bahan kerangka konseptual

22
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. KERANGKA KONSEPTUAL Pengertian Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008: 54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang diteliti. Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar (2008: 54) sebagai berikut:

Upload: chairani-surya-utami

Post on 02-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Kerangka Konseptual

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. KERANGKA KONSEPTUAL

Pengertian

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008:

54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian,

tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-

variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila

penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya

membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan

deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi

besarnya variabel yang diteliti.

Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang

dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar (2008: 54) sebagai berikut:

1)      Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.

2)      Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-

variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.

3)      Kerangka konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan dalam

bentuk diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya

mudah dipahami.

Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif,

kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh

dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah

penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-

Page 2: Bahan Kerangka Konseptual

variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu

yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.

Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai

landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka atau kalau boleh

dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang

dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.

Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan (teori, konsep, prinsip, hukum

maupun proposisi) yang nantinya bisa membantu untuk menyusun kerangka

konsep dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang telah ada sangat

membantu dan mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual.

Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan

mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka

konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah

penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun

untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian

dan bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan

jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Kerangka konseptual diperoleh dari hasil

sintesis dari proses berpikir deduktif (aplikasi teori) dan induktif (fakta yang ada,

empiris), kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep

atau ide baru yang disebut kerangka konseptual.

Deductive Thinking

Inductive Thinking

Mental Image

“Conseption”“Conseptualization” Result “Consept”

Page 3: Bahan Kerangka Konseptual

Proses Konseptualisasi

Keterangan bagan :

Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentang objek atau

ide terhadap rangsangan (stimulus) objek yang merupakan proses mental untuk

berpikir kreatif. Pertemuan telur dan sperma adala contoh suatu konsepsi. Bagaimana

supaya telur dan sperma bertem (konsepsi) pada tempat yang bisa membuahkan bayi

yang sehat, mak proses ini merupakan konseptualisasi. Konseptualisasi adalah suatu

prose mental di mana seorang ilmuwan menyusun konsep yang didasarka

pengalaman, berpikir deduktif dan induktif. Konsep adalah hasil akhir dari proses

konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan sebuah konsep atau bayi

sehat.

Contoh :

Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observas tentang hal-

hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangk keragaman kondisi kesehatan

seseorang. Untuk mengetahui apaka seseorang itu sehat atau tidak sehat maka

pengukuran konsep sehat tersebut harus melalui konstruksi atau variable-variabel,

misalnya tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah

denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini adalah variabel-variabel yang digunakan

untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.

Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian ditentukan

oleh beberapa landasan, yaitu :

1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis

yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti

harus membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua

kepustakaan yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat,

sebelum memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab

pertanyaan penelitian tersebut.

2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang

lain yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.

Page 4: Bahan Kerangka Konseptual

3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan

penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan ke-empat

dengan cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan

penelitan dan logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual

penelitian.

Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual,

yaitu : Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang

telah ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka konsep disesuaikan

dengan variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadi

mencoba mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan. Untuk

pendidikan magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari

satu), juga diminta ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi

variable yang disesuaikan realita di lapangan. Tujuan akhir penelitian program

magister lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan masalah.

Untuk pendidikan doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang

program doktor juga ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide

inovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut

diadakan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.

Tahap Penyusunan Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangk hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalu penelitian. Untuk itu langkah-

langkah yang dilakukan sebelum membua kerangka konseptual ini adalah :

a. Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau

atribut dari masalah yang akan diteliti)

b. Mengembangkan pernyataan hubungan.

c. Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :

.

- Disesuaikan dengan pernyataan masalah.

- Penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang

diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan

dengan variable yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep dalam

gambar / kerangka dengan membuat garis mana yang diteliti dan tidak

Page 5: Bahan Kerangka Konseptual

dengan menggunakan garis sambung atau terputus serta buat panah untuk

bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untu bagian yang tidak ada pengaruh

- Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan.

Contoh :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berhubungan

: Berpengaruh

: Sebab akibat

: Perbandingan

Contoh Kerangka Konseptual :

Keterangan :

Dari bagan diatas terlihat bahwa faktor iklim kerja, disiplin kerja dan etos

kerja secara langsung mempengaruhi produktivitas kerja di rumah sakit. Iklim kerja

yang kondusif dan harmonis akan membuat perawat menjadi kreatif dan inovatif yang

mendorong mereka bekerja dengan optimal. Perawat yang merasa senang dengan apa

Iklim Kerja :

- Dimensi Psikologikal - Dimensi Struktural - Dmensi Sosial - Dimensi Birokratik

Disiplin Kerja :

- Disiplin terhadap waktu kerja- Disiplin terhadap tata tertib- Disiplin terhadap standar kerja - - Disiplin terhadap atasan

Etos Kerja :

- Kerja adalah rahmat - Kerja adalah Amanah - Kerja adalah panggilan- Kerja adalah aktualisasi- Kerja adalah seni- Kerja adalah ibadah- Kerja adalah kehormatan- Kerja adalah pelayanan

Produktivitas Kerja :

- Efficasy- Efektivitas- Efisiensi

Perancu

- Umur

- Jenis kelamin

Page 6: Bahan Kerangka Konseptual

yang dikerjakannnya akan berdampak pada kinerja yang dihasilkannya dan akan

menjadi motivator tersendiri dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. Etos kerja

yang baik akan mendorong seseorang untuk bekerja sesuai etika yang benar agar apa

yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik sesuai harapan organisasi. Dengan etos

kerja yang baik maka akan tercipta suasana kerja atau iklim kerja yang kondusif yang

akan mendukung pelaksanaan tugas yang baik dan memberikan tingkat produktivitas

yang tinggi. Dengan disiplin yang baik dari perawat maka target penyelesaian

pekerjaan akan tercapai yang pada gilirannya berpengaruh terhadap produktivitas

kerja dalam organisasi.

2.2. HIPOTESIS PENELITIAN

Pengertian

Hipo artinya bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat yang

kebenaranya masih dangkal dan perlu diuji, patokan duga atau dalil sementara, yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. hipotesis adalah kesimpulan

teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-

bukti empiris.

Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hypotesis ini dapat benar atau

salah, dapat diterima atau ditolak. hypotesis seyogyanya diturunkan dari suatu teori,

sehingga rumusan hiphotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi,

yang mengandung hubungan dua variable atau lebih.

Sumber Hipotesis bisa dari hasil kajian teoritis atau melali proses menghubung-

hubungkan sejumlah bukti empiris dan juga bisa hasil perenungan atau reka-reka

rasional.

Ada beberapa alasan mengapa hipotesis itu harus dibuat yaitu

1) Hipotesis yang dirumuskan peneliti dapat dijadikan bukti kuat, bahwa peneliti

mempunyai penguasaan yang cukup luas dan mendalam mengenai fokus kajian.

2) Hipotesis merupakan panduan peneliti dalam rangka pengumpulan data dan analisa

data, penentuan prosedur kerja dan data yang harus dicari selama proses penelitian.

Cara Memperoleh Hipotesis

Hipotesis dapat bersumber dari teori atau hasil perenungan yang mendalam.

Dari manapun sumber hipotesis , tidak menjadi masalah, namun yang paling utama

Page 7: Bahan Kerangka Konseptual

bahwa untuk merumuskan Hipotesis harus digunakan cara tertentu, yaitu cara berpikir

bisa secara induktif maupun deduktif.

Berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan

umum dari sejumlah atau serangkaian gejala spesifik dari peristiwa nyata dan berpikir

induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan khusus dari sejumlah

atau serangkaian gejala umum dari peristiwa nyata.

Ciri hipotesis

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan

sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh sebab itu hipotesis

harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak

mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-

ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement),bukan dalam

bentuk kalimat tanya.

b. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti.Hal ini berarti

bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan

yang sedang atau akan diteliti.

c. Hipotesisi harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus

mengandung atau terdiri dari variable-variabel yang dapat diukur dan

dapat dibanding-bandingkan.

d. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak

menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas

sifatnya.

Prinsip Uji Hipotesis

Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampe

dengan nilai populasi yang diajukan. Peluang untuk diterima atau ditolaknya suatu

hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai

hipotesis. Bila perbedaan cukup besar peluan untuk menolak hipotesispun besar, dan

sebaliknya bila perbedaanya kecil maka peluang untuk menolak hipotesis pun kecil.

Bentuk Hipotesis

Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu :

Page 8: Bahan Kerangka Konseptual

a. Hipotesis Nol (Hipotesis Statistik)

Pada penelitian, hipotesis nol ini diartikan sebagai tidak adanya hubungan

atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau symbol

dengan (H0).

Contoh :

b. Hipotesis Alternatif (Hipotesis Penelitian)

Adalah lawannya hipotesisi nol, yang berbunyi adanya perbedaan atau

adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variable bebas dengan

variabel terikat), diberi notasi atau symbol dengan (HI).

Contoh :

Jenis Rumusan Hipotesis

Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis

dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Hipotesis Deskriptif

Yaitu Hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri – ciri suatu tentang nilai

suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.

Contoh :

Jika rumusan masalah sebagai berikut :

a. Seberapa besar peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap

anggota keluarga yang lain ?

b. Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X ?.

c. Bagaimanakah intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama ?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :

a. Peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap keluarga yang

lain sebagian besar baik.

b.Gaya kepemimpinan dilembaga X telah mencapai 70 % dari yang

diharapkan.

c. Intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama di duga rendah.

b. Hipotesis Komparatif (Perbedaan)

Tidak ada nya hubungan antara Pola makan seorang anak dengan tingkat gizi nya Adalah lawannya hipotesisi nol, yang berbunyi adanya perbedaan

Ada hubungan antara pola makan seorang anak dengan tingkat gizi nya

Page 9: Bahan Kerangka Konseptual

Yaitu Pernyataan yang menunjukan dugaan nilai dengan membuat

perbandingan dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.

Contoh :

Jika rumusan masalah sebagai berikut :

a. Adakah perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan anak yang

tidak dibina oleh posyandu?

b. Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SM dengan mahasiswa

lulusan SPK terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas ?

c. Bagaimanakah perbedaan tingkat prestasi mahasiswa Akper yang tidur di

Asrama Dan di luar asrama ?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :

a. Tidak terdapat perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu

dengan anak yang tidak dibina oleh posyandu?

Atau bisa begini :

Status gizi anak yang dibina posyandu lebih baik dari pada anak

yang tidak dibina oleh posyandu?

b. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SMU dengan mahasiswa

lulusan SPK terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas.

c. Tingkat prestasi mahasiswa Akper yang tidur di Asrama lebih baik dari

mahasiswa yang tidur di luar asrama.

c. Hipotesis Asosiatif (Hubungan)

Suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel

atau lebih.

Sebagai contoh :

Jika rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara

semasa nifas ?

b. Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar ?

c. Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya

depresi pada usila ?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :

Page 10: Bahan Kerangka Konseptual

a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara semasa

nifas.

b. Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar.

c. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi pada

usila.

Fungsi Hipotesis

Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:

1. Untuk menguji teori,

2. Mendorong munculnya teori,

3. Menerangkan fenomena sosial,

4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,

5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Karakteristik Hipotesis

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan

benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil

penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika

hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,

melainkan juga sukar diuji secara nyata.

Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus

memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:

1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan

dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban

atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan

tujuan penelitian.

2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan

secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus

mendefinisikan secaraoperasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui

secara pasti variabel independen dan variabel dependen.

3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan

memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk

Page 11: Bahan Kerangka Konseptual

hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,

atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai

yang mempunyai makna.

4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan

preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti

halnya dalam hipotesis.

5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat

dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang

diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat

digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih,

bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk

mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-

metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan

data, analisis data, maupun generalisasi.

6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan

sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang

sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara

variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan

bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y

dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang,

atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang

diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang

diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting

secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena

dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.

7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis

yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel

dibuat secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan Hipotesa

Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

1. Penentuan masalah.

Page 12: Bahan Kerangka Konseptual

Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul

karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan

berdasarkanhukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui.  Dasar

penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang

tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk

perumusan masalah.

2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua

kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa

preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan

dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan

dengan masalah yang dihadapi.  Karena tidak dirumuskan secara eksplisit,

dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis

keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan

untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.

3. Pengumpulan fakta.

Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya

dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya

didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

4. Formulasi hipotesa.

Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat

berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di

antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan

sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika

Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan

seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.

5. Pengujian hipotesa

Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah

ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan

fakta maka disebut konfirmasi.  Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan

fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak

berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang

Page 13: Bahan Kerangka Konseptual

dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi

atau koroborasi dapat disebut teori.

6. Aplikasi/penerapan.

Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah

disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus

dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.

Page 14: Bahan Kerangka Konseptual

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

Page 15: Bahan Kerangka Konseptual

DAFTAR PUSTAKA