penegakan hukum melalui penyadapan sebagai tesis …repository.upnvj.ac.id/6031/1/awal.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENYADAPAN SEBAGAI
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN
TESIS
ARMEN WIJAYA
1320922057
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAKARTA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
2016
PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENYADAPAN SEBAGAI
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Hukum
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAKARTA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
2016
v
PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENYADAPAN SEBAGAI
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN
Armen Wijaya
Abstrak
Dalam upaya pembuktian dalam pemberantasan tindak pidana di Indonesia,
penyadapan merupakan cara yang selama ini dianggap efektif. Sejumlah penyadapan yang
dilakukan oleh penegak hukum terhadap sejumlah tindak pidana bisa dibongkar karena bukti-
buktinya memang kuat. Bahkan melaui penyadapan itu pelaku-pelaku tindak pidana bisa
ditanggap tangan dan ditahan. Penyadapan merupakan sarana teknologi yang ampuh untuk
membongkar kejahatan sistemik, seperti halnya korupsi, narkotika, hak asasi manusia,
maupun interstate crimes lainnya. Dalam tesis ini penulis membatas permasalahan yaitu
mengapa dalam mengungkap tindak pidana penegak hukum menggunakan penyadapan dalam
memperoleh informasi dan barang bukti? Dalam hukum pembuktian, apakah alat perekam
dan hasil rekaman bisa digunakan sebagai barang bukti dalam pengadilan
Dengan metode pendekatan empiris dapat diambil kesimpulan Mengungkap tindak
pidana penegak hukum menggunakan penyadapan dalam memperoleh informasi dan barang
bukti boleh dilakukan bila tindak pidana tersebut sudah terorganisir dan sulit pembuktiannya
seperti tindak pidana tentang Psikotropika; Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
Telekomunikasi; Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti No. 1/2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang menjadi UU; Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi; Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang; serta Informasi dan
Transaksi Elektronik. Alat perekam dan hasil rekaman bisa digunakan sebagai barang bukti
dalam pengadilan berdasarkan undang-undang informasi dan transaksi elektronik nomor 11
Tahun 2008, di dalam UU No. 20 Tahun 2001 Perubahan atas UU No. 31 Tahun l999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi hasil rekaman termasuk alat bukti perunjuk (Pasal 26
A). Dalam praktik hukum, penggunaan alat perekam dan hasil rekaman telah merupakan
bagian dari proses projustisia perkara pidana. Di dalam KUHAP tidak diatur mengenai hasil
rekaman sebagai alat bukti (Pasal 184) kecuali keterangan saksi, keterangan ahli, surat,
petunjuk, dan keterangan terdakwa. Penulis dengan ini menyampaikan sumbang saran
pemikirannya yaitu Untuk kepentingan penegakan hukum, aparat penegak hukum sesuai
dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang memerlukan kerjasama semua
pihak, untuk memberikan akses dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan. Guna
memperoleh bukti yang cukup, Aparat penegak hukum dapat melakukan penyadapan kepada
suatu sistem elektronik. Namun, hal tersebut tetap harus dilakukan berdasarkan hukum yang
memberikan kepastian hukum dalam perlindungan hak asasi manusia, khususnya privasi
setiap orang yang melakukan komunikasi. Ada tujuh UU yang memberikan kewenangan
kepada aparat penegak hukum untuk melakukan intersepsi atau penyadapan. Ketujuh UU itu
ialah UU No. 5/1997 tentang Psikotropika; UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi; UU No. 36/1999 tentang Telekomunikasi; UU No. 15/2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti No. 1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme yang menjadi UU; UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi; UU No. 21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang; serta
UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam melakukan penyadapan
aparat penegak hukum meminta langsung kepada masing-masing Penyelenggara Sistem
Elektronik (PSE).
Kata Kunci : Penegakan Hukum, Penyadapan dan pengadilan
vi
TAPPING THROUGH LAW ENFORCEMENT AS EVIDENCE IN
COURT CRIME
Armen Wijaya
Abstract
In efforts to prove in the eradication in Indonesia, tapping a way that is considered effective. A number of wiretaps conducted by law enforcement against a criminal act could be
dismantled since the evidence is strong. Even through tapping the perpetrators of criminal
acts could ditanggap hand and detained. Tapping is a powerful technology tools to dismantle
systemic crimes, such as corruption, narcotics, human rights, and other crimes interstate. In
this thesis, the authors limit the issues that is why in uncovering criminal acts of law enforcement to use wiretaps in obtaining information and evidence? In the law of evidence,
whether the recorder and the tape could be used as evidence in court With the method of empirical approaches can be concluded Revealing the crime of
wiretapping law enforcement agencies use in obtaining information and evidence must be
done when the offense is already organized and difficult of proof as a criminal act on Psychotropic Substances; Eradication of Corruption; Telecommunication; Determination of
Government Regulation in Lieu No. 1/2002 on the Eradication of Terrorism which became
law; Corruption Eradication Commission; Eradication of Trafficking in Persons; as well as the Information and Electronic Transactions. Recorder and the tape could be used as
evidence in court under the laws of information and electronic transaction number 11 of 2008, in Law No. 20 of 2001 to amend Law No. 31 Year l999 on the Eradication of
Corruption recordings including perunjuk evidence (Article 26 A). In the practice of law, the
use of a tape recorder and the recording has been part of the process projustisia criminal matters. In the Criminal Procedure Code does not set on the tape as evidence (Article 184)
except the testimony of witnesses, expert testimony, letters, instructions, and the testimony of the defendant. The author is pleased to announce that brainstorming thoughts to law
enforcement agencies, law enforcement officers in accordance with the authority granted by
the legislation requires the cooperation of all parties, to provide access to conduct investigations and examinations. To obtain sufficient evidence, law enforcement officials can
conduct wiretaps to an electronic system. However, it remains to be done by law to provide
legal certainty in the protection of human rights, particularly privacy of every person who does communications. There are seven law which authorizes law enforcement officers to
carry out the interception or eavesdropping. Seventh Act that are Law No. 5/1997 on Psychotropic Substances; UU no. 31/1999 on Corruption Eradication; UU no. 36/1999 on
Telecommunications; UU no. 15/2003 on Stipulation of Government Regulation in Lieu No.
1/2002 on the Eradication of Terrorism which became law; UU no. Law No. 30/2002 on
Corruption Eradication Commission; UU no. 21/2007 on the Eradication of Trafficking in
Persons; and Law No. 11/2008 on Information and Electronic Transactions. In wiretapping law enforcement officers ask directly to each Electronic System Operator (PSE).
Keywords : Law Enforcement, Tapping and courts
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis
mengharapkan segala kritik dan saran untuk memperbaiki, menyempurnakan tesis
yang berjudul: “Penegakan Hukum Melalui Penyadapan Sebagai Pembuktian
Tindak Pidana Di Pengadilan”.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dengan
ketulusan hati kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini
dengan memberikan bantuan moril dan dorongan semangat. kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. Eddy S. Siradj. MSc,. Eng selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional - UPN "Veteran" Jakarta.
2. Prof. Dr. Jeane Neltje Sally, SH., MH., APU selaku PembimbingI.
3. DR. Arrisman, SH,. MH selaku Pembimbing II.
4. Dr. Erni Agustina, SH, SPN selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum
yang dalam kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis ,sehingga tesis ini dapat selesai.
5. Seluruh dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas
Pembangunan Nasional - UPN "Veteran" Jakarta yang telah memberikan
pembekalan perkuliahan.
6. Seluruh staf sekretariat Program Pascasarjana Universitas Pembangunan
Nasional UPN "Veteran" Jakarta yang telah memberikan bantuan dan
pelayanan yang baik selama penulis mengikuti program tersebut.
7. Seluruh rekan-rekan penulis baik di Kejaksaan Agung maupun di kampus
Universitas Pembangunan Nasional- UPN "Veteran" Jakarta.
8. Seluruh rekan-rekan dvokat, Polisi, Jaksa dan pihak-pihak yang tidak bias
saya sebutkan satu persatu.
9. Yang terutama penulis ucapkan terima kasih yang mendalam pada keluarga
tercinta yang selalu memberikan semangat, doa serta perhatian.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.
Jakarta, 2015
Armen Wijaya
viii
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL ................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................. iii
PENGESAHAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
I.1 Latar belakang Masalah ................................................................. 1
I.2 Masalah Penelitian ......................................................................... 15
I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 16
I.4 Kerangka Teoritis dan Konseptual ................................................ 17
I.5 Metode Penelitian .......................................................................... 28
I.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 31
II.1 Penyadapan .................................................................................... 31
II.2 Penyelenggara telekomunikasi ...................................................... 52
II.3 Penegakan Hukum ......................................................................... 53
BAB III PENYADAPAN DALAM MENGUNGKAP TINDAK
PIDANA ................................................................................... 66
III.1 Penyadapan dalam Undang-undang Telekomunikasi .................... 66
III.2 Mengungkap Tindak Pidana Melalui Penyadapan ........................ 72
III.3 Alasan Penyadapan Dalam Mengungkap Tindak Pidana .............. 92
BAB IV PENYADAPAN SEBAGAI ALAT BUKTI DI
PENGADILAN ......................................................................... 96
IV.1 Alat Bukti Rekaman ...................................................................... 96
IV.2 Rekaman Sebagai Alat Bukti Yang Dipakai Dalam Peradilan ...... 100
IV.3 Studi Kasus Antara Urip Tri Gunawan dan Artalyta. .................... 102
BAB V PENUTUP................................................................................. 110
V.1 Kesimpulan .................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP