bab i pendahuluana-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · indonesia beserta...

24
Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan dewasa ini diimplementasikan untuk mengarahkan proses pembelajaran pada pencapaian kompetensi bidang studi tertentu misalnya Matematika, Agama, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan lain sebagainya yang telah ditetapkan serta dalam rangka membentuk pribadi siswa dengan karakter yang baik. Peran dan tujuan pendidikan ini dikembangkan dari fungsi pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 3 bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif semata akan tetapi melibatkan pembiasaan diri yang baik sehingga terbentuk karakter yang baik. Hal ini menjadi sebuah harapan agar tercipta generasi muda yang memiliki perilaku yang baik serta mencintai budaya dan bangsa sendiri. Tanda-tanda perilaku yang tidak baik banyak terjadi bahkan sering muncul dalam pemberitaan baik melalui media elektronik, seperti: televisi, internet, media cetak, seperti: majalah, koran, maupun media lainnya. 1

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

1

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum pendidikan dewasa ini diimplementasikan untuk mengarahkan

proses pembelajaran pada pencapaian kompetensi bidang studi tertentu

misalnya Matematika, Agama, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan lain

sebagainya yang telah ditetapkan serta dalam rangka membentuk pribadi siswa

dengan karakter yang baik. Peran dan tujuan pendidikan ini dikembangkan dari

fungsi pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 3 bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis.

Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia

tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif semata akan tetapi melibatkan

pembiasaan diri yang baik sehingga terbentuk karakter yang baik. Hal ini menjadi

sebuah harapan agar tercipta generasi muda yang memiliki perilaku yang baik

serta mencintai budaya dan bangsa sendiri. Tanda-tanda perilaku yang tidak baik

banyak terjadi bahkan sering muncul dalam pemberitaan baik melalui media

elektronik, seperti: televisi, internet, media cetak, seperti: majalah, koran,

maupun media lainnya.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

2

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam proses pembentukan pribadi

seorang individu yakni melalui dunia pendidikan, Menteri Pendidikan Republik

Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana

pendidikan untuk menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

sebagai acuan kurikulum pendidikan di Indonesia. KTSP disusun berdasarkan

pada keragaman budaya, keragaman tingkatan, letak geografis, suasana,

lingkungan yang ada di Indonesia, sehingga KTSP dalam hal ini mengatur pada

delapan standar pelaksanaan pembelajaran, antara lain: standar kompetensi

lulusan, standar isi, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar proses,

standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar pengelolaan dan

standar penilaian pendidikan. Implementasi pembelajaran di lapangan

dikembalikan kepada satuan pendidikan masing-masing sesuai dengan sarana dan

prasarana, budaya serta lingkungan dimana proses pembelajaran berlangsung.

KTSP mulai diberlakukan sejak tahun 2006 yang merupakan

penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, dimana dalam KTSP dijelaskan

bahwa proses pembelajaran dan penilaian di sekolah harus mengimplementasi

pendidikan karakter, dalam hal ini guru dituntut untuk mengintegrasikan materi

pelajaran dengan penanaman nilai-nilai karakter sehingga diharapkan siswa dapat

merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pengembangan karakter tidak hanya dilakukan dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat, akan tetapi diterapkan juga dalam

pendidikan formal. Lingkungan sekolah menjadi salah satu tempat harapan orang

tua yang bekerja penuh untuk memberikan pendidikan dan pembentukan pribadi

Page 3: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

3

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa karena siswa banyak menghabiskan waktu siang hari di sekolah, bahkan

beberapa sekolah yang menerapkan sistem full-day, yakni sekitar 9 jam siswa

menghabiskan siang hari di sekolah, sehingga secara maksimal guru dapat melihat

perkembangan siswanya. Oleh sebab itu pendidikan formal dapat menunjang

keberhasilan pembentukan karakter siswa. Pendidikan yang terintegrasi dengan

pembentukan karakter tentu saja harus melibatkan semua komponen pendidikan

diantaranya adalah isi kurikulum, proses pembelajaran, penilaian hasil belajar,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas/kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan

sarana prasarana, ethos kerja di lingkungan sekolah, namun selain itu diperlukan

juga peran serta/kontribusi orang tua.

Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sangat bervariasi, misalnya

pelajaran agama, kesenian, bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, PKn,

Olah raga dan pelajaran lainnya. Matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang banyak diperhatikan oleh kalangan pendidik dan juga kalangan

umum. Pentingnya matematika tidak hanya terjadi di Indonesia, seluruh dunia

mengakui bahwa matematika merupakan ilmu yang banyak manfaatnya dalam

kehidupan. Standarisasi matematika sekolah secara internasional khusunya di

Indonesia, merujuk pada Principle and Standard for School Mathematics dari

NCTM yang mengatur standar isi dan standar proses pembelajaran matematika

pada tingkat K-12. Standar isi yang dikembangkan ada lima, yaitu: Bilangan dan

operasi bilangan, Aljabar, Geometri, Pengukuran, serta Analisis data dan

Probability, demikian juga ada lima standar proses dalam pembelajaran

Page 4: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

4

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

matematika yaitu: Pemecahan Masalah, Penalaran dan Pembuktian, Komunikasi,

Koneksi dan Representasi (NCTM, 2000).

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa Indonesia memiliki

budaya dan letak geografis yang beranekaragam, maka untuk mengantisipasi

kegaraman tersebut, pemerintah mengatur pelaksanaan pembelajaran matematika

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2006

dengan memberlakukan 8 standar pelaksanaan program pendidikan. Tujuan dari

Peraturan Menteri Pendidikan ini pada intinya bahwa seluruh tingkatan/jenjang

pendidikan di Indonesia harus melaksanakan kegiatan pendidikan termasuk

didalamnya adalah proses pembelajaran harus sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan, dengan tujuan membuat standarisasi dalam pelaksanaan pendidikan

untuk mencapai kompetensi bidang studi tertentu misalnya pelajaran

matematika, yang sama untuk semua wilayah di Indonesia.

Secara khusus, standar kompetensi matematika tingkat SMA/MA dalam

KTSP meliputi enam aspek materi: Logika, Aljabar, Geometri, Trigonometri,

Kalkulus serta Statistika dan Peluang. Meskipun materi yang diajarkan pada

setiap tingkatan sudah ditetapkan, namun KTSP memberikan kebebasan kepada

guru untuk memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran, penggunaan

metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, keadaan lingkungan,

serta pemanfaatan fasilitas yang tersedia, sehingga akan terbentuk siswa yang

memiliki kemampuan pemahaman matematika yang baik dan menjadi individu

yang berkarakter sesuai dengan kondisi lingkungan dan budaya tempat siswa

menempuh pendidikan. Skema Integrasi pembelajaran matematika khususnya

Page 5: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

5

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

geometri serta penanaman nilai-nilai karakter bangsa yang dijelaskan di atas,

maka ide penulis terntang integrasi tersebut dituangkan pada pada Gambar 1.1

berikut:

Implementasi pembelajaran geometri tidak terjadi di lingkungan sekolah

saja melainkan juga banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Geometri

dapat membentuk pengetahuan keruangan, dan dapat diaplikasikan secara luas

pada berbagai bidang, mulai dari pekerjaan konvensional tukang ledeng, pekerja

bangunan, pengepakan barang sampai pada pekerjaan menggunakan teknologi,

misalnya desain, manufaktur mobil, robot, teknisi mesin, interior designer,

pembuatan pesawat terbang, penggunaan teknologi global positioning system

(GPS) dan sebagainya. Geometri juga dapat membantu memahami konsep lain

aljabar, persamaan garis lurus, kalkulus, aritmetika, dan sebagainya

(Whitely, 1999; dan Jones, 2000, 2001).

Meskipun demikian, ditemukan fakta masih banyak siswa sekolah

menengah yang mengalami kesulitan mempelajari konsep geometri (Clement,

Gambar 1.1 Skema Integrasi Geometri dan Karakter

KTSP

Standar

Kompetensi

yang harus

dikuasai oleh

siswa

SMA/MA

NCTM

Geometri

Karakter

standar kompetensi

lulusan, standar isi,

standar pendidik dan

tenaga kependidikan,

standar proses,

standar sarana dan

prasarana, standar

pembiayaan, standar

pengelolaan dan

standar penilaian

pendidikan

Standar Isi Standar Proses

Terampil dalam

Matematika dan

berkarakter baik

Page 6: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

6

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2003; Ives, 2003; dan Eraso, 2007), sebagaimana ditunjukkan oleh hasil laporan

TIMSS bahwa kemampuan siswa kelas 8 dalam bidang geometri masih tergolong

rendah, berikut beberapa contoh soalnya:

Soal latihan 1:

In the ABC, shown above, the altitudes BN and CM intersect at point S. The

measure of MSB is 400 and the measure of SBC is 20

0. Write a PROOF of the

following statement: “ABC is isosceles”. Give geometric reasons for a

statement in your proof.

Soal latihan 1 merupakan pertanyaan tentang pembuktian matematika

yang memuat kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi disamping

pemahaman konsep geometri. Hasil laporan TIMMS menunjukkan banyak siswa

yang tidak dapat menjawab dengan baik.

Soal latihan 2:

In this figure, triangle ABC and DEF are congruent with BC=EF

A

B C E

D

F

G

400 600

What is the measure of angle EGC?

a. 200

b. 400

c. 600

d. 800

e. 1000

Gambar 1.3 Soal Geometri pada TIMSS 2002 (Mullis, 2008:37)

Gambar 1.2 Soal Geometri pada TIMSS 1994 (Moyer, 2003:6)

200

A

400

B

C

M

N

S

Page 7: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

7

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Soal latihan 3:

In this diagram, CD=CE

What is the value of x?

a. 400

b. 500

c. 600

d. 700

Soal latihan 2 dan Soal latihan 3, merupakan pertanyaan pilihan yang

beralasan, yang menunjukkan kemampuan koneksi, pemahaman konsep dan

kemampuan komunikasi. Hasil laporan TIMMS juga menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa dapat menjawaban dengan benar, akan tetapi masih kesulitan

dalam memberikan alasan atas jawabannya

Secara statistika, menurut laporan TIMMS menunjukkan siswa yang

menjawab benar Soal latihan 1, 2 dan 3 berturut-turut 48%, 48%, dan 32%.

Penilaian di TIMSS diukur menggunakan dua dimensi yaitu dimensi content dan

dimensi cognitive.

Hasil akhir penilaian akan menentukan kemampuan siswa yang

dikelompokkan menjadi empat kategori uji mutu, yaitu low benchmark,

intermediate benchmark, high benchmark dan advance benchmark. Tabel 1.1

menunjukkan kategori uji mutu kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal

geometri.

x

A

B C

D

E

500

Gambar 1.4 Soal Geometri pada TIMSS 2007 (Mullis, 2008:103)

Page 8: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

8

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.1

Deskripsi International Benchmark Geometry (TIMSS for year 8)

Low

International

Benchmark

Intermediate

international

Benchmark

High international

benchmark

Advance international

benchmark

(400) (457) (550) (625)

Students have

some knowledge

of whole number

and decimals,

operation, and

basic graphs.

Students can apply

basic mathematical

knowledge in

straightforward

situations.

Students

demonstrate

understanding of

properties of triangle

and basic geometric

concepts.

Students can apply their

understanding and

knowledge in a variety of

relatively complex

situations.

Students use

knowledge of geometric

properties to solve

problems, including

area, volume, and

angle.

Students can organize

and draw conclusions

from information, make

generalizations, and

solve non- routine

problems.

Students can apply

their knowledge of

geometry in complex

problem situations.

Sumber: Mullis, 2008

Hasil TIMMS tahun 2007 menunjukkan bahwa perolehan hasil ajang

kompetisi matematika dari Negara Indonesia pada content domain dan cognitive

domain disajikan pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Perolehan Score Benchmark Indonesia pada Tahun 2007

Content Domain Cognitive Domain

Bilangan Aljabar Geometri &

Pengukuran

Data &

Peluang Pengetahuan Applikasi Penalaran

399 405 395 402 397 398 405

Nilai Rata-rata secara Internasional 500

Sumber: Mullis, 2008

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kemampuan

matematika baik pada aspek content domain dan cognitive domain masih berada

di bawah nilai rata-rata secara internasional. Nampak bahwa skor pada conten

geometri paling rendah. Jika dilihat pada kategori uji mutu, Negara indonesia

Page 9: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

9

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

termasuk pada kategori Low International Benchmark, artinya siswa memiliki

pengetahuan terbatas dalam menyelesaikan soal-soal geometri.

Selanjutnya, pada laporan PISA (Programme for International Student

Assessment) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada

peringkat ke 68 dari 74 negara. PISA merupakan salah satu ajang internasional

dalam bidang matematika yang menguji kemampuan siswa dalam

mengaplikasikan pengetahuan matematik dan menggunakannya dalam

memecahkan masalah. Seperti yang diungkapkan dalam PISA 2009 Result:

“The PISA mathematics literacy test asks students to apply their

mathematical knowledge to solve problems set in various real-world contexts. To

solve the problems students must activate a number of mathematical competencies

as well as a broad range of mathematical content knowledge. TIMSS, on the other

hand, measures more traditional classroom content such as an understanding of

fractions and decimals and the relationship between them (curriculum

attainment). PISA claims to measure education's application to real-life problems

and lifelong learning (workforce knowledge)”.

Memahami geometri tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu singkat

dan proses yang sederhana, akan tetapi diperlukan proses berpikir tingkat tinggi.

Van Hiele (Bitter, 1989; Baynes, 1998; Clement, 2003; Moyer, 2003; dan Goos,

2007) mengembangkan lima tahapan berpikir dalam geometri yaitu recognition,

analysis, abstraction, deduction and rigor.

Recognition yaitu menyelesaikan masalah geometri berdasarkan pada

pertimbangan visual dengan menggunakan konsep dasar geometri. Analysis yaitu

menyelesaikan masalah geometri berdasarkan pada analisis secara informal

dengan menggunakan sifat-sifat pada geometri. Abstraction yaitu menyelesaikan

masalah geometri secara logis dengan menggunakan konsep, definisi dan bentuk

abstrak geometri. Deduction yaitu menyelesaikan masalah geometri secara formal

Page 10: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

10

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan sistematis dengan menggunakan istilah tak terdefinisi, aksioma, definisi dan

teorema. Rigor yaitu menunjukkan sebuah teorema dengan menggunakan sistem

postulat serta menganalisis sistem ini . Beberapa contoh Rigors yang dilakukan

oleh Riemannian dan Lobachechian geometri (Moyer, 2003: 37) antara lain:

1. The students rigorously establish theorem in difference axiomatic systems

(e.g. Hilbert’s Approach to foundations of geometry);

2. The students compares axiomatic system (e.g., Euclidean and non-

Euclidean geometries); psontaneously explore how changes in axioms

affect the resulting geometry;

3. The students establishes consistency of aset of axioms, independence of an

axiom, an equivalency of different sets of axioms; create an axiomatic

system for a geometry;

4. The students invent generalizaed methodes for solving classes of problems.

5. The students searches for the broadest context in which a mathematical

theorem/principle will apply;

6. The students does in depth study of subject logic to develop new insight

and approaches to logical inference.

Namun demikian, penulis membatasi kemampuan matematika dalam

penelitian ini yaitu kemampuan visualisasi dan pemahaman konsep. Van Hiele

mengatakan bahwa tahap pertama dalam berpikir geometri adalah menyelesaikan

masalah geometri pada pertimbangan visual, dengan kata lain bahwa kemampuan

visualisasi merupakan kemampuan paling dasar. Akan tetapi hasil penelitian

menunjukkan tidak sedikit siswa yang belum memiliki kemampuan visualisasi

dengan baik, kesulitan menunjukkan sifat-sifat geometri yang disajikan dalam

bentuk gambar, kesulitan mengaplikasikan konsep geometri. (Baynes, 1998; Ives,

2003; McLeay, 2006; Eraso, 2007; Basham, 2007; dan Rittle, 1998).

Rendahnya kemampuan visualisasi disebabkan siswa kurang dilatih dalam

menggunakan visualisasi untuk mengolah informasi. Pandangan konstruktivisme

mengklaim bahwa proses pembelajaran harus melibatkan aktivitas konstruktif

Page 11: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

11

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa secara langsung, sedangkan guru berperan sebagai pemberi semangat

(Cobb, 2007). Upaya para peneliti untuk meningkatkan kemampuan visualisasi,

antara lain: yang telah dilakukan oleh Ives (2003) yaitu pembelajaran geometri

berbasis dynamic models di kelas 7 menunjukkan bahwa kemampuan visualisasi

spasial siswa menjadi lebih baik. McLeay (2006) menggunakan media dan

pengalaman kongkrit untuk melatih kemampuan visualisasi sehingga dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah keruangan. Tartre (1990) melatih

kemampuan spasial siswa kelas 10, dengan cara menghubungkan konsep geometri

dengan masalah non-geometri. Kemampuan spasial siswa pada level tinggi dapat

membentuk struktur mental untuk membuat hubungan antara masalah yang baru

dengan masalah sebelumnya, sedangkan Basham (2007) menggunakan software

3-Dimensional CADD dengan module alone untuk meningkatkan kemampuan

spasial ruang siswa kelas 9 khususnya kemampuan rotasi objek secara mental.

Pemahaman konsep geometri diartikan sebagai kemampuan siswa

memahami prinsip dasar dalam membangun geometri serta memahami hubungan

diantara prinsip sehingga menjadi pengetahuan geometri secara utuh untuk

mencapai tingkat penguasaan dan pemahaman yang lebih komprehensif. Akan

tetapi dalam penelitian ini pemahaman konsep yang disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran geometri tingkat SMA dalam KTSP yang secara lebih rinci akan

dibahas pada bab selanjutnya.

Kaitan antara kemampuan visualisasi dan pemahaman konsep seperti yang

diungkapkan oleh Van Hiele, pemahaman konsep dalam geometri terdiri dari 5

tahapan berfikir geometri mulai pada tahap recognition, analysis, abstraction,

Page 12: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

12

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

deduction and rigor (Baynes, 1998), yang berarti bahwa kemampuan visualisasi

memiliki kedudukan yang paling rendah dibandingkan dengan kemampuan

lainnya, sehingga jelas bahwa kemampuan visualisasi memiliki keterkaitan

dengan pemahaman konsep geometri. Berdasarkan penjelasan tersebut,

kemampuan visualisasi merupakan kemampuan paling dasar dalam geometri,

maka pemahaman konsep geometri akan dipengaruhi oleh kemampuan visualisasi

dan ini merupakan sebuah hubungan sebab akibat artinya kemampuan visualisasi

yang tinggi akan menyebabkan pemahaman konsep yang tinggi atau sebaliknya.

Dengan demikian, penulis menduga jika kemampuan visualisasi siswa rendah

maka kemungkinan pemahaman konsepnya akan rendah pula, sehingga sebelum

penulis meningkatkan pemahaman konsep geometri, akan dilakukan terlebih

dahulu peningkatan terhadap kemampuan visualisasi.

Rendahnya kemampuan visualisasi dan pemahaman konsep siswa, salah

satunya adalah dipengaruhi oleh cara belajar atau membelajarkan. Pembelajaran

geometri tidak dapat dilakukan dengan cara transfer informasi melalui kegiatan

ceramah atau yang dikenal dengan ekspositori. Pembelajaran geometri, khususnya

untuk meningkatkan kemampuan visualisasi harus melibatkan aktivitas tindakan

baik aktivitas objek langsung maupun aktivitas dalam pemikiran yang disebut

mental image. Pembentukan konsep pada mental image harus dilatih dengan cara

eksplorasi benda kongkrit, baik secara konvensional maupun dengan

menggunakan media teknologi komputer. Dengan demikian, aktivitas

pembelajaran geometri diarahkan pada aktivitas eksplorasi benda kongkrit yang

Page 13: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

13

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan peralatan yang tradisional maupun eksplorasi benda yang

menggunakan teknologi komputer.

Sebagaimana diungkapkan oleh Yeo (2006) “eksplorasi” serupa dengan

“investigasi”, perbedaan keduanya adalah kegiatan eksplorasi matematika adalah

aktivitas siswa yang dibimbing untuk menemukan konsep tertentu, sedangkan

investigasi matematika adalah sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa untuk

menemukan berbagai hal baru berdasarkan kepada permasalahan yang telah

diberikan, bahkan temuan tersebut tidak dapat diantisipasi oleh guru”.

Strategi pembelajaran eksploratif diduga dapat meningkatkan kemampuan

visualisasi dan pemahaman konsep geometri, karena dalam proses pembelajaran

yang menggunakan strategi eksploratif melibatkan aktivitas tindakan terhadap

objek secara langsung, kemudian hasil tindakan masuk dalam pemikiran yang

disebut mental image, dan selanjutnya akan mengantarkan pada proses

pembentukan konsep dasar geometri. Setelah konsep dasar terbentuk pada mental

image muncul persepsi yang berdasarkan konsep tersebut yang dituangkan

menjadi representasi geometris. Dengan demikian, diasumsikan bahwa strategi

pembelajaran eksploratif dapat meningkatkan kemampuan visualisasi dan

pemahaman konsep geometri siswa.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pembelajaran di sekolah harus

terintegrasi dengan penanaman nilai dan karakter. Upaya ini dilakukan karena

terjadinya kemerosotan perilaku atau “karakter” bangsa yang sudah mulai rapuh

bahkan sedikit demi sedikit mulai hilang.

Page 14: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

14

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan

dapat mengembangkan karakter bangsa. Pemerintah mengharapkan bahwa

karakter siswa yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika antara

lain sikap teliti, sikap kreatif, sikap keingintahuan dan sikap pantang menyerah

(Hasan, 2010). Pengembangan keempat karakter tersebut yang terintegrasi dalam

matematika sekolah, diharapkan para siswa menjadi generasi muda yang memiliki

kemampuan berfikir kritis dan kreatif, memiliki sikap yang tidak pernah

menyerah dan selalu berusaha untuk mengetahui apa yang terbaru/terkini, namun

demikian semuanya dilakukan secara bertanggung jawab dan menemukan pada

suatu nilai kebenaran seperti yang menjadi ciri khas matematika adalah

menemukan kebenaran.

Senada dengan pendapat Hasan, Costa (2001) juga mengatakan bahwa

pengembangan potensi anak, harus memperhatikan pada kemampuan kognitif dan

juga kemampuan lainnya. Kemampuan kognitif dalam hal ini adalah kemampuan

siswa dalam menyelesaiakan persoalan matematika dengan baik, sedangkan

kemampuan selain kognitif yang dapat diukur dalam pembelajaran matematika

adalah kinerja siswa. Kinerja siswa dalam pembelajaran matematika menuntut

adalanya kemampuan bernalar matematis, siswa menunjukkan pada pola pikir

yang berwawasan (insightfulness) dalam bidang matematika, siswa menunjukkan

sikap tekun dalam menyelesaian permasalahan matematika, memiliki kreativitas

yang tinggi dan juga memiliki keahlian tertentu yang merupakan aplikasi dari

pembelajaran matematika, selanjutnya kemampuan yang dijelaskan tersebut oleh

Costa disebut dengan perilaku “Habits of mind”.

Page 15: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

15

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari kedua pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

pengembangan karakter atau “Habits of mind” dalam pembelajaran matematika

perlu dilakukan dengan tujuan agar siswa menjadi generasi muda yang lebih

fleksibel, mereka tidak menjadi manusia yang kaku artinya pandai dari aspek

berfikir akan tetapi tidak pandai dari aspek bergaul dengan lingkungan

masyarakat.

Jakarta merupakan kota di Indonesia yang perkembangannya sangat pesat,

terutama dalam bidang pendidikan. Dewasa ini marak sekali dengan pendirian

sekolah umum berbasis Islam atau dikenal dengan sekolah terpadu, yang

menawarkan berbagai keunggulan-keunggulan terutama dalam peningkatan dan

penanaman nilai-nilai keislaman dalam kurikulumnya. Sementara itu, madrasah

merupakan lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian

Agama di dalamnya sudah mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan

kurikulum keislaman. Kurikulum keislaman memuat pelajaran: Al-qur’an-Hadist

Sejarah Kebudayaan Islam, Aqidah-Akhlak, dan Fikih.

Banyaknya muatan pelajaran di madrasah menyebabkan siswa harus

belajar ekstra, sehingga tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam

menguasai semua materi. Menjadi sebuah temuan pada nilai ujian nasional, bahwa

kualitas kemampuan siswa di madrasah pada bidang materi umum matematika,

fisika, kimia dan lain sebagainya tidak lebih unggul dibandingkan dengan

sekolah umum meskipun secara individu ada beberapa siswa madrasah yang dapat

mengungguli siswa di sekolah umum.

Page 16: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

16

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Madrasah Aliyah (MA) merupakan sekolah Islam setingkat SMA yang

berada pada lingkungan Kementrian Agama memiliki kurikulum keislaman yang

lebih banyak dibandingkan dengan sekolah umum. Sehingga proses pembelajaran

tambahan di sekolah lebih banyak dilakukan pada muatan keislaman, misalnya

tadarusan, kegiatan shalat berjamaah (sunah dan wajib) dan lain sebagainya. Hal

inilah yang menjadi alasan mengapa kemampuan akademik siswa pada pelajaran

umum (misalnya pelajaran matematika) tidak lebih unggul dibandingkan dengan

siswa SMA. Hal lain yang menarik dari proses pembelajaran di MA adalah

penanaman nilai-nilai yang selalu dilakukan setiap hari, misalnya bersalaman

kepada guru, membaca surat pendek di awal pembelajaran, tadarusan di pagi hari,

siraman rohani sebelum pembelajaran dan lain sebagainya.

Penilaian mutu pendidikan sekolah salah satunya adalah penilaian yang

dilakukan oleh BAN-SM melalui akreditasi sekolah menengah. Penilaian ini

menjadikan MA terbagi menjadi tiga kategori yaitu kategori A, kategori B dan

kategori C dengan rentang penilaian tertentu, kategori A berarti sekolah dengan

level baik, kategori B berarti sekolah dengan level sedang dan kategori C berarti

sekolah pada level kurang. Berdasarkan penilaian BAN-SM tahun 2009, MA di

wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu tersebar dengan perolehan kategori A

sebanyak 37 (negeri dan swasta), kategori B sebanyak 25 (negeri dan swasta),

dan ada 1 MA yang mendapat kategori C (Swasta). Pengkategorian MA dalam

penelitian ini selanjutnya akan digunakan sebagai salah satu aspek yang akan

diteliti dalam penelitian ini.

Page 17: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

17

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengkategorian sekolah ini menyebabkan labelisasi pada sekolah,

sehingga sekolah yang memiliki kategori lebih baik menjadi tujuan utama para

orang tua untuk menitipkan anaknya menimba dan menuntut ilmu. Selanjutnya

pihak sekolah merasa kewalahan untuk menerima siswa pendaftar sementara

kuota yang ada sangat terbatas. Akhirnya, setelah siswa pendaftar yang telah lolos

seleksi administrasi harus mengikuti tes ujian mandiri yang dilaksanakan oleh

pihak sekolah. Hasil tes ujian masuk diranking, dan selanjutnya penerimaan siswa

berdasarkan skor ujian yang telah disusun.

Bagi siswa yang tidak diterima di sekolah kategori A, tentu saja mereka

akan mencari sekolah lain yang tidak berbeda jauh dengan sekolah pilihan

sebelumnya. Gambaran ini mengilustrasikan bahwa sebelum mereka masuk pada

sekolah tertentu, siswa sudah memiliki kemampuan awal tentang materi-materi

yang diujikan, terutama matematika. Berdasarkan urutan ranking menunjukkan

bahwa siswa dapat digolongkan pada tiga kategori yaitu siswa pandai, siswa

sedang dan siswa kurang. Kepentingan penelitian, kategori kemampuan awal

tersebut digunakan sebagai salah satu aspek yang akan diteliti, namun istilah yang

digunakan adalah kemampuan awal tinggi, kemampuan awal sedang dan

kemampuan awal rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, sebuah tantangan untuk melakukan

penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan matematika siswa khususnya

pada materi geometri. Penulis merupakan salah satu pengajar pada mata kuliah

pembelajaran matematika di salah satu Perguruan Tinggi Islam di wilayah Jakarta

yang mempersiapkan calon guru untuk mengajar siswa pada tingkat Madrasah

Page 18: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

18

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Banyak kendala yang

dihadapi oleh guru matematika khususnya pada tingkat Madsarah Aliyah. Dengan

demikian, penelitian dilakukan pada Madrasah Aliyah di wilayah DKI Jakarta dan

Sekitarnya dengan harapan melalui penelitian ini memberikan kontribusi dalam

menawarkan sebuah strategi pembelajaran matematika yang dapat memudahkan

siswa memahami konsep matematika khususnya geometri. Selain itu, penelitian

ini bertujuan untuk menggali lebih lanjut tentang bagaimana pola pembentukan

karakter siswa yang dilakukan melalui penanaman nilai-nilai keislaman melalui

kegiatan pembiasaan berdasarkan pada aspek strategi pembelajaran yang

digunakan, kategori sekolah dari BAN-SM dan aspek kemampuan awal siswa.

Dengan demikian, masalah yang terjadi dewasa ini dalam pembelajaran

matematika di Madrasah Aliyah adalah rendahnya prestasi belajar matematika,

dan semakin menurunnya nilai-nilai etika yang berkembang pada anak-anak usia

remaja. Oleh karena itu penulis perlu dilakukan sebuah penelitian pada Madrasah

Aliyah Negeri di wilayah Jakarta dalam upaya peningkatan kemampuan geometri

siswa dan juga menanamkan pembentukan karakter bangsa yang bernilai luhur

dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif terhadap Peningkatan

Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri, dan Karakter Siswa”.

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah, bahwa kemampuan

siswa MA tidak lebih unggul dibandingkan dengan siswa SMA karena di sekolah

memuat kurikulum keislaman yang lebih banyak dan proses pembiasaan

Page 19: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

19

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penanaman nilai-nilai di sekolah yang hampir dilakukan setiap hari, maka penulis

mencoba menerapkan strategi pembelajaran eksploratif dalam pembelajaran

matematika khususnya geometri dan menggali lebih lanjut tentang pola

pembentukan karakter siswanya.

Penilaian mutu pendidikan yang dilakukan oleh BAN-SM menyebabkan

terjadinya pengkategorian sekolah yakni kategori A, kategori B dan kategori C.

Kategori ini menyebabkan terjadinya penumpukkan pendaftar siswa baru,

akibatnya kemampuan awal siswa diuji pada saat tes seleksi masuk. Berdasarkan

skor tes masuk, skor diranking mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Siswa

yang dapat lolos adalah siswa yang memiliki skor tinggi dan skor menengah,

sementara siswa dengan skor rendah tersisihkan dan harus mencari sekolah lain.

Dengan kata lain bahwa di setiap sekolah terjadi urutan kemampuan siswa yang

dikelompokkan menjadi tiga yaitu kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan

kemampuan rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, masalah penelitian yang muncul dalam

penelitian ini adalah: (1) apakah strategi pembelajaran eksploratif dapat

meningkatkan kemampuan visualisasi dan pemahaman konsep geometri dan (2)

Apakah Strategi Pembelajaran Eksploratif memberikan pengaruh pada pola

pembentukan karakter individu dan karakter berkelompok siswa?

Rumusan masalah tersebut dapat diuraikan dalam beberapa pertanyaan

penelitian yang lebih rinci, yaitu:

Page 20: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

20

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Apakah peningkatan kemampuan visualisasi geometri siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran eksploratif lebih tinggi dari pada siswa

yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional ditinjau dari aspek:

a) kategori sekolah, dan

b) tingkat kemampuan awal siswa.

2. Apakah peningkatan pemahaman konsep geometri siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran eksploratif lebih tinggi dari pada siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional ditinjau dari aspek:

a) kategori sekolah, dan

b) tingkat kemampuan awal siswa.

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi dari kategori sekolah, strategi

pembelajaran dan TKAS terhadap peningkatan kemampuan visualisasi

geometri?

4. Apakah terdapat pengaruh interaksi dari kategori sekolah, strategi

pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

pemahaman konsep geometri?

5. Bagaimana gambaran karakter individu siswa ditinjau pada aspek:

(a) strategi pembelajaran, dan

(b) kategori sekolah?

6. Bagaimana gambaran karakter berkelompok siswa ditinjau pada aspek:

(a) strategi pembelajaran dan

(b) kategori sekolah?

Page 21: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

21

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mendeskripsikan kualitas pembelajaran geometri yang menggunakan strategi

pembelajaran eksploratif dalam upaya meningkatkan kemampuan visualisasi

dan pemahaman konsep geometri.

2. Menelaah secara komprehensif pengaruh interaksi strategi pembelajaran,

kategori sekolah, dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap kemampuan

visualisasi dan pemahaman konsep geometri.

3. Mendeskripsikan pola pembentukan karakter individu dan karakter

berkelompok siswa MA ditinjau pada aspek strategi pembelajaran dan

kategori sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, dalam penelitian

menggambarkan proses pembelajaran matematika yang menggunakan strategi

pembelajaran matematika eksploratif, sehingga dapat memberikan sumbangan:

1. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, khususnya bagaimana

seorang guru dapat menyusun strategi pembelajaran matematika berbasis

eksploratif yang terintegrasi dengan karakter. Sehingga out put yang

diharapkan setelah pembelajaran adalah produk dalam hal ini adalah

kemampuan visualisasi dan pemahaman konsep serta value/nilai.

2. Manfaat penelitian bagi siswa adalah keterlibatan secara langsung dalam

proses pembelajaran akan melatih kemampuan dan keterampilan bekerja

Page 22: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

22

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

matematika khususnya dalam penemuan konsep geometri, dan siswa dapat

mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter sehingga akan melatih

kemampuan berfikir logis dan sistematis.

3. Bagi peneliti, kajian penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk

mengembangkan strategi pembelajaran lain khususnya pembelajaran

matematika sehingga hasil penelitian akan memberikan sumbangan bagi

peningkatan kualitas pendidikan dan mencapai cita-cita bangsa yaitu

membentuk karakter bangsa Indonesia.

1.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

beberapa hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan visualisasi geometri siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran eksploratif lebih tinggi dari pada siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan visualisasi geometri siswa di kelas eksperimen pada

sekolah kategori A lebih tinggi dari pada kemampuan visualisasi siswa di

kelas kontrol pada sekolah kategori B.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan visualisasi geometri siswa di

kelas eksperimen antara siswa yang kemampuan awal tinggi, kemampuan

awal sedang dan kemampuan awal rendah.

Page 23: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

23

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Peningkatan pemahaman konsep geometri siswa yang menggunakan strategi

pembelajaran eksploratif lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran konvensional.

5. Peningkatan pemahaman konsep geometri siswa di kelas eksperimen pada

sekolah kategori A lebih tinggi dari pada siswa pada sekolah kategori B.

6. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep geometri di kelas

eksperimen antara siswa yang kemampuan awal tinggi, kemampuan awal

sedang dan kemampuan awal rendah.

7. Terdapat pengaruh interaksi dari faktor-faktor: kategori sekolah, strategi

pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

kemampuan visualisasi geometri,

8. Terdapat pengaruh interaksi dari faktor-faktor: kategori sekolah, strategi

pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap peningkatan

pemahaman konsep.

1.6 Pendefinisian Istilah

Ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mental Image: adalah kemampuan siswa untuk menggambar/merepresentasi

objek dalam otaknya sebagai salah satu cara dalam berfikir.

2. Kemampuan visualisasi: kemampuan merepresentasi objek nyata

gambar/benda dalam mental-image, dan selanjutnya merepresentasi kembali

objek yang tergambarkan pada mental image dalam bentuk gambar atau

sebaliknya.

Page 24: BAB I PENDAHULUANa-research.upi.edu/operator/upload/d_mtk_0907493_chapter1.pdf · Indonesia beserta jajarannya menginstruksikan kepada seluruh pelaksana pendidikan untuk menggunakan

24

Gelar Dwirahayu, 2013 Pengaruh Strategi Pembelajaran Eksploratif Terhadap Peningkatan Kemampuan Visualisasi, Pemahaman Konsep Geometri Dan Karakter Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. pemahaman konsep geometri: kemampuan memahami konsep dan ide

geometri, melakukan prosedur penyelesaian dengan mengunakan model

geometri untuk menyelesaikan masalah pada ruang dimensi tiga, dalam hal

ini menyelesaikan masalah jarak antara titik, garis dan bidang, serta

menghitung besar sudut yang terbentuk antara garis dengan garis, garis

dengan bidang, dan bidang dengan bidang

4. Strategi pembelajaran eksploratif: proses pembelajaran konstruktif yang

melibatkan aktivitas siswa secara aktif dengan menggunakan lembar kerja

siswa yang diselesaikan secara individu dan secara kelompok dan guru

bertindak sebagai fasilitator dan bertugas untuk membimbing siswa.

5. Karakter individu: sikap atau perilaku yang ditunjukkan siswa secara

individual selama proses pembelajaran geometri, dalam hal ini karakter

individual ditinjau pada indikator: sikap teliti, kreatif, pantang menyerah dan

rasa ingin tahu.

6. Karakter berkelompok: sikap atau perilaku yang ditunjukkan siswa dalam

proses pembelajaran bekerja secara berkelompok, sikap atau perilaku dalam

lingkungan sosial masyarakat sekolah, dalam hal ini karakter kelompok siswa

ditinjau pada indikator: kepemimpinan, sikap saling menghargai, kerjasama

dan sikap peduli.