptif peserta didik.

8) Pelaksanaan post-test untuk kedua kelas dilaksanakan setelah serangkaian

tindakan diberikan.

9) Penilaian dilakukan dengan mengkaji aspek penanda kohesi dan koherensi

yang tidak lepas dari pengaruh ejaan serta penggunaan tata bahasa yang tepat.

Dengan kata lain, dalam penilaian ini rubrik akan disesuaikan dengan aspek-

aspek tersebut.

10) Penarikan simpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah kedua dan

ketiga.

Hal lainnya adalah untuk memaparkan hasil yang lebih jelas terkait dengan

teks deskriptif peserta didik, maka data yang diperoleh berupa angka ditampilkan

ke dalam bentuk tabel dan diagram batang sebagai representasi hasil penelitian

ini. Selanjutnya, melalui tabel dan diagram batang tersebut, penjelasan secara

kualitatif juga diberikan sehingga didapatkan pemaparan arah penelitian ini

menjadi lebih jelas.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, … II.pdf · English Language. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai ... analisis wacana, yaitu penanda kohesi yang

45

2.5 Hipotesis

Berdasarkan teori dan konsep dari strategi tell and show dan keterkaitannya

dengan hasil teks deskriptif peserta didik, berikut ini telah disusun hipotesis

penelitian ini.

H1: µA1 ≠ µA2

Keterangan

1) µA1 : Nilai rerata experimental group yang diajarkan dengan strategi tell and

show

2) µA2 : Nilai rerata control group yang diajarkan dengan strategi konvensional

Berdasarkan rumus tersebut, maka hipotesis penelitian ini dapat dikatakan

bahwa terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan antara peserta didik yang

diajar dengan strategi tell and show dan mereka yang diajarkan dengan strategi

konvensional yang biasa digunakan oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris.