bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...

60
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Belajar Menurut Oemar Hamalik (2006:27) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut Pribadi (2011:12) belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan. Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan pekerjaan. Smith dan Ragan dalam Pribadi (2011:12) memaknai konsep belajar sebagai perubahan yang bersifat relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang di akibatkan oleh pengalaman. Menurut Gage dalam Willis Dahar (1996:11), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Definisi belajar menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1996:11) merupakan suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu pembelajaran itu membutuhkan pengalaman sebagai hasil dari belajar itu sendiri.

Upload: haphuc

Post on 07-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2006:27) belajar merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Menurut Pribadi (2011:12) belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan.

Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan pekerjaan.

Smith dan Ragan dalam Pribadi (2011:12) memaknai konsep belajar sebagai

perubahan yang bersifat relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang

yang di akibatkan oleh pengalaman. Menurut Gage dalam Willis Dahar (1996:11),

belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah

perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Definisi belajar menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1996:11)

merupakan suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu pembelajaran itu membutuhkan

pengalaman sebagai hasil dari belajar itu sendiri.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

9

Belajar menurut pandangan B.F Skinner dalam Faturahman,dkk (2012:7),

merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif, dan dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar,

b. Respons peserta didik

c. Konsekuensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik

konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan belajar merupakan

suatu proses perubahan perilaku seseorang yang didasarkan oleh pengalaman dan

pengetahuan. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mecapai

tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Menurut Faturahman, dkk (2012:13) ada berbagai prinsip belajar yang

dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan yaitu :

Belajar terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu

diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak

terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat

pengetahuan baru, law of exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi

diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar

yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan. Beberapa prinsip

atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli

psikologi yang berlaku yaitu motivasi, pembentukan, kemajuan dan

keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error,

transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang

bersifat individual.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

10

Gage dalam Willis Dahar (1996:12) mengemukakan bahwa ada lima bentuk

belajar, yaitu :

a) Belajar responden

Salah satu bentuk dari belajar disebut dengan belajar responden, yaitu suatu

respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Contoh belajar

responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi

Ivan Pavlov yaitu dimana perubahan perilaku dianggap sebagai hasil dari

suatu pengalaman. Belajar dengan model responden, memungkinkan siswa

dapat mecapai hasil belajar yang lebih memuaskan.

b) Belajar kontiguitas

Asosiasi dekat (contigous) sederhana antara suatu stimulus dan suatu respons

dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan belajar

kontiguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respons

terhadap petanyaan-pertanyaan yang belum lengkap.

c) Belajar operant

Perilaku operant tidak mempunyai stimulus fisiologis yang dikenal, perilaku

operant tidak dikeluarkan tetapi dipancarkan dan konsekuensi dari perilaku itu

bagi organisma merupakan variabel yang penting dalam belajar operant.

d) Belajar observasional

Konsep belajar observasional memperlihatkan, bahwa orang dapat belajar

dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

11

e) Belajar kognitif

Menurut ahli psikologi dan ahli pendidikan, konsepsi-konsepsi tentang belajar

yang telah dikenal, tidak satu pun yang mempersoalkan proses-proses kognitif

yang terjadi selama belajar, proses-proses semacam itu menyangkut insight

atau berfikir dan reasoning, atau menggunakan logika deduktif dan induktif.

Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif, sesuatu yang pentin tidak

dapat ditemukan dari konsepsi “operant conditioning” ini, yaitu apa

sebenarnya yang terjadi. Semua pendekatan belajar sepertinya tidak peduli

pada persepsi siwa atau insight dan kognisi dari hubungan-hubungan esensial

antara unsur-unsur dalam situasi ini.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2009:7), hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di

atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Selanjutnya, menurut pendapat Syaiful Bakri (2000 : 22) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, yang diperoleh

dari suatu proses usaha individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Merujuk pada pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan suatu acuan dari perubahan perilaku seorang peserta didik dalam kegiatan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

12

pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar

mengajar karena memberikan informasi terhadap guru tentang kemajuan siswa untuk

mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya, informasi

tersebut guru dapat menyusun dan menentukkan langkah-langkah pembelajaran atau

kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, agar siswa bisa lebih memahami keseluruhan

materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : a) Keterampilan

dan kebiasaan ; b) Pengetahuan dan pengertian ; c) Sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana

Sudjana, 2004 : 22).

Menurut Oemar Hamalik (2000:17) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah

apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dan merujuk pada pemikiran Gagne dalam

Djamarah (2008:22), yang mengungkapkan bahwa hasil belajar berupa hal-hal :

1. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

13

rangsangan spesifik pula. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memperentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi

kemampuan analitis sintesis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas

kognitif yang bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarhkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai, dan dapat menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai standar

nilai.

2.1.2.1 Indikator Hasil Belajar

Hasil belajar sangat berkaitan dengan proses belajar mengajar. Kedua hal

tersebut tidak dapat dipisahkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan dalam belajar siswa dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

14

Menurut Taksonomi Bloom dalam Suharsimi (2010:116), hasil belajar

mencakup pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan berdasarkan

taksonomi bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui tiga kategori

ranah antara lain :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, menghubungkan dan

mengamati.

Dalam hal ini hasil belajar kognitif lebih dominan dibandingkan dengan afektif

dan psikomotor. Namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi

bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar

digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu

tujuan pendidikan.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

15

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu

aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh

pakar pendidikan sebagaimana telah dijelaskan secara fragmentaris atau terpisah,

melainkan komprehensif.

Bloom dan Krathwohl dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives

menyatakan bahwa: domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan

ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup

tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan,

dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan

manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Klasifikasi tujuan tersebut

memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Ketiga

ranah tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Uzer Usman, 2009:34) :

Tabel 2.1

Domain Taksonomi Bloom

Domain Keterangan

a. Klasifikasi tujuan kognitif

(Bloom, 1956)

1. Ingatan/recall

Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat

materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana

sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting

adalah kemampuan mengingat keterangan dengan

benar.

2. Pemahaman Mengacu kepada kemampuan memahami makna

materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan

merupakan tingkat berpikir yang rendah.

3. Penerapan Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau

menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi

yang baru dan menyangkut penggunaan aturan,

prinsip.

4. Analisis Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

16

dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya,

dan mampu memahami hubungan di antara bagian

yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan

aturannya dapat lebih dimengerti.

5. Sintesis Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau

komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola

struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan

tingkah laku yang kreatif.

6. Evaluasi Mengacu kepada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan

tertentu. Evaluasi merupakan tingkat hasil belajar

tertinggi dalam domain kognitif.

Domain Keterangan

b. Klasifikasi tujuan afektif

(Krathwohl, 1964)

1. Penerimaan Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan

memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat.

Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah

dalam domain afektif.

2. Pemberian respons Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa

menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan

tertarik.

3. Penilaian Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita

menitikberatkan diri pada objek atau kejadian tertentu

dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau

tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi “sikap” dan “apresiasi”.

4. Pengorganisasian Mengacu kepada penyatuan nilai.

5. Karakterisasi Mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang.

Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya

dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.

c. Klasifikasi tujuan psikomotorik

(Dave, 1970)

1. Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan.

Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan

tidak sempurna.

2. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti

pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang

menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut

petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku

saja.

3. Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

17

lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih

terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai

pada tingkat minimum.

4. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan

dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang

diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-

gerakan yang berbeda.

5. Pengalamiahan Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan

paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun

psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.

Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan

tertinggi dalam domain psikomotorik. Sumber: Uzer Usman (2009:34-37)

Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi

taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun

2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata

kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori

masih diurutkan secara hierarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada

ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi

analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak ada perubahan

jumlahnya karena Lorin memasukkan kategori baru yaitu creating (mencipta) yang

sebelumnya tidak ada.

Tabel 2.2

Dimensi Proses Kognitif

Revisi Taksonomi Bloom

Kategori-kategori Proses-proses Kognitif Nama-nama Alternatif

1. Mengingat

Mencari dan menemukan

pengetahuan dari memori

jangka panjang

1.1 Mengenali ulang

Mengidentifikasi

1.2 Mengingat ulang Mencari-temu

2. Memahami 2.1 Menginterpretasi Klarifikasi, paraphrasing,

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

18

Mengkonstruksi makna

dari pesan-pesan

instruksional, mencakup

komunikasi lisan, tertulis,

dan grafis

(Menafsir) menyajikan-ulang,

translasi

2.2 Mengeksemplifikasi

(Menyontohkan)

Mengilustrasikan,

mencontohkan

2.3 Mengklasifikasi

Kategorisasi, subsuming

2.4 Summarizing

(Mengikhtisarkan)

Mengabstraksi,

generalisasi

2.5 Menyimpulkan

Menyimpulkan,

mengekstrapolasi,

menginterpolasi,

memprediksi

2.6 Membandingkan

Mengkontraskan,

memetakan, memadankan

2.7 Menjelaskan,

mengekplanasi

Mengkonstruksi model-

model

3. Mengaplikasi/Menerapk

an

Melaksanakan atau

menggunakan sebuah

prosedur dalam sebuah

situasi yang ada

3.1 Mengeksekusi

3.2 Mengimplementasikan

Melaksanakan

Menggunakan

Kategori-kategori Proses-proses Kognitif Nama-nama Alternatif

4. Menganalisis

Menguraikan material

menjadi bagian-bagian

pembentuknya dan

menentukan bagaimana

bagian-bagian ini saling

berkaitan dan dengan

struktur totalnya atau

tujuannya

4.1 Membedakan

4.2 Mengorganisasi

4.3 Mengatribusi

Diskriminasi,

membedakan,

memfokuskan, memilih

Menemukan koherensi,

mengintegrasikan,

menyusun kerangka,

parsing, menstrukturkan

Mendekonstruksi

5. Mengevaluasi

Membuat judgement

didasarkan atas kriteria dan

standar

5.1 Mengecek

5.2 Mengkritik

Mengkoordinasi,

mendeteksi memantau,

mentes

Men-judge

6. Mengkreasi

Menyusun unsur-unsur

6.1 Generate

(Memunculkan)

Menghipotesiskan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

19

secara bersamaan untuk

membentuk sebuah

keseluruhan yang koheren

atau fungsional;

mereorganisasi unsur-

unsur menjadi sebuah pola

atau struktur baru

6.2 Merencanakan

6.3 Memproduksi

Mendisain

Mengkontruksi

Sumber: Anderson at all., dalam Kesuma dan Salimi (2011: 21-22)

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2008:175) untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk

“perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam

diri individu dan dari luar individu. Proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang

hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Selanjutnya Djamarah (2008:176) menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi

proses dan hasil belajar :

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik, selama hidup anak

didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan

sosial budaya. Berikut uraian mengenai faktor lingkungan :

a. Lingkungan alami

Lingkungan hidup merupakan lingkungan tempat tinggal anak didik,

hidup dan berusaha ada didalamnya. Keadaan lingkungan yang tidak baik

akan membuat tingkat konsentrasi siswa menjadi lebih baik.

b. Lingkungan sosial budaya

Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan

interaksi sosial. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan

yang selalu ada dalam kehidupan sosial.

2. Instrumental

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

20

Dalam rangka menunjang kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan tertentu

saja diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai berbagai bentuk dan

jenisnya, misalnya saja :

a. Kurikulum

Kurikulum merupakan a plan for learning yang menjadi unsur

substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum maka kegiatan belajar

mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang akan guru

sampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, kurikulum diakui dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.

b. Program

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya

program pendidikan yang dirancang. Program pengajaran yang dibuat tidak

hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik.

c. Sarana dan fasilitas

Sarana mempunya arti penting dalam pendidikan. Salah satu

persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah kepemilikan gedung

sekolah yang didalamnya terdapat ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang

dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium,

dan halaman sekolah yang memadai, hal tersebut bertujuan untuk

memberikan kemudahan pelayanan anak didik.

Selain masalah sarana, fasilitas juga merupakan kelengkapan sekolah

yang harus diperhatikan. Misalnya saja, fasilitas mengajar yang merupakan

kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Guru harus

memiliki buku pegangan dan buku penunjang, alat peraga yang diperlukan

oleh guru juga harus sudah tersedia di sekolah agar guru sewaktu-waktu

dapat menggunakannya sesuai dengan metode mengajar yang akan dipakai.

Tentu saja anak didik dapat belajar dengan lebih baik dan menyenangkan

bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik dan hasil

belajar anak didik tentu akan lebih baik.

d. Guru

Sebagai tenaga profesional yang sangat menentukan jatuh bangunnya

suatu bangsa dan negara, guru seharusnya menyadari bahwa tugas mereka

sangat berat. Di dalam sekolah, kompetensi personal akan menentukan

simpatik tidaknya guru dalam pandangan anak didik.

3. Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan

belajar seseorang. Sebagian besar yang dipelajari anak didik yang belajar

berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan

observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,

mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi

dan sebagainya. Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

21

diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja

sebagai perangkat tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru

di kelas.

4. Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua

keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar siswa. Faktor

psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama

dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Berikut beberapa faktor

psikologis :

a. Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan

modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau

tujuan yang diminatinya.

b. Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor

yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.

c. Bakat

Disamping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang

besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak

ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan

bakat meperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.

d. Motivasi

Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan

bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar

bertambah.

e. Kemampuan kognitif

Berikut bagan mengenai klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:177) :

Faktor Eksternal

Lingkungan

Instrumental

Lingkungan alam

Lingkungan sosial dan

budaya

Kurikulum

Metode Pembelajaran

Sarana dan fasilitas

Guru

Sumber belajar

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

22

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Sumber : Djamarah (2008:177)

Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru

untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran sangat penting untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.3 Aktivitas Belajar

Menurut Sardiman dalam Erwin Ridha (2007:37), aktivitas belajar yang

dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

23

fisik sampai kegiatan psikis, menegaskan bahwa pada prinsipnya, belajar adalah

berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Menurut S. Nasution (2000:86) aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani

dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Sedangkan, belajar adalah proses

yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah

dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari

perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Jadi dapat

disimpulkan, aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang

menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

kecakapan.

Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang

menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau

kecakapan.

Belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tidak pula pernah sepi dari

berbagai aktivitas. Tidak mungkin seseorang belajar tanpa melakukan aktivitas

raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar

menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek

dan lain sebagainya.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan

aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar baik

secara fisik ataupun psikis yang bertujuan untuk menunjang keberhasilan dan hasil

belajar siswa.

Menurut penelitian ahli pendidikan Maria Montessori dalam Oemar Hamalik

(2006:171) menjelaskan :

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

24

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Jika dalam pengajaran

tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat

semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat

tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Anak (siswa)

belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan

keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Untuk memperkuat pendapat di atas dikemukakan pendapat dari Mehl Mills

Douglass dalam Oemar Hamalik (2006:172) mengenai The Principle of Activity,

sebagai berikut :

One learning only by some activity in the neural system : seeings, hearing,

smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively

engage in the “learning”, whether it be of information a skill, an understanding, a

habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task. Yang artinya, suatu

pembelajaran merupakan beberapa aktivitas dalam sistem saraf yaitu : melihat,

mendengar, mencium, merasakan, berfikir, aktivitas fisik atau motorik. Seorang

pelajar harus secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Apakah itu informasi

keterampilan, pemehaman, kebiasaan, cita-cita, sikap, minat, atau sifat natural.

Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut

pandang perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur

kejiwaan seseorang subjek belajar atau subjek didik, dapat diketahui bagaimana

prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu sendiri. Karena dilihat dari sudut

pandang ilmu jiwa, maka sudah pasti yang menjadi fokus perhatian adalah komponen

manusiawi yang melakukan aktivitas dalam mengajar, yaitu antara guru dan siswa.

Menurut Hidayah (2006:16) Prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu

jiwa secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu

jiwa modern,

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

25

a. Menurut pandangan ilmu jiwa lama

Dalam pendidikan, yang memberi dan mengatur isinya adalah guru,

karena guru yang harus berperan aktif sedangkan peserta didik bersifat

reseptif. Menurut Herbart jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara

mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, disini juga guru yang harus

menyampaikan tanggapan-tanggapan itu. Jadi, konsepsi jiwa sebagai kertas

bersih yang harus ditulis atau sebagai bejana yang harus diisi menyebabkan

gurulah yang aktif dan kreatif serta guru sebagai sumber datangnya inisiatif.

Guru yang menentukan bahan pelajaran sedangkan peserta didik bersifat

reseptif dan pasif.

b. Menurut pandangan ilmu jiwa modern

Menurut pandangan ilmu jiwa modern, jiwa itu bersifat dinamis,

mempunyai energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena dorongan oleh

macam-macam kebutuhan. Peserta didik dipandang sebagai organisme yang

mempunyai dorongan untuk berkembang. Mendidik adalah membimbing anak

untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Dalam pendidikan peserta

didiklah yang harus aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator yaitu yang

menyediakan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencernanya

adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan bakat dan latar belakang dan

kemauan masing-masing.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

26

2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar pada diri

seseorang atau siswa, menurut Ngalim Purwanto (2004:107) terdiri atas dua bagian,

yaitu :

1. Faktor Internal yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar,

baik aspek fisiologis maupun aspek psikologis.

a. Aspek Fisiologis

Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat

akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak

rendah. Keadaan sakit pada fisik atau tubuh mengakibatkan cepat lemah,

kurang bersemangat, mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar

seseorang dapat belajar dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan

dirinya (Ngalim Purwanto, 1992:107).

b. Aspek Psikologis

Menurut Sardiman (2008:45), sedikitnya ada delapan faktor psikologis

yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-

faktor itu adalah :

a) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek, baik

didalam maupun di luar dirinya (Abu Ahmadi, 2003:145). Makin sempurna

perhatian yang menyertai aktivitas maka akan semakin sukseslah aktivitas

belajar itu. Oleh karena itu, guru seharusnya selalu berusaha untuk menarik

perhatian anak didiknya agar aktivitas belajar mereka turut berhasil.

b) Pengamatan

Pengamatan adalah cara mengenal dunia secara nyata, baik dirinya sendiri

maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Karena fungsi

pengamatan sangat sentral, maka alat-alat pengamatan yaitu panca indera

perlu mendapatkan perhatian yang optimal dari pendidik, sebab tidak

berfungsinya panca indera akan berakibat terhadap jalannya usaha

pendidikan pada anak didik. Panca indera dibutuhkan dalam melakukan

aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45)

c) Tanggapan

Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek

yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.

Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesannya

saja. (Abu Ahmadi, 2003:64) atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah

orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh

terhadap perilaku belajar setiap siswa (Sardiman, 2008:45).

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

27

d) Fantasi

Fantasi dimaksudkan sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk

tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan

fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan

menjangkau ke depan, keadaan-keadaan masa yang akan datang. Dengan

fantasi, maka dalam belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar

karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain (Abu Ahmadi,

2003:78).

e) Ingatan

Ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan

memproduksi kesan-kesan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat

pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk

menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami.

(Abu Ahmadi, 2003:70).

f) Bakat

Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu

kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan

persoalan intelegensia yang merupakan struktur mental yang melahirkan

kemampuan untuk memahami sesuatu. Kemampuan itu menyangkut:

achievement, capacity dan aptitude (Sardiman, 2008:46).

g) Berfikir

Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan

pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan (Sardiman, 2008:46).

h) Motif

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Apabila aktivitas

belajar itu didorong oleh suatu motif dari dalam diri siswa, maka

keberhasilan belajar itu akan mudah diraih dalam waktu yang relatif tidak

cukup lama (Sardiman, 2008:46).

2. Faktor Eksternal

Menurut Ngalim Purwanto (2004:102-106), faktor eksternal terdiri atas :

a. Keadaan keluarga

Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal atau sekolah

sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga. Di

keluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh

pendidikan di lingkungan keluarga, suasana di lingkungan keluarga, cara

orang tua mendidik, keadaan ekonomi, hubungan antar anggota keluarga,

pengertian orang tua terhadap pendidikan anak dan hal-hal lainnya di dalam

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

28

keluarga turut memberikan karakteristik tertentu dan mengakibatkan aktif dan

pasifnya anak dalam mengikuti kegiatan tertentu.

b. Guru dan cara mengajar

Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti

kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya,

seperti bagaimana guru menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan

temannya dan lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Alat-alat pelajaran

Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang

diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-

gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan

mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

d. Motivasi sosial

Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar

tanggung jawab sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan

lingkungan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam. Oleh karena

itu, corak hidup suatu lingkungan masyarakat tertentu dapat mendorong

seseorang untuk aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar atau sebaliknya.

e. Lingkungan dan kesempatan

Lingkungan dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan

belajar siswa, misalnya jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh,

sehingga memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat

melelahkan siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh

sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif

serta faktor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan

kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang

dewasa.

2.1.3.2 Jenis-jenis aktivitas belajar

Aktivitas belajar memiliki banyak sekali macam maka para ahli mengadakan

klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut, beberapa di antaranya yaitu :

Beberapa aktivitas belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam Hidayah

(2006:17) digolongkan ke dalam beberapa kegiatan berikut ini :

a) Mendengarkan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

29

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang yang

belajar di sekolah pasti terdapat aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru

menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa diharuskan mendengarkan

apa yang guru sampaikan. Para siswa dituntut menjadi pendengar yang baik

ketika guru sedang menjelaskan.

b) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek, aktivitas

memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu

matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi

aktivitas memandang dapat dilakukan.

c) Meraba

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indera manusia yang

dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas

meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi

seseorang untuk belajar, hal tersebut tentu saja aktivitasnya harus disadari

dengan suatu tujuan.

d) Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan

dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat

merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu

seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa

mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting.

e) Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan

selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca disini tidak

hanya diartikan sebagai membaca buku saja, tetapi juga bisa membaca

majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar, dan

hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan belajar.

f) Membaca ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu dalam hal mengingat atau

mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.

Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga, jika hanya

membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca pada bagian yang

dianggap penting perlu untuk digarisbawahi (underline). Hal ini sangat

membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari bila

diperlukan.

g) Mengamati tabel, diagram, dan bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel,

diagram, dan bagan. Materi non verbal semacam ini sangat membantu bagi

seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula dengan

gambar, peta, dan lain sebagainya yang dapat menjadi bahan ilustratif yang

membantu pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

30

h) Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus dengan

metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode-

metode tertentu dalam pengerjaannya. Sedangkan, sistematis artinya

menggunakan kerangka berfikir yang logis dan kronologis.

i) Mengingat

Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk

mencapai tujuan belajar lebih lanjut juga termasuk ke dalam aktivitas belajar.

Apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar

yang lainnya.

j) Berfikir

Berfikir adalah termasuk aktivitas belajar, karena dengan berfikir

seseorang dapat memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi

tahu tentang hubungan antara sesuatu.

k) Latihan atau praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya

penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar

sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang

baik untuk memperkuat ingatan.

Paul B. Diedrich dalam Nasution (2000:91) membuat suatu daftar yang berisi

177 kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan

gambar demonstrasi, percobaan.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

31

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh mengingat, memecahkan soal, menganalisis,

mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira,

bersemangat.

Getrude M. Whipple dalam Oemar Hamalik (2006:173) membagi kegiatan-

kegiatan murid sebagai berikut :

1. Bekerja dengan alat-alat visual

a. Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya

b. Mempelajari gambar-gambar, stereograph slide film, khusus mendengarkan

penjelasan, mengajukan pertanyaan

c. Mengurangi pameran

d. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati

bahan-bahan visual

e. Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan

f. Menyusun pameran, menulis tabel

g. Mengatur file material untuk digunakan kelak

2. Ekskursi dan trip

a. Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang

b. Mengundang lembaga-lembaga yang dapat memberikan keterangan-

keterangan dan bahan-bahan

c. Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses

penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi

3. Mempelajari masalah-masalah

a. Mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting

b. Mempelajari eksiklopedia dan referensi

c. Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi

seleksi sekolah

d. Mengirim surat kepada badan-badan bisnis untuk memperoleh informasi dan

bahan-bahan

e. Melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Guidance yang telah

disiarkan oleh guru

f. Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

32

g. Menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi

h. Melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun

i. Menilai informasi dari bebagai sumber, menentukan kebenaran atas

pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan

j. Mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau laporan-laporan

lisan yang menarik dan bersifat informatif

k. Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu

l. Mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar

m. Men-skin bahan untuk menyusun subjek yang menarik untuk studi lebih

lanjut.

4. Mengapresiasi literatur

a. Membaca cerita-cerita yang menarik

b. Mendengarkan bacaan untuk kesenangan informasi

5. Ilustrasi dan konstruksi

a. Membuat chart dan diagram

b. Membuat blue print

c. Menggambar dan membuat peta, relief map, picturial map

d. Membuat poster

e. Membuat ilustrasi, peta, dan diagram untuk sebuah buku

f. Menyusun rencana permainan

g. Membuat suatu frieze

h. Membuat artikel untuk pameran

6. Bekerja menyajikan informasi

a. Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik

b. Menyensor bahan-bahan dalam buku-buku

c. Menyusun bulletin board secara up to date

d. Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly

e. Menulis dan menyajikan dramatisasi

7. Cek dan tes

a. Mengerjakan informal dan standardizet test

b. Meyiapkan tes-tes untuk murid lain

c. Menyusun grafik perkembangan.

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan macam-macam aktivitas

belajar yang dimaksud adalah :

1) Mendengarkan penjelasan guru.

2) Mencatat hal-hal yang dianggap penting.

3) Berdiskusi

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

33

4) Keberanian untuk bertanya.

5) Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan saran

6) Mengerjakan latihan.

2.1.3.3 Langkah-langkah dalam aktivitas belajar

Cruickshank dalam Pribadi (2011:126) mengemukakan beberapa langkah

yang diperlukan oleh guru dan instruktur agar dapat melibatkan siswa dalam

melakukan aktivitas pembelajaran, yaitu :

1. Menyiapkan siswa untuk mengikuti program pembelajaran

2. Menyajikan informasi dan pengetahuan secara jelas dan logis

3. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki

sebelumnya

4. Menyampaikan informasi pengetahuan dan keterampilan secara bervariasi

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajari

6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami pengetahuan dan

keterampilan

7. Membantu siswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan.

Agar dapat melibatkan siswa, guru perlu menyiapkan mental siwa sebelum

aktivitas belajar dimulai. Guru harus memastikan bahwa aktivitas belajar berlangsung

dalam suasana yang kondusif bagi siswa untuk melakukan proses belajar. Belajar

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

34

pada dasarnya merupakan proses analisis dan juga sintesis. Siswa membangun

kompetensi secara sistematis terhadap konsep, prinsip, aturan, dan hukum yang

dipelajari. Dalam memperlajari konsep, prinsip, aturan, dan hukum yang terdapat

dalam ilmu pengetahuan, guru perlu menekankan agar siswa mampu menerapkan

proses berfikir kritis atau critical thinking.

Agar dapat melibatkan siswa dalam aktivitas belajar diperlukan adanya

sebuah strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran dalam konteks ini

dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang dipilih oleh guru untuk membantu

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi. Aplikasi strategi

pembelajaran pada dasarnya dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran

berlangsung, pada saat penyajian materi pelajaran, dan pada saat penilaian serta

aktivitas belajar lanjutan. Berikut ini urutan dalam strategi pembelajaran :

Gambar : 2.2

Upaya menarik perhatian siswa

Aktivitas belajar

Tindak lanjut aktivitas belajar

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

35

Urutan dalam Strategi Pembelajaran Sumber : Benny. A Pribadi (2011:130)

Implementasi strategi pembelajaran dapat dilakukan pada awal kegiatan,

dalam kegiatan pembelajaran, dan penutup kegiatan pembelajaran. Strategi

pembelajaran dalam hal ini dipandang sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk

menciptakan situasi pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif ke

dalam aktivitas belajar.

Pemanfaatan metode, media, dan strategi pembelajaran juga dapat digunakan

sebagai sarana untuk melibatkan siswa dalam aktivitas belajar. Keterlibatan siswa

dalam belajar akan meningkatkan daya ingat atau retensi siswa terhadap isi atau

materi pelajaran. Keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar tidak hanya mampu

meningkatkan daya ingat atau rentensi saja, tetapi juga akan membantu siswa dalam

mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran seperti apa yang diinginkan.

2.1.4 Model Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran

Mills dalam Suprijono (2009:45) berpendapat model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau

sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran

merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan

dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

36

Menurut Arend dalam Suprijono (2009:46) model pembelajaran mengacu

pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model

pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan

para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Budiwati dan Permana (2010:70) model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi,

peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting

pengajaran atau setting lainnya.

2.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saat ini banyak

digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa

terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam

mengembangkan tingkat keaktifan siswa terutama untuk siswa yang tidak dapat

bekerja sama dengan orang lain, siswa yang tidak peduli pada temannya yang lain.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

37

Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011:29) menjelaskan pengertian

cooperatif learning sebagai berikut :

Cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada

perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar,

yang didalamnya setiap pembelajar harus bertanggungjawab atas proses

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran

anggota-anggota yang lain.

Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering didefinisikan

sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk

bekerjasama dan saling meningkatkan proses pembelajarannya dan pembelajaran

siswa-siswa lain.

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif sangat bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa yang telah

di bentuk oleh guru. Dalam model pembelajaran ini, guru diharapkan mampu

membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggota

kelompok dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran.

Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang

disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.

Secara singkat dapat dijelaskan, pembelajaran kooperatif mengacu pada

metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling

membantu dalam proses belajar.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

38

Menurut Isjoni (2010:20), pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan

kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan ada

pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah :

1. Setiap anggota kelompok memiliki peran

2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya

4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok, dan

5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif adalah agar

peserta didik dapat belajar secara berkelompok dengan teman-temannya dengan cara

saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok.

Pembelajaran kooperatif ini tidak bermaksud untuk menggantikan pendekatan

kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila

diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan

dalam mengisi kelemahan kompetisi, yaitu hanya sebagian siswa saja yang akan

bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

39

ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa malu bila

kekurangannya diketahui oleh teman-temannya. Terkadang motivasi persaingan akan

menjadi kurang sehat apabila para peserta didik saling mengingkan siswa lainnya

tidak mampu, misalnya saja dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru. Sikap

mental inilah yang dirasa perlu untuk mengalami perbaikan (Improvement).

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar

berupa berprestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif

menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur

tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat

kerjasama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Model pembelajaran kooperatif belum dapat dilakukan secara optimal karena

ada kekhawatiran akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Hal tersebut

diakibatkan karena siswa merasa guru tidak adil dalam pembagian tugas. Untuk

menghindari pembagian kerja kurang adil maka guru sebelumnya harus mengetahui

dan memahami sintak model pembelajaran kooperatif.

Menurut Suprijono (2009:65) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri

dari 6 (enam) fase, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3

Sintak model pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik siap

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

40

mempersiapkan peserta didik belajar

Fase 2 : Present information

Menyajikan informasi

Mempersentasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning

teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam

tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama

peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenal berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui

usaha dan prestasi individu maupun

kelompok.

Sumber : Suprijono (2009:65)

Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus

bisa ikut mendukung misalnya dengan cara-cara berikut ini :

1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi

2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan

mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

41

3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai

keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-

kelompok kecil

4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam

belajar dan terjadinya dialog interaktif

5. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif

6. Memfasilitasi terjadinya learning go live together

7. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok

8. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer

kegiatan kelompok

9. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial

dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat

menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik. Kehidupan sosial adalah

sisi penting dari kehidupan individual.

Dapat disimpulkan bahwa, dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa

harus menjadi partisipasi aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun

komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu satu sama lain.

Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif ini adalah siswa diberi kebebasan

untuk terlibat aktif dalam kelompok mereka. Pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al

(2000) dalam Isjoni (2010 :27), yaitu :

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

42

a. Hasil belajar akademik

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,

juga bisa memperbaiki prestasi belajar siswa atau tugas-tugas akademis

penting lainnya.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar

belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-

tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

saling menghargai satu sama lain

c. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja

sama dan kolaborasi.

2.1.4.3 Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif

Sebagai model pembelajaran yang sistematis dan mengelompokkan siswa

untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran

kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Menurut

Slavin dalam Isjoni (2010:30), teori-teori perkembangan kognitif adalah berasaskan

teori Piaget dan Vygotsky yang dikenal sebagai “Piaget Konstruktivism Kognitif” dan

“Vygotsky Konstruktivism Social”.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

43

Menurut teori kontruktivisme dalam Sukardjo dan Komarudin (2009:54) yang

menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa

itu sendiri. Teori ini adalah merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan oleh

Piaget, Vigotsky, dan Bruner. Konsep pembelajaran menurut teori kontruktivisme

adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan

proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru

berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola

sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya

sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan kontruktivisme

sangat penting peran siswa untuk dapat membangun constructive habits of mind.

Agar siswa memiliki kebiasaan berfikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap

belajar.

Menurut Suprijono (2009:30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan

dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu

merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan.

c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep

membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan

pengalaman-pengalaman seseorang.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

44

Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif bukan objektif.

Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realistis plural. Teori

belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan berfikir bersifat elektik. Teori

belajar yang bersifat elektik artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun

asal tujuan belajar dapat tercapai. Menurut Isjoni (2010:35), terdapat berbagai teori

dalam pembelajaran kooperatif atau cooperative learning, diantaranya adalah :

1. Teori Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Pembelajaran

bermakna sebagai suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah

mencakup fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat oleh siswa.

Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat

bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran.

2. Teori Piaget

Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:37), setiap individu mengalami tingkat-

tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut :

a. Sensoni motor (0-2 tahun)

b. Pra operasional (2-7 tahun)

c. Operasional konkret (7-11 tahun)

d. Operasional formal (11 tahun ke atas)

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

45

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan

pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut

teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus

dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi dalam teori ini,

maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus bersifat aktif.

3. Teori Vygotsky

Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat sosiokultural

dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam

zona perkembangan proksima adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat

perkembangan seseorang pada saat ini.

Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain

kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berfikir siswa dibangun dalam ruang kelas,

sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama antar pelajar

dengan pelajar lainnnya yang lebih mampu.

4. Paul Suparno

Menurut Paul Suparno dalam Suprijono (2009:34) dengan menggunakan

bahasanya sendiri individu dapat membentuk skema dan merubah skema. Individu

sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan ketika berinteraksi dengan pengalaman

dan objek yang dihadapi. Menurut Paul, belajar sebagai proses pengaturan kognitif

seseorang secara mandiri atau lebih merupakan proses inkulturasi dalam

masyarakat. Kedua perspektif itu sama-sama mengimplikasikan pentingnya

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

46

keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan

terhadap objek. Hanya saja yang satu lebih menekankan pentingnya keaktifan

individu dalam melakukan tindakan terhadap objek, sedangkan yang lain lebih

menekankan pentingnya lingkungan social cultural dalam melakukan tindakan

terhadap objek.

2.1.4.4 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe yang bisa diterapkan

dalam proses belajar mengajar. Dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif,

tipe yang banyak dikembangkan adalah Student Team Achievement Division (STAD)

dan Jigsaw yang juga sesuai dengan tipe yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2.1.4.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

STAD (Student Team Achievement Division) merupakan model pembelajaran

kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada

umumnya. Menurut Isjoni (2010:50) tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan

merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Siswa

dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.

Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu

kelompoknya, kemudian mereka di uji secara individual melalui kuis-kuis.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

47

Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh

kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal

dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin

menyatakan bahwa metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi

pelajaran, termasuk sains yang didalamnya terdapat unit tugas yang memiliki satu

jawaban yang benar.

Menurut Slavin dalam Isjoni (2010:51) pada proses pembelajarannya, model

belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yaitu :

1. Tahap penyajian materi

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu

dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa

terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan

materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai

teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui

audiovisual. Lamanya persentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan

bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas. Dalam

mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut :

a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.

b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan buka hafalan.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

48

c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman

siswa.

d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah.

e. Beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami

permasalahan yang ada.

2. Tahap kerja kelompok

Pada tahap ini, setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu

memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi

yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada

tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap tes individual

Pada tahap tes individual yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi

yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini di data dan di arsipkan yang akan

digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Pada tahap ini, perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal,

berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

49

yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar

siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Tabel 2.4

Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu

No. Skor Tes Skor Perkembangan

Individu

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10

3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Sumber : Isjoni (2010:53)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-

masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota

kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata

yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Adapun kriteria yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap kelompok

adalah sebagai berikut :

a. Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik

b. Kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

50

c. Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super

5. Kesimpulan

2.1.4.6 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Menurut Isjoni (2010:54) Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan pada mata

pelajaran apa saja termasuk mata pelajaran Ekonomi. Pada dasarnya, jika guru akan

menerapkan model pembelajaran ini yang perlu diperhatikan adalah topik yang

memuat sub-sub topik. Pada model Jigsaw ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu

kelompok asal atau dasar dan kelompok ahli. Jigsaw didesain untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang

positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe Jigsaw ini

adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan infomasi

yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.

Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok

sebaiknya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

51

lainnya. Dengan demikian cara yang paling efektif untuk menjamin heterogenitas

kelompok adalah dengan cara guru yang membentuk kelompok-kelompoknya dan

tidak membebaskan siswa untuk membentuk kelompok sendiri karena dengan

diberikan kebebasan kepada siswa untuk membentuk kelompok sendiri maka akan

menghasilkan kelompok-kelompok yang homogen dan seringkali ada beberapa siswa

tertentu yang tidak masuk dalam kelompok manapun.

Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, masing-masing siswa atau setiap

anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian

siswa-siswa atau perwakilan dari kelompok masing-masing bergabung dengan

anggota kelompok yang lain yang mempelajari materi yang sama dan biasa disebut

dengan kelompok ahli. Pada tipe Jigsaw, kelompok asal merupakan gabungan dari

beberapa ahli, kelompok ahli merupakan kelompok siswa yang ditugaskan untuk

mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang

berhubungan dengan topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada anggota

kelompok asalnya. Dalam model belajar tipe Jigsaw terdapat tahap-tahap dalam

penyelenggaraannya.

Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1975.

Dalam Isjoni (2010:56) dikemukakan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :

1. Tahap 1 Membentuk kelompok heterogen atau kelompok asal

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

52

Dalam tahap awal, siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen atau

kelompok asal. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan

guru berdasarkan pertimbangan tertentu untuk menghasilkan kelompok yang

heterogen biasanya terdiri dari 4-6 orang.

2. Tahap 2 Membagikan Tugas

Setiap anggota kelompok diberikan tugas materi tertentu yang berbeda setiap

masing-masing anggota. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari

kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain

yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan

mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan

kelompok tersebut dapat memahami dan menguasai materi yang sudah diberikan.

3. Tahap 3 Diskusi kelompok ahli

Pada tahap ini, setelah masing-masing perwakilan dapat menguasai materi

yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke

dalam kelompok asalnya masing-masing atau kelompok asalnya.

Selanjutnya, masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman

satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi

yang ditugaskan oleh guru. Biasanya siswa akan banyak menemui permasalahan

yang tahap kesukarannya bervariasi pengalaman seperti ini sangat penting bagi

perkembangan mental anak.

4. Tahap 4 Pemberian kuis Individu semua materi

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

53

Pada tahap ini siswa diberi tes atau kuis hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Siswa diberikan

tes dari seluruh materi atau seluruh pembahasan untuk mengukur kemampuan dan

hasil belajar siswa. Dengan demikian secara umum penyelenggaraan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat

menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif

dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.

Secara lebih jelas, tahapan-tahapan pada model belajar tipe Jigsaw adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.5

Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Tahapan Kegiatan Keterangan

Pertama Membentuk kelompok

besar yang heterogen

Guru membagi siswa dalam kelompok

yang berjumlah 5-6 orang disebut

kelompok asal

Kedua Membagikan tugas

materi membentuk ahli

Membagi tugas materi yang berbeda

pada tiap siswa dalam tiap kelompok.

Ketiga Diskusi kelompok ahli Siswa berdiskusi dalam kelompok

berdasarkan kesamaan materi yang

diberikan pada masing-masing siswa.

Keempat Diskusi kelompok

besar/asal

Siswa berdiskusi kembali dalam

kelompok asalnya masing-masing

berdasarkan ketentuan guru.

Kelima Pemberian kuis

individu semua materi

Guru melakukan penilaian untuk

mengukur kemampuan dan hasil

belajar siswa mengenai seluruh

pembahasan.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

54

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat digunakan secara efektif di

tiap level, dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,

membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang

paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti

ditemukan dalam literatur, penelitian sosial, membaca, dan ilmu pengetahuan. Materi

pelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan

sebagai tujuan umum.

2.1.5 Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

Menurut Budiwati dan Permana (2010:16), ekonomi merupakan ilmu tentang

perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi,

dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan

produksi, konsumsi dan distribusi.

Menurut Depdiknas dalam Budiwati dan Permana (2010:16), karakteristik

bidang studi ekonomi sebagaimana dijelaskan dalam pedoman khusus pengembangan

silabus dan penilaian mata pelajaran ekonomi adalah sebagai berikut :

1) Mata pelajaran ekonomi berawal dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata.

Kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia relatif tidak terbatas,

sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan

jumlahnya relatif terbatas atau langka.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

55

2) Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta

secara rasional. Selain memenuhi persyaratan sistematis, ilmu ekonomi juga

memenuhi persyaratan keilmuan yang lain yaitu bersifat objektif dan mempunyai

tujuan yang jelas.

3) Pada umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode

pemecahan masalah

4) Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi

karena objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.

5) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik. Apabila sumber

ekonomi keberadaannya melimpah, maka ilmu ekonomi tidak diperlukan bagi

kehidupan manusia. Demikian pula, jika penggunaan sumber ekonomi sudah

tertentu (tidak ada penggunaan alternatif), maka ilmu ekonomi juga tidak akan

diperlukan.

6) Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan alat kebutuhan.

Materi mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari ilmu IPS (Ilmu

Pengetahuan Sosial) yang juga tidak terlepas dari kehidupan manusia dalam

interaksi sosialnya. Menurut Budiwati dan Permana (2010:18), mata pelajaran

ekonomi juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami beberapa konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan

masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di

lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

56

b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang

diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

c. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang

bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara.

d. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun

internasional.

Pemahaman mengenai karakteristik ilmu ekonomi bagi calon atau guru

ekonomi akan membantu dalam mengorganisasikan pengajarannya secara optimal,

yang berfokus pada aspek kehidupan manusia untuk berniteraksi dalam kehidupan

ekonominya. Oleh karena itu, mata pelajaran ekonomi di sekolah menegah atas

(SMA) memiliki fungsi mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan

kegiatan ekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa yang ada

di masyarakat, serta memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan berbagai

masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat. Dalam KTSP materi mata pelajaran

ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan

masalah ekonomi yang terdiri dari lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan

terjauh, meliputi aspek-aspek a) Perekonomian, b) Ketergantungan, c) Spesialisasi, d)

Perkoperasian, e) Kewirausahaan, dan f) Akuntansi.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

57

Tujuan pembelajaran ekonomi kemudian dikembangkan dan dikenal dengan

istilah SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar). Standar kompetensi

dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Standar kompetensi untuk mata pelajaran ekonomi salah satunya adalah memahami

permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan

sistem ekonomi. Sedangkan untuk KD (kompetensi dasar) yang terdapat dalam SK

tersebut adalah mengidentifikasi kebutuhan manusia ; mendeskripsikan berbagai

sumber ekonomi yang langka dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas ;

mengidentifikasi masalah pokok ekonomi yaitu tentang apa, bagaimana dan untuk

siapa barang diproduksi ; mengidentifikasi hilangnya kesempatan pada tenaga kerja

bila melakukan produksi di bidang lain ; mengidentifikasi sistem ekonomi untuk

memecahkan masalah ekonomi.

Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan yang akhirnya dapat menimbulkan

masalah ekonomi. Kebutuhan timbul karena adanya tuntutan fisik dan psikis agar

dapat hidup layak sebagai manusia sehingga kebutuhan manusia sangat beraneka

ragam dan sering tidak dapat dipuaskan. Hal ini menyebabkan kebutuhan menjadi

tidak terbatas. Untuk materi kebutuhan manusia tediri dari bagian-bagian pembahasan

sebagai berikut :

1. Pengertian Kebutuhan

2. Macam-macam Kebutuhan Manusia

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

58

a. Kebutuhan menurut intensitas kegunaannya (penting atau tidaknya)

b. Kebutuhan menurut waktunya

c. Kebutuhan menurut sifatnya

d. Kebutuhan menurut subyeknya

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan

a. Kondisi alam

b. Peradaban

c. Agama dan Kepercayaan

d. Adat istiadat

2.2 Penelitian Terdahulu

Suatu penelitian memerlukan perbandingan dan rujukan penelitian

sebelumnya agar menghasilkan penelitian yang terarah dan reliabel sehingga

menghasilkan penelitian yang bermakna. Adapun hasil penelitian terdahulu yang

dapat dijadikan bahan acuan bagi penulis, yaitu :

Tabel 2.6

Penelitian Terdahulu

No

Nama / Tahun Judul Hasil Penelitian

1. Eva Oktavia

Ratnaningsih

Pengaruh model

pembelajaran

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

prestasi belajar siswa kelompok

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

59

2007 kooperatif tipe STAD

terhadap prestasi belajar

siswa (Penelitian

eksperimen terhadap

siswa kelas X

Akuntansi SMK

Kiansantang Bandung).

eksperimen setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih

tinggi dengan skor rata-rata 61,7

dibandingkan prestasi belajar siswa

kelompok kontrol yang menggunakan

model pembelajaran konvensional dengan

skor rata-rata 50. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD berpengaruh positif

dan signifikan terhadap prestasi belajar

siswa.

2. Mochamad Ichsan

Hasanuddin

2008

Perbedaan tingkat

prestasi belajar siswa

melalui penerapan

model cooperative

learning teknik Jigsaw

dan model

pembelajaran

konvensional.

Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

perbedaan tingkat prestasi antara model

cooperative learning teknik Jigsaw dengan

model pembelajaran konvensional

memiliki perbedaan signifikan yang

dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-

rata kelas eksperimen yang lebih tinggi

dibandingkan dengan peningkatan nilai

rata-rata kelas kontrol. Meskipun kedua

kelas mengalami peningkatan, tetapi

peningkatan yang dialami oleh kelas

eksperimen lebih tinggi dibanding dengan

kelas kontrol.

3. Imas Rosita

2010

Pengaruh penerapan

model pembelajaran

kooperatif metode

diskusi tipe Jigsaw

terhadap hasil belajar

siswa (Studi ekperimen

pada mata pelajaran IPS

Sub ekonomi Kelas XI

SMK Negeri 1

Bandung.

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

terdapat perbedaan hasil belajar siswa

antara siswa yang menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe

Jigsaw dengan siswa yang menggunakan

model pembelajaran konvensional.

Terdapat pula perbedaan hasil belajar pada

siswa kelompok eksperimen sebelum dan

setelah dikenakan model pembelajaran

cooperative learning tipe Jigsaw.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

60

4. Rizki Rakhmatiah

2011

Pengaruh penerapan

model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw

terhadap prestasi belajar

siswa (Studi

eksperimen pada mata

pelajaran ekonomi di

SMA PGRI Cicalengka.

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar siswa

antara yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dengan siswa yang menggunakan model

pembelajaran konvensional melalui

metode ceramah. Terdapat pula perbedaan

pada kelas eksperimen sebelum dan setelah

m enggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

5. Elvi Syukrina

2011

Penerapan model

pembelajaran

kooperatif tipe STAD

dalam meningkatkan

aktivitas belajar dan

hasil belajar siswa pada

bahasan jurnal

penyesuaian di sma

pasundan 1 bandung.

Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa

penerapan model pembelajaran

kooperative tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil

belajar siswa SMA Kelas XI IPS 2 pada

bahasan jurnal penyesuaian. Aktivitas

belajar siswa setelah treatment dapat

digolongkan dalam kategori sangat banyak

melakukan, dalam arti siswa aktif selama

kegiatan belajar mengajar.

2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Winkel (2009:59) belajar merupakan suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Bruner dalam Willis Dahar (1996:103) menyarankan agar peserta didik

hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

61

melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan

prinsip-prinsip untuk sendiri.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan secara sistematis dan

terarah pada kegiatan belajar mengajar. Metode kontekstual atau yang sering disebut

dengan metode ceramah sering dianggap suatu metode yang biasa dan membosankan

bagi peserta didik. Variasi dalam metode pembelajaran sangat jarang dilakukan oleh

para pengajar di sekolah, padahal metode pembelajaran merupakan salah satu kunci

keberhasilan pembelajaran itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran berlangsung interaksi baik antara guru dengan

siswa maupun antara siswa dengan siswa. Interaksi yang terjalin dengan baik akan

menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu tolak ukur berhasilnya

proses pembelajaran adalah dilihat dari keaktifan siswa. Aktivitas belajar siswa

menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar

mengajar harus bisa membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan

aktivitas belajar siswa dapat tercapai sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang

baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Menurut ahli konstruktivisme pengetahuan tidak mungkin di transfer kepada

orang lain karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan

konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa untuk membangun

sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar sebaiknya lebih kepada student centered daripada teacher

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

62

centered atau dengan kata lain proses pembelajaran berlangsung dengan berfokus

pada aktivitas siswa.

Menurut Teori Kontruktivisme dalam Sukardjo dan Komarudin (2009:54)

yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan

siswa itu sendiri. Teori konstruktivisme menekankan pentingnya penggunaan model

pembelajaran sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Konsep pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah suatu

proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif

membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data.

Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa

sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi

pengetahuan yang bermakna.

Adapun yang dimaksud dengan aktivitas belajar siswa adalah suatu proses

kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan

dalam tingkah laku atau kecakapan. Selain aktivitas belajar, hasil belajar siswa dapat

menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu acuan

dari perubahan perilaku seorang peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hasil

belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar karena

memberikan informasi terhadap guru tentang kemajuan siswa untuk mencapai tujuan-

tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

63

Untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, siswa harus berperan

aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus berusaha memecahkan masalah dengan

pikirannya sendiri. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan pemilihan model

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, tujuan pembelajaran dan materi yang

diajarkan, sehingga keaktifan dan kreativitas siswa dapat dimunculkan.

Selama ini guru hanya menggunakan model pembelajaran yang memfokuskan

pada pengetahuan yang diberikan oleh guru, sehingga dalam proses pembelajaran

siswa kurang dilibatkan secara aktif. Akibat dari kurangnya variasi dalam

penggunaan model pembelajaran adalah siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran atau siswa cenderung lebih pasif. Hal ini juga akan mengakibatkan

aktivitas belajar siswa tidak terpenuhi dan hasil belajar yang diperoleh menjadi tidak

tercapai atau kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan model

pembelajaran yang dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.

Mengacu pada teori belajar konstruktivisme yang menekankan pada belajar

autentik yaitu proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.

Konstruktivisme lebih memfokuskan pada aktivitas atau kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran dan dapat mengorganisasikan pengetahuan siswa, maka model

pembelajaran kooperatif dirasa paling sesuai karena menitikberatkan pada penemuan

pengetahuan yang dilakukan oleh siswa.

Budiwati dan Permana (2010:73) menjelaskan model pembelajaran adalah

penyusunan program pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan identifikasi,

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

64

mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat bahan atau materi dan berisi strategi

kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk bisa

meningkatkan semangat belajar siswa maka diperlukan model pembelajaran yang

membuat siswa menjadi lebih aktif. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif

dapat diterapkan sebagai salah satu cara untuk membantu guru dalam memberikan

materi yang akan dipelajari.

Isjoni (2010:15) menjelaskan model pembelajaran kooperatif atau cooperative

learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang siswa secara kolaboratif

sehingga dapat merangsang siswa dapat lebih bergairah dalam belajar. Cooperative

learning mengandung makna bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.

Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh

anggota kelompok. Salah satu model pembelajaran cooperative learning yang efektif

digunakan dalam proses pembelajaran adalah tipe STAD dan tipe Jigsaw.

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi

diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Student Team Achievement

Division (STAD) sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini, dalam proses

belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui

kegiatan diskusi yaitu dengan cara siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

65

kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama

dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka di uji secara individual

melalui kuis-kuis.

Adapun Jigsaw merupakan tipe lain dari model pembelajaran kooperatif yang

dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kunci dari model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang

memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas

dengan baik.

Penerapan model pembelajaran tipe STAD dan tipe Jigsaw tersebut

diharapkan aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Selain meningkatkan aktivitas

belajar siswa, penggunaan kedua model tersebut juga dapat meningkatkan hasil

belajar yang diperoleh siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan atau benang

merah dan dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe

STAD

(X1)

Aktivitas Belajar

(Y1)

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

66

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis diartikan sebagai suatu

jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan,

sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw sebelum perlakuan.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw sebelum perlakuan.

3. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw setelah perlakuan.

4. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw setelah perlakuan.

5. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebelum dan setelah perlakuan.

Hasil Belajar

(Y2)

Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Jigsaw

(X2)

Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

67

6. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebelum dan setelah perlakuan.

7. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw sebelum dan setelah perlakuan.