bab ii kajian pustaka -...

34
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan 2.1.1 Strategi Suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu strategi. Menurut Chandler (dalam Rangkuti, 2006: 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sanjaya (2006:126) berpendapat bahwa strategi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan teori para pakar di atas dapat dipahami bahwa strategi adalah metode yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk mendapatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam menentukan strategi sangat perlu merumuskan sebuah tujuan organisasi yang jelas dan harus mengetahui faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Sebuah organisasi berharap dapat menggunakan strategi secara tepat sehingga tujuannya dapat tercapai, yaitu meningkatkan mutu organisasinya. Salah satu indikator yang menunjukkan suatu organisasi bermutu dapat dilihat dari kinerjanya. 7

Upload: vokien

Post on 09-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan

2.1.1 Strategi

Suatu organisasi mempunyai tujuan yang

ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan diperlukan

suatu strategi. Menurut Chandler (dalam Rangkuti,

2006: 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan

jangka panjang, program tindak lanjut, serta

prioritas alokasi sumber daya. Sanjaya (2006:126)

berpendapat bahwa strategi adalah metode yang

digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau

keberhasilan dalam mencapai tujuan. Berdasarkan

teori para pakar di atas dapat dipahami bahwa

strategi adalah metode yang digunakan oleh

sebuah organisasi untuk mendapatkan

keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi.

Dalam menentukan strategi sangat perlu

merumuskan sebuah tujuan organisasi yang jelas

dan harus mengetahui faktor-faktor yang

mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan

organisasi tersebut. Sebuah organisasi berharap

dapat menggunakan strategi secara tepat sehingga

tujuannya dapat tercapai, yaitu meningkatkan

mutu organisasinya. Salah satu indikator yang

menunjukkan suatu organisasi bermutu dapat

dilihat dari kinerjanya.

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

8

Moeheriono (2009:60) mengatakan bahwa

kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu program atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi

dan misi organisasi yang dituangkan melalui

strategi suatu organisasi. Muhaimin (2011)

berpendapat bahwa strategi merupakan kebijakan-

kebijakan penting dari sekolah yang penting untuk

diambil agar dapat digunakan sebagai patokan

dalam pembuatan program. Sekolah merupakan

salah satu organisasi yang harus mempunyai

strategi untuk meningkatkan dan mengembangkan

mutu sekolah. Strategi ini akan dicapai dalam

jangka panjang (20 tahun) dan menengah (5

tahun), hal ini akan menjadi acuan rencana jangka

pendek (1 tahun). Dari kedua pendapat ini dapat

dipahami bahwa keberhasilan strategi yang

diterapkan di sekolah dapat dilihat dari kinerja dari

kinerja sekolahan tersebut.

Berdasarkan pendapatpara pakar di atas

dapat dikatakan bahwa dalam konteks pendidikan,

strategi adalah kebijakan-kebijakan yang penting

dari sekolah untuk mencapai tujuan yaitu

meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah.

Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

draf yang disampaikan ke forum sekolah dan tidak

perlu sampai keputusan. Perumusan tujuan yang

jelas dan faktor-faktor yang menyebabkan

keberhasilan dalam mencapai tujuan perlu

dipertimbangkan dalam menyusun sebuah strategi.

Strategi yang tepat akan mengantarkan sekolah

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

9

pada keberhasilan dalam mencapai tujuannya.

Untuk mendapatkan strategi yang tepat, sekolah

memerlukan mengetahui informasi tentang faktor-

faktor di sekolah yang dapat mendukung

keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena

itu, sekolah perlu menganalisis faktor-faktor

tersebut. Dengan melakukan analisis ini,

diharapkan dapat memberikan informasi yang bisa

dijadikan sebagai acuan dalam menyusun suatu

strategi.

2.1.2 Mutu Pendidikan

Secara umum mutu adalah gambaran

kemampuan barang atau jasa memuaskan

kebutuhan yang diharapkan. Menurut Crosby

(dalam Nasution, 2005) mutu adalah sesuai dengan

yang diisyaratkan atau yang distandarkan.

Sedangkan Koswara (dalam Amtu, 2011)

mengatakan bahwa mutu adalah kondisi yang

terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap

barang atau jasa yang diberikan oleh produsen.

Pengertian mutu menurut Sallis (2006: 22) adalah

konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam

konsep absolut memiliki pengertian bahwa mutu

merupakan suatu idealisme yang tidak dapat

dikompromikan. Dalam konsep relatif mutu

merupakan sesuatu yang memuaskan dan

melampaui keinginan kebutuhan pelanggan

(quality in perception). Danim (2007: 53)

mengatakan, mutu mengandung makna derajat

keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

10

berupa barang atau jasa. Berdasarkan pendapat

diatas mutu adalah kemampuan suatu produk

atau hasil kerja yang berupa barang atau jasa

dalam memuaskan dan melebihi kebutuhan yang

diharapkan oleh pelanggan.

Dalam bidang pendidikan, mutu meliputi

input, proses dan output yang ada dalam dunia

pendidikan (Sukmadinata, 2006). Input pendidikan

yang dimaksud adalah semua yang dibutuhkan

untuk berjalannya suatu proses. Sedangkan proses

adalah proses pengambilan sebuah keputusan,

proses dalam belajar mengajar, pengelolaan

organisasi proses pengelolaan program, dan proses

monitoring dan evaluasi, dapat dikatakan bahwa

proses belajar mengajar merupakan paling penting

dibandingkan dengan proses - proses lainnya.

Output pendidikan yaitu capaian sebuah proses

pendidikan. Output sekolah bermutu tinggi apabila

prestasi siswanya tinggi dalam prestasi akademik

yang berupa nilai ulangan umum, Ujian Sekolah,

lomba akademik; dan prestasi non-akademik,

seperti Pramuka. Sementara Sagala (2010)

menjelaskan mutu adalah gambaran secara utuh

tentang jasa pelayanan pendidikan secara internal

maupun eksternal yang menunjukkan

kemampuannya memuaskan kebutuhan yang

diharapkan atau yang tersirat. Menurut Chapmans

(dalam Amtu, 2011), mutu pendidikan meliputi: 1)

context: kualitas pendidikan secara jelas boleh

mengacu pada input (jumlah guru, banyaknya

pelatihan guru, banyaknya buku teks); 2) process:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

11

kualitas pendidikan boleh mengacu pada jumlah

waktu pembelajaran langsung dan peningkatan

belajar aktif; 3) output: kualitas pendidikan boleh

mengacu pada skor tes dan jumlah rata-rata

lulusan yang tinggi; dan 4) outcome: kualitas

pendidikan boleh mengacu pada kinerja atau

pencapaian target dan tujuan spesifik. Sedangkan

Leba (2013), berpendapat terdapat empat

pandangan yang berkembang untuk memaknai

tentang mutu pendidikan empat, yaitu: (1) Mutu

Pendidikan dipandang berdasarkan kemampuan

peserta didik setelah mempelajari suatu materi

pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai raport

atau nilai Ujian Sekolah. (2) Mutu pendidikan

dipandang dari produktivitas keluarannya, yakni

pekerjaan yang diperoleh, tingkat gaji dan status.

(3) Mutu Pendidikan dipandang berdasarkan

kriteris sosial yang lebih luas, misalnya pandai

dalam berpidato, terampil memimpin organisasi,

pandai berdiplomasi. (4) Mutu pendidikan ditinjau

dari komponen pendidikan ditinjau dari komponen

pendidikan yang bermutu seperti keadaan guru

(jumlah dan kualifikasi pendidikan guru).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah

dalam mengelola komponen – komponen yang ada

di sekolah sehingga menghasilkan lulusan yang

memiliki pencapaian prestasi belajar yang tinggi.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

12

2.1.3 Peningkatan Mutu Pendidikan

Djauzak (dalam Nuraniyah, 2012)

mengatakan peningkatan mutu pendidikan adalah

kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara

operasional dan efisien terhadap komponen-

komponen yang ada di sekolah sehingga

menghasilkan nilai tambah terhadap komponen

tersebut menurut norma/standar yang berlaku.

Menurut Zamroni (2007) peningkatan mutu

berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses

untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait.

Dalam peningkatan mutu perlu diperhatikan dua

aspek, yaitu aspek kualitas dan aspek proses

mencapai hasil tersebut. Dari pendapat - pendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan

mutu pendidikan adalah suatu proses yang

dilakukan oleh sekolah dengan melibatkan

komponen-komponen yang ada untuk

meningkatkan kualitas hasil sesuai dengan tujuan

sekolah, yaitu prestasi belajar siswa yang tinggi.

2.2 Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Mulyasa (2009) menyatakan, Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) merupakan pemberian

kewenangan yang luas kepada sekolah agar

sekolah dapat lebih leluasa dalam mengelola

sumber daya dan sumber dana sesuai

kebutuhannya. Sedangkan menurut Hasbullah

(2006), MBS merupakan model pengelolaan yang

menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

13

keputusan. Dari pendapat tersebut dapat dipahami

bahwa MBS adalah pemberian kewenangan yang

luas kepada sekolah untuk mengelola komponen

yang ada dan mengambil keputusan demi

tercapainya tujuan sekolah. Namun dalam

melaksanakan kewenangannya, sekolah juga harus

memperhatikan skala prioritas kebutuhan dari

sekolah tersebut.

2.2.1 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Rohiat (2008) berpendapat bahwa tujuan

MBS adalah meningkatkan kinerja sekolah melalui

pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang

lebih besar (otonomi) untuk mengelola potensi

sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya lainnya (uang,

peralatan dan waktu). Sedangkan Slamet (dalam

Widiasmara, 2007) mengungkapkan bahwa tujuan

MBS adalah untuk usaha pemberdayaan sekolah,

melalui pengelolaan sumber daya manusia yang

dan sumber lainnya ada di sekolah dengan

pemberian kewenangan, fleksibilitas untuk

mengatasi persoalan yang dihadapi oleh sekolah.

Mulyasa (2009:25) berpendapat tujuan MBS

merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam

penguasaan ilmu, tehnologi yang dinyatakan dalam

GBHN. MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah

dan pelibatan masyarakat bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi, peningkatan mutu, dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

14

pemerataan pendidikan. Dari pendapat-oendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan MBS

adalah meningkatkan konerja sekolah melalui

pemberian kewenangan dalam mengelola

komponen yang ada di sekolah sehingga mutu

pendidikan meningkat.

2.2.2 Prinsip – prinsip Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS)

Mulyasa (2009) menyatakan dalam dalam

penerapan MBS untuk mengelola sebuah sekolah

diharapkan sesuai pada empat prinsip yaitu:

Prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip

pengelolaan mandiri dan prinsip inisiatif manusia.

Prinsip ekuifinitas menekankan bahwa sekolah

dapat fleksibel dalam memilih strategi untuk

mencapai tujuan sesuai dengan kondisi masing-

masing sekolah. Sedangkan prinsip desentralisasi

menekankan bahwa sekolah harus mampu

mengadopsi dan mengadaptasi pengaruh

sekelilingnya atau eksternal. Prinsip sistem

pengelolaan mandiri menekankan bahwa sekolah

diberi hak otonom untuk mengatur dirinya yaitu

dengan pemberian kewenangan kepada sekolah

untuk mengelola secara mandiri kebijakan yang

telah ditetapkan. Prinsip inisiatif manusia

menekankan bahwa Sekolah dalam mengelola

tenaga pendidik dan kependidikan dengan yang

cara manusiawi dan memiliki potensi untuk

dikembangkan. Hal ini dapat dipahami bahwa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

15

dalam pengelolaan sekolah diharapkan mengacu

empat prinsip ini. Sehingga dalam penerapan MBS

ini dapat mencapai keberhasilan yaitu peningkatan

mutu pendidikan.

2.2.3 Komponen – komponen Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS)

Rohiat (2010:21) mengemukakan terdapat

tujuh komponen manajemen sekolah, komponen-

komponen tersebut meliputi: Manajemen

Kurikulum; Manajemen Program Pembelajaran

atau Pengajaran; Manajemen Tenaga

Kependidikan; Manajemen Kesiswaan; Manajemen

Keuangan; Manajemen Sarana Prasarana;

Manajemen Hubungan Masyarakat. Sedangkan

Mulyasa (2009) menambahkan satu lagi komponen

yang menjadi komponen manajemen sekolah, yaitu

manajemen layanan khusus yang terdiri dari

manajemen kesehatan, perpustakaan dan

keamanan sekolah.

Rusman (2009) mengungkapkan bahwa

manajemen kurikulum ialah sebagai suatu sistem

pengelolaan kurikulum yang kooperatif,

komprehenshif, sistemik untuk mencapai tujuan

kurikulum. Otonomi yang diberikan pada lembaga

pendidikan atau sekolah dalam mengelola

kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan

kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi

dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak

mengabaikan kebijakan nasional yang telah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

16

ditetapkan.Hal ini dapat dikatakan bahwa sekolah

diberi kewenangan untuk mengelola kurikulum

sesuai dengan visi misi sekolah, namun tetap

mengacu pada standar nasional pendidikan.

Setiap sekolah diberi kewenangan untuk

mengembangkan program pembelajaran atau

pengajaran sendiri. Ketika menyusun program ini

perlu diperhatikan kebutuhan siswa dan

lingkungan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan

hal ini, terdapat beberapa langkah yang

dilaksanakan. Menurut Mulyasa (2009:41), empat

langkah tersebut yaitu: menilai kesesuaian

program dengan yang dibutuhkan siswa,

meningkatkan dalam membuat rencana program,

pelaksanaan program, serta mengevaluasi program.

Ketenagaan dalam sekolah yang dimaksud

adalah posisi guru sebagai pendidik dang memiliki

tugas sampiran. Pengelolaan dan pembagian tugas

yang jelas antara ketenagaan yang satu dengan

yang lainnya akan menunjang kelancaran dari

pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Menurut

Mulyasa (2009:42) manajemen tenaga

kependidikan (guru dan personil) mencakup:

perencanaan pegawai, pengadaan pegawai,

pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi

dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi,

penilaian pegawai. Kepala sekolah sebagai

pimpinan di sekolah mempunyai peran penting

dalam mengelola tenaga kependidikan. Karena

selain bertanggung jawab dalam mencapai tujuan

sekolah, juga bertanggung jawab dengan nasib

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

17

guru dan pegawai di bawah naungannya. Dengan

kata lain, kepala sekolah mempunyai kewajiban

mendukung pengelolaan ketenagaan pendidikan

yaitu guru untuk mengembangkan kualitasnya

demi kelancaran pelaksanaan MBS di sekolahnya.

Salah satu wadah untuk mengembangkan kualitas

tenaga pendidik/guru adalah melalui Kelompok

Kerja Guru (KKG).

Menurut Dirjen Dikdasmen (dalam

Martiningsih, 2008 ) Kelompok kerja guru (KKG)

adalah salah satu wadah pembinaan profesional

bagi para guru yang tergabung dalam organisasi

gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan. Sedangkan Depdikbud (dalam

Purnanda, 2013) menyatakan bahwa Kelompok

kerja Guru (KKG) adalah sebagai sistem pembinaan

profesional guru SD dalam mengemban misi yang

sesuai dengan tujuan yaitu: Meningkatkan

kemampuan dan kualitas guru, memberikan

informasi baru dalam bidang pendidikan,

pemecahan masalah yang dihadapi guru, membina

kerjasama dan keakraban dalam meningkatkan

prestasi dan kinerja guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Berdasarkan teori di atas dapat

dipahami bahwa KKG adalah suatu wadah

pembinaan profesional bagi guru SD dalam

meningkatkan kualitas guru dan memecahkan

permasalahan dalam bidang pendidikan.

Mulyasa (2009:46) menyatakan bahwa

manajemen kesiswaan adalah sebuah pengelolaan

kegiatan yang berkaitan dengan siswa, mulai

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

18

masuk sekolah sampai dengan keluarnya.

Manajemen ini bukan hanya berbentuk pencatatan

data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang

lebih luas yaitu membantu upaya pertumbuhan

dan perkembangan siswa melalui proses belajar

mengajar. Dalam penataan dan pengaturan

kegiatan hendaknya memperhatikan kondisi siswa.

Hal ini bisa dipahami bahwa pengelolaan

kesiswaan bukan hanya hanya membuat dokumen

tentang siswa tersebut. Namun lebih dari itu,

pengelolaan ini juga mencakup pada faktor yang

mendukung siswa dalam proses belajarnya.

Sekolah membutuhkan dana keuangan

untuk membiayai kegiatannya. Keuangan ini bisa

didapat dari beberapa sumber. Mulyasa (2009:48)

berpendapat bahwa sumber keuangan sekolah

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: pemerintah,

orang tua atau peserta didik, dan masyarakat.

Pengelolaan manajemen keuangan sekolah,

dilakukan dengan rasa tanggungjawab pihak

sekolah agar penggunaannya dapat maksimal dan

sesuai sasaran serta tidak ada penyelewengan

kepentingan. Pengelolaan keuangan yang baik,

dapat berdampak tidak ada penyalahgunaan

keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat

tepat sasaran digunakan untuk kebutuhan sekolah

dalam hal peningkatan proses belajar mengajar

siswa di sekolah. Hal ini dapat dikatakan bahwa

pengelolaan keuangan harus memperhatikan skala

prioritas dan kebutuhan sekolah, dan dalam

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

19

implementasinya tidak menyalahi aturan hukum

yang ada.

Sarana dan prasarana merupakan

pendukung penting pendidikan. Mulyasa (2009:49)

menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah

semua peralatan dan perlengkapan yang

digunakan dalam proses pendidikan, khususnya

proses belajar mengajar, seperti, laboratorium,

perpustakaan, ruang kelas, alat peraga, serta meja

kursi. Sedangkan prasarana pendidikan adalah

peralatan yang secara tidak langsung mendukung

kegiatan belajar, seperti halaman, taman sekolah,

kebun, tetapi jika dapat secara langsung

dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar,

seperti taman sekolah untuk laboratorium alam

dalam pembelajaran IPA, halaman sekolah sebagai

lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan

sarana pendidikan. Rugaiyah (2011:63)

berpendapat, manajemen sarana dan prasarana

merupakan semua kegiatan sekolah dalam

mengelola sarana dan prasarana untuk lancarnya

proses pembelajaran. Sedangkan, Asmani (2009:15)

menyatakan manajemen sarana dan prasarana

merupakan manajemen yang meliputi ketersediaan

sarana dan prasarana serta guru dalam

memanfaatkan sumber belajar dan menata

ruangan pendidikan yang dimiliki. Berdasarkan

pendapat di atas dapat dipahami bahwa

pengelolaan sarana dan prasarana adalah suatu

kegiatan dalam mengelola sarana dan prasarana

yang meliputi kelengkapan sumber belajar dan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

20

pemanfaatan sumber belajar serta penataan

ruangan yang ada sehingga kegiatan belajar

mengajar berjalan dengan baik. Manajemen sarana

dan prasarana yang dikelola dengan baik dapat

menghasilkan lingkungan belajar yang

menyenangkan untuk proses pembelajaran. Selain

itu diharapkan tersedianya alat-alat peraga atau

fasilitas belajar lainnya yang memadai secara

jumlah, kualitas dan kesesuaian yang dibutuhkan

dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru

dan siswa untuk kepentingan proses pembelajaran.

Oleh sebab itu, sekolah perlu membuat daftar

prioritas keperluan pengadaan sarana dan

prasarana.

Mulyasa (2009:50) mengemukakan

manajemen sarana dan prasarana pendidikan

mempunyai tugas mengelola sarana dan prasarana

sekolah agar dapat memberikan kontribusi dalam

kegiatan pendidikan. Dalam mengelola sarana dan

prasarana mencakup kegiatan dalam

merencanaan, mengadakan sarpras, mengawasi

menginventarisasi dan penghapusan serta

penataan). Menurut Pasal 1 ayat 6 Peraturan

Pemerintah RI No 6 Tahun 2006, Perencanaan

kebutuhan adalah kegiatan merumuskan

kebutuhan barang milik negara/daerah untuk

menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu

dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai

dasar dalam melakukan tindakan yang akan

datang. Hal ini bisa dikatakan bahwa sekolah

harus merumuskan kebutuhan perlengkapan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

21

sekolah untuk kegiatan pembelajaran siswa dan

kegiatan sekolah lainnya. Kegiatan ini dilakukan

berkesinambungan dan dilakukan setiap awal

tahun pelajaran baru.

Pengadaan sarana prasarana di sekolah

dapat dilakukan dengan membeli atau hibah dari

pihak lain. Pengadaan ini dapat berbentuk

pengadaan buku, alat peraga, dan bangunan yang

mendukung kegiatan sekolah. Dalam proses

pelaksanaan pengadaan ini harus memperhatikan

kebutuhan sekolah.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 Peraturan

Pemerintah RI No 6 Tahun 2006 Iventarisasi adalah

kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan,

dan pelaporan hasil pendataan barang milik

negara/daerah. Sekolah wajib melakukan

Iventarisasi barang yang ada di sekolah. Melalui

pendataan ini akan diketahui kondisi sarana dan

prasarana yang terdapat di sekolah.

Menurut Pasal 1 ayat 7 Peraturan

Pemerintah RI No 6 Tahun 2006, penggunaan

adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh

pengguna barang dalam mengelola dan

menatausahakan barang milik negara/daerah yang

sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi

yang bersangkutan. Hal ini bisa dipahami bahwa

Penggunaan sarana prasarana di sekolah adalah

untuk kegiatan belajar mengajar yang ada di

sekolah. Sehingga penggunaan sarana prasarana di

luar itu sudah menyalahi ketentuan. Pihak yang

boleh menggunakan sarana prasarana sekolah

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

22

adalah kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang

mendukung dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar yang ada di sekolah.

Manajemen hubungan masyarakat perlu

diperhatikan dalam pengelolaan sekolah. Hal ini

disebabkan hubungan sekolah dengan masyarakat

merupakan jembatan dalam mendidik

perkembangan siswa. Menurut Mulyasa (2009: 50)

tujuan dari mengadakan hubungan sekolah

dengan masyarakat adalah: 1) Meningkatkan mutu

kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak; 2)

Memperkuat tujuan serta meningkatkan kualitas

hidup dan penghidupan masyarakat; 3) Memberi

motivasi kepada masyarakat untuk selalu

berhubungan dengan sekolah. Hal ini bisa

dipahami bahwa dengan terjalinnya hubungan

yang baik dari pihak sekolah dan masyarakat,

maka kedua belah pihak ini akan mengetahui

informasi tentang pendidikan untuk peningkatan

mutu pendidikan. Sehingga kedua belah pihak

memiliki kontribusi dalam kemajuan pendidikan.

Mulyasa (2009: 52) menyatakan bahwa

manajemen layanan khusus mencakup manajemen

perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah.

Perpustakaan ditata dengan baik dan mempunyai

fasilitas yang lengkap akan membantu siswa dalam

proses belajar mengajar. Selain itu juga dapat

membantu guru dalam mengajar karena memiliki

[engetahuan yang luas. Berdasarkan tujuan

pendidikan nasional yaitu mengembangkan

manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

23

mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan

kualitas jasmani dan rohani siswa maka di sekolah

mengadakan pendirian tempat untuk beribadah

dan mengadakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).

Kegiatan ini bertujuan supaya warga sekolah

merasakan damai dan nyaman dalam mengikuti

proses belajar dan mengajar. Hal ini bisa dikatakan

bahwa layanan khusus di sekolah perlu diadakan.

Karena dengan adanya layanan khusus ini,

mendukung pada proses pembelajaran. Sehingga

dengan adanya dukungan ini proses pembelajaran

akan mencapai kemajuan.

2.3 Evaluasi Prestasi Belajar Siswa

2.3.1 Evaluasi

Menurut Bruner (dalam Sagala, 2012),

proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase

yaitu: 1) Informasi, dalam tiap pelajaran diperoleh

sejumlah informasi yang dapat menambah

pengetahuan yang telah dimiliki, memperhalus dan

memperdalamnya, ataupun bertentangan dengan

apa yang telah diketahui; 2) transformasi,

informasi yang telah diterima harus dinalisis,

diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk

yang lebih abstrak, atau konseptual ke dalam

bentuk yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru

sangat diperlukan; 3) evaluasi, kemudian dinilai

hingga manakah pengetahuan yang diperoleh dan

ditranformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk

memahami gejala-gejala lain.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

24

Evaluasi dalam proses belajar ini

merupakan salah satu tahapan penting untuk

meraih tujuan belajar. Pada tahap ini diketahui

kemampuan siswa, ketepatan metode mengajar

yang digunakan, dan keberhasilan siswa dalam

meraih tujuan pembelajaran. Sehingga sekolah

dapat mengambil keputusan secara tepat mengenai

tahapan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik

berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi.

Tyler (dalam Arikunto, 2009) mengatakan bahwa

evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan

data untuk dapat menentukan sejauh mana

pendidikan dilakukan, dalam hal apa saja

pendidikan dilakukan, dan bagaimana tujuan

pendidikan tersebut sudah tercapai. Jika belum,

bagaimana yang belum dan apa sebabnya.

Sedangkan menurut Gibson dan Mitchel (dalam

Uman, 2007:91) berpendapat bahwa proses

evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan

data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan

program sebagai dasar penilaian terhadap

pendapat di tujuan program. Berdasarkan teori di

atas maka dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah

suatu kegiatan atau suatu proses menentukan

nilai dari proses pembelajaran dalam pendidikan,

sehingga dapat diketahui hasilnya. Berdasarkan

hasil ini dapat diketahui suatu program berhasil

atau tidak dalam mencapai tujuannya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

25

2.3.2 Prestasi Belajar Siswa

Dalam konteks pendidikan formal, menurut

Purwanto (2006) prestasi belajar adalah suatu hasil

yang diperoleh oleh sesorang dalam usaha belajar

yang dinyatakan dalam raport. Sedangkan

Tirtonegoro (2006:43) menyatakan bahwa prestasi

belajar merupakan penilaian aktivitas belajar siswa

yang dinyatakan dalam bentuk huruf, simbol,

angka, maupun kalimat yang dapat

menggambarkan hasil yang sudah dapat dicapai

siswa dalam proses pembelajaran. Semiawan

(dalam Tarmidi, 2005) menyatakan bahwa prestasi

belajar terkait data otentik yang diperoleh dari tes

hasil belajar. Arikunto (2006:276) menyebutkan

bahwa prestasi harus mencerminkan tingkatan-

tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai

tujuan yang ditetapkan setiap bidang studi. Simbol

yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik

huruf maupun angka, hendaknya merupakan

gambaran tentang prestasi saja. Menurut Syah

(2008:141), Prestasi Belajar merupakan tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai hasil yang

telah ditargetkan dalam sebuah program.

Berdasarkan pengertian ini, maka dapat dijelaskan

bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan

seseorang dalam mempelajari materi pelajaran

yang sudah diprogramkan dan dinyatakan dalam

bentuk nilai. Prestasi belajar dapat diketahui

setelah diadakan evaluasi pada program

pembelajaran. Hasil dari evaluasi tersebut dapat

memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

26

belajar siswa. Jadi evaluasi prestasi belajar siswa

adalah suatu kegiatan mengukur nilai keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pembelajaran yang

telah diterimanya. Dalam jenjang sekolah dasar

evaluasi dapat berbentuk Ulangan Formatif, Ujian

Tengah Semester, Ujian Kenaikan Kelas, dan Ujian

Sekolah.

2.3.3 Ujian Sekolah

Ujian Sekolah (US) merupakan kegiatan

dalam mengukur pencapaian kompetensi siswa

yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh

pengakuan atas hasil prestasi belajar dan

merupakan sebuah syarat kelulusan dari suatu

jenjang pendidikan (Kemendiknas, 2007). Sebagai

tanda kelulusan suatu jenjang pendidikan, siswa

diberikan surat tanda lulus dan ijazah. Surat tanda

lulus adalah surat pernyataan untuk siswa yang

dinyatakan lulus dalam mengikuti ujian sekolah

dan memuat daftar nilai hasil ujian seluruh mata

pelajaran yang diujikan. Sedangkan ijazah adalah

surat pernyataan resmi dan sah yang diberikan

kepada siswa sebagai tanda telah menyelesaikan

pendidikan pada suatu jenjang pendidikan. Tujuan

diadakan Ujian Sekolah (US) adalah untuk menilai

kompetensi yang diperoleh lulusan secara nasional

padamateri yang diujikan, yaitu mata pelajaran

ilmu penegetahuan dan teknologi yang sudah

ditentukan (Kemendiknas, 2005). Fungsi Ujian

Sekolah sebagai alat pengendali kualitas sebuah

pendidikan, pendorong peningkatan mutu

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

27

pendidikan, dan bahan dalam menentukan

kelulusan siswa. Dengan demikian fungsi ujian

sekolah dimaksudkan untuk mengetahui

efektivitas dan tingkat pencapaian atau

keberhasilan suatu program pengajaran di sebuah

sekolah. Menurut Kasir (2014) Hasil Ujian Sekolah

juga akan digunakan sebagai tolok ukur untuk

dapat menempuh ke jenjang berikutnya, yakni

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nilai US akan

digunakan untuk diterima masuk sekolah.

Sehingga hanya siswa yang memperoleh nilai US

yang tinggi yang dapat diterima di sekolah favorit

sedangkan siswa yang mendapatkan nilai rendah

tidak dapat diterima masuk ke sekolah favorit

tersebut. Udiutomo (2013) mengatakan bahwa ada

beberapa alasan yang mendukung tetap

dilangsungkannya Ujian Sekolah di akhir masa

sekolah. Alasannya dalah sebagai berikut: 1)

Evaluasi adalah dimensi penting dalam

manajemen, tidak terkecuali di bidang pendidikan,

yaitu digunakan untuk mewujudkan perbaikan

yang berkesinambungan; 2) Inti pesoalan adalah

Ujian sebagai syarat kelulysan, bukan keberadaan

Ujian itu sendiri; 3) Keberadaan ujian sebagai

bentuk evaluasi banyak mendorong sikap positif; 4)

Salah satu fungsi Ujian Sekolah adalah pemetaan

kualitas pendidikan di Indonesia dan fungsi ini

perlu dipertahankan; 5) Ujian sekolah adalah salah

satu proyek pemerintah yang berorientasi output,

dan hal ini perlu dipresiasi; 6) Kualitas identik

dengan standar dan Ujian Sekolah mencoba untuk

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

28

menghadirkan standar tersebut. Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa ujian sekolah merupakan

suatu kegiatan penilaian akhir bagi siswa untuk

mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar

pada jenjang pendidikan tertentu. Selain itu, hasil

dari ujian sekolah digunakan sebagai

pertimbangan seorang siswa diterima di jenjang

berikutnya. Apabila seorang siswa memiliki nilai

ujian sekolah yang baik maka siswa tersebut dapat

diterima di sekolah yang diinginkannya. Hasil dari

Ujian sekolah dapat sebagai tolok ukur mutu

pendidikan di suatu sekolah. Selain itu, pada

dasarnya esensi dari ujian sekolah adalah untuk

melihat kondisi mutu pendidikan di suatu sekolah

dan diharapkan terjadi pemerataan kualitas di

sekolah-sekolah yang berada di Indonesia dengan

memberikan standar kriteria nilai kelulusan yang

sama di seluruh Indonesia. Berdasarkan esensi

ujian sekolah tersebut, ujian sekolah bukan suatu

program yang salah, bahkan dengan adanya ujian

sekolah menjadi acuan yang tepat bagi pemerintah

untuk mengetahui kondisi mutu pendidikan di

Indonesia. Bagaimana kualitas pendidikan di

sekolah tertentu, bagian apa yang harus

ditingkatkan atau yang harus diperbaiki dan

bagaimana mengatasi kesenjangan pendidikan di

kota dan desa atau daerah terisolir. Harapan dari

hal ini adalah pemerataan kualitas pendidikan di

Indonesia dapat diwujudkan. Dapat disadari bahwa

Ujian Sekolah bukan merupakan satu - satunya

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

29

parameter mutu pendidikan, karena produk suatu

pendidikan berkualitas juga ditentukan juga oleh

proses pendidikan yang berkualitas. Namun harus

jujur diakuii, bahwa betapa sulitnya menemukan

instrumen evaluasi yang paling tepat untuk

melakukan penilaian secara nasional apabila

ditinjau pada perbedaan potensi sumber daya

manusia, ketersediaan sarana prasarana,

kemajemukan kultur kebudayaan, biaya, waktu,

geografis, kualitas, efektivitas, efisiensi dan varians

lainnya yang terkait dengan penyelenggaran Ujian

Sekolah. Sampai saat ini tampaknya Ujian Sekolah

adalah satu - satunya alat yang digunakan oleh

pemerintah untuk melakukan pemetaan kualitas

pendidikan secara nasional.

Terdapat perubahan nama ujian dalam

pendidikan di Indonesia dari tahun 1965 sampai

dengan tahun 2014. Perubahan ini dapat dilihat

dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Perubahan Nama Ujian

Jenis Ujian Masa Tahun

Ujian Negara 1965-1971

Ujian sekolah 1972-1979

Evaluasi Tahap Akhir 1980-2002

Ujian AkhirNasional 20032004

Ujian Nasional 2005-2012

Ujian Sekolah/Madrasah 2013-sekarang

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ujian_Nasional

Perubahan nama yang disertai dengan

perubahan ketentuan ini dimaksudkan untuk

menyempurnakan formulasi ujian sekolah yang

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

30

tepat. Selain itu, menjawab dari tuntutan

masyarakat tentang ujian sekolah yang lebih baik.

Walaupun terdapat perubahan nama, Ujian

Sekolah tetap dilaksanakan oleh sebagai kebijakan

tentang pemerintah dalam meningkatkan mutu

pendidikan dan tidak mengubah fungsinya, yaitu

sebagai alat pemetaan kualitas pendidikan secara

nasional.

Irianto (2011) berpendapat ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh siswa dalam

mengikuti Ujian Sekolah, yaitu: Pertama,

keputusan lulus tidaknya seorang siswa akan

ditentukan oleh hasil ujian sekolah. Kedua, siswa

sebaiknya dalam menghadapi ujian mempunyai

sikap yang tenang dan proposional. Ketiga, proaktif

siswa sendirilah yang menentukan keberhasilan

dalam menghadapi ujian. Keempat, dibutuhkan

perencanaan belajar dalam menghadapi ujian.

Kelima, seringnya berlatih memecahkan soal-soal

dapat membantu dalam menghadapi ujian.

Keenam belajar kelompok merupakan cara yang

dapat ditempuh karena dengan berkelompok dapat

saling berbagi dengan teman yang lain dalam

memecahkan soal dan saling menguatkan motivasi

belajar dan prestasi. Ketujuh, terdapat siswa yang

hanya sekedar hadir saja di kelas, tidak

mengoptimalisasikan untuk meraih hasil prestasi

terbaiknya. Kedelapan, keyakinan bahwa jika lulus

maka orang tua akan senang dan bangga.

Kesembilan, keberhasilan merupakan usaha dan

kerja keras yang mendapat pertolongan dari

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

31

Tuhan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa faktor yang menyebabkan keberhasilan

dalam menghadapi ujian sekolah adalah siswa itu

sendiri. Apabila seorang siswa dapat

mempersiapkan dirinya dengan baik dalam

menghadapi ujian sekolah, maka hasil yang akan

diperoleh juga baik.

2.3.4 Faktor-faktor yang Mendukung Prestasi

Belajar Siswa

Syah (2008:132-139) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mendukung prestasi belajar

siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor Internal (faktor yang ada dalam diri

siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani

siswa. 2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa),

yakni kondisi lingkungan yang ada di sekitar siswa.

3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to

learning), yakni strategi dan metode yang

digunakan siswa ysng merupsksn upaya belajar

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pelajaran. Menurut Purwanto

(2006:112), faktor - faktor yang menyebabkan

prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua

factor: 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu

sendiri yang disebut faktor individual, yang

termasuk faktor individual antara lain: faktor

kecerdasan, motivasi, kematangan/pertumbuhan, ,

latihan, dan faktor pribadi. 2) Faktor di luar

individu yang disebut faktor sosial, yang termasuk

faktor sosial adalah keluarga, guru dan metode

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

32

mengajarnya, alat peraga, lingkungan belajar dan

kesempatan yang tersedia, dan motivasi s.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat

diketahui bahwa faktor- faktor yang dapat

menyebabkan prestasi belajar dapat digolongkan

menjadi dua yaitu: 1) Faktor internal, yaitu faktor

yang berkaitan dengan diri siswa itu sendiri yang

dapat berupa kemandirian belajar, motivasi, bakat,

minat belajar, kebiasaan belajar, kepandaian,

kesehatan, sikap, dan faktor pribadi lainnya. 2)

Faktor eksternal, yaitu faktor di luar diri siswa itu

sendiri. Faktor ini dapat berupa sarana dan

prasarana, lingkungan belajar siswa, metode

pembelajaran, guru, media pembelajaran, sumber

belajar dan lain - lainnya. Pada faktor internal,

minat belajar siswa mempunyai peran yang sangat

penting. Karena dengan memiliki minat belajar,

seorang siswa akan tumbuh motivasi belajarnya,

sehingga kemandirian belajarnya akan muncul

pada dirinya.

Menurut Belly (2006:4), Minat adalah suatu

keinginan yang muncul setelah melihat, mengamati

dan membandingkan serta mempertimbangkan

dengan kebutuhannya. Sedangkan belajar Menurut

Slavin (dalam Anni, 2014) merupakan proses

kemampuan yang berasal dari pengalaman. Dari

teori tersebut dapat dijelaskan bahwa minat

belajar adalah keinginan untuk memperoleh

kemampuan setelah melalui rangkaian tahapan

pengalaman melihat, mengamati, dan

membandingkan. Minat belajar pada diri siswa

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

33

perlu ditumbuhkan. Karena dengan adanya minat

belajar, seorang siswa dapat tumbuh motivasi,

kemandirian belajar, kebiasaan belajar dan

perubahan sikap yang mendukung ke arah prestasi

belajar yang lebih baik.

Menurut Mujiman (2007:1), kemandirian

belajar adalah sifat serta kemampuan yang dimiliki

siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang

didorong oleh keinginan untuk menguasai sesuatu

kemampuan yang telah dimiliki. Ahmadi (2004)

menyatakan kemandirian belajar adalah belajar

mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang

lain. Sedangkan Tirtaraharja (2005) berpendapat

kemandirian belajar adalah aktivitas yang

berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab

dari diri pembelajar. Menurut teori tersebut, dapat

dipahami bahwa kemandirian belajar adalah

kegiatan belajar siswa yang didorong atas kemauan

sendiri untuk dapat menguasai kompetensi yang

sedang dipelajari. Semakin kuat kemauan belajar

seorang siswa maka hasil prestasi belajarnya akan

maksimal.

Sartain (dalam Purwanto, 2006:28)

berpendapat bahwa lingkungan meliputi semua

kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-

cara tertentu menyebabkan tingkah laku,

pertumbuhan dan perkembangan. Menurut

Dalyono (2005:129) lingkungan itu mencakup

segala material dan stimulus di dalam dan di luar

individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis,

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

34

maupun bersifat sosio-kultural. Patty (dalam

Baharuddin, 2007:68) menyatakan bahwa

lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi

individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk

lingkungan fisik seperti orang tua, rumah, kawan

bermain, dan masyarakat sekitar maupun dalam

bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-

perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-

persoalan yang dihadapi dan sebagainya.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar

adalah Semua yang ada di sekitar siswa yang

menyebabkan keberhasilan siswa dalam menguasai

kompetensi yang sedang dipelajari. Lingkungan

belajar yang kondusif akan membuat suasana

belajar yang menyenangkan dan harapana dari ini

adalah pencapaian hasil prestasi belajar juga akan

maksimal.

2.4 Diagram Fishbone

Menurut Tague (2005:247) diagram

Fishbone dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa.

Diagram ini bentuknya menyerupai kerangka

tulang ikan yang bagian - bagiannya meliputi

kepala, sirip, dan duri. Diagram fishbone ini dapat

digunakan pada tahap mengidentifikasi suatu

permasalahan dan menentukan akar penyebab dari

permasalahan tersebut.

Penyebab umum dari permasalahan

dikelompokkan ke dalam kategori masalah utama

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

35

untuk mengidentifikasi akar permasalahannya.

Menurut Heizer (2006) untuk membuat diagram

fishbone dapat menggunakan kategori sebagai

berikut: (a) Manusia: siapa saja yang memiliki

keterlibatan dalam proses. (b) Metode: proses dan

persyaratan yang harus dilakukan, seperti aturan

dan kebijakan. (c) Peralatan/sarana prasarana

yang diperlukan untuk menyelesaikan proses. (d)

Material : segala sesuatu yang digunakan untuk

hasil akhir. Dalam penelitian ini kategori manusia

/ sumber daya manusia adalah guru dan siswa.

Karena dalam proses pembelajaran yang terlibat

adalah guru dan siswa. Kategori metode meliputi

bagaimana metode pembelajaran dalam proses

belajar mengajar digunakan oleh guru untuk

mentransfer pengetahuan kepada siswa. Kategori

sarana prasarana meliputi kondisi sekolah,

pemanfaatan perpustakaan, ketersediaan dan

pemanfaatan alat peraga untuk membantu proses

pembelajaran. Kategori material adalah sumber

belajar yang merupakan materi pembelajaran

untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan

tujuan pendidikan.

Menurut Scarvada (2004), Konsep dari

diagram fishbone adalah permasalahan utama

diletakkan pada bagian kanan, yaitu kepala ikan

dari kerangka tulang ikannya. Penyebab

permasalahan digambarkan pada sirip dan

durinya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Diagram Fishbone dibawah ini:

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

36

Gambar 2.1 Diagram Fishbone

Sumber: http://www.leankaizen.co.uk/fishbone-diagram-i-

ishikawa-diagram.html

Diagram Fishbone digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab suatu masalah (Tague,

2005:247). Apabila masalah dan akar penyebab

masalah sudah diketahui maka tindakan akan

lebih mudah dilakukan. Dalam penyusunan

diagram Fishbone, sesi brainstorming digunakan

untuk mengetahui sebab, akibat dan menganalisis

masalah tersebut. Masalah akan dibagi menjadi

sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup

sumber daya manusia, material, mesin/ tools/

sarana prasarana, prosedur, kebijakan, dan

sebagainya. Setiap kategori mempunyai penyebab

yang akan dijelaskan melalui sesi brainstorming.

cause1

cause2 Cause1

Cause4 Cause3

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

37

2.5. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang membahas strategi untuk

peningkatan hasil ujian sekolah masih relatif

sedikit. Salah satu penelitian tentang tentang

meningkatkan tentang hasil ujian pernah

dilakukan oleh Prihatini (2010). Hasil penelitian

yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian studi kasus ini, menemukan bahwa

upaya yang dilakukan sekolah dalam

meningkatkan hasil ujian untuk di bidang

akademik adalah melakukan pendalaman materi

untuk semua mata pelajaran yang di ujian-kan,

pengadaan try out, dan intensive kelas. Selain itu

terdapat pula penelitian Khasbullah (2010) tentang

upaya meningkatkan kelulusan siswa pada Ujian

Nasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

kelulusan antara lain, mengadakan jam tambahan

(les), mengadakan Try Out, memperdayakan guru

membuat soal-soal prediksi, download soal dari

Internet, evaluasi soal-soal ujian sebelumnya,

mengadakan Try Out dari MGMP, bekerjasama

dengan orangtua, mengadakan asrama, Istighasah

dan motivasi. Penelitian selanjutnya terkait dengan

strategi meningkatkan hasil ujian Nasional ditulis

oleh Purnamasari (2013) melalui pendekatan

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

strategi meningkatkan hasil ujian adalah dengan

mengoptimalisasikan pelaksanaan implementasi

strategi-strategi yang telah sekolah canangkan,

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

38

optimalisasi tersebut harus didukung semua pihak

baik kepala sekolah dan jajarannya, para guru,

siswa dan wali murid serta pihak-pihak lain yang

mendukung.

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian ini diawali

dengan adanya harapan tentang pendidikan yang

bermutu. Sebagai mengukur mutu pendidikan oleh

pemerintah diadakan Ujian Sekolah. Setelah

diadakan Ujian Sekolah selama 4 tahun berturut-

turut ternyata SD Negeri Margolelo mengalami

penurunan hasil Ujian Sekolah. Maka dilakukanlah

konfirmasi keberadaan masalah menurunnya hasil

Ujian Sekolah di SD Negeri Margolelo. Pada tahap

ini dikumpulkan data sekunder yang diperoleh dari

observasi lapangan peneliti.

Tahap selanjutnya menganalisis faktor

penyebab menurunnya mutu sekolah di SD Negeri

Margolelo. Pada tahap ini dilakukan diskusi

kelompok terfokus atau Focus Group discussion

(FGD) yang dilakukan bersama pengawas sekolah,

kepala sekolah, guru dan komite. FGD akan

menggunakan alat analisa fishbone diagram

berdasarkan kerangka pikir 4 M (man, machine,

methode dan material).

Tahap selanjutnya penentuan penyebab

menurunnya mutu sekolah di SD Negeri Margolelo.

Pada tahap akhir penelitian ini dilakukan kajian

pustaka terkait masalah menurunnya mutu

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

39

sekolah di SD Negeri Margolelo dan temuan

penelitian untuk menghasilkan strategi untuk

pemecahan masalah menurunnya mutu sekolah di

SD Negeri Margolelo. Draft strategi yang dihasilkan

kemudian ditawarkan kepada pihak sekolah. Pihak

sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan pengawas

sekolah memberikan masukan dan saran untuk

memperbaiki strategi tersebut. Selain itu juga

terdapat masukan dari pakar. Tahap terakhir dari

penelitian ini adalah penyusunan strategi untuk

peningkatan mutu sekolah di SD Negeri Margolelo

berdasarkan analisis Fishbone disertai masukan

dari teman sejawat dan pakar.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6031/2/T2_942012048_BAB II.pdf · keuangan di sekolah, sehingga keuangan dapat tepat sasaran digunakan

40

Gambar 2.2. Kerangka Berpikir

SD Negeri Margolelo mengalami masalah

menurunnya hasil Ujian Sekolah

Analisis faktor-faktor Penyebab masalah menurunnya hasil Ujian

SD Negeri Margolelo

Penentuan penyebab menurunnya

hasil Ujian SD Negeri Margolelo

Strategi untuk peningkatan hasil Ujian SD Negeri Margolelo

Analisis

Fishbone

4 M

Mutu Pendidikan

Ujian Sekolah