bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...
TRANSCRIPT
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2006:27) belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Menurut Pribadi (2011:12) belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan.
Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan pekerjaan.
Smith dan Ragan dalam Pribadi (2011:12) memaknai konsep belajar sebagai
perubahan yang bersifat relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang
yang di akibatkan oleh pengalaman. Menurut Gage dalam Willis Dahar (1996:11),
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Definisi belajar menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1996:11)
merupakan suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu pembelajaran itu membutuhkan
pengalaman sebagai hasil dari belajar itu sendiri.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
9
Belajar menurut pandangan B.F Skinner dalam Faturahman,dkk (2012:7),
merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif, dan dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut :
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar,
b. Respons peserta didik
c. Konsekuensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik
konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan belajar merupakan
suatu proses perubahan perilaku seseorang yang didasarkan oleh pengalaman dan
pengetahuan. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mecapai
tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Menurut Faturahman, dkk (2012:13) ada berbagai prinsip belajar yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan yaitu :
Belajar terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu
diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak
terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat
pengetahuan baru, law of exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi
diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar
yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan. Beberapa prinsip
atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli
psikologi yang berlaku yaitu motivasi, pembentukan, kemajuan dan
keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error,
transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang
bersifat individual.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
10
Gage dalam Willis Dahar (1996:12) mengemukakan bahwa ada lima bentuk
belajar, yaitu :
a) Belajar responden
Salah satu bentuk dari belajar disebut dengan belajar responden, yaitu suatu
respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Contoh belajar
responden adalah hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi
Ivan Pavlov yaitu dimana perubahan perilaku dianggap sebagai hasil dari
suatu pengalaman. Belajar dengan model responden, memungkinkan siswa
dapat mecapai hasil belajar yang lebih memuaskan.
b) Belajar kontiguitas
Asosiasi dekat (contigous) sederhana antara suatu stimulus dan suatu respons
dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan belajar
kontiguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respons
terhadap petanyaan-pertanyaan yang belum lengkap.
c) Belajar operant
Perilaku operant tidak mempunyai stimulus fisiologis yang dikenal, perilaku
operant tidak dikeluarkan tetapi dipancarkan dan konsekuensi dari perilaku itu
bagi organisma merupakan variabel yang penting dalam belajar operant.
d) Belajar observasional
Konsep belajar observasional memperlihatkan, bahwa orang dapat belajar
dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
11
e) Belajar kognitif
Menurut ahli psikologi dan ahli pendidikan, konsepsi-konsepsi tentang belajar
yang telah dikenal, tidak satu pun yang mempersoalkan proses-proses kognitif
yang terjadi selama belajar, proses-proses semacam itu menyangkut insight
atau berfikir dan reasoning, atau menggunakan logika deduktif dan induktif.
Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif, sesuatu yang pentin tidak
dapat ditemukan dari konsepsi “operant conditioning” ini, yaitu apa
sebenarnya yang terjadi. Semua pendekatan belajar sepertinya tidak peduli
pada persepsi siwa atau insight dan kognisi dari hubungan-hubungan esensial
antara unsur-unsur dalam situasi ini.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009:7), hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil
pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di
atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
Selanjutnya, menurut pendapat Syaiful Bakri (2000 : 22) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, yang diperoleh
dari suatu proses usaha individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Merujuk pada pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu acuan dari perubahan perilaku seorang peserta didik dalam kegiatan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
12
pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar
mengajar karena memberikan informasi terhadap guru tentang kemajuan siswa untuk
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya, informasi
tersebut guru dapat menyusun dan menentukkan langkah-langkah pembelajaran atau
kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, agar siswa bisa lebih memahami keseluruhan
materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, baik untuk keseluruhan
kelas maupun individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : a) Keterampilan
dan kebiasaan ; b) Pengetahuan dan pengertian ; c) Sikap dan cita-cita, yang masing-
masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Nana
Sudjana, 2004 : 22).
Menurut Oemar Hamalik (2000:17) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah
apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dan merujuk pada pemikiran Gagne dalam
Djamarah (2008:22), yang mengungkapkan bahwa hasil belajar berupa hal-hal :
1. Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
13
rangsangan spesifik pula. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi
simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memperentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi
kemampuan analitis sintesis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif yang bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarhkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai, dan dapat menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai standar
nilai.
2.1.2.1 Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar sangat berkaitan dengan proses belajar mengajar. Kedua hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar.
Keberhasilan dalam belajar siswa dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
14
Menurut Taksonomi Bloom dalam Suharsimi (2010:116), hasil belajar
mencakup pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan berdasarkan
taksonomi bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui tiga kategori
ranah antara lain :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, menghubungkan dan
mengamati.
Dalam hal ini hasil belajar kognitif lebih dominan dibandingkan dengan afektif
dan psikomotor. Namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi
bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
15
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh
pakar pendidikan sebagaimana telah dijelaskan secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif.
Bloom dan Krathwohl dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives
menyatakan bahwa: domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan
ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup
tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan,
dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Klasifikasi tujuan tersebut
memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Ketiga
ranah tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Uzer Usman, 2009:34) :
Tabel 2.1
Domain Taksonomi Bloom
Domain Keterangan
a. Klasifikasi tujuan kognitif
(Bloom, 1956)
1. Ingatan/recall
Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat
materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana
sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting
adalah kemampuan mengingat keterangan dengan
benar.
2. Pemahaman Mengacu kepada kemampuan memahami makna
materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan
merupakan tingkat berpikir yang rendah.
3. Penerapan Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi
yang baru dan menyangkut penggunaan aturan,
prinsip.
4. Analisis Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya,
dan mampu memahami hubungan di antara bagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti.
5. Sintesis Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola
struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan
tingkah laku yang kreatif.
6. Evaluasi Mengacu kepada kemampuan memberikan
pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan
tertentu. Evaluasi merupakan tingkat hasil belajar
tertinggi dalam domain kognitif.
Domain Keterangan
b. Klasifikasi tujuan afektif
(Krathwohl, 1964)
1. Penerimaan Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan
memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat.
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah
dalam domain afektif.
2. Pemberian respons Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa
menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan
tertarik.
3. Penilaian Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menitikberatkan diri pada objek atau kejadian tertentu
dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau
tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap” dan “apresiasi”.
4. Pengorganisasian Mengacu kepada penyatuan nilai.
5. Karakterisasi Mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang.
Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya
dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
c. Klasifikasi tujuan psikomotorik
(Dave, 1970)
1. Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan
tidak sempurna.
2. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang
menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku
saja.
3. Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai
pada tingkat minimum.
4. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan
dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang
diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-
gerakan yang berbeda.
5. Pengalamiahan Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan
paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik. Sumber: Uzer Usman (2009:34-37)
Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi
taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata
kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori
masih diurutkan secara hierarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada
ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak ada perubahan
jumlahnya karena Lorin memasukkan kategori baru yaitu creating (mencipta) yang
sebelumnya tidak ada.
Tabel 2.2
Dimensi Proses Kognitif
Revisi Taksonomi Bloom
Kategori-kategori Proses-proses Kognitif Nama-nama Alternatif
1. Mengingat
Mencari dan menemukan
pengetahuan dari memori
jangka panjang
1.1 Mengenali ulang
Mengidentifikasi
1.2 Mengingat ulang Mencari-temu
2. Memahami 2.1 Menginterpretasi Klarifikasi, paraphrasing,
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
Mengkonstruksi makna
dari pesan-pesan
instruksional, mencakup
komunikasi lisan, tertulis,
dan grafis
(Menafsir) menyajikan-ulang,
translasi
2.2 Mengeksemplifikasi
(Menyontohkan)
Mengilustrasikan,
mencontohkan
2.3 Mengklasifikasi
Kategorisasi, subsuming
2.4 Summarizing
(Mengikhtisarkan)
Mengabstraksi,
generalisasi
2.5 Menyimpulkan
Menyimpulkan,
mengekstrapolasi,
menginterpolasi,
memprediksi
2.6 Membandingkan
Mengkontraskan,
memetakan, memadankan
2.7 Menjelaskan,
mengekplanasi
Mengkonstruksi model-
model
3. Mengaplikasi/Menerapk
an
Melaksanakan atau
menggunakan sebuah
prosedur dalam sebuah
situasi yang ada
3.1 Mengeksekusi
3.2 Mengimplementasikan
Melaksanakan
Menggunakan
Kategori-kategori Proses-proses Kognitif Nama-nama Alternatif
4. Menganalisis
Menguraikan material
menjadi bagian-bagian
pembentuknya dan
menentukan bagaimana
bagian-bagian ini saling
berkaitan dan dengan
struktur totalnya atau
tujuannya
4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisasi
4.3 Mengatribusi
Diskriminasi,
membedakan,
memfokuskan, memilih
Menemukan koherensi,
mengintegrasikan,
menyusun kerangka,
parsing, menstrukturkan
Mendekonstruksi
5. Mengevaluasi
Membuat judgement
didasarkan atas kriteria dan
standar
5.1 Mengecek
5.2 Mengkritik
Mengkoordinasi,
mendeteksi memantau,
mentes
Men-judge
6. Mengkreasi
Menyusun unsur-unsur
6.1 Generate
(Memunculkan)
Menghipotesiskan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
secara bersamaan untuk
membentuk sebuah
keseluruhan yang koheren
atau fungsional;
mereorganisasi unsur-
unsur menjadi sebuah pola
atau struktur baru
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi
Mendisain
Mengkontruksi
Sumber: Anderson at all., dalam Kesuma dan Salimi (2011: 21-22)
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Djamarah (2008:175) untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk
“perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam
diri individu dan dari luar individu. Proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang
hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan.
Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Selanjutnya Djamarah (2008:176) menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar :
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik, selama hidup anak
didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan
sosial budaya. Berikut uraian mengenai faktor lingkungan :
a. Lingkungan alami
Lingkungan hidup merupakan lingkungan tempat tinggal anak didik,
hidup dan berusaha ada didalamnya. Keadaan lingkungan yang tidak baik
akan membuat tingkat konsentrasi siswa menjadi lebih baik.
b. Lingkungan sosial budaya
Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan
interaksi sosial. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan
yang selalu ada dalam kehidupan sosial.
2. Instrumental
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
Dalam rangka menunjang kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan tertentu
saja diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai berbagai bentuk dan
jenisnya, misalnya saja :
a. Kurikulum
Kurikulum merupakan a plan for learning yang menjadi unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum maka kegiatan belajar
mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang akan guru
sampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, kurikulum diakui dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.
b. Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang dirancang. Program pengajaran yang dibuat tidak
hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik.
c. Sarana dan fasilitas
Sarana mempunya arti penting dalam pendidikan. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah kepemilikan gedung
sekolah yang didalamnya terdapat ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang
dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium,
dan halaman sekolah yang memadai, hal tersebut bertujuan untuk
memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
Selain masalah sarana, fasilitas juga merupakan kelengkapan sekolah
yang harus diperhatikan. Misalnya saja, fasilitas mengajar yang merupakan
kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Guru harus
memiliki buku pegangan dan buku penunjang, alat peraga yang diperlukan
oleh guru juga harus sudah tersedia di sekolah agar guru sewaktu-waktu
dapat menggunakannya sesuai dengan metode mengajar yang akan dipakai.
Tentu saja anak didik dapat belajar dengan lebih baik dan menyenangkan
bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik dan hasil
belajar anak didik tentu akan lebih baik.
d. Guru
Sebagai tenaga profesional yang sangat menentukan jatuh bangunnya
suatu bangsa dan negara, guru seharusnya menyadari bahwa tugas mereka
sangat berat. Di dalam sekolah, kompetensi personal akan menentukan
simpatik tidaknya guru dalam pandangan anak didik.
3. Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Sebagian besar yang dipelajari anak didik yang belajar
berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,
mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi
dan sebagainya. Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja
sebagai perangkat tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru
di kelas.
4. Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua
keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar siswa. Faktor
psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama
dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Berikut beberapa faktor
psikologis :
a. Minat
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan
modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau
tujuan yang diminatinya.
b. Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.
c. Bakat
Disamping intelegensi (kecerdasan), bakat merupakan faktor yang
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak
ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakat meperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
d. Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah.
e. Kemampuan kognitif
Berikut bagan mengenai klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:177) :
Faktor Eksternal
Lingkungan
Instrumental
Lingkungan alam
Lingkungan sosial dan
budaya
Kurikulum
Metode Pembelajaran
Sarana dan fasilitas
Guru
Sumber belajar
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
Gambar 2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Sumber : Djamarah (2008:177)
Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru
untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran sangat penting untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.3 Aktivitas Belajar
Menurut Sardiman dalam Erwin Ridha (2007:37), aktivitas belajar yang
dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
fisik sampai kegiatan psikis, menegaskan bahwa pada prinsipnya, belajar adalah
berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.
Menurut S. Nasution (2000:86) aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani
dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Sedangkan, belajar adalah proses
yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah
dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Jadi dapat
disimpulkan, aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang
menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan.
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang
menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau
kecakapan.
Belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tidak pula pernah sepi dari
berbagai aktivitas. Tidak mungkin seseorang belajar tanpa melakukan aktivitas
raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar
menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek
dan lain sebagainya.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan
aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar baik
secara fisik ataupun psikis yang bertujuan untuk menunjang keberhasilan dan hasil
belajar siswa.
Menurut penelitian ahli pendidikan Maria Montessori dalam Oemar Hamalik
(2006:171) menjelaskan :
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Jika dalam pengajaran
tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat
semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat
tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Anak (siswa)
belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Untuk memperkuat pendapat di atas dikemukakan pendapat dari Mehl Mills
Douglass dalam Oemar Hamalik (2006:172) mengenai The Principle of Activity,
sebagai berikut :
One learning only by some activity in the neural system : seeings, hearing,
smelling, feeling, thinking, physical or motor activity. The learner must actively
engage in the “learning”, whether it be of information a skill, an understanding, a
habit, an ideal, an attitude, an interest, or the nature of a task. Yang artinya, suatu
pembelajaran merupakan beberapa aktivitas dalam sistem saraf yaitu : melihat,
mendengar, mencium, merasakan, berfikir, aktivitas fisik atau motorik. Seorang
pelajar harus secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Apakah itu informasi
keterampilan, pemehaman, kebiasaan, cita-cita, sikap, minat, atau sifat natural.
Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut
pandang perkembangan konsepsi jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat unsur
kejiwaan seseorang subjek belajar atau subjek didik, dapat diketahui bagaimana
prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu sendiri. Karena dilihat dari sudut
pandang ilmu jiwa, maka sudah pasti yang menjadi fokus perhatian adalah komponen
manusiawi yang melakukan aktivitas dalam mengajar, yaitu antara guru dan siswa.
Menurut Hidayah (2006:16) Prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu
jiwa secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu
jiwa modern,
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
a. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
Dalam pendidikan, yang memberi dan mengatur isinya adalah guru,
karena guru yang harus berperan aktif sedangkan peserta didik bersifat
reseptif. Menurut Herbart jiwa adalah keseluruhan tanggapan yang secara
mekanis dikuasai oleh hukum-hukum asosiasi, disini juga guru yang harus
menyampaikan tanggapan-tanggapan itu. Jadi, konsepsi jiwa sebagai kertas
bersih yang harus ditulis atau sebagai bejana yang harus diisi menyebabkan
gurulah yang aktif dan kreatif serta guru sebagai sumber datangnya inisiatif.
Guru yang menentukan bahan pelajaran sedangkan peserta didik bersifat
reseptif dan pasif.
b. Menurut pandangan ilmu jiwa modern
Menurut pandangan ilmu jiwa modern, jiwa itu bersifat dinamis,
mempunyai energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena dorongan oleh
macam-macam kebutuhan. Peserta didik dipandang sebagai organisme yang
mempunyai dorongan untuk berkembang. Mendidik adalah membimbing anak
untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Dalam pendidikan peserta
didiklah yang harus aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator yaitu yang
menyediakan bahan pelajaran, akan tetapi yang mengolah dan mencernanya
adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan bakat dan latar belakang dan
kemauan masing-masing.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar pada diri
seseorang atau siswa, menurut Ngalim Purwanto (2004:107) terdiri atas dua bagian,
yaitu :
1. Faktor Internal yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri individu yang belajar,
baik aspek fisiologis maupun aspek psikologis.
a. Aspek Fisiologis
Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat
akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak
rendah. Keadaan sakit pada fisik atau tubuh mengakibatkan cepat lemah,
kurang bersemangat, mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar
seseorang dapat belajar dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan
dirinya (Ngalim Purwanto, 1992:107).
b. Aspek Psikologis
Menurut Sardiman (2008:45), sedikitnya ada delapan faktor psikologis
yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Faktor-
faktor itu adalah :
a) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek, baik
didalam maupun di luar dirinya (Abu Ahmadi, 2003:145). Makin sempurna
perhatian yang menyertai aktivitas maka akan semakin sukseslah aktivitas
belajar itu. Oleh karena itu, guru seharusnya selalu berusaha untuk menarik
perhatian anak didiknya agar aktivitas belajar mereka turut berhasil.
b) Pengamatan
Pengamatan adalah cara mengenal dunia secara nyata, baik dirinya sendiri
maupun lingkungan dengan segenap panca indera. Karena fungsi
pengamatan sangat sentral, maka alat-alat pengamatan yaitu panca indera
perlu mendapatkan perhatian yang optimal dari pendidik, sebab tidak
berfungsinya panca indera akan berakibat terhadap jalannya usaha
pendidikan pada anak didik. Panca indera dibutuhkan dalam melakukan
aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45)
c) Tanggapan
Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek
yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.
Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesannya
saja. (Abu Ahmadi, 2003:64) atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah
orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh
terhadap perilaku belajar setiap siswa (Sardiman, 2008:45).
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
d) Fantasi
Fantasi dimaksudkan sebagai kemampuan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan
fantasi manusia dapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan
menjangkau ke depan, keadaan-keadaan masa yang akan datang. Dengan
fantasi, maka dalam belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar
karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain (Abu Ahmadi,
2003:78).
e) Ingatan
Ingatan ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan
memproduksi kesan-kesan. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat
pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk
menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami.
(Abu Ahmadi, 2003:70).
f) Bakat
Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan
persoalan intelegensia yang merupakan struktur mental yang melahirkan
kemampuan untuk memahami sesuatu. Kemampuan itu menyangkut:
achievement, capacity dan aptitude (Sardiman, 2008:46).
g) Berfikir
Berfikir adalah merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan
pengertian, mensintesis dan menarik kesimpulan (Sardiman, 2008:46).
h) Motif
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Apabila aktivitas
belajar itu didorong oleh suatu motif dari dalam diri siswa, maka
keberhasilan belajar itu akan mudah diraih dalam waktu yang relatif tidak
cukup lama (Sardiman, 2008:46).
2. Faktor Eksternal
Menurut Ngalim Purwanto (2004:102-106), faktor eksternal terdiri atas :
a. Keadaan keluarga
Siswa sebagai peserta didik di lembaga formal atau sekolah
sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga. Di
keluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan pendidikan. Pengaruh
pendidikan di lingkungan keluarga, suasana di lingkungan keluarga, cara
orang tua mendidik, keadaan ekonomi, hubungan antar anggota keluarga,
pengertian orang tua terhadap pendidikan anak dan hal-hal lainnya di dalam
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
keluarga turut memberikan karakteristik tertentu dan mengakibatkan aktif dan
pasifnya anak dalam mengikuti kegiatan tertentu.
b. Guru dan cara mengajar
Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti
kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya,
seperti bagaimana guru menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan
temannya dan lain-lain turut mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas
siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Alat-alat pelajaran
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang
diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-
gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan
mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
d. Motivasi sosial
Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang di luar
tanggung jawab sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak kehidupan
lingkungan masyarakat atau bersumber pada lingkungan alam. Oleh karena
itu, corak hidup suatu lingkungan masyarakat tertentu dapat mendorong
seseorang untuk aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar atau sebaliknya.
e. Lingkungan dan kesempatan
Lingkungan dimana siswa tinggal akan mempengaruhi perkembangan
belajar siswa, misalnya jarak antara rumah dan sekolah yang terlalu jauh,
sehingga memerlukan kendaraan yang cukup lama yang pada akhirnya dapat
melelahkan siswa itu sendiri. Selain itu, kesempatan yang disebabkan oleh
sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif
serta faktor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya. Faktor lingkungan dan
kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang
dewasa.
2.1.3.2 Jenis-jenis aktivitas belajar
Aktivitas belajar memiliki banyak sekali macam maka para ahli mengadakan
klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut, beberapa di antaranya yaitu :
Beberapa aktivitas belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam Hidayah
(2006:17) digolongkan ke dalam beberapa kegiatan berikut ini :
a) Mendengarkan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar, setiap orang yang
belajar di sekolah pasti terdapat aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru
menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa diharuskan mendengarkan
apa yang guru sampaikan. Para siswa dituntut menjadi pendengar yang baik
ketika guru sedang menjelaskan.
b) Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek, aktivitas
memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu
matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi
aktivitas memandang dapat dilakukan.
c) Meraba
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indera manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas
meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi
seseorang untuk belajar, hal tersebut tentu saja aktivitasnya harus disadari
dengan suatu tujuan.
d) Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat
merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu
seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa
mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting.
e) Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca disini tidak
hanya diartikan sebagai membaca buku saja, tetapi juga bisa membaca
majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar, dan
hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan belajar.
f) Membaca ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan dapat membantu dalam hal mengingat atau
mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.
Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga, jika hanya
membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca pada bagian yang
dianggap penting perlu untuk digarisbawahi (underline). Hal ini sangat
membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari bila
diperlukan.
g) Mengamati tabel, diagram, dan bagan
Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel,
diagram, dan bagan. Materi non verbal semacam ini sangat membantu bagi
seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula dengan
gambar, peta, dan lain sebagainya yang dapat menjadi bahan ilustratif yang
membantu pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
h) Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus dengan
metodologis dan sistematis. Metodologis artinya menggunakan metode-
metode tertentu dalam pengerjaannya. Sedangkan, sistematis artinya
menggunakan kerangka berfikir yang logis dan kronologis.
i) Mengingat
Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk
mencapai tujuan belajar lebih lanjut juga termasuk ke dalam aktivitas belajar.
Apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas belajar
yang lainnya.
j) Berfikir
Berfikir adalah termasuk aktivitas belajar, karena dengan berfikir
seseorang dapat memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi
tahu tentang hubungan antara sesuatu.
k) Latihan atau praktek
Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya
penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar
sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang
baik untuk memperkuat ingatan.
Paul B. Diedrich dalam Nasution (2000:91) membuat suatu daftar yang berisi
177 kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan
gambar demonstrasi, percobaan.
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira,
bersemangat.
Getrude M. Whipple dalam Oemar Hamalik (2006:173) membagi kegiatan-
kegiatan murid sebagai berikut :
1. Bekerja dengan alat-alat visual
a. Mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya
b. Mempelajari gambar-gambar, stereograph slide film, khusus mendengarkan
penjelasan, mengajukan pertanyaan
c. Mengurangi pameran
d. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati
bahan-bahan visual
e. Memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan
f. Menyusun pameran, menulis tabel
g. Mengatur file material untuk digunakan kelak
2. Ekskursi dan trip
a. Mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang
b. Mengundang lembaga-lembaga yang dapat memberikan keterangan-
keterangan dan bahan-bahan
c. Menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses
penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi
3. Mempelajari masalah-masalah
a. Mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting
b. Mempelajari eksiklopedia dan referensi
c. Membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi
seleksi sekolah
d. Mengirim surat kepada badan-badan bisnis untuk memperoleh informasi dan
bahan-bahan
e. Melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Guidance yang telah
disiarkan oleh guru
f. Membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
g. Menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi
h. Melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun
i. Menilai informasi dari bebagai sumber, menentukan kebenaran atas
pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan
j. Mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau laporan-laporan
lisan yang menarik dan bersifat informatif
k. Membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu
l. Mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar
m. Men-skin bahan untuk menyusun subjek yang menarik untuk studi lebih
lanjut.
4. Mengapresiasi literatur
a. Membaca cerita-cerita yang menarik
b. Mendengarkan bacaan untuk kesenangan informasi
5. Ilustrasi dan konstruksi
a. Membuat chart dan diagram
b. Membuat blue print
c. Menggambar dan membuat peta, relief map, picturial map
d. Membuat poster
e. Membuat ilustrasi, peta, dan diagram untuk sebuah buku
f. Menyusun rencana permainan
g. Membuat suatu frieze
h. Membuat artikel untuk pameran
6. Bekerja menyajikan informasi
a. Menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik
b. Menyensor bahan-bahan dalam buku-buku
c. Menyusun bulletin board secara up to date
d. Merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly
e. Menulis dan menyajikan dramatisasi
7. Cek dan tes
a. Mengerjakan informal dan standardizet test
b. Meyiapkan tes-tes untuk murid lain
c. Menyusun grafik perkembangan.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan macam-macam aktivitas
belajar yang dimaksud adalah :
1) Mendengarkan penjelasan guru.
2) Mencatat hal-hal yang dianggap penting.
3) Berdiskusi
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
4) Keberanian untuk bertanya.
5) Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan saran
6) Mengerjakan latihan.
2.1.3.3 Langkah-langkah dalam aktivitas belajar
Cruickshank dalam Pribadi (2011:126) mengemukakan beberapa langkah
yang diperlukan oleh guru dan instruktur agar dapat melibatkan siswa dalam
melakukan aktivitas pembelajaran, yaitu :
1. Menyiapkan siswa untuk mengikuti program pembelajaran
2. Menyajikan informasi dan pengetahuan secara jelas dan logis
3. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki
sebelumnya
4. Menyampaikan informasi pengetahuan dan keterampilan secara bervariasi
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami pengetahuan dan
keterampilan
7. Membantu siswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
Agar dapat melibatkan siswa, guru perlu menyiapkan mental siwa sebelum
aktivitas belajar dimulai. Guru harus memastikan bahwa aktivitas belajar berlangsung
dalam suasana yang kondusif bagi siswa untuk melakukan proses belajar. Belajar
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
pada dasarnya merupakan proses analisis dan juga sintesis. Siswa membangun
kompetensi secara sistematis terhadap konsep, prinsip, aturan, dan hukum yang
dipelajari. Dalam memperlajari konsep, prinsip, aturan, dan hukum yang terdapat
dalam ilmu pengetahuan, guru perlu menekankan agar siswa mampu menerapkan
proses berfikir kritis atau critical thinking.
Agar dapat melibatkan siswa dalam aktivitas belajar diperlukan adanya
sebuah strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran dalam konteks ini
dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang dipilih oleh guru untuk membantu
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi. Aplikasi strategi
pembelajaran pada dasarnya dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung, pada saat penyajian materi pelajaran, dan pada saat penilaian serta
aktivitas belajar lanjutan. Berikut ini urutan dalam strategi pembelajaran :
Gambar : 2.2
Upaya menarik perhatian siswa
Aktivitas belajar
Tindak lanjut aktivitas belajar
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
Urutan dalam Strategi Pembelajaran Sumber : Benny. A Pribadi (2011:130)
Implementasi strategi pembelajaran dapat dilakukan pada awal kegiatan,
dalam kegiatan pembelajaran, dan penutup kegiatan pembelajaran. Strategi
pembelajaran dalam hal ini dipandang sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif ke
dalam aktivitas belajar.
Pemanfaatan metode, media, dan strategi pembelajaran juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk melibatkan siswa dalam aktivitas belajar. Keterlibatan siswa
dalam belajar akan meningkatkan daya ingat atau retensi siswa terhadap isi atau
materi pelajaran. Keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar tidak hanya mampu
meningkatkan daya ingat atau rentensi saja, tetapi juga akan membantu siswa dalam
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran seperti apa yang diinginkan.
2.1.4 Model Pembelajaran
2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran
Mills dalam Suprijono (2009:45) berpendapat model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan
dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
Menurut Arend dalam Suprijono (2009:46) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Budiwati dan Permana (2010:70) model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi,
peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting
pengajaran atau setting lainnya.
2.1.4.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saat ini banyak
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa
terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengembangkan tingkat keaktifan siswa terutama untuk siswa yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang tidak peduli pada temannya yang lain.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011:29) menjelaskan pengertian
cooperatif learning sebagai berikut :
Cooperative learning merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang
diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar,
yang didalamnya setiap pembelajar harus bertanggungjawab atas proses
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.
Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering didefinisikan
sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk
bekerjasama dan saling meningkatkan proses pembelajarannya dan pembelajaran
siswa-siswa lain.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif sangat bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa yang telah
di bentuk oleh guru. Dalam model pembelajaran ini, guru diharapkan mampu
membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggota
kelompok dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran.
Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang
disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
Secara singkat dapat dijelaskan, pembelajaran kooperatif mengacu pada
metode pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling
membantu dalam proses belajar.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
Menurut Isjoni (2010:20), pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan
kelompok yang terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dan ada
pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah :
1. Setiap anggota kelompok memiliki peran
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok, dan
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar kooperatif adalah agar
peserta didik dapat belajar secara berkelompok dengan teman-temannya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Pembelajaran kooperatif ini tidak bermaksud untuk menggantikan pendekatan
kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila
diterapkan secara sehat. Pendekatan kooperatif ini adalah sebagai alternatif pilihan
dalam mengisi kelemahan kompetisi, yaitu hanya sebagian siswa saja yang akan
bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
39
ketidaktahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa malu bila
kekurangannya diketahui oleh teman-temannya. Terkadang motivasi persaingan akan
menjadi kurang sehat apabila para peserta didik saling mengingkan siswa lainnya
tidak mampu, misalnya saja dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru. Sikap
mental inilah yang dirasa perlu untuk mengalami perbaikan (Improvement).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
berupa berprestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif
menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat
kerjasama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
Model pembelajaran kooperatif belum dapat dilakukan secara optimal karena
ada kekhawatiran akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Hal tersebut
diakibatkan karena siswa merasa guru tidak adil dalam pembagian tugas. Untuk
menghindari pembagian kerja kurang adil maka guru sebelumnya harus mengetahui
dan memahami sintak model pembelajaran kooperatif.
Menurut Suprijono (2009:65) sintak model pembelajaran kooperatif terdiri
dari 6 (enam) fase, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.3
Sintak model pembelajaran kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik siap
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
mempersiapkan peserta didik belajar
Fase 2 : Present information
Menyajikan informasi
Mempersentasikan informasi kepada
peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning
teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam
tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta
didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenal berbagai materi pembelajaran
atau kelompok-kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui
usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
Sumber : Suprijono (2009:65)
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus
bisa ikut mendukung misalnya dengan cara-cara berikut ini :
1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi
2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan
mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai
keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-
kelompok kecil
4. Memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam
belajar dan terjadinya dialog interaktif
5. Menciptakan iklim sosio emosional yang positif
6. Memfasilitasi terjadinya learning go live together
7. Menumbuhkan produktivitas dalam kelompok
8. Mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer
kegiatan kelompok
9. Menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial
dalam individunya. Secara sosiologis pembelajaran kooperatif dapat
menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik. Kehidupan sosial adalah
sisi penting dari kehidupan individual.
Dapat disimpulkan bahwa, dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa
harus menjadi partisipasi aktif dan melalui kelompoknya, dapat membangun
komunitas pembelajaran (learning community) yang saling membantu satu sama lain.
Konsekuensi positif dari pembelajaran kooperatif ini adalah siswa diberi kebebasan
untuk terlibat aktif dalam kelompok mereka. Pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al
(2000) dalam Isjoni (2010 :27), yaitu :
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
a. Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga bisa memperbaiki prestasi belajar siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-
tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi.
2.1.4.3 Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Kooperatif
Sebagai model pembelajaran yang sistematis dan mengelompokkan siswa
untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, pembelajaran
kooperatif mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Menurut
Slavin dalam Isjoni (2010:30), teori-teori perkembangan kognitif adalah berasaskan
teori Piaget dan Vygotsky yang dikenal sebagai “Piaget Konstruktivism Kognitif” dan
“Vygotsky Konstruktivism Social”.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
Menurut teori kontruktivisme dalam Sukardjo dan Komarudin (2009:54) yang
menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa
itu sendiri. Teori ini adalah merupakan peningkatan dari teori yang dikemukakan oleh
Piaget, Vigotsky, dan Bruner. Konsep pembelajaran menurut teori kontruktivisme
adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya
sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan kontruktivisme
sangat penting peran siswa untuk dapat membangun constructive habits of mind.
Agar siswa memiliki kebiasaan berfikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap
belajar.
Menurut Suprijono (2009:30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan
dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep
membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif bukan objektif.
Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realistis plural. Teori
belajar yang mencerminkan siswa memiliki kebebasan berfikir bersifat elektik. Teori
belajar yang bersifat elektik artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun
asal tujuan belajar dapat tercapai. Menurut Isjoni (2010:35), terdapat berbagai teori
dalam pembelajaran kooperatif atau cooperative learning, diantaranya adalah :
1. Teori Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Pembelajaran
bermakna sebagai suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah
mencakup fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa.
Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat
bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran.
2. Teori Piaget
Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:37), setiap individu mengalami tingkat-
tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut :
a. Sensoni motor (0-2 tahun)
b. Pra operasional (2-7 tahun)
c. Operasional konkret (7-11 tahun)
d. Operasional formal (11 tahun ke atas)
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
45
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu kepada kegiatan
pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut
teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus
dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi dalam teori ini,
maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus bersifat aktif.
3. Teori Vygotsky
Sumbangan dari teori Vygotsky adalah penekanan pada bakat sosiokultural
dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam
zona perkembangan proksima adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat
perkembangan seseorang pada saat ini.
Dalam teori Vygotsky dijelaskan ada hubungan langsung antara domain
kognitif dengan sosial budaya. Kualitas berfikir siswa dibangun dalam ruang kelas,
sedangkan aktivitas sosialnya dikembangkan dalam bentuk kerjasama antar pelajar
dengan pelajar lainnnya yang lebih mampu.
4. Paul Suparno
Menurut Paul Suparno dalam Suprijono (2009:34) dengan menggunakan
bahasanya sendiri individu dapat membentuk skema dan merubah skema. Individu
sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan ketika berinteraksi dengan pengalaman
dan objek yang dihadapi. Menurut Paul, belajar sebagai proses pengaturan kognitif
seseorang secara mandiri atau lebih merupakan proses inkulturasi dalam
masyarakat. Kedua perspektif itu sama-sama mengimplikasikan pentingnya
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
46
keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan
terhadap objek. Hanya saja yang satu lebih menekankan pentingnya keaktifan
individu dalam melakukan tindakan terhadap objek, sedangkan yang lain lebih
menekankan pentingnya lingkungan social cultural dalam melakukan tindakan
terhadap objek.
2.1.4.4 Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe yang bisa diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif,
tipe yang banyak dikembangkan adalah Student Team Achievement Division (STAD)
dan Jigsaw yang juga sesuai dengan tipe yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.1.4.5 Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan model pembelajaran
kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam pembelajaran pada
umumnya. Menurut Isjoni (2010:50) tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Siswa
dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.
Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu
kelompoknya, kemudian mereka di uji secara individual melalui kuis-kuis.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
47
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh
kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal
dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin
menyatakan bahwa metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi
pelajaran, termasuk sains yang didalamnya terdapat unit tugas yang memiliki satu
jawaban yang benar.
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010:51) pada proses pembelajarannya, model
belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yaitu :
1. Tahap penyajian materi
Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu
dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa
terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan
materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Mengenai
teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui
audiovisual. Lamanya persentasi dan beberapa kali harus dipresentasikan
bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas. Dalam
mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan buka hafalan.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
48
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman
siswa.
d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah.
e. Beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami
permasalahan yang ada.
2. Tahap kerja kelompok
Pada tahap ini, setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi
yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada
tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
3. Tahap tes individual
Pada tahap tes individual yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi
yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini di data dan di arsipkan yang akan
digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Pada tahap ini, perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal,
berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
49
yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Tabel 2.4
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
No. Skor Tes Skor Perkembangan
Individu
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
2. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10
3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Sumber : Isjoni (2010:53)
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-
masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota
kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata
yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.
Adapun kriteria yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap kelompok
adalah sebagai berikut :
a. Kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai kelompok baik
b. Kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok hebat
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
50
c. Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super
5. Kesimpulan
2.1.4.6 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Menurut Isjoni (2010:54) Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan pada mata
pelajaran apa saja termasuk mata pelajaran Ekonomi. Pada dasarnya, jika guru akan
menerapkan model pembelajaran ini yang perlu diperhatikan adalah topik yang
memuat sub-sub topik. Pada model Jigsaw ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu
kelompok asal atau dasar dan kelompok ahli. Jigsaw didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang
positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe Jigsaw ini
adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan infomasi
yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotaan kelompok
sebaiknya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
51
lainnya. Dengan demikian cara yang paling efektif untuk menjamin heterogenitas
kelompok adalah dengan cara guru yang membentuk kelompok-kelompoknya dan
tidak membebaskan siswa untuk membentuk kelompok sendiri karena dengan
diberikan kebebasan kepada siswa untuk membentuk kelompok sendiri maka akan
menghasilkan kelompok-kelompok yang homogen dan seringkali ada beberapa siswa
tertentu yang tidak masuk dalam kelompok manapun.
Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw, masing-masing siswa atau setiap
anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian
siswa-siswa atau perwakilan dari kelompok masing-masing bergabung dengan
anggota kelompok yang lain yang mempelajari materi yang sama dan biasa disebut
dengan kelompok ahli. Pada tipe Jigsaw, kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli, kelompok ahli merupakan kelompok siswa yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada anggota
kelompok asalnya. Dalam model belajar tipe Jigsaw terdapat tahap-tahap dalam
penyelenggaraannya.
Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1975.
Dalam Isjoni (2010:56) dikemukakan tahapan-tahapan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, yaitu :
1. Tahap 1 Membentuk kelompok heterogen atau kelompok asal
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
52
Dalam tahap awal, siswa ditempatkan dalam kelompok heterogen atau
kelompok asal. Pembentukan kelompok-kelompok siswa tersebut dapat dilakukan
guru berdasarkan pertimbangan tertentu untuk menghasilkan kelompok yang
heterogen biasanya terdiri dari 4-6 orang.
2. Tahap 2 Membagikan Tugas
Setiap anggota kelompok diberikan tugas materi tertentu yang berbeda setiap
masing-masing anggota. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dari
kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dan kelompok lain
yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan
mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan
kelompok tersebut dapat memahami dan menguasai materi yang sudah diberikan.
3. Tahap 3 Diskusi kelompok ahli
Pada tahap ini, setelah masing-masing perwakilan dapat menguasai materi
yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke
dalam kelompok asalnya masing-masing atau kelompok asalnya.
Selanjutnya, masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman
satu kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami materi
yang ditugaskan oleh guru. Biasanya siswa akan banyak menemui permasalahan
yang tahap kesukarannya bervariasi pengalaman seperti ini sangat penting bagi
perkembangan mental anak.
4. Tahap 4 Pemberian kuis Individu semua materi
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
53
Pada tahap ini siswa diberi tes atau kuis hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Siswa diberikan
tes dari seluruh materi atau seluruh pembahasan untuk mengukur kemampuan dan
hasil belajar siswa. Dengan demikian secara umum penyelenggaraan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat
menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif
dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.
Secara lebih jelas, tahapan-tahapan pada model belajar tipe Jigsaw adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.5
Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Tahapan Kegiatan Keterangan
Pertama Membentuk kelompok
besar yang heterogen
Guru membagi siswa dalam kelompok
yang berjumlah 5-6 orang disebut
kelompok asal
Kedua Membagikan tugas
materi membentuk ahli
Membagi tugas materi yang berbeda
pada tiap siswa dalam tiap kelompok.
Ketiga Diskusi kelompok ahli Siswa berdiskusi dalam kelompok
berdasarkan kesamaan materi yang
diberikan pada masing-masing siswa.
Keempat Diskusi kelompok
besar/asal
Siswa berdiskusi kembali dalam
kelompok asalnya masing-masing
berdasarkan ketentuan guru.
Kelima Pemberian kuis
individu semua materi
Guru melakukan penilaian untuk
mengukur kemampuan dan hasil
belajar siswa mengenai seluruh
pembahasan.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
54
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat digunakan secara efektif di
tiap level, dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang
paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti
ditemukan dalam literatur, penelitian sosial, membaca, dan ilmu pengetahuan. Materi
pelajaran harus mengembangkan konsep daripada mengembangkan keterampilan
sebagai tujuan umum.
2.1.5 Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
Menurut Budiwati dan Permana (2010:16), ekonomi merupakan ilmu tentang
perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi,
dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan
produksi, konsumsi dan distribusi.
Menurut Depdiknas dalam Budiwati dan Permana (2010:16), karakteristik
bidang studi ekonomi sebagaimana dijelaskan dalam pedoman khusus pengembangan
silabus dan penilaian mata pelajaran ekonomi adalah sebagai berikut :
1) Mata pelajaran ekonomi berawal dari fakta atau gejala ekonomi yang nyata.
Kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia relatif tidak terbatas,
sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
jumlahnya relatif terbatas atau langka.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
55
2) Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan fakta
secara rasional. Selain memenuhi persyaratan sistematis, ilmu ekonomi juga
memenuhi persyaratan keilmuan yang lain yaitu bersifat objektif dan mempunyai
tujuan yang jelas.
3) Pada umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode
pemecahan masalah
4) Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis ekonomi
karena objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.
5) Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik. Apabila sumber
ekonomi keberadaannya melimpah, maka ilmu ekonomi tidak diperlukan bagi
kehidupan manusia. Demikian pula, jika penggunaan sumber ekonomi sudah
tertentu (tidak ada penggunaan alternatif), maka ilmu ekonomi juga tidak akan
diperlukan.
6) Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan alat kebutuhan.
Materi mata pelajaran ekonomi merupakan bagian dari ilmu IPS (Ilmu
Pengetahuan Sosial) yang juga tidak terlepas dari kehidupan manusia dalam
interaksi sosialnya. Menurut Budiwati dan Permana (2010:18), mata pelajaran
ekonomi juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami beberapa konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan
masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di
lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
56
b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang
diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.
c. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang
bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara.
d. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun
internasional.
Pemahaman mengenai karakteristik ilmu ekonomi bagi calon atau guru
ekonomi akan membantu dalam mengorganisasikan pengajarannya secara optimal,
yang berfokus pada aspek kehidupan manusia untuk berniteraksi dalam kehidupan
ekonominya. Oleh karena itu, mata pelajaran ekonomi di sekolah menegah atas
(SMA) memiliki fungsi mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan
kegiatan ekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa yang ada
di masyarakat, serta memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan berbagai
masalah ekonomi yang terjadi di masyarakat. Dalam KTSP materi mata pelajaran
ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan
masalah ekonomi yang terdiri dari lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan
terjauh, meliputi aspek-aspek a) Perekonomian, b) Ketergantungan, c) Spesialisasi, d)
Perkoperasian, e) Kewirausahaan, dan f) Akuntansi.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
57
Tujuan pembelajaran ekonomi kemudian dikembangkan dan dikenal dengan
istilah SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi Dasar). Standar kompetensi
dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Standar kompetensi untuk mata pelajaran ekonomi salah satunya adalah memahami
permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan dan
sistem ekonomi. Sedangkan untuk KD (kompetensi dasar) yang terdapat dalam SK
tersebut adalah mengidentifikasi kebutuhan manusia ; mendeskripsikan berbagai
sumber ekonomi yang langka dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas ;
mengidentifikasi masalah pokok ekonomi yaitu tentang apa, bagaimana dan untuk
siapa barang diproduksi ; mengidentifikasi hilangnya kesempatan pada tenaga kerja
bila melakukan produksi di bidang lain ; mengidentifikasi sistem ekonomi untuk
memecahkan masalah ekonomi.
Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan yang akhirnya dapat menimbulkan
masalah ekonomi. Kebutuhan timbul karena adanya tuntutan fisik dan psikis agar
dapat hidup layak sebagai manusia sehingga kebutuhan manusia sangat beraneka
ragam dan sering tidak dapat dipuaskan. Hal ini menyebabkan kebutuhan menjadi
tidak terbatas. Untuk materi kebutuhan manusia tediri dari bagian-bagian pembahasan
sebagai berikut :
1. Pengertian Kebutuhan
2. Macam-macam Kebutuhan Manusia
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
58
a. Kebutuhan menurut intensitas kegunaannya (penting atau tidaknya)
b. Kebutuhan menurut waktunya
c. Kebutuhan menurut sifatnya
d. Kebutuhan menurut subyeknya
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan
a. Kondisi alam
b. Peradaban
c. Agama dan Kepercayaan
d. Adat istiadat
2.2 Penelitian Terdahulu
Suatu penelitian memerlukan perbandingan dan rujukan penelitian
sebelumnya agar menghasilkan penelitian yang terarah dan reliabel sehingga
menghasilkan penelitian yang bermakna. Adapun hasil penelitian terdahulu yang
dapat dijadikan bahan acuan bagi penulis, yaitu :
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
No
Nama / Tahun Judul Hasil Penelitian
1. Eva Oktavia
Ratnaningsih
Pengaruh model
pembelajaran
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
prestasi belajar siswa kelompok
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
59
2007 kooperatif tipe STAD
terhadap prestasi belajar
siswa (Penelitian
eksperimen terhadap
siswa kelas X
Akuntansi SMK
Kiansantang Bandung).
eksperimen setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
tinggi dengan skor rata-rata 61,7
dibandingkan prestasi belajar siswa
kelompok kontrol yang menggunakan
model pembelajaran konvensional dengan
skor rata-rata 50. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh positif
dan signifikan terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Mochamad Ichsan
Hasanuddin
2008
Perbedaan tingkat
prestasi belajar siswa
melalui penerapan
model cooperative
learning teknik Jigsaw
dan model
pembelajaran
konvensional.
Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
perbedaan tingkat prestasi antara model
cooperative learning teknik Jigsaw dengan
model pembelajaran konvensional
memiliki perbedaan signifikan yang
dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-
rata kelas eksperimen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan nilai
rata-rata kelas kontrol. Meskipun kedua
kelas mengalami peningkatan, tetapi
peningkatan yang dialami oleh kelas
eksperimen lebih tinggi dibanding dengan
kelas kontrol.
3. Imas Rosita
2010
Pengaruh penerapan
model pembelajaran
kooperatif metode
diskusi tipe Jigsaw
terhadap hasil belajar
siswa (Studi ekperimen
pada mata pelajaran IPS
Sub ekonomi Kelas XI
SMK Negeri 1
Bandung.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar siswa
antara siswa yang menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe
Jigsaw dengan siswa yang menggunakan
model pembelajaran konvensional.
Terdapat pula perbedaan hasil belajar pada
siswa kelompok eksperimen sebelum dan
setelah dikenakan model pembelajaran
cooperative learning tipe Jigsaw.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
60
4. Rizki Rakhmatiah
2011
Pengaruh penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw
terhadap prestasi belajar
siswa (Studi
eksperimen pada mata
pelajaran ekonomi di
SMA PGRI Cicalengka.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
terdapat perbedaan prestasi belajar siswa
antara yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dengan siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional melalui
metode ceramah. Terdapat pula perbedaan
pada kelas eksperimen sebelum dan setelah
m enggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw.
5. Elvi Syukrina
2011
Penerapan model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD
dalam meningkatkan
aktivitas belajar dan
hasil belajar siswa pada
bahasan jurnal
penyesuaian di sma
pasundan 1 bandung.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
penerapan model pembelajaran
kooperative tipe STAD dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa SMA Kelas XI IPS 2 pada
bahasan jurnal penyesuaian. Aktivitas
belajar siswa setelah treatment dapat
digolongkan dalam kategori sangat banyak
melakukan, dalam arti siswa aktif selama
kegiatan belajar mengajar.
2.3 Kerangka Pemikiran
Menurut Winkel (2009:59) belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Bruner dalam Willis Dahar (1996:103) menyarankan agar peserta didik
hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
61
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan
prinsip-prinsip untuk sendiri.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan secara sistematis dan
terarah pada kegiatan belajar mengajar. Metode kontekstual atau yang sering disebut
dengan metode ceramah sering dianggap suatu metode yang biasa dan membosankan
bagi peserta didik. Variasi dalam metode pembelajaran sangat jarang dilakukan oleh
para pengajar di sekolah, padahal metode pembelajaran merupakan salah satu kunci
keberhasilan pembelajaran itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran berlangsung interaksi baik antara guru dengan
siswa maupun antara siswa dengan siswa. Interaksi yang terjalin dengan baik akan
menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu tolak ukur berhasilnya
proses pembelajaran adalah dilihat dari keaktifan siswa. Aktivitas belajar siswa
menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar
mengajar harus bisa membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa dapat tercapai sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang
baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Menurut ahli konstruktivisme pengetahuan tidak mungkin di transfer kepada
orang lain karena setiap orang membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan
konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa untuk membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar sebaiknya lebih kepada student centered daripada teacher
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
62
centered atau dengan kata lain proses pembelajaran berlangsung dengan berfokus
pada aktivitas siswa.
Menurut Teori Kontruktivisme dalam Sukardjo dan Komarudin (2009:54)
yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan
siswa itu sendiri. Teori konstruktivisme menekankan pentingnya penggunaan model
pembelajaran sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Konsep pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah suatu
proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data.
Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa
sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi
pengetahuan yang bermakna.
Adapun yang dimaksud dengan aktivitas belajar siswa adalah suatu proses
kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan
dalam tingkah laku atau kecakapan. Selain aktivitas belajar, hasil belajar siswa dapat
menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu acuan
dari perubahan perilaku seorang peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar karena
memberikan informasi terhadap guru tentang kemajuan siswa untuk mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
63
Untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, siswa harus berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus berusaha memecahkan masalah dengan
pikirannya sendiri. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, tujuan pembelajaran dan materi yang
diajarkan, sehingga keaktifan dan kreativitas siswa dapat dimunculkan.
Selama ini guru hanya menggunakan model pembelajaran yang memfokuskan
pada pengetahuan yang diberikan oleh guru, sehingga dalam proses pembelajaran
siswa kurang dilibatkan secara aktif. Akibat dari kurangnya variasi dalam
penggunaan model pembelajaran adalah siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran atau siswa cenderung lebih pasif. Hal ini juga akan mengakibatkan
aktivitas belajar siswa tidak terpenuhi dan hasil belajar yang diperoleh menjadi tidak
tercapai atau kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan model
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
Mengacu pada teori belajar konstruktivisme yang menekankan pada belajar
autentik yaitu proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.
Konstruktivisme lebih memfokuskan pada aktivitas atau kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran dan dapat mengorganisasikan pengetahuan siswa, maka model
pembelajaran kooperatif dirasa paling sesuai karena menitikberatkan pada penemuan
pengetahuan yang dilakukan oleh siswa.
Budiwati dan Permana (2010:73) menjelaskan model pembelajaran adalah
penyusunan program pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan identifikasi,
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
64
mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat bahan atau materi dan berisi strategi
kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk bisa
meningkatkan semangat belajar siswa maka diperlukan model pembelajaran yang
membuat siswa menjadi lebih aktif. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif
dapat diterapkan sebagai salah satu cara untuk membantu guru dalam memberikan
materi yang akan dipelajari.
Isjoni (2010:15) menjelaskan model pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang siswa secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa dapat lebih bergairah dalam belajar. Cooperative
learning mengandung makna bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam kegiatan kooperatif siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh
anggota kelompok. Salah satu model pembelajaran cooperative learning yang efektif
digunakan dalam proses pembelajaran adalah tipe STAD dan tipe Jigsaw.
Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Student Team Achievement
Division (STAD) sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini, dalam proses
belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
kegiatan diskusi yaitu dengan cara siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
65
kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama
dengan teman-teman satu kelompoknya, kemudian mereka di uji secara individual
melalui kuis-kuis.
Adapun Jigsaw merupakan tipe lain dari model pembelajaran kooperatif yang
dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Kunci dari model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas
dengan baik.
Penerapan model pembelajaran tipe STAD dan tipe Jigsaw tersebut
diharapkan aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Selain meningkatkan aktivitas
belajar siswa, penggunaan kedua model tersebut juga dapat meningkatkan hasil
belajar yang diperoleh siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan atau benang
merah dan dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe
STAD
(X1)
Aktivitas Belajar
(Y1)
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
66
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan,
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw sebelum perlakuan.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw sebelum perlakuan.
3. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa antara kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw setelah perlakuan.
4. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw setelah perlakuan.
5. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebelum dan setelah perlakuan.
Hasil Belajar
(Y2)
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe
Jigsaw
(X2)
Wahyuni Yulianti, 2012 Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
67
6. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD sebelum dan setelah perlakuan.
7. Terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw sebelum dan setelah perlakuan.