bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru dikelas.
Merujuk pemikiran Mills (Agus Suprijono, 2009 : 45), model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktualyang memungkinkan seserang
atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model
merupakan interpetasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh
dari beberapa sistem.
Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78)
(http://mtk2012unindra.blogspot.com) mendefinisikan model pembelajaran
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Berdasarkan kajian – kajian tersebut diatas model pembelajaran adalah
rencana dan cara guru dalam penyampaian materi kepada siswa. Model
pembelajaran mempunyai peran penting dalam sebuah pembelajaran karena
dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
6
2.1.2. Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan
otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan.
Konsep Mind Mapping diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an.
Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah Mind Mapping
memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar
dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk
memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide
tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang
dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya
memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Berikut contoh gambar Mind Mapping:
Gambar 1
Contoh Mind Mapping
Sumber: Gembira Belajar Mind Mapping
Mind Mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu
siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan Mind Mapping siswa
dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
7
Beberapa manfaat memiliki Mind Mapping antara lain (Tony Buzan,
2003):
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat gambar keseluruhan
Buzan mengemukakan, bahwa ”A Mind Map® is powerful graphic
technique which provides auniversal key to unlock the potential of the brain. It
harnesses the full range of cortical skills – word, image, number, logic, rhythm,
colour and spatial awareness – in a single, uniquely powerful manner. In so
doing, it give you a freedom to roam the infinite expanses of your brain”.
Dari pengertian tersebut, Johan (2008) menyimpulkan bahwa Peta Pikiran
merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang
universal untuk membuka potensi dari seluruh otak, karena menggunakan seluruh
keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih
dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan.
Ditegaskan lagi oleh John W. Budd yang mengungkapkan bahwa A Mind
Map is an outline in which the major categories radiate from a central image and
lesser categories are portrayed as branches of larger branches (http://heldref-
publications.metapress.com/app/home/contribution.asp?referrer=parent&backto=i
ssue,3,8;journal,26,54;linkingpublicationresults,1:119930,1), berarti bahwa peta
pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari kategori utama dan pikiran-
pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari cabang pikiran yang lebih
besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang panjang dapat dialihkaan
menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja
selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal.
Mind mapping digunakan oleh para guru dalam pembelajaran dengan
tujuan agar siswa bisa menghasilkan gagasan, mencatat apa yang telah dipelajari
8
atau merencanakan tugas baru. Mind mapping atau peta pikiran membuat siswa
untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari
atau apa yang tengah mereka rencanakan. Teknik tersebut merupakan suatu
strategi yang memanfaatkan keseluruhan otak yang membuat anak mampu
membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan
citra visual dan perangkat grafis lainnya, Mind Mapping atau peta pikiran akan
memberikan kesan yang lebih dalam sebab detail-detail teknik ini mudah diingat
karena mereka mengikuti pola pikiran otak.
Mind Mapping yang diterapkan dalam pembelajaran didasarkan pada: (1)
informasi bisa diorganisir di sekitar tema/topik utama dan pokok-pokok kaitan,
(2) informasi yang terkait lebih baik diringkas dan dipadatkan untuk bisa disajikan
atau diingat kembali dengan mudah. Berpijak pada pemikiran di atas, otak
manusia berfungsi untuk mengatur dan menyimpan informasi. Otak kita sering
kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan
perasaan. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik
dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan
untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Mind Mapping ini dapat
membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah (De Porter,
2002 : 155).
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang dalam
membuat Mind Mapping agar berhasil dengan baik.
Langkah-langkah tersebut yaitu: (1) Mulailah dari bagian tengah kertas
kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, hal yang demikian dilakukan
karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar
kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
(2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral anda karena sebuah gambar
bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar
sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita
berkonsentrasi dan mengaktifkan otak kita. (3) Gunakanlah warna, karena bagi
otak warna sangat menariknya dengan gambar dan warna membuat Mind
Mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan
9
menyenangkan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan
hubungkan cabang-cabang tingkat dua ke tingkat pusat dan cabang tingkat tiga ke
tingkat dua. Hal ini dimaksudkan karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak
senang mengaitkan dua atau tiga bahkan empat hal sekaligus. Bila kita
menghubungkan cabang-cabang yang dirinci menjadi ranting-ranting, kita akan
lebih mudah mengerti dan mengingat. (5) Buatlah garis hubung yang melengkung,
bukan garis lurus karena garis lurus akan membosankan otak dan bisa menarik
bagi mata. (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci
tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Mapping. (7)
Gunakan gambar seperti gambar sentral karena setiap gambar bermakna seribu
kata dan akan lebih menarik.
Adapun prosedur yang dapat diikuti dalam pembelajaran dengan Mind
Mapping adalah: (1) sediakan selembar kertas putih kosong dan letakkan
mendatar, (2) siapkan juga spidol atau pensil warna (krayon) dan materi yang
akan dibahas, (3) tuliskan judul bacaan atau topik yang sedang dipelajari di tengah
kertas, (4) siswa mulai Mind Mapping atau peta pikiran dengan membuat sentra
gambar, yang menggunakan topik atau gagasan utamanya di tengah kertas, (5)
siswa memecah topik menjadi unsur-unsur dan menarik garis yang menggunaan
spidol warna untuk tiap sub topik, (6) sediakan waktu yang cukup bagi siswa
untuk menyusun Mind Mapping dan mereka bisa melihat karya siswa yang lain
guna mendapatkan gagasan yang baru dan selanjutnya bisa dipakai untuk bahan
masukan guna menyelesaikan peta pikirannya, (7) sebagai kegiatan akhir, guru
memberi waktu pada siswa untuk saling bercerita tentang peta pikiran mereka
(Silberman, 2004: 216).
Mind Mapping atau dikenal juga Peta Pikiran adalah tool yang terstruktur
dan efektif untuk membantu siswa dan guru mengerjakan proses pengajaran
dengan lebih baik. Karena Mind Mapping menstimulasi otak kiri dan otak kanan
secara sinergis.
Mind Mapping akan sangat bermanfaat dalam Pembelajaran terutama
dalam ketrampilan mencatat dan mengingat, antara lain:
a) membantu dengan kemampuan otak untuk berkonsentrasi
10
b) memungkinkan esensi materi menjadi jelas
c) secara visual relatif lebih jelas urutan dan informasinya
d) membuat sambungan antara ide-ide mudah untuk dilihat
e) meningkatkan daya ingat menjadi Long Term Memory
f) meningkatkan keyakinan kita dalam kemampuan kita untuk belajar
Peta Pikiran selain meningkatkan keterampilan belajar (Study Skill) juga
meningkatkan keterampilan hidup (Life Skill).
Dari berbagai macam model pambelajaran IPA, peneliti hanya membatasi
penggunaan model Mind Mapping yang divariasi dengan metode ceramah, tanya
jawab dan diskusi, karena dalam setiap pembelajaran harus diawali penjelasan
atau informasi dari guru dalam penyajian atau penyampaian bahan pelajaran.
Dari kajian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa untuk dapat
meningkatkan hasil belajar adalah dengan menggunakan model Mind Mapping
karena dengan model ini proses pembelajaran akan melibatkan siswa dalam
kelompok untuk membuat Mind Mapping yang sesuai dengan keinginan siswa.
Dengan demikian siswa mudah memahami materi ajar sehingga akan berakibat
pada meningkatnya hasil belajar siswa.
2.1.3. Hasil Belajar
Menurut Hamalik(2006), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori
Taksonomi Bloom (dalam Suharsimi Arikunto 2006), hasil belajar dalam rangka
studi dicapai melalui tiga kategori ranah, salah satunya adalah kognitif. Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelek- tual yang terdiri dari aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru
bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
11
Hasil belajar sangat penting karena siswa akan mengalami perubahan
tingkah laku belajar yang lebih baik sebagai akibat dari proses belajar. Hasil
belajar diukur dari tingkat keberhasilan siswa tersebut mencapai tujuan
pengajaran. Hasil ini di wujudkan dalam bentuk nilai yang dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dan merupakan bukti dari
keberhasilan siswa dalam pencapaian belajarnya.
Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran apakah proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan siswa berhasil atau tidak. Hasil belajar yang
diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh
siswa. Semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin
tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang
hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010). Jadi secara tidak langsung hasil
belajar adalah gambaran umum tentang kemampuan pemahaman siswa terhadap
suatu materi yang telah diajarkan oleh guru.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian
kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar;
dan (c) memperbaiki proses pembelajaran.
Definisi hasil belajar terkait dengan penelitian ini adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran yang berupa
nilai tes, yang mengukur kemampuan kognitif para siswa.
Berdasarkan kajian tentang hasil belajar menurut peneliti, hasil belajar
adalah usaha pencapaian proses belajar siswa yang merupakan bukti keberhasilan
siswa dalam menempuh suatu pengajaran yang diukur dengan menggunakan tes
tertentu.
12
2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, namun
dapat digolongkan menjadi dua faktor yatu intern dan ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. (Slameto, 2010: 54)
Faktor intern adalah faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang
timbul dari sisi individu yang sedang belajar, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Faktor yang ada pada diri individu yang sedang belajar disebut faktor
intern yang meliputi:
a. Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan, cacat tubuh
b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, kesiapan.
c. Faktor kelelahan baik itu kelelahan jasmani maupun rohani.
Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar atau bukan dari sisi
individu siswa yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut faktor ekstern, yang
meliputi:
a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan,
gedung, metode belajar, tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media
masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.5. Hakikat IPA
Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana untuk siswa dapat
mempelajari tantang diri sendiri dan alam sekitar dan menerapkan dalam
13
kehidupan masing – masing peserta didik. Chalmers (2006 : 19 ) menyatakan
bahwa IPA didasari oleh hal–hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Dapat
dikatakan batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh IPA, yaitu
melalui observasi. IPA sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas
dikemukakan.
Selanjutnya untuk memahami hakikat IPA haruslah dilandasi dengan
pengertian tentang IPA yang dikemukakan oleh para ahli :
1. Kemey ( Solihat, Ihat. 2006 : 19) menyatakan bahwa IPA merupakan
aktifitas dalam menemukan hukum–hukum alam dalam bentuk teori –
teori berdasarkan fakta–fakta. Keadaan ini menyebabkan hubungan timbal
balik antara teori dan fakta baru.
2. Sund ( Solihat, Ihat. 2006 : 19 ) menyatakan bahwa ” Science is both a
body of knowladge and process” dilihat dari kalimat ini maka jelaslah
bahwa yang dimaksud dengan sains (IPA) adalah kumpulan dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, dan lain - lain), dan bagaimana proses
untuk mendapatkan pengetahuan itu.
3. Fisher ( Solihat, Ihat. 2006 : 19) menyatakan bahwa IPA sebagai ”body of
knowladge obtained by method based upon observation”, yaitu IPA
merupakan suatu batang tubuh pengetahuan yang diperoleh melalui
metode yang berdasarkan observasi.
4. Chalmers ( Solihat, Ihat. 2006 : 19 ) menyatakan bahwa IPA didasari oleh
hal – hal yang kita lihat, dengar, raba, dan lain-lain. Dapat dikatakan
batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh IPA, yaitu melalui
observasi. IPA sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas
dikemukakan.
5. Sund ( Solihat, Ihat. 2006: 19) mengemukakan batasan IPA yang lebih
lengkap. Sund menyatakan IPA sebagai bidang pengetahuan (body of
knowledge) yang dibentuk melalui proses inkuiri yang terus menerus, yang
diarahkan oleh masyarakat yang bergerak dalm bidang IPA. IPA lebih dari
sekedar ilmu pengetahuan.
14
Berdasarkan teori – teori di atas, secara garis besar IPA merupakan mata
pelajaran yang mempelajari tentang diri sendiri dan hubungan dengan alam
beserta faktor – faktor lain yang mempengaruhi alam.
2.1.6. Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) secara terperinci adalah:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan –
Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari
– hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan tujuan umum mata pelajaran IPA, maka dalam jenjang
pendidikan sekolah dasar mata pelajaran IPA mempunyai ruang lingkup bahan
kajian, yaitu :
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
15
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
2.2. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktoyuana Hardian
Perwitasari dengan judul ”Penggunaan mind map (peta pikiran) untuk
meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Bareng 5 Malang” menunjukkan
bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V
SDN Bareng 5 Malang. Perolehan rata-rata hasil belajar siswa meningkat, dari
rata-rata refleksi awal ke siklus I sebesar 42,1% dari siklus I ke siklus II sebesar
26,7% dengan ketuntasan belajar 75%. Aktivitas belajar siswa juga meningkat
dari 64,2 pada siklus I menjadi 74,4 pada siklus II terjadi peningkatan sebesar
13,7%. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus
terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, refleksi dan rencana perbaikan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang dengan jumlah
siswa 28 anak. Intrumen yang digunakan adalah pedoman observasi, tes dan
dokumentasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Mind Map
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Bareng
5 Malang. Bagi guru diharapkan teknik Mind Map ini dijadikan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Bagi peniliti lanjutan diharapkan
penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan adanya pengembangan.
Penelitian oleh Susiyati dengan judul “PENERAPAN MODEL MIND
MAP (PETA KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN TAHUN PELAJARAN
2011/2012”. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri
atas kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan yang
berjumlah 31 siswa dan terdiri dari 12 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki.
16
Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder.Teknik pengumpulan data
yang dipakai berupa wawancara, tes, observasi, dan dokumentasi.Validitas data
yang digunakan berupa validitas isi.Analisis datanya menggunakanan teknik
analisis data deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.Prosedur penelitian ini
berupa model siklus penelitian tindakan kelas. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa melalui penerapan metode mind map (peta konsep) dapat meningkatakan
pemahaman konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA dari pra siklus ke
siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Proses pembelajaran pada pra siklus lebih
bersifat teacher centered dan kurang menerapkan model – model pembelajaran
yang inovatif sehingga pemahaman siswa terhadap konsep pesawat sederhana
dalam pembelajaran IPA rendah. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan
klasikal yang hanya mencapai 48,39% atau sekitar 15 siswa yang tuntas KKM.
Peningkatan pemahaman konsep terjadi pada siklus I meskipun belum maksimal,
yaitu ada sekitar 61,29% atau 19 siswa tuntas KKM. Pelaksanaan siklus II
pemahaman siswa terhadap konsep pesawat sederhana meningkat kembali
menjadi 70,96% atau 22 siswa tuntas KKM, sehingga indikator kinerja yaitu
sekitar 70% atau 22 siswa dapat tercapai. Simpulan penelitian ini adalah
penerapan model Mind Map (peta konsep) dapat meningkatkan pemahaman
konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SDN
Soropadan Kecamatan Laweyan.
2.3. Kerangka Berpikir
Kajian pustaka dan landasan teori dari para pakar juga beberapa hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti memberi gambaran penulis
untuk membuat skema tindakan dalam penelitian ini. Bagi sebagian besar siswa
hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPA masih lemah. Oleh karena
itulah diperlukan upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran Mind Mapping. Apabila guru menggunakan model
pembelajaran Mind Mapping, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
diaharapkan akan meningkat. Mind Mapping akan dapat mengaktifkan seluruh
otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus
17
pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian
informasi yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan
dan perincian, memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita
membandingkannya, dan mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada
pokok bahasan atau materi yang membantu mengalihkan informasi tentang hal
yang ada dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Kelebihan model
pembelajaran Mind Mapping sesuai yang tertuang dalam kajian terori , yaitu: (1)
mampu meningkatkan kapasitas pemahaman, (2) meningkatkan kemampuan
seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan,
meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan, (3) merangsang
sisi kreatif seseorang, (4) membuat catatan yang menarik dalam waktu singkat.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian sebelumnya, maka
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “ Melalui penggunaan model
pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA bagi siswa
kelas 5 SDN Dadapayam 02 pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 ”.